Anda di halaman 1dari 7

A.

Batuk
Batuk merupakan refleks fisiologis kompleks yang melindungi paru dari trauma mekanik,
kimia dan suhu. Batuk juga merupakan mekanisme pertahanan paru yang alamiah untuk
menjaga agar jalan nafas tetap bersih dan terbuka dengan jalan mencegah masuknya benda
asing ke saluran nafas dan mengeluarkan benda asing atau sekret yang abnormal dari dalam
saluran nafas. Batuk menjadi tidak fisiologis bila dirasakan sebagai gangguan. Batuk
semacam itu sering kali merupakan tanda suatu penyakit di dalam atau diluar paru dan
kadang-kadang merupakan gejala dini suatu penyakit. Penularan penyakit batuk melalui
udara (air borne infection). Penyebabnya beragam dan pengenalan patofisiologi batuk akan
sangat membantu dalam menegakkan diagnosis dan penatalaksanaan batuk. (Yunus, F. 2007)
Batuk adalah suatu refleks pertahanan tubuh untuk mengeluarkan benda asing dari
saluran napas. Batuk juga membantu melindungi paru dari aspirasi yaitu masuknya benda
asing dari saluran cerna atau saluran napas bagian atas. Yang dimaksud dengan saluran
napas mulai dari tenggorokan, trakhea, bronkhus, bronkhioli sampai ke jaringan paru.
(Guyton, et all. 2008)
Batuk merupakan gejala klinis dari gangguan pada saluran pernapasan. Batuk bukan
merupakan suatu penyakit, tetapi merupakan manifestasi dari penyakit yang menyerang
saluran pernafasan. Penyakit yang bisa menyebabkan batuk sangat banyak sekali mulai dari
infeksi, alergi, inflamasi bahkan keganasan. (Kumar, et all. 2007)

B. Faktor Penyebab Batuk


Reflek batuk dapat ditimbulkan oleh :
- Rangsangan mekanis, misalnya asap rokok, debu, tumor
- Adanya perubahan suhu mendadak
- Rangsangan kimiawi, misalnya gas dan bau-bauan
- Adanya peradangan / infeksi
- Reaksi alergi
(Waisya, R. 2008)
Disamping infeksi saluran pernafasan atas (ISPA) seperti influenza, penyebab batuk yang
paling sering adalah:
- Alergi dan asthma
- Infeksi paru-paru seperti pneumonia atau bronkitis akut.
- Penyakit paru obstruktif kronik (PPOK) atau bronkitis kronik, emphysema
- Sinusitis yang menyebabkan postnasal drip.
- Penyakit paru seperti bronkiektasis, tumor paru.
- Gastroesophageal reflux disease (GERD) ini artinya cairan lambung balik ke
tenggorokan, orangnya suka bertahak asam atau pahit.
- Merokok
- Terpapar asap rokok (perokok pasif), polutan udara
- Obat darah tinggi golongan ACE Inhibitor
(Nadesui, H. 2008)

C. Reflek dan Mekanisme Batuk


Batuk dapat dipicu secara refleks ataupun disengaja. Sebagai refleks pertahanan diri,
batuk dipengaruhi oleh jalur sarad aferen dan eferen. Batuk diawali dengan inspirasi dalam
diikuti dengan penutupan glotis, relaksasi diafragma, dan kontraksi otot melawan glotis yang
menutup. Hasilnya akan terjadi tekanan positif pada intratoraks yang menyebabkan
penyempitan trakea. Sekali glotis terbuka, perbedaan tekanan yang besar antara saluran
napas dan udara luar bersama dengan penyempitan trakea akan menghasilkan aliran udara
yang melalui trakea. Kekuatan eksplosif ini akan menyapu sekret dan benda asing yang
ada di saluran napas. (Ikawati, 2008)

Reflek Batuk
Batuk dimulai dari suatu rangsangan pada reseptor batuk. Reseptor ini berupa serabut
saraf non mielin halus yang terletak baik di dalam maupun di luar rongga toraks. Yang
terletak di dalam rongga toraks antara lain terdapat di laring, trakea, bronkus, dan di pleura.
Jumlah reseptor akan semakin berkurang pada cabang-cabang bronkus yang kecil, dan
sejumlah besar reseptor di dapat di laring, trakea, karina dan daerah percabangan bronkus.
Reseptor bahkan juga ditemui di saluran telinga, lambung, hilus, sinus paranasalis,
perikardial, dan diafragma.
Serabut afferen terpenting ada pada cabang nervus vagus yang mengalirkan rangsang dari
laring, trakea, bronkus, pleura, lambung, dan juga rangsangan dari telinga melalui cabang
Arnold dari nervus vagus. Nervus trigeminus menyalurkan rangsang dari sinus paranasalis,
nervus glosofaringeus, menyalurkan rangsang dari faring dan nervus frenikus menyalurkan
rangsang dari perikardium dan diafragma.
Oleh serabut afferen rangsang ini dibawa ke pusat batuk yang terletak di medula, di dekat
pusat pernafasan dan pusat muntah. Kemudian dari sini oleh serabut-serabut efferen nervus
vagus, nervus frenikus, nervus interkostalis dan lumbar, nervus trigeminus, nervus fasialis,
nervus hipoglosus, dan lain-lain menuju ke efektor. Efektor ini berdiri dari otot-otot laring,
trakea, bronkus, diafragma,otot-otot interkostal, dan lain-lain. Di daerah efektor ini
mekanisme batuk kemudian terjadi.
(Wirjodiarjo, Muljono. 2008)
Mekanisme Batuk dapat dibagi menjadi empat fase yaitu :
Fase iritasi
Iritasi dari salah satu saraf sensoris nervus vagus di laring, trakea, bronkus besar, atau serat
afferen cabang faring dari nervus glosofaringeus dapat menimbulkan batuk. Batuk juga
timbul bila reseptor batuk di lapisan faring dan esofagus, rongga pleura dan saluran telinga
luar dirangsang.
Fase inspirasi
Pada fase inspirasi glotis secara refleks terbuka lebar akibat kontraksi otot abduktor kartilago
aritenoidea. Inspirasi terjadi secara dalam dan cepat, sehingga udara dengan cepat dan dalam
jumlah banyak masuk ke dalam paru. Hal ini disertai terfiksirnya iga bawah akibat kontraksi
otot toraks, perut dan diafragma, sehingga dimensi lateral dada membesar mengakibatkan
peningkatan volume paru. Masuknya udara ke dalam paru dengan jumlah banyak
memberikan keuntungan yaitu akan memperkuat fase ekspirasi sehingga lebih cepat dan
kuat serta memperkecil rongga udara yang tertutup sehingga menghasilkan mekanisme
pembersihan yang potensial.
Fase kompresi
Fase ini dimulai dengan tertutupnya glotis akibat kontraksi otot adduktor kartilago
aritenoidea, glotis tertutup selama 0,2 detik. Pada fase ini tekanan intratoraks meninggi
sampai 300 cm H2O agar terjadi batuk yang efektif. Tekanan pleura tetap meninggi selama
0,5 detik setelah glotis terbuka . Batuk dapat terjadi tanpa penutupan glotis karena otot-otot
ekspirasi mampu meningkatkan tekanan intratoraks walaupun glotis tetap terbuka.
Fase ekspirasi/ ekspulsi
Pada fase ini glotis terbuka secara tiba-tiba akibat kontraksi aktif otot ekspirasi, sehingga
terjadilah pengeluaran udara dalam jumlah besar dengan kecepatan yang tinggi disertai
dengan pengeluaran benda-benda asing dan bahan-bahan lain. Gerakan glotis, otot-otot
pernafasan dan cabang-cabang bronkus merupakan hal yang penting dalam fase mekanisme
batuk dan disinilah terjadi fase batuk yang sebenarnya. Suara batuk sangat bervariasi akibat
getaran sekret yang ada dalam saluran nafas atau getaran pita suara.
(Guyton. 2008)

D. Jenis-Jenis Batuk
Batuk berdasarkan waktu
1. Akut
Akut merupakan fase awal dan masih mudah buat sembuh. Jangka waktunya kurang dari
tiga minggu dan terjadi karena iritasi, bakteri, virus, penyempitan saluran nafas atas.
2. Subakut
Subakut adalah fase peralihan dari akut akan menjadi kronis. Dikategorikan subakut bila
batuk sudah 3-8 minggu. Terjadi karena gangguan pada epitel.
3. Kronis
Kronis adalah batuk yang sulit disembuhkan dikarenakan penyempitan saluran nafas atas
dan terjadi lebih dari delapan minggu. Batuk kronis biasanya adalah tanda atau gejala
adanya penyakit lain yang lebih berat. Banyak penyakit berat yang ditandai dengan
batuk kronis, misalnya asma, TBC, gangguan refluks lambung, penyakit paru obstruksi
kronis, sampai kanker paru-paru. Untuk itu, batuk kronis harus diperiksakan ke dokter
untuk memastikan penyebabnya dan diatasi sesuai dengan penyebabnya itu
(Nadesui, Hendrawan. 2008)
Berdasarkan sebabnya
1. Batuk berdahak
Batuk berdahak, jumlah dahak yang dihasilkan sangat banyak, sehingga menyumbat
saluran pernafasan.
2. Batuk kering
Batuk ini tidak mengeluarkan dahak. Tenggorokan terasa gatal, sehingga merangsang
timbulnya batuk. Batuk ini mengganggu kenyamanan, bila batuknya terlalu keras akan
dapat memecahkan pembuluh darah pada mata.
3. Batuk yang khas
Batuk rejan, batuknya bisa berlangsung 100 hari. Bisa menyebabkan pita suara
radang dan suara parau.
Batuk penyakit TBC, berlangsung berbulan-bulan, kecil-kecil, timbul sekali-sekali,
kadang seperti hanya berdehem. Pada TBC batuk bisa disertai bercak darah segar.
Batuk karena asma, sehabis serangan asma lendir banyak dihasilkan. Lendir inilah
yang merangsang timbulnya batuk.
Batuk karena penyakit jantung lemah, darah yang terbendung di paru-paru,
menjadikan paru-paru menjadi basah. Kondisi basah pada paru-paru ini yang
merangsang timbulnya batuk.
Batuk karena kanker paru-paru yang menahun tidak sembuh. Batuknya tidak tentu.
Bila kerusakan paru-paru semakin luas, batuk semakin tambah.
Batuk karena kemasukan benda asing, pada saat saluran pernafasan berusaha
mengeluarkan benda asing maka akan menimbulkan batuk.
(Yunus, F. 2007)
E. Gejala-Gejala yang Menyertai Batuk
Gejala yang menyertai batuk pada umumnya disebabkan oleh influenza. Gejala tersebut
antara lain demam yang tinggi disertai otot tubuh yang kaku, bersin-bersin, hidung
tersumbat, dan sakit tenggorokan. Namun batuk berdahak juga timbul akibat peradangan
pada paru-paru. (Wirjodiarjo, Muljono. 2008)

F. Penatalaksanaan terhadap Batuk


Penatalaksanaan batuk yang paling baik yang paling baik adalah pemberian obat spesifik
terhadap etiologinya. Tiga bentuk penatalaksanaan batuk adalah :
1. Tanpa pemberian obat
Batuk yang tanpa gejala akut dapat sembuh sendiri dan biasanya tidak perlu obat. Untuk
mengurangi batuk biasanya dengan cara:
Sering minum air putih, untuk membantu mengencerkan dahak, mengurangi iritasi atau
rasa gatal.
Hindari paparan debu, minuman atau makanan yang merangsang tenggorokan, dan udara
malam yang dingin
Menghirup uap air panas, uap mentol
Permen obat batuk atau permen pedas dapat menolong pada batuk yang kering dan
menggelitik
(Tjay, HT. Rahardja, K. 2003)
2. Pengobatan spesifik
Pengobatan ini diberikan terhadap penyebab timbulnya batuk. Apabila penyebab batuk
diketahui maka pengobatan harus ditujukan terhadap penyebab tersebut. Dengan evaluasi
diagnosis yang terpadu, pada hampir semua penderita dapat diketahui penyebab batuk
kroniknya.
Pengobatan spesifik batuk tergantung dari etiologi atau mekanismenya.
(Yunus, F. 2007)
3. Pengobatan simtomatik
Diberikan baik kepada penderita yang tidak dapat ditentukan penyebab batuknya maupun
kepada penderita yang batuknya merupakan gangguan, tidak berfungsi baik dan potensial
dapat menimbulkan komplikasi.
(Yunus, F. 2007)
Obat batuk biasa disebut dengan antitusif. Obat batuk tersebut berdasarkan sasarannya
terbagi menjadi 2 yaitu:
1. Obat batuk sentral
Obat batuk sentral bertujuan untuk menekan rangsangan batuk di pusat batuk (medulla).
Terbagi menjadi zat adiktif (kodein) dan non adiktif (noskapin, dektrometorfan,
prometazin)
2. Obat batuk perifer
Obat batuk ini bekerja di luar dari system saraf pusat. Perifer terbagi dalam beberapa
kelompok yaitu ekspetoransia (ammonium klorida, guaiokol, ipeca dan minyak terbang),
mukolitika (asetilkarbositein, mesna, bromheksin, dan ambroksol), dan zat-zat pereda
(oksolamin dan hiperpidin).
(Tjay, HT. Rahardja, K. 2003)
Obat batuk biasanya mengandung zat antihistamin, yang bekerja sebagai anti alergi. Zat-
zat antihistamin inilah yang menyebabkan timbulnya efek kantuk. Obat batuk tanpa efek
kantuk biasanya tidak mengandung zat antihistamin sama sekali, atau menggunakan zat
antihistamin golongan baru yang tidak memiliki efek mengantuk. Antihistamin dengan efek
samping kantuk yang biasa terdapat dalam formula obat batuk adalah Chlorfeniramine
maleat atau CTM dan difenhidramin.
(Yunus, F. 2007)
Jenis obat batuk berdasarkan jenis batuknya dapat dibagi dalam dua golongan obat :
1. Ekspetoran
Obat batuk ini ditujukan untuk jenis batuk berdahak, karena dapat mempertinggi sekresi
saluran pernapasan atau mencairkan dahak. Kandungan obat batuk yang mungkin ada
dalam jenis expectorantia ini adalah zat yang bersifat mencairkan dahak sehingga mudah
dikeluarkan, misalnya guaiafenesin atau gliserin guaiacolat (GG), ammonium klorida
(NH 4 Cl), dan kalium yodida (KI). Obat batuk jenis ini seringkali dicampur dengan
ramuan tumbuh-tumbuhan seperti jahe dan mint sehingga memberikan rasa hangat pada
tenggorokan.
2. Non-ekspektoran
Obat batuk ini ditujukan untuk jenis batuk kering. Ada dua golongan zat aktif yang biasa
digunakan, yaitu :
Golongan Alkaloid Morfin, seperti kodein, dionin, dan lain-lain. Obat ini bersifat
narkotis dan menimbulkan ketagihan, karenanya hanya dapat dibeli dengan resep
dokter.
Golongan Non-Morfin, di mana jenis zat aktif ini tidak menimbulkan ketagihan
seperti dextromethorphan (DMP). Untuk batuk yang yang disebabkan oleh
infeksi/peradangan, diperlukan obat-obat antibiotik yang harus melalui pemeriksaan
yang seksama oleh dokter.
(Waisya, R. 2008)

Anda mungkin juga menyukai