HIPEREMESIS GRAVIDARUM
A. Pengertian
Hiperemesis Gravidarum adalah mual dan muntah berlebihan pada wanita hamil
sampai mengganggu pekerjaan sehari-hari karena pada umumnya menjadi buruk
karena terjadi dehidrasi (Rustam Mochtar, 1998).
Hiperemesis Gravidarum (vomitus yang merusak dalam kehamilan) adalah nousea dan
vomitus dalam kehamilan yang berkembang sedemikian luas sehingga menjadi efek
sistemik, dehidrasi dan penurunan berat badan (Ben-Zion, MD, Hal:232).
B. Etiologi
o Faktor organik, yaitu karena masuknya viki khoriales dalam sirkulasi maternal dan
perubahan metabollik akibat kehamilan serta resitensi yang menurun dari pihak ibu
terhadap perubahanperubahan ini serta adanya alergi yaitu merupakan salah satu
respon dari jaringan ibu terhadap janin.
o Faktor ini memegang peranan penting pada penyakit ini. Rumah tangga yang retak,
kehilangan pekerjaan, takut terhadap kehamilan dan persalinan, takut terhadap
tanggungan sebagai ibu dapat menyebabkan konflik mental yang dapat memperberat
mual dan muntah sebagai ekspresi tidak sadar terhadap keengganan menjadi hamil
atau sebagai pelarian kesukaran hidup.
C. Patofisiologi
Perasaan mual adalah akibat dari meningkatnya kadar estrogen yang biasa terjadi pada
trimester I. bila perasaan terjadi terus-menerus dapat mengakibatkan cadangan
karbohidrat dan lemak habis terpakai untuk keperluan energi. Karena oksidasi lemak
yang tak sempurna, terjadilah ketosis dengan tertimbunnya asam aseto-asetik, asam
hidroksida butirik dan aseton darah. Muntah menyebabkan dehidrasi, sehingga caira
ekstraseluler dan plasma berkurang. Natrium dan klorida darah turun. Selain itu
dehidrasai menyebabkan hemokonsentrasi, sehingga aliran darah ke jaringan
berkurang. Hal ini menyebabkan jumlah zat makanan dan oksigen ke jaringan berkuang
pula tertimbunnya zat metabolik yang toksik. Disamping dehidrasi dan gangguan
keseimbangan elektrolit. Disamping dehidraasi dan gangguan keseimbangan elektrolit,
dapat terjadi robekan pada selaput lendir esofagus dan lambung (sindroma mollary-
weiss), dengan akibat perdarahan gastrointestinal.
Batas mual dan muntah berapa banyak yang disebut hiperemesis gravidarum tidak ada
kesepakatan. Ada yang mengatakan bila lebih dari sepuluh kali muntah. Akan tetapi
apabila keadaan umum ibu terpengaruh dianggap sebagai hiperemesis gravidarum.
Menurut berat ringannya gejala dibagi menjadi tiga tingkatan, yaitu :
Tingkatan I (ringan)
- Lidah mengering
- Mata cekung
Tingkatan II (sendang)
- Keadaan umum lebih parah (kesadaran menurun dari somnolen sampai koma)
- Dehidrasi hebat
- Terjadi komplikasi fatal pada susunan saraf yang dikenal dengan enselopati wernicke
dengan gejala nistagmus, diplopia dan penurunan mental
E. Penatalaksanaan
1. Pencegahan
e. Makan makanan dan minuman yang disajikan jangan terlalu panas atau terlalu
dingin
2. Terapi obat-obatan
Apabila dengan cara diatas keluhan dan gejala tidak berkurang maka diperlukan
pengobatan
Hiperemesis gravidarum tingkatan II dan III harus dirawat inap di rumah sakit. Adapun
terapi dan perawatan yang diberikan adalah sebagai berikut :
a. Isolasi
Penderita disendirikan dalam kamar yang tenang, tetapi cerah dan peredaran udara
baik. Jangan terlalu banyak tamu, kalau perlu hanya perawat dan dokter saja yang
boleh masuk. Catat cairan yang keluar dan masuk. Kadang-kadang isolasi dapat
mengurangi atau menghilangkan gejala ini tanpa pengobatan
b. Terapi psikologik
Berikan pengertian bahwa kehamilan adalah suatu hal yang wajar,normal dan fisiologik.
Jadi tidak perlu takur dan khawatir. Yakinkan penderita bahwa penyakit dapat
disembuhkan dan dihilangkan masalah atu konflik yang kiranya dapat menjadi latar
belakang penyakit ini.
c. Terapi mental
Berikan cairan parenteral yang cukup elektrolit, karbohidrat dan protein dengan glukosa
5 %, dalam cairan gram fisiologis sebanya 2-3 liter sehari. Bila perlu dapat ditambah
dengan kalium dan vitamin khususnya vitamin B kompleks dn vitamin C dan bila ada
kekurangan protein, dapat diberikan pula asam amino esensial secara intravena. Buat
dalam daftar kontrol cairan yang amsuk dan dikeluarkan. Berikan pula obat-obatan
seperti yang telah disebutkan diatas.
d. Terminasi kehamilan
Pada beberapa kasus keadaan tidak menjadi baik, bahkan mundur. Usahakan
mengadakan pemeriksaan medik dan psikiatrik bila keadaan memburuk. Delirium,
kebutaan, takikardia, ikterik, anuria, dan perdarahan merupakan manifestasi komplikasi
organik.
Gangguan rasa nyaman : nyeri ulu hati berhubungan dengan frekuensi muntah yang
sering.
G.. Intervensi
Kriteria Hasil :
Intervensi :
d. Singkirkan sumber bau yang dapat membuat pasien mual, seperti : deodorant /
parfum, pewangi ruangan, larutan pembersih mulut.
e. Timbang berat badan klien; pastikan berat badan pregravida biasanya. Berikan
inforamasi tentang penambahan prenatal yang optimum.
2. Gangguan rasa nyaman : nyeri ulu hati berhubungan dengan frekuensi muntah
yang sering.
Kriteria Hasil :
Intervensi :
Kriteria Hasil :
Intervensi :
a. Kaji tingkat pengetahuan pasien tentang proses penyakitnya, gejala, dan tanda,
serta yang perlu diperhatikan dalam perawatannya.
b. Beri penjelasan tentang proses penyakit, gejala, tanda dan hal-hal yang perlu
diperhatikan dalam perawatan dan pengobatan.
e. Berikan informasi tertulis / verbal yang terpat tentang diet pra natal dan
suplemen vitamin / zat besi setiap hari.
Bila tanda gejala mual muntah ibu hamil tidak berlebihan, ada beberapa kiat dalam
mengatasi mual muntah terutama mual muntah pada pagi hari Morning Sickness yang
dirasakan pada ibu hamil pada trimester I atau trimester awal kehamilannya. Yaitu
antara lain dengan :
Ibu hamil makan dalam porsi yang sedikit tapi sering. Karena bila langsung makan
dalam jumlah porsi yang banyak, hal ini justru akan menambah berat rasa mual yang
dirasakannya.
Mengkonsumsi makanan tinggi karbohidrat dan protein. Hal ini akan bisa membantu
mengurangi dan mengatasi rasa mual yang dirasakan para ibu hamil pada awal-awal
kehamilannya.
Hindari makanan berlemak dan rasa pedas yang berlebihan. Hal ini akan justru
memperberat mual pada masa-masa kehamilan seorang wanita.
Minum konsumsi air putih yang cukup. Hal ini untuk mengatasi dan mencegah
dehidrasi akibat dari muntah yang dirasakan pada kehamilan. Bisa juga dengan minum
juice.
Istirahat yang cukup dan rasa relaksasi akan membantu secara psikologis dan fisik
untuk mengurangi tanda gejala hiperemesis gravidarum ini. Rasa stres (stressor)
apalagi depresi ibu hamil akan memperberat rasa mual muntah pada ibu hamil ini.
Jalani kehamilan dengan hati yang gembira untuk menyambut kehadiran buah hati di
dalam kehidupan keluarganya, bukan malah sebaliknya.
BAB I
PENDAHULUAN
Mual dan muntah merupakan salah satu gejala paling awal, paling umum dan paling
menyebabkan stres yang dikaitkan dengan kehamilan. Akan tetapi, dokter obstetri dan
dokter umum menganggap mual dan muntah hanya semata-mata merupakan sebuah
gejala fisiologis, dan sebuah masalah yang sering kali membuat mereka merasa tidak
berdaya untuk membantu mengatasinya. Mual dan muntah sering kali diabaikan karena
dianggap sebagai sebuah konsekuensi normal di awal kehamilan tanpa mengakui
dampak hebat yang ditimbulkannya pada wanita dan keluarga mereka (Denise Tiran,
2008).
Mual dan muntah merupakan gangguan yang paling sering kita jumpai pada kehamilan
muda dan dikemukakan oleh 50-70% wanita hamil dalam 16 minggu pertama. Kurang
lebih 66% wanita hamil trimester pertama mengalami mual-mual dan 44% mengalami
muntah-muntah.
Bila wanita hamil memuntahkan segala apa yang dimakan dan diminum hingga berat
badannya sangat turun, turgor kulit berkurang, diuresis berkurang dan timbul asetonuri,
keadaan ini disebut hiperemesis gravidarum dan memerlukan perawatan di rumah
sakit. Perbandingan insiden hiperemesis gravidarum 4:1000 kehamilan. Sindrom ini
ditandai dengan adanya muntah yang sering, penurunan berat badan, dehidrasi,
asidosis karena kelaparan, alkalosis, yang disebabkan menurunnya asam HCl lambung
dan hipokalemia.
Dampak yang ditimbulkan pada ibu yaitu kekurangan nutrisi dan cairan sehingga
keadaan fisik ibu menjadi lemah dan lelah dapat pula mengakibatkan gangguan asam
basa, pneumini aspirasi, robekan mukosa pada hubungan gastroesofagi yang
menyebabakn peredaran ruptur esofagus, kerusakan hepar dan kerusakan ginjal, ini
akan memberikan pengaruh pada pertumbuhan dan perkembangan janin karena nutrisi
yang tidak terpenuhi atau tidak sesuai dengan kehamilan, yang mengakibatkan
peredaran darah janin berkurang (setiawan, 2007). Pada janin/bayi, jika hiperemesis ini
terjadi hanya di awal kehamilan tidak berdampak terlalu serius, tapi jika sepanjang
kehamilan si ibu menderita hiperemesis gravidarum, maka kemungkinan bayinya
mengalami BBLR, IUGR, Premtur hingga menjadi abortus (Wiknjosastro, 2005).
1.3 Tujuan
BAB II
TINJAUAN TEORITIS
Hiperemesis gravidarum adalah mual dan muntah berlebihan pada wanita hamil sampai
mengganggu pekerjaan sehari-hari karena keadaan umumnya menjadi buruk, karena
terjadi dehidrasi (Rustam Mochtar, 1998).
Mual dan muntah yang menetap selama kehamilan yang mengganggu asupan cairan
dan nutrisi; awitan biasanya terjadi sebelum 20 minggu kehamilan; cukup berat hingga
mengakibatkan penurunan berat badan, dan ketidakseimbangan cairan dan elektrolit
(Geri Morgan and Carole Hamilton, 2009).
Mual biasanya terjadi pada pagi hari, tetapi dapat pula timbul setiap saat dan malam
hari. Gejala-gejala ini kurang lebih terjadi 6 minggu setelah hari pertama haid terakhir
dan berlangsung selama kurang lebih 10 minggu (Sarwono Prawirohardjo, 2002).
Hiperemesis Gravidarum (Vomitus yang merusak dalam kehamilan) adalah nausea dan
vomitus dalam kehamilan yang berkembang sedemikian luas sehingga terjadi efek
sistemik, dehidrasi dan penurunan berat badan (Ben-Zion Taber,M.D, 1994).
2. Faktor psikologis.
Wanita yang menolak hamil, takut kehilangan pekerjaaan, keretakan hubungan dengan
suami, takut terhadap tanggung jawab sebagai ibu,dsb dapat menyebabkan konflik
mental yang dapat memperberat mual dan muntah sebagai ekspresi tidak sadar
terhadap keengganan menjadi hamil atau sebagai pelarian karena kesukaran hidup
dsb.
3. Faktor alergi.
Terjadi invasi jaringan vili Chorialis yang masuk ke dalam peredaran darah ibu.
2.3 Patologi Hiperemesis Gravidarum
b. Jantung : jantung atrofi, kecil dari biasa. Kadang kala dijumpai perdarahan sub-
endokardial
Perasaan mual adalah akibat dari meningkatnya kadar estrogen yang biasa terjadi pada
trimester I. Pengaruh psikologik hormon estrogen ini tidak jelas, mungkin berasal dari
sistem saraf pusat atau akibat berkurangnya pengosongan lambung. Bila perasaan
terjadi terus-menerus dapat mengakibatkan cadangan karbohidrat dan lemak habis
terpakai untuk keperluan energi. Karena oksidasi lemak yang tak sempurna, terjadilah
ketosis dengan tertimbunnya asam aseto-asetik, asam hidroksida butirik dan aseton
darah.
Disamping dehidrasi dan gangguan keseimbangan elektrolit, dapat terjadi robekan pada
selaput lendir esofagus dan lambung (sindroma mollary-weiss), dengan akibat
perdarahan gastrointestinal (Sarwono Prawirohardjo, 2002).
2.5 Tanda dan Gejala Hiperemesis Gravidarum
Sekalipun batas antara muntah yang fisiologis dan patologis tidak jelas, tetapi muntah
yang menimbulkan gangguan aktivitas sehari-hari dan dehidrasi memberi petunjuk
bahwa ibu hamil tersebut memerlukan perawatan yang intensif. Gambaran gejala
hiperemesis gravidarum secara klinis dapat dibagi menjadi tiga tingkat berikut ini
menurut (Manuaba, dkk 2006) adalah :
b. Makan berkurang.
g. Lidah kering.
b. Gejala dehidrasi makin tampak, mata cekung, turgor kulit makin kurang, lidah
kering dan kotor.
e. Mata ikterus.
f. Gejala hemokonsentrasi makin tampak: urine berkurang dan bau aseton dalam
urine meningkat.
a. Muntah berkurang.
b. Keadaan umum ibu hamil makin menurun: tekanan darah turun, nadi meningkat,
dan suhu naik; keadaan dehidrasi makin jelas/berat.
1. Riwayat
c) Riwayat pola makan ( jenis makanan dan minuman , jumlah, waktu pemberian,
dan reaksinya)
g) Demam/menggigil
j) Nyeri abdomen
l) Riwayat diabetes
n) Frekuensi istirahat
p) Dukungan keluarga
2. Pemeriksaan fisik
a) Berat badan ( dan hubungannya dengan berat badan sebelumnya)
c) Turgor kulit
f) Palpasi abdomen untuk melihat pembesaran organ , nyeri tekan dan distensi
g) Bising usus
3. Laboratorium
b) Urinalis
4. Pengkajian
Penatalaksanaan pada ibu dengan hiperemesis gravidarum menurut (Ai Yeyeh Rukiyah
dan Lia Yulianti, 2010) dimulai dengan :
1. Pencegahan
c) Waktu bangun pagi jangan segera turun dari tempat tidur, tetapi dianjurkan untuk
makan roti kering atau biskuit dengan teh hangat.
e) Makan makanan dan minuman yang disajikan jangan terlalu panas atau terlalu
dingin.
2. Terapi obat-obatan
Apabila dengan cara diatas keluhan dan gejala tidak berkurang maka diperlukan
pengobatan.
a) Sedativa yang sering diberikan adalah pohenobarbital.
3. Isolasi
Isolasi dilakukan dalam kamar yang tenang tetapi cerah dan peredaran udara baik
hanya dokter dan perawat yang boleh keluar masuk sampai muntah berhenti dan
pasien mau makan. Catat cairan yang masuk dan keluar, tidak diberikan makan dan
minum selama 24 jam. Kadang-kadang dengan isolasi saja gejala-gejala akan
berkurang atau hilang tanpa pengobatan.
4. Terapi psikologik
Perlu diyakinkan kepada penderita bahwa penyakit dapat disembuhkan, hilangkan rasa
takut oleh karena kehamilan, kurangi pekerjaan sertamenghilangkan masalah dan
konflik, yang kiranya dapat menjadi latar belakang penyakit ini (Wiknjosastro, 2005).
Bantuan yang positif dalam mengatasi permasalahan psikologis dan sosial dinilai cukup
signifikan memberikan kemajuan keadaan umum (Admin, 2008).
5. Diet
1) Diet hiperemesis I diberikan pada hiperemesis tingkat III. Makanan hanya berupa
roti kering dan buah-buahan. Cairan tidak diberikan bersama makanan tetapi 1-2 jam
sesudahnya. Makanan ini kurang dalam semua zatzat gizi, kecuali vitamin C, karena
itu hanya diberikan selama beberapa hari
2) Diet hiperemesis II diberikan bila rasa mual dan muntah berkurang. Secara
berangsur mulai diberikan makanan yang bernilai gizi tinggi. Minuman tidak diberikan
bersama makanan . Makanan ini rendah dalam semua zat-zat gizi kecuali vitamin A dan
D.
6. Terapi parenteral
Berikan cairan parenteral yang cukup elektrolit, karbohidrat dan protein dengan glukosa
5 % dalam cairan fisiologis sebanya 2-3 liter sehari. Bila perlu dapat ditambah kalium
dan vitamin khususnya vitamin B kompleks dn vitamin C dan bila ada kekurangan
protein, dapat diberikan pula asam amino secara intravena. dibuat dalam daftar kontrol
cairan yang masuk dan dikeluarkan. Air kencing perlu diperiksakan sehari-hari terhadap
protein, aseton, klorida, dan bilirubin. Suhu dan nadi diperiksa setiap 4 jam dan tekanan
darah 3 kali sehari. Dilakukan pemeriksaan hematokrit pada permulaan dan seterusnya
menurut keperluan. Bila selama 24 jam penderita tidak muntah dan keadaan umum
bertambah baik dapat dicoba untuk diberikan minuman, dan lambat laun minuman
dapat ditambah dengan makanan yang tidak cair. Dengan penanganan diatas, pada
umumnya gejala-gejala akan berkurang dan keadaaan akan bertambah baik (Ai Yeyeh
Rukiyah dan Lia Yulianti, 2010).
7. Penghentian kehamilan
Pada sebagian kecil kasus keadaan tidak menjadi baik, bahkan mundur. Usahakan
mengadakan pemeriksaan medik dan psikiatrik jika memburuk. Delirium, kebutaan,
takikardia, ikterus, anuria, dan perdarahan merupakan manifestasi komplikasi organik.
Dalam keadaan demikian perlu dipertimbangkan untuk mengakhiri kehamilan.
Keputusan untuk melakukan abortus terapeutik sering sulit diambil, oleh karena disatu
pihak tidak boleh dilakukan terlalu capat dan dipihak lain tidak boleh menunggu sampai
terjadi irreversible pada organ vital (Wiknjosastro, 2005).
8. Komplikasi
Dampak yang ditimbulkan dapat terjadi pada ibu dan janin, seperti ibu akan kekurangan
nutrisi dan cairan sehingga keadaan fisik ibu menjadi lemah dan lelah dapat pula
mengakibatkan gangguan asam basa, pneumini aspirasi, robekan mukosa pada
hubungan gastroesofagi yang menyebabakn peredaran ruptur esofagus, kerusakan
hepar dan kerusakan ginjal, ini akan memberikan pengaruh pada pertumbuhan dan
perkembangan janin karena nutrisi yang tidak terpenuhi atau tidak sesuai dengan
kehamilan, yang mengakibatkan peredaran darah janin berkurang (setiawan, 2007).
Pada bayi, jika hiperemesis ini terjadi hanya di awal kehamilan tidak berdampak terlalu
serius, tapi jika sepanjang kehamilan si ibu menderita hiperemesis gravidarum, maka
kemungkinan bayinya mengalami BBLR, IUGR, Premtur hingga menjadi abortus
(Wiknjosastro, 2005).
BAB III
ASUHAN KEPERAWATAN
3.1 Pengkajian
1. Data Subjektif
Nausea dan vomitus merupakan gejala-gejala utama. Pasien tidak dapat menahan
makanan dan kehilangan berat badan. Beberapa pasien mengeluh air liurnya
berlebihan/hipersalivasi.
Riwayat haid: Sebagian besar pasien sadar akan haid yang tidak datang dan
mengetahui bahwa mereka hamil. Tetapi kadang-kadang pasien tidak dapat
memberikan informasi yang penting ini, sehingga mengaburkan diagnosis (Ben-Zion
Taber,M.D, 1994).
2. Data Objektif
a. Pemeriksaan fisik
1) Pemeriksaan umum
Kulit dan membrane mukosa sering tampak kering dan turgor menurun. Pasien dapat
menjadi kurus. Vomitus yang iritatif dapat membuat erosi pada bibir dan wajah bagian
bawah; lidah tampak merah, kering dan pecah-pecah. Faring kering dan merah, dan
pernapaan berbau busuk dengan bau seperti buah-buahan yang khas untuk
ketoasidosis.
2) Pemeriksaan abdomen
Pemeriksaan ini biasanya normal, meskipun rasa sakit dihepar dapat ditemukan.
3) Pemeriksaan pelvis
1) Aktifitas istirahat
Tekanan darah sistol menurun, denyut nadi meningkat (> 100 kali per menit).
2) Integritas ego
3) Eliminasi
4) Makanan/cairan
5) Pernafasan
6) Keamanan
Suhu kadang naik, badan lemah, icterus dan dapat jatuh dalam koma.
7) Seksualitas
8) Interaksi sosial
2) Urinalisis
Urin biasanya hanya sedikit dan mempunyai kosentrasi tinggi sebagai akibat dehidrasi.
Aseton menunjukkan asidosis starvasi (Ben-Zion Taber,M.D, 1994).
7. Anjurkan untuk makan makanan selingan seperti biskuit, roti dan teh (panas)
hangat sebelum bagun tidur pada siang hari dan sebelum tidur.
8. Catat intake terapi parenteral, jika intake oral tidak dapat diberikan dalam periode
tertentu.
Rasional : Menetapkan data dasar ; dilakukan secara rutin untuk mendeteksi situasi
potensial resiko tinggi seperti ketidakadekuatan asupan karbohidrat dan Hipertensi
karena kehamilan.
Intervensi
2. Tinjau ulang riwayat kemungkinan masalah medis lain (misalnya Ulkus peptikum,
gastritis).
Rasional :Membantu dalam mengenyampingkan penyebab lain untuk mengatasi
masalah khusus dalam mengidentifikasi intervensi.
3. Kaji suhu badan dan turgor kulit, membran mukosa, TD, input/output dan berat
jenis urine. Timbang BB klien dan bandingkan dengan standar.
Intervensi
Intervensi
Rasional : Aktifitas yang ditoleransi sebelumnya mungkin tidak dimodifikasi untuk wanita
beresiko.
3.4 Implementasi
b. Pasien terhindar dari kerusakan kulit atau infeksi disekitar pemasangan slang
k. Pasien melakukan aktivitas perawatan diri pada tingkat yang dapat ditoleransi
BAB III
PENUTUP
4.1 Kesimpulan
1. Hiperemesis gravidarum adalah mual muntah yang berlebihan pada wanita hamil
sampai mengganggu pekerjaan sehari-hari karena keadaan umum pasien memburuk.
5. Hiperemesis gravidarum terbagi dalam 3 tingkatan yaitu ringan, sedang dan berat
7. Terapi yang diberikan pada kasus Hiperemesis gravidarum adalah terapi obat-
obatan, terapi psikologik, terapi parenteral dan isolasi. Apabila keadaan tetap
memburuk terminasi kehamilan perlu dipertimbangkan.
4.2 Saran
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar belakang
Mual dan muntah pada kehamilan umumnya disebut morning sickness, dialami sekitar
70-80% wanita hamil dan merupakan fenomena yang sering terjadi pada umur
kehamilan 5-12 minggu (edelman, 2004;quenland, 2005). Bila keadaan ini semakin
berat dan tidak tertanggulangi maka disebut hiperemesis gravidarum, dilaporkan terjadi
sekitar 0,05% sampai 2% dari semua kehamilan (Simpson;at all;2001;koren,at
all;2002;paauw,at all;2005). Hiperemesis gravidarum adalah muntah berlebihan pada
wanita hamil yang menyebabkan terjadinya penurunan BB (lebih dari 5% BB awal),
dehidrasi, ketosis, dan tidak normalnya kadar elektrolit (old,2000;Nick helin 2004;
edelman, 2004;paawi, at all;2005). Hiperemesis gravidarum dapat mulai terjadi pada
minggu ke 4-10 kehamilan dan selanjutnya akan membaik umumnya pada usia
kehamilan 20 minggu.
Kontak sosial dengan orang lain juga berubah karena wanita mengalami perubahan
yang sangat kompleks pada kehamilannya, hal ini bisa menimbulkan perasaan
terisolasi dan kesendirian. Pernyataan ini didukung oleh studi yang dilakukan oleh Still,
at all.(2001) yang menyatakan bahwa 1 dari 3 wanita dengan mual dan muntah
mengalami stres dan perpecahan dalam keluarga, gangguan emosional, dan gangguan
fungsi sosial. Hal ini terjadi pada wanita yang bekerja dimana hampir 50% mengalami
penurunan efisiensi kerja, dan 25% membutuhkan waktu untuk istirahat bekerja.
Aplikasi teori dan konsep keperawatan perlu dilakukan oleh perawat untuk dapat
menjalankan fungsi dan perannya secara optimal, serta bisa memberikan askep secara
holistik dan komperhensif. Konsep keperawatan maternitas yang berpusat pada
keluarga merupakan konsep yang mulai dikenal dan perlu diterapkan dalam pemberian
pelayanan mmaternitas karena membawa manfaat yang besar bagi klien dan keluarga.
Berkaitan dengan klien yang mengalami hiperemesis gravidarum, penerapan konsep ini
sangat diperlukan untuk meningkatkan keterlibatan pasangan dan anggota keluarga
dalam menerima kondisi klien, menurut Tiran (2004) respon pasangan terhadap kondisi
klien dapat dalam bentuk kecemasan yang berlebihan/ kurang memperdulikan
kebutuhan fisik dan psikologis klien. Oleh karena itu keluarga perlu menggunakan
mekanisme koping dalam mengatasi keadaan ini, serta bisa menjadi sistem pendukung
bagi kilen dalam mengahadapi masa krisis.
B. Tujuan
1. Tujuan umum
Diharapkan kepada mahasiswa dapat memahami tentang askep ibu hamil dengan
hiperemesis gravidarum .
2. Tujuan khusus
Mahasiswa mampu mnjelaskan dan memahami tentang askep ibu hamil dengan
hiperemesis gravidarum .
Mahasiswa diharapkan mampu menjelaskan dan memahami tentang askep ibu hamil
dengan hiperemesis gravidarum .
C. Ruang lingkup
Makalah ini membahas tentang askep ibu hamil dengan hiperemesis gravidarum .
D. Metode penulisan
Kelompok kami menggunakan metode layanan internet dan resume dari buku.
E. Sistem penulisan
PENDAHULUAN
Mual dan muntah merupakan salah satu gejala paling awal, paling umum dan paling
menyebabkan stres yang dikaitkan dengan kehamilan. Akan tetapi, dokter obstetri dan
dokter umum menganggap mual dan muntah hanya semata-mata merupakan sebuah
gejala fisiologis, dan sebuah masalah yang sering kali membuat mereka merasa tidak
berdaya untuk membantu mengatasinya. Mual dan muntah sering kali diabaikan karena
dianggap sebagai sebuah konsekuensi normal di awal kehamilan tanpa mengakui
dampak hebat yang ditimbulkannya pada wanita dan keluarga mereka (Denise Tiran,
2008).
Mual dan muntah merupakan gangguan yang paling sering kita jumpai pada kehamilan
muda dan dikemukakan oleh 50-70% wanita hamil dalam 16 minggu pertama. Kurang
lebih 66% wanita hamil trimester pertama mengalami mual-mual dan 44% mengalami
muntah-muntah.
Bila wanita hamil memuntahkan segala apa yang dimakan dan diminum hingga berat
badannya sangat turun, turgor kulit berkurang, diuresis berkurang dan timbul asetonuri,
keadaan ini disebut hiperemesis gravidarum dan memerlukan perawatan di rumah
sakit. Perbandingan insiden hiperemesis gravidarum 4:1000 kehamilan. Sindrom ini
ditandai dengan adanya muntah yang sering, penurunan berat badan, dehidrasi,
asidosis karena kelaparan, alkalosis, yang disebabkan menurunnya asam HCl lambung
dan hipokalemia.
Dampak yang ditimbulkan pada ibu yaitu kekurangan nutrisi dan cairan sehingga
keadaan fisik ibu menjadi lemah dan lelah dapat pula mengakibatkan gangguan asam
basa, pneumini aspirasi, robekan mukosa pada hubungan gastroesofagi yang
menyebabakn peredaran ruptur esofagus, kerusakan hepar dan kerusakan ginjal, ini
akan memberikan pengaruh pada pertumbuhan dan perkembangan janin karena nutrisi
yang tidak terpenuhi atau tidak sesuai dengan kehamilan, yang mengakibatkan
peredaran darah janin berkurang (setiawan, 2007). Pada janin/bayi, jika hiperemesis ini
terjadi hanya di awal kehamilan tidak berdampak terlalu serius, tapi jika sepanjang
kehamilan si ibu menderita hiperemesis gravidarum, maka kemungkinan bayinya
mengalami BBLR, IUGR, Premtur hingga menjadi abortus (Wiknjosastro, 2005).
DAFTAR PUSTAKA