Anda di halaman 1dari 40

Hiperemesis Gravidarum

HIPEREMESIS GRAVIDARUM

A. Pengertian

Hiperemesis Gravidarum adalah mual dan muntah berlebihan pada wanita hamil
sampai mengganggu pekerjaan sehari-hari karena pada umumnya menjadi buruk
karena terjadi dehidrasi (Rustam Mochtar, 1998).

Hiperemesis Gravidarum (vomitus yang merusak dalam kehamilan) adalah nousea dan
vomitus dalam kehamilan yang berkembang sedemikian luas sehingga menjadi efek
sistemik, dehidrasi dan penurunan berat badan (Ben-Zion, MD, Hal:232).

Hiperemesis Gravidarum diartikan sebagai muntah yang terjadi secara berlebihan


selama kehamilan (Hellen Farrer, 1999, hal:112).

B. Etiologi

Penyebab hiperemesis gravidarum belum diketahui secara pasti. Frekuensi kejadian


adalah 2 per 1000 kehamilan. Faktor-faktor predisposisi yang dikemukakan (Rustam
Mochtar, 1998).

o Umumnya terjadi pada primigravida, mola hidatidosa, diabetes dan kehamilan


ganda akibat peningkatan kadar HCG

o Faktor organik, yaitu karena masuknya viki khoriales dalam sirkulasi maternal dan
perubahan metabollik akibat kehamilan serta resitensi yang menurun dari pihak ibu
terhadap perubahanperubahan ini serta adanya alergi yaitu merupakan salah satu
respon dari jaringan ibu terhadap janin.
o Faktor ini memegang peranan penting pada penyakit ini. Rumah tangga yang retak,
kehilangan pekerjaan, takut terhadap kehamilan dan persalinan, takut terhadap
tanggungan sebagai ibu dapat menyebabkan konflik mental yang dapat memperberat
mual dan muntah sebagai ekspresi tidak sadar terhadap keengganan menjadi hamil
atau sebagai pelarian kesukaran hidup.

o Faktor endokrin lainnya : hipertyroid, diabetes dan lain-lain.

C. Patofisiologi

Perasaan mual adalah akibat dari meningkatnya kadar estrogen yang biasa terjadi pada
trimester I. bila perasaan terjadi terus-menerus dapat mengakibatkan cadangan
karbohidrat dan lemak habis terpakai untuk keperluan energi. Karena oksidasi lemak
yang tak sempurna, terjadilah ketosis dengan tertimbunnya asam aseto-asetik, asam
hidroksida butirik dan aseton darah. Muntah menyebabkan dehidrasi, sehingga caira
ekstraseluler dan plasma berkurang. Natrium dan klorida darah turun. Selain itu
dehidrasai menyebabkan hemokonsentrasi, sehingga aliran darah ke jaringan
berkurang. Hal ini menyebabkan jumlah zat makanan dan oksigen ke jaringan berkuang
pula tertimbunnya zat metabolik yang toksik. Disamping dehidrasi dan gangguan
keseimbangan elektrolit. Disamping dehidraasi dan gangguan keseimbangan elektrolit,
dapat terjadi robekan pada selaput lendir esofagus dan lambung (sindroma mollary-
weiss), dengan akibat perdarahan gastrointestinal.

D. Tanda dan gejala

Batas mual dan muntah berapa banyak yang disebut hiperemesis gravidarum tidak ada
kesepakatan. Ada yang mengatakan bila lebih dari sepuluh kali muntah. Akan tetapi
apabila keadaan umum ibu terpengaruh dianggap sebagai hiperemesis gravidarum.
Menurut berat ringannya gejala dibagi menjadi tiga tingkatan, yaitu :
Tingkatan I (ringan)

- Mual muntah terus-menerus yang mempengaruhi keadaan umum penderita

- Ibu merasa lemah

- Nafsu makan tidak ada

- Berat badan menurun

- Merasa nyeri pada epigastrium

- Nadi meningkat sekitar 100 per menit

- Tekanan darah menurun

- Turgor kulit berkurang

- Lidah mengering

- Mata cekung

Tingkatan II (sendang)

- Penderita tampak lebih lemah dan apatis

- Turgor kulit mulai jelek

- Lidah mengering dan tampak kotor

- Nadi kecil dan cepat

- Suhu badan naik (dehidrasi)

- Mata mulai ikterik


- Berat badan turun dan mata cekung

- Tensi turun, hemokonsentrasi, oliguri dan konstipasi

- Aseton tercium dari hawa pernafasan dan terjadi asetonuria

Tingkatan III (berat)

- Keadaan umum lebih parah (kesadaran menurun dari somnolen sampai koma)

- Dehidrasi hebat

- Nadi kecil, cepat dan halus

- Suhu badan meningkat dan tensi turun

- Terjadi komplikasi fatal pada susunan saraf yang dikenal dengan enselopati wernicke
dengan gejala nistagmus, diplopia dan penurunan mental

- Timbul ikterus yang menunjukkan adanya payah hati.

E. Penatalaksanaan

1. Pencegahan

Pencegahan terhadap hiperemesis gravidarum diperlukan dengan jalan memberikan


penerapan tentang kehamilan dan persalinan sebagai suatu proses yang fisiologis. Hal
itu dapat dilakukan dengan cara :

a. Memberikan keyakinan bahwa mual dan muntah merupakan gejala yang


fisiologik pada kehamilan muda dan akan hilang setelah kehamilan berumur 4 bulan.

b. Ibu dianjurkan untuk mengubah pola makan sehari-hari dengan makanan


dalam jumlah kecil tetapi sering.
c. Waktu bangun pagi jangan segera turun dari tempat tidur, tetapi dianjurkan
untuk makan roti kering arau biskuit dengan teh hangat

d. Hindari makanan yang berminyak dan berbau lemak

e. Makan makanan dan minuman yang disajikan jangan terlalu panas atau terlalu
dingin

f. Usahakan defekasi teratur.

2. Terapi obat-obatan

Apabila dengan cara diatas keluhan dan gejala tidak berkurang maka diperlukan
pengobatan

a. Tidak memberikan obat yang terotogen

b. Sedativa yang sering diberikan adalah phenobarbital

c. Vitamin yang sering dianjurkan adalah vitamin B1 dan B6

d. Antihistaminika seperti dramamine, avomine

e. Pada keadaan berat, anti emetik seperti diklomin hidrokhoride atau


khlorpromazine

Hiperemesis gravidarum tingkatan II dan III harus dirawat inap di rumah sakit. Adapun
terapi dan perawatan yang diberikan adalah sebagai berikut :

a. Isolasi

Penderita disendirikan dalam kamar yang tenang, tetapi cerah dan peredaran udara
baik. Jangan terlalu banyak tamu, kalau perlu hanya perawat dan dokter saja yang
boleh masuk. Catat cairan yang keluar dan masuk. Kadang-kadang isolasi dapat
mengurangi atau menghilangkan gejala ini tanpa pengobatan

b. Terapi psikologik

Berikan pengertian bahwa kehamilan adalah suatu hal yang wajar,normal dan fisiologik.
Jadi tidak perlu takur dan khawatir. Yakinkan penderita bahwa penyakit dapat
disembuhkan dan dihilangkan masalah atu konflik yang kiranya dapat menjadi latar
belakang penyakit ini.

c. Terapi mental

Berikan cairan parenteral yang cukup elektrolit, karbohidrat dan protein dengan glukosa
5 %, dalam cairan gram fisiologis sebanya 2-3 liter sehari. Bila perlu dapat ditambah
dengan kalium dan vitamin khususnya vitamin B kompleks dn vitamin C dan bila ada
kekurangan protein, dapat diberikan pula asam amino esensial secara intravena. Buat
dalam daftar kontrol cairan yang amsuk dan dikeluarkan. Berikan pula obat-obatan
seperti yang telah disebutkan diatas.

d. Terminasi kehamilan

Pada beberapa kasus keadaan tidak menjadi baik, bahkan mundur. Usahakan
mengadakan pemeriksaan medik dan psikiatrik bila keadaan memburuk. Delirium,
kebutaan, takikardia, ikterik, anuria, dan perdarahan merupakan manifestasi komplikasi
organik.

Dalam keadaan demikian perlu dipertimbangkan untuk mengakhiri kehamilan.


Keputusan untuk melakukan abortus terapeutik sering sulit diambil, oleh karena disatu
pihak tidak boleh dilakukan terlalu capat dan dipihal lain tidak boleh menunggu sampai
terjadi irreversible pada organ vital.
F. Diagnosa Keperawatan Yang Muncul

Gangguan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan dengan kehilangan


nutrisi dan cairan yang berlebihan dan intake yang kurang.

Gangguan rasa nyaman : nyeri ulu hati berhubungan dengan frekuensi muntah yang
sering.

Kurang pengetahuan tentang proses penyakit dan pengobatan berhubungan dengan


informasi yang tidak adekuat.

G.. Intervensi

1. Gangguan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan dengan kehilangan


nutrisi dan cairan yang berlebihan dan intake yang kurang.

Tujuan : Nutrisi terpenuhi

Kriteria Hasil :

Berat badan tidak turun.

Pasien menghabiskan porsi makan yang di sediakan.

Mengkonsumsi suplemen zat besi / vitamin sesuai resep

Intervensi :

a. Tunjukkan keadekuatan kebiasaan asupan nutrisi dulu / sekarang dengan


menggunakan batasan 24 jam. Perhatikan kondisi rambut, kulit dan kuku.
b. Monitor tanda-tanda dehidrasi : turgor kulit, mukosa mulut dan diuresis.

c. Monitor intake dan output cairan.

d. Singkirkan sumber bau yang dapat membuat pasien mual, seperti : deodorant /
parfum, pewangi ruangan, larutan pembersih mulut.

e. Timbang berat badan klien; pastikan berat badan pregravida biasanya. Berikan
inforamasi tentang penambahan prenatal yang optimum.

f. Tingkatkan jumlah makanan padat dan minuman perlahan sesuai dengan


kemampuan.

g. Anjurkan pasien untuk minum dalam jumlah sedikit tapi sering.

2. Gangguan rasa nyaman : nyeri ulu hati berhubungan dengan frekuensi muntah
yang sering.

Tujuan : Nyaman terpenuhi

Kriteria Hasil :

1. Nyeri berkurang / hilang

2. Ekspresi wajah tenang / rilek, tidak menunjukan rasa sakit.

Intervensi :

a. Kaji nyeri (skala, lokasi, durasi dan intensitas)

b. Atur posisi tidur senyaman mungkin sesuai dengan kondisi pasien.

c. Anjurkan teknik relaksasi dan distraksi.

d. Jelaskan penyebab nyeri pada pasien dan keluarga pasien.

e. Beri kompres hangat pada daerah nyeri.


f. Kaji tanda-tanda vital.

g. Kolaborasi medis untuk pemberian obat-obatan analgetika dan antiemetik.

3. Kurang pengetahuan tentang proses penyakit dan pengobatan berhubungan


dengan informasi yang tidak adekuat.

Tujuan : Pengetahuan pasien tentang penyakit dan pengobatan meningkat.

Kriteria Hasil :

1. Pasien dapat mengetahui penyakitnya.

2. Dapat mendemonstrasikan perawatan diri dan mengungkapkan secara verbal,


mengerti tentang instruksi yang diberikan.

3. Pasien kooperatif dalam program pengobatan.

Intervensi :

a. Kaji tingkat pengetahuan pasien tentang proses penyakitnya, gejala, dan tanda,
serta yang perlu diperhatikan dalam perawatannya.

b. Beri penjelasan tentang proses penyakit, gejala, tanda dan hal-hal yang perlu
diperhatikan dalam perawatan dan pengobatan.

c. Jelaskan tentang pentingnya perawatan dan pengobatan.

d. Jelaskan tentang pentingnya istirahat total.

e. Berikan informasi tertulis / verbal yang terpat tentang diet pra natal dan
suplemen vitamin / zat besi setiap hari.

f. Evaluasi motivasi / sikap, dengan mendengar keterangan klien dan meminta


umpan balik tentang informasi yang diberikan.
g. Tanyakan keyakinan berkenaan dengan diet sesuai dengan budaya dan hal- hal
tabu selama kehamilan.

Posted by fajrucmedicine at 10:03 PM

Email ThisBlogThis!Share to TwitterShare to FacebookShare to Pinterest

Labels: aseton, dehidrasi, derajat mual muntah, faktor organik, Hiperemesis


gravidarum, mual muntah dalam kehamilan, vomitus.
Dampak akibat pengaruh hiperemisis gravidarum adalah dehidrasi, gangguan fungsi
hepar dan fibris. Hiperemisis gravidarum yang terus menerus dapat menyebabkan
kekurangan makanan dan cairan yang dapat mempengaruhi perkembangan janin.

Dehidrasi dan terganggunya keseimbangan elektrolit menyebabkan terjadinya robekan


pada selaput lendir esofagus dan lambung, dengan akibat perdarahan gastro intestinal.
Pada umumnya robekan ini ringan dan perdarahan dapat berhenti sendiri, namun
jangan sampai diperlukan tindakan operatif.

Cara Tips Mengatasi Mual Muntah Ibu Hamil

Bila tanda gejala mual muntah ibu hamil tidak berlebihan, ada beberapa kiat dalam
mengatasi mual muntah terutama mual muntah pada pagi hari Morning Sickness yang
dirasakan pada ibu hamil pada trimester I atau trimester awal kehamilannya. Yaitu
antara lain dengan :

Ibu hamil makan dalam porsi yang sedikit tapi sering. Karena bila langsung makan
dalam jumlah porsi yang banyak, hal ini justru akan menambah berat rasa mual yang
dirasakannya.

Mengkonsumsi makanan tinggi karbohidrat dan protein. Hal ini akan bisa membantu
mengurangi dan mengatasi rasa mual yang dirasakan para ibu hamil pada awal-awal
kehamilannya.

Hindari makanan berlemak dan rasa pedas yang berlebihan. Hal ini akan justru
memperberat mual pada masa-masa kehamilan seorang wanita.
Minum konsumsi air putih yang cukup. Hal ini untuk mengatasi dan mencegah
dehidrasi akibat dari muntah yang dirasakan pada kehamilan. Bisa juga dengan minum
juice.

Istirahat yang cukup dan rasa relaksasi akan membantu secara psikologis dan fisik
untuk mengurangi tanda gejala hiperemesis gravidarum ini. Rasa stres (stressor)
apalagi depresi ibu hamil akan memperberat rasa mual muntah pada ibu hamil ini.
Jalani kehamilan dengan hati yang gembira untuk menyambut kehadiran buah hati di
dalam kehidupan keluarganya, bukan malah sebaliknya.

- See more at: http://askep-net.blogspot.com/2013/11/Penyebab-Dan-Mengatasi-Mual-


Muntah-Pada-Kehamilan.html#sthash.BLrmoPyx.dpuf
MAKALAH DAN ASUHAN KEPERAWATAN HIPEREMESIS

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Mual dan muntah merupakan salah satu gejala paling awal, paling umum dan paling
menyebabkan stres yang dikaitkan dengan kehamilan. Akan tetapi, dokter obstetri dan
dokter umum menganggap mual dan muntah hanya semata-mata merupakan sebuah
gejala fisiologis, dan sebuah masalah yang sering kali membuat mereka merasa tidak
berdaya untuk membantu mengatasinya. Mual dan muntah sering kali diabaikan karena
dianggap sebagai sebuah konsekuensi normal di awal kehamilan tanpa mengakui
dampak hebat yang ditimbulkannya pada wanita dan keluarga mereka (Denise Tiran,
2008).

Mual dan muntah merupakan gangguan yang paling sering kita jumpai pada kehamilan
muda dan dikemukakan oleh 50-70% wanita hamil dalam 16 minggu pertama. Kurang
lebih 66% wanita hamil trimester pertama mengalami mual-mual dan 44% mengalami
muntah-muntah.

Bila wanita hamil memuntahkan segala apa yang dimakan dan diminum hingga berat
badannya sangat turun, turgor kulit berkurang, diuresis berkurang dan timbul asetonuri,
keadaan ini disebut hiperemesis gravidarum dan memerlukan perawatan di rumah
sakit. Perbandingan insiden hiperemesis gravidarum 4:1000 kehamilan. Sindrom ini
ditandai dengan adanya muntah yang sering, penurunan berat badan, dehidrasi,
asidosis karena kelaparan, alkalosis, yang disebabkan menurunnya asam HCl lambung
dan hipokalemia.

Dampak yang ditimbulkan pada ibu yaitu kekurangan nutrisi dan cairan sehingga
keadaan fisik ibu menjadi lemah dan lelah dapat pula mengakibatkan gangguan asam
basa, pneumini aspirasi, robekan mukosa pada hubungan gastroesofagi yang
menyebabakn peredaran ruptur esofagus, kerusakan hepar dan kerusakan ginjal, ini
akan memberikan pengaruh pada pertumbuhan dan perkembangan janin karena nutrisi
yang tidak terpenuhi atau tidak sesuai dengan kehamilan, yang mengakibatkan
peredaran darah janin berkurang (setiawan, 2007). Pada janin/bayi, jika hiperemesis ini
terjadi hanya di awal kehamilan tidak berdampak terlalu serius, tapi jika sepanjang
kehamilan si ibu menderita hiperemesis gravidarum, maka kemungkinan bayinya
mengalami BBLR, IUGR, Premtur hingga menjadi abortus (Wiknjosastro, 2005).

1.2 Rumusan Masalah

1. Apa definisi hiperemesis gravidarum?

2. Apa etiologi hiperemesis gravidarum?

3. Apa patologi hiperemesis gravidarum?

4. Bagaimana patofisiologi hiperemesis gravidarum?

5. Bagaimana tanda dan gejala hiperemesis gravidarum?

6. Bagaimana pemeriksaan hiperemesis gravidarum?

7. Bagaimana penatalaksanaan hiperemesis gravidarum?

8. Bagaimana asuhan keperawatan pada klien hiperemesis gravidarum?

1.3 Tujuan

1. Mengetahui definisi hiperemesis gravidarum

2. Mengetahui etiologi hiperemesis gravidarum

3. Mengetahui patologi hiperemesis gravidarum

4. Mengetahui patofisiologi hiperemesis gravidarum

5. Mengetahui tanda dan gejala hiperemesis gravidarum

6. Mengetahui pemeriksaan hiperemesis gravidarum


7. Mengetahui penatalaksanaan hiperemesis gravidarum

8. Mengetahui asuhan keperawatan pada klien hiperemesis gravidarum

BAB II

TINJAUAN TEORITIS

2.1 Definisi Hiperemesis Gravidarum

Hiperemesis gravidarum adalah mual dan muntah berlebihan pada wanita hamil sampai
mengganggu pekerjaan sehari-hari karena keadaan umumnya menjadi buruk, karena
terjadi dehidrasi (Rustam Mochtar, 1998).

Mual dan muntah yang menetap selama kehamilan yang mengganggu asupan cairan
dan nutrisi; awitan biasanya terjadi sebelum 20 minggu kehamilan; cukup berat hingga
mengakibatkan penurunan berat badan, dan ketidakseimbangan cairan dan elektrolit
(Geri Morgan and Carole Hamilton, 2009).
Mual biasanya terjadi pada pagi hari, tetapi dapat pula timbul setiap saat dan malam
hari. Gejala-gejala ini kurang lebih terjadi 6 minggu setelah hari pertama haid terakhir
dan berlangsung selama kurang lebih 10 minggu (Sarwono Prawirohardjo, 2002).

Hiperemesis Gravidarum (Vomitus yang merusak dalam kehamilan) adalah nausea dan
vomitus dalam kehamilan yang berkembang sedemikian luas sehingga terjadi efek
sistemik, dehidrasi dan penurunan berat badan (Ben-Zion Taber,M.D, 1994).

2.2 Etiologi Hiperemesis Gravidarum

Penyebab Hiperemesis gravidarum belum diketahui secara pasti. Frekuensi


kejadiannya adalah 2 per 1000 kehamilan. Faktor-faktor predisposisi yang dikemukakan
(Rustam Mochtar, 1998) adalah:

1. Faktor adaptasi dan hormonal.

Primagravida belum mampu beradaptasi terhadap hormon estrogen dan Human


Chorionik Gonadotropin (HCG), sedangkan pada kehamilan ganda atau mola
hidatidosa, jumlah hormon yang dikeluarkan terlalu tinggi.

2. Faktor psikologis.

Wanita yang menolak hamil, takut kehilangan pekerjaaan, keretakan hubungan dengan
suami, takut terhadap tanggung jawab sebagai ibu,dsb dapat menyebabkan konflik
mental yang dapat memperberat mual dan muntah sebagai ekspresi tidak sadar
terhadap keengganan menjadi hamil atau sebagai pelarian karena kesukaran hidup
dsb.

3. Faktor alergi.

Terjadi invasi jaringan vili Chorialis yang masuk ke dalam peredaran darah ibu.
2.3 Patologi Hiperemesis Gravidarum

a. Hepar : pada tingkat ringan hanya ditemukan degenerasi lemak sentrilobuler


tanpa nekrosis

b. Jantung : jantung atrofi, kecil dari biasa. Kadang kala dijumpai perdarahan sub-
endokardial

c. Otak : terdapat bercak perdarahan otak.

d. Ginjal : tampak pucat dan degenerasi lemak pada tubuli kontorti.

(Rustam Mochtar, 1998).

2.4 Patofisiologi Hiperemesis Gravidarum

Perasaan mual adalah akibat dari meningkatnya kadar estrogen yang biasa terjadi pada
trimester I. Pengaruh psikologik hormon estrogen ini tidak jelas, mungkin berasal dari
sistem saraf pusat atau akibat berkurangnya pengosongan lambung. Bila perasaan
terjadi terus-menerus dapat mengakibatkan cadangan karbohidrat dan lemak habis
terpakai untuk keperluan energi. Karena oksidasi lemak yang tak sempurna, terjadilah
ketosis dengan tertimbunnya asam aseto-asetik, asam hidroksida butirik dan aseton
darah.

Muntah menyebabkan dehidrasi, sehingga cairan ekstraseluler dan plasma berkurang.


Natrium dan klorida darah turun. Selain itu dehidrasai menyebabkan hemokonsentrasi,
sehingga aliran darah ke jaringan berkurang. Hal ini menyebabkan jumlah zat makanan
dan oksigen ke jaringan berkuang pula dan tertimbunnya zat metabolik yang toksik.

Disamping dehidrasi dan gangguan keseimbangan elektrolit, dapat terjadi robekan pada
selaput lendir esofagus dan lambung (sindroma mollary-weiss), dengan akibat
perdarahan gastrointestinal (Sarwono Prawirohardjo, 2002).
2.5 Tanda dan Gejala Hiperemesis Gravidarum

Sekalipun batas antara muntah yang fisiologis dan patologis tidak jelas, tetapi muntah
yang menimbulkan gangguan aktivitas sehari-hari dan dehidrasi memberi petunjuk
bahwa ibu hamil tersebut memerlukan perawatan yang intensif. Gambaran gejala
hiperemesis gravidarum secara klinis dapat dibagi menjadi tiga tingkat berikut ini
menurut (Manuaba, dkk 2006) adalah :

1. Hiperemesis gravidarum tingkat pertama (Ringan)

a. Muntah berlangsung terus.

b. Makan berkurang.

c. Berat badan menurun.

d. Kulit dehidrasi sehingga tonusnya lemah.

e. Nyeri di daerah epigastrium.

f. Tekanan darah turun dan nadi meningkat.

g. Lidah kering.

h. Mata tampak cekung.


2. Hiperemesis gravidarum tingkat kedua (Sedang)

a. Penderita tampak lebih lemah.

b. Gejala dehidrasi makin tampak, mata cekung, turgor kulit makin kurang, lidah
kering dan kotor.

c. Tekanan darah menurun, nadi maningkat.

d. Berat badan makin menurun.

e. Mata ikterus.

f. Gejala hemokonsentrasi makin tampak: urine berkurang dan bau aseton dalam
urine meningkat.

g. Terjadinya gangguan buang air besar.

h. Mulai tampak gejala gangguan kesadaran, menjadi apatis.

i. Napas berbau aseton.

3. Hiperemesis gravidarum tingkat ketiga (Berat)

a. Muntah berkurang.

b. Keadaan umum ibu hamil makin menurun: tekanan darah turun, nadi meningkat,
dan suhu naik; keadaan dehidrasi makin jelas/berat.

c. Gangguan faal hati terjadi dengan manifestasi ikterus.

d. Gangguan kesadaran dalam bentuk somnolen sampai koma; komplikasi susunan


saraf pusat (enselopati wernicke): nistagmus (perubahan arah bola mata), diplopia
(gambar tampak ganda), dan perubahan mental.

2.6 Pemeriksaan Hiperemesis Gravidarum


Pemeriksaan pada klien hiperemesis gravidarum menurut (Helen Varney, 2006)
adalah :

1. Riwayat

a) Frekuensi episode muntah

b) Hubungan muntah dengan asupan makanan ( jenis dan jumlah )

c) Riwayat pola makan ( jenis makanan dan minuman , jumlah, waktu pemberian,
dan reaksinya)

d) Riwayat pengobatan ( termasuk reaksi obat)

e) Eliminasi (frekuensi, jumlah, diare, dan kostipasi)

f) Darah dalam muntahan (ulkus lambung/radang esofagus akibat muntah berulang)

g) Demam/menggigil

h) Pajanan pada infeksi virus

i) Pajanan pada makanan terkontaminasi

j) Nyeri abdomen

k) Riwayat gangguan makan

l) Riwayat diabetes

m) Pembedahan abdomen sebelumnya

n) Frekuensi istirahat

o) Kecemasan dalam kehamilan

p) Dukungan keluarga

2. Pemeriksaan fisik
a) Berat badan ( dan hubungannya dengan berat badan sebelumnya)

b) Suhu badan , denyut nadi, dan frekuensi pernafasan

c) Turgor kulit

d) Kelembapan membrane mukosa

e) Kondisi lidah ( bengkak, kering, pecah-pecah)

f) Palpasi abdomen untuk melihat pembesaran organ , nyeri tekan dan distensi

g) Bising usus

h) Bau buah ketika bernapas

i) Pengkajian pertumbuhan janin.

3. Laboratorium

a) Pemeriksaan keton dalam urine

b) Urinalis

c) BUN dan elektrolit

d) Tes fungsi ginjal (singkirkan kemungkinan hepatitis, pankreatitis, dan kolestasis)

e) TSH dan T4 (singkirkan kemungkinan penyakit gondok)

4. Pengkajian

Kondisi yang mengindikasikan bahwa wanita mengalami dehidrasi meliputi turgor


kulit buruk, peningkatan frekuensi nadi dan pernapasan, penurunan haluaran urine, dan
peningkatan berat jenis urine.
2.7 Penatalaksanaan

Penatalaksanaan pada ibu dengan hiperemesis gravidarum menurut (Ai Yeyeh Rukiyah
dan Lia Yulianti, 2010) dimulai dengan :

1. Pencegahan

Pencegahan terhadap Hiperemesis gravidarum perlu dilaksanakan dengan jalan


memberikan penerangan tentang kehamilan dan persalinan sebagai suatu proses yang
fisiologik. Hal itu dapat dilakukan dengan cara :

a) Memberikan keyakinan bahwa mual dan kadang-kadang muntah merupakan gejala


yang fisiologik pada kehamilan muda dan akan hilang setelah kehamilan berumur 4
bulan.

b) Menganjurkan mengubah makanan sehari-hari dengan makanan dalam jumlah


kecil, tetapi lebih sering.

c) Waktu bangun pagi jangan segera turun dari tempat tidur, tetapi dianjurkan untuk
makan roti kering atau biskuit dengan teh hangat.

d) Hindari makanan yang berminyak dan berbau lemak.

e) Makan makanan dan minuman yang disajikan jangan terlalu panas atau terlalu
dingin.

f) Menjamin defekasi teratur.

g) Menganjurkan makan makanan yang banyak mengandung gula untuk


menghindarkan kekurangan karbohidrat.

2. Terapi obat-obatan

Apabila dengan cara diatas keluhan dan gejala tidak berkurang maka diperlukan
pengobatan.
a) Sedativa yang sering diberikan adalah pohenobarbital.

b) Vitamin yang dianjurkan yaitu vitamin B1 dan B2 yang berfungsi untuk


mempertahankan kesehatan syaraf, jantung, otot, serta meningkatkan pertumbuhan
dan perbaikan sel (Admin, 2007) dan B6 berfungsi menurunkan keluhan atau gangguan
mual bagi ibu hamil dan juga membantu dalam sintesa lemak untuk pembentukan sel
darah merah (Admin, 2007).

c) Antihistaminika juga dianjurkan.

d) Pada keadaan lebih berat diberikan antiemetik seperti diklomin hidrokhloride,


avomin (Winkjosastro, 2005).

3. Isolasi

Isolasi dilakukan dalam kamar yang tenang tetapi cerah dan peredaran udara baik
hanya dokter dan perawat yang boleh keluar masuk sampai muntah berhenti dan
pasien mau makan. Catat cairan yang masuk dan keluar, tidak diberikan makan dan
minum selama 24 jam. Kadang-kadang dengan isolasi saja gejala-gejala akan
berkurang atau hilang tanpa pengobatan.

4. Terapi psikologik

Perlu diyakinkan kepada penderita bahwa penyakit dapat disembuhkan, hilangkan rasa
takut oleh karena kehamilan, kurangi pekerjaan sertamenghilangkan masalah dan
konflik, yang kiranya dapat menjadi latar belakang penyakit ini (Wiknjosastro, 2005).

Bantuan yang positif dalam mengatasi permasalahan psikologis dan sosial dinilai cukup
signifikan memberikan kemajuan keadaan umum (Admin, 2008).
5. Diet

1) Diet hiperemesis I diberikan pada hiperemesis tingkat III. Makanan hanya berupa
roti kering dan buah-buahan. Cairan tidak diberikan bersama makanan tetapi 1-2 jam
sesudahnya. Makanan ini kurang dalam semua zatzat gizi, kecuali vitamin C, karena
itu hanya diberikan selama beberapa hari

2) Diet hiperemesis II diberikan bila rasa mual dan muntah berkurang. Secara
berangsur mulai diberikan makanan yang bernilai gizi tinggi. Minuman tidak diberikan
bersama makanan . Makanan ini rendah dalam semua zat-zat gizi kecuali vitamin A dan
D.

3) Diet hiperemesis III diberikan kepada penderita dengan hiperemesis ringan.


Menurut kesanggupan penderita minuman boleh diberikan bersama makanan.
Makanan ini cukup dalam semua zat gizi kecuali Kalsium. (Taufan Nugroho, 2010).

6. Terapi parenteral

Berikan cairan parenteral yang cukup elektrolit, karbohidrat dan protein dengan glukosa
5 % dalam cairan fisiologis sebanya 2-3 liter sehari. Bila perlu dapat ditambah kalium
dan vitamin khususnya vitamin B kompleks dn vitamin C dan bila ada kekurangan
protein, dapat diberikan pula asam amino secara intravena. dibuat dalam daftar kontrol
cairan yang masuk dan dikeluarkan. Air kencing perlu diperiksakan sehari-hari terhadap
protein, aseton, klorida, dan bilirubin. Suhu dan nadi diperiksa setiap 4 jam dan tekanan
darah 3 kali sehari. Dilakukan pemeriksaan hematokrit pada permulaan dan seterusnya
menurut keperluan. Bila selama 24 jam penderita tidak muntah dan keadaan umum
bertambah baik dapat dicoba untuk diberikan minuman, dan lambat laun minuman
dapat ditambah dengan makanan yang tidak cair. Dengan penanganan diatas, pada
umumnya gejala-gejala akan berkurang dan keadaaan akan bertambah baik (Ai Yeyeh
Rukiyah dan Lia Yulianti, 2010).

7. Penghentian kehamilan

Pada sebagian kecil kasus keadaan tidak menjadi baik, bahkan mundur. Usahakan
mengadakan pemeriksaan medik dan psikiatrik jika memburuk. Delirium, kebutaan,
takikardia, ikterus, anuria, dan perdarahan merupakan manifestasi komplikasi organik.
Dalam keadaan demikian perlu dipertimbangkan untuk mengakhiri kehamilan.
Keputusan untuk melakukan abortus terapeutik sering sulit diambil, oleh karena disatu
pihak tidak boleh dilakukan terlalu capat dan dipihak lain tidak boleh menunggu sampai
terjadi irreversible pada organ vital (Wiknjosastro, 2005).

8. Komplikasi

Dampak yang ditimbulkan dapat terjadi pada ibu dan janin, seperti ibu akan kekurangan
nutrisi dan cairan sehingga keadaan fisik ibu menjadi lemah dan lelah dapat pula
mengakibatkan gangguan asam basa, pneumini aspirasi, robekan mukosa pada
hubungan gastroesofagi yang menyebabakn peredaran ruptur esofagus, kerusakan
hepar dan kerusakan ginjal, ini akan memberikan pengaruh pada pertumbuhan dan
perkembangan janin karena nutrisi yang tidak terpenuhi atau tidak sesuai dengan
kehamilan, yang mengakibatkan peredaran darah janin berkurang (setiawan, 2007).
Pada bayi, jika hiperemesis ini terjadi hanya di awal kehamilan tidak berdampak terlalu
serius, tapi jika sepanjang kehamilan si ibu menderita hiperemesis gravidarum, maka
kemungkinan bayinya mengalami BBLR, IUGR, Premtur hingga menjadi abortus
(Wiknjosastro, 2005).

BAB III

ASUHAN KEPERAWATAN

3.1 Pengkajian

1. Data Subjektif

Nausea dan vomitus merupakan gejala-gejala utama. Pasien tidak dapat menahan
makanan dan kehilangan berat badan. Beberapa pasien mengeluh air liurnya
berlebihan/hipersalivasi.
Riwayat haid: Sebagian besar pasien sadar akan haid yang tidak datang dan
mengetahui bahwa mereka hamil. Tetapi kadang-kadang pasien tidak dapat
memberikan informasi yang penting ini, sehingga mengaburkan diagnosis (Ben-Zion
Taber,M.D, 1994).

2. Data Objektif

a. Pemeriksaan fisik

1) Pemeriksaan umum

Kulit dan membrane mukosa sering tampak kering dan turgor menurun. Pasien dapat
menjadi kurus. Vomitus yang iritatif dapat membuat erosi pada bibir dan wajah bagian
bawah; lidah tampak merah, kering dan pecah-pecah. Faring kering dan merah, dan
pernapaan berbau busuk dengan bau seperti buah-buahan yang khas untuk
ketoasidosis.

Takikardia dan hipotensi dapat menunjukkan dehidrasi hipovolemia. Pada penyakit


yang berat dan berkepanjangan, aberasi mental, delirium, sakit kepala, stupor dan
koma dapat terjadi.

2) Pemeriksaan abdomen

Pemeriksaan ini biasanya normal, meskipun rasa sakit dihepar dapat ditemukan.

3) Pemeriksaan pelvis

Uterus lunak dan membesarkan sesuai dengan umur gestasi.

(Ben-Zion Taber,M.D, 1994)

b. Kebutuhan Dasar Khusus

1) Aktifitas istirahat
Tekanan darah sistol menurun, denyut nadi meningkat (> 100 kali per menit).

2) Integritas ego

Konflik interpersonal keluarga, kesulitan ekonomi, perubahan persepsi tentang


kondisinya, kehamilan tak direncanakan.

3) Eliminasi

Perubahan pada konsistensi; defekasi, peningkatan frekuensi berkemih Urinalisis :


peningkatan konsentrasi urine.

4) Makanan/cairan

Mual dan muntah yang berlebihan (4 8 minggu) , nyeri epigastrium, pengurangan


berat badan (5 10 Kg), membran mukosa mulut iritasi dan merah, Hb dan Ht rendah,
nafas berbau aseton, turgor kulit berkurang, mata cekung dan lidah kering.

5) Pernafasan

Frekuensi pernapasan meningkat.

6) Keamanan

Suhu kadang naik, badan lemah, icterus dan dapat jatuh dalam koma.

7) Seksualitas

Penghentian menstruasi, bila keadaan ibu membahayakan maka dilakukan abortus


terapeutik.

8) Interaksi sosial

Perubahan status kesehatan/stressor kehamilan, perubahan peran, respon anggota


keluarga yang dapat bervariasi terhadap hospitalisasi dan sakit, sistem pendukung
yang kurang.
c. Tes Laboratorium

1) Pemeriksaan darah lengkap dengan apusan darah

Nilai hemoglobin dan hematokrit yang meningkat menunjukkan hemokosentrasi


berkaitan dengan dehidrasi. Anemia mungkin merupakan konsekuensi dari malnutrisi.

2) Urinalisis

Urin biasanya hanya sedikit dan mempunyai kosentrasi tinggi sebagai akibat dehidrasi.
Aseton menunjukkan asidosis starvasi (Ben-Zion Taber,M.D, 1994).

3.2 Diagnosa Keperawatan

Berdasarkan data pengkajian, diagnosa keperawatan yang mungkin muncul pada


pasien hiperemesis gravidarum adalah meliputi :

1. Ketidakseimbangan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan dengan


anoreksia, mual-muntah.

2. Gangguan keseimbangan cairan dan elektrolit berhubungan dengan kehilangan


cairan secara aktif.

3. Koping tidak efektif berhubungan dengan perubahan psikologi kehamilan.

4. Intoleransi aktivitas berhubungan dengan kelemahan umum.

3.3 Intervensi Keperawatan

Dx(1) : Ketidakseimbangan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan dengan


anoreksia, mual-muntah.

Tujuan : Menyeimbangkan pemenuhan nutrisi klien sesuai dengan kebutuhan.


Intervensi
1. Batasi intake oral hingga muntah berhenti.

Rasional : Memelihara keseimbangan cairan elektrolit dan mencegah muntah


selanjutnya.

2. Berikan obat antiemetik yang diprogramkan dengan dosis rendah, misalnya


Phenergan 10-20mg/i.v.

Rasional : Mencegah muntah serta memelihara keseimbangan cairan dan elektrolit.

3. Pertahankan terapi cairan yang diprogramkan.

Rasional : Koreksi adanya hipovolemia dan keseimbangan elektrolit.

4. Catat intake dan output.

Rasional : Menentukan hidrasi cairan dan pengeluaran melalui muntah.

5. Anjurkan makan dalam porsi kecil tapi sering.

Rasional : Dapat mencukupi asupan nutrisi yang dibutuhkan tubuh

6. Anjurkan untuk menghindari makanan yang berlemak.

Rasional : dapat menstimulus mual dan muntah

7. Anjurkan untuk makan makanan selingan seperti biskuit, roti dan teh (panas)
hangat sebelum bagun tidur pada siang hari dan sebelum tidur.

Rasional : Makanan selingan dapat mengurangi atau menghindari rangsang mual


muntah yang berlebih.

8. Catat intake terapi parenteral, jika intake oral tidak dapat diberikan dalam periode
tertentu.

Rasional : Untuk mempertahankan keseimbangan nutrisi.

9. Inspeksi adanya iritasi atau lesi pada mulut.

Rasional : Untuk mengetahui integritas mukosa mulut.


10. Kaji kebersihan oral dan personal hygiene serta penggunaan cairan pembersih
mulut sesering mungkin.

Rasional : Untuk mempertahankan integritas mukosa mulut.

11. Pantau kadar Hemoglobin dan Hemotokrit.

Rasional : Mengidenfifikasi adanya anemi dan potensial penurunan kapasitas pembawa


oksigen ibu. Klien dengan kadar Hb < 12 mg/dl atau kadar Ht rendah dipertimbangkan
anemi pada trimester I.

12. Test urine terhadap aseton, albumin dan glukosa.

Rasional : Menetapkan data dasar ; dilakukan secara rutin untuk mendeteksi situasi
potensial resiko tinggi seperti ketidakadekuatan asupan karbohidrat dan Hipertensi
karena kehamilan.

13. Ukur pembesaran uterus.

Rasional : Malnutrisi ibu berdampak terhadap pertumbuhan janin dan memperberat


penurunan komplemen sel otak pada janin, yang mengakibatkan kemunduran
perkembangan janin dan kemungkinan-kemungkinan lebih lanjut.

Dx(2) : Defisit volume cairan berhubungan dengan kehilangan cairan yang


berlebihan.

Tujuan : Mengembalikan volume cairan agar normal kembali.

Intervensi

1. Tentukan frekuensi atau beratnya mual/muntah.

Rasional : Memberikan data berkenaan dengan semua kondisi. Peningkatan kadar


Hormon Chorionik Gonadotropin (HCG), perubahan metabolisme karbohidrat dan
penurunan motilitas gastrik memperberat mual/muntah pada trimester I.

2. Tinjau ulang riwayat kemungkinan masalah medis lain (misalnya Ulkus peptikum,
gastritis).
Rasional :Membantu dalam mengenyampingkan penyebab lain untuk mengatasi
masalah khusus dalam mengidentifikasi intervensi.

3. Kaji suhu badan dan turgor kulit, membran mukosa, TD, input/output dan berat
jenis urine. Timbang BB klien dan bandingkan dengan standar.

Rasional : Sebagai indikator dalam membantu mengevaluasi tingkat atau kebutuhan


hidrasi.

4. Anjurkan peningkatan asupan minuman berkarbonat, makan sesering mungkin


dengan jumlah sedikit. Makanan tinggi karbonat seperti : roti kering sebelum bangun
dari tidur.

Rasional : Membantu dalam meminimalkan mual/muntah dengan menurunkan


keasaman lambung.

Dx(3) : Cemas berhubungan dengan Koping tidak efektif, perubahan psikologi


kehamilan.

Tujuan : Menurunkan tingkat kecemasan klien.

Intervensi

1. Kontrol lingkungan klien dan batasi pengunjung.

Rasional : Untuk mencegah dan mengurangi kecemasan

2. Kaji tingkat fungsi psikologis klien.

Rasional : Untuk menjaga intergritas psikologis

3. Berikan support psikologis.

Rasional : Untuk menurunkan kecemasan dan membina rasa saling percaya.

4. Berikan penguatan positif.

Rasional : Untuk meringankan pengaruh psikologis akibat kehamilan.


5. Berikan pelayanan kesehatan yang maksimal.

Rasional : Penting untuk meningkatkan kesehatan mental klien

Dx(4) : Intoleransi aktifitas berhubungan dengan kelemahan.

Tujuan : Meningkatkan toleransi aktivitas.

Intervensi

1. Anjurkan klien membatasi aktifitas dengan isrirahat yang cukup.

Rasional : Menghemat energi dan menghindari pengeluaran tenaga yang terus-


menerus untuk meminimalkan kelelahan/kepekaan uterus.

2. Anjurkan klien untuk menghindari mengangkat berat.

Rasional : Aktifitas yang ditoleransi sebelumnya mungkin tidak dimodifikasi untuk wanita
beresiko.

3. Bantu klien beraktifitas secara bertahap

Rasional : Aktifitas bertahap meminimalkan terjadinya trauma serta meringankan dalam


memenuhi kebutuhannya.

4. Anjurkan tirah baring yang dimodifikasi sesuai indikasi

Rasional : Tingkat aktifitas mungkin perlu dimodifikasi sesuai indikasi.

3.4 Implementasi

Implementasi yang dilakukan yaitu sesuai dengan intervensi yang direncanakan.


3.5 Evaluasi

a. Pasien tidak lagi menunjukkan bukti penurunan berat badan

b. Pasien terhindar dari kerusakan kulit atau infeksi disekitar pemasangan slang

c. TTV tetap stabil

d. Volume cairan tetap adekuat

e. Pasien mempunyai turgor kulit normal dan membrane mukosa lembap

f. Berat jenis urin tetap di antara 1,005 dan 1,010

g. Pasien mempertahankan keseimbangan cairan ( asupan seimbang dengan


haluaran)

h. Pasien menyatakan peningkatan rasa nyaman

i. Membrane mukosa mulut merah muda dan lembap

j. Pasien mempertahankan kekuatan otot dan ROM sendi

k. Pasien melakukan aktivitas perawatan diri pada tingkat yang dapat ditoleransi
BAB III

PENUTUP

4.1 Kesimpulan

Berdasarkan uraian diatas dapat disimpulkan hal-hal sebagai berikut :

1. Hiperemesis gravidarum adalah mual muntah yang berlebihan pada wanita hamil
sampai mengganggu pekerjaan sehari-hari karena keadaan umum pasien memburuk.

2. Penyebab Hiperemesis gravidarum secara pasti belum diketahui, faktor


predisposisinya antara lain ; faktor adaptasi dan hormonal atau peningkatan kadar
HCG, faktor psikologik, dan faktor alergi.

3. Secara patologik menunjukkan adanya kelainan-kelainan dalam berbagai alat


tubuh seperti hati, jantung, otak dan ginjal

4. Hiperemesis gravidarum dapat mengakibatkan dehidrasi, kekurangan energi,


tertimbun zat metabolik toksik, terganggunya keseimbangan elektrolit dan perdarahan
gastrointestinal

5. Hiperemesis gravidarum terbagi dalam 3 tingkatan yaitu ringan, sedang dan berat

6. Penanganan Hiperemesis gravidarum pada tahap awal adalah pencegahan yaitu


dengan memberikan konseling untuk menghadapi kehamilan dan komplikasinya

7. Terapi yang diberikan pada kasus Hiperemesis gravidarum adalah terapi obat-
obatan, terapi psikologik, terapi parenteral dan isolasi. Apabila keadaan tetap
memburuk terminasi kehamilan perlu dipertimbangkan.

4.2 Saran

Sebagai perawat harus mengetahui asuhan keperawatan yang diberikan jika


menghadapi kondisi pasien atau klien dengan Hiperemesis Gravidarum. Sebaiknya
perawat memberikan penanganan terbaik kepada pasien hiperemesis gravidarum agar
klien dapat menjalani proses kehamilan dengan lancar sampai pada proses persalinan
dengan selamat.

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar belakang

Mual dan muntah pada kehamilan umumnya disebut morning sickness, dialami sekitar
70-80% wanita hamil dan merupakan fenomena yang sering terjadi pada umur
kehamilan 5-12 minggu (edelman, 2004;quenland, 2005). Bila keadaan ini semakin
berat dan tidak tertanggulangi maka disebut hiperemesis gravidarum, dilaporkan terjadi
sekitar 0,05% sampai 2% dari semua kehamilan (Simpson;at all;2001;koren,at
all;2002;paauw,at all;2005). Hiperemesis gravidarum adalah muntah berlebihan pada
wanita hamil yang menyebabkan terjadinya penurunan BB (lebih dari 5% BB awal),
dehidrasi, ketosis, dan tidak normalnya kadar elektrolit (old,2000;Nick helin 2004;
edelman, 2004;paawi, at all;2005). Hiperemesis gravidarum dapat mulai terjadi pada
minggu ke 4-10 kehamilan dan selanjutnya akan membaik umumnya pada usia
kehamilan 20 minggu.

Selain dampak fisiologis kehidupan wanita dan janinnya, Hiperemesis gravidarum


memberikan dampak secara psikologis, sosial, dan spiritual.

Kontak sosial dengan orang lain juga berubah karena wanita mengalami perubahan
yang sangat kompleks pada kehamilannya, hal ini bisa menimbulkan perasaan
terisolasi dan kesendirian. Pernyataan ini didukung oleh studi yang dilakukan oleh Still,
at all.(2001) yang menyatakan bahwa 1 dari 3 wanita dengan mual dan muntah
mengalami stres dan perpecahan dalam keluarga, gangguan emosional, dan gangguan
fungsi sosial. Hal ini terjadi pada wanita yang bekerja dimana hampir 50% mengalami
penurunan efisiensi kerja, dan 25% membutuhkan waktu untuk istirahat bekerja.

Adanya permasalahan kesehatan yang dialami wanita dengan hiperemesis gravidarum


membawa implikasi pada askep. Perawat dituntut untuk memberikan pelayanan
keperawatan profesional melalui peranannya sebagai praktisi ahli, edukator, peneliti,
dan konsultan sehingga bisa menjadi model peran, advokat, dan agen pembaharu
(Gorri, 1998) melalui perannya tersebut, diharapkan perawatan bisa membantu
mengatasi berbagai masalah yang ditimbulkan pada kehamilan dengan hiperemesis
gravidarum. Menurut Tiran (2004).

Aplikasi teori dan konsep keperawatan perlu dilakukan oleh perawat untuk dapat
menjalankan fungsi dan perannya secara optimal, serta bisa memberikan askep secara
holistik dan komperhensif. Konsep keperawatan maternitas yang berpusat pada
keluarga merupakan konsep yang mulai dikenal dan perlu diterapkan dalam pemberian
pelayanan mmaternitas karena membawa manfaat yang besar bagi klien dan keluarga.
Berkaitan dengan klien yang mengalami hiperemesis gravidarum, penerapan konsep ini
sangat diperlukan untuk meningkatkan keterlibatan pasangan dan anggota keluarga
dalam menerima kondisi klien, menurut Tiran (2004) respon pasangan terhadap kondisi
klien dapat dalam bentuk kecemasan yang berlebihan/ kurang memperdulikan
kebutuhan fisik dan psikologis klien. Oleh karena itu keluarga perlu menggunakan
mekanisme koping dalam mengatasi keadaan ini, serta bisa menjadi sistem pendukung
bagi kilen dalam mengahadapi masa krisis.

B. Tujuan

1. Tujuan umum

Diharapkan kepada mahasiswa dapat memahami tentang askep ibu hamil dengan
hiperemesis gravidarum .
2. Tujuan khusus

Mahasiswa mampu menjelaskan dan memahami pengertian dari hiperemesis


gravidarum .

Mahasiswa mampu mnjelaskan dan memahami tentang askep ibu hamil dengan
hiperemesis gravidarum .

Mahasiswa diharapkan mampu menjelaskan dan memahami tentang askep ibu hamil
dengan hiperemesis gravidarum .

C. Ruang lingkup

Makalah ini membahas tentang askep ibu hamil dengan hiperemesis gravidarum .

D. Metode penulisan

Kelompok kami menggunakan metode layanan internet dan resume dari buku.

E. Sistem penulisan

Bab I : pendahuluan, tujuan, ruanglingkup, metode penulisan, dan sistem penulisan.

Bab ll : landasan teori dan isi

Bab lll : kesimpulan dan saran


BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Mual dan muntah merupakan salah satu gejala paling awal, paling umum dan paling
menyebabkan stres yang dikaitkan dengan kehamilan. Akan tetapi, dokter obstetri dan
dokter umum menganggap mual dan muntah hanya semata-mata merupakan sebuah
gejala fisiologis, dan sebuah masalah yang sering kali membuat mereka merasa tidak
berdaya untuk membantu mengatasinya. Mual dan muntah sering kali diabaikan karena
dianggap sebagai sebuah konsekuensi normal di awal kehamilan tanpa mengakui
dampak hebat yang ditimbulkannya pada wanita dan keluarga mereka (Denise Tiran,
2008).

Mual dan muntah merupakan gangguan yang paling sering kita jumpai pada kehamilan
muda dan dikemukakan oleh 50-70% wanita hamil dalam 16 minggu pertama. Kurang
lebih 66% wanita hamil trimester pertama mengalami mual-mual dan 44% mengalami
muntah-muntah.

Bila wanita hamil memuntahkan segala apa yang dimakan dan diminum hingga berat
badannya sangat turun, turgor kulit berkurang, diuresis berkurang dan timbul asetonuri,
keadaan ini disebut hiperemesis gravidarum dan memerlukan perawatan di rumah
sakit. Perbandingan insiden hiperemesis gravidarum 4:1000 kehamilan. Sindrom ini
ditandai dengan adanya muntah yang sering, penurunan berat badan, dehidrasi,
asidosis karena kelaparan, alkalosis, yang disebabkan menurunnya asam HCl lambung
dan hipokalemia.

Dampak yang ditimbulkan pada ibu yaitu kekurangan nutrisi dan cairan sehingga
keadaan fisik ibu menjadi lemah dan lelah dapat pula mengakibatkan gangguan asam
basa, pneumini aspirasi, robekan mukosa pada hubungan gastroesofagi yang
menyebabakn peredaran ruptur esofagus, kerusakan hepar dan kerusakan ginjal, ini
akan memberikan pengaruh pada pertumbuhan dan perkembangan janin karena nutrisi
yang tidak terpenuhi atau tidak sesuai dengan kehamilan, yang mengakibatkan
peredaran darah janin berkurang (setiawan, 2007). Pada janin/bayi, jika hiperemesis ini
terjadi hanya di awal kehamilan tidak berdampak terlalu serius, tapi jika sepanjang
kehamilan si ibu menderita hiperemesis gravidarum, maka kemungkinan bayinya
mengalami BBLR, IUGR, Premtur hingga menjadi abortus (Wiknjosastro, 2005).

DAFTAR PUSTAKA

Mitayani. 2009. Asuhan Keperawatan Maternitas. Jakarta : Salemba Medika.

Runiari, Nengah. 2010. Asuhan keperawatan pada klien dengan hiperemesis


gravidarum. Jakarta : Salemba Medika.

Anda mungkin juga menyukai

  • Gerva Askeb
    Gerva Askeb
    Dokumen9 halaman
    Gerva Askeb
    jae
    Belum ada peringkat
  • Cover Desa
    Cover Desa
    Dokumen3 halaman
    Cover Desa
    jae
    Belum ada peringkat
  • Tentangalat
    Tentangalat
    Dokumen14 halaman
    Tentangalat
    jae
    Belum ada peringkat
  • Daftar Isi
    Daftar Isi
    Dokumen2 halaman
    Daftar Isi
    jae
    Belum ada peringkat
  • Bab 2
    Bab 2
    Dokumen5 halaman
    Bab 2
    jae
    Belum ada peringkat
  • Bab Iv
    Bab Iv
    Dokumen1 halaman
    Bab Iv
    jae
    Belum ada peringkat
  • Bab 1
    Bab 1
    Dokumen1 halaman
    Bab 1
    jae
    Belum ada peringkat
  • Aaaaa
    Aaaaa
    Dokumen2 halaman
    Aaaaa
    jae
    Belum ada peringkat
  • Tentangalat
    Tentangalat
    Dokumen14 halaman
    Tentangalat
    jae
    Belum ada peringkat
  • Abs Trak
    Abs Trak
    Dokumen1 halaman
    Abs Trak
    jae
    Belum ada peringkat
  • Biodata Penulis
    Biodata Penulis
    Dokumen4 halaman
    Biodata Penulis
    jae
    Belum ada peringkat
  • Abs Trak
    Abs Trak
    Dokumen1 halaman
    Abs Trak
    jae
    Belum ada peringkat