Anda di halaman 1dari 11

Prosiding Seminar Nasional II Tahun 2016,

Kerjasama Prodi Pendidikan Biologi FKIP dengan Pusat Studi Lingkungan dan
Kependudukan (PSLK) Universitas Muhammadiyah Malang
Malang, 26 Maret 2016
ANALISIS KEMAMPUAN AWAL LITERASI SAINS
SISWA SMA KOTA MALANG
The Analysis Of Initial Ability Of Students Scientific Literacy In High School In
Malang

Lutfi Rizkita1), Hadi Suwono2), Herawati Susilo2)


1
Pendidikan Biologi Pascasarjana, Universitas Negeri Malang, Jl. Semarang no. 5 Malang
2
Jurusan Biologi-FMIPA, Universitas Negeri Malang, Jl. Semarang no. 5 Malang
e-Mail: lutfirizkita9@gmail.com
cp Lutfi: 085791398588

Abstrak
Literasi sains merupakan kemampuan seseorang untuk membedakan fakta-fakta sains dari
bermacam-macam informasi, mengenal dan menganalisis penggunaan metode
penyelidikan saintifik serta kemampuan untuk mengorganisasi, menganalisis,
menginterpretasikan data kuantitatif dan informasi sains. Orang yang literat sains dapat
dengan tepat menggunakan konsep sains, prinsip, hukum, dan teori dalam interaksi dengan
lingkungannya serta menggunakan proses sains dalam penyelesaian masalah, membuat
keputusan, selanjutnya mengerti keadaan alam yang sesungguhnya. Berkaitan dengan hal
ini, telah dilakukan penelitian yang bertujuan untuk mediskripsikan kemampuan awal
literasi sains siswa. Sampel penelitian adalah siswa SMAN 4 Malang kelas X tahun ajaran
2015-2016 yang berjumlah 68 siswa. Kemampuan awal literasi sains diukur menggunakan
15 soal pilihan ganda. Hasil analisis menunjukkan bahwa kemampuan awal literasi sains
siswa masih rendah. Berdasarkan hasil tes yang telah dilakukan didapatkan data bahwa
kemampuan siswa dalam mengidentifikasi pendapat ilmiah yang valid, melakukan
penelusuran literatur yang efektif, memahami elemen-elemen dalam desain penelitian,
membuat grafik secara tepat dari data, memecahkan masalah menggunakan keterampilan
kuantitatif, memahami dan menginterpretasikan statistik dasar serta melakukan penarikan
kesimpulan tergolong masih rendah rata-rata persentase sebesar 52 %. Studi ini merupakan
studi awal dari penelitian kuasi eksperimen untuk mengetahui strategi yang diduga dapat
berpengaruh terhadap kemampuan literasi sains siswa.
Kata Kunci: kemampuan, literasi sains

Abstract
Scientific literacy is a ability to distinguish the facts of science from a variety of
information, identify and analyze the use of scientific methods of investigation as well as
the ability to organize, analyze, interpret quantitative data and science information.
Scientific literate can properly use science concepts, principles, laws, and theories in
interaction with the environment as well as the use of science in the process of problem
solving, decision making, further understand the true of nature. In this regard, this study is
conducted aiming at descripting initial capability science literacy of students. The samples
of the study were 68 students of tenth grade of SMAN 4 Malang. The students initial
ability of scientific literacy was measured using 15 items of multiple choices. The analysis
showed that the ability of early scientific literacy of students is low. Based on the results of
tests that have to be got the data that students' skills in identify a valid scientific argument;
evaluate the validity of sources; understand elements of the study design; create graphical
representation of data; solve problems using quantitative skills; understand and interpret
basic statistics; and justify inferences and conclusions based on quantitative data still low
average of 52%. This is a preliminary study for a quasi experimental study which

771
Prosiding Seminar Nasional II Tahun 2016,
Kerjasama Prodi Pendidikan Biologi FKIP dengan Pusat Studi Lingkungan dan
Kependudukan (PSLK) Universitas Muhammadiyah Malang
Malang, 26 Maret 2016
investigates the strategy that is assumed to influence the ability of students scientific
literacy.
Key word: ability of scientific literacy

PENDAHULUAN
Literasi sains merupakan salah satu permasalahan yang cukup penting dan harus
segera diatasi di Indonesia. Berdasarkan survey yang diselenggarakan oleh TIMSS
(Trends in International Mathematics and Science Study) yang dilakukan setiap empat
tahun sekali pada tahun 2007 Indonesia berada di peringkat ke 35 dari 49 negara dan
tahun 2011 Indonesia berada di peringkat 40 dari 42 negara. Hasil survey menunjukkan
bahwa skor rata-rata prestasi sains siswa berada di bawah rata-rata skor Internasional.
Sejalan dengan survey yang dilakukan oleh TIMSS, survey yang dilakukan oleh PISA
(Program for International Student Assessment) rata-rata skor prestasi literasi sains di
Indonesia masih jauh di bawah rata-rata internasional. Pada tahun 2003 berada di posisi
ke 38 dari 40 negara, 2006 berada di posisi ke 50 dari 57 negara, 2009 Indonesia
menempati posisi ke 60 dari 65 peserta, dan pada 2012 menempati posisi 66 dari 67
negara (OECD, 2013). Hal ini membuktikan bahwa secara umum kemampuan literasi
sains siswa Indonesia masih rendah dan harus segera di atasi.
Literasi sains adalah kemampuan menggunakan pengetahuan sains,
mengidentifikasi pertanyaan-pertanyaan, menarik kesimpulan berdasarkan bukti-bukti
untuk memahami dan membantu membuat keputusan berkenaan tentang alam serta
perubahan yang dilakukan terhadap alam melalui aktivitas manusia (PISA, 2003).
Kemampuan literasi sains diartikan sebagai kemampuan seseorang untuk membedakan
fakta-fakta sains dari bermacam-macam informasi, mengenal dan menganalisis
penggunaan metode penyelidikan saintifik serta kemampuan untuk mengorganisasi,
menganalisis, menginterpretasikan data kuantitatif dan informasi sains (Gormally, 2012).
Pembelajaran biologi mengupayakan terbentuknya subyek didik sebagai manusia
yang memiliki modal literasi sains, yaitu manusia yang membuka kepekaan diri,
mencermati, menyaring, mengaplikasikan, serta turut serta berkontribusi bagi
perkembangan sains dan teknologi untuk peningkatan kesejahteraan dan kemaslahatan
masyarakat. Selain kemampuan intelektual, literasi sains juga menyangkut keterampilan
berpikir tingkat tinggi, sosial, dan interdisipliner (Nbina dan Obomanu, 2010). Orang yang
literat sains dapat dengan tepat menggunakan konsep sains, prinsip, hukum, dan teori
dalam interaksi dengan lingkungannya serta menggunakan proses sains dalam
penyelesaian masalah, membuat keputusan, selanjutnya mengerti keadaan alam yang
sesungguhnya (Laugksch, 2000). Tujuan dari penelitian yang dilakukan adalah untuk
menganalisis kemampuan awal literasi sains siswa SMA kelas X di Kota Malang. Hasil
penelitian diharapkan dapat memberikan informasi tentang kemampuan awal literasi sains
siswa SMA kelas X di Kota Malang.

METODE PENELITIAN
Jenis penelitian adalah penelitian deskriptif yang bertujuan menggambaran secara
cermat dan sistematis mengenai fakta dan sifat populasi tertentu. Jenis penelitian
digunakan untuk menggambarkan kemampuan awal literasi sains siswa SMA. Populasi
772
Prosiding Seminar Nasional II Tahun 2016,
Kerjasama Prodi Pendidikan Biologi FKIP dengan Pusat Studi Lingkungan dan
Kependudukan (PSLK) Universitas Muhammadiyah Malang
Malang, 26 Maret 2016
dalam penelitian ini adalah siswa kelas X SMA Kota Malang. Sampel yang digunakan
dalam penelitian ini adalah siswa kelas X SMAN 4 Malang tahun ajaran 2015-2016 yang
berjumlah 68 siswa.
Pengukuran literasi sains dilakukan mengunakan 15 soal pilihan ganda sesuai
dengan indikator yang dikembangkan oleh Gormally (2012). Indikator literasi sains yang
digunakan terdiri atas: 1) mengidentifikasi pendapat ilmiah yang valid 2) melakukan
penelusuran literatur yang efektif 3) memahami elemen-elemen desain penelitian dan
bagaimana dampaknya terhadap temuan/ kesimpulan 4) membuat grafik secara tepat dari
data; 5) memecahkan masalah menggunakan keterampilan kuantitatif, termasuk statistik
dasar; 6) memahami dan menginterpretasikan statistik dasar; 7) melakukan inferensi,
prediksi, dan penarikan kesimpulan berdasarkan data kuantitatif. Indikator dan soal
dijelaskan pada Tabel 1 sebagai berikut:

Tabel 1. Indikator dan Contoh Soal Literasi


No. Indikator Contoh soal
1. Mengidentifikasi 1. Soal nomor 1. Pada tahun 2010-2011 terjadi ledakan
pendapat ilmiah populasi ulat bulu. Manakah berikut ini yang
yang valid menunjukkan argumen ilmiah yang valid?
a. Meledaknya ulat bulu di daerah Probolinggo dapat
menyebabkan berbagai penyakit untuk masyarakat
di sekitarnya
b. Fenomena meledaknya ulat bulu merebak ke
sejumlah daerah di Indonesia. Berdasarkan
penelitian yang dilakukan oleh LIPI penyebab
meledaknya ulat bulu dipengaruhi oleh faktor
biotik
c. Fenomena meledaknya ulat bulu ini dapat ditangani
dengan memberikan pestisida pada tanaman inang
yang ditumpangi oleh ulat bulu
d. Proses perkembangbiakan ulat bulu sangat
dipengaruhi oleh waktu-suhu. Pada tahun 2010-
2011 di Probolinggo terjadi musim panas yang
panjang. Ledakan populasi ulat bulu di Probolinggo
disebabkan oleh kenaikan suhu.
e. Meledaknya ulat bulu diakibatkan karena predator
ulat bulu banyak di buru oleh manusia
2. Melakukan 2. Soal nomor 3. Berdasarkan data dari Badan Nasional
penelusuran literatur Penanggulangan Bencana (BNPB), kabut asap yang
yang efektif muncul sebagai akibat kebakaran lahan gambut telah
membuat setidaknya 30.249 orang menderita infeksi
saluran pernapasan akut, 562 orang menderita
pneumonia, lalu asma 1.109 orang, iritasi mata 895
orang, dan iritasi kulit 1.490 orang.

773
Prosiding Seminar Nasional II Tahun 2016,
Kerjasama Prodi Pendidikan Biologi FKIP dengan Pusat Studi Lingkungan dan
Kependudukan (PSLK) Universitas Muhammadiyah Malang
Malang, 26 Maret 2016
Kutipan di atas berasal dari jenis sumber informasi?
a. Primer (Hasil penelitian yang ditulis, ditelaah ahli
dan dipublikasikan dalam jurnal ilmiah.)
b. Sekunder (Ulasan dari beberapa hasil penelitian
yang ditulis sebagai sebuah artikel yang diterbitkan
dalam jurnal ilmiah.)
c. Tersier (Laporan dari media, ensiklopedia, atau
dokumen yang diterbitkan oleh instansi pemerintah)
d. Kuarter (Laporan hasil praktikum siswa)
e. Tidak ada sumber
3. Memahami elemen-3. Soal nomor 5). Anda mencatat ada benang-benang
elemen desain putih pada tempe yang menempelkan kedelai satu
penelitian dan dengan lainnya. Pernyataan di atas adalah...
bagaimana a. Teori
dampaknya terhadap b. Hasil Penelitian
temuan/ kesimpulan c. Hipotesis
d. Observasi
e. Prediksi
4. Membuat grafik 4. Soal nomor 13. Grafik manakah yang paling tepat
secara tepat dari data menggambarkan data penelitian pengaruh air Sungai
Brantas terhadap jumlah gerak operkulum ikan?

774
Prosiding Seminar Nasional II Tahun 2016,
Kerjasama Prodi Pendidikan Biologi FKIP dengan Pusat Studi Lingkungan dan
Kependudukan (PSLK) Universitas Muhammadiyah Malang
Malang, 26 Maret 2016

5. Memecahkan Soal nomor 8. Rani melakukan penelitian, yaitu


masalah pemupukan tanaman padi dengan pupuk N dalam
menggunakan dosis yang bertingkat-tingkat (10 %, 15 %, 20 %, 25%
keterampilan dan 30 %), dalam 4 ulangan pengaruhnya pupuk
kuantitatif, termasuk diukur pada hasil panen padi. Data produksi padi pada
statistik dasar setiap petak adalah sebagai berikut.
Perlakuan Ulangan
(dosis (kuintal/hektar)
pupuk N) 1 2 3 4
10 % 30 32 33 29
15 % 40 33 30 31
20 % 36 34 32 31
25 % 30 32 31 28
30 % 28 30 31 31
5.
6. Berdasarkan data hasil panen di atas pada dosis berapa
yang paling efektif mempengaruhi hasil panen padi?
a. 10 %
b. 15 %
c. 20 %
d. 25 %
e. 30 %
6. Memahami dan Soal nomor 14. Mengapa peneliti menggunakan

775
Prosiding Seminar Nasional II Tahun 2016,
Kerjasama Prodi Pendidikan Biologi FKIP dengan Pusat Studi Lingkungan dan
Kependudukan (PSLK) Universitas Muhammadiyah Malang
Malang, 26 Maret 2016
menginterpretasikan statistik untuk menarik kesimpulan data penelitiannya?
statistik dasar a. Para peneliti biasanya mengumpulkan data dari
populasi
b. Masyarakat mudah memahami hasil penelitian
yang disajikan dalam bentuk angka
c. Hanya statistik saja yang dapat digunakan untuk
membandingkan
d. Kesimpulan yang benar untuk menjawab
pertanyaan hanya dapat terungkap melalui analisis
statistik.
e. Para peneliti membuat kesimpulan tentang
populasi menggunakan estimasi dari sampel yang
lebih kecil
7. Melakukan inferensi,
7. Soal nomor 9. Berdasarkan hasil percobaan yang
prediksi, dan dilakukan oleh Rani, kesimpulan yang paling tepat
penarikan adalah...
kesimpulan a. Dosis pupuk N 20% merupakan dosis yang paling
berdasarkan data efektif meningkatkan hasil produksi padi
kuantitatif. b. Dosis pupuk N yang menghasilkan produksi panen
padi yang paling rendah adalah 25 %
c. Dosis pupuk N yang paling efektif meningkatkan
hasil produksi padi adalah 15 %
d. Produksi panen padi dengan dosis 10 %
berdasarkan 4 kali ulangan menghasilkan rata-rata
31,5 kw/hektar
e. Produksi panen padi yang paling banyak selama 4
kali ulangan sebesar 33, 25 kw/hektar

HASIL DAN PEMBAHASAN


Tahap awal dalam penelitian ini adalah penyusunan tes literasi sains yang
berjumlah 15 soal yang telah dilakukan validasi ahli. Tes literasi dikembangkan
berdasarkan 7 indikator dengan 15 soal untuk mengembangkan beberapa kemampuan
siswa seperti yang ditunjukkan dalam Tabel 2 berikut ini.

Tabel 2. Indikator, nomor soal, dan keterampilan dalam pengukuran kemampuan literasi
sains siswa
Indikator No. Skill
Soal
Mengidentifikasi pendapat 1, 2 Mengenal dan mengetahui fakta,
ilmiah yang valid pendapat, dan teori sains untuk
mendukung hipotesis
Melakukan penelusuran literatur 3, 4 Dapat mengevaluasi validitas sumber dan

776
Prosiding Seminar Nasional II Tahun 2016,
Kerjasama Prodi Pendidikan Biologi FKIP dengan Pusat Studi Lingkungan dan
Kependudukan (PSLK) Universitas Muhammadiyah Malang
Malang, 26 Maret 2016
yang efektif membedakan diantara tipe sumber-
sumber tersebut
Memahami elemen-elemen 5, 6, 7, Mengetahui tahap desain penelitian
dalam desain penelitian 10, 11 (observasi, hipotesis, variabel bebas,
variabel kontrol, variabel terikat)
Membuat grafik secara tepat dari 13, 15 Mengidentifikasi format grafik yang tepat
data untuk menggambarkan tipe data yang
berbeda
Memecahkan masalah 8 Menghitung rata-rata dan persentase
menggunakan keterampilan
kuantitatif, termasuk statistik
dasar
Memahami dan 14 Menginterpretasi kesalahan, memahami
menginterpretasikan statistik kebutuhan untuk analisis statistik
dasar
Melakukan inferensi, prediksi, 9, 12 Menginterpretasikan data dan meninjau
dan penarikan kesimpulan desain eksperimental untuk mengevaluasi
berdasarkan data kuantitatif hipotesis dan mengetahui kekurangan
pendapat (argumen)

Tahap kedua dengan memberikan tes pada 68 siswa SMA kelas X. Tes yang
diberikan berjumlah 15 soal pilihan ganda yang kontekstual berdasarkan masalah-masalah
nyata. Aspek dari literasi sains yang digunakan yakni mengenali dan menganalisis
penggunaan metode inkuiri untuk mengarahkan pengetahuan sains dan kemampuan untuk
mengorganisasi, menganalisis, dan menginterpretasikan data kuantitatif dan informasi
sains. Indikator 1 yakni mengidentifikasi pendapat ilmiah yang valid atau melakukan
penelusuran literatur yang efektif. Siswa harus mampu berpikir kritis dan membedakan
pendapat-pendapat ilmiah di masyarakat, dalam hal ini siswa harus mampu meninjau
penelitian sains, data, dan hasil penelitian untuk memuat keputusan tentang permasalahan
yang sering muncul terkait dengan sains. Pada indikator ini terdapat 2 soal, soal pertama
tentang permasalahan meledaknya ulat bulu di Probolinggo dan soal kedua tentang
kerusakan terumbu karang di Indonesia. Pada soal 1 persentase jawaban siswa yang benar
sebesar 75 %, sedangkan pada nomor 2 jawaban siswa yang benar sebesar 19 %.
Mencari referensi dan menganalisis kualitas dari sumber yang digunakan juga
merupakan bagian yang terkait dengan analisis argumen saintifik (Gormally, 2012).
Faktanya 40 % pengguna internet di U. S melaporkan bahwa mereka memperoleh banyak
informasi sains dari internet, dan 87 % pengguna internet juga melaporkan telah mencari
informasi sains secara online minimal satu kali (Horrigan, 2006; Gormally, 2012). Di
Indonesia sendiri pada tahun 2014 berdasarkan riset yang dilakukan oleh Asosiasi
Penyedia Jasa Internet Indonesia (APJII) dan Pusat Kajian Komunikasi (PusKaKom) FISIP
Universitas Indonesia menjelaskan bahwa pengguna internet mencapai 88, 1 juta jiwa dari
252, 5 juta jiwa penduduk. Hal ini jelas bahwa warga negara Indonesia termasuk siswa
juga mencari informasi secara online. Semua siswa dari segala umur dan jenjang (SMP,

777
Prosiding Seminar Nasional II Tahun 2016,
Kerjasama Prodi Pendidikan Biologi FKIP dengan Pusat Studi Lingkungan dan
Kependudukan (PSLK) Universitas Muhammadiyah Malang
Malang, 26 Maret 2016
SMA, dan mahasiswa) mengalami kesulitan ketika mengevaluasi relevansi dan keandalan
(reliable) informasi dari web (MaKinster et al., 2002; Merek-Gruwel et al., 2009). Selain
hal itu, diketahui bahwa sangat sedikit pengguna internet memeriksa sumber dan tanggal
informasi yang mereka temukan (Fox, 2006). Berdasarkan alasan-alasan tersebut maka
dibuat soal untuk mengembangkan kemampuan siswa untuk mengevaluasi validitas
sumber dan membedakan diantara tipe sumber-sumber tersebut. Terdapat 2 soal untuk
mengukur kemampuan melakukan penelusuran literatur yang efektif yakni soal nomor 3
dan 4. Pada soal nomor 3 persentase siswa menjawab benar sebesar 19 %, dan persentase
siswa menjawab benar pada soal nomor 4 sebesar 54 %. Hal ini juga didukung hasil
wawancara kepada 15 siswa yang semuanya menjawab bahwa referensi atau rujukan yang
mereka gunakan adalah buku paket yang berasal dari sekolah. Terdapat 13 dari 15 siswa
menjelaskan sumber lain yang sering digunakan didapat dari browsing dengan membuka
blogger dan wikipedia. Hal ini membuktikan bahwa kemampuan mencari dan menganalisis
sumber referensi siswa masih sangat rendah.
Memahami elemen-elemen dalam desain penelitian, hal ini perlu diketahui oleh
siswa untuk mendapatkan data ilmiah atau membuktikan fenomena-fenomena sains yang
terjadi di lingkungan. kemampuan ini diukur dengan 5 soal yang terdiri dari kemampuan
observasi, hipotesis, variabel bebas, variabel kontrol, dan variabel terikat. Pada indikator
ini diberikan soal tentang sebuah desain penelitian. Pada indikator kemampuan observasi
diukur dengan soal nomor 5, dan persentase jawaban benar sebesar 75 %. Kemampuan
observasi siswa sudah cukup tinggi jika dilihat dari banyaknya siswa yang sudah dapat
menjawab benar. Kemampuan siswa untuk membuat hipotesis berdasarkan pernyataan
atau informasi diukur pada soal nomor 6, dengan persentase jawaban benar sebesar 50%.
Kemampuan siswa untuk membedakan beberapa variabel antara lain variabel terikat,
bebas, dan kontrol diukur dengan soal 7, 10, 11. Persentase jawaban benar secara berurutan
adalah 95 %, 53 %, dan 73 %. Hal ini didukung data hasil wawancara dari 15 siswa
diketahui bahwa siswa belum pernah melakukan praktikum yang bersifat eksperimental
melainkan hanya praktikum yang bersifat observasi, sehingga kemampuan siswa untuk
memahami elemen-elemen penelitian masih perlu ditingkatkan.
Membuat grafik secara tepat dari data, merupakan bagian integral dari memperoleh
literasi fungsional, karena klaim ilmiah sering didukung oleh data kuantitatif (Steen, 1997;
Gormally, 2012). Siswa mengalami kesulitan mewakili data kuantitatif pada grafik, dan
kesulitan dalam memilih jenis grafik yang tepat untuk menampilkan jenis-jenis data
tertentu (Bray Speth et al., 2010). Indikator ini diwakili oleh soal nomor 13 dan 15. Pada
soal nomor 13 persentase jawaban benar sebesar 40 % dan persentase jawaban benar pada
soal nomor 15 sebesar 47%. Hasil wawancara dengan 15 siswa menunjukkan bahwa siswa
tidak pernah menginterpretasikan data tertentu dengan membuat grafik dan siswa tidak
mengetahui berbagai jenis grafik dan kegunaannya.
Memecahkan masalah menggunakan keterampilan kuantitatif, termasuk statistik
dasar, memahami dan menginterpretasikan statistik dasar, dan melakukan inferensi,
prediksi, dan penarikan kesimpulan berdasarkan data kuantitatif merupakan komponen
yang penting dikuasai siswa. Pada indikator ini dibuat soal yang berhubungan dengan
kegiatan eksperimental, pada soal ini siswa harus mampu menghitung rata-rata dari data
untuk dapat membuat kesimpulan. Persentase jawaban benar pada soal nomor 8 sebesar 45
778
Prosiding Seminar Nasional II Tahun 2016,
Kerjasama Prodi Pendidikan Biologi FKIP dengan Pusat Studi Lingkungan dan
Kependudukan (PSLK) Universitas Muhammadiyah Malang
Malang, 26 Maret 2016
%. Soal nomor 14 tentang pentingnya menggunakan statistik untuk analisis, persentase
jawaban benar siswa sebesar 31 %. Kemampuan untuk membuat kesimpulan diukur pada
soal nomor 9 dan 12 dengan persentase jawaban benar sebesar 40 % dan 90 %. Penjelasan
persentase jawaban benar setiap soal dijelaskan dalam Gambar 1 sebagai berikut:

Gambar 1. Grafik Persentase Jawaban Benar Tiap Soal

Hasil analisis jawaban siswa menunjukkan bahwa pada indikator memahami


elemen-elemen dalam desain penelitian dan membuat grafik secara tepat dari data
menunjukkan persentase tersebesar yakni 68 % dan 69 %, pada indikator melakukan
inferensi, prediksi, dan penarikan kesimpulan berdasarkan data kuantitatif persentase
jawaban benar dari 68 siswa sebesar 65 %. Pada indikator mengidentifikasi pendapat
ilmiah yang valid (misalnya pendapat/teori untuk mendukung hipotesis) persentase siswa
yang menjawab benar adalah 47 % dan pada indikator memecahkan masalah
menggunakan keterampilan kuantitatif, termasuk statistik dasar siswa yang menjawab
benar sebesar 45 %. Indikator melakukan penelusuran literatur yang efektif (misalnya
mengevaluasi validitas sumber dan membedakan diantara tipe sumber-sumber tersebut)
serta indikator memahami dan menginterpretasikan statistik dasar (menginterpretasi
kesalahan, memahami kebutuhan untuk analisis statistik) persentase siswa yang menjawab
benar sangat rendah hanya 37 % dan 31 %. Persentase jawaban benar siswa tiap indikator
disajikan dalam Tabel 3 di bawah ini.

Tabel 3. Persentase Jawaban Benar Tiap Indikator


Indikator Persentase
jawaban benar
Mengidentifikasi pendapat ilmiah yang valid (misalnya
47%
pendapat/teori untuk mendukung hipotesis)
Melakukan penelusuran literatur yang efektif (misalnya
37%
mengevaluasi validitas sumber dan membedakan diantara tipe

779
Prosiding Seminar Nasional II Tahun 2016,
Kerjasama Prodi Pendidikan Biologi FKIP dengan Pusat Studi Lingkungan dan
Kependudukan (PSLK) Universitas Muhammadiyah Malang
Malang, 26 Maret 2016
sumber-sumber tersebut)
Memahami elemen-elemen dalam desain penelitian 68%
Membuat grafik secara tepat dari data 69%
Memecahkan masalah menggunakan keterampilan kuantitatif,
termasuk statistik dasar (misalnya menghitung rata-rata, 45%
probabilitas, persentase, frekuensi)
Memahami dan menginterpretasikan statistik dasar
(menginterpretasi kesalahan, memahami kebutuhan untuk 31%
analisis statistic)
Melakukan inferensi, prediksi, dan penarikan kesimpulan
65%
berdasarkan data kuantitatif

Berdasarkan data tersebut diketahui bahwa kemampuan literasi sains siswa secara
umum masih tergolong rendah. Rendahnya kemampuan literasi sains ini disebabkan karena
proses pembelajaran yang belum melibatkan proses sains. Peningkatan kemampuan
tersebut dapat dilakukan melalui pembelajaran yang menekankan pada kemampuan
problem solving siswa. Pembelajaran dengan melatih kemampuan problem solving siswa
dapat dilakukan dengan strategi Problem-Based Learning (PBL). Pembelajaran dengan
strategi PBL membantu siswa menjadi pebelajar mandiri (Arends, 2012). Pada
pembelajaran berbasis masalah (PBL), siswa bekerja sama dengan teman sekelas untuk
memecahkan masalah yang kompleks dan autentik yang membantu mengembangkan
pengetahuan konten serta pemecahan masalah, penalaran, komunikasi, dan keterampilan
penilaian atau refleksi diri. Siswa mengambil tanggung jawab secara mandiri pada
pembelajaran mereka dengan menempatkan beberapa informasi yang mereka butuhkan
untuk memecahkan masalah (Levin, 2001).
Pembelajaran dengan PBL merupakan pembelajaran yang menggunakan masalah
yang autentik dalam pembelajaran. Permasalahan yang efektif digunakan dalam
pembelajaran adalah masalah sosial masyarakat yang berkaitan dengan sains. Masalah
sosial sains telah menjadi penting dalam pendidikan sains karena menempati peran
sentral dalam peningkatan literasi sains (Merghli, 2009). Socioscientific menyediakan
situasi belajar kontekstual yang berpeluang bagi pengembangan keterampilan ilmiah
argumentatif, eksplorasi isu-isu moral, pengembangan penalaran moral (moral reasoning)
dan kemampuan reflective judgment (Zeidler, 2009), sehingga subyek didik mampu
membuat keputusan atas persoalan yang ada pada lingkungan sosialnya secara ilmiah dan
bernilai sosial.
Konsep SSI disarankan sebagai fungsi literasi sains di beberapa tempat (Zeidler,
2009). Konsep SSI disarankan karena SSI baik untuk menangani hal pertumbuhan
psikologis, sosial, dan emosional anak dan sensitivitas fleksibel anak. Pembelajaran
dengan SSI merupakan langkah utama untuk mengembangkan literasi sains, karena dengan
SSI siswa akan diarahkan untuk membiasakan diri dengan ilmu pengetahuan dalam
tindakan, artinya mengaplikasikan ilmu pengetahuan dalam setiap tindakan yang dilakukan
(Zeidler, 2009).

780
Prosiding Seminar Nasional II Tahun 2016,
Kerjasama Prodi Pendidikan Biologi FKIP dengan Pusat Studi Lingkungan dan
Kependudukan (PSLK) Universitas Muhammadiyah Malang
Malang, 26 Maret 2016
PENUTUP
Kesimpulan yang diperoleh dari penelitian yang dilakukan adalah kemampuan awal literasi
sains siswa masih rendah. Kemampuan awal literasi yang paling rendah adalah
kemampuan siswa untuk memahami dan menginterpretasikan statistik dasar
(menginterpretasi kesalahan, memahami kebutuhan untuk analisis statistik), hal ini
ditunjukkan sebesar 31 % siswa yang menjawab benar. Adapun solusi yang dapat
ditawarkan adalah perlunya penggunaan model pembelajaran yang berbasis masalah sosial
sains untuk meningkatkan kemampuan literasi sains siswa.

DAFTAR PUSTAKA
Arends, R. I. 2012. Learning to Teach, Ninth Edition. New York. McGraw-Hill
Companies, Inc.
Asosiasi Penyelenggara Jasa Internet Indonesia (APJII). 2014. Data Pengguna Internet di
Indonesia. (Online) (www.apjii.or.id), diakses pada 15 Februari 2016
Bray S. E., Momsen J.L, Moyerbrailean G.A, Ebert-May D. L., Wyse S, Linton D (2010).
Infusing quantitative literacy into introductory biology. CBE Life Sci Educ. Vol
9, 323332
Gormally, C., Peggy B., dan Mary L., 2012. Developing a Test of Scientific Literacy Skills
(TOLS): Measuring Undergraduates Evaluation of Scientific Information and
Arguments. CBE-Life Sciences Education. Vol. 11, 364-377.
Horrigan J. 2006. The Internet as a Resource for News and Information about Science.
(online) (www.pewtrusts.org/our_work_report), diakses pada 11 Februari 2016
Laugksch, R. C. 2000. Scientific Literacy: A Conceptual Overview. John Wiley & Sons,
Inc. Sci. Ed, 84 (-) : 71-94
Levin, B. B. 2001. Energizing Teacher Education and Professional Development with
Problem-Based Learning. USA: Association for Supervision and Curriculum
Development
MaKinster J.G, Beghetto R.A, Plucker J.A. 2002. Why cant I find Newtons third law?
Case studies of students use of the Web as a science resource. J Sci Educ
Technol. Vol. 11, 155172.
Merghli, Kacem. S., S. Laurence, A. Atf. 2009. The Teaching of Socio-Scientific Issues for
Scientific Literacy and Citizenship. In Cakmakci, G & M.F. Tasar (Eds). 2010.
Contemporary Science Education Research: Science Literacy and Social
Aspects of Science. Turkey: PEGEM Akademi.
Nbina, J.B & B.J. Obomanu. 2010. The Meaning of Scientific Literacy: A Model of
Relevance in Science Education. Academic Leadership Journal, 8 (4).
OECD. 2013. Survey International Program for International Student Assessment (PISA).
(Online) (http: // www.oecd.org/pisa), diakses 01 Juni 2015.
Pisa. 2015. Draft Science Framework
Zeidler, D. L. 2009. Advancing Reflective Judgment through Socioscientific Issues.
Journal of Research in Science Teaching, 46 (1): 74-101.
Zeidler, D. L. dan Bryan H. N. 2009. Socioscientific Issues: Theory and Practice. Journal
of Elementary Science Education, 21 (2): 49-58

781

Anda mungkin juga menyukai