Anda di halaman 1dari 7

BAB II PEMBAHASAN 2.

1 Pengertian Ilmu Pengetahuan dan Teknologi (IPTEK) IPTEK


adalah akronim dari Ilmu Pengetahuan dan Teknologi, dimana dari akronim tersebut mempunyai
artinya sendiri, baik Ilmu, Pengetahuan, maupun Teknologi. Ilmu dapatlah dipandang sebagai
produk, sebagai proses, dan sebagai paradigma etika. Ilmu dipandang sebagai proses karena ilmu
merupakan hasil dari kegiatan sosial, yang berusaha memahami alam, manusia dan perilakuknya
baik secara individu atau kelompok. Ilmu sebagai produk artinya ilmu diperoleh dari hasil
metode keilmuan yang diakui secara umum dan sifatnya yang universal. Oleh karena itu ilmu
dapat diuji kebenarannya, sehingga tidak mustahil suatu teori yang sudah mapan suatu saat dapat
ditumbangkan oleh teori lain. Ilmu sebagai paradigma ilmu, karena ilmu selain universal,
komunal, juga alat meyakinkan sekaligus dapat skeptis, tidak begitu saja mudah menerima
kebenaran. Istilah ilmu yang dikemukakan di atas berbeda dengan istilah pengetahuan. Ilmu
diperoleh melalui kegiatan metode ilmiah atau epistemology. Jadi, epistemology merupakan
pembahasan bagaimana mendapatkan pengetahuan. Epistemologi ilmu tercermin dalam kegiatan
metode ilmiah. Sedangkan pengetahuan adalah pikiran atau pemahaman di luar atau tanpa
kegiatan metode ilmiah, sifatnya dapat dogmatis, banyak spekulasi dan tidak berpijak pada
kenyataan empiris. Sumber pengetahuan dapat berupa hasil pengalaman berdasarkan akal sehat
(common sense) yang disertai mencoba-coba, intuisi (pengetahuan yang diperoleh tanpa
penalaran) dan wahyu (merupakan pengetahuan yang diberikan Tuhan kepada para nabi atau
utusan-Nya). Adapun beberapa definisi ilmu menurut para ahli seperti yang dikutip oleh Bakhtiar
tahun 2005 diantaranya adalah : a. Mohamad Hatta, mendefinisikan ilmu adalah pengetahuan
yang teratur tentang pekerjaan hukum kausal dalam suatu golongan masalah yang sama
tabiatnya, maupun menurut kedudukannya tampak dari luar, maupun menurut bangunannya dari
dalam. b. Ralph Ross dan Ernest Van Den Haag, mengatakan ilmu adalah yang empiris, rasional,
umum dan sistematik, dan ke empatnya serentak. c. Karl Pearson, mengatakan ilmu adalah
lukisan atau keterangan yang komprehensif dan konsisten tentang fakta pengalaman dengan
istilah yang sederhana. d. Ashley Montagu, menyimpulkan bahwa ilmu adalah pengetahuan yang
disusun dalam satu sistem yang berasal dari pengamatan, studi dan percobaan untuk menentukan
hakikat prinsip tentang hal yang sedang dikaji. e. Harsojo, menerangkan bahwa ilmu merupakan
akumulasi pengetahuan yang disistemasikan dan suatu pendekatan atau metode pendekatan
terhadap seluruh dunia empiris yaitu dunia yang terikat oleh faktor ruang dan waktu, dunia yang
pada prinsipnya dapat diamati oleh panca indera manusia. Lebih lanjut ilmu didefinisikan
sebagai suatu cara menganalisis yang mengijinkan kepada ahli-ahlinya untuk menyatakan suatu
proposisi dalam bentuk : jika .... maka . f. Afanasyef, menyatakan ilmu adalah manusia
tentang alam, masyarakat dan pikiran. Ia mencerminkan alam dan konsep-konsep, katagori dan
hukum-hukum, yang ketetapannya dan kebenarannya diuji dengan pengalaman praktis. 2.2 Sains
dan Teknologi Merupakan suatu hakikat yang nyata bahwa sains dan teknologi adalah cabang-
cabang ilmu mempunyai hubungan erat dan saling melengkapi diantara satu dengan yang lain.
Faham ini telah di yakini sejak abad ke-19 M yaitu ketika teknologi telah meningkat secara
mendadak dari segi kuantiti dan mutunya. Pada masa sekarang sains dan teknologi bukan saja
merupakan cabang-cabang ilmu yang melengkapi dan tidak dapat dipisahkan, malah ilmu-ilmu
tersebut mempunyai kaitan dengan perubahan sosial yang berdasarkan kepada faham-faham
dasar mengenai manusia dan alam semesta. 2.3 IPTEK dilihat dari pandangan Islam Ilmu
Pengetahuan dan Teknologi (IPTEK) menurut pandangan Al-Quran mengundang kita untuk
menengok sekian banyak ayat Al-Quran yang berbicara tentang alam raya. Menurut ulama
terdapat 750 ayat Al-Quran yang menjelaskan tentang alam beserta fenomenanya dan
memerintahkan manusia untuk mengetahui dan memanfaatkannya. Allah SWT berfirman dalam
QS Al-Baqarah ayat 31 yang artinya :Dan dia ajarkan kepada Adam nama-nama (benda)
semuanya, kemudian diperintahkan kepada malaikat-malaikat, seraya berfirman Sebutkan
kepadaku nama semua (benda) ini, jika kamu yang benar. Dari ayat di atas yang dimaksud
nama-nama adalah sifat, ciri, dan hukum sesuatu. Ini berarti manusia berpotensi mengetahui
rahasia alam semesta. Adanya potensi tersebut, dan tersedianya lahan yang diciptakan Allah,
serta ketidakmampuan alam untuk membangkang pada perintah dan hukum-hukum Tuhan,
menjadikan ilmuwan dapat memperoleh kepastian mengenai hukum-hukum alam. Karenanya,
semua itu menghantarkan pada manusia berpotensi untuk memanfaatkan alam itu merupakan
buah dari ilmu pengetahuan dan teknologi. Al-Quran memerintahkan manusia untuk terus
berupaya meningkatkan kemampuan ilmiahnya. Jangankan manusia biasa, Rasul Allah
Muhammad SAW pun diperintahkan agar berusaha dan berdoa agar selalu ditambah
pengetahuannya (QS Yusuf : 72). Hal ini dapat menjadi pemicu manusia untuk terus
mengembangkan teknologi dengan memanfaatkan anugerah Allah yang dilimpahkan kepadanya.
Karena itu, laju IPTEK memang tidak dapat dibendung, hanya saja mabusia dapat berusaha
mengarahkan diri agar tidak diperturutkan nafsunya untuk mengumpulkan harta dan IPTEK yang
dapat membahayakan dirinya dan yang lainnya. 2.4 Ilmu Pengetahuan dan Teknologi di jaman
Islam Islam pernah berjaya di bidang IPTEK sekitar abad VIII sampai dengan abad XIII. Tradisi
keilmuan umat Islam dipelopori oleh Al-Kindi (filosof penggerak dan pengembang ilmu
pengetahuan) yang mengatakan bahwa Islam itu dapat memperoleh ilmu pengetahuan dan
teknologi dari manapun sumbernya, asalkan tidak bertenangan dengan akidah dan syariat. Hal ini
sejalan dengan hadits nabi yang menyuruh umatnya berlayar sampai ke negeri China untuk
memperoleh ilmu pengetahuan. Padahal China adalah negara non muslim. Menurut Harun
Nasution, pemikiran rasional berkembang pada jaman Islam (650-1250 M). Pemikiran ini
dipengaruhi oleh persepsi tentang bagaimana tingginya kedudukan akal seperti yang terdapat
dalam al-Qur`an dan hadits. Persepsi ini bertemu dengan persepsi yang sama dari Yunani melalui
filsafat dan sains Yunani yang berada di kota-kota pusat peradaban Yunani di Dunia Islam Zaman
Klasik, seperti Alexandria (Mesir), Jundisyapur (Irak), Antakia (Syiria), dan Bactra (Persia). W.
Montgomery Watt menambahkan lebih rinci bahwa ketika Irak, Syiria, dan Mesir diduduki oleh
orang Arab pada abad ketujuh, ilmu pengetahuan dan filsafat Yunani dikembangkan di berbagai
pusat belajar. Terdapat sebuah sekolah terkenal di Alexandria, Mesir, tetapi kemudian
dipindahkan pertama kali ke Syiria, dan kemudian pada sekitar tahun 900 M ke Baghdad. Maka
para khalifah dan para pemimpin kaum Muslim lainnya menyadari apa yang harus dipelajari dari
ilmu pengetahuan Yunani. Mereka mengagendakan agar menerjemahkan sejumlah buku penting
dapat diterjemahkan. Beberapa terjemahan sudah mulai dikerjakan pada abad kedelapan.
Penerjemahan secara serius baru dimulai pada masa pemerintahan al-Mamn (813-833 M). Dia
mendirikan Bayt al-Hikmah, sebuah lembaga khusus penerjemahan. Sejak saat itu dan
seterusnya, terdapat banjir penerjemahan besar-besaran. Penerjemahan terus berlangsung
sepanjang abad kesembilan dan sebagian besar abad kesepuluh. 2.5 Masa kejayaan dan
kemuduran IPTEK di kalangan Islam Dari buku Ilmuwan Muslim Sepanjang Sejarah yang
ditulis oleh M. Natsir Arsyad, diperoleh beberapa informasi tentang nama-nama ilmuwan Islam
yang mengharumkan namanya. Diantaranya adalah Al-Khawrizm (Algorismus atau
Alghoarismus) merupakan tokoh penting dalam bidang matematika dan astronomi. Istilah teknis
algorisme diambil dari namanya. Dia memberi landasan untuk aljabar. Istilah algebra diambil
dari judul karyanya. Karya-karyanya adalah rintisan pertama dalam bidang aritmatika yang
menggunakan cara penulisan desimal seperti yang ada dewasa ini, yakni angka-angka Arab. Al-
Khawrizm dan para penerusnya menghasilkan metode-metode untuk menjalankan operasi-
operasi matematika yang secara aritmatis mengandung berbagai kerumitan, misalnya
mendapatkan akar kuadrat dari satu angka. Di antara ahli matematika yang karyanya telah
diterjemahkan ke dalam bahasa Latin adalah al-Nayrz atau Anaritius (w. 922 M) dan Ibn al-
Haytham atau Alhazen (w. 1039 M). Ibn al-Haytham menentang teori Eucleides dan Ptolemeus
yang menyatakan bahwa sinar visual memancar dari mata ke obyeknya, dan mempertahankan
pandangan kebalikannya bahwa cahayalah yang memancar dari obyek ke mata. Di bidang
astronomi, al-Battn (Albategnius) menghasilkan table-tabel astronomi yang luar biasa
akuratnya pada sekitar tahun 900 M. Ketepatan observasi-observasinya tentang gerhana telah
digunakan untuk tujuan-tujuan perbandingan sampai tahun 1749 M. Selain al-Battn, ada Jbir
ibn Aflah (Geber) dan al-Bit rj (Alpetragius). Jbir ibn Aflah dikenal karena karyanya di
bidang trigonometri sperik. Di bidang astronomi dan matematika, ada juga Maslamah al-Majrt
(w. 1007 M), Ibn al-Samh , dan Ibn al-S affr. Ibn Ab al-Rijl (Abenragel) di bidang astrologi.
Dalam bidang kedokteran ada Ab Bakar Muh ammad ibn Zakariyy al-Rz atau Rhazes (250-
313 H/864-925 M atau 320 H/932 M) , Ibn Sn atau Avicenna (w. 1037 M), Ibn Rushd atau
Averroes (1126-1198 M), Ab al-Qsim al-Zahrw (Abulcasis), dan Ibn Zuhr atau Avenzoar (w.
1161 M). Al-Hw karya al-Rz merupakan sebuah ensiklopedi mengenai seluruh
perkembangan ilmu kedokteran sampai masanya. Untuk setiap penyakit dia menyertakan
pandangan-pandangan dari para pengarang Yunani, Syiria, India, Persia, dan Arab, dan kemudian
menambah catatan hasil observasi klinisnya sendiri dan menyatakan pendapat finalnya. Buku
Canon of Medicine karya Ibnu Sn sudah diterjemahkan ke dalam bahasa Latin pada abad ke-12
M dan terus mendominasi pengajaran kedokteran di Eropa setidak-setidaknya sampai akhir abad
ke-16 M dan seterusnya. Tulisan Ab al-Qsim al-Zahrw tentang pembedahan (operasi) dan
alat-alatnya merupakan sumbangan yang berharga dalam bidang kedokteran. Dalam bidang
kimia ada Jbir ibn Hayyn (Geber) dan al-Brn (362-442 H/973-1050 M). Sebagian karya
Jbir ibn Hayyn memaparkan metode-metode pengolahan berbagai zat kimia maupun metode
pemurniannya. Sebagian besar kata untuk menunjukkan zat dan bejana-bejana kimia yang
belakangan menjadi bahasa orang-orang Eropa berasal dari karya-karyanya. Sementara itu, al-
Brn mengukur sendiri gaya berat khusus dari beberapa zat yang mencapai ketepatan tinggi.
Tetapi dari tahun ke tahun para ilmuwan muslim yang muncul semakin sedikit, salah satunya dari
Negara Indonesia adalah Prof. Dr. B. J. Habibie dalam bidang kedirgantaraan. Disamping dari
tahun ke tahun ilmuwan muslim yang muncul sedikit, menurut Prof. Dr. Abdus Salam dalam
bukunya Sains dan Dunia Islam yang diterjemahkan oleh Prof. Dr. Achmad Baiquni yang
mengatakan : Pada hemat saya, matinya kegiatan sains di persemakmuran Islam lebih banyak
disebabkan faktor-faktor internal. Ibnu Khaldun seorang tokoh sejarahwan sosial mengatakan :
Kita mendengar baru-baru ini, bahwa di tanah bangsa Franka dan di pesisir Timur Tengah
sedang ditumbuhkan ilmu-ilmu filsafat dengan giat. Atas perkataan Ibnu Khaldun di atas, Prof.
Abdus Salam mengatakan : Ibnu Khaldun tidak memperlihatkan sikap ingin tahu atau
menyesal, justru sikap acuh yang hampir mendekati permusuhan. Dari ungkapan Prof. Abdus
Salam tersebut, sejak saat itu telah muncul dikotomi antara ayat-ayat kitabiyyah dan ayat-ayat
khauniyyah dikalangan muslim. Jadi timbul persepsi bahwa Islam hanya berbicara tentang ilmu-
ilmu sesuai dengan Al-Quran, tetapi tanpa mempelajari dan mengembangkan ilmu-ilmu yang
ada di Al-Quran dengan melihat fenomena-fenomena alam semesta. Sehingga itu merupakan
salah satu faktor kemunduran ilmu pengetahuan di kalangan Islam. 2.6 Q.S Al-ALAQ : 1-5
Bacalah! Dengan nama Tuhanmu yang telah mencipta. (ayat 1). Dalam waktu pertama saja,
yaitu bacalah, telah terbuka kepentingan pertama di dalam perkembangan agama ini
selanjutnya. Nabi SAW disuruh membaca wahyu akan diturunkan kepada beliau itu di atas nama
Allah, Tuhan yang telah mencipta. Yaitu: Menciptakan manusia dari segumpal darah. (ayat 2).
Yaitu peringkat yang kedua sesudah nuthfah, yaitu segumpal air yang telah berpadu dari mani si
laki-laki dengan mani si perempuan, yang setelah 40 hari lamanya, air itu telah menjelma jadi
segumpal darah, dan dari segumpal darah itu kelak akan menjelma pula setelah melalui 40 hari,
menjadi segumpal daging (Mudhghah). Nabi bukanlah seorang yang pandai membaca. Beliau
adalah ummi, yang boleh diartikan buta huruf, tidak pandai menulis dan tidak pula pandai
membaca yang tertulis. Tetapi Jibril mendesaknya juga sampai tiga kali supaya dia membaca.
Meskipun dia tidak pandai menulis, namun ayat-ayat itu akan dibawa langsung oleh Jibril
kepadanya, diajarkan, sehingga dia dapat menghapalnya di luar kepala, dengan sebab itu akan
dapatlah dia membacanya. Tuhan Allah yang menciptakan semuanya. Rasul yang tak pandai
menulis dan membaca itu akan pandai kelak membaca ayat-ayat yang diturunkan kepadanya.
Sehingga bilamana wahyu-wahyu itu telah turun kelak, dia akan diberi nama Al-Quran. Dan Al-
Quran itu pun artinya ialah bacaan. Seakan-akan Tuhan berfirman: Bacalah, atas qudrat-Ku
dan iradat-Ku. Syaikh Muhammad Abduh di dalam Tafsir Juzu Ammanya menerangkan: Yaitu
Allah yang Maha Kuasa menjadikan manusia daripada air mani, menjelma jadi darah segumpal,
kemudian jadi manusia penuh, niscaya kuasa pula menimbulkan kesanggupan membaca pada
seseorang yang selama ini dikenal ummi, tak pandai membaca dan menulis. Maka jika kita
selidiki isi Hadis yang menerangkan bahwa tiga kali Nabi disuruh membaca, tiga kali pula beliau
menjawab secara jujur bahwa beliau tidak pandai membaca, tiga kali pula Jibril memeluknya
keras-keras, buat meyakinkan baginya bahwa sejak saat itu kesanggupan membaca itu sudah ada
padanya, apatah lagi dia adalah Al-Insan Al-Kamil, manusia sempurna. Banyak lagi yang akan
dibacanya di belakang hari. Yang penting harus diketahuinya ialah bahwa dasar segala yang akan
dibacanya itu kelak tidak lain ialah dengan nama Allah jua. Bacalah! Dan Tuhan engkau itu
adalah Maha Mulia. (ayat 3). Setelah di ayat yang pertama beliau disuruh membaca di atas
nama Allah yang menciptakan insan dari segumpal darah, diteruskan lagi menyuruhnya
membaca di atas nama Tuhan. Sedang nama Tuhan yang selalu akan diambil jadi sandaran hidup
itu ialah Allah Yang Maha Mulia, Maha Dermawan, Maha Kasih dan Sayang kepada Makhluk-
Nya. Dia yang mengajarkan dengan qalam. (ayat 4). Itulah keistimewaan Tuhan itu lagi. Itulah
kemuliaan-Nya yang tertinggi. Yaitu diajarkan-Nya kepada manusia berbagai ilmu, dibuka-Nya
berbagai rahasia, diserahkan-Nya berbagai kunci untuk pembuka perbendaharaan Allah, yaitu
dengan qalam. Dengan pena! Di samping lidah untuk membaca, Tuhan pun mentakdirkan pula
bahwa dengan pena ilmu pengetahuan dapat dicatat. Pena adalah beku dan kaku, tidak hidup,
namun yang dituliskan oleh pena itu adalah berbagai hal yang dapat difahamkan oleh manusia
Mengajari manusia apa-apa yang dia tidak tahu. (ayat 5). Lebih dahulu Allah Taala mengajar
manusia mempergunakan qalam. Sesudah dia pandai mempergunakan qalam itu banyaklah ilmu
pengetahuan diberikan oleh Allah kepadanya, sehingga dapat pula dicatatnya ilmu yang baru
didapatnya itu dengan qalam yang telah ada dalam tangannya: Ilmu pengetahuan adalah laksana
binatang buruan dan penulisan adalah tali pengikat buruan itu. Oleh sebab itu ikatlah buruanmu
dengan tali yang teguh. Maka di dalam susunan kelima ayat ini, sebagai ayat mula-mula turun
kita menampak dengan kata-kata singkat Tuhan telah menerangkan asal-usul kejadian seluruh
manusia yang semuanya sama, yaitu daripada segumpal darah, yang berasal dari segumpal mani.
Dan segumpal mani itu berasal dari saringan halus makanan manusia yang diambil dari bumi.
Yaitu dari hormon, kalori, vitamin dan berbagai zat yang lain, yang semua diambil dari bumi
yang semuanya ada dalam sayuran, buah-buahan makanan pokok dan daging. Kemudian itu
manusia bertambah besar dan dewasa. Yang terpenting alat untuk menghubungkan dirinya
dengan manusia sekitarnya ialah kesanggupan berkata-kata dengan lidah, sebagai sambungan
dari apa yang terasa di dalam hatinya. Kemudian bertambah juga kecerdasannya, maka diberikan
pulalah kepandaian menulis. Di dalam ayat yang mula turun ini telah jelas penilaian yang
tertinggi kepada kepandaian membaca dan menulis. Berkata Syaikh Muhammad Abduh dalam
tafsirnya: Tidak didapat kata-kata yang lebih mendalam dan alasan yang lebih sempurna
daripada ayat ini di dalam menyatakan kepentingan membaca dan menulis ilmu pengetahuan
dalam segala cabang dan bahagianya. Dengan itu mula dibuka segala wahyu yang akan turun di
belakang. Maka kalau kaum Muslimin tidak mendapat petunjuk ayat ini dan tidak mereka
perhatikan jalan-jalan buat maju, merobek segala selubung pembungkus yang menutup
penglihatan mereka selama ini terhadap ilmu pengetahuan, atau merampalkan pintu yang selama
ini terkunci sehingga mereka terkurung dalam bilik gelap, sebab dikunci erat-erat oleh pemuka-
pemuka mereka sampai mereka meraba-raba dalam kegelapan bodoh, dan kalau ayat pembukaan
wahyu ini tidak menggetarkan hati mereka, maka tidaklah mereka akan bangun lagi selama-
lamanya. Ar-Razi menguraikan dalam tafsirnya, bahwa pada dua ayat pertama disuruh membaca
di atas nama Tuhan yang telah mencipta, adalah mengandung qudrat, dan hikmat dan ilmu dan
rahmat. Semuanya adalah sifat Tuhan. Dan pada ayat yang seterusnya seketika Tuhan
menyatakan mencapai ilmu dengan qalam atau pena, adalah suatu isyarat bahwa ada juga di
antara hukum itu yang tertulis, yang tidak dapat difahamkan kalau tidak didengarkan dengan
seksama. Maka pada dua ayat pertama memperlihatkan rahasia Rububiyah, rahasia Ketuhanan.
Dan di tiga ayat sesudahnya mengandung rahasia Nubuwwat, Kenabian. Dan siapa Tuhan itu
tidaklah akan dikenal kalau bukan dengan perantaraan Nubuwwat, dan nubuwwat itu sendiri pun
tidaklah akan ada, kalau tidak dengan kehendak Tuhan. 2.7 Q.S YUNUS : 101 Ayat ke 101
(101) Artinya: Katakanlah: "Perhatikanlah

apa yaag ada di langit dan di bumi. Tidaklah bermanfaat tanda kekuasaan Allah dan rasul-rasul
yang memberi peringatan bagi orang-orang yang tidak beriman". (10: 101) Pada ayat-ayat
sebelumnya telah disebutkan bahwa dalil mengenai kekufuran dan keingkaran yaitu tidak
digunakannya akal dan ilmu dalam menyikapi ayat-ayat dan tanda-tanda kebenaran Allah.
Karena itu ayat ini justru menekankan pada penggunaan akal, berfikir serta memandang secara
jeli dan teliti, yang termasuk mukadimah untuk bisa beriman kepada Allah. Dari sisi lain,
berdasarkan ayat-ayat sebelumnya, iman haruslah memiliki syarat ikhtiyar dan sekali-kali bukan
terpaksa. Karena itu ayat-ayat tadi menekankan untuk berpikir, hingga seseorang melalui
pemahaman dan pengetahuannya yang dalam dapat menerima jalan untuk beriman, kemudian
memegang teguh dengan konsekuen. Sudah barang tentu dengan mengkaji sesuatu yang ada di
langit dan di bumi, manusia akan merasa takjub menyaksikan berbagai ciptaan Allah di alam
raya ini. Hal ini akan membuat manusia tunduk dan berserah diri di hadapan sang Pencipta Yang
Maha Esa. Sebagian orang meski telah menyaksikan semua tanda-tanda yang agung dan
gamblang ini, namun mereka masih saja tidak mau beriman. Bahkan sebagian masih menuruti
keraguan yang mereka bikin-bikin, sehingga mereka tetap terseret dalam keingkaran dan kufur.
Dari ayat tadi terdapat dua pelajaran yang dapat dipetik: 1. Menelaah dan merenungi ciptaan
Allah di alam raya ini merupakan cara yang paling wajar dan sederhana untuk bisa mengenal
Allah, Sang Pencipta. 2. Dengan menyaksikan ayat-ayat suci Allah, mendengar seruan kebenaran
tidaklah cukup, namun kehendak dan hasrat manusia untuk menerima kebenaran itu yang perlu.
2.8 Q.S Al-Baqarah : 164




Sesungguhnya dalam penciptaan langit dan bumi, silih

bergantinya malam dan siang, bahtera yang berlayar di laut membawa apa yang berguna bagi
manusia, dan apa yang Allah turunkan dari langit berupa air, lalu dengan air itu Dia hidupkan
bumi sesudah mati (kering)-nya dan Dia sebarkan di bumi itu segala jenis hewan, dan pengisaran
angin dan awan yang dikendalikan antara langit dan bumi; sungguh (terdapat) tanda-tanda
(keesaan dan kebesaran Allah) bagi kaum yang memikirkan. Dialah yang menciptakan langit
dan bumi untuk keperluan manusia, maka seharusnyalah manusia memperhatikan dan
merenungkan rahmat Allah Yang Maha Suci itu karena dengan memperhatikan isi semuanya
akan bertambah yakinlah dia pada keesaan dan kekuasaan-Nya, akan bertambah luas pulalah
ilmu pengetahuannya mengenai alam ciptaan-Nya dan dapat pula dimanfaatkannya ilmu
pengetahuan itu sebagaimana yang dikehendaki oleh Allah Yang Maha Mengetahui. Hendaklah
selalu diperhatikan dan diselidiki apa yang tersebut dalam ayat ini, yaitu: 1. Bumi yang didiami
manusia ini dan apa yang tersimpan di dalamnya berupa perbendaharaan dan kekayaan yang
tidak akan habis-habisnya baik di darat maupun di laut 2. Langit dengan planet dan bintang-
bintangnya yang semua berjalan dan bergerak menurut tata tertib dan aturan Ilahi. Tidak ada
yang menyimpang dari aturan-aturan itu, karena apabila terjadi penyimpangan akan terjadilah
tabrakan antara yang satu dengan yang lain dan akan binasalah alam ini seluruhnya. Hal ini tidak
akan terjadi kecuali bila penciptanya sendiri yaitu Allah Yang Maha Kuasa telah menghendaki
yang demikian itu. 3. Pertukaran malam dan siang dan perbedaan panjang dan pendeknya pada
beberapa negeri karena perbedaan letaknya, kesemuanya itu membawa faedah dan manfaat yang
amat besar bagi manusia. Walaupun sebab-sebabnya telah diketahui dengan perantaraan ilmu
falak tetapi penyelidikan manusia dalam hal ini harus dipergiat dan diperdalam lagi sehingga
dengan pengetahuan itu manusia dapat lebih maju lagi dalam memanfaatkan rahmat Tuhan itu. 4.
Bahtera yang berlayar di lautan untuk membawa manusia dari satu negeri ke negeri lain dan
untuk membawa barang-barang perniagaan untuk memajukan perekonomian. Bagi orang yang
belum mengalami berlayar di tengah-tengah samudera yang luas mungkin hal ini tidak akan
menarik perhatian, tetapi bagi pelaut-pelaut yang selalu mengarungi lautan yang mengalami
bagaimana hebatnya serangan ombak dan badai apalagi bila dalam keadaan gelap gulita di
malam hari hal ini pasti akan membawa kepada keinsafan bahwa memang segala sesuatu itu
dikendalikan dan berada di bawah inayat Allah Yang Maha Kuasa dan Maha Perkasa. 5. Allah
swt. menurunkan hujan dari langit sehingga dengan air hujan itu bumi yang telah mati atau
lekang dapat menjadi hidup dan subur, dan segala macam hewan dapat pula melangsungkan
hidupnya dengan adanya air tersebut. Dapat digambarkan, bagaimana jika hujan tiada turun dari
langit, semua daratan akan menjadi gurun sahara, semua makhluk yang hidup akan mati dan
musnah kekeringan. 6. Pengendalian dan pengisaran angin dari suatu tempat ke tempat yang lain
suatu tanda dan bukti bagi kekuasaan Allah dan kebesaran rahmat-Nya bagi manusia. Dahulu,
sebelum adanya kapal api kapal-kapal layarlah yang dipakai mengarungi lautan yang luas dan
bila tidak ada angin tentulah kapal itu akan tenang saja dan tidak dapat bergerak ke tempat yang
dituju. Di antara angin itu ada yang menghalau awan ke tempat-tempat yang dikehendaki Allah,
bahkan ada pula yang mengawinkan sari tumbuhan dan banyak lagi rahasia-rahasia yang
terpendam yang belum dapat diselidiki dan diketahui oleh manusia. 7. Demikian pula harus
dipikirkan dan diperhatikan kebesaran nikmat Allah kepada manusia dengan bertumpuk-
tumpuknya awan antara langit dan bumi. Ringkasnya semua rahmat yang diciptakan Allah
termasuk apa yang tersebut dalam ayat 164 ini patut dipikirkan dan direnungkan bahkan dibahas
dan diteliti, untuk meresapkan keimanan yang mendalam dalam kalbu, dan untuk memajukan
ilmu pengetahuan yang juga membawa kepada pengakuan akan keesaan dan kebesaran Allah.
2.9Keutamaan Orang Beriman dan Beramal Pengembangan ilmu pengetahuan teknologi dan seni
tidak lepas dari keimanan dan ketaqwaan. Karena setiap sesuatu yang baik dan bergantung pada
niat seseorang akan bernilai ibadah dimata ALLAH dan bermanfaat bagi manusia disekitar
lingkungannya. Makhluk yang paling mulia dan sempurna yaitu manusia, karena dibekali
seperangkat potensi yaitu akal dan pikiran. Akal berguna untuk berpikir terhadap hasil pemikiran
seperti ilmu pengetahuan, teknologi dan seni. Sesuatu yang paling mulia dari diri manusia yaitu
hatinya. ALLAH akan memberikan jaminan kemaslahatan bagi kehidupan dan lingkungan
seseorang atas ilmu yang dikembangkan berdasarkan keimanan dan ketaqwaan kepada ALLAH
SWT. ALLAH akan mengangkat derajat orang-orang yang berilmu sesuai dengan firman
ALLAH dalam QS (almujadalah : 11) Artinya: ALLAH akan meninggikan orang-orang yang
beriman diantara kamu dan orang-orang yang diberi ilmu pengetahuan beberapa derajat.
Tanggung Jawab Ilmuwan Terhadap Alam dan Lingkungan. Ilmuwan merupakan sosok manusia
yang diberikan kelebihan oleh Tuhan dalam menguasai sebuah ilmu pengetahuan. Dari
kelebihannya ini maka Tuhan mengangkat harkat dan martabat ilmuan tersebut di tengah-tengah
masyarakat. Al-Gazali mengatakan Barangsiapa berilmu, membimbing manusia dan
memanfaatkan ilmunya bagi orang lain, bagaikan matahari, selain menerangi dirinya, juga
menerangi orang lain. Dia bagaikan minyak kesturi yang harum dan menyebarkan keharumannya
kepada orang yang berpapasan dengannya. Orang yang berilmu dan tidak mengamalkannya
menurut Al-Gazali sebagai orang yang celaka. Ia mengatakan Seluruh manusia akan binasa,
kecuali orang orang berilmu . orang orang berilmupun akan celaka kecuali orang orang
yang mengamalkan ilmunya. Dan orang orang yang mengamalkan ilmunya pun akan binasa
kecuali orang orang yang ikhlas. Ada dua fungsi utama manusia di dunia yaitu sebagai
Abdun(hamba Allah) dan sebagai khalifah Allah di bumi. Esensi dari abdun adalah ketaatan,
ketundukan, dan kepatuhan kepada kebenaran dan keadilan Allah, sedangkan esensi khalifah
adalah tanggung jawab terhadap diri sendiri dan alam lingkungannya, baik lingkungan sosial
maupun lingkungan alam. Kerusakan alam dan lingkungan ini lenih banyak disebabkan karena
ulah manusia sendiri. Mereka banyak yang berkhianat terhadap perjanjiannya sendiri kepada
Allah. Mereka tidak menjaga amanat Allah sebagai khalifah yang bertugas untuk menjaga
kelestarian alam ini sebagaimana firman Allah dalam Q.S, al-Rum ayat 41 yang artinya :Telah
nampak kerusakan di darat dan di laut disebabkan karena perbuatan tangan manusia, supaya
Allah merasakan kepada mereka sebagian dari (akibat) perbuatan mereka, agar mereka segera
kembali ke jalan yang benar. BAB III PENUTUP 3.1 Kesimpulan Berdasarkan berbagai aspek
yang telah kami bahas, maka kami dapat menyimpulkan bahwa ilmu pengetahuan teknologi dan
seni pada zaman sekarang sangatlah kurang dari ajaran islam. Ada beberapa yang memang
melenceng dari ajaran islam, seperti penyalahgunaan teknologi tentang adanya bom atom
contohnya yang sekarang digunakan untuk saling mengancam antar negara. Menurut pandangan
islam itu sangat bertentangan dengan ajaran islam. Selain dalam bidang ilmu pengetahuan dan
teknologi dari segi seni juga semakin kesini semakin tidak menentu untuk masalah seni. Karena
seni pada zaman sekarang semakin jauh dari ajaran islam. Aurat terbuka dimana mana, bahkan
banyak yang melakukan itu adalah orang islam. Di dalam ajaran islam sudah banyak dibahas
tentang perkembangan ilmu pengetahuan teknologi dan seni yang dibahas di dalam Al-Quran.

Today Deal $50 Off : https://goo.gl/efW8Ef

Anda mungkin juga menyukai