Anda di halaman 1dari 12

NASKAH PUBLIKASI ILMIAH

PENGARUH TERAPI AKTIVITAS KELOMPOK SOSIALISASI TERHADAP KEMAMPUAN


SOSIALISASI KLIEN ISOLASI SOSIAL DI RUANG RAWAT INAP RUMAH SAKIT JIWA
DAERAH PROVINSI JAMBI TAHUN 2016

OLEH

DINI DESIYANI

NIM. 1214201 021

PROGRAM STUDI ILMU KEPERAWATAN


SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN
HARAPAN IBU JAMBI
TAHUN 2016
LEMBAR PERSETUJUAN

Jurnal ini telah disetujui dan diperiksa oleh


Tim Editor STIKES HARAPAN IBU JAMBI

Jambi, Oktober 2016

Editor

Ns. Nofrida Saswati, M.Kep

PROGRAM STUDI ILMU KEPERAWATAN


SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN
HARAPAN IBU JAMBI
TAHUN 2016
PENGARUH TERAPI AKTIVITAS KELOMPOK SOSIALISASI TERHADAPKEMAMPUAN
SOSIALISASI KLIEN ISOLASI
SOSIAL DI RUANG RAWAT INAP RUMAH SAKIT JIWA
DAERAH PROVINSI JAMBI TAHUN 2016

Dini Desiyani1, Nofrida Saswati2, Sutinah3


Program studi ilmu keperawatan STIKES HARAPAN IBU KOTA JAMBI

Alamat responden

Nama : Dini Desiyani

Alamat : Jln. Jendral sudirman RT 34 Kel. Tambak sari Kec. Jambi selatan

No hp : 081367967141

Email : desiyanidini@gmail.com
PENGARUH TERAPI AKTIVITAS KELOMPOK SOSIALISASI TERHADAPKEMAMPUAN
SOSIALISASI KLIEN ISOLASI
SOSIAL DI RUANG RAWAT INAP RUMAH SAKIT JIWA
DAERAH PROVINSI JAMBI TAHUN 2016

Dini Desiyani1, Nofrida Saswati2, Sutinah3


Program studi ilmu keperawatan STIKES HARAPAN IBU KOTA JAMBI

ABSTRACT
Social isolation is a diagnosis 3 largest of the diagnosis inthe area of jambi province.
This is given to the isolation of social one is thheraupeutic activity of socialization. Social
isolation is a disorder of interpersonal relationships that occur due to the inflexible
personality, giving rise to maladaptive behavior and interfere with the functioning of a person
in touch. Socialization Activity Group Therapy is seeking to facilitate the socialization of a
number of clients with impaired social relationships in groups. This study design using the
one group pretest-posttest, the sampling technique is purposive sampling of 12 respondents.
Client socialization skills were measured before and after intervention using observation
sheet Est. Analysis of data with paired samples T-test. The analysis shows value of the
average capability of the respondents before TAKS 2,42 and after TAKS 19,00. The analysis
shows a significant influence on the taks on socialization skills with p = 0.009. It is concluded
that there is influence of group activity therapy disseminate the client socialization ability of
social isolation in inpatient psychiatric hospitals of the province of Jambi in 2016.

Keywords: TAKS, socialization skills, social isolation

ABSTRAK

Isolasi sosial merupakan diagnosa 3 terbesar dari 7 diagnosa yang ada di rumah sakit jiwa
daerah provinsi Jambi. Terapi yang diberikan kepada klien isolasi sosial salah satunya
adalah terapi aktivitas kelompok sosialisasi. Isolasi sosial adalah gangguan hubungan
interpersonal yang terjadi akibat adanya kepribadian yang tidak fleksibel, sehingga
menimbulkan prilaku yang maladaptif dan mengganggu fungsi seseorang dalam
berhubungan. Terapi Aktivitas Kelompok Sosialisasi (TAKS) adalah upaya memfasilitasi
sosialisasi sejumlah klien dengan kerusakan hubungan sosial secara kelompok. Desain
penelitian ini menggunakan rancangan the one group pretest-postest, dengan teknik
pengambilan sampel secara purposive sampling terhadap 12 responden. Kemampuan
sosialisasi klien diukur sebelum dan sesudah dilakukan intervensi TAKS menggunakan
lembar observasi. Hasil analisa data menunjukan nilai rata-rata kemampuan sosialisasi
responden sebelum diberikan TAKS adalah 2,42 dan sesudah di berikan TAKS menunjukan
nilai rata-rata 19,00. Analisa data dengan uji paired sample T-test menunjukan adanya
pengaruh yang signifikan dari TAKS terhadap kemampuan sosialisasi dengan p=0,009.
Kesimpulan penelitian ini adalah ada pengaruh terapi aktivitas kelompok sosialisasi
terhadap kemampuan sosialisasi klien isolasi sosial di ruang rawat inap rumah sakit jiwa
daerah provinsi Jambi tahun 2016.

Kata kunci : TAKS, kemampuan sosialisasi, isolasi sosial


PENDAHULUAN
Kesehatan jiwa adalah suatu (halusinasi atau waham), afek yang tidak
kondisi sehat emosional, psikologi, dan wajar atau tumpul, gangguan kognitif
sosial yang terlihat dari hubungan (tidak mampu berpikir abstrak) serta
interpersonal yang memuaskan, perilaku
mengalami kesukaran melakukan aktivitas
dan koping yang efektif, konsep diri yang
positif, dan kestabilan emosional. sehari-hari. Salah satu gejala negatif
Kesehatan jiwa memiliki banyak skizofrenia adalah menarik diri dari
komponen dan dipengaruhi oleh berbagai pergaulan sosial (isolasi sosial). Isolasi
faktor, faktor yang mempengaruhi sosial adalah suatu keadaan kesepian
kesehatan jiwa seseorang dapat yang dialami oleh seseorang karena orang
dikatagorikan sebagai faktor individual, lain menyatakan sikap yang negative dan
interpersonal,dan sosial budaya
terancam.
(Videbeck, 2008).
Menurut Stuart (2013), hal-hal
yang telah diidentifikasi sebagai kriteria Isolasi sosial dipengaruhi oleh
kesehatan jiwa yaitu sikap positif faktor predisposisi. Kegagalan dapat
terhadap diri sendiri;pertumbuhan, mengakibatkan individu tidak percaya
perkembangan, dan aktualisasi pada diri, tidak percaya pada orang lain,
diri;integrasi dan ketanggapan ragu, takut salah, pesimis, putus asa
emosional;otonomi dan kemantapan terhadap orang lain, tidak mampu
diri;presepsi realitas yang akurat ; merumuskan keinginan dan merasa
penguasaan lingkungan dan kompetensi tertekan. Keadaan ini dapat menimbulkan
sosial.yang akurat ; penguasaan perilaku tidak ingin berkomunikasi dengan
lingkungan dan kompetensi sosial. orang lain, lebih menyukai berdiam diri,
Menurut WHO Kesehatan jiwa menghindar dari orang lain, dan kegiatan
bukan hanya suatu keadaan tidak sehari-hari terabaikan (Kusumawati dan
gangguan jiwa, melainkkan mengandung Hartono, 2010).
berbagai karakteristik yang ada adalah Pasien yang mengalami gangguan
perawatan langsung, komunikasi dan sosialisasi perlu diberikan suatu program
manajemen, bersifat positif yang terapi. Program terapi yang diberikan dan
menggambarkan keselarasan dan disiapkan di Rumah Sakit Jiwa adalah
keseimbngan kejiwaan yang Terapi Aktivitas Kelompok. Terapi aktivitas
mencerminkan kedewasaan kepribadian kelompok adalah salah satu terapi
yang bersangkutan (Afnuhazi, 2015). modalitas yang dilakukan perawat kepada
Permasalahan kesehatan jiwa sekelompok klien yang mempunyai
sangat besar dan menimbulkan beban masalah keperawatan yang sama (Keliat,
kesehatan yang signifikan. Data dari B.A & Akemat, 2005).
Riskesdas tahun 2013, prevalensi Keliat, B.A & Akemat (2005),
gangguan jiwa berat pada penduduk menambahkan bahwa TAK dibagi empat
indonesia 1,7 per mil. Menurut data dinas yaitu terapi aktivitas kelompok stimulasi
kesehatan provinsi jambi tahun 2013 kognitif / presepsi, terapi aktivitas
bahwa jumlah kunjungan dengan kelompok stimulasi sensori, terapi aktivitas
gangguan jiwa di provinsi jambi pada laki- stimulasi realita, dan terapi aktivitas
laki sebanyak 7.890 orang, perempuan kelompok sosialisasi. Terapi Aktivitas
sebanyak 9.450 orang dan total 104.236 Kelompok : Sosialisasi (TAKS) adalah
orang. upaya memfasilitasi kemampuan
bersosialisasi dengan masalah hubungan
Menurut Afnuhazi (2015), salah sosial klien isolasi melalui tujuh sesi untuk
melatih kemampuan sosialisasi klien.
satu gangguan jiwa yang dikenal adalah
Berdasarkan data per ruangan
skizofrenia, skizofrenia adalah suatu rawat inap yang diperoleh dari Rumah
gangguan jiwa berat yang ditandai dengan Sakit Jiwa Daerah Provinsi Jambi,
penurunan atau ketidakmampuan penderita Skizofrenia yang di rawat inap
berkomunikasi, gangguan realitas cenderung dengan gejala menarik diri
pada bulan Juni 2016 sebanyak 80 orang untuk meningkatkan kesadaran diri klien
yang merupakan gejala nomor tiga meningkatkan hubungan interpersonal
terbanyak dari diagnosa keperawatan dan merubah prilaku mal adaptif.
yang dialami pasien di rawat inap RSJD
provinsi Jambi. Dari masalah diatas maka penulis
Berdasarkan hasil survey awal tertarik untuk melakukan penelitian
pada tanggal 14 maret 2016 dengan tentang pengaruh pelaksanaan Terapi
bantuan perawat melalui observasi Aktivitas Kelompok Sosialisasi terhadap
kepada 5 orang klien isolasi klien Isolasi sosial. Penelitian ini bertujuan
sosial;menarik diri di ruang rawat inap untuk mengetahui pengaruh terapi
didapatkan bahwa klien 1 banyak berdiam aktivitas kelompok sosialisasi terhadap
diri dan terlihat suka menyendiri, klien 2 kemampuan sosialisasi klien isolasi sosial
terlihat hanya berbicara seperlunya dan di ruang rawat inap Rumah Sakit Jiwa
terlihat menghindar dari klien lainnya, klien Daerah Provinsi Jambi Tahun 2016.
3 juga terlihat suka menyendiri, banyak
berdiam diri, dan kontak mata tidak ada, METODE PENELITIAN
klien 4 banyak berdiam diri tetapi mau Desain yang digunakan dalam
untuk duduk berkumpul dengan klien penelitian ini adalah Quasi Experiment
lainya, sedangkan klien 5 hanya terlihat desain pre-test and post-test yaitu dalam
berbicara seperlunya jika di ajak desain ini tidak mempunyai batasan yang
komunikasi. Hasil wawancara kepada 3 tetap terhadap randomisasi. Kemudian
orang perawat Rumah Sakit Jiwa Daerah dilakukan pre-test and post-test untuk
provinsi Jambi bahwa terapi yang dapat memungkinkan validitas lebih tinggi.
diberikan kepada pasien isolasi sosial Populasi dalam penelitian ini
adalah terapi farmakologi, psikoterapi, dan adalah klien Isolasi sosial yang di rawat di
terapi kelompok. Terapi aktivitas kelompok Rumah Sakit Jiwa Daerah Provinsi Jambi
yang diberikan pada pasien isolasi sosial pada bulan Juni-Juli 2016 berjumlah 80
adalah terapi aktivitas kelompok orang. Sampel pada penelitian ini di ambil
sosialisasi, menurut hasil wawancara secara purposive sampling yaitu cara
kepada perawat tersebut bahwa terapi mengambil subjek sesuai dengan tujuan
aktivitas kelompok sosialisasi telah dan memenuhi kriteria. Kriteria inklusi
dilakukan tetapi belum dilakukan secara sampel yang akan dilakukan dalam
optimal di ruangan rawat inap. Hal ini penelitian ini adalah:
disebabkan karena masih ada beberapa a. Klien dengan Isolasi sosial ; menarik
ruangan yang tidak ada jadwal tetap untuk diri (kerusakan hubungan sosial) dan
kegiatan terapi aktivitas kelompok belum mengikuti TAKS
sehingga pelaksanaan terapi aktivitas b. Klien yang sudah mendapatkan
kelompok sosialisasi tidak efektif di strategi pelaksanaan individu isolasi
lakukakan di sebagian ruangan tersebut sosial.
padahal dari terapi aktivitas kelompok c. Bersedia menjadi responden
sosialisasi tersebut klien mau diajak untuk Kriteria eksklusi nya adalah klien yang
berinteraksi dan berkomunikasi dengan tidak kooperatif. Sehubungan dengan
orang lain. adanya kriteria inklusi, maka sampel
Pada klien isolasi sosial perlu dalam penelitian ini menjadi 12
mendapatkan perhatian karena termasuk responden.
dalam 3 urutan terbesar dianatara 7 Penelitian ini dilakukan di Rumah
diagnosa yang ada di Rumah Sakit Jiwa Sakit Jiwa Daerah Jambi pada tangga 11
Daerah Jambi. Klien isolasi sosial memiliki Juli 2016 sampai 3 agustus 2016.
prilaku tidak ingin berkomunikasi dengan Pengumpulan data didapat
orang lain, lebih menyukai berdiam diri, dengan melakukan observasi
menghindar dari orang lain, dan kegiatan menggunakan lembar observasi evaluasi
sehari-hari terabaikan sehinga klien perlu pada 7 sesi TAKS. Data dianalisis
diberikan suatu program terapi yaitu salah menggunakan uji T-dependent dengan
satunya terapi aktivitas kelompok tingkat kepercayaan yang digunakan
sosialisasi yang dibentuk dalam kelompok 95% , ( = 0,05).
Tabel .4 Distribusi frekuensi lama rawat
HASIL PENELITIAN responden isolasi sosial di ruang rawat
Karakteristik responden inap RSJD Provinsi Jambi Tahun 2016

Tabel .1 Distribusi frekuensi jenis kelamin N Lama Mi Mak Mean Std.de


responden isolasi sosial di ruang rawat o rawat n v
inap RSJD Provinsi Jambi Tahun 2016 1 <2 1 2 1,17 .389
mingg
No Jenis kelamin Jumla %
u
h 2 >2
1 Laki-laki 6 50
mingg
2 Perempuan 6 50
u
Total 12 100
Berdasarkan tabel .4 dari 12 responden di
Berdasarkan tabel .1 menunjukan bahwa
dapatkan sebanyak 10 responden yang di
responden yang berjenis kelamin laki-laki
dominasi dengan lama rawat rawat < 2
sama banyak dengan responden jenis
minggu dengan rata-rata 1,17.
kelamin perempuan yaitu sebanyak 6
orang (50%).
Kemampuan sosialisasi sebelum
dilakukan terapi aktivitas kelompok
Tabel .2 Distribusi frekuensi usia
sosialisasi pada klien isolasi sosial.
responden isolasi sosial di ruang rawat
Tabel .5 Kemampuan sosialisasi sebelum
inap RSJD Provinsi Jambi Tahun 2016
dilakukan TAKS klien isolasi sosial di
Berdasarkan tabel 4.2 hasil penelitian
ruang rawat inap rumah sakit jiwa daerah
menemukan bahwa karakteristik
provinsi Jambi tahun 2016 (n=12)
responden yang terdiri dari 12 responden
dengan variasi umur yang dibagi menjadi
tiga kelompok di dominasi oleh kelompok Variabel Mean SD Min Mak 95%
umur 25-40 tahun yaitu 9 orang (75%). Cl
Kemampua 2,42 0,79 1 4 1,91
No Usia Mi Ma Mea Std.de n sosialisasi 3 2,92
n k n v
1 25-40 2 3 2,25 .452 Hasil analisis tabel .5 menunjukan nilai
rata-rata kemampuan sosialisasi
2 >40
responden sebelum diberikan TAKS
adalah 2,42 (kemampuan sosialisasi
Berdasrkan tabel .2 dari 12 responden di
kurang) dengan nilai standar deviasi
dominasi oleh usia 25-40 tahun dengan
0,793. Nilai terendah 1 dan nilai tertinggi
nilai rata-rata 2,25.
5. Hasil nilai kepercayaaan 95% diyakini
rata-rata kemampuan sosialisasi
Tabel .3 Distribusi frekuensi pendidikan
responden sebelum TAKS berada pada
responden isolasi sosial di ruang rawat
rentang 1,91 samapi dengan 2,92.
inap RSJD Provinsi Jambi Tahun 2016
No Pendidikan Jumlah % Kemampuan sosialisasi sesudah
1 SD 3 25 dilakukan terapi aktivitas kelompok
2 SMP 5 41,7 sosialisasi pada klien isolasi sosial.
3 SMA 4 33,3 Tabel .6 Kemampuan sosialisasi sesudah
Total 12 100 dilakukan TAKS klien isolasi sosial di
ruang rawat inap rumah sakit jiwa daerah
Berdasarkan tabel .3 dari 12 responden provinsi Jambi tahun 2016 (n=12)
didapatkan hasil penelitian pendidikan
terakhir responden di dominasi oleh SMP Variabel Mean SD Mi Ma 95%
yaitu sebanyak 5 responden ( 41,7%). n k Cl
Kemampua 19,0 3,54 10 23 16,75
n sosialisasi 0 2 21,25 Dapat diketahui bahwa responden yang
berjenis kelamin laki-laki sebanyak 6
orang dengan persentase sebesar 50%
Hasil analisis tabel .6 menunjukan nilai dan perempuan sebanyak 6 orang dengan
rata-rata kemampuan sosialisasi persentase sebesar 50%. Hasil
responden sesudah diberikan TAKS karakteristik responden Arip & Rusmini
adalah 19,00 (kemampuan sosialisasi (2010), meneliti tentang pengaruh terapi
baik) dengan nilai standar deviasi 3,542. aktivitas kelompok sosialisasi terhadap
Nilai terendah 10 dan nilai tertinggi 23. kemampuan komunikasi klien menarik diri
Hasil nilai kepercayaaan 95% diyakini di ruamh sakit jiwa provinsi NTB dari 24
rata-rata kemampuan sosialisasi responden didaptkan hasil bahwa
responden sesudah TAKS berada pada responden terbanyak dengan jenis
rentang 16,75 samapi dengan 21,25. kelamin laki-laki yaitu 16 orang (66%). Hal
ini disebabkan karena laki-laki sangat
Pengaruh terapi aktivitas kelompok rentan terkena gangguan jiwa salah satu
sosialisasi terhadap kemampuan penyebabnya adalah tingginya tingkat
sosialisasi klien isolasi sosial emosional. Bahkan untuk gangguan
ringan, laki-laki dua kali lebih berisiko
Tabel .7 Pengaruh terapi aktivitas dibanding perempuan.
kelompok sosialisasi terhadap Untuk usia responden dalam
kemampuan sosialisasi klien isolasi sosial penelitian ini dibagi menjadi tiga katagori
di ruang rawat inap rumah sakit jiwa yaitu dibawah 25 tahun, 25 tahun sampai
daerah Jambi tahun 2016 (n=12) 40 tahun, dan lebih dari 40 tahun. Hasil
penelitian menemukan bahwa karakteristik
variabel Min Mea SD Std. p- responden yang terdiri dari 12 responden
Mak n Eror value dengan variasi umur yang dibagi menjadi
mean tiga kelompok di dominasi oleh kelompok
umur 25-40 tahun yaitu sebanyak 9
Kemampuan 1 2,42 0,793 0,229
responden ( 75%). Hasil karakteristik
sosialisasi 4 responden menurut usia yang dilakukan
pre test Surya Efendi (2012), di RSJ padang
0.009 didapatkan hasil dari 10 responden bahwa
Kemampuan 4 19,0 3,542 1,022 lebih dari separuh (60%) responden
sosialisasi 23 0 berumur 25 sampai 40 tahun. Hal ini
post test disebabkan gangguan jiwa cenderung
diderita kelompok usia produktif karena
Hasil uji statistic tabel 7 diperoleh nilai p- pada usia tersebebut lebih banyak
value = 0,009 artinya terdapat perbedaan merasakan stres dan depresi.
proporsi nilai kemampuan sosialisasi Karakteristik responden menurut
responden sebelum dan sesudah jenjang pendidikan dalam penelitian ini di
perlakuan, yakni pemberian terapi bagi menjadi empat yaitu SD, SMP, SMA,
aktivitas kelompok sosialisasi. D3/sarjana. Dalam penelitian ini dari 12
responden didapatkan hasil penelitian
PEMBAHASAN pendidikan terakhir responden di dominasi
Karakteristik responden oleh SMP yaitu sebanyak 5 responden
Adapun deskripsi karakterisitik (41,7%). Hasil penelitian Rakhma (2012),
responden pada penelitian ini meliputi di Rumah Sakit Jiwa Lawang-Malang dari
jenis kelamin, usia, pendidikan dan lama 17 responden didapatkan bahwa
rawat. Sampel yang digunakan dalam pendidikan akhir responden di dominasi
penelitian ini sebanyak 12 orang yaitu oleh SD yaitu sebesar 64%. Hal ini
klien isolasi sosial yang belum pernah disebabkan karena pendidikan sangat
mendapatkan terapi aktivitas kelompok berpengaruh dalam seseorang berpikir
sosialisasi di ruang rawat inap rumah sakit untuk memecahkan suatu maslah dalam
jiwa daerah provinsi Jambi tahun 2016. kehidupan. Ketidakmampuan seseorang
dalam mengatasi masalah tersebut dapat
menimbulkan suatu depresi dan stres dapat di tingkatkan dengan terapi
yang berlebih. terutama terapi aktivitas kelompok
Menurut dari hasil lama rawat klien sosialisasi.
yang mulai dirawat sampai dengan Isolasi sosial adalah keadaan
penelitian dilaksanakan dari 12 responden dimana seorang individu mengalami
di dapatkan sebanyak 10 responden penurunan atau bahkan sama sekali tidak
( 83,3%) yang di dominasi dengan lama mampu berinteraksi dengan orang lain di
rawat < 2 Minggu. Hasil karakteristik sekitarnya (Yosep, 2009). Menurut
responden lama rawat dari Eyvin (2016), Videbeck (2009), terapi yang dapat
didapatkan hasil dari 30 responden di diberikan pada pasien dengan skizofrenia
dominasi kurang dari 10 tahun rawat selain psikofarmakologi, dapat juga di
dengan sebesar 25 responden (83,3%). berikan dengan terapi psikososial
Hal ini disebabkan karena lama rawat diantaranya, terapi individu, terapi
sangat berpengaruh dalam proses kelompok, terapi keluarga, terapi sosial,
penyembuhan klien, semakin lama dan terapi pendidikan keluarga. Menurut
mendapat perhatian khusus dari perawat Keliat & Akemat (2005), terapi Aktivitas
maka semakin cepat pula perubahan yang Kelompok adalah metode pengobatan
baik ada pada klien jiwa. ketika klien dalam rancangan waktu
tertentu dengan tenaga yang memenuhi
persyaratan. Fokus Terapi Aktivitas
Kemampuan sosialisai klien isolasi Kelompok adalah membuat sadar diri
sosial sebelum dilakukan terapi (self-awerness), peningkatan hubungan
aktivitas kelompok sosialisasi (pre-test) interpersonal, membuat perubahan atau
Berdasarkan hasil penelitian dapat ketiganya.
dilihat bahwa klien isolasi sosial sebelum Klien isolasi sosial yang belum
dilakukan TAKS kurang mampu melakukan TAKS terlihat kurang mampu
melakukan hubungan sosialisasi dengan melakukan hubungan sosialisasi dengan
nilai rata-rata adalah 2,42. Hal ini baik di karenakan klien isolasi sosial yang
disebabkan karena klien hanya suka belum mendapatkan terapi dengan
menyenendiri dan tidak tahu bagaimana lengkap yaitu salah satunya terapi
mengatasi masalah yang dihadapinya aktivitas kelompok sosialisasi yang belum
serta merasa takut untuk berhubungan diberikan karena seperti yang diketahui
dengan orang lain. Klien isolasi sosial bahwa klien isolasi sosial suka menarik
mungkin merasa ditolak, tidak diterima, diri dan sulit untuk melakukan komunikasi,
kesepian dan tidak mampu membina jika kondisi seperti ini dibiarkan maka klien
hubungan yang berarti dengan orang lain. isolasi sosial semakin tidak mampu untuk
Hal ini sesuai dengan hasil bersosialisasi dengan baik dan klien
penelitian Rakhma (2012), yang dilakukan merasa bahwa dengan menyendiri dapat
di RSJ Lawang-Malang dimana menyelesaikan masalahnya. Dengan
kemampuan komunikasi verbal dan adanya suatu program terapi terutama
nonverbal pada klien isolasi sosial terapi aktivitas kelompok sosialisasi di
sebelum dilakukan TAKS masih rendah. harapkan dapat menyelesaikan masalah
Penelitian yang dilakukan Hasriana klien dan dapat meningkatkan
(2013), di Sulawesi selatan dimana kemampuan sosialisasi oleh karena itu
kemampuan bersosialisasi pada klien sebaiknya klien isolasi sosial harus
isolasi sosial sebelum dilakukan TAKS mendapatkan terapi yang sesuai dan
masih kurang mampu bersosialisasi. Hal lengkap termasuk terapi aktivitas
ini di tunjang juga oleh penelitian Vivin kelompok sosialisasi dimana TAKS adalah
(2015), di Rumah Sakit Jiwa Grhasia salah satu intervensi keperawatan yang
Yogyakarta diamana kemampuan interaksi efektif untuk meningkatan kemampuan
sosial klien isolasi sosial sebelum klien bersosialisasi.
melakukan TAKS belum mampu
berinteraksi secara baik. Oleh sebab itu Kemampuan sosialisasi klien isolasi
kemampuan sosialisai ataupun sosial sesudah dilakukan terapi
kemampuan berkomunikasi diharapkan
aktivitas kelompok sosialisasi (post- tanggapan, mengekspresikan ide, dan
test) merasakan kebersamaan. Oleh karena itu
Skor rata-rata kemampuan sebaiknya terapi aktivitas kelompok
sosialisasi sesudah dilakukan TAKS sosialisasi harus dilakukan kepada setiap
diperoleh nilai rata-rata 19,00 klien isolasi sosial agar klien mendapatkan
(kemampuan sosialisasi baik). Hasil keterampilan untuk berinteraksi sosial dan
penelitian ini didukung oleh penelitian dapat di gunakan dalam kehidupan sehari
sebelumnya oleh Arni (2011), di rumah sehingga dapat meningkatkan
sakit Ghrasia Provinsi DIY. Kemampuan kemampuan sosialisasi.
sosialisasi sesudah dilakukan TAKS
mengalami peningkatan dari kemampuan Pengaruh Terapi Aktivitas Kelompok
sosialisasi sebelum mendapatkan TAKS. Sosialisasi terhadap kemampuan
Hasil penelitian ini di tunjang juga oleh sosialisasi.
penelitian Nur (2012), di Klaten Jawa Hasil analisis data menunjukan
tengah. Kemampuan sosialisasi pada terdapat perbedaan nilai kemampuan
klien isolasi sosial sesudah dilakukan sosialisasi klien isolasi sosial sebelum dan
TAKS menunjukan betambahnya sesudah di berikan TAKS dimana
kemampuan sosialisasi dari sebelum berdasarkan hasil penelitian terlihat
dilakukan TAKS. Hal ini menunjukan masing-masing responden rata-rata
bahwa pemberian TAKS dapat kemampuan sosialisasi klien mengalami
meningkatkan kemampuan sosialisasi peningkatan setelah dilakukan terapi
pada individu yang mendapatkan TAKS. aktivitas kelompok sosialisasi, yang berarti
Menurut Keliat & Akemat (2005), pemberian TAKS berpengaruh terhadap
terapi aktivitas kelompok sosialisasi kemampuan sosialisasi klien isolasi sosial.
(TAKS) adalah upaya memfasilitasi Hasil uji statistik dengan uji dependen T-
kemampuan sosialisasi sejumlah klien test didapatkan P-value 0,009 yang berarti
dengan hubungan sosial. Klien dibantu terdapat pengaruh pemberian TAKS
untuk melakukan sosialisasi dengan terhadap kemampuan sosialisasi.
individu yang ada disekitar klien, Kesimpulan dari pernyataan tersebut
sosialisasi dapat pula dilakukan secara adalah Ha di terima dan membuktikan
bertahap dari interpersonal (satu dan terdapat pengaruh yang signifikan antara
satu), kelompok, dan masa. Aktivitas TAKS terhadap kemampuan sosialisasi
dapat berupa latihan sosialisasi dalam pada klien isolasi sosial di RSJD provinsi
kelompok. Menurut Yosep (2009), terapi Jambi tahun 2016.
kelompok adalah terapi psikologi yang Hal ini sesuai dengan hasil
dilakukan secara kelompok untuk penelitian terdahulu yang dilakukan oleh
memberikan stimulasi bagi klien dengan Arni (2011), tentang pengaruh terapi
gangguan interpersonal. Tujuan terapi aktivitas kelompok sosialisasi terhadap
kelompok yaitu untuk meningkatkan kemampuan sosialisasi klien isolasi sosial
kemampuan menguji kenyataan, di rumah sakit Ghrasia Provinsi DIY
membentuk sosialisasi, meningkatkan bahwa TAKS berpengaruh meningkatkan
fungsi psikologis dan membangkitkan kemampuan sosialisasi klien dengan P-
motivasi klien. Sedangkan tujuan value 0,001 yang berarti sangat
khususnya yaitu untuk melatih bermakna. Penelitian Rakhma (2012), di
pemahaman identitas diri dan untuk Rumah Sakit Jiwa Lawang-Malang
penyaluran emosi. menunjukan bahwa adanya pengaruh
Klien isolasi sosial yang sudah terapi aktivitas kelompok sosialisasi
melakukan TAKS terlihat lebih mampu terhadap kemampuan komunikasi klien
melakukan hubungan sosialisasi dengan isolasi sosial. Kemampuan komunikasi
baik dibandingkan sebelum mendapatkan sangat dibutuhkan dalam bersosialisasi.
TAKS. Hal ini dikarenakan setiap sesi Hasil ini juga ditunjang oleh penelitian
TAKS dapat melatih klien meningkatkan yang dilakukan oleh Surya Efendi (2012),
kemampuan komunikasi, sosialisasi, di RSJ Padang mengatakan terdapat
meningkatkan hubungan interpersonal, pengaruh yang bermakna pada
saling memperhatikan, memberikan
pemberian TAKS terhadap perubahan mampu mengekspresikan perasaan dan
perilaku klien isolasi sosial. latihan prilaku dalam berhubungan
Menurut Keliat & Akemat (2005), dengan orang lain sehingga TAKS perlu
yang menyatakan TAKS membantu klien dilakukan untuk terapi pada klien isolasi
untuk melakukan sosialisasi dengan sosial dalam membantu klien agar mampu
individu yang ada disekitar klien. Terapi ini bersosialisasi dengan baik dan saling
memfasilitasi psikoterapi untuk memantau terbuka sehingga permasalahan yang di
dan meningkatkan hubungan hadapi dapat teratasi.
interpersonal, memberi tanggapan KESIMPULAN DAN SARAN
terhadap orang lain, mengekspresikan ide Kesimpulan
dan tukar presepsi, dan menerima Kesimpulan dari hasil penelitian ini
stimulus eksternal yang berasal dari adalah Ada perbedaan kemampuan
lingkungan. Tujuan TAKS ini adalah klien sosialisasi sebelum dan sesudah
dapat meningkatkan hubungan sosial dilakukan TAKS yaitu terjadi peningkatan
dalam kelompok secra bertahap. Terapi kemampuan sosilasisasi sesudah
Aktivitas Kelompok Sosialisasi dapat dilakukan TAKS dan Terdapat pengaruh
dibagi atas 7 sesi yaitu Sesi 1, klien Terapi Aktivitas Kelompok Sosialisasi
mampu memperkenalkan diri. Sesi 2, klien terhadap kemampuan sosialisasi pada
mampu berkenalan dengan anggota klien isolasi sosial diruang rawat inap
kelompok. Sesi 3, klien mampu bercakap- Rumah Sakit Jiwa Daerah Provinsi Jambi
cakap dengan anggota kelompok. Sesi 4, Tahun 2016 (p value = 0,009)
klien mampu menyampaikan dan
membicarakan topik pembicaraan. Sesi 5,
klien mampu menyampaikan dan Saran
membicarakan masalah pribadi. Sesi 6, Disarankan untuk dapat
klien mampu bekerja sama dalam meningkatkan pemberian terapi aktivitas
permainan sosialisasi kelompok. Sesi 7, kelompok sosialisasi pada klien isolasi
klien mampu menyampaikan pendapat sosial yang sebaiknya dapat dijalani
tentang manfaat kegiatan. Setelah semua sepenuhnya pada setiap ruangan rawat
kegiatan dilakukan, klein dapat inap di RSJ dengan terjadwal dan
menyampaikan apa manfaat dari kegiatan terstruktur serta dapat memberikan
tersebut dengan demikian diharapkan pelatihan-pelatihan pada perawat
kemampuan klien dalam kegiatan sehingga mencapai hasil yang efektif.
sosialisasi tersebut dapat di terapkan Bagi para peneliti lainnya agar dapat
dalam kehidupan sehari-hari. dijadikan masukan untuk melakukan
Hasil penelitian didapatkan penelitian lebih lanjut tentang Terapi
kemampuan sosialisasi klien sebelum dan Modalitas yang lain dalam mengatasi
sesudah mendapatkan TAKS terdapat permasalahan yang dihadapin klien jiwa
perbedaan dan peningkatan yang sehingga gangguan jiwa dapat diatasi.
signifikan dikarenakan klien yang belum DAFTAR PUSTAKA
mendapatkan TAKS belum terlatih untuk Afnuhazi, R (2015). Komunikasi
membina hubungan interpersonal, Teraupetik Dalam Keperawatan
komunikasi, dan mengungkapkan Jiwa. Selman, Yogyakarta : Gosyen
masalah pada dirinya sedangkan klien Publishing.
isolasi sosial yang telah mendapatkan Arip M & Rusmini (2010). Pengaruh Terapi
TAKS telah mendapatkan 7 sesi kegiatan Aktivitas Kelompok Sosialisasi
terapi yang dapat meningkatkan Terhadap Kemampuan Komunikasi
kemampuan klien dalam bersosialisasi Pada Pasien Menarik diri di Rumah
dan membina hubungan yang baik Sakit Jiwa Provinsi NTB. Jurnal
dengan orang lain dan lingkungan sekitar. kesehatan prima, 5 (2),756-764.
Terapi aktivitas kelompok sosialisasi yang Arni (2011). Pengaruh Terapi Aktivitas
diberikan efektif untuk meningkatkan Kelompok Sosialisasi Terhadap
kemampuan sosialisasi pada klien isolasi Kemampuan Sosialiasi pada Klien
sosial. Peningkatkan kemampuan Isolasi Sosial di Rumah Sakit
sosialisasi pada klien dilakukan agar klien
Ghrasia Provinsi DIY. (dalam Kerusakan Interaksi Sosial Di
penerbitan) Rumah Sakit Jiwa Daerah Dr.RM
Direja, Ade HS (2011). Buku Ajar Asuhan Soedjarwadi Klaten Jawa Tengah.
Keperawatan Jiwa. Yogyakarta : (dalam penerbitan)
Nuha Medika Purwaningsih, W (2009). Asuhan
Eyvin (2016). Pengaruh Latihan Keperawatan Jiwa. Yogyakarta : Nuha
Keterampilan Sosialisasi Terhadap medika
Kemampuan Berinteraksi Klien Rakhma (2012). Terapi Aktivitas
Isolasi Sosial Di RSJ Prof. Dr.V.L. Kelompok Sosialisasi Terhadap
Ratumbuysang Manado. E-Jurnal Peningkatan Kemampuan
keperawatan (EKP), 4 (1),1-5. Komunikasi verbal dan Non Verbal
Hasriana (2013). Pengaruh Terapi Klien Isolasi Sosial Di Ruang
Aktivitas Kelompok Sosialisasi Kutilang RSJ. Dr.Radjiman
Terhadap Kemampuan Wediodiningrat Lawang-Malang.
bersosialisasi pada Klien Isolasi Medika Majapahit, 4 (2),40-46.
Sosial Di Rumah Sakit Khusus Rumah Sakit Jiwa Daerah Provinsi Jambi.
Daerah Provinsi Sulawesi Selatan. 2 (2015). Laporan tahunan rumah
(6),74-79. sakit jiwa daerah provinsi jambi.
Hidayat, A.A (2009). Metode Penelitian Jambi.
Keperawatan Dan Tekhnis Analisis Stuart, GW (2013). Principles and Pratice
Data. Salemba Medika. Jakarta. of Psychiatric Nurshing. Tenth
Keliat, B.A & Akemat (2005). Terapi Edition. St. Louis : Elsevier Mosby
Aktivitas Kelompok. EGC. Jakarta. Surya Efendi (2012). Pengaruh
Kementrian Kesehatan RI (2015). Pemberian Terapi Aktivitas
Rencana Strategis Kementrian Kelompok Sosialisasi Terhadap
Kesehatan Tahun 2015 2019 Perubahan Perilaku Klien Isolasi
(http://www.depkes.go.id/resources/ Sosial. Ners Jurnal Kesehatan, 8
download/info- (2),105-114.
publik/Renstra2015pdf). Diakses Videbeck, S (2008). Buku Ajar
pada tanggal 6 oktober 2015 Keperawatan Jiwa. Jakarta : EGC
Kusumawati, F & Hartono, Y (2010). Buku Vivin, (2015). Pengaruh Terapi Aktivitas
Ajar Keperawatan Jiwa. Jakarta : Kelompok Sosialisasi Terhadap
Salemba Medika. Kemampuan Interaksi Sosial Pasien
Notoatmodjo, Soekidjo (2012). Metodologi Isolasi Sosial Di Rumah Sakit Jiwa
Penelitian Kesehatan. Jakarta : Grhasia Yogyakarta. (dalam
Rineka Cipta penerbitan).
Nur, (2012). Pengaruh Pelaksanaan Yosep, I (2009). Keperawatan Jiwa.
Terapi Aktivitas Kelompok Bandung : PT Refika Aditama.
Sosialisasi terhadap Kemampuan
Sosialisasi pada Klien dengan

Anda mungkin juga menyukai