Anda di halaman 1dari 14

TUGAS MATA KULIAH

ILMU BEDAH KHUSUS VETERINER

LAPORAN PRATIKUM BEDAH SISTEM REPRODUKSI DAN GENITALIAN


(OVARIOHYSTERECTOMY)

1. I Ketut Tri Cahyadi 1009005007


2. I Putu Andriana 1009005009
3. Geovany Larastiyani Buyona 1009005027
4. Ady Fendriyanto 1009005028
5. Ika Yuni Astutik 1009005029
6. Aletha Y Mandala 1009005045
7. Maulid Dio Suhendro 1009005053
8. Alifiantita Anake Y.S 1009005111
9. Eva Candra Ardia 1009005113

LABORATORIUM BEDAH VETERINER

FAKULTAS KEDOKTERAN HEWAN

UNIVERSITAS UDAYANA

TAHUN 2013
RINGKASAN

SUMMARY
KATA PENGANTAR

Puji syukur kami ucapkan atas kehadirat Tuhan Yang Maha Esa karena atas rahmat
dan karunianya kita dapat menyelesaikan Laporan Bedah Khusus Veteriner kami yang
berjudul BEDAH SISTEM REPRODUKSI DAN GENITALIA
(OVARIOHYSTERECTOMY).

Laporan ini kami buat dikarenakan merupakan tugas wajib dari dosen pegajar dan
juga ingin memberikan informasi-informasi mengenangi kastrasi kepada teman-teman
sekalian. Penyusun menyadari bahwa laporan praktikum ini ini masih jauh dari sempurna,
untuk itu dengan segala kerendahan hati penyusun menunggu datangnya saran-saran dan
pengarahan yang bersifat membangun.

Sebagai akhir kata mudah-mudahan makalah ini sesuai dengan yang disyaratkan dan
bermanfaat bagi yang memerlukannya. Terimakasih penyusun sampaikan kepada semua
pihak yang telah ikut aktif berperan serta dalam membantu mewujudkan paper ini.

Denpasar, November 2013

Kelompok 3
DAFTAR ISI

COVER/KULIT MUKA .......................................................................... ..... 1

RINGKASAN/SUMMARY .................................................................... 2

KATA PENGANTAR ....................................................................... 3

DAFTAR ISI .................................................................................... 4

I. PENDAHULUAN, TUJUAN DAN MANFAAT TULISAN ... 5


II. PRE OPERASI DAN ANESTESI ....................................... 7
III. PROSEDUR OPERASI ....................................................... 9
IV. HASIL DAN PASCA OPERASI ......................................... 12
V. SIMPULAN DAN SARAN ................................................ 13

DAFTAR PUSTAKA ............................................................................ 14

LAMPIRAN ....................................................................................... 15
BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Kucing telah berbaur dengan kehidupan manusia paling tidak sejak 6.000 tahun SM,
dari kerangka kucing di Pulau Siprus. Saat ini, kucing adalah salah satu hewan peliharaan
terpopuler di dunia. Kucing yang garis keturunannya tercatat secara resmi sebagai kucing
trah atau galur murni (pure breed), seperti persia, siam, manx, sphinx. Kucing seperti ini
biasanya dibiakkan di tempat pemeliharaan hewan resmi. Jumlah kucing ras hanyalah 1%
dari seluruh kucing di dunia, sisanya adalah kucing dengan keturunan campuran seperti
kucing liar atau kucing kampung. Dimana kucing saat ini telah dijadikan hewan
kesayangan. Tetapi dari pemeliharaan tersebut ada salah satu hal yang bisa menjadi
masalah besar bagi manusia yaitu terlalu banyak populasi kucing. Dimana semakin
banyak populasi maka menyebabkan dan menularkan penyakit.
Maka dari itu, salah satu untuk menyelesaikan persoalan tersebut adalah dengan
melakukan tindakan sterilisasi baik pada jantan maupun betina. Sterilisasi pada hewan
jantan dapat dilakukan dengan kastrasi. Sedangkan Sterilisasi pada hewan betina dapat
dilakukan dengan hanya mengangkat ovariumnya saja (ovariectomy) atau operasi
pengambilan atau pemotongan organ ovarium, uterus, atau ovarium dan uterus dari
rongga abdomen (ovariohisterectomy). Operasi dilakukan pada hewan betina untuk terapi
adanya tumor, pyometra, cyste ovari, dan sterilisasi. Ovariohisterektomi biasanya
dilakukan pada hewan domestikasi atau hewan peliharaan dan bukan pada hewan ternak.
Tetapi tindakan yang dilakukan seperti ovariohisterektomi ini akan menimbulkan efek
pada hewan seperti perubahan tingkah laku seperti hewan tidak berahi, tidak bunting, dan
tidak dapat menyusui. Perubahan tingkah laku ini dapat terjadi akibat ketidakseimbangan
hormonal.

1.2 Tujuan dan Manfaat


Adapun tujuan dan manfaat dari praktikum Ovariohysterectomy ini adalah sebagai
berikut :
a) Untuk dapat mengetahui definisi dari Ovariohisterectomy (OH).
b) Untuk mengetahui keuntungan dan kerugian dilakukan Ovariohisterectomy (OH)
c) Untuk mengetahui persiapan dan penggunaan obat anastesi yang tepat.
d) Untuk mengetahui alat-alat yang digunakan dalam melakukan teknik bedah
Ovariohisterectomy (OH).
e) Untuk mengetahui teknik bedah Ovariohisterectomy (OH).
f) Untuk mengetahui perawatan post operasi.
BAB II
PRE OPERASI DAN ANESTESI

A. Hewan Percobaan : Kucing kampung betina berwarna coklat muda berumur


2,5 tahun dengan berat 3 kg.

B. Alat dan bahan


Bahan : Alat :
1 Alcohol 1. Scalpel 11. Stetoskop dan termometer
2 Betadine 2. Gunting 12. Alice forcep
3 Atropin sulfat 3. Pinset 13. Needle holder
4 Xilazine 4. Kapas 14. Arteri klem
5 Ketamine 5. Spuit 15. Jarum
6. Tampon 16. Cat gut chromik
7. Kantong plastic 3.0
8. Tempat tampon

C. Metode :
Hewan dipuasakan makan selama 12 jam serta puasa minum 6 jam
Melakukan anamnesa untuk mengetahui riwayat penyakit pasien serta
gambaran umum status kesehatan pasien
Sebelum operasi dilakukan, terlebih dahulu timbang berat badan anjing
Melakukan pemeriksaan fisik seperti pemeriksaan frekuensi nafas, suhu
tubuh, pulsus serta pemeriksaan seluruh sisterna seperti system digestivus,
respirasi, sirkulasi, saraf, reproduksi, perubahan anggota gerak.
Setelah diketahui bahwa anjing berada dalam keadaan yang stabil barulah
operasi dapat dilaksanakan.
Hewan dibaringkan secara dorsal recumbency diatas meja operasi

D. Anastesi
Premedikasi : Atropine sulfat (SC)
Jumlah obat = DA x BB
S
= (0,02 0,04) mg/kg x 3 kg
0,25 mg/ml
= 0,4 ml
Anestesi : kombinasi xilazine dan ketamine (IM)
Jumlah xilazine : = DA x BB
S
= (1 - 3) mg/kg x 3 kg
20 mg/ml
= 0,3 ml
Jumlah ketamine : = DA x BB (IV)
S
= (10 33) mg/kg x 3 kg
100 mg/ml
= 0,5 ml

Hari/Tanggal : Jumat, 15 November 2013

SIGNALEMENT
a. Nama Hewan : Chika
b. Jenis Hewan : Kucing
c. Breed/Ras : Kampung
d. Jenis Kelamin : Betina
e. Umur (tahun) : 2,5
f. BB (kg) :3
g. Nama Pemilik : Bu Anisa
h. Alamat : Jalan Tukad Pakerisan
i. Telp :-

Status Present
a. Jantung (x/menit) : 152
b. Pulsus (x/menit) : 112
c. Respirasi (x/menit) : 25
d. Suhu (oC) : 38

Prosedur/Urutan Pemeriksaan
1. Persiapan alat secara aseptic
2. Penimbangan berat badan
3. Pemeriksaan klinis (suhu, pulsus, denyut jantung)
4. Pemberian obat premedikasi
5. Pemberian onat antibiotika

Diagnosa : Ovariohysterectomy

Prognosa : Fausta

Penanganan/Terapi : Atropine sulfat 0,4 ml/mg, Xylazine 0,3 ml/mg, Ketamine (o,5 +
0,5) 1 ml/mg dan cefotaxine 1 ml
BAB III

PROSEDUR OPERASI

a. Hewan diberikan premedikasi dan anestesi


b. Setelah hewan teranestesi dengan sempurna, hewan dibaringkan dalam keadaan rebah
dorsal pada pukul.
c. Kemudian bersihkan bulu dan semprotkan terlebih dahulu alcohol pada area yang
akan dicukur, kemudian cukur di daerah abdomen, posterior umbilical.
d. Bersihkan dengan alcohol
e. Buatlah sayatan pada midline di posterior umbilikal dengan panjang kurang lebih 3 -
4 cm.
f. Lapisan pertama yang disayat adalah kulit kemudian subkutan sampai bagian
peritoneum dapat terlihat. Setelah itu, bagian peritoneum tersebut dijepit
menggunakan pinset kemudian disayat sedikit tepat pada bagian linea alba
menggunakan scalpel hingga ruang abdomen terlihat.
g. Sayatan tersebut diperpanjang ke arah anterior dan posterior menggunakan gunting
dengan panjang sesuai dengan sayatan yang telah dilakukan pada kulit. Setelah
rongga abdomen terbuka, kemudian dilakukan pencarian organ uterus dan ovarium.
h. Pencarian uterus dan ovarium dilakukan dengan menggunakan jari telunjuk yang
dimasukkan ke rongga abdomen. Setelah itu, uterus ditarik keluar dari rongga
abdomen hingga posisinya adalah ekstra abdominal.
i. Pada bagian ujung tanduk uteri ditemukan oavarium dan dipreparir hingga posisinya
ekstra abdominal. Saat mempreparir, beberapa bagian yang dipotong diantaranya
adalah penggantung uterus (mesometrium), penggantung tuba falopi
(mesosalphinx),dan penggantung ovarium (mesoovarium). Pada saat mempreparir
uterus dan jaringan sekitarnya, dinding uterus tetap dijaga jangan sampai robek atau
rupture.
j. Dengan menggunakan klem arteri, dilakukan penjepitan pada bagian penggantung
ovarium dan termasuk pembuluh darahnya. Penjepitan dilakukan menggunakan dua
klem arteri yang dijepitkan pada penggantung tersebut secara bersebelahan.
k. Pada bagian anterior dari klem arteri yang paling depan, dilakukan pengikatan
menggunakan benang catgut.
l. Setelah itu, dilakukan pemotongan pada penggantung tersebut menggunakan gunting
pada posisi diantara dua klem arteri
m. Setelah kedua tanduk uteri beserta ovariumnya dipreparir, maka selanjutnya adalah
bagian corpus uteri yang dipreparir. Pada bagian corpus uteri, dilakukan penjepitan
menggunakan klem yang agak besar. Kemudian diligasi dengan penjahitan corpus
uteri menggunakan catgut chromic 3,0. Dilakukan pengikatan dengan kuat melingkar
pada corpus uteri menggunakan benang catgut chromic, dan pada ikatan terakhir
dikaitkan pada corpus uteri agar ikatan lebih kuat.
n. Lalu dilakukan pemotongan menggunakan scalpel pada bagian corpus uteri yaitu pada
posisi diantara dua klem tadi.
o. Kemudian, uterus dan ovarium dilepas dan diangkat keluar tubuh, dan jika sudah
tidak ada perdarahan, klem yang satunya lagi dapat dilepas secara perlahan dan
sebelum ditutup jangan lupa berikan antibiotic
p. Selanjutnya dilakukan teknik penjahitan dengan menuggunakan catgut chromic 3,0
dilakukan penjahitan aponeurose m obliqous abdominis externus m. abdominis
externus dengan menggunakan teknik tunggal sederhana. Pastikan jahitan tidak
melukai atau mengenai organ didalamnya, gunakan alice forcep untuk membantu
penjahitan.
q. Penjahitan terakhir dilakukan pada kulit dengan teknik jahitan lambert menggunakan
benang chromic, dan dilanjutkan dengan jahitan tunggal sederhana menggunakan
benang silik.
r. Setelah operasi selesai, desinfeksi jahitan dengan betadine.
BAB IV
HASIL DAN PASCA OPERASI
Status Present Hewan, Selama operasi berlangsung, status present hewan berupa nadi,
nafas, dan suhu diamati setiap 10 menit. Hal ini dilakukan untuk mengetahui keadaan tubuh
hewan selama operasi. Pelaksanaan operasi ini dimulai dari pukul 09.04-10.14 WITA

Waktu Frek Frek CRT (detik) Suhu Pulsus


(menit) Denyut Respirasi (oC) (x/menit)
Jantung (x/menit)
(x/menit)
0 152 28 2 38 112
10 152 28 2 38 110
20 148 24 2 38,1 108
30 140 20 2 37,9 108
40 140 20 2 37,9 104
50 140 20 2 37,9 104
60 148 24 2 38 108
70 148 24 2. 38 108

Penyuntikan premedikasi atropine sulfat pada pukul 09.04 WITA, dan pada pukul
09.06 WITA diberikan injeksi anestesi ketami, 5 menit kemudian di suntikkan. Sehingga
induksi dimulai pukul 09.11 WITA, waktu durasi I pukul 09.23 WITA, dimana anjing mulai
merasakan anestesi dari palpasi , rahang, nelan dan ekor/telinga/digiti pada pukul 09.18.
waktu durasi II pukul 10.03 WITA sehingga pada saat itu juga diberikan ketamin sebanyak
0,5 ml. Hewan mulai sadar dari palpasi, rahang, nelan dan ekor/telinga/digiti pada pukul
12.00 WITA serta waktu pemulihan pukul 13.00 WITA dan berdiri pukul 16.00 WITA.

Dari hasil pemeriksaan diatas, dapat disimpulkan bahwa kucing berada dalam
keadaan yang sehat dan operasi OH dapat dilaksankan. Pada praktikum ini kami
menggunakan kucing betina yang berumur 3 tahun.
Pada tahap pre operasi, kucing diberi premedikasi dan anestesi. Setelah
penyunntikkan anestesi umum (kombinasi xilazine dan ketamine). Selama operasi dilakukan
tidak terjadi hal yang buruk, frekuensi nafas anjing masih dalam kisaran normal. dibersihkan
dengan alcohol dan diolesi dengan betadine.
Pada tahap post operasi, kucing baru sadar pada pukul 13.00 WITA, tetapi pada saat
itu kucing belum pulih sepenuhnya. Pada pukul 16.00 WITA barulah kucing terbangun dan
setelahnya kucing nampak agak lemah. Keesokan harinya sudah bisa berjalan-jalan secara
normal.
Pasca operasi anjing diberikan Amoxilin sirup, Oxytetracyclin tropical selama 3 hari
Pengamatan pasca operasi dapat dilihat dalam table berikut :
Hari ke - Pendarahan Nafsu makan

1 Tidak ada Normal

2 Tidak ada Normal

3 Tidak ada Normal

4 Tidak ada Normal

5 Tidak ada Normal

6 Tidak ada perdarahan namun terjadi Normal


pembengkakan

Ovariohisterectomy termasuk kategori operasi mayor diaman dibutuhkan waktu yang


cukup lama dalam proses operasinya. Proses kesembuhan bergantung pada perlakuan yang
diberikan pasca operasi. Jika proses operasi berjalan steril dan perawatan pasca operasi
dilakukan dengan baik maka proses kesembuhan dipastikan akan berlangsung lebih cepat.

Dari hasil diatas menunjukkan bahwa pasca operasi keadaan fisiologis kucing masih
berada dalam keadaan normal. Pada hari pertama sampai keenam nafsu makan normal dan
kucing tersebut mau makan. Selain itu kucing yang telah sadar pasca operasi dapat urinasi
sampai pada hari pertama namun tidak terjadi defekasi, kemudian pada hari kedua urinasi dan
hari keempat kucing baru defekasi. Pada hari pertama setelah operasi, kucing belum bisa
jalan-jalan dan susah untuk duduk.

Perawatan luka pasca operasi perlu diperhatikan, bekas insisi segera didesinfeksi
dengan alkohol dan betadine untuk menghindari kontaminasi bakteri dari luar. Selain itu
diberikan antibiotik oral untuk mencegah infeksi sekunder. Status nutrisi kucing juga tetap
dijaga untuk memastikan bahwa kucing memperoleh asupan gizi yang cukup sehingga dapat
mempercepat proses kesembuhan. Perlu pula diberikan latihan ringan namun jangan
berlebihan agar tidak mengganggu luka jahitan.
BAB IV

SIMPULAN DAN SARAN

4.1 Simpulan

Dari hasil dan pembahasan diatas dapat disimpulkan bahwa operasi


Ovariohysterektomy pada anjing menunjukkan hasil yang cukup bagus. Kondisi fisiologis
anjing pasca operasi berada dalam keadaan normal sehingga dapat dipastikan proses
kesembuhan dapat berlangsung lebih cepat.

4.2 Saran

Adapun saran yang dapat kami berikan antara lain:

1. Ruang operasi harus steril untuk menghindari timbulnya kontaminasi bakteri yang
akan menyulitkan penyembuhan pasca operasi.
2. Pastikan daerah insisi yang sebelum operasi dilakukan untuk memudahkan pencarian
dan pengangkatan ovarium serta uterus.
3. Hendaknya operator siap secara mental, fisik, dan ketrampilan dalam mengoperasi
agar operasi berjalan efektif dan tidak memerlukan waktu yang lama sehingga perlu
top up obat anestesi terus menerus.
4. Perawatan dan makanan pasien pasca operasi harus benar- benar diperhatikan untuk
mempercepat terjadinya proses kesembuhan.
DAFTAR PUSTAKA

Putra, I.G.Ag.P., Jaya, A.A.G.W., Gorda, I.W. 2009. Ilmu Bedah Khusus Veteriner II. Fakultas
kedokteran Hewan. Universitas Udayana. Denpasar

Tobias, Karen. M. 2010. Manual of Small Animal Soft Tissue Surgery. First edition. A John
Wiley & Sons, Ltd., Publication Wiley-Blackwell. State Avenue, Ames, Iowa
50014-8300, USA

Harari, Joseph. 2004. Small Animal Surgery Secrets. Second edition. The Curtis Center
Independence Square West Philadelphia, Pennsylvania 19106-3399

Slatter, Douglas. 1993. Textbook of Small Animal Surgery. Third edition. The Curtis Center
Independence Square West Philadelphia, PA 19106
LAMPIRAN

Anda mungkin juga menyukai