Contents
Contents
1
Program puskesmas dibedakan menjadi program dasar dan program pengembangan
A. Program Dasar
1. Promosi Kesehatan
2. Kesehatan Lingkungan
3. Kesehatan Ibu dan Anak dan Keluarga Berencana
4. Perbaikan Gizi
5. Pemberantasan Penyakit Menular
6. Pengobatan
Selain program diatas puskesmas boleh mengambil program lain sesuai dengan situasi, kondisi,
masalah dan kemampuan puskesmas tersebut. Enam program lain selain enam program
kesehatan dasar diatas tersebut disebut program kesehatan pengembangan.
Pelaksanaan program dan kegiatan kesehatan gigi dan mulut dilakukan dengan
pendekatan terintegrasi dengan program kesehatan lainnya dengan memperhatikan, kegiatan
serta sasaran yang ingin dicapai oleh Kementerian Kesehatan. Dan telah tertuang dalam Rencana
Strategi
Kementerian Kesehatan.
Program, kegiatan dan sasaran pelayanan kesehatan gigi dan mulut, dilakukan melalui:
2. Program Fluoridasi
a. Kadar fluor dalam air minum yang dikonsumsi di seluruh provinsi di Indonesia
b. Kadar fluor didalam berbagai pasta gigi yang beredar di Indonesia
c. Program fluoridasi air minum, garam, susu, dll.
d. Program kumur-kumur fluor pada murid-murid sekolah dasar (UKGS)
e. Program topikal aplikasi fl uor secara individualPelaksanaan program dan
kegiatan kesehatan gigi dan mulut dilakukan dengan pendekatan terintegrasi
dengan program kesehatan lainnya dengan memperhatikan, kegiatan serta sasaran
yang ingin dicapai oleh Kementerian Kesehatan. Dan telah tertuang dalam
2
Rencana Strategi Kementerian Kesehatan. Program, kegiatan dan sasaran
pelayanan kesehatan gigi dan mulut, dilakukan melalui:
3
a. Pedoman standar bahan dan alat kedokteran gigi (RS/Puskesmas)
b. Penyusunan standar obat kesehatan gigi essensial (DOEN)
c. Formularium Obat dan bahan kedokteran gigi di RS Indonesia
d. Pedoman bahan/obat tradisional dibidang kesehatan gigi dan mulut
e. Pedoman Pemakaian anti biotik di Bidang Kedokteran Gigi 26
a. Internal
i. Penyusunan modul pelatihan teknis
ii. Penyusunan modul TOT
iii. Pedoman dan pelaksanaan evaluasi penerapan metode ART
iv. Evaluasi peralatan di Puskesmas
b. Lintas Program
i. Kerjasama dengan Pusdatin dalam penyusunan profil kesehatan gigi dan
mulut
ii. Kerjasama dengan badan Litbangkes Kementerian Kesehatan dalam survei
epidemiologi penyakit gigi dan mulut.
iii. Pelatihan/TOT Tenaga Kesehatan/Pemegang Program
iv. Uji kualitas kandungan fl uor dalam pasta gigi, air minum, dll.
v. Evaluasi peralatan di Rumah Sakit Pemerintah/Swasta
c. Lintas Sektor
a. Kesehatan gigi dan mulut pra sekolah dan usia anak sekolah
b. Pelayanan kesehatan gigi dan mulut di puskesmas
c. Upaya kesehatan gigi di UKGM
4
d. Pelayanan kesehatan gigi rujukan dan integrasi
e. Pelayanan kesehatan gigi dan mulut di rumah sakit
f. Penyusunan website kesehatan gigi dan mulut sebagai wahana interaksi, inter
relasi dan interdependensi dengan masyarakat, profesi, dunia usaha serta pihak
lain yang berkepentingan untuk peningkatan kualitas kesehatan gigi dan mulut.
9. Bimbingan Teknis/Supervisi:
i. Kegiatan kesehatan gigi dan mulut pra sekolah dan anak usia
sekolah
ii. Penyusunan petunjuk pemeliharaan kesehatan gigi dan mulut
keluarga seri ibu hamil dan balita
iii. Penyusunan pedoman pembinaan kesehatan gigi melalui
polides
iv. Perlindungan kesehatan gigi anak dengan sikat gigi sesudah
makan.
c. Program Peningkatan Perilaku Hidup Bersih Sehat (PHBS) sejak usia dini
5
v. Penyusunan pedoman standar peralatan kedokteran gigi RS
6
Promosi Kesehatan
7
ii. Keterbukaan : dalam pembuatan suatu peraturan tentunya didasarkan
dengan keputusan bersama, dengan adanya kebebasan berpendapat berupa
penyampaian kritik dan saran.
iii. Saling menguntungkan : peraturan yang dibuat berdasarkan pada kata
mufakat yang menguntungkan kedua belah pihak.
8
II. Metode Promosi Kesehatan
Promosi atau pendidikan kesehatan pada hakikatnya adalah suatu kegiatan atau usaha
menyampaikan pesan kesehatan kepada masyarakat, k elompok atau individu. Dengan harapan
bahwa dengan adanya pesan tersebut, maka masyarakat, kelompok atau individu memperoleh
pengetahuan tentang kesehata yang lebih baik. Pengetahuan tersebut pada akhirnya diharapkan
dapat berpengaruh terhadap perilaku.
9
Dasar digunakannya pendekatan individual ini karena setiap orang mempunyai
masalah atau alasan yang berbeda-beda sehubungan dengan penerimaan perilaku baru
tersebut. Agar petugas kesehatan mengetahui dengan tepat serta membantunya maka
perlu menggunakan metode ini.
Metode ini baik untuk sasaran yang berpendidikan tinggi maupun rendah.
- Seminar
Metode ini hanya cocok untuk sasaran kelompok besar dengan pendidikan
menengah ke atas. Seminar adalah suatu penyajian (presentasi) dari seseorang ahli
atau beberapa orang ahli tentang suatu topik yang dianggap penting dan dianggap
hangat di masyarakat.
b Kelompok kecil
Apabila peserta kegiatan itu kurang dari 15 orang. Metode yang cocok digunakan
antara lain :
- Diskusi kelompok
Dalam diskusi kelompok agar semua anggota kelompok dapat bebas
berpartisipasi dalam diskusi, maka formasi duduk para peserta diatur sedemikian
10
rupa sehingga mereka dapat berhadap-hadapan atau saling memandang satu sama
lain, misalnya dalam bentuk lingkaran atau segi empat. Pimpinan diskusi juga
duduk diantara peserta sehingga tidak menimbulkan kesan ada yang lebih tinggi.
Dengan kata lain mereja harus merasa dalam taraf yang sama sehingga tiap
anggota kelompok memiliki kebebasan untuk mengeluarkan pendapat.
Merencanakan promosi kesehatan untuk sasaran massal atau public memang sulit
karena, sasaran public yang heterogen, baik dilihat dari kelompok umur, pendidikannya,
tingkat sosio-ekonomi, sosio-budaya dsb. Dan hasil dari promosi kesehatan sasaran
massal ini sangat bervariasi dalam hal merespon, presepsi dan pengetahuan yang
didapat oleh sasaran tersebut. Apabila sasarannya massal maka dapat digunakan metode:
Ceramah umum/public speaking yang dilakukan dilapangan terbuka atau tempat-
tempat umum,
Menggunaan media massa elektronik , seperti tv dan radio dengan bentuk talk show,
dialog interaktif, drama, dsb
Menggunakan media massa cetak , seperti koran, ,majalah , selembaran, poster,
buku,dsb. Bentuknya juga bermacam-macam seperti , artikel dan Tanya jawab.
Menggunakan media diluar ruangan seperti umbul-umbul, spanduk, billboard,dll.
(Notoatmodjo, 2005)
11
Dalam menentukan prioritas masalah ada hal-hal yang menjadi pertimbangan
antara lain:
a. Beratnya masalah dan akibat yang ditimbulkan.
b. Pertimbangan politis
c. Sumber daya yang ada di masyarakat. (Notoatmodjo, 2005)\
12
III. Teori Perilaku
2. Adanya acuan atau referensi dari seseorang atau pribadi yang dipercayai
Di dalam masyarakat, dimana sikap paternalistik masih kuat, maka perubahan
perilaku masyarakat tergantung dari perilaku acuan yang pada umumnya adalah para
tokoh masyarakat setempat
4. Sosio budaya
Sosio budaya setempat biasanya sangat berpengaruh terhadap terbentuknya
perilaku seseorang.
13
B. Teori Bloom (1908)
Bloom membagi perilaku manusia itu ke dalam tiga domain, ranah atau kawasan
yaitu kognitif (cognitive), afektif (affective), dan psikomotorik (psychomotorik). Teori
Bloom ini dimodifikasi untuk pengukuran hasil pendidikan kesehatan yakni pengetahuan
(knowledge), sikap (attitude), dan praktik/tindakan (practice) (Notoatmodjo, 2007).
Dalam perkembangannya, teori Bloom ini dimodifikasi untuk pengukuran hasil
pendidikan kesehatan, yakni :
a. Pengetahuan (Knowledge)
Pengetahuan adalah hasil tahu, dan ini terjadi setelah orang melakukan
penginderaan terhadap suatu objek tertentu. Pengetahuan atau kognitif merupakan
domain yang sangat penting untuk terbentuknya tindakan seseorang (overt
behavior) (Notoatmodjo, 2007). Pengetahuan yang dicakup dalam domain
kognitif mempunyai 6 tingkat yaitu :
1. Tahu (Know)
2. Memahami (Comprehension)
3. Aplikasi (Aplication)
14
4. Analisis (Analysis)
5. Sintesis (Synthesis)
6. Evaluasi (Evaluation)
b. Sikap (Attitude)
Sikap adalah reaksi atau respon seseorang yang masih tertutup terhadap
suatu stimulus atau objek. Jadi manifestasi dari sikap tidak dapat langsung dilihat,
namun hanya dapat ditafsirkan.
3 Sikap dapat berupa suatu hal tertentu tetapi dapat juga kumpulan dari hal-hal
tersebut
a. Menerima (Receiving)
15
Menerima, diartikan bahwa orang (subjek) mau dan memperhatikan
stimulus yang diberikan (objek).
b. Merespons (Responding)
c. Menghargai (Valuing)
Suatu sikap belum otomatis terwujud dalam suatu tindakan (overt behavior).
Untuk mewujudkan sikap menjadi suatu perbuatan nyata diperlukan faktor
pendukung atau suatu kondisi yang memungkinkan antara lain adalah fasilitas.
Disamping faktor fasilitas juga diperlukan faktor dukungan (support) dari pihak
lain (Notoatmodjo, 2007).
1 Persepsi (Perception)
3 Mekanisme (Mechanism)
4 Adopsi (Adoption)
16
Adopsi adalah suatu praktik atau tindakan yang sudah berkembang
dengan baik, artinya tindakan itu sudah dimodifikasinya tanpa mengurangi
kebenaran dari tindakan tersebut.
Pengukuran tindakan dapat dilakukan secara tidak langsung dan langsung. Secara
langsung dengan wawancara terhadap kegiatan-kegiatan yang sudah dilakukan beberapa
jam, hari, atau bulan yang lalu (recall). Pengukuran secara langsung dengan
mengobservasi tindakan atau kegiatan responden (Notoatmotmodjo, 2007).
17
C. Skinner
i. Factor Internal
Factor internal yaitu stimulus yang berasal dari dalam diri seseorang ,
diantaranya : perhatian, pengamatan, persepsi, motivasi, fantasi, sugesti dan
sebagainya.
ii. Factor Eksternal
yaitu stimulus yang berasal dari luar diri seseorang, yaitu : lingkungan
baik fisik maupun non-fisik yang berupa social, budaya, ekonomi maupun politik.
Factor eksternal merupakan factor yang memiliki peran yang sangat besar
dalam mempengaruhi perilaku manusia yaitu factor social dan budaya dimana
individu tersebut berada.
1 Perilaku dalam bentuk pengetahuan, yaitu dengan mengetahui situasi dan rangsangan.
2 Perilaku dalam bentuk sikap, yaitu tanggapan perasaan terhadap keadaan atau rangsangan dari
luar diri si subjek sehingga alam itu sendiri akan mencetak perilaku manusia yang hidup di
18
dalamnya, sesuai dengan sifat keadaan alam tersebut (lingkungan fisik) dan keadaan
lingkungan sosial budaya yang bersifat non fisik tetapi mempunyai pengaruh kuat terhadap
pembentukan perilaku manusia. Lingkungan ini merupakan keadaan masyarakat dan segala
budi daya masyarakat itu lahir dan mengembangkan perilakunya.
3 Perilaku dalam bentuk tindakan, yang sudah konkrit berupa perbuatan terhadap situasi dan
rangsangan dari luar
(Notoadmojo, 2002)
Perilaku adalah tindakan atau aktivitas dari manusia itu sendiri yang mempunyai bentangan
yang sangat luas antara lain : berjalan, berbicara, menangis, tertawa, bekerja, kuliah, menulis,
membaca, dan sebagainya. Dari uraian ini dapat disimpulkan bahwa yang dimaksud perilaku
manusia adalah semua kegiatan atau aktivitas manusia, baik yang diamati langsung, maupun
yang tidak dapat diamati oleh pihak luar (Notoatmodjo, 2003).
Respondent respon atau reflexsive, yakni respon yang ditimbulkan oleh rangsangan-
rangsangan (stimulus) tertentu. Stimulus semacam ini disebut electing stimulation karena
menimbulkan respon respon yang relative tetap.
Misalnya : makanan yang lezat menimbulkan keinginan untuk makan, cahaya terang
menyebabkan mata tertutup, dan sebagainya. Respondent respon ini juga mencakup perilaku
emosional misalnya mendengar berita musibah menjadi sedih atau menangis, lulus ujian
meluapkan kegembiraannya dengan mengadakan pesta, dan sebagainya.
Operant respon atau instrumental respon, yakni respon yang timbul dan berkembang
kemudian diikuti oleh stimulus atau perangsang tertentu. Perangsang ini disebut reinforcing
stimulationatau reinforce, karena memperkuat respon. Misalnya apabila seorang petugas
kesehatan melaksanakan tugasnya dengan baik (respon terhadap uraian tugasnya atau job skripsi)
kemudian memperoleh penghargaan dari atasannya (stimulus baru), maka petugas kesehatan
tersebut akan lebih baik lagi dalam melaksanakan tugasnya.
(Notoadmojo, 2002)
19
D. Teori Lawrence Green
Keterangan:
B = Behavior
PF = Predisposing factors
20
EF = Enabling factors
RF = Reinforcing factors
Seorang ibu hamil yang tidak mau memeriksakan kehamilannya di puskesmas disebabkan
karena orang tersebut tidak atau belum mengetahui manfaat dari pemeriksaan kehamilan bagi
ibu dan janin yang dikandung (predisposing factors). Tetapi barangkali juga karena rumahnya
jauh dari puskesmas tempat memeriksakan kehamilannya atau peralatan yang tidak lengkap
(enabling factors). Sebab lain mungkin karena para petugas kesehatan atau tokoh masyarakat
lain disekitarnya tidak pernah memberikan contoh / penyuluhan tentang pentingya
pemeriksaan kehamilan (reinforcing factors).
21
E. Teori Snehandu B. Karr
(Notoatmodjo, 2007)
22
IV. Teori Perubahan Perilaku Kesehatan
Menurut teori ini, penyebab terjadinya perubahan perilaku tergantung kepada kualitas
rangsang (stimulus ) yang berkomunikasi dengan organisme. Perilaku dapat berubah hanya
apabila stimulus yang diberikan benar-benar melebihi dari stimulus semula (mampu
meyakinkan). Karena itu kualitas dari sumber komunikasi sangat menentukan keberhasilan
perubahan perilaku, misalnya gaya bicara, kredibilitas pemimpin kelompok, dsb
23
Menurut Kurt Lewin, perilaku manusia adalah suatu keadaan seimbang antara driving
forces (kekuatan-kekuatan pendorong) dan restrining forces (kekuatan-kekuatan penahan).
Perilaku dapat berubah apabila terjadi ketidakseimbangan antara kedua kekuatan tersebut.
Ada tiga kemungkinan terjadinya perubahan perilaku :
a. Kekuatan pendorong, kekuatan penahan tetap perilaku baru
Contoh : seseorang yang punya saudara dengan penyakit kusta sebelumnya tidak
mau memeriksakan saudaranya karena malu dikira penyakit keturunan, dapat berubah
perilakunya untuk memeriksakan saudaranya ke puskesmas karena adanya penyuluhan
dari petugas kesehatan terdekat tentang pentingnya deteksi dini kusta.
b. Kekuatan penahan, pendorong tetap perilaku baru
Misalnya pada contoh di atas , dengan memberi pengertian bahwa kusta bukan
penyakit keturunan, maka kekuatan penahan akan melemah dan terjad perubahan
perilaku.
c. Kekuatan penahan, pendorong, perubahan perilaku.
Misalnya pada contoh di atas dua-duanya dilakukan.
4. Teori Stimulus-Organisme-Response
Teori ini mendasarkan asumsi bahwa penyebab terjadinya perubahan perilaku
tergantung kepada kualitas rangsang (stimulus) yang berkomunikasi dengan organisme.
Artinya kualitas dari sumber komunikasi (sources) misalnya kredibilitas, kepemimpinan,
gaya berbicara sangat menentukan keberhasilan perubahan perilaku seseorang, kelompok
atau masyarakat.
24
b Apabila stimulus telah mendapat perhatian dari organisme (diterima) maka ia
mengerti stimulus ini dan dilanjutkan kepada proses berikutnya.
c Setelah itu organisme mengolah stimulus tersebut sehingga terjadi kesediaan
untuk bertindak demi stimulus yang telah diterimanya (bersikap).
d Akhirnya dengan dukungan fasilitas serta dorongan dari lingkungan maka
stimulus tersebut mempunyai efek tindakan dari individu tersebut (perubahan
perilaku).
Selanjutnya teori ini mengatakan bahwa perilaku dapat berubah hanya apabila
stimulus (rangsang) yang diberikan benar-benar melebihi dari stimulus semula. Stimulus
yang dapat melebihi stimulus semula ini berarti stimulus yang diberikan harus dapat
meyakinkan organisme. Dalam meyakinkan organisme ini, faktor reinforcement memegang
peranan penting.
25
V. Upaya Perubahan Perilaku Kesehatan
Hal yang penting di dalam perilaku kesehatan adalah masalah pembentukan dan
perubahan perilaku. Karena perubahan perilaku merupakan tujuan dari pendidikan kesehatan
atau penyuluhan kesehatan sebagai penunjang program kesehatan lainnya. Perubahan yang
dimaksud bukan hanya sekedar covert behaviour tapi juga overt behaviour. Di dalam
programprogram kesehatan, agar diperoleh perubahan perilaku yang sesuai dengan norma
norma kesehatan diperlukan usahausaha yang konkrit dan positif. Beberapa strategi untuk
memperoleh perubahan perilaku bisa dikelompokkan menjadi tiga bagian :
2 Pemberian informasi
Adanya informasi tentang cara mencapai hidup sehat, pemeliharaan kesehatan ,
cara menghindari penyakit dan sebagainya akan meningkatkan pengetahuan masyarakat.
Selanjutnya diharapkan pengetahuan tadi menimbulkan kesadaran masyarakat yang pada
akhirnya akan menyebabkan orang berperilaku sesuai pengetahuan yang dimilikinya.
Perubahan semacam ini akan memakan waktu lama tapi perubahan yang dicapai akan
bersifat lebih langgeng.
3 Diskusi partisipatif
Cara ini merupakan pengembangan dari cara kedua dimana penyampaian
informasi kesehatan bukan hanya searah tetapi dilakukan secara partisipatif. Hal ini
berarti bahwa masyarakat bukan hanya penerima yang pasif tapi juga ikut aktif
berpartisipasi di dalam diskusi tentang informasi yang diterimanya. Cara ini memakan
waktu yang lebih lama dibanding cara kedua ataupun pertama akan tetapi pengetahuan
26
kesehatan sebagai dasar perilaku akan lebih mantap dan mendalam sehingga perilaku
mereka juga akan lebih mantap. Apapun cara yang dilakukan harus jelas bahwa
perubahan perilaku akan terjadi ketika ada partisipasi sukarela dari masyarakat,
pemaksaan, propaganda politis yang mengancam akan tidak banyak berguna untuk
mewujudkan perubahan yang langgeng.
Untuk proses perubahan perilaku biasanya diperlukan waktu lama, jarang ada orang
yang langsung merubah perilakunya. Kadang- kadang orang merubah perilakunya karena
tekanan dari masyarakat lingkunganya, atau karena yang bersangkutan ingin menyesuaikan
diri dengan norma yang ada. Proses terjadinya perubahan ini tidak semenamena dapat
tercapai dan harus benar- benar teruji, Ada 5 tingkatan perubahan perilaku :
27
Dorongan terjadinya perubahan sosial senantiasa terdapat di dalam setiap kehidupan, terutama
ditunjang oleh keinginan untuk berubah. Adapun faktor penghambat atau yang menghalangi
terjadinya perubahan sosial antara lain sebagai berikut.
28
yang berpengaruh akan memiliki kedudukan tinggi. Agar kedudukannya tetap bertahan,
setiap perubahan yang masuk akan ditolaknya dengan berbagai alasan.
6. Hakikat Hidup
Ada masyarakat yang memiliki keyakinan bahwa baik buruknya kehidupan ini ada yang
mengatur. Dorongan terjadinya perubahan dan penghambat perubahan senantiasa ada di
setiap masyarakat, bergantung besar kecilnya kekuatan dalam menanggapi perubahan
tersebut. Apabila dorongan lebih kuat daripada hambatan perubahan sosial akan terjadi.
Namun, apabila hambatan lebih kuat daripada dorongan, perubahan akan terhambat atau
tidak terjadi.
Hakikat dan sifat manusia menurut kerangka analisis Kluckhon dan Strodtbeck (1961),
bahwa hidup itu buruk dan hidup itu baik. Hidup itu buruk tetapi harus diperbaiki. (Sumber:
Pengantar Sosiologi, 2001)
Menurut Taylor (1991), ada beberapa hambatan dalam promosi kesehatan, yaitu :
1. Struktur dan sikap medical establishment
Hal ini lebih kepada sikap masyarakat yang lebih memilih menyembuhkan daripada
mencegah. Akibatnya upaya pendidikan, pencegahan, promkes diabaikan.
2. Hambatan Individual
Berkaitan dengan kebiasaan dan persepsi risiko. Kebiasaan sejak kecil sulit dirubah
begitu juga persepsi.
3. Jaring Kooperasi dan Perencanaan yang Rumit
29
Mencakup perilaku riset dan praktisi yang berbeda, policy makers (pembuat
kebiasaan). Sebelum program dianggap efektif diperlukan studi, perencanaan,
pelaksanaan, penilaian, dan direncanakan lagi.
30
DAFTAR PUSTAKA
Notoatmodjo, S. (2007). Promosi Kesehatan & Ilmu Perilaku. jakarta: Rineka Cipta.
RI, K. K. (2012). Rencana Program Pelayanan Kesehatan Gigi Dan Mulut. Bakti
husada.
31