LAPORAN KASUS UJIAN KPD Susi
LAPORAN KASUS UJIAN KPD Susi
OBSTETRI
Konsulen:
dr. Nunung Nurbaniwati, Sp. OG
I. IDENTITAS PASIEN
Nama : Ny. R
Umur : 20 tahun
Alamat : Desa Karang Wareng
Pekerjaan : Ibu Rumah Tangga
Agama : Islam
Pendidikan terakhir : SD
Status : Menikah
Tanggal pemeriksaan : 8 Juni 2016
II. ANAMNESIS
- Keluhan Utama : Keluar air-air dari kemaluan sejak jam
01.00.
- Riwayat Penyakit Sekarang :
Pasien G1P0A0 hamil 37-38 minggu datang datang ke IGD
Kebidanan RSUD Waled Kabupaten Cirebon pada tanggal 8 Juni 2016
pukul 10.30 WIB, dengan keluhan keluar air-air dari kemaluan banyak
sejak pukul 01.00 WIB. Pasien mengaku air-air seperti air kencing
tetapi tidak dapat ditahan,berwarna putih kekuningan, cairan tidak
berbau dan tidak ada darah yang keluar. Keluhan disertai mules- mules
dan keluar lender tidak bercampur darah. Paien tidak ada riwayat
trauma atau jatuh, tidak ada riwayat koitus pada hari sebelumnya, BAB
dan BAK normal tidak ada keluhan, pasien tidak ada keluhan pusing,
tidak ada mula, tidak ada riwayat kaki bengkaksebelumnya, pasien
tidak ada riwayat keputihan, tidak ada riwayat kencing panas dan tidak
ada demam.
- Riwayat Operasi
Pasien menyangkal pernah melakukan operasi apapun
- Riwayat Obstetri
Pasien G1P0A0 dengan usia kehamilan 37-38 minggu.
HPHT : 11 September 2015
HPL : 18 Juni 2016
- Riwayat Menstruasi
Menarche : Usia 12 tahun
Siklus haid : teratur
Lama : 4 5 hari
Panjang siklus : 30 hari
Banyak : 2-3 pembalut/hari
Nyeri haid : Nyeri
- Riwayat ANC
Setiap bulan ibu selalu kontrol kehamilan di bidan desa setempat.
Riwayat imunisasi TT pada kehamilan ini sudah di dapatkan
sebanyak 2x di bidan desa.
Pasien juga mengaku sudah di USG 1x di dr. Haris, Sp.OG pada
usia kehamilan 8 bulan dan di bidan Diana pada usia kehamilan 7
dan 8 bulan dengan hasil USG letak kepala dibawah, plasenta
bagus tidak menutupi jalan lahir, air ketuban (+) cukup.
- Riwayat KB
Pasien menggunakan KB suntik 3 bulan sebnyak 1x saat awal
nikah.
- Riwayat Pernikahan
Pasien sudah menikah 2 tahun lamanya dengan satu kali
menikah. Pertama kali menikah pasien berusia 18 tahun dan suami 20
tahun.
- Riwayat Ginekologi
Riwayat kanker, kista ovarium, mioma uteri, perdarahan
pervaginam diluar menstruasi disangkal.
Status Generalis
- Kepala leher : normocephal,chloasma gravidarum
(-), rambut berwarna hitam dan tidak mudah rontok
Mata : simetris, ca -/-, sl -/-
Hidung : deviasi (-) sekret (-) darah (-)
Telinga : simetris, darah (-) sekret (-)
Mulut : bibir sianosis (-), lidah kotor (-), karies (-)
gusi berdarah (-)
Leher : KGB membesar (-), JVP meningkat (-)
- Thorak : pulmo : VBS +/+ Rh -/- Wh -/-
Cor : BJ I = BJ II reguler, M(-), G(-)
- Abdomen : cembung, BU (+), nyeri tekan (-), striae (+), jejas (-)
- Ekstremitas : akral hangat (+), edema (-), refleks patela (+/+) CRT <
2detik
Status Obstetrikus
Status kehamilan : G1P0A0
HPHT : 11 September 2015
Taksiran persalinan : 18 Juni 2016
Usia kehamilan : 37-38 minggu
Taksiran berat janin : 2945 gram
IV. RESUME
Pasien G1P0A0 hamil 37-38 minggu datang datang ke IGD
Kebidanan RSUD Waled Kabupaten Cirebon pada tanggal 8 Juni 2016
pukul 10.30 WIB, dengan keluhan keluar air-air dari kemaluan banyak sejak
pukul 01.00 WIB. Pasien mengaku air-air seperti air kencing tetapi tidak
dapat ditahan,berwarna putih kekuningan, cairan tidak berbau dan tidak ada
darah yang keluar. Keluhan disertai mules- mules dan keluar lender tidak
bercampur darah. Paien tidak ada riwayat trauma atau jatuh, tidak ada
riwayat koitus pada hari sebelumnya, BAB dan BAK normal tidak ada
keluhan, pasien tidak ada keluhan pusing, tidak ada mula, tidak ada riwayat
kaki bengkaksebelumnya, pasien tidak ada riwayat keputihan, tidak ada
riwayat kencing panas dan tidak ada demam.
V. DIAGNOSIS
Ibu : G1P0A0 20 tahun parturien aterm 37-38 minggu + kala 1
fase aktif dengan KPD.
Janin : Janin, intrauterine tunggal hidup letak kepala H3 caput
VII. PENATALAKSANAAN
- Induksi Oksitosin
VIII. PROGNOSIS
Ad Vitam : bonam
Ad Fungsionam : bonam
Ad sanasionam : bonam
BAB II
PEMBAHASAN
A. Definisi
Ketuban Pecah Dini ( amniorrhexis premature rupture of the
membrane PROM ) adalah pecahnya selaput korioamniotik sebelum terjadi
proses persalinan. Secara klinis diagnosa KPD ditegakkan bila seorang ibu
hamil mengalami pecah selaput ketuban dan dalam waktu satu jam
kemudian tidak terdapat tanda awal persalinan, dengan demikian untuk
kepentingan klinis waktu 1 jam tersebut merupakan waktu yang disediakan
untuk melakukan pengamatan adanya tanda-tanda awal persalinan. Bila
terjadi pada kehamilan < 37 minggu maka peristiwa tersebut disebut KPD
Preterm (PPROM = preterm premature rupture of the membrane - preterm
amniorrhexis.
Pengertian KPD menurut WHO yaitu Rupture of the membranes
before the onset of labour. Hacker (2001) mendefinisikan KPD sebagai
amnioreksis sebelum permulaan persalinan pada setiap tahap kehamilan.
Sedangkan Mochtar (1998) mengatakan bahwa KPD adalah pecahnya
ketuban sebelum in partu, yaitu bila pembukaan pada primi kurang dari 3 cm
dan pada multipara kurang dari 5 cm. Hakimi (2003) mendefinisikan KPD
sebagai ketuban yang pecah spontan 1 jam atau lebih sebelum dimulainya
persalinan.Sedangkan menurut Yulaikah (2009) ketuban pecah dini adalah
pecahnya ketuban sebelum terdapat tanda persalinan, dan setelah ditunggu
satu jam belum terdapat tanda persalinan. Waktu sejak ketuban pecah sampai
terjadi kontraksi rahim disebut ketuban pecah dini (periode laten). Kondisi
ini merupakan penyebab persalinan premature dengan segala komplikasinya
B. Epidemiologi
Ketuban pecah dini prematur terjadi pada 1% kehamilan. Pecahnya
selaput ketuban berkaitan dengan perubahan proses biokimia yangterjadi
dalam kolagen matriks ekstra seluler amnion, korion, dan apoptosis membran
janin. Membran janin dan desidua bereaksi terhadap stimuli seperti infeksi
dan peregangan selaput ketuban dengan membran pereduksi mediator seperti
prostaglandin, sitokinin, dan protein hormon yang merangsang aktivitas
matrix degrading enzym
Ketuban pecah dini dapat terjadi pada kehamilan aterm, preterm dan
pada kehamilan midtrester. Frekuensi terjadinya sekitar 8%, 1 3 %, dan
kurang dari 1 %. Secara umum insidensi KPD terjadi sekitar 7 12 % (Chan,
2006). Insidensi KPD kira kira 12 % dari semua kehamilan (Mochtar,
1998), sedangkan menurut Rahmawati 2011 insidensi KPD adalah sekitar 6
9 % dari semua kehamilan.
C. Etiologi
Penyebab KPD menurut Manuaba 2009 dan Morgan 2009 meliputi :
1. Serviks inkopeten menyebabkan dinding ketuban yang paling bawah
mendapatkan tekanan yang semakin tinggi.
2. Faktor keturunan (ion Cu serum rendah, vitamin C rendah, dan
kelainan genetik)
3. Pengaruh dari luar yang melemahkan ketuban seperti infeksi genitalia
dan meningkatnya enzim proteolitik. Masa interval sejak ketuban
pecah sampai terjadinya kontraksi disebut fase laten. Makin panjang
fase laten makin tinggi kemungkinan infeksi. Makin muda usia
kehamilan, makin sulit upaya pemecahannya tanpa menimbulkan
morbiditas janin dan komplikasi ketuban pecah dini meningkat.
4. Multipara, grandemultipara, pada kehamilan yang terlalu sering akan
mempengaruhi proses embriogenesis sehingga selaput ketuban yang
terbentuk akan lebih tipis dan yang akan menyebabkan selaput ketuban
pecah sebelum tanda tanda inpartu.
5. Overdistensi uterus pada hidramnion, kehamilan ganda, dan
sevalopelvik disproporsi. Hidramnion atau sering disebut
polihidramnion adalah banyaknya air ketuban melebihi 2000 cc.
Hidramnion dapat terjadi pada kasus anensefalus, atresia esophagus,
gemeli, dan ibu yang mengalami diabetes melitus gestasional. Ibu
dengan diabetes melitus gestasional akan melahirkan bayi dengan berat
badan berlebihan pada semua usia kehamilan sehingga kadar cairan
amnion juga akan berlebih. Kehamilan ganda adalah kehamilan dengan
dua janin atau lebih sehingga kemungkinan terjadinya hidramnion
bertambah 10 kali lebih besar.
6. Kelainan letak yaitu letak lintang.
7. Penduluran abdomen (perut gantung)
8. Usia ibu yang lebih tua
9. Riwayat KPD sebelumnya
10. Merokok selama kehamilan
Adapun penyebab lain yaitu :
1. Inkompetensia serviks
Inkompetensia serviks adalah istilah untuk menyebut kelainan pada otot-
otot leher atau leher rahim (serviks) yang terlalu lunak dan lemah, sehingga
sedikit membuka ditengah-tengah kehamilan karena tidak mampu menahan
desakan janin yang semakin besar. Serviks smemiliki suatu kelainan anatomi
yang nyata, yang bisa disebabkan laserasi sebelumnya melalui ostium uteri
atau merupakan suatu kelainan congenital pada serviks sehingga
memungkinkan terjadinya dilatasi berlebihan tanpa perasaan nyeri dan mules
dalam masa kehamilan trimester kedua atau awal trimester ketiga yang diikuti
dengan penonjolan dan robekan selaput janin serta keluarnya hasil konsepsi.2
2. Peninggian tekanan inta uterin
Tekanan intra uterin yang meninggi atau meningkat secara berlebihan
dapat menyebabkan terjadinya ketuban pecah dini. Misalnya :
a. Trauma
hubungan seksual, pemeriksaan dalam, amniosintesis
b. Gemelli
Kehamilan kembar adalah suatu kehamilan dua janin atau lebih.
Pada kehamilan gemelli terjadi distensi uterus yang berlebihan, sehingga
menimbulkan adanya ketegangan rahim secara berlebihan. Hal ini
terjadikarena jumlahnya berlebih, isi rahim yang lebih besar dan kantung
(selaput ketuban ) relative kecil sedangkan dibagian bawah tidak ada
yang menahan sehingga mengakibatkan selaput ketuban tipis dan mudah
pecah.6
3. Makrosomia
Makrosomia adalah berat badan neonatus >4000 gram kehamilan dengan
makrosomia menimbulkan distensi uterus yang meningkat atau over distensi
dan menyebabkan tekanan pada intra uterin bertambah sehingga menekan
selaput ketuban, manyebabkan selaput ketuban menjadi teregang, tipis, dan
kekuatan membrane menjadi berkurang, menimbulkan selaput ketuban mudah
pecah.6
4. Hidramnion
Hidramnion atau polihidramnion adalah jumlah cairan amnion >2000 mL.
uterus dapat mengandung cairan dalam jumlah yang sangat banyak.
Hidramnion kronis adalah peningaktan jumlah cairan amnion terjadi secara
berangsur-angsur. Hidramnion akut, volume tersebut meningkat tiba-tiba dan
uterus akan mengalami distensi nyata dalam waktu beberapa hari saja.2
5. Kelainan letak
Kelainan letak misalnya lintang, sehingga tidak ada bagian terendah yang
menutupi pintu atas panggul (PAP) yang dapat menghalangi tekanan terhadap
membran bagian bawah.2
6. Penyakit infeksi
Infeksi yang terjadi secara langsung pada selaput ketuban maupun
ascenden dari vagina atau infeksi pada cairan ketuban bisa menyebabkan
terjadinya KPD. Penelitian menunjukkan infeksi sebagai penyebab utama
ketuban pecah dini.Membrana khorioamniotik terdiri dari jaringan
viskoelastik. Apabila jaringan ini dipacu oleh persalinan atau infeksi maka
jaringan akan menipis dan sangat rentan untuk pecah disebabkan adanya
aktivitas enzim kolagenolitik.Infeksi merupakan faktor yang cukup berperan
pada persalinan preterm denganketuban pecah dini. Grup B streptococcus
mikroorganisme yang sering menyebabkan amnionitis.3
D. Patofisiologi
Ketuban pecah dalam persalinan secara umum disebabkan oleh
kontraksi uterus dan peregangan berulang. Selaput ketuban pecah karena pada
daerah tertentu terjadi perubahan biokimia yang menyebabkan selaput ketuban
inferior rapuh, bukan karena seluruh selaput ketuban rapuh. Terdapat
keseimbangan antara sintesis dan degenerasi ekstraseluelr matriks. Perubahan
struktur, jumlah sel, dan katabolisme kolagen menyebabkan aktivasi kolagen
berubah dan menyebabkan selaput ketuban pecah.
Dua belas hari setelah ovum dibuahi , terrbentuk suatu celah yang
dikelilingi amnion primitif yang terbentuk dekat embryonic plate. Celah
tersebut melebar dan amnion disekelilingnya menyatu dengan mula-mula
dengan body stalk kemudian dengan korion yang akhirnya menbentuk
kantung amnion yang berisi cairan amnion. Cairan amnion , normalnya
berwarna putih , agak keruh serta mempunyai bau yang khas agak amis dan
manis. Cairan ini mempunyai berat jenis 1,008 yang seiring dengan tuannya
kehamilan akan menurun dari 1,025 menjadi 1,010. Asal dari cairan amnion
belum diketahui dengan pasti , dan masih membutuhkan penelitian lebih
lanjut. Diduga cairan ini berasal dari lapisan amnion sementara teori lain
menyebutkan berasal dari plasenta.Dalam satu jam didapatkan perputaran
cairan lebih kurang 500 ml
Amnion atau selaput ketuban merupakan membran internal yang
membungkus janin dan cairan ketuban. Selaput ini licin, tipis, dan transparan.
Selaput amnion melekat erat pada korion (sekalipun dapat dikupas dengan
mudah). Selaput ini menutupi permukaan fetal pada plasenta sampai pada
insertio tali pusat dan kemudian berlanjut sebagai pembungkus tali pusat yang
tegak lurus hingga umbilikus janin. Sedangkan korion merupakan membran
eksternal berwarna putih dan terbentuk dari vili vili sel telur yang
berhubungan dengan desidua kapsularis. Selaput ini berlanjut dengan tepi
plasenta dan melekat pada lapisan uterus.
Dalam keadaan normal jumlah cairan amnion pada kehamilan cukup
bulan sekitar 1000 1500 cc, keadaan jernih agak keruh, steril, bau khas, agak
manis, terdiri dari 98% - 99% air, 1- 2 % garam anorganik dan bahan organik
(protein terutama albumin), runtuhan rambut lanugo, verniks kaseosa, dan sel
sel epitel dan sirkulasi sekitar 500cc/jam
Pemeriksaan Lab
1. Pemeriksaan alpha fetoprotein (AFP), konsentrasinya tinggi didalam
cairan amnion tetapi tidak dicairan semen dan urin
2. Pemeriksaan darah lengkap dan kultur dari urinalisa
3. Tes pakis
4. Tes lakmus
Pemeriksaan USG
Pemeriksaan ini dimaksudkan untuk melihat jumlah cairan ketuban
dalam kavum uteri. Pada kasus KPD terlihat jumlah cairan ketuban sedikit
(Oligohidramnion atau anhidramnion). Oligohidramnion ditambah dengan
hasil anamnesis dapat membantu diagnosis tetapi bukan untuk menegakkan
diagnosis rupturnya membran fetal. Selain itu dinilai amniotic fluid index
(AFI), presentasi janin, berat janin, dan usia janin.
F. Penatalaksanaan
1. Konservatif
Rawat di rumah sakit, berikan antibiotik (ampisilin 4x500mg atau
eritromisin bila tidak tahan dengan ampisilin dan metronidazol 2 x 500mg
selama 7 hari). Jika umur kehamilan kurang dari 32 34 minggu, dirawat
selama air ketuban masih keluar. Jika usia kehamilan 32 37 minggu
belum inpartu, tidak ada infeksi, tes busa negatif berikan dexametason,
observasi tanda tanda infeksi, dan kesejahteraan janin. Terminasi pada
usia kehamilan 37 minggu. Jika usia kehamilan 32 37 minggu, sudah
inpartu, tidak ada infeksi, berikan tokolitik (salbutamol), deksametason,
dan induksi setelah 24 jam. Jika usia kehamilan 32 37 minggu, ada
infeksi, beri antibiotik dan lakukan induksi, nilai tanda tanda infeksi
(suhu, leukosit, tanda tanda infeksi intrauterin). Pada usia kehamilan 32
37 minggu berikan steroid untuk kematangan paru janin, dan bila
memungkinkan periksa kadar lesitin dan spingomietin tiap minggu. Dosis
betametason 12mg sehari dosis tunggal selama 2 hari, deksametason IM 5
mg setiap 6 jam selama 4 kali.
2. Aktif
Kehamilan > 37 minggu, induksi dengan oksitoksin. Bila gagal seksio
sesarea. Bila tanda tanda infeksi berikan antibiotik dosis tinggi dan
terminasi persalinan. Bila skor pelvik < 5, lakukan pematangan pelviks,
kemudian induksi. Jika tidak berhasil lakukan seksio sesarea. Bila skor
pelviks > 5 lakukan induksi persalinan
G. Komplikasi
Persalinan Prematur
Setelah ketuban pecah biasanya segera disusul oleh persalinan.
Periode laten tergantung umur kehamilan. Pada kehamilan aterm 90%
terjadi dalam 24 jam setelah ketuban pecah. Pada kehamilan antara 28-34
minggu persalinan dalam 24 jam.Pada kehamilan kurang dari 26 minggu
persalinan terjadi dalam 1 minggu.7
Infeksi
Resiko infeksi ibu dan anak meningkat pada Ketuban Pecah
Dini.Pada ibu terjadi korioamnionitis.Pada bayi dapat terjadi septicemia,
pneumonia, omfalitis.Umumnya terjadi korioamnionitis sebelum janin
terinfeksi.Pada Ketuban Pecah Dini prematur, infeksi lebih sering daripada
aterm. Secara umum insiden infeksi sekunder pada Ketuban Pecah Dini
meningkat sebanding dengan lamanya periode laten.7
Komplikasi Ibu:
- Endometritis
- Penurunan aktifitas miometrium (distonia, atonia)
- Sepsis (daerah uterus dan intramnion memiliki vaskularisasi
sangat banyak)
-
Syok septik sampai kematian ibu.
Komplikasi Janin
- Asfiksia janin
- Sepsis perinatal sampai kematian janin.
H. Pencegahan
Pada pasien perokok, diskusikan tentang pengaruh merokok selama
kehamilan usaha untuk menghentikan, motivasi untuk menambah berat badan
yang cukup selama hamil, anjurkan pasangan agar menghentikan koitus pada
trimester akhir.
I. Prognosis
Prognosis pada ketuban pecah dini sangat bervariatif tergantung pada :
Usia kehamilan
Adanya infeksi / sepsis
Factor resiko / penyebab
Ketepatan Diagnosis awal dan penatalaksanaan
Prognosis dari KPD tergantung pada waktu terjadinya, lebih cepat
kehamilan, lebih sedikit bayi yang dapat bertahan. Bagaimanapun, umumnya
bayi yang lahir antara 34 dan 37 minggu mempunyai komplikasi yang tidak
serius dari kelahiran premature.
KESIMPULAN
Kesimpulan
Ketuban pecah dini (KPD) merupakan masalah penting dalam obstetrik
berkaitan dengan penyulit kelahiran prematur dan terjadinya infeksi
korioamnionitis sampai sepsis, yang meningkatkan morbiditas dan mortalitas
perinatal dan menyebabkan infeksi ibu.
Beberapa peneliti melaporkan insidensi KPD berkisar antara 8 10 % dari
semua kehamilan. Hal ini menunjukkan, KPD lebih banyak terjadi pada
kehamilan yang cukup bulan dari pada yang kurang bulan, yaitu sekitar 95 %,
sedangkan pada kehamilan tidak cukup bulan atau KPD pada kehamilan preterm
terjadi sekitar 34 % semua kelahiran prematur. Pengelolaan Ketuban Pecah Dini
(KPD) merupakan masalah yang masih kontroversial dalam kebidanan.
Pengelolaan yang optimal dan yang baku masih belum ada, selalu berubah.
Protokol pengelolaan yang optimal harus mempertimbangkan adanya infeksi dan
usia gestasi serta faktor-faktor lain seperti fasilitas serta kemampuan untuk
merawat bayi yang kurang bulan. Meskipun tidak ada satu protokol pengelolaan
yang dapat untuk semua kasus KPD, tetapi harus ada panduan pengelolaan yang
strategis, yang dapat mengurangi mortalitas perinatal dan dapat menghilangkan
komplikasi yang berat baik pada anak maupun pada ibu.
DAFTAR PUSTAKA