Revisi Modul Praktikum Teknik Optik 2015 PDF
Revisi Modul Praktikum Teknik Optik 2015 PDF
1.2 Tujuan
Setelah melakukan praktikum ini, mahasiswa diharapkan :
Dapat melakukan karakterisasi spektrum dan menentukan lebar spektral sumber cahaya.
2. Monokromator 1 buah
3. Adaptor DC 1 buah
4. Optical power meter Thorlabs PM100D 1 buah
5. Laptop yang sudah terinstall program PMD100D Utility
Daftar Pustaka
[1] Lna, Pierre; Franois Lebrun, Franois Mignard (1998). Observational Astrophysics.
Springer-Verlag. ISBN 3-540-63482-7
[2] Conceptual physics, Paul Hewitt, 2002
[3] http://elektronika-dasar.web.id/teori-elektronika/karakteristik-dan-prinsip-kerja-lampu-tl-
fluorescent-lamp/
[4] http://chemtech.org/cn/cn212
[5] Evhy, Kumalasari. Laporan Spektral. 2013. Retrieved from
http://www.scribd.com/doc/169008326/LAPORAN-SPEKTRAL
MODUL 2
BENDING DAN PENGARUH SUHU PADA SERAT OPTIK
2.2 Tujuan
Setelah melakukan praktikum ini, mahasiswa diharapkan :
Mengetahui prinsip transmisi sinyal pada serat optik.
Mengetahui pengaruh perubahan lekukan (bending) terhadap nilai daya sinyal yang
ditransmisikan pada serat optik.
Mengetahui pengaruh suhu terhadap nilai daya sinyal yang ditransmisikan pada serat optic.
Struktur dasar dari sebuah serat optik yang terdiri dari 3 bagian :
a. Core (inti) : sebuah batang silinder terbuat dari bahan dielektrik (bahan silika (SiO2),
biasanya diberi doping dengan germanium oksida (GeO2) atau fosfor penta oksida (P2O5)
untuk menaikan indeks biasnya) yang tidak menghantarkan listrik, inti ini memiliki jari-jari,
besarnya sekitar 8 200 m dan indeks bias n1, besarnya sekitar 1,5.
b. Cladding (selimut) : merupakan bagian yang membungkus core sehingga pulsa-pulsa
cahaya yang akan keluar dari core terpantul ke dalam core kembali sehingga pulsa cahaya
tidak hilang di perjalanan. Cladding mempunyai diameter yang bervariasi antara 125 m
(untuk siglemode dan multimode step index) dan 250 m (untuk multimode graded index)
c. Coating (jaket) : terbuat dari bahan plastik yang elastis, berfungsi sebagai pelindung core dan
cladding dari gangguan luar.
Ada 3 jenis perambatan cahaya yang terjadi pada serat optik, yaitu:
Prinsip yang digunakan pada perambatan cahaya pada serat optik adalah hukum Snellius.
Snellius menyatakan bahwa perbandingan sinus antara sudut datang dan sudut bias sebanding
ratio kecepatan cahaya pada dua media tersebut atau berbanding terbalik dengan ratio indeks
bias dari kedua.
sin(1 ) v1 n2
(2.1)
sin( 2) v 2 n1
Dari hukum snellius didapatkan bahwa jika sebuah cahaya merambat pada dua medium
yang indeks bias medium asal lebih tinggi dari pada indeks bias medium tujuannya maka cahaya
akan dapat terpantul sempurna ( Total Internal Reflection). Dari prinsip cahaya dipandu pada
serat optik dengan memanfaatkan total internal reflection.
2.4 Total Internal Reflection (TIR)
Total internal reflection (TIR) merupakan prinsip pemanduan cahaya pada serat optik
seperti yang ditunjukkan pada Gambar 2.4[8]. Cahaya dapat ditransmisikan atau dipandu pada
serat optik disebabkan karena berkas cahaya datang dari medium yang mempunyai indeks bias
lebih besar ke medium yang mempunyai indeks bias lebih kecil. Jika sudut berkas cahaya datang
lebih kecil daripada sudut kritis, maka cahaya akan dibiaskan keluar dari serat optik.
Sedangkan jika sudut berkas cahaya datang lebih besar daripada sudut kritis, maka cahaya
akan dipantulkan lagi ke dalam serat optik. Sudut kritis adalah besar sudut datang yang
menghasilkan sudut bias sebesar 90. Jika dituliskan dalam persamaan matematis, persamaan
sudut kritis dapat diturunkan dari persamaan Snellius yang mempunyai sudut bias sebesar 90
menjadi persamaan (2.2).
(2.2)
c = sudut kritis
n1 = indeks bias medium yang lebih rapat (besar)
n2 = indeks bias medium cahaya yang lebih renggang (kecil)
TIR hanya terjadi pada berkas cahaya kedua dan ketiga. Berkas cahaya pertama tidak
terjadi TIR disebabkan karena sudut datangnya lebih kecil daripada sudut kritis. Oleh karena itu
berkas cahaya yang dimasukkan ke dalam core serat optik harus mempunyai sudut maksimal
yang dapat diterima agar menghasilkan sudut kritis yang minimal. Gambar 2.5 menjelaskan
berkas cahaya yang dimasukkan ke dalam core serat optik yang menghasilkan sudut kritis agar
terjadi pemanduan cahaya pada serat optik. Nilai o maksimal yang dapat diterima dapat dicari
menggunakan persamaan (2.3).
(2.3)
dimana n adalah indeks bias medium di luar serat optik, n1 adalah indeks bias core, n2 adalah
indeks bias cladding, o max adalah sudut penerimaan berkas cahaya maksimal agar terjadi total
internal reflection dan c adalah sudut kritis.
(2.4)
dimana adalah perbedaan indeks core-cladding yang dapat dicari menggunakan persamaan
(2.5).
(2.5)
dimana n1 adalah indeks bias core dan n2 adalah indeks bias cladding.
Dalam multi mode step index mempunyai kelebihan diantaranya mudah terminasi, kopling
efisien serta tidak mahal sedangkan kerugiannya adalah dispersi lebar dan mempunyai
bandwidth minimum.
c. Multimode Graded Index
Gambar 2.9 Serat optik Grade Index Singlemode[2]
Pada Graded-index multimode terdapat lapisan pada inti kacanya sehingga index sinar yang
merambat tidak menabrak lapisan cladding. Sinar yang masuk dalam inti tidak dipantulkan
sepanjang melewati inti tersebut. Cahaya merambat lurus membentuk envelope dengan
kombinasi interval biasa. Kecepatan perambatannya ditentukan oleh kerapatan index n1. Jenis
serat optik ini sangat ideal untuk menyalurkan informasi pada jarak menengah dengan
menggunakan sumber cahaya LED maupun LASER, di samping juga penyambungannya yang
relatif mudah.
(2.6)
Dimana:
L = Panjang serat optik (km)
Pin = Daya input optik (Watt)
Pout= Daya output optik (Watt)
= Redaman
Menurut rekomendasi ITU-T, kabel serat optik harus mempunyai koefisien redaman 0.5
dB/km untuk panjang gelombang 1310 nm dan 0.4 dB/km untuk panjang gelombang 1550 nm.
Tapi besarnya koefisien ini bukan merupakan nilai yang mutlak, karena harus
mempertimbangkan proses pabrikasi, desain komposisi serat, dan desain kabel. Untuk itu
terdapat range redaman yang masih diijinkan yaitu 0.3 - 0.4 dB/km untuk panjang gelombang
1310 nm dan 0.17 - 0.25 dB/km untuk panjang gelombang 1550 nm.
f. Serat optik dililitkan pada silinder seperti pada gambar 2.11 dan diukur daya
cahayanya menggunakan OPM (variasi jumlah lilitan sesuai arahan
asisten).
g. Dilakukan perbandingan data antara hasil keluaran cahaya laser terhadap
jumlah lilitan serat optik menggunakan grafik.
v=
Sinar istimewa 1: sinar yang sejajar sumbu utama lensa akan dibiaskan menuju titik fokus (f2)
lensa.
Sinar istimewa 2: sinar yang menuju pusat lensa akan diteruskan.
Sinar Istimewa 3: (kebalikan dari sinar istimewa 1) sinar yang melewati titik fokus lensa (f1)
akan dibiaskan sejajar sumbu utama.
Sinar-sinar istimewa untuk lensa cekung:
Sinar istimewa 1: sinar yang sejajar sumbu utama lensa akan dibiaskan seakan-akan dari titik
fokus (f1) lensa.
Sinar istimewa 2: sinar yang menuju pusat lensa akan diteruskan.
Sinar Istimewa 3: (kebalikan dari sinar istimewa 1) sinar yang menuju titik fokus lensa (f2) akan
dibiaskan sejajar sumbu utama.
OSLO (Optics Software for Layout Optimization) adalah software yang digunakan untuk
mendesain suatu divais optik. Umumnya layar permukaan OSLO terdiri dari dua surfaces yaitu
object surface di bagian kiri dan image surface di bagian kanan. Ada 4 parameter utama
dalam setiap surfaces yaitu jari-jari kelengkungan (ketebalan material), indeks refraksi (tipe
kaca), dan jari-jari apperture. Untuk lebih mudah dapat memanfaatkan graphic windows pada
setiap plot parameter sistem yang berbeda. Berikut masing-masing penjelasan dari toolbar
OSLO:
a. Command : kolom yang berfungsi untuk memasukkan nilai
b. Spreadsheet : lembar yang digunakan menampilkan data desain divais optik
c. Main Window : toolbar menu utama
d. Graphic Windows : jendela yang menampilkan visualisasi dari desain divais optik yang telah
dibuat
e. Status Bar : kolom yang menampilkan informasi operasi yang sedang dilakukan dan informasi
obyek yang sedang diaktifkan
f. Text Window : rekaman data berupa teks yang menampilkan desain divais optik
g. Slider-wheel Window : untuk menemukan bentuk optimal dari suatu desain divais optik
3.4 Eksperimen
3.4.1 Desain Divais Optik
Peralatan Eksperimen
Peralatan yang dibutuhkan untuk melakukan eksperimen desain divais optik, antara lain:
a. Laptop
b. Software OSLO
Langkah-Langkah Eksperimen
Pada praktikum desain optik adalah untuk mendesain beam expander (tipe keplerian, dengan dua
lensa cembung) yaitu:
Desain Divais Optik Menggunakan Software
a. Ditentukan perbesaran beam, dalam percobaan kali ini digunakan perbesaran 3x, dengan lensa
pertama memiliki panjang fokus 100 mm, sehingga lensa kedua panjang fokusnya 340 mm.
Bahan kaca yang digunakan adalah BK7.
b. Pilih File kemudian New Lens dari menu OSLO.
4.2 Tujuan
Setelah melakukan praktikum ini, mahasiswa diharapkan :
Dapat mengetahui prinsip dasar interferometer michelson
Mengetahui pengaruh perubahan jarak dengan jumlah pergeseran frinji
Jumlah pergeseran frinji (cycle) dinotasikan sebagai n. Simbol merupakan panjang gelombang
sumber cahaya pembentuk interferensi.
Daftar Pustaka
[1] R. A. Serway, J. J. Jewett. Wave Optics in Physics for Scientists and Engineers with
Modern Physics, 8th Ed. USA: Brooks/Cole 2010. pp 1097 1098
[2] Francon. M. 1968. Optical Interferometry. Academic Press Inc: London
[3] Hecht, E. 2002. Optics, 4th Edition. Pearson Education. San Francisco
[4] Falah, Masroatul. Analisis Pola Interferensi pada Interferometer untuk Menentukan Panjang
Gelombang Sumber Cahaya. Universitas Diponegoro