Anda di halaman 1dari 12

SATUAN ACARA PEYULUHAN (SAP)

ASMA BRONCHIAL
DI RUANG POLI ANAK RSU DR. SOETOMO

Oleh :
Mahasiswa STIKES HAFSHAWATY GENGGONG
PROBOLINGGO

PROMOSI KESEHATAN RUMAH SAKIT UMUM (PKRS)


RSUD Dr.SOETOMO SURABAYA
JANUARI 2017
SATUAN ACARA PENYULUHAN
ASMA BRONCHIAL
DI RUANG POLI ANAK RSU DR. SOETOMO

Kelompok I Keperawatan Medikal Bedah


1. ABDUL BASIT
2. DEWI ATIKA
3. MUNIFATURRIZQI HASMI
4. ROHMATIN HASILLAH

PROGRAM PENDIDIKAN PROFESI NERS


STIKES HAFSHAWATY ZAINUL HASAN GENGGONG
PROBOLINGGO
2017

SATUAN ACARA PENYULUHAN (SAP)


ASMA BRONCHIAL

Pokok bahasan : Keperawatan Medikal Bedah


Topik : Asma
Hari/tanggal : kamis, 5 januari 2017
Tempat : poli anak RSU. Dr Soetomo
Waktu : 30 menit (pukul 10.00 WIB)

A. Tujuan
1. Tujuan umum
Setelah mendapatkan penyuluhan, diharapkan keluarga pasien bisa mengerti
tentang Asma
2. Tujuan khusus
Setelah diberikan penyuluhan diharapkan keluarga pasien dapat:
a. Mengetahui pengertian tentang Asma
b. Mengetahui dan memahami tentang penyebab Asma
c. Mengetahui tanda dan gejala Asma
d. Mengetahui cara penanganan pada Asma

B. SASARAN
Keluarga pasien Ruang poli anak RSUD Soetomo

C. POKOK BAHASAN
1. Pengertian Asma
2. Penyebab Asma
3. Tanda dan gejala Asma
4. Cara penanganan pada Asma

D. METODE
- Ceramah
- Diskusi

E. MEDIA
- Leaflet

F. KEGIATAN

Alokasi
Langkah kegiatan penyaji Kegiatan peserta Media/ Metode
Waktu
Pembukaan - Mengucapkan salam pembuka - Menjawab salam 1. Ceramah
5 menit - Memperkenalkan diri -Mendengarkan 2. Leaflet
- Menjelaskan maksud dan tujuan penyaji
- Menyampaikan kontrak dan
mekanisme penyuluhan
- Membagikan leaflet
Pelaksanaa - Menjelaskan tentang pengertian - Memperhatikan 1. Ceramah
n 20 menit Asma - Mendengarkan 2. Leaflet
- Menjelaskan tentang penyebab - Menyimak
Asma
- Menjelaskan tentang gejala Asma
- Menjelaskan tentang cara
penanganan pada Asma
Penutup - Memberi kesempatan pada peserta - Bertanya 1. Diskusi
5 Menit untuk bertannya - Mendengarkan 2. Ceramah
- Menjawab pertanyaan peserta - Menjawab salam
- Menyampaikan kesimpulan dari
penyuluhan
- Salam penutup
MATERI PENYULUHAN

1. Pengertian Asma
Kata Asma (Asthma) merupakan istilah yang berasal dari bahasa
Yunani yang berarti terengah-engah atau sulit bernapas.
Asma adalah suatu gangguan pada saluran bronkial yang
mempunyai ciri bronkopasme periodik (kontraksi spasme pada saluran
napas) terutama pada percabangan trakeobronkial yang dapat diakibatkan
oleh berbagai stimulus seperti faktor biokemikal, endokrin, infeksi,
otonomik, dan psikologi.
Asma adalah suatu penyakit yang disebabkan oleh keadaan saluran
nafas yang sangat peka terhadap berbagai rangsangan, baik dari dalam
maupun luar tubuh. Akibat dari kepekaan yangberlebihan ini terjadilah
penyempitan saluran nafas secara menyeluruh. Asma merupakan penyakit
obstruksi kronik saluran napas yang bersifat reversibel baik secara spontan
maupun dengan pengobatan. Berbagai penyebab dapat mengubah suatu
keadaan Asma kronik menjadi akut bahkan memburuk.

2. Etiologi terjadinya Asma Bronchial


Genetik Faktor genetik berperan pada penyakit Asma anak
terutama bila ibu juga menderita Asma.35 Asma dan penyakit alergi
sering terjadi bersamaan pada individu dalam satu keluarga. Prevalensi
terjadinya Asma meningkat pada pasien yang menderita Rinitis Alergi.
Beberapa studi longitudinal menunjukkan manifestasi atopi yang sudah
dimulai sejak usia kanak-kanak misalnya dermatitis atopi dan alergi
makanan yang terjadi saat bayi akan berlanjut dengan Asma dan/atau
Rinitis Alergi pada saat kanak-kanak. Sekitar 30% anak-anak dengan
Dermatitis Atopi akan berkembang menjadi Asma di kemudian hari dan
hampir 66% akan menjadi Rinitis Alergi.36 Berdasarkan hasil penelitian
di Amerika Serikat, 30-90% kasus Asma Bronkial memiliki gejala Rinitis
Alergi sebelumnya.
Jenis Kelamin Pria merupakan risiko untuk Asma pada anak.
Sebelum usia 14 tahun, prevalensi Asma pada anak laki-laki adalah 1,5-2
kali dibanding anak perempuan. Tetapi menjelang dewasa perbandingan
tersebut lebih kurang sama dan pada masa menopause perempuan lebih
banyak.14 Sibbald (2010) menulis bahwa prevalensiAsma pada anak
atopik lebih banyak terjadi pada anak laki-laki, sementara itu pada orang
dewasa biasanya non-atopik dan rasio antara perempuan dan laki-laki
hampir sama. Von Matius, dkk (2010) dalam teorinya menyebutkan
bahwa anak laki-laki memiliki saluran napas yang lebih kecil
dibandingkan ukuran paru.38 Pada wanita, peningkatan kadar progesteron
di masa kehamilan memberikan pengaruh awal dengan meningkatkan
sensitifitas terhadap CO2 yang menyebabkan terjadinya hiperventilasi
ringan, yang disebut sebagai dispnea selama kehamilan.
Usia Asma dapat timbul pada segala umur, dimana 30%
penderita bergejala pada umur 1 tahun, sedangkan 80-90% anak yang
menderita Asma gejala pertamanya muncul sebelum umur 4-5 tahun.40
Atopi (penyakit alergi) yang muncul pada usia dini terutama dalam 3
tahun pertama kehidupan memiliki potensi untuk berkembang menjadi
Asma. Pemberian antibiotik dalam sebelum usia 1 tahun merupakan
risiko untuk terjadinya Asma di masa mendatang.
Obesitas Obesitas atau peningkatan Body Mass Index (BMI),
merupakan faktor risiko Asma. Mediator tertentu seperti leptin dapat
memengaruhi fungsi saluran napas dan meningkatkan kemungkinan
terjadinya Asma. Meskipun mekanismenya belum jelas, penurunan berat
badan penderita obesitas dengan Asma, dapat memperbaiki gejala fungsi
paru, morbiditas, dan status kesehatan. Obesitas juga dikaitkan dengan
penurunan fungsi paru yang memungkinkan terjadinya Asma. Obesitas
menyebabkan penurunan sistem komplians paru, volume paru,
dandiameter saluran napas perifer. Akibatnya, terjadi peningkatan
hiperreaktivitas saluran napas, perubahan volume darah pulmoner, dan
gangguan fungsi ventilasi perfusi. Penurunan sistem komplians paru pada
obesitas disebabkan oleh penekanan dan infiltrasi jaringan lemak di
dinding dada, serta peningkatan volume darah paru.
Kebiasaan Merokok Asap tembakau telah terbukti memicu
timbulnya gejala Asma, terutama pada anak. Individu lain yang
menghirup asap rokok (perokok pasif) mendapatkan racun yang lebih
banyak dibandingkan dengan dengan pengguna rokok (perokok aktif) dan
mengalami iritasi pada mukosa sistem pernafasan.40 Ibu yang merokok
saat hamil akan melahirkan bayi prematur yang akan mempunyai ukuran
paru lebih kecil dan akan mempunyai faktor risiko mengi pada usia
neonatus, di samping itu asap rokok akan mengurangi fungsi paru bayi.
Penelitian membuktikan bahwa bayi prematur dari ibu perokok waktu
hamil akan rentan terhadap infeksi saluran napas disebabkan oleh virus,
dan karena IgE tali pusat bayi ini tinggi.
Infeksi Saluran Napas Infeksi saluran napas terutama yang
disebabkan oleh virus sudah lama diketahui sebagai pencetus Asma yang
paling sering ditemukan. Banyak kejadian Asma muncul saat musim
hujan dimana influenza banyak terjadi sehingga menyebar dari satu
anggota ke anggota keluarga lainnya, dimulai dengan batuk-batuk yang
kemudian diikuti dengan munculnya sesak napas sebagai bentuk gejala
Asma. Infeksi respiratory syncytial virus (RSV) sering menyebabkan
bronkiolitis padabayi usia 3-6 bulan. Bronkiolitis yang disebabkan RSV
pada usia dini akan berkembang menjadi Asma bila ditemukan antibodi
RSV IgE spesifik dalam sekret hidung.
Stres/Gangguan Emosi Stres/gangguan emosi dapat menjadi
pencetus serangan Asma, selain itu juga dapat memperberat serangan
Asma yang sudah ada. Saat seseorang emosi dan panik seringkali keluhan
Asma muncul. Ekspresi yang ekstrim seperti tertawa, menangis, marah,
dan ketakutan dapat menyebabkan hiperventilasi dan hipokapnia yang
membuat saluran pernafasan menyempit sehingga penderita terserang
Asma kembali. Di samping gejala asma yang timbul harus segera diobati,
penderita Asma yang mengalami stres/gangguan emosi perlu diberi
nasihat untuk menyelesaikan masalah pribadinya karena apabila stresnya
masih belum teratasi, maka gejala Asmanya lebih sulit diobati. Suatu
studi menyatakan bahwa ibu hamil yang stres dapat menyebabkan risiko
Asma pada anak.42 B. Lingkungan (Environment) Faktor lingkungan
memengaruhi individu dengan kencederungan Asma untuk berkembang
menjadi Asma, menyebabkan kekambuhan, dan atau menimbulkan gejala
Asma menetap.Beberapa faktor lingkungan yang dapat memengaruhi
kejadian Asma, diantaranya:
Alergen Terdiri atas:
1. Alergen dalam rumah/indoor, seperti tungau, debu rumah, spora
jamur, kecoa, serpihan kulit binatang, dan lain-lain
2. Alergen luar rumah/outdoor, seperti serbuk sari dan spora jamur.
3. Alergen dalam bahan makanan, seperti susu, telur, udang,
kepiting, ikan laut, kacang tanah, coklat, kiwi, jeruk, bahan
penyedap, pengawet, dan pewarna makanan. Terjadinya Asma
bronkial akibat makanan tersebut dapat menyebabkan
bronkokonstriksi yang mengancam jiwa 3% - 8% penderita Asma.
Selain bronkokonstriksi penderita tersebut juga mengalami reaksi
gastrointestinal, naso- okuler, dermal, dan peningkatan ekskresi
cysteinil leukotriene melalui urin.
4 Alergi makanan kebanyakan dihubungkan dengan IgE spesifik
yang dapat diperiksa secara invitro (RAST) atau dengan uji kulit.
Uji kulit negatif mempunyai nilai prediktif yang tinggi dengan
gejala klinik, sebaliknya uji kulit mempunyai nilai prediksi positip
sebesar 50%.35
5. Alergi terhadap obat, jenis obat-obatan tertentu dapat
mencetuskan Asma. Terdapat dua grup obat yang sangat penting
untuk dihindari oleh penderita Asma, yaitu grup obat beta blockers
seperti propanolol, nadolol, bahkan obat beta blockers yang bekerja
lokal sekalipun seperti timolol ophtalmic solution. Grup obat kedua
adalah aspirin dan non-steroid anti-inflammatory drugs (NSAIDS)
seperti ibuprofen, naproxen.
Polusi Udara Polusi udara merupakan salah satu faktor pencetus
yang harus diperhatikan oleh penderita Asma. Polusi ini bisa berada
outdoor seperti di sekitar tempat kerja dan sekolah, maupun indoor.
Polusi udara outdoor dapat berasal dari asap pabrik, bengkel, pembakaran
sisa atau sampah industry, serta gas buang yang berasal dari knalpot
mobil maupun motor. Bahan polutan indoor dalam ruangan meliputibahan
pencemar biologis (virus, bakteri, dan jamur), formaldehid, Volatile
Organic Compounds (VOC), dan Combustion Products (CO, NO2, SO2).
Sumber polutan VOC berasal dari penyemprotan serangga, cat,
pembersih, komestik, semprotan rambut (hairspray), deodorant, pewangi
ruangan, segala sesuatu yang disemprotkan dengan aerosol sebagai
propelan, dan pengencer (solvent) seperti thinner. Sumber polutan
formaldehid dalam ruangan adalah bahan bangunan, insulasi, furniture,
dan karpet. Sedangkan sumber polutan Combustion Products biasanya
berasal dari asap rokok dan asap dapur.
Lingkungan Kerja Asma merupakan salah satu penyakit akibat
kerja yang paling sering pada saluran pernapasan disamping rinitis. Di
Indonesia belum ada data pasti tentang penyakit Asma akibat kerja namun
diperkirakan 2% dari seluruh penderita Asma di Indonesia adalah Asma
akibat kerja.45 Ada dua jenis Asma akibat kerja:
1. Irritant-induced Occupational Asthma (sebelumnya dikenal
sebagai Reactive Airway Dysfunction Syndrome atau RADS)
2. Allergic Occupational Asthma. Ini adalah jenis Asma akibat
kerja yang paling sering terjadi.
Exercise-induced Asthma Latihan fisik atau exercise yang
berlebihan seringkali menimbulkan Asma. Sebagian besar penderita
Asma akan mendapat serangan jika melakukan aktivitas jasmani atau
olahraga yang berat.14 Kegiatan olahraga menimbulkan peningkatan
kebutuhan oksigen. Hal ini menyebabkan meningkatnya tingkat frekuensi
pernafasaan yang pada gilirannya memicu terjadinya serangan Asma. Lari
cepatpaling sering menimbulkan serangan Asma. Serangan Asma karena
aktivitas biasanya terjadi segera setelah aktivitas tersebut selesai.
Meskipun olahraga merupakan salah satu pencetus yang efisien untuk
menimbulkan serangan asma, dalam batas-batas tertentu penderita asma
dapat melakukan olahraga tanpa menimbulkan bronkokonstriksi yang
membahayakan sewaktu dan sesudah olahraga. Pada penderita Asma,
gerakan olahraga yang dapat meningkatkan kekuatan otot pernafasan
sangat penting sebab penderita asma kronis umumnya mengalami
penurunan kekuatan otot pernafasan.
Perubahan cuaca Cuaca lembab dan hawa pegunungan yang
dingin sering memengaruhi Asma. Atmosfer yang mendadak dingin
merupakan faktor pemicu terjadinya serangan Asma.44 Serangan kadang-
kadang berhubungan dengan musim, seperti: musim hujan, musim
kemarau, musim bunga (serbuk sari beterbangan).

3. Tanda dan Gejala

a. Sesak napas
b. Napas cepat (tachypnea)
c. Gelisah
d. Nyeri di dada
e. Terdapat suara abnormal pada paru (wheezing)
f. Dalam kondisi parah, pasien silent chest, sianosis, gangguan
kesadaran, hyperinflasi dada, tachicardi dan pernafasan cepat dangkal .
Serangan asma seringkali terjadi pada malam hari.

4. Cara penanganan pertama pada ASMA

a) Carilah tempat yang nyaman dan sejuk kemudian bawa penderita ke


tempat tersebut.

b) Posisikan si penderita dalam keadaan setengah duduk dan sambil


bersandar di tembok. Pada bagian leher, berikan bantal agar terasa
lebih nyaman. Jangan sekali-kali memposisikan penderita dalam
keadaan berbaring/tidur.
c) Anda jangan merasa panik sehingga tidak memperburuk keadaan.
Yang diperlukan hanyalah rileks dan santai.

d) Berilah minuman air hangat walaupun hanya sedikit, ini akan


membantu.

e) Pijatlah secara perlahan bagian jempok kakinya, tepatnya 3-5 cm


diatas ruas jempol, itu adalah syaraf paru-paru.

f) Jika keadaan penderita asma ini tidak kunjung sembuh, kurang lebih
dalam waktu 15 menit. Segeralah bawa ke dokter terdekat untuk
menjalani pengobatan yang cocok.
DAFTAR PUSTAKA

Baratawidjaja, K. (2008) Asma Bronchiale, dikutip dari Ilmu Penyakit Dalam,

Jakarta : FK UI.

Brunner & Suddart (2010) Buku Ajar Keperawatan Medikal-Bedah, Jakarta :

AGC.

Crockett, A. (2010) Penanganan Asma dalam Penyakit Primer, Jakarta :

Hipocrates.

Crompton, G. (2010) Diagnosis and Management of Respiratory Disease,

Blacwell Scientific Publication.

Doenges, M. E., Moorhouse, M. F. & Geissler, A. C. (2010) Rencana Asuhan

Keperawatan, Jakarta : EGC.

Guyton & Hall (2011) Buku Ajar Fisiologi Kedokteran, Jakarta : EGC.

Hudak & Gallo (2009) Keperawatan Kritis Pendekatan Holistik, Volume 1,

Jakarta : EGC.

Price, S & Wilson, L. M. (2010) Patofisiologi : Konsep Klinis Proses-proses

Penyakit, Jakarta : EGC.

Anda mungkin juga menyukai