Anda di halaman 1dari 8

TUGAS METODELOGI RISET DAN

PENUTURAN ILMIAH

KOMPOSIT NANOCUBE-PVDF

RENGGANIS PUTRI PARMUDYA

(14/362776/PA/15821)

DEPARTEMEN FISIKA FAKULTAS

MATEMATIKA DAN PENGETAHUAN

ALAM

UNIVERSITAS GADJAH MADA


BAB I

PENDAHULUAN

I .1 Latar Belakang

Zaman sekarang teknologi berkembang pesat ditandai dengan penemuan banyak

nya teknologi yang di temukan maupun di kembangkan oleh peneliti . Termasuk

di bidang nanoteknologi. Dalam bidang ini, banyak penemuan fungsi baru

material dalm ukuran nanometer.

Penemuan di bidang material ini sebagai tanda peneliti bidang material

sedang fokus dalam mengembangkan smart material. Smart meterial sendiri

adalah material cerdas yang sifat fisisnya (bentuk , sifat magnet optis , sifat

magnetik , konformasi dan lain-lain) dapat di kontrol dengan memberikan

pengaruh atau stimulasi dari luar. Stimulasi yang di berikan adalah suhu ,

kelembapan, pH , medan listrik , medan magnet dan tekanan mekanis.

Dalam beberapa permasalah kontemporer , di harapkan material cerdas

dapat menyelesaikan masalah ini. Ada beberapa jenis material cerdas yang sudah

di temukan , salah satu nya adalah material carbon nanotube (CNT).

Studi mengenai carbon nanotubes (CNT) sedang berkembang dengan cepat

sebagai bagian dari riset nanoteknologi dewasa ini. Sebagaimana diramalkan oleh

sejumlah peneliti bahwa salah satu potensi aplikasi material CNT dalam bidang

elektronik adalah sebagai kawat transmisi dengan resistansi yang sangat kecil.

Disamping kegunaannya sebagai material dasar dalam pembuatan divais

nanoelektronik mengingat bahwa material CNT ini mempunyai sifat superior


dengan struktur pori yang teratur berukuran nanometer.

Salah satu pemanfaatan nanotube yaitu dengan komposit, yaitu dengan

penggabungan dua macam bahan yang mempunyai sifat berbeda menjadi satu

material baru dengan sifat yang berbeda pula. Komposit banyak dikembangkan

karena memiliki sifat yang diinginkan, yang tidak didapat dari material lain

apabila berdiri sendiri. Komposit pada umumnya tersusun dari material pengikat

(matrik) dan material penguat yang disebut material pengisi (filler) (Rusmiyatno,

2007). Teknologi komposit saat ini didukung oleh perkembangan teknologi

nanomaterial. Berbagai penelitian menunjukkan bahwa komposit yang

menggunakan nanomaterial menghasilkan sifat yang lebih baik (Twardowski,

2007). CNT dengan konduktivitas listrik dan termal yang sangat baik mencapai 3

x 105 S/cm merupakan nanofiller yang sangat menarik untuk komposit

polimer.Polyvynilidene Flouride (PVDF) adalah material semikristal yang

menunjukkan aplikasi yang luas dalam kimia, biomedis dan industri elektronik

karena stabilitas termal yang sangat baik, elastisitas tinggi dan ketahanan kimia

yang sangat baik. PVDF fase adalah material penting dalam industri elektronik

karena memiliki efek dielektrik dan konstanta piezoelektrik yang tinggi (Newman

dkk, 1983).

Dalam beberapa tahun terakhir, komposit polimer konduktif telah

mendapatkan perhatian luas karena penggunaannya dalam berbagai aplikasi

teknologi termasuk perangkat elektronik, lapisan konduktif, penangkal

gelombang elektromagnetik, dan sensor (Dong dkk, 2004). Komposit polimer

konvensional biasanya dengan menggabungkan karbon hitam konduktif dan


logam ukuran mikro (Xue, 2004). Pada umumnya, diperlukan fraksi volume yang

besar dari mikropartikel konduktif untuk mencapai batas ambang perkolasi listrik.

Hal ini disebabkan pembentukan filler konduktif dalam matriks polimer.

Penambahan jumlah filler yang besar dapat menyebabkan berat molekul

meningkat, kemampuan proses dispersi kecil dan kekuatan mekanik yang rendah

dari polimer komposit (Tjong, 2006).

I .2 Perumusan masalah

Teknologi rekayasa material komposit dari Carbon nanotubes (CNT) dan

Polyvynilidene (PVDF) dilakukan dengan metode solution processing.

Komposit CNT-PVDF diharapkan dapat meningkatkan nilai sifat-sifat listrik

komposit diantaranya nilai konduktivitas listrik.


BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

A. Komposit

Komposit adalah perpaduan dari material yang dipilih berdasarkan

kombinasi sifat fisik masing-masing material penyusun untuk menghasilkan

material baru dengan sifat yang unik dibandingkan sifat material dasar sebelum

dicampur dan terjadi ikatan permukaan antara masing-masing material penyusun

(Gibson, 1994).

Material komposit menggabungkan keunggulan kekuatan dan kekakuan

serat dengan massa jenis matriks yang rendah. Hasilnya adalah suatu material

yang ringan tetapi kuat dan kaku. Di samping itu, material komposit juga

memiliki beberapa kelebihan diantaranya mampu menggantikan material logam

(kekuatan tinggi), rasio antara kekuatan dan densitasnya cukup tinggi (ringan),

murah (tidak memerlukan proses permesinan), proses pengerjaan sangat

sederhana, dan tahan korosi (komposit non logam) (Harbrian, 2007)

B. Nanotube

Struktur carbon nanotubes dapat dianggap sebagai lembaran graphene yang

terbungkus panjang, sehingga CNT dapat dianggap seperti struktur satu dimensi.

Berdasarkan jumlah dinding yang dibentuknya ada dua jenis CNT yaitu

SingleWalled Nanotubes (SWNT) yang hanya membentuk satu dinding dan

Multi-Walled Nanotubes (MWNT) yang membentuk lebih dari satu dinding

berlapis-lapis. Struktur MWNT mempunyai karakteristik cukup unik, namun

penelitian secara teori mengindikasikan bahwa jenis CNT berdinding satu lapis
(SWNT) dan biasanya berdiameter lebih kecil (2 nm) mempunyai karakteristik

yang lebih menarik dan fantastis.

CNT terdiri dari dua daerah terpisah dengan sifat fisika dan kimia yang

berbeda. Daerah yang pertama adalah dinding samping tabung dan yang kedua

adalah tutup tabung tersebut. Struktur tutup ini didapat dari suatu bagian dari

fullerene yang kecil, seperti C60. Atom-atom karbon (C) yang ditempatkan dalam

sudut segi enam (hexagonal) dan segi lima (pentagonal) membentuk struktur

tutup. Hal itu dapat dengan mudah diperoleh dari teori Euler bahwa 12 segilima

diperlukan dalam rangka memperoleh suatu struktur sangkar tertutup yang terdiri

dari pentagonal dan hexagonal. Sebuah kombinasi dari suatu segi lima dan 5 segi

enam yang mengelilingi menghasilkan sebuah lengkungan yang diinginkan untuk

dapat melingkupi suatu volume tertentu.

Untuk memahami struktur dari carbon nanotubes, maka perlu dipahami

struktur karbon yang mengikat atom-atom terlebih dahulu. Suatu atom karbon

mempunyai enam elektron dengan dua elektron mengisi orbital 1s dan sisanya

yaitu empat elektron mengisi sp 3 atau sp 2 seperti halnya hibridisasi orbital sp

yang bertanggung jawab untuk mengikat struktur dari carbon nanotubes. Carbon

nanotubes merupakan suatu silinder cekungan yang dibentuk dengan menggulung

lembaran-lembaran grafit (graphene). Sehingga ikatan di dalam carbon nanotubes

yang paling utama adalah sp 2 . Sedangkan fullerene terbuat dari 20 heksagonal

dan 12 pentagonal. Ikatannya adalah sp 2 walaupun tercampur dengan karakter sp

3 yang diakibatkan adanya lekukan pada strukturnya (Meyappan, 2005)..

Karakteristik Sifat Listrik Carbon Nanotubes.Material CNT ini mempunyai


sifat yang unik, dimana salah satunya adalah sifat elektroniknya yang dapat

bersifat sebagai konduktor, semikonduktor atau isolator bergantung pada

chiralitas. Sebagai contoh CNT (10,10) bersifat konduktif, CNT (17,0) maupun

(6,4) bersifat semikonduktor. Konduktivitas CNT merupakan fungsi dari derajat

penggulungan, misalnya diameter CNT. Karena CNT dapat bersifat sebagai

konduktor, semikonduktor maupun isolator maka ada kemungkinan untuk

membuat struktur hetero berbasis CNT, baik itu sambungan metalsemikonduktor

atau sambungan metal-insulator-semikonduktor yang berpotensi besar dalam

divais elektronik berkecepatan tinggi.

C. Polyvynilidene Fluiride (PVDF)

PVDF adalah salah satu bahan polimer yang banyak dimanfaatkan sebagai

bahan piezoelektrik terutama sebagai tranduser akustik, sensor tekanan, dan

peralatan-peralatan telekomunikasi. Bahan ini disamping mempunyai sifat

piezoelektrisitas yang relatif tinggi juga mempunyai impedansi akustik yang

rendah serta tahan terhadap stock mekanik. Sifat piezoelektrik PVDF

(Polyvynilidene Flouride) berasal dari struktur molekulnya yang tidak simetris,

dengan rumus CH2 - CF2.. Bahan ini mempunyai pusat gravitasi antara proton

dan electron tidak berimpit pada temperatur kamar. Hal ini menimbulkan dipol

permanen yang akan terorientasi secara acak sehingga tidak menimbulkan efek

piezoelektrik. Cara menimbulkan efek piezoelektrik adalah dengan memberikan

medan listrik luar yang akan mengubah orientasi dipol permanen. Proses orintasi

momen dipol dalam bahan yang diberi medan listrik tidak dapat terjadi seketika,

melainkan membutuhkan waktu tertentu. Temperatur bahan akan berpengaruh


pada agitasi molekul-molekulnya (B. Tareev, 1975).

Daftar Pustaka

Ajayan, M. 2007. Nanotube Composite. Nature Volume 447, 28 Juni 2007. Nature

Publising Group.

Daenen, M, R.D. de Fouw, Hamers B, Janssen P.G.A, Schouteden K, Veld M.A.J,

2003 The Wondrous World Of Carbon Nanotubes A Review Of Current

Carbon Nanotube Technologies , Eindhoven University of Technology

Dong XM, Fu RW, Zhang MQ, Zang B, Rong MZ. Electrical resistance response

of carbon black filled amorphous polymer composite sensors to organic at

low vapor concentrations. Carbon 2004;

Gibson, Ronald F. 1994. Principles of Composite Material Mechanics. New York.

McGraw-Hill

Anda mungkin juga menyukai