Anda di halaman 1dari 4

Medication Safety

Klasifikasi:
- Injury = Adverse Drug Reaction ada di dlm Adverse
Drug Effects
- No Injury =

Pencegahan: Kerja sama dalam tim

Medication error: preventable event yg bisa terjadi saat obat berada dlm kontrol kesehatan.
Misalnya: praktik profesi, health care products, sistem&prosedur, termasuk prescribing, order communication,
product labeling, packaging, and nomenclature, compounding, dispensing, distribution, administration, education,
monitoring, and use
Data di Amerika akibat medical error =
-kematian >98.000/hari
-Injury > 1,3 juta/ hari

Medical error bisa terjadi saat administrasi, peresepan,


copy order ke apotek (misal dosis, nama look alike ),
penyiapan obatnya (10 mg dikasi 5 mg), sistem error

Sumber terjadinya medical error

Klasifikasi British:
1. Peresepan
2. Preparation / dispensing
3. Drug application
4. Monitoring

Prescribing errors :
Wrong diagnosis, dose, drug, patient, route of administration, Drug interaction
Klasifikasi psikologi:
1. Mistake = kurang knowladge & gaktau aturan
2. Skill based error = sering jadi kasus (salah
tindakan)
Pencegahan: Cheese models (Tidak saling menyalahkan) Menganalisis darimana sumber:

1. FMEA
- proactive technique
- identifies and addresses problem before they
occurred
- incorporate some features of RCA

2. RCA
- Retrospective technique
- After errors occurred
- FMEA may be used during RCA to identify
actions for improvement

INTERAKSI OBAT gekna

1. Tipe Lain Interaksi Obat : klasifikasi berdasarkan dimana fase itu terjadi (penjelasannya aku
nyari di internet ya)
Proses Pharmaceutics : incompactibility + langsung dan dapat secara fisik atau kimiawi obat menjadi
tidak aktif. Contoh: interaksi karbenisilin dengan gentamisin terjadi inaktivasi; fenitoin dengan larutan dextrosa
5% terjadi presipitasi; amfoterisin B dengan larutan NaCl fisiologik, terjadi presipitasi.
Pharmacokinetics : interaksi obat yang terjadi pada fase farmakokinetik. Fasenya antara lain
absorbsi, distribusi, metabolisme dan ekskresi. Contohnya bisa liat yang dikirim windi.
Interaksi farmakokinetik terjadi ketika suatu obat mempengaruhi absorbsi, distribusi,
metabolisme dan ekskresi obat lainnya sehingga meningkatkan atau mengurangi jumlah obat
yang tersedia untuk menghasilkan efek farmakologisnya
Interaksi farmakokinetik ditandai dengan perubahan kadar plasma obat, area di bawah
kurva (AUC), onset aksi, waktu paruh dsb
Salah satu faktor yang dapat mengubah respon terhadap obat adalah pemberian
bersamaan dengan obat-obat lain. Ada beberapa mekanisme dimana obat dapat berinteraksi,
tetapi kebanyakan dapat dikategorikan secara farmakokinetik (absorpsi, distribusi,
metabolisme, eksresi), farmakodinamik, atau toksisitas kombinasi.
Akibat interaksi obat dapat terjadi keadaan :
a) Sumasi (adiktif).
b) Sinergisme, contoh : Sulfonamid mencegah bakteri untuk mensintesa dihidrofolat,
sedangkan trimetoprim menghambat reduksi dihidrofolat menjadi tetrahidrofolat. Kedua
obat ini bila diberikan bersama-sama akan memiliki efek sinergistik yang kuat sebagai obat
anti bakteri.
c) Antagonisme, contoh : Antagonis reseptor beta (beta bloker) mengurangi efektifitas
obat-obat bronkhodilator seperti salbutamol yang merupakan agonis beta reseptor.

Pharmacodynamics: Receptors (antagonist and synergist)


Interaksi farmakodinamik adalah interaksi antara obat yang bekerja pada sistem reseptor,
tempat kerja atau sistem fisiologik yang sama sehingga terjadi efek yang aditif, sinergistik, atau
antagonistik, tanpa ada perubahan kadar plasma ataupun profil farmakokinetik lainnya. Interaksi
farmakodinamik umumnya dapat diekstrapolasikan ke obat lain yang segolongan dengan obat
yang berinteraksi, karena klasifikasi obat adalah berdasarkan efek farmakodinamiknya. Selain itu,
umumnya kejadian interaksi farmakodinamik dapat diramalkan sehingga dapat dihindari
sebelumnya jika diketahui mekanisme kerja obat.
Contoh interaksi obat pada reseptor yang bersifat antagonistik misalnya: interaksi antara -bloker
dengan agonis-2pada penderita asma; interaksi antara penghambat reseptor dopamin
(haloperidol, metoclo-pramid) dengan levodopa pada pasien parkinson. Beberapa contoh interaksi
obat secara fisiologik serta dampaknya antara lain sebagai berikut: interaksi antara
aminoglikosida dengan furosemid akan meningkatkan risiko ototoksik dan nefrotoksik dari
aminoglikosida; =bloker dengan verapamil menimbulkan gagal jantung, blok AV, dan bradikardi
berat; benzodiazepine dengan etanol meningkatkan depresi susunan saraf pusat (SSP); kombinasi
obat-obat trombolitik, antikoagulan dan anti platelet menyebabkan perdarahan.
Penggunaan diuretik kuat (misal furosemid) yang menyebabkan perubahan keseimbangan cairan
dan elektrolit seperti hipokalemia, dapat meningkatkan toksisitas digitalis jika diberikan bersama-
sama. Pemberian furosemid bersama relaksan otot (misal, d-tubokurarin) menyebabkan paralisis
berkepanjangan. Sebaliknya, penggunaan diuretik hemat kalium (spironolakton, amilorid) bersama
dengan penghambat ACE (kaptopril) menyebabkan hiperkalemia. Kombinasi anti hipertensi
dengan obat-obat anti inflamasi nonsteroid (NSAID) yang menyebabkan retensi garam dan air,
terutama pada penggunaan jangka lama, dapat menurunkan efek antihipertensi.
2. Pharmaceutics Incompactibility :
Drug and inappropriate solution/diluent
Mixed together in one line
Drugs and adjuvants (preservative, buffer)
Drugs and pvc material of injection

3.

Ket gambar :

incompatibel dapat menyebabkan obat tidak dapat tercampurkan satu dengan yang lainnya.
Biasaya terjadi saat sebelum masuk ke dalam tubuh,misalnya obat itu tidak tercampurkan
misalnya pada obat injeksi. Kalo bahan pencampurnya tidak sesuai, mix together in one line
misalnya obat gol. Ampicilin yang tidak stabil dicampurkan dalam sediaan dextran bisa
menimbulkan terjadinya cloudy (merupakan contoh incompactible sebelum masuk ke dalam
tubuh). Misalnya ke dalam adjuvants untuk preservativenya. Kemudian drugs dan divisi
materialnya (materi yang dipake dalam kemasan mekanisme
untuk infus). Farmasi
proses mempunyai bukunya
arbsorpsi,
apa yang mempengaruhi, obat
apa saja yang saling
mempengaruhi pada saat fase
absorbsi bisa karena perubahan
PH, bisa karena yang satu
mempengaruhi dari
motilitas,dll). untuk distribusi
misalnya karena protein, untuk
metabolisme ada pengaruh
enzim sitochrom yang
merupakan substrat, menjadi
inducer kah, atau menjadi
inhibitor kah di enzim tersebut.
Dan untuk fase ekskresi (ga
denger) bisa terjadi
4. Example of substrate, inhibitors and inducers : interaksinya.
Ket gambar diatas :
Ini contohnya substrat inhibitor dan inducer misalnya tiopinine itu substrat yang dimetabolisme
menggunakan enzim sitokrom 2919 kalo ditambahkan dengan obat yang bersifat menghambat
enzim ini contohnya ciprofloxacin maka obat itu akan lebih banyak beredarnya. Jadi kalo suatu
obat ditambah dengan obat yang bersifat inhibisi maka kandungan kandungan lebih banyak
karena metabolisme lebih lamban dan efek toksiknya lebih tinggi. Hal sebaliknya jika tiopinine
diberikaan dengan omeprazol kadarnya menjadi lebih sedikit sehingga obatnya tidak efektif.

5. Interaksi Farmakodinamik
Additive
Synergism
Antagonist

6. Faktor yang mempengaruhi Interaksi Obat :
Faktor dari obat dan faktor dari pasien.
Pasien : umur penderita, penyakit yang diderita,fungsi hati, fungsi ginjal dll.
Obat : segi pharmacodinamiknya

Nb : mohon maaf resumenya ga lengkap karena dosennya jelasinnya cepet2 dan disuru baca
buku stokhley 1400an halaman itu hmm

Anda mungkin juga menyukai