June 4, 2012Limbahwastewaterjujubandung
Untuk mengetahui lebih luas tentang pengelolaan air limbah, maka perlu kiranya
diketahui juga secara detail mengenai kandungan yang ada di dalam air limbah juga
sifatsifatnya. Setelah diadakan analisis ternyata air limbah mempunyai sifat yang dapat
dibedakan menjadi 3 bagian besar, menurut Sundstrom, yaitu:
Sifat Fisik
Sifat Kimiawi
Sifat Biologi
Adapun cara pengukuran yang dilakukan pada setiap jenis sifat tersebut dilaksanakan
secara berbedaberbeda sesuai dengan keadaannya. Analisis jumlah data dan satuan
biasanya ditetapkan untuk penelaahan bahan kimia, sedangkan analisis dengan
menggunakan penggolongan banyak diterapkan apabila menganalisis kandungan
biologisnya (Sugiharto, 1987).
Menurut Fardaz, 1992, sifat sifat air yang umum diuji dan dapat digunakan untuk
menentukan tingkat polusi air misalnya:
Suhu
Jumlah padatan
Nilai BOD/COD
Kandungan minyak
Menurut Sugiharto , 1987, penentuan derajat kekotoran air limbah sangat dipengaruhi
oleh adanya sifat fisik yang mudah terlihat. Adapun sifat fisik yang penting adalah
kandungan zat padat sebagai efek estetika dan kejernihan serta bau dan warna dan
juga temperatur. Jumlah endapan pada contoh air merupakan sisa penguapan dari
contoh air limbah pada suhu 103 1050 C. Beberapa komposisi akan hilang jika
dilakukan pemanasan secara lambat. Jumlah total endapan terdiri dari benda benda
yang mengendap, terlarut dan tercampur. Untuk melakukan pemeriksaan ini dapat
dilakukan dengan mengadakan pemisahan air limbah dengan memperhatikan besar
kecilnya partikel yang terkandung di dalam air. Hal ini akan memudahkan kita dalam
memilih teknik pengendapan yang akan diterapkan sesuai dengan partikel yang ada di
dalamnya. Air limbah yang mengandung partikel dengan ukuran besar memudahkan
proses pengendapan yang berlangsung, sedangkan apabila air limbah tersebut
berisikan partikel yang sangat kecil ukurannya akan menyulitkan dalam proses
pengendapan, sehingga untuk mengendapkan benda ini haruslah dipilihkan cara
pengendapan yang lebih baik dengan teknologi yang sudah barang tentu akan lebih
canggih.
Endapan dengan ukuran di atas 10 dapat dihilangkan melalui proses penyaringan dan
pengendapan, sedangkan ukuran di bawah 1 memerlukan satu atau lebih cara
pemisahan yang lebih tinggi. Hal inilah yang digunakan sebagai pertimbangan sehingga
pada tes analitik dilakukan pemisahan menjadi 3 golongan besar, yaitu:
Zatzat padat yang bisa mengendap adalah zat padat yang akan mengendap pada
kondisi tanpa bergerak atau diam kurang lebih selama 1 jam sebagai akibat gaya
beratnya sendiri. Besarnya endapan diukur dengan alat pengukur yang dinyatakan
dalam satuan miligram setiap liter air limbah. Hal ini sangat penting untuk mengetahui
derajat pengendapan dasn jumlah endapan yang ada di dalam suatu badan air. Jumlah
total endapan dapat dideteksi dengan penyaringan terhadap air kotor melalui kertas
fiber atau saringan 0,45 dan mengukur berat kering dari material yang terkumpul
dalam satuan mg/l. Apabila contoh yang diambil berasal dari reaktor aktif air limbah,
maka endapan tersebut dikenal sebagai MLSS (Mixed Liquor Suspended Solid). Hasil
endapan ini bila dipanaskan pada suhu 600 0 C, maka sebagian bahan akan menguap
dan sebagian lagi akan berupa bahan sisa yang sangat kering. Beberapa bahan organik
akan dibusukkan di dalam air, amonia, CO2, karbonat dan bahan lainnya adalah
komponen dari bahan yang kering tersebut. Adapun bahan yang teruapkan dikenal
sebagai volatil, sedangkan benda yang tersisa akibat penguapan disebut fixed
(Sugiharto, 1987).
Jika MLSS diuapkan pada suhu 6000 C, maka hasilnya disebut sebagai mixed liquor
volatile suspended solids atau MLVSS.
Kandungan bahan kimia yang ada di dalam air limbah dapat merugikan lingkungan
melalui berbagai cara. Bahan organik terlarut dapat menghabiskan oksigen dalam
limbah serta akan menimbulkan rasa dan bau yang tidak sedap pada penyediaan air
bersih. Selain itu, akan berbahaya apabila bahan tersebut merupakan bahan yang
beracun.
Menurut Sugiharto, 1987, lemak dan minyak merupakan komponen utama bahan
makanan yang juga banyak didapatkan di dalam air limbah. Kandungan zat lemak
dapat ditentukan dan disajikan melalui contoh air limbah dengan heksana. Selain
heksana sebagai pelarut juga dapat digunakan kerosin, pelumas. Lemak dan minyak ini
berada di dalam air limbah yang berasal dari pabrik roti, margarin serta buahbuahan.
Lemak biasanya juga dijumpai pada daging pada daerah sel bijibijian, pada
perbenihan serta kacangkacangan dan buahbuahan. Lemak tergolong pada benda
organik yang tetap dan tidak mudah untuk diuraikan oleh bakteri. Bahanbahan asam
dapat menghancurkannya untuk dapat menghasilkan gliserin dan asam gemuk. Pada
keadaan basa seperti sodium hidroksida, gliserin dibebaskan dan garam basa dari
asam gemuk akan terbentuk. Adapun garam basa ini dikenal sebagai sabun, seperti
halnya dengan lemak merupakan zat yang stabil.
Minyak dan lemak yang mencemari air sering dimasukkan ke dalam kelompok padatan,
yaitu padatan yang mengapung di atas permukaan air. Minyak yang terdapat di dalam
air dapat berasal dari berbagai sumber, di antaranya karena pembersihan dan
pencucian (Fardiaz, 1992).
Menurut Fardiaz, 1992, minyak tidak larut air, oleh karena itu jika air tercemar oleh
minyak maka minyak tersebut akan mengapung. Namun tidak semua minyak seperti itu,
semua jenis minyak mengandung senyawasenyawa volatile yang segera dapat
menguap. Ternyata selama beberapa hari sebanyak 25 % dari volume minyak akan
hilang karena menguap. Sisa minyak yang tidak menguap akan mengalami emulsifikasi
yang mengakibatkan air dan minyak dapat bercampur.
Biasanya sabun dibuat melalui proses saponifikasi dari lemak dengan sodium
hidroksida. Mereka ini larut di dalam air apabila berada dalam situasi basa, maka garam
sodium berubah menjadi garam kalsium dan magnesium serta asm gemuk yang
merupakan bahan sabun yang tidak larut di dalam air. Minyak tanah dan minyak
pelumas adalah derivat atau turunan dari minyak residu dan batubara yang berisikan
karbon dan hidrogen. Minyak dapat sampai ke saluran air limbah berasal dari
pertokoan, garasi serta jalanan. Sebagian besar benda mengapung di dalam air limbah,
akan tetapi ada juga yang mengendap terbawa lumpur. Sebagai petunjuk dalam
mengelola air limbah, maka efek buruk yang dapat menimbulkan permasalahan ada
dua hal yaitu pada saluran air limbah dan pada bangunan pengolahan. Apabila lemak
tidak dihilangkan sebelum dibuang ke saluran air limbah dapat mempengaruhi
kehidupan yang ada di permukaan air dan menimbulkan lapisan tipis di permukaan
sehingga membentuk selaput. Kadar lemak sebesar 15 20 mg/l merupakan batas
yang bisa ditolerir apabila lemak ini berada di dalam air limbah (Sugiharto, 1987).
Sebagian besar emulsi minyak akan mengalami degradasi melalui fotooksidasi spontan
dan oksidasi oleh mikroorganisme (Fardiaz, 1992).
Pencemaran air oleh minyak sangat merugikan karena dapat menimbulkan halhal
sebagai berikut:
Adanya minyak menyebabkan penetrasi sinar ke dalam air berkurang. Ternyata
intensitas sinar di dalam air sedalam 2 meter dari permukaan air yang mengandung
minyak adalah 90 % lebih rendah daripada intensitas sinar pada kedalaman yang sama
di dalam air yang bening.
Konsentrasi oksigen terlarut menurun dengan adanya minyak karena lapisan film
minyak menghambat pengambilan oksigen oleh air.
Penetrasi sinar dan oksigen yang menurun dengan adanya minyak dapat
mengganggu kehidupan biota laut.
Beberapa komponen yang menyusun minyak juga diketahui bersifat racun terhadap
hewan maupun manusia, tergantung dari struktur dan berat molekulnya. Komponen
komponen hidrokarbon yang jenuh mempunyai titik didih rendah diketahui dapat
menyebabkan anestesi dan narkosis pada hewan tingkat rendah dan jika terdapat pada
konsentrasi tinggi dapat mengakibatkan kematian. Komponenkomponen hidrokarbon
aromatik yang mempunyai titik didih rendah terdapat dalam jumlah besar di dalam
minyak dan merupakan komponen yang paling berbahaya, misalnya benzen, toluen,
dan xilen. Komponenkomponen tersebut beracun terhadap manusia dan kehidupan
lainnya. Minyak juga mengandung naftalen dan penantren yang lebih beracun terhadap
ikan dibandingkan dengan benzen, toluen dan xilen (Fardiaz, 1992).
Deterjen dalam arti luas adalah bahan yang digunakan sebagai pembersih, termasuk
sabun cuci piring alkali dan cairan pembersih. Definisi yang lebih spesifik dari deterjen
adalah bahan pembersih yang mengandung senyawa petrokimia atau surfaktan sintetik
lainnya. Surfaktan merupakan bahan pembersih utama yang terdapat di dalam deterjen.
Penggunaan deterjen sebagai bahan pembersih terus berkembang dalam 20 tahun
terakhir. Hal ini disebabkan deterjen mempunyai efisiensi pembersihan yang baik,
terutama jika digunakan di dalam air sadah atau pada kondisi yang tidak
menguntungkan bagi sabun biasa (Fardiaz, 1992).
Nitrogen
Secara bersamasama antara nitrogen dan fosfor memberikan kenaikan yang perlu
diperhatikan sebab bahan ini meningkatkan pertumbuhan algae dan tumbuhan air.
Nitrogen yang berada di dalam air dengan cepat akan berubah menjadi nitrogen organik
atau amoniak nitrogen. Nitrogen organik diukur dengan metode kjedahl dengan
mengikutkan tahap pencernaan untuk mengubah nitrogen organik menjadi amonia dan
analisis amonia melalui titrasi. Pemindahan dari nitogen organik ke dalam amoniak juga
dimasukkan dalam tipe pengolahan air kotor secara biologis. Amoniak kemudian
digunakan oleh bakteri untuk sel tiruan dengan menghasilkan oksidasi ke nitrit atau
nitrat. Nitrit akan cepat berubah menjadi nitrat melalui oksidasi, sedangkan untuk
mendeteksi nitrat dapat digunakan kalorimetrik (Sugiharto,1987).
Fosfor
Sawyer, 1967 mengatakan bahwa fosfor ada didalam air limbah melalui hasil buangan
manusia, air seni dan melalui komponen fosfat dapat dipergunakan untuk membuat
sabun sebagai pembentuk buih. Dari setiap sumber tersebut akan menambah jumlah
total dari fosfor. Sebagian dari fosfor pada air limbah masyarakat adalah dalam bentuk
anorganik dengan orthofosfat (PO4-3, HPO4-2, H2PO4) meningkatkan sebanyak 25 % dari
seluruh total fosfat. Pada proses biologis dalam air limbah yang diolah mengubah jenis
polifosfat ke dalam orthofosfat, sehingga fosfor pada buangan akhir air limbah terdiri
dari 80 % orthofosfat.
Air limbah yang berasal dari rumah tangga banyak sekali mengandung nitrat dan fosfor,
akan tetapi diimbangi dengan kekurangan zat ini pada air limbah yang berasal dari air
limbah industri. Jumlah terkecil yang merupakan titik kritis untuk keperluan bahan
makanan dalam pengolahan air limbah biasanya setara dengan BOD 5 / N adalah 20:1
atau BOD5 / P adalah sebesar 100:1 (Sawyer,1967).