Anda di halaman 1dari 156

FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI PEMAKAIAN

ALAT KONTRASEPSI PADA ISTRI PUS DI KECAMATAN


RAMBAH SAMO KABUPATEN ROKAN HULU
TAHUN 2008

TESIS

Oleh

JUNITA TATARINI PURBA


067023009/AKK

SEKOLAH PASCASARJANA

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


MEDAN
2009

Junita Tatarini Purba : Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Pemakaian Alat Kontrasepsi Pada Istri Pus Di Kecamatan
Rambah Samo Kabupaten Rokan Hulu Tahun 2008, 2009
USU Repository 2008
2

FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI PEMAKAIAN


ALAT KONTRASEPSI PADA ISTRI PUS DI KECAMATAN
RAMBAH SAMO KABUPATEN ROKAN HULU
TAHUN 2008

TESIS

Diajukan Sebagai Salah Satu Syarat


untuk Memperoleh Gelar Magister Kesehatan (M.Kes)
dalam Program Studi Administrasi dan Kebijakan Kesehatan
Konsentrasi Administrasi Kesehatan Komunitas/Epidemiologi
pada Sekolah Pascasarjana Universitas Sumatera Utara

Oleh

JUNITA TATARINI PURBA


067023009/AKK

SEKOLAH PASCASARJANA
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
MEDAN
2009
3

Judul Tesis : FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI


PEMAKAIAN ALAT KONTRASEPSI PADA ISTRI
PUS DI KECAMATAN RAMBAH SAMO
KABUPATEN ROKAN HULU TAHUN 2008
Nama Mahasiswa : Junita Tatarini Purba
Nomor Pokok : 067023009
Program Studi : Administrasi dan Kebijakan Kesehatan
Konsentrasi : Administrasi Kesehatan Komunitas/Epidemiologi

Menyetujui
Komisi Pembimbing

(Dr. Ir. Erna Mutiara, M.Kes) (drh. Rasmaliah, M.Kes)


Ketua Anggota

Ketua Program Studi Direktur

(Dr.Drs.Surya Utama, MS) (Prof. Dr.Ir. T. Chairun Nisa B., M.Sc)

Tanggal lulus : 09 Juni 2009


4

Telah diuji pada


Tanggal : 09 Juni 2009

PANITIA PENGUJI TESIS

Ketua : Dr. Ir. Erna Mutiara, M.Kes

Anggota : 1. drh. Rasmaliah, M.Kes


2. Dr. Drs. Fikarwin Zuska, M.Si
3. Siti Khadijah, SKM, M.Kes
5

PERNYATAAN

FAKTORFAKTOR YANG MEMPENGARUHI PEMAKAIAN ALAT


KONTRASEPSI PADA ISTRI PUS DI KECAMATAN RAMBAH SAMO
KABUPATEN ROKAN HULU TAHUN 2008

TESIS

Dengan ini saya menyatakan bahwa tesis ini tidak terdapat karya yang pernah
diajukan untuk memperolah gelar kesarjanaan di suatu perguruan tinggi dan
sepanjang pengetahuan saya juga tidak terdapat karya atau pendapat yang pernah
ditulis atau diterbitkan oleh orang lain, kecuali yang secara tertulis diacu dalam
naskah ini disebutkan dalam daftar pustaka.

Medan, Juni 2009

Junita Tatarini Purba


6

ABSTRAK

Salah satu upaya yang dilakukan pemerintah untuk menurunkan tingkat


pertumbuhan penduduk adalah melalui program KB. Sejak otonomi daerah program
KB banyak mengalami kendala yang mengakibatkan turunnya tingkat pemakaian alat
kontrasepsi. Cakupan akseptor KB aktif di Kecamatan Rambah Samo Kabupaten
Rokan Hulu masih 42% dibandingkan dengan target nasional yaitu 75%.
Jenis penelitian adalah survei dengan tipe explanatory research yang
bertujuan untuk menganalisis pengaruh faktor predisposisi (umur, pendidikan, jumlah
anak, pengetahuan dan sikap), faktor pendukung (ketersediaan alat kontrasepsi dan
keterjangkauan pelayanan alat kontrasepsi) dan faktor pendorong (dukungan petugas
kesehatan dan pengambil keputusan) terhadap pemakaian alat kontrasepsi. Populasi
adalah seluruh istri PUS sebanyak 2.333 orang dengan besar sampel 100 orang yang
diambil secara proportional sampling. Data dianalisis dengan menggunakan uji
regresi logistik ganda pada taraf kepercayaan 95%.
Hasil penelitian menunjukkan bahwa faktor predisposisi yang berpengaruh
terhadap pemakaian alat kontrasepsi adalah jumlah anak (Sig=0,008), pengetahun
(Sig=0,014) dan sikap (Sig=0,041) sedangkan faktor pendukung dan pendorong yang
berpengaruh terhadap pemakaian alat kontrasepsi adalah variabel ketersediaan alat
kontrasepsi (Sig=0,001) dan dukungan petugas kesehatan (Sig=0,005). Variabel yang
dominan pengaruhnya adalah ketersediaan alat kontrasepsi (Koefisien B = 3,112).
Kepada Dinas Kesehatan dan Dinas Kependudukan dan Catatan Sipil
Kabupaten Rokan Hulu perlu melakukan kerjasama dan pendekatan kepada penentu
kebijakan lainnya dalam pengalokasian dana untuk pelayanan alat kontrasepsi gratis
kepada masyarakat khususnya kepada keluarga miskin. Dinas Kesehatan Kabupaten
Rokan Hulu perlu melakukan peningkatan kemampuan petugas kesehatan sehingga
mampu memberikan informasi tentang alat kontrasepsi dan dapat memahami serta
menyadari bahwa akseptor memiliki hak reproduksi sehat dan hak konsumen
pengguna alat kontrasepsi. Juga perlu melakukan penyuluhan kepada masyarakat agar
dapat memahami dan menerima norma keluarga kecil sehingga diharapkan mampu
membentuk keluarga bahagia dan sejahtera melalui pengaturan atau pembatasan
kelahiran anak.

Kata kunci : Perilaku, Pemakaian Alat Kontrasepsi

i
7

ABSTRACT

One of the efforts done by the government to reduce the rate of population
growth is through Family Planning Program (KB). Since the district autonomy had
been started, Family Planning Program has faced many constraints that resulted in
the decrease of the rate of contraception use. The coverage of current user in
Rambah Samo sub-district, district of Rokan Hulu reported is still 42% and this is
still lower if compared to the national target of 75%.
The purpose of this survey study with explanatory research type is to analyze
the influence of predisposing factors (age, education, number of child, knowledge,
and attitude), enabling factors (availability of contraception device and accessibility
of contraception device service) and reinforcing factors (support from health
providers and decision makers) on the use of contraception device. The population
for this study are 2.333 wives of fertile age couple and 100 of them were selected for
the samples of this study through proportional sampling technique. The data were
analyzed through multiple logistic regression test with the level of confidence of 95%.
The result of analysis shows that predisposing factors which have influence
on the use of contraception device are number of child (Sig=0.008), knowledge
(Sig=0.014), and attitute (Sig=0.041), while enabling and reinforcing factors are
variable of availability of contraception device (Sig=0.001) and support from health
providers (Sig=0.005). The most dominantly influencing variable is the use of
contraception device (Coefficient = 3.112).
It is suggested that the Health Office and the Civil Registration and
Population Affairs of Rokan Hulu District need to cooperate and approach the
stakeholder in allocating the budget for free contraceptive to the society of Rokan
Hulu District especially to the poor families. It needs to improve the capability of the
health providers that they are able to provide information about contraceptive and
can understand and realize that the acceptors have their right for health
reproduction and the right of consumer as the user of contraception device. It is
necessary to provide an extension to the society to enable them to understand and
accept the norm of family planning that, in the end, they can form a happy and
prosperous family by regulating and limiting childbirth.

Key words: Behavior, Use of Contraception Device

ii
8

KATA PENGANTAR

Puji dan syukur kehadirat Tuhan Yang Maha Esa, atas rahmat dan karunia-

Nya, penulisan tesis ini dapat diselesaikan dengan baik. Penyusunan tesis ini

dimaksudkan untuk memenuhi sebagian persyaratan menyelesaikan Pendidikan S2

pada Sekolah Pascasarjana USU, Medan.

Penulis menyadari begitu banyak dukungan, bimbingan, bantuan dan

kemudahan yang diberikan oleh berbagai pihak, sehingga tesis ini dapat diselesaikan.

Dengan penuh ketulusan hati, penulis menyampaikan ucapan terimakasih,

semoga sukses dan bahagia selalu dalam lindungan Tuhan Yang Maha Esa kepada

Ibu Dr.Ir. Erna Mutiara, M.Kes dan Ibu drh. Rasmaliah, M.Kes selaku pembimbing

yang memberi perhatian, dukungan dan pengarahan hingga tesis ini selesai.

Terimakasih tiada terkira juga kami sampaikan dengan tulus kepada Bapak

Dr. Drs. Fikarwin Zuska, M.Si dan Ibu Siti Khadijah, SKM, M.Kes, selaku tim

penguji yang telah memberi masukan sehingga dapat menyempurnakan tesis ini.

Penulis juga mengucapkan terima kasih yang tulus dan tak terhingga kepada:

1. Ibu Prof.Dr.Ir. T. Chairun Nisa B., M.Sc, selaku Direktur Sekolah Pascasarjana

Universitas Sumatera Utara.

2. Bapak Dr.Drs. Surya Utama, MS, selaku Ketua Program Studi Administrasi dan

Kebijakan Kesehatan Sekolah Pascasarjana Universitas Sumatera Utara.

3. Ibu Prof.Dr.Dra. Ida Yustina, M.Si, selaku Sekretaris Program Studi Administrasi

dan Kebijakan Kesehatan Sekolah Pascasarjana Universitas Sumatera Utara.

iii
9

4. Bapak dr. H. Mursal Amir, selaku Kepala Dinas Kesehatan Propinsi Riau dan

seluruh staf yang telah memberikan bantuan dana pendidikan.

5. Bapak dr. Wildan Asfan Hasibuan, M.Kes, selaku Kepala Dinas Kesehatan

Kabupaten Rokan Hulu yang memberi izin dan dukungan selama pendidikan.

6. Rekan-rekan dan sahabat di Program Studi Administrasi dan Kebijakan

Kesehatan Konsentrasi Administrasi Kesehatan Komunitas/Epidemiologi

angkatan tahun 2006.

7. Suami tercinta Danni Suparman Rumahorbo, ST buat semua doa, harapan, dan

pengorbanan juga dukungan dan motivasi yang tiada pernah berhenti, ananda

tersayang Davita Ephania dan Kezia Morasari, sumber inspirasi dan penghiburan,

yang telah banyak berkorban selama pendidikan.

8. Ayahanda S. Purba, ibunda M. Sitompul, ayahanda mertua B. Rumahorbo, ibunda

mertua T. Manik dan seluruh sanak saudara yang telah memberikan dukungan

dan bantuan selama penulis mengikuti pendidikan. Semoga TYME membalas

semua kebaikan yang telah diberikan dan melimpahkan berkat dan anugerahNya.

Akhirnya penulis berharap tesis ini bermanfaat bagi kesehatan masyarakat

Indonesia, khususnya Kabupaten Rokan Hulu.

Medan, Juni 2009

Penulis

iv
10

RIWAYAT HIDUP

Nama : Junita Tatarini Purba


Tempat/Tanggal Lahir : Sarulla, 12 Juni 1977
Agama : Protestan
Alamat : Dinas Kesehatan Kabupaten Rokan Hulu
Jl. Diponegoro Komp. Pemda Rokan Hulu
Pasirpengaraian-Propinsi Riau
Telp/HP : 081264734544

RIWAYAT PENDIDIKAN
Tahun 1983 1989 : SDN 176377 Aeknatolu
Tahun 1989 1992 : SMPN Simamora
Tahun 1992 1995 : SMA N 3 Balige
Tahun 1995 1999 : FKM USU Medan
Tahun 2006 2009 : Sekolah Pascasarjana Universitas Sumatera Utara
Program Studi Administrasi dan Kebijakan
Kesehatan Konsentrasi Administrasi Kesehatan
Komunitas/ Epidemiologi.

RIWAYAT PEKERJAAN
2000 Sekarang : Staf Dinas Kesehatan Kabupaten Rokan Hulu
Provinsi Riau

v
11

DAFTAR ISI

Halaman

ABSTRAK ..................................................................................................... i
ABSTRACT ...................................................................................................... ii
KATA PENGANTAR .................................................................................... iii
RIWAYAT HIDUP ........................................................................................ v
DAFTAR ISI.................................................................................................... vi
DAFTAR TABEL ........................................................................................... viii
DAFTAR GAMBAR ...................................................................................... x
DAFTAR LAMPIRAN ................................................................................... xi

BAB 1 PENDAHULUAN ........................................................................... 1

1.1. Latar Belakang ............................................................................... 1


1.2. Permasalahan ................................................................................. 8
1.3. Tujuan Penelitian .......................................................................... 8
1.4. Hipotesis ........................................................................................ 8
1.5. Manfaat Penelitian ........................................................................ 9

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA .................................................................. 10

2.1. Konsep Perilaku Kesehatan ........................................................... 10


2.2. Program Keluarga Berencana Nasional ......................................... 17
2.2.1. Pengertian Keluarga Berencana ........................................... 17
2.2.2. Perkembangan Keluarga Berencana di Indonesia................ 18
2.3. Kontrasepsi .................................................................................... 20
2.3.1. Pengertian Kontrasepsi ........................................................ 20
2.3.2. Jenis Metode Kontrasepsi .................................................... 20
2.3.3. Determinan Pemakaian Alat Kontrasepsi ............................ 22
2.4. Landasan Teori............................................................................... 35
2.5. Kerangka Konsep .......................................................................... 39

BAB 3 METODE PENELITIAN ................................................................. 40

3.1. Jenis Penelitian............................................................................... 40


3.2. Lokasi dan Waktu Penelitian ........................................................ 40
3.3. Populasi dan Sampel ..................................................................... 40
3.4. Metode Pengumpulan Data............................................................ 42
3.5. Variabel dan Definisi Operasional................................................. 44

vi
12

3.6. Metode Pengukuran ...................................................................... 46


3.7. Metode Analisis Data .................................................................... 50

BAB 4 HASIL PENELITIAN ...................................................................... 52

4.1. Deskripsi Lokasi Penelitian............................................................. 52


4.1.1. Keadaan Geografis............................................................... 52
4.1.2. Kependudukan ..................................................................... 52
4.1.3. Sarana dan Prasarana Kesehatan.......................................... 53
4.2. Analisis Univariat............................................................................ 54
4.2.1. Karakteristik Responden .................................................... 54
4.2.2. Pengetahuan ....................................................................... 56
4.2.3. Sikap .................................................................................. 59
4.2.4. Ketersediaan Alat Kontrasepsi........................................... 60
4.2.5. Keterjangkauan Pelayanan Alat Kontrasepsi..................... 61
4.2.6. Dukungan Petugas Kesehatan............................................ 62
4.2.7. Pengambil Keputusan Dalam Keluarga ............................. 64
4.2.8. Faktor Predisposisi............................................................. 65
4.2.9. Faktor Pendukung .............................................................. 66
4.2.10. Faktor Pendorong............................................................... 67
4.3. Analisis Bivariat .............................................................................. 68
4.3.1. Hubungan Faktor Predisposisi dengan Pemakaian
Alat Kontrasepsi................................................................... 68
4.3.2. Hubungan Faktor Pendukung dengan Pemakaian
Alat Kontrasepsi................................................................... 70
4.3.3. Hubungan Faktor Pendorong dengan Pemakaian
Alat Kontrasepsi................................................................... 72
4.4. Analisis Multivariat ....................................................................... 73

BAB 5. PEMBAHASAN ................................................................................ 76

5.1. Faktor Predisposisi .......................................................................... 76


5.2. Faktor Pendukung............................................................................ 84
5.3. Faktor Pendorong ............................................................................ 92
5.4. Faktor Paling Dominan terhadap Pemakaian Alat Kontrasepsi ..... 97

BAB 6. KESIMPULAN DAN SARAN ......................................................... 99


6.1. Kesimpulan ..................................................................................... 99
6.2. Saran ............................................................................................... 99

DAFTAR PUSTAKA ...................................................................................... 101

vii
13

DAFTAR TABEL

Nomor Judul Halaman

2.1. Konsep Pemilihan Alat Kontrasepsi yang Rasional............................. 27

3.1. Besar Sampel yang Diteliti di Wilayah Kecamatan Rambah


Samo Kabupaten Rokan Hulu Tahun 2008.......................................... 42

3.2. Hasil Uji Validitas dan Reliabilitas Kuesioner Penelitian Faktor-


faktor yang Mempengaruhi Pemakaian Alat Kontrasepsi pada
Istri PUS di Kecamatan Rambah Samo Tahun 2008 ........................... 43

4.1. Distribusi Jumlah Penduduk Menurut Kepala Keluarga dan Jenis


Kelamin di Kecamatan Rambah Samo Tahun 2008 ............................ 53

4.2. Distribusi Karakteristik Responden di Kecamatan Rambah Samo


Tahun 2008........................................................................................... 55

4.3. Distribusi Responden Menurut Indikator Pengetahuan di Kecamatan


Rambah Samo Tahun 2008 .................................................................. 58

4.4. Distribusi Responden Menurut Indikator Sikap di Kecamatan


Rambah Samo Tahun 2008 .................................................................. 60

4.5. Distribusi Responden Menurut Indikator Ketersediaan Alat


Kontrasepsi di Kecamatan Rambah Samo Tahun 2008 ....................... 60

4.6. Tempat Mendapatkan Alat Kontrasepsi di Kecamatan Rambah


Samo Tahun 2008 ................................................................................ 61

4.7. Tempat Mendapatkan Alat Kontrasepsi Bagi Responden yang Ikut


KB di Kecamatan Rambah Samo Tahun 2008 .................................... 61

4.8. Distribusi Responden Berdasarkan Indikator Keterjangkauan


Pelayanan Alat Kontrasepsi di Kecamatan Rambah Samo
Tahun 2008........................................................................................... 62

4.9. Jenis Alat Transportasi yang Digunakan Untuk Mencapai Puskesmas


di Kecamatan Rambah Samo Tahun 2008 ........................................... 62

viii
14

4.10. Distribusi Proporsi Responden Berdasarkan Indikator Dukungan


Petugas Kesehatan di Kecamatan Rambah Samo Tahun 2008 ............ 63

4.11. Alasan Tidak Puas Terhadap Pelayanan Petugas Kesehatan


di Kecamatan Rambah Samo Tahun 2008 ........................................... 64

4.12. Distribusi Proporsi Responden Menurut Pengambil Keputusan


Dalam Keluarga di Kecamatan Rambah Samo Tahun 2008................ 64

4.13. Distribusi Responden yang Ikut KB Menurut Pengambil Keputusan


dalam Keluarga di Kecamatan Rambah Samo Tahun 2008........................... 64

4.14. Distribusi Responden Menurut Faktor Predisposisi di Kecamatan


Rambah Samo Tahun 2008 .................................................................. 66

4.15. Distribusi Responden Menurut Faktor Pendukung di Kecamatan


Rambah Samo Tahun 2008 .................................................................. 67

4.16. Distribusi Responden Menurut Faktor Pendorong di Kecamatan


Rambah Samo Tahun 2008 .................................................................. 68

4.17. Hubungan Faktor Predisposisi dengan Pemakaian Alat Kontrasepsi


di Kecamatan Rambah Samo Tahun 2008 ........................................... 70

4.18. Hubungan Faktor Pendukung dengan Pemakaian Alat Kontrasepsi


di Kecamatan Rambah Samo Tahun 2008 ........................................... 72

4.19. Hubungan Faktor Pendorong dengan Pemakaian Alat Kontrasepsi


di Kecamatan Rambah Samo Tahun 2008 ........................................... 73

4.20. Hasil Akhir Analisis Regresi Logistik Ganda Faktor-faktor yang


Mempengaruhi Pemakaian Alat Kontrasepsi di Kecamatan Rambah
Samo Tahun 2008 ................................................................................ 74

ix
15

DAFTAR GAMBAR

Nomor Judul Halaman

2.1. Faktor-faktor yang Mempengaruhi Pemakaian Kontrasepsi................ 24

2.2. Faktor-faktor yang Mempengaruhi Kesertaan dalam Program KB ..... 30

2.3. Faktor-faktor yang Mempengaruhi Penggunaan Kontrasepsi.............. 31

2.4. Kerangka Teori Determinan Perilaku Individu, Kelompok


dan Komunitas ..................................................................................... 38

2.5. Kerangka Konsep Penelitian ............................................................... 39

x
16

DAFTAR LAMPIRAN

Nomor Judul Halaman

1. Kuesioner Penelitian Faktor-faktor yang Mempengaruhi Pemakaian


Alat Kontrasepsi Pada Istri PUS di Kecamatan Rambah Samo
Kabupaten Rokan Hulu Tahun 2008 ........................................................ 106

2. Uji Validitas dan Reliabilitas Data ........................................................... 112

3. Uji Normalitas Kolmogorov-Smirnov...................................................... 115

4. Analisis Univariat (Distribusi Frekuensi)................................................. 117

5. Analisis Bivariat ....................................................................................... 127

6. Analisis Multivariat (Uji Regresi Logistik Ganda) .................................. 135

7. Surat Izin Penelitian ................................................................................. 140

8. Surat Keterangan Telah Melaksanakan Penelitian ................................... 141

xi
17

BAB 1
PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang

Pembangunan kesehatan adalah bagian dari pembangunan nasional yang

bertujuan meningkatkan kesadaran, kemauan, dan kemampuan hidup sehat bagi

setiap orang agar terwujud derajat kesehatan masyarakat yang setinggi-tingginya.

Pembangunan kesehatan tersebut merupakan upaya seluruh potensi bangsa Indonesia,

baik masyarakat, swasta maupun pemerintah (Depkes RI, 2004).

Pembangunan bidang kesehatan ini menjadi tujuan pemerintah untuk menuju

tercapainya Tujuan Nasional Bangsa Indonesia sebagaimana tercantum dalam

Pembukaan UUD 1945 yaitu melindungi segenap Bangsa Indonesia dan seluruh

tumpah darah Indonesia dan untuk memajukan kesejahteraan umum, mencerdaskan

kehidupan bangsa dan ikut melaksanakan ketertiban dunia yang berdasarkan

kemerdekaan, perdamaian abadi dan keadilan sosial.

Negara yang kuat didukung oleh masyarakat yang sehat dan sejahtera, dan

kesejahteraan akan sulit dicapai tanpa kesehatan rakyat serta tingkat pemerataan

penduduk. Indonesia sebagai salah satu negara berkembang tidak luput dari masalah

kependudukan. Secara garis besar masalah pokok di bidang kependudukan yang

dihadapi Indonesia adalah jumlah penduduk yang besar dengan laju pertumbuhan

penduduk yang relatif masih tinggi, penyebaran penduduk yang tidak merata, struktur
18

umur muda, dan kualitas penduduk yang masih harus ditingkatkan (Wiknjosastro,

1999).

Selama kurun waktu 2000-2005 jumlah penduduk Indonesia cenderung

berfluktuasi, tahun 2000 sebanyak 205,1 juta jiwa, tahun 2005 meningkat menjadi

218,9 juta jiwa dan tahun 2006 meningkat lagi menjadi 222,2 juta jiwa dengan

kepadatan penduduk 117,6 jiwa per km2 (BPS, 2007). Penyebaran penduduk sampai

tahun 2005 tidak merata baik antar pulau maupun antar propinsi, dan data

menunjukkan 58,7% penduduk berada di Pulau Jawa (Depkes RI, 2007).

Salah satu upaya untuk menurunkan tingkat pertumbuhan penduduk adalah

melalui upaya pengendalian fertilitas yang instrumen utamanya adalah Program

Keluarga Berencana (KB) (Hatmadji, 2004). Sejak pertama kali dicanangkan tahun

1970, program KB telah menunjukkan hasil dengan terjadinya penurunan Laju

Pertumbuhan Penduduk (LPP) dan Total Fertility Rate (TFR), sedangkan tingkat

pemakaian kontrasepsi atau Contraceptive Prevalence Rate (CPR) mengalami

peningkatan.

Pada periode tahun 1980-1990 LPP adalah 1,97%, tahun 1990-2000 turun

menjadi 1,45% dan tahun 2000-2006 turun lagi menjadi 1,34% (BPS, 2007a). TFR

tahun 1971 adalah 5,6 per wanita pasangan usia subur (PUS), tahun 1980-1990 turun

menjadi 2,34 dan pada tahun 2000-2005 turun lagi menjadi 2,28 (BPS, 2007b).

Angka ini menunjukkan penurunan TFR dari waktu ke waktu tetapi belum mencapai

target nasional yaitu 2,1 (BKKBN, 2005). Hasil Survei Demografi dan Kesehatan
19

Indonesia (SDKI) menunjukkan peningkatan CPR dari 54,7% (tahun 1994) menjadi

57,4% (tahun 1997) dan 60,3% (tahun 2002-2003) (BPS, 2005).

Peran pihak swasta dalam melayani kebutuhan masyarakat dalam ber-KB

khususnya dalam pendistribusian alat kontrasepsi modern mengalami peningkatan

dari 42% (tahun 1997) menjadi 63% (tahun 2003), sedangkan peran pemerintah

menurun dari 43% (tahun 1997) menjadi 28% (tahun 2003). Tempat pelayanan untuk

akseptor KB baru di klinik KB pemerintah pada tahun 2005 sebanyak 59,66%

sedangkan swasta sebanyak 5,47% (Depkes RI, 2007).

Kurangnya peran pemerintah dalam menggalakkan program KB

mengakibatkan tingginya pertambahan penduduk yang akan menyebabkan

meningkatnya kebutuhan pelayanan kesehatan, pendidikan, lapangan pekerjaan, dan

pelayanan lainnya. Ketidakmampuan menciptakan lapangan pekerjaan yang cukup,

berdampak pada naiknya angka pengangguran dan kemiskinan (Herlianto, 2008).

Berdasarkan laporan BPS tahun 2007 jumlah penduduk miskin sebesar

16,58% dari total penduduk Indonesia atau sekitar 37,17 juta jiwa (BKKBN, 2009).

Hal ini mengakibatkan rendahnya Indeks Pembangunan Manusia (IPM). Menurut

United Nations Development Program/UNDP (2008), IPM Indonesia masih sangat

rendah yaitu 0,728 menduduki peringkat 107 dari 177 negara. Dari uraian tersebut

dapat disimpulkan bahwa Indonesia belum mampu untuk memanfaatkan jumlah

populasinya yang besar menjadi kekuatan ekonomi dan harus segera mengatur laju

pertumbuhan penduduknya (Herlianto, 2008).


20

Sejak tahun 1997 program KB tidak lagi popular dan mengalami stagnasi, hal

ini terlihat dari jumlah peserta KB aktif yang belum mencapai target yang ditetapkan

oleh BKKBN yaitu 75%. Menurut SDKI 1997 angka kesertaan KB sebanyak 57,4%

dan SDKI 2002-2003 sebanyak 60,3% (BKKBN, 2005). Berdasarkan hasil Survei

Sosial Ekonomi Nasional (Susenas) tahun 2003 persentase KB aktif terhadap PUS

adalah 54,5% meningkat menjadi 57,9% pada tahun 2006 (Kasmiyati, 2008).

Beberapa faktor yang menyebabkan rendahnya cakupan program KB tersebut

di antaranya adalah pengadaan alat kontrasepsi yang masih kurang, jumlah petugas

KB lapangan (PLKB) yang minim, serta kebijakan pemerintah di tiap daerah tidak

sama (BKKBN, 2004).

Memasuki era desentralisasi/otonomi daerah, setiap pemerintah daerah tingkat

II (kabupaten/kota) memiliki otoritas penuh untuk memilih dan memilah program

yang paling penting bagi daerahnya. Hampir 70% kantor BKKBN di daerah menjadi

satu dengan dinas-dinas pemerintah lainnya, hanya sedikit lembaga BKKBN yang

berdiri sendiri. Umumnya urusan KB digabungkan dengan bidang kesejahteraan

sosial atau catatan sipil dan kependudukan. Selain itu, daerah menunjukkan

komitmen yang rendah untuk menjamin kelembagaan KB dalam peraturan daerah

(BKKBN, 2004).

Krisis ekonomi yang melanda Indonesia juga diperkirakan ikut menjadi salah

satu penyebab, karena berpengaruh terhadap daya beli masyarakat termasuk

kontrasepsi. Sementara itu belum semua rakyat miskin mendapatkan akses pelayanan
21

KB khususnya alat kontrasepsi gratis, hal ini mengakibatkan minimnya CPR di

kalangan PUS (Herlianto, 2008). Fakta lainnya adalah bahwa hingga saat ini

ketersediaan alat kontrasepsi, khususnya dengan harga terjangkau bagi PUS keluarga

miskin baik di perkotaan maupun di daerah pedesaan, masih sulit direalisasikan

(Beni, 2003).

Kabupaten Rokan Hulu sebagai kabupaten yang dimekarkan dari Kabupaten

Kampar pada tahun 1998 juga mengalami hal yang sama. Keadaan demografi pada

tahun 2007 terdiri dari 79.158 Kepala Keluarga dengan jumlah penduduk 328.306

jiwa, 71.503 jiwa diantaranya adalah masyarakat miskin dengan mata pencaharian

sebagian besar penduduk pada sektor pertanian, perkebunan dan perdagangan.

Kabupaten yang terdiri dari 14 kecamatan ini menghadapi berbagai

permasalahan yang harus segera diatasi sebagai kabupaten baru. Salah satunya adalah

permasalahan bidang KB dan kependudukan yang masih banyak mengalami kendala

sehingga mengakibatkan pencapaian akseptor KB aktif tiap tahunnya masih di bawah

target nasional. Sedangkan Kecamatan Rambah Samo sebagai salah satu kecamatan

di Kabupaten Rokan Hulu merupakan daerah baru yang dibuka pada tahun 1979/1980

khusus untuk tujuan transmigrasi.

Jumlah PUS di Kecamatan Rambah Samo pada tahun 2004 sebanyak 1.594

orang dengan akseptor KB aktif 926 (58,09%), dengan pemakaian kontrasepsi IUD

6,26%, Pil 48,92%, Suntik 37,26%, Implant 6,26%, Kondom 0,43%, dan lain-lain

0,86%. Sedangkan tahun 2007 jumlah PUS sebanyak 2.333 orang dengan akseptor
22

KB aktif 982 (42,09%) dengan pemakaian kontrasepsi IUD 8,04%, Pil 35,44%,

Suntik 46,44%, Implant 7,94%, Kondom 1,12% dan lain-lain 1,02%. Pencapaian

akseptor KB aktif masih rendah dibandingkan dengan target nasional yaitu 75%

(Dinas Kesehatan Kab. Rokan Hulu, 2008).

Berdasarkan pengamatan di lapangan, diduga beberapa aspek yang menjadi

faktor penyebab masih rendahnya pemakaian alat kontrasepsi adalah kurangnya

informasi tentang alat kontrasepsi, kurangnya dukungan dari petugas kesehatan, biaya

untuk membeli dan memasang kontrasepsi yang tidak terjangkau, serta alat

kontrasepsi yang kurang tersedia di sarana kesehatan.

Informasi yang diperoleh dari Kepala Bidang Kependudukan dan KB Dinas

Kependudukan dan Catatan Sipil Kabupaten Rokan Hulu tahun 2007, diketahui

bahwa pengadaan alat kontrasepsi untuk masyarakat belum mencukupi dan tidak

terdistribusi secara merata. Hal ini disebabkan karena dana yang tersedia untuk

pengadaan alat kontrasepsi terbatas, sehingga hanya beberapa jenis alat kontrasepsi

saja yang tersedia dan jumlahnya belum mencukupi.

Menurut Green dan Kreuter (2005), determinan perilaku atau tindakan

seseorang dipengaruhi oleh 3 faktor, yakni faktor predisposisi (pengetahuan,

keyakinan, sikap, kepercayaan, budaya, nilai-nilai, dan sebagainya); faktor

pendukung (tersedia atau tidak tersedianya fasilitas); faktor yang memperkuat atau

mendorong (sikap, perilaku, pengetahuan, keahlian dan dukungan petugas) dalam

melayani kesehatan di masyarakat.


23

Manuaba (1998) mengatakan bahwa faktor-fakor yang mempengaruhi alasan

pemilihan metode kontrasepsi diantaranya tingkat ekonomi, pekerjaan dan

tersedianya layanan kesehatan yang terjangkau. Hasil penelitian Meutia (1997)

menunjukkan bahwa ada pengaruh karakteristik (pekerjaan, pengambil keputusan

dalam keluarga) dan pengetahuan akseptor KB terhadap utilitas alat kontrasepsi

implant.

Hasil penelitian Sakhnan (2001) melaporkan faktor usia, jumlah anak, nilai

anak bagi keluarga, pengetahuan, jarak lokasi ke pelayanan KB, perilaku petugas

merupakan faktor-faktor yang berhubungan dengan keikutsertaan ibu PUS dalam

program KB. Syamsiah (2002) mengatakan bahwa faktor sosial budaya adalah semua

faktor yang ada di masyarakat yang mempengaruhi penerimaan suatu jenis alat

kontrasepsi antara lain: sosio-ekonomi, demografi, psiko-sosial, agama, dan

pengetahuan.

Masih rendahnya partisipasi pria ber-KB antara lain disebabkan kondisi

lingkungan sosial budaya masyarakat yang masih kurang mendukung, pengetahuan

dan kesadaran pria dan keluarganya masih rendah, serta keterbatasan penerimaan dan

aksesibilitas terhadap pelayanan KB dan kesehatan reproduksi (BKKBN, 2005).

Berdasarkan latar belakang di atas maka perlu dilakukan penelitian untuk

mengetahui pengaruh faktor predisposisi (umur, pendidikan, jumlah anak,

pengetahuan, sikap), faktor pendukung (ketersediaan alat kontrasepsi, keterjangkauan

pelayanan alat kontrasepsi) dan faktor pendorong (dukungan petugas kesehatan,


24

pengambil keputusan) terhadap pemakaian alat kontrasepsi pada istri PUS di

Kecamatan Rambah Samo Kabupaten Rokan Hulu.

1.2. Permasalahan

Rumusan masalah dalam penelitian ini adalah apakah faktor predisposisi

(umur, pendidikan, jumlah anak, pengetahuan, sikap), faktor pendukung

(ketersediaan alat kontrasepsi, keterjangkauan pelayanan alat kontrasepsi) dan faktor

pendorong (dukungan petugas kesehatan, pengambil keputusan) berpengaruh

terhadap pemakaian alat kontrasepsi pada istri PUS di Kecamatan Rambah Samo

Kabupaten Rokan Hulu Tahun 2008.

1.3. Tujuan Penelitian

Untuk menganalisis pengaruh faktor predisposisi (umur, pendidikan, jumlah

anak, pengetahuan, sikap), faktor pendukung (ketersediaan alat kontrasepsi,

keterjangkauan pelayanan alat kontrasepsi) dan faktor pendorong (dukungan petugas

kesehatan, pengambil keputusan) terhadap pemakaian alat kontrasepsi pada istri PUS

di Kecamatan Rambah Samo Kabupaten Rokan Hulu.

1.4. Hipotesis

Faktor predisposisi (umur, pendidikan, jumlah anak, pengetahuan, sikap),

faktor pendukung (ketersediaan alat kontrasepsi, keterjangkauan pelayanan alat

kontrasepsi) dan faktor pendorong (dukungan petugas kesehatan, pengambil


25

keputusan) berpengaruh terhadap pemakaian alat kontrasepsi pada istri PUS di

Kecamatan Rambah Samo Kabupaten Rokan Hulu.

1.5. Manfaat Penelitian

1. Bagi Pemerintah Kabupaten Rokan Hulu

Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberi masukan dan informasi bagi

penyusunan kebijakan terkait dengan KB dan penggunaan alat kontrasepsi dan

kebijakan menyangkut pelayanan publik dalam bidang kesehatan masyarakat.

2. Manfaat Akademis

Untuk menambah wawasan bagi peneliti lain guna pengembangan ilmu

pengetahuan kesehatan masyarakat khususnya di bidang administrasi kesehatan

komunitas.
26

BAB 2
TINJAUAN PUSTAKA

2.1. Konsep Perilaku Kesehatan

Menurut Green dan Kreuter (2005), kesehatan seseorang atau masyarakat

dipengaruhi oleh 2 faktor pokok, yakni perilaku (behavior causes) dan faktor di luar

perilaku (non behavior causes). Perilaku itu sendiri ditentukan atau terbentuk dari 3

faktor, yakni faktor predisposisi (predisposing factor), faktor-faktor yang mendukung

(enabling factor), dan faktor-faktor yang memperkuat atau mendorong (reinforcing

factor).

a) Faktor-faktor predisposisi (predisposing factor)

Faktor-faktor ini mencakup: pengetahuan dan sikap masyarakat terhadap

kesehatan, tradisi dan kepercayaan masyarakat terhadap hal-hal yang berkaitan

dengan kesehatan, sistem nilai yang dianut masyarakat, tingkat pendidikan,

tingkat sosial ekonomi, dan sebagainya. Faktor-faktor ini terutama yang positif

mempermudah terwujudnya perilaku, maka sering disebut faktor pemudah.

b) Faktor-faktor pemungkin (enabling factors)

Faktor-faktor ini mencakup ketersediaan sarana dan prasarana atau fasilitas

kesehatan bagi masyarakat, misalnya: air bersih, tempat pembuangan sampah,

tempat pembuangan tinja, ketersediaan makanan yang bergizi, dan sebagainya.

Termasuk juga fasilitas pelayanan kesehatan seperti puskesmas, rumah sakit,

poliklinik, posyandu, polindes, pos obat desa, dokter atau bidan praktek swasta,

10
27

dan sebagainya. Untuk berperilaku sehat, masyarakat memerlukan sarana dan

prasarana pendukung. Fasilitas ini pada hakekatnya mendukung atau

memungkinkan terwujudnya perilaku kesehatan, maka faktor-faktor ini disebut

faktor pendukung, atau faktor pemungkin.

c) Faktor-faktor pendorong (reinforcing factors)

Faktor-faktor ini meliputi faktor sikap dan perilaku tokoh masyarakat (toma),

tokoh agama (toga), sikap dan perilaku petugas termasuk petugas kesehatan.

Termasuk juga disini undang-undang, peraturan-peraturan baik dari pusat

maupun pemerintah daerah yang terkait dengan kesehatan. Untuk berperilaku

sehat, masyarakat kadang-kadang bukan hanya perlu pengetahuan dan sikap

positif, dan dukungan fasilitas saja, melainkan diperlukan perilaku contoh

(acuan) dari para tokoh masyarakat, tokoh agama, para petugas, lebih-lebih para

petugas kesehatan. Di samping itu undang-undang juga diperlukan untuk

memperkuat perilaku masyarakat tersebut.

Dalam perkembangannya, teori Green ini dimodifikasi untuk pengukuran

hasil pendidikan kesehatan, yakni:

1. Pengetahuan (knowledge)

Pengetahuan merupakan hasil dari tahu, dan ini terjadi setelah orang

melakukan penginderaan terhadap suatu objek tertentu. Penginderaan terjadi melalui

pancaindera manusia, yakni indera penglihatan, pendengaran, penciuman, rasa dan

raba. Sebagian besar pengetahuan manusia diperoleh melalui mata dan telinga.
28

Pengetahuan atau kognitif merupakan domain yang sangat penting dalam membentuk

tindakan seseorang (overt behavior), sebab dari pengalaman dan hasil penelitian

ternyata perilaku yang didasari oleh pengetahuan akan lebih langgeng (long lasting)

daripada perilaku yang tidak didasari oleh pengetahuan (Gerungan, 1986). Contohnya

adalah mendapatkan informasi tentang KB, pengertian KB, manfaat KB dan dimana

memperoleh pelayanan KB.

Selanjutnya Notoatmodjo (2007) mengatakan bahwa pengetahuan yang

tercakup dalam domain kognitif mempunyai 6 tingkatan:

a) Tahu (know)

Tahu diartikan sebagai mengingat suatu materi yang telah dipelajari sebelumnya.

Termasuk kedalam pengetahuan ini adalah mengingat kembali (recall) sesuatu

yang spesifik dari seluruh bahan yang dipelajari atau rangsangan yang telah

diterima. Oleh sebab itu tahu ini merupakan tingkat pengetahuan yang paling

rendah. Kata kerja untuk mengukur bahwa orang tahu tentang apa yang dipelajari

antara lain menyebutkan, menguraikan, mendefenisikan, menyatakan dan

sebagainya.

b) Memahami (Comprehension)

Memahami diartikan sebagai suatu kemampuan untuk menjelaskan secara benar

tentang objek yang diketahui, dan dapat menginterpretasikan materi tersebut

secara benar. Orang yang telah paham terhadap objek atau materi harus dapat
29

menjelaskan, menyebutkan contoh, menyimpulkan, meramalkan dan sebagainya

terhadap objek yang dipelajari.

c) Aplikasi (Aplication)

Aplikasi diartikan sebagai kemampuan untuk menggunakan materi yang telah

dipelajari pada situasi atau kondisi real (sebenarnya). Aplikasi disini dapat

diartikan sebagai aplikasi atau penggunaan hukum-hukum, rumus, metode,

prinsip, dan sebagainya dalam konteks atau situasi yang lain.

d) Analisis (Analysis)

Analisis adalah suatu kemampuan untuk menjabarkan materi atau suatu objek ke

dalam komponen-komponen, tetapi masih di dalam satu struktur organisasi, dan

masih ada kaitannya satu sama lain. Kemampuan analisis ini dapat dilihat dari

penggunaan kata kerja, seperti dapat menggambarkan (membuat bagan),

membedakan, memisahkan, mengelompokkan, dan sebagainya.

e) Sintesis (Synthesis)

Sintesis menunjuk kepada suatu kemampuan untuk meletakkan atau

menghubungkan bagian-bagian di dalam suatu bentuk keseluruhan yang baru.

Dengan kata lain sintesis adalah suatu kemampuan untuk menyusun formulasi

baru dari formulasi-formulasi yang ada. Misalnya, dapat menyusun, dapat

merencanakan, dapat meringkaskan, dapat menyesuaikan, dan sebagainya

terhadap suatu teori atau rumusan-rumusan yang telah ada.


30

f) Evaluasi (Evaluation)

Evaluasi ini berkaitan dengan kemampuan untuk melakukan justifikasi atau

penilaian terhadap suatu materi atau objek. Penilaian-penilaian itu didasarkan

pada suatu kriteria yang ditentukan sendiri, atau menggunakan kriteria-kriteria

yang ada.

2. Sikap (Attitude)

Sikap merupakan reaksi atau respons yang masih tertutup dari seseorang

terhadap stimulus atau objek. Manifestasi sikap itu tidak dapat langsung dilihat, tetapi

hanya dapat ditafsirkan terlebih dahulu dari perilaku yang tertutup. Sikap secara nyata

menunjukkan konotasi adanya kesesuaian reaksi terhadap stimulus tertentu yang

dalam kehidupan sehari-hari merupakan reaksi yang bersifat emosional terhadap

stimulus sosial.

Notoatmodjo (2003) yang mengutip pendapat Newcomb, menyatakan bahwa

sikap itu merupakan kesiapan atau kesediaan untuk bertindak, dan bukan merupakan

pelaksanaan motif tertentu. Sikap belum merupakan suatu tindakan atau aktifitas,

akan tetapi merupakan predisposisi tindakan suatu perilaku. Sikap itu masih

merupakan reaksi tertutup, bukan merupakan reaksi terbuka atau tingkah laku yang

terbuka.

Sikap merupakan kesiapan untuk bereaksi terhadap objek di lingkungan

tertentu sebagai suatu penghayatan terhadap objek. Contohnya adalah seperti sikap

setuju atau tidaknya terhadap informasi KB, pengertian dan manfaat KB, serta
31

kesediaannya mendatangi tempat pelayanan KB, fasilitas dan sarananya, juga

kesediaan mereka memenuhi kebutuhan sendiri.

Seperti halnya dengan pengetahuan, sikap ini terdiri dari berbagai tingkatan

yaitu: (Notoatmodjo, 2003)

a) Menerima (Receiving)

Menerima diartikan bahwa orang (subjek) mau dan memperhatikan stimulus

yang diberikan (objek). Misalnya sikap orang terhadap KB dapat dilihat dari

kesediaan dan perhatian orang itu terhadap ceramah-ceramah tentang KB.

b) Merespon (Responding)

Memberikan jawaban apabila ditanya, mengerjakan, dan menyelesaikan tugas

yang diberikan adalah suatu indikasi dari sikap. Karena dengan suatu usaha

untuk menjawab pertanyaan atau mengerjakan tugas yang diberikan, terlepas dari

pekerjaan itu benar atau salah, adalah berarti bahwa orang menerima ide tersebut.

c) Menghargai (Valuing)

Mengajak orang lain untuk mengerjakan atau mendiskusikan suatu masalah

adalah suatu indikasi sikap tingkat tiga. Misalnya: seorang ibu yang mengajak

ibu yang lain (tetangganya, saudaranya dan sebagainya) untuk pergi ke sarana

kesehatan untuk mendapatkan pelayanan KB adalah suatu bukti bahwa ibu

tersebut telah mempunyai sikap positif.


32

d) Bertanggung jawab (Responsible)

Bertanggung jawab atas segala sesuatu yang telah dipilihnya dengan segala risiko

merupakan sikap yang paling tinggi. Misalnya, seorang ibu mau memakai alat

kontrasepsi, meskipun mendapat tantangan dari suami atau mertuanya.

3. Praktek atau tindakan (Practice)

Menurut Sarwono (2007), sikap dapat dirumuskan sebagai kecenderungan

untuk berespon secara positif maupun negatif terhadap orang, objek ataupun situasi

tertentu. Sikap mengandung suatu penilaian emosional (senang, benci, sedih, dan

lain-lain) dan memiliki tingkat kedalaman yang berbeda-beda.

Suatu sikap belum otomatis terwujud dalam suatu tindakan (overt behavior),

untuk mewujudkan sikap menjadi suatu perbuatan nyata diperlukan faktor pendukung

atau kondisi yang memungkinkan, antara lain adalah fasilitas. Sikap ibu yang positif

terhadap alat kontrasepsi harus mendapat konfirmasi dari suaminya, dan ada fasilitas

yang mudah dicapai agar ibu tersebut dapat memakai alat kontrasepsi. Selain fasilitas,

juga diperlukan faktor dukungan (support) dari pihak lain, misalnya dari suami atau

istri, orangtua atau mertua, dan lain-lain. Beberapa tingkatan praktek adalah:

a) Persepsi (Perception)

Mengenal dan memilih berbagai objek sehubungan dengan tindakan yang akan

diambil adalah merupakan praktek tingkat pertama.


33

b) Respons terpimpin (Guided response)

Dapat melakukan sesuatu sesuai dengan urutan yang benar dan sesuai dengan

contoh adalah merupakan indikator praktek tingkat dua.

c) Mekanisme (Mechanism)

Apabila seseorang telah dapat melakukan sesuatu dengan benar secara otomatis,

atau sesuatu itu sudah merupakan kebiasaan, maka ia sudah mencapai praktek

tingkat tiga.

d) Adopsi (Adoption)

Adopsi adalah suatu praktek atau tindakan yang sudah berkembang dengan baik.

Artinya tindakan itu sudah dimodifikasinya tanpa mengurangi kebenaran

tindakan tersebut.

2.2. Program Keluarga Berencana Nasional

2.2.1. Pengertian Keluarga Berencana

Menurut WHO (1970), yang dikutip oleh Hartanto (2004), keluarga berencana

adalah tindakan yang membantu individu atau pasangan suami istri untuk

mendapatkan objek tertentu, yaitu: (1) Menghindari kelahiran yang tidak diinginkan,

(2) Mendapatkan kelahiran yang memang diinginkan, (3) Mengatur interval di antara

kehamilan, (4) Menentukan jumlah anak dalam keluarga.

Mochtar (1995) mengatakan keluarga berencana adalah suatu usaha

menjarangkan atau merencanakan jumlah anak dan jarak kehamilan dengan memakai

kontrasepsi.
34

Berdasarkan dua pengertian tersebut dapat disimpulkan bahwa keluarga

berencana adalah usaha-usaha yang dilakukan baik oleh pemerintah maupun individu

untuk mengatur jarak kelahirannya dengan menggunakan alat atau metode

kontrasepsi.

Secara umum tujuan keluarga berencana adalah untuk mewujudkan keluarga

yang sehat dan sejahtera dalam upaya untuk menjarangkan kehamilan dan membatasi

jumlah anak dua orang saja, upaya ini juga dapat menyehatkan kondisi sosial

ekonomi keluarga (Saifuddin, 2003).

2.2.2. Perkembangan Keluarga Berencana di Indonesia

Permulaan pemikiran tentang KB di Indonesia tidak mempersoalkan angka

kelahiran tetapi tingginya angka kematian ibu akibat terlalu sering melahirkan,

berkisar pada 800 per 100.000 kelahiran bahkan tidak jarang ibu meninggal bersama

bayinya (Wiknjosastro, 1999). Hal inilah yang menggugah Ketua Lembaga Ilmu

Pengetahuan Indonesia kala itu Sarwono Prawirohardjo untuk mendirikan

Perkumpulan Keluarga Berencana Indonesia (PKBI) pada tanggal 23 Desember 1957.

Konsep yang dikembangkan oleh PKBI adalah kesehatan ibu dan anak yang

memberi inspirasi bagi pendirian Badan Koordinasi Keluarga Berencana Nasional

(BKKBN) yang kemudian di kelola oleh Pemerintah Orde Baru. Keputusan

pemerintah untuk menjadikan KB sebagai program nasional dan dinyatakan sebagai

bagian integral dari pembangunan nasional, disusul dengan keluarnya Keputusan


35

Presiden No. 8 Tahun 1970 tentang Pembentukan Badan Koordinasi Keluarga

Berencana Nasional (BKKBN).

Memasuki Pelita V, pemerintah dalam hal ini BKKBN telah memperkenalkan

satu program baru yang disebut dengan Gerakan KB Mandiri. Dengan program yang

baru ini pemerintah memberikan ruang gerak yang lebih luas bagi organisasi profesi

serta sektor swasta lainnya dalam memberikan pelayanan KB. Proses pembangunan

konsep KB mandiri berawal dari diperkenalkannya konsep alih peran kemudian

berkembang menjadi alih kelola dan selanjutnya mengkristalkan menjadi KB

Mandiri.

Falsafah KB Mandiri pada hakekatnya merupakan keadaan dan sikap mental

dari pemerintah maupun pengelola/pelaksana KB baik secara individu maupun

kelompok dalam mengelola dan melaksanakan KB atas kemauan sendiri tanpa

tergantung dari orang lain dalam memelopori menjadi peserta KB. Dengan demikian

ketergantungan program KB terhadap pemerintah semakin berkurang. Agar

masyarakat mau membiayai sendiri pelayanan KB, maka beberapa hal yang

menyangkut tersedianya pelayanan yang mudah dicapai dan dijangkau masyarakat

serta kualitas yang sesuai dengan kebutuhan masyarakat perlu diusahakan

(KBKKBN, 1990).

Untuk menunjang pelaksanaan KB Mandiri pada tahun 1988 telah

dicanangkan program KB Lingkaran Biru (LIBI) dan akhirnya dilontarkan suatu

kegiatan pemasaran sosial LIBI lengkap dengan logonya guna memperkenalkan


36

sederetan pelayanan swasta maupun alat kontrasepsi untuk KB. Untuk memperluas

pilihan alat kontrasepsi terhadap kebutuhan ber-KB, maka tanggal 1 Juli 1992 telah

diresmikan oleh Presiden Suharto sebuah lambang baru yaitu Lingkaran Emas

(LIMAS). Pemasaran KB LIMAS bukan satu pengganti pemasaran kontrasepsi LIBI,

tetapi suatu usaha yang bersamaan untuk lebih memberikan banyak pilihan

kontrasepsi kepada peserta KB mandiri yang pada akhirnya dapat diharapkan

memberikan kepuasan kepada akseptor (BKKBN, 1992).

2.3. Kontrasepsi

2.3.1. Pengertian Kontrasepsi

Kontrasepsi adalah alat atau obat yang digunakan untuk menunda,

menjarangkan kehamilan, serta menghentikan kesuburan. Kontrasepsi berasal dari

kata kontra dan konsepsi. Kontra berarti mencegah atau melawan, sedangkan

konsepsi adalah pertemuan antara sel telur (ovum) yang matang dengan sperma yang

akan mengakibatkan kehamilan. Maka kontrasepsi adalah menghindari atau

mencegah terjadinya kehamilan sebagai akibat pertemuan antara sel telur dengan

sperma tersebut.

2.3.2. Jenis Metode Kontrasepsi

Metode/cara kontrasepsi menurut jenisnya dibagi menjadi: (Manuaba, 1998)

1. Metode sederhana tanpa alat/obat

a. Metode Amenorea Laktasi (MAL)

b. Metode KB alamiah (KBA)


37

c. Sanggama terputus (coitus interruptus)

2. Metode sederhana dengan alat/obat (barrier)

a. Kondom

b. Diafragma

c. Spermisida

3. Metode efektif

a. Pil KB

b. Suntikan KB

c. Susuk KB ( Bawah Kulit/AKBK)

d. IUD ( Dalam Rahim/AKDR)

4. Metode mantap dengan cara operasi

a. Pada wanita: Metode Operasi Wanita (MOW/Tubektomi)

b. Pada pria: Metode Operasi Pria (MOP/Vasektomi)

Cara-cara kontrasepsi tersebut mempunyai tingkat efektifitas yang berbeda-

beda dalam memberikan pencegahan terhadap kemungkinan terjadinya kehamilan.

Namun perlu diingat adanya aksioma (azas) kontrasepsi, yaitu: (1) cara apapun yang

dipakai adalah lebih baik daripada tidak memakai sama sekali, (2) cara yang terbaik

hasilnya (efektif) adalah cara yang digunakan oleh pasangan dengan teguh secara

terus menerus, (3) penerimaan pasangan terhadap suatu cara adalah unsur yang

penting untuk berhasilnya suatu cara kontrasepsi.


38

Banyak orang kesulitan untuk menentukan pilihan kontrasepsi yang tepat.

Bukan hanya karena terbatasnya jumlah metode yang tersedia, tetapi juga karena

metode-metode tersebut mungkin tidak dapat diterima sehubungan dengan kebijakan

nasional KB, kesehatan individu, dan seksualitas wanita atau biaya untuk

memperoleh kontrasepsi (Muryani, 2004).

2.3.3. Determinan Pemakaian Alat Kontrasepsi

Menurut Berthrand (1980), faktor-faktor yang mempengaruhi pemakaian

kontrasepsi adalah sebagai berikut:

1. Faktor sosio-demografi

Penerimaan KB lebih banyak pada mereka yang memiliki standard hidup

yang lebih tinggi. Indikator status sosio-ekonomi termasuk pendidikan yang dicapai,

pendapatan keluarga dan status pekerjaan, juga jenis rumah, gizi (di negara-negara

sedang berkembang) dan pengukuran pendapatan tidak langsung lainnya.

Beberapa faktor demografi tertentu juga mempengaruhi penerimaan KB di

beberapa negara, misalnya di banyak negara-negara sedang bekembang, penggunaan

kontrasepsi lebih banyak pada wanita yang berumur akhir 20-30 an yang sudah

memiliki anak tiga atau lebih. Faktor sosial lain yang juga mempengaruhi adalah

suku dan agama.

2. Faktor sosio-psikologi

Sikap dan keyakinan merupakan kunci penerimaan KB, banyak sikap yang

dapat menghalangi KB. Beberapa faktor sosio-psikologi yang penting antara lain
39

adalah ukuran keluarga ideal, pentingnya nilai anak laki, sikap terhadap KB,

komunikasi suami isteri, persepsi terhadap kematian anak. Sikap dan kepercayaan

tersebut perlu untuk mencegah isu yang berhubungan termasuk segi pelayanan dan

efek samping alat kontrasepsi.

3. Faktor yang berhubungan dengan pelayanan kesehatan

Program komunikasi, informasi dan edukasi (KIE) merupakan salah satu

faktor praktis yang dapat diukur bila pelayanan KB tidak tersedia. Beberapa faktor

yang berhubungan dengan pelayanan KB antara lain keterlibatan dalam kegiatan yang

berhubungan dengan KB, pengetahuan tentang sumber kontrasepsi, jarak ke pusat

pelayanan dan keterlibatan dengan media massa.

Secara ringkas faktor-faktor tersebut dapat dilihat seperti pada gambar

berikut:
40

Faktor sosio-demografi
a. Pendidikan
b. Pendapatan
c. Status pekerjaan
d. Perumahan
e. Status gizi
f. Umur
g. Suku
h. Agama
Pemakaian Kontrasepsi
Faktor sosio-psikologi
a. Ukuran keluarga ideal
b. Pentingnya nilai anak laki
c. Sikap terhadap KB
d. Komunikasi suami-istri
e. Persepsi terhadap kematian anak

Faktor yang berhubungan


dengan pelayanan
a. Keterlibatan dalam kegiatan yang
berhubungan dengan KB
b. Pengetahuan tentang kontrasepsi
c. Jarak ke pusat pelayanan
d. Paparan dengan media massa

Sumber : Bertrand, 1980

Gambar 2.1. Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Pemakaian Kontrasepsi

Menurut WHO dalam Wiknjosastro (1999), faktor-faktor penting bagi

pasangan untuk memilih metode kontrasepsi adalah apakah metode tersebut:

a. permanen atau reversibel

b. efektif

c. murah

d. aman

e. mudah didapat
41

f. mudah digunakan dan tidak putus pakai

g. memiliki efek samping yang tidak diinginkan

h. dapat digunakan pada saat menyusui

i. melindungi terhadap penyakit hubungan seksual

j. membutuhkan kerjasama pasangan

k. harus digunakan setiap saat pasangan berhubungan seksual

Karakteristik pasangan seperti umur, jumlah dan jenis kelamin anak, dan

frekuensi hubungan seksual juga mungkin mempengaruhi. Kepentingan faktor-faktor

ini mungkin berubah dari waktu ke waktu karena keinginan pasangan untuk

mengganti metode kontrasepsi yang digunakan.

Tidak semua faktor ini sama pentingnya pada tiap pasangan. Sebagai contoh,

pasangan yang tidak menginginkan anak lagi mungkin menilai keefektifan metode

lebih dari kemudahan penggunaan. Sebaliknya, seorang wanita yang menginginkan

menunda kelahiran mungkin lebih menilai kenyamanan dan kemudahan penggunaan

daripada keefektifan metode.

Pemilihan metode kontrasepsi mungkin juga dipengaruhi oleh informasi yang

diterima dari teman atau kerabat. Kadang-kadang informasi yang diberikan tidak

benar sehingga menimbulkan kesalahan pengertian tentang penggunaan kontrasepsi.

Menurut Affandi dalam Mutiara (1998), faktor-faktor yang mempengaruhi

pemakaian kontrasepsi adalah:


42

a. Faktor pola perencanaan keluarga.

Adalah mengenai penentuan besarnya jumlah keluarga yang menyangkut

waktu yang tepat untuk mengakhiri kesuburan. Dalam perencanaan keluarga harus

diketahui kapan kurun waktu reproduksi sehat, berapa sebaiknya jumlah anak sesuai

kondisi, berapa perbedaan jarak umur antara anak. Seorang wanita secara biologik

memasuki usia reproduksinya beberapa tahun sebelum mencapai umur dimana

kehamilan dan persalinan dapat berlangsung dengan aman dan kesuburan ini akan

berlangsung terus menerus sampai 10-15 tahun sesudah kurun waktu dimana

kehamilan dan persalinan itu berlangsung dengan aman. Kurun waktu yang paling

aman adalah umur 20-35 tahun dengan pengaturan:

1. anak pertama lahir sesudah ibunya berumur 20 tahun

2. anak kedua lahir sebelum ibunya berumur 30 tahun

3. jarak antara anak pertama dan kedua sekurang-kurangnya 2 tahun atau diusahakan

jangan ada 2 anak balita dalam kesempatan yang sama. Kemudian menyelesaikan

besarnya keluarga sewaktu istri berusia 30-35 tahun dengan kontrasepsi mantap

b. Faktor subyektif

Bagaimanapun baiknya suatu alat kontrasepsi baik dipandang dari sudut

kesehatan maupun rasionalitasnya namun belumlah tentu dirasakan cocok dan dipilih

oleh akseptor/calon akseptor. Pilihan ini sangat pula tergantung pada pengetahuannya

tentang kontrasepsi tersebut, baik yang didapat dari keluarga/kerabat maupun yang

didapat dari petugas kesehatan atau tokoh masyarakat.


43

c. Faktor obyektif

Pemilihan kontrasepsi yang digunakan disesuaikan dengan keadaan wanita

(kondisi fisik dan umur) serta disesuaikan dengan fase-fase menurut kurun waktu

reproduksinya. Biasanya pemilihan kontrasepsi juga disesuaikan dengan maksud

penggunaan kontrasepsi tersebut.

Lebih lanjut dapat dilihat pada tabel berikut:

Tabel 2.1. Konsep Pemilihan Alat Kontrasepsi yang Rasional

Fase Mencegah Fase Menjarangkan


Fase Mengakhiri Kehamilan
Kehamilan Kehamilan
a. Pil a. IUD a. Kontap
b. Suntikan b. Suntikan b. IUD
c. IUD c. Pil c. Implant
d. Implant d. Suntikan
e. Pil
Umur 20-21 tahun 30-35 tahun

d. Faktor motivasi

Kelangsungan pemakaian kontrasepsi sangat tergantung dari motivasi dan

penerimaan pasangan suami istri. Motivasi akseptor KB untuk terus menggunakan

kontrasepsi yang lama, akan merubah metode, atau menghentikan sama sekali

penggunaan kontraspsi, dipengaruhi oleh berbagai faktor. Mereka yang menggunakan

kontrasepsi dengan tujuan untuk membatasi kelahiran mempunyai tingkat

kemantapan yang lebih tinggi dibandingkan mereka yang bertujuan untuk menunda

kehamilan.
44

Menurut Soeradji, dkk. dalam Mutiara (1998), faktor-faktor yang

mempengaruhi kesertaan dalam program KB adalah:

1. Faktor demografi, meliputi:

a. rata-rata jumlah anak yang masih hidup

b. rata-rata jumlah anak yang dilahirkan hidup

c. tingkat kematian bayi

d. tingkat harapan hidup saat lahir

e. angka fertilitas total

2. Faktor sosial, meliputi:

a. persentase rumah tangga yang memiliki radio

b. persentase rumah tangga yang memiliki televisi

c. persentase penduduk yang tinggal di daerah kota

d. kepadatan penduduk per km2

e. persentase penduduk yang dapat berbahasa Indonesia

f. persentase penduduk wanita berumur 20-24 tahun yang belum pernah kawin

g. persentase penduduk wanita berumur 15-24 tahun yang belum pernah kawin

h. jumlah guru SD per 10.000 penduduk usia sekolah

i. persentase penduduk umur 10 tahun ke atas yang sakit selama seminggu

j. persentase penduduk umur 10 tahun atau lebih yang mendapatkan perawatan

tenaga medis

k. persentase penduduk usia sekolah yang masih bersekolah


45

l. persentase wanita yang pernah kawin umur 15-49 tahun

3. Faktor ekonomi, meliputi:

a. rasio ketergantungan antara penduduk umur 0-9 dan 55+ tahun terhadap yang

berumur 10-54 tahun

b. persentase wanita yang bekerja

c. partisipasi angkatan kerja wanita

d. persentase wanita yang bekerja pada pekerjaan tradisional

e. persentase petani yang tidak memiliki tanah

f. rata-rata luas sawah

4. Faktor infra struktur, meliputi :

a. persentase rumah tangga yang mendapatkan leding

b. jumlah gedung SD per 10.000 penduduk usia sekolah

c. jumlah gedung SMTP per 10.000 penduduk usia sekolah

d. persentase sawah dengan irigasi

e. persentase tanah sawah

5. Faktor input, meliputi :

a. jumlah dokter per 10.000 wanita umur 20-24 tahun

b. jumlah bidan per 10.000 wanita umur 20-24 tahun

c. jumlah pembantu bidan per 10.000 wanita umur 20-24 tahun

d. jumlah klinik KB per 10.000 wanita umur 20-24 tahun

e. jumlah petugas lapangan KB per 10.000 wanita umur 20-24 tahun


46

f. jumlah pembantu pembina KB desa per 10.000 wanita umur 20-24 tahun

g. rata-rata hari kerja klinik per minggu

Kelima faktor-faktor tersebut dapat digambarkan seperti gambar di bawah ini:

Faktor Demografi

Faktor Sosial
Faktor Input Kesertaan dalam
program KB
Faktor Ekonomi

Faktor Infra
Struktur

Sumber : Soeradji, dkk. dalam Mutiara (1998)

Gambar 2.2. Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Kesertaan Dalam Program KB

Menurut Utomo dalam Mutiara (1998), penggunaan kontrasepsi dipengaruhi

oleh umur, jumlah anak hidup, tingkat pendidikan dan frekuensi pemaparan terhadap

media massa. Umur mempengaruhi jumlah anak hidup dan tingkat pendidikan, dan

tingkat pendidikan mempengaruhi frekuensi pemaparan terhadap media massa.

Konsep tersebut dapat digambarkan sebagai berikut:


47

Jumlah Anak Hidup

Frekuensi Pemaparan
Terhadap Media Penggunaan Kontrasepsi
Massa

Tingkat Pendidikan Umur


Sumber : Utomo dalam Mutiara (1998)

Gambar 2.3. Faktor-faktor yang Mempengaruhi Penggunaan Kontrasepsi

Berdasarkan klasifikasi beberapa penelitian tersebut dapat disimpulkan bahwa

pemakaian alat kontrasepsi dipengaruhi oleh beberapa faktor sebagai berikut:

A. Umur

Masa kehamilan reproduksi wanita pada dasarnya dapat dibagi dalam tiga

periode, yakni kurun reproduksi muda (15-19 tahun), kurun reproduksi sehat (20-35

tahun), dan kurun reproduksi tua (36-45 tahun). Pembagian ini didasarkan atas data

epidemiologi bahwa risiko kehamilan dan persalinan baik bagi ibu maupun bagi anak

lebih tinggi pada usia kurang dari 20 tahun, paling rendah pada usia 20-35 tahun dan

meningkat lagi secara tajam setelah lebih dari 35 tahun. Jenis kontrasepsi yang

sebaiknya dipakai disesuaikan dengan tahap masa reproduksi tersebut

(Siswosudarmo, 2001).

Sesuai dengan pendapat Notoatmodjo (1993) yang mengatakan bahwa umur

merupakan salah satu faktor yang mempengaruhi perilaku seseorang termasuk dalam
48

pemakaian alat kontrasepsi. Mereka yang berumur tua mempunyai peluang lebih

kecil untuk menggunakan alat kontrasepsi dibandingkan dengan yang muda.

Berdasarkan analisis yang dilakukan oleh Dang di Vietnam dalam Mutiara

(1998) dilaporkan bahwa ada hubungan yang kuat antara umur dengan penggunaan

kontrasepsi. Wanita yang berumur < 20 tahun kemungkinan untuk menggunakan

kontrasepsi sebesar 0,73 kali dibandingkan dengan yang berumur 40 tahun atau lebih.

Sementara wanita yang berumur 30-34 tahun dan 35-39 tahun kemungkinannya

untuk menggunakan kontrasepsi hanya sekitar 0,15 dan 0,38. Ini mengisyaratkan

bahwa ada penurunan penggunaan kontrasepsi pada kelompok wanita yang lebih tua.

B. Pendidikan

Tingkat pendidikan sangat mempengaruhi bagaimana seseorang untuk

bertindak dan mencari penyebab serta solusi dalam hidupnya. Orang yang

berpendidikan lebih tinggi biasanya akan bertindak lebih rasional. Oleh karena itu

orang yang berpendidikan akan lebih mudah menerima gagasan baru. Demikian pula

halnya dengan menentukan pola perencanaan keluarga dan pola dasar penggunaan

kontrasepsi serta peningkatan kesejahteraan keluarga (Manuaba, 1998).

Pendidikan juga mempengaruhi pola berpikir pragmatis dan rasional terhadap

adat kebiasaan, dengan pendidikan yang tinggi seseorang dapat lebih mudah untuk

menerima ide atau masalah baru seperti penerimaan, pembatasan jumlah anak, dan

keinginan terhadap jenis kelamin tertentu. Pendidikan juga akan meningkatkan

kesadaran wanita terhadap manfaat yang dapat dinikmati bila ia mempunyai jumlah
49

anak sedikit. Wanita yang berpendidikan lebih tinggi cenderung membatasi jumlah

kelahiran dibandingkan dengan yang tidak berpendidikan atau berpendidikan rendah

(Soekanto, 2006).

Penelitian Dang dalam Mutiara (1998) menunjukkan bahwa pendidikan

berhubungan bermakna dengan penggunaan kontrasepsi. Wanita yang tidak sekolah

kemungkinan untuk menggunakan kontrasepsi sebesar 0,55 kali dibandingkan dengan

wanita yang berpendidikan menengah atau tinggi. Sementara wanita yang

berpendidikan dasar kemungkinan untuk menggunakan kontrasepsi sebesar 0,88 kali

dibandingkan dengan wanita yang berpendidikan menengah atau tinggi. Pola yang

sama juga dijumpai dengan pendidikan suami.

C. Jumlah anak

Mantra (2006) mengatakan bahwa kemungkinan seorang istri untuk

menambah kelahiran tergantung kepada jumlah anak yang telah dilahirkannya.

Seorang istri mungkin menggunakan alat kontrasepsi setelah mempunyai jumlah anak

tertentu dan juga umur anak yang masih hidup. Semakin sering seorang wanita

melahirkan anak, maka akan semakin memiliki risiko kematian dalam persalinan. Hal

ini berarti jumlah anak akan sangat mempengaruhi kesehatan ibu dan dapat

meningkatkan taraf hidup keluarga secara maksimal.

Hasil penelitian Dang dalam Mutiara (1998) melaporkan ada hubungan yang

bermakna antara jumlah anak dengan penggunaan kontrasepsi. Wanita dengan jumlah

anak 4 orang atau lebih memiliki kemungkinan untuk menggunakan kontrasepsi


50

sebesar 1,73 kali dibandingkan dengan wanita yang memiliki 2 orang anak atau

kurang.

Soeradji, dkk. dalam Mutiara (1998) melaporkan bahwa pada awal progam

KB, penggunaan alat kontrasepsi adalah mereka yang telah mempunyai anak cukup

banyak. Dengan berjalannya waktu dan pelaksanaan program maka lebih banyak

wanita dengan paritas yang lebih kecil akan menggunakan alat kontrasepsi. Gejala ini

melandasi pengaruh jumlah anak terhadap penggunaan alat kontrasepsi.

D. Pengetahuan

Pengetahuan atau kognitif merupakan domain yang sangat penting dalam

membentuk tindakan seseorang (overt behavior), sebab dari pengalaman dan hasil

penelitian ternyata perilaku yang didasari oleh pengetahuan akan lebih langgeng

(long lasting) daripada perilaku yang tidak didasari oleh pengetahuan (Gerungan,

1986).

E. Keterjangkauan pelayanan alat kontrasepsi

Menurut Manuaba (1998), faktor-fakor yang mempengaruhi alasan pemilihan

metode kontrasepsi diantaranya adalah tingkat ekonomi, pekerjaan dan tersedianya

layanan kesehatan yang terjangkau. Adanya keterkaitan antara pendapatan dengan

kemampuan membayar jelas berhubungan dengan masalah ekonomi, sedangkan

kemampuan membayar bisa tergantung variabel non ekonomi dalam hal selera atau

persepsi individu terhadap suatu barang atau jasa.


51

Ketersediaan alat kontrasepsi terwujud dalam bentuk fisik, tersedia atau

tidaknya fasilitas atau sarana kesehatan (tempat pelayanan kontrasepsi). Untuk dapat

digunakan, pertama kali suatu metode kontrasepsi harus tersedia dan mudah didapat.

Promosi metode tersebut melalui media, melalui kontak langsung oleh petugas

program KB, oleh dokter dan sebagainya dapat meningkatkan secara nyata

pemilihan metode kontrasepsi. Memberikan konsultasi medis mungkin dapat

dipertimbangkan sebagai salah satu upaya promosi. Disamping itu daya beli individu

juga dapat mempengaruhi penggunaan kontrasepsi. Secara tidak langsung daya beli

individu ini juga dipengaruhi oleh ada tidaknya subsidi dari pemerintah.

F. Dukungan petugas kesehatan

Untuk mengubah atau mendidik masyarakat seringkali diperlukan pengaruh

dari tokoh-tokoh atau pemimpin masyarakat (community leaders), misalnya dalam

masyarakat tertentu kata-kata kepala suku selalu diikuti; keberhasilan program KB di

Indonesia antara lain karena melibatkan ulama; iklan-iklan obat atau pasta gigi di

televisi menampilkan tokoh yang berpakaian dokter atau dokter gigi. Untuk

mengubah atau mendidik masyarakat diperlukan tokoh panutan yang dapat

merupakan pemimpin masyarakat, tetapi dapat juga tokoh-tokoh lain (professional,

pakar, ulama, seniman, ilmuwan, petugas kesehatan, dan sebagainya) tergantung pada

jenis masalah atau perubahan yang bersangkutan (Sarwono, 2001).


52

G. Pengambil keputusan

Program KB dapat terwujud dengan baik apabila ada dukungan dari pihak-

pihak tertentu. Menurut Friedman (1998) dan Sarwono (2007) ikatan suami isteri

yang kuat sangat membantu ketika keluarga menghadapi masalah, karena suami/isteri

sangat membutuhkan dukungan dari pasangannya. Hal itu disebabkan orang yang

paling bertanggung jawab terhadap keluarganya adalah pasangan itu sendiri.

Dukungan tersebut akan tercipta apabila hubungan interpersonal keduanya baik.

Masyarakat di Indonesia khususnya di daerah pedesaan sebagai peran penentu dalam

pengambilan keputusan dalam keluarga adalah suami, sedangkan isteri hanya bersifat

memberikan sumbang saran.

Hartanto (2004) mengatakan bahwa metoda kontrasepsi tidak dapat dipakai

istri tanpa kerjasama suami dan saling percaya. Keadaan ideal bahwa pasangan suami

istri harus bersama memilih metoda kontrasepsi yang terbaik, saling kerjasama dalam

pemakaian, membiayai pengeluaran kontrasepsi, dan memperhatikan tanda bahaya

pemakaian.

2.4. Landasan Teori

Konsep umum yang dijadikan sebagai landasan teori adalah teori Green dan

Kreuter (2005) yang digunakan untuk menilai perilaku individu atau kelompok. Ada

3 faktor yang mempengaruhi individu untuk bertindak yaitu faktor predisposisi

(pengetahuan, sikap, keyakinan, nilai-nilai, kebutuhan yang dirasakan, kemampuan


53

dan unsur-unsur lain yang terdapat dalam diri individu dan masyarakat), faktor

pendukung (tersedia sarana dan prasarana) dan faktor pendorong (petugas kesehatan).

Konsep tersebut dikombinasikan dengan teori Kar yang dikutip oleh

Notoatmodjo (2003), perilaku kesehatan bertitik tolak dari niat seseorang, dukungan

sosial, ada tidaknya informasi dan situasi yang memungkinkan untuk bertindak.

Notoatmodjo (2003) mengatakan bahwa determinan perilaku dipengaruhi oleh faktor

internal dan eksternal serta menurut Robbins (1994), beberapa karakteristik individu

meliputi umur, jenis kelamin, status perkawinan, pendidikan, tanggung jawab, dan

status masa kerja.

Berdasarkan konsep tersebut, maka kerangka teori adalah sebagai berikut:


54

Faktor Predisposisi:
1. Pengetahuan
2. Sikap
3. Kepercayaan
4. Nilai-nilai
5. Persepsi

Faktor Pendukung: Genetika


1. Ketersediaan sumber
daya
2. Kemudahan untuk
mencapai sumber daya
3. Peraturan/Hukum
4. Keterampilan
5. Ketersediaan waktu

Faktor Pendorong: Perilaku dari individu,


1. Sikap dan perilaku kelompok, dan komunitas
petugas kesehatan
2. Panutan
3. Pekerja
4. Teman
5. Pembuat keputusan
6. Dukungan sosial

Faktor Internal: Faktor Eksternal:


1. Tingkat kecerdasan 1. Lingkungan fisik
2. Tingkat emosional 2. Lingkungan Biologik
3. Jenis kelamin 3. Lingkungan Sosial
4. Kebangsaan (Budaya, Ekonomi,
5. Usia Politik)
6. Masa kerja

Sumber: Green dan Kreuter (2005), Notoatmodjo (2007), Robbins (1994).

Gambar 2.4. Kerangka Teori Determinan Perilaku Individu, Kelompok dan


Komunitas
55

2.5. Kerangka Konsep

Berdasarkan kerangka teori tersebut, maka peneliti merumuskan kerangka

konsep penelitian sebagai berikut:

Variabel Independen

Faktor Predisposisi :
1. Umur
2. Pendidikan
3. Jumlah anak
4. Pengetahuan
5. Sikap

Faktor Pendukung : Variabel Dependen


1. Ketersediaan alat
kontrasepsi Pemakaian alat
2. Keterjangkauan kontrasepsi
pelayanan alat
kontrasepsi

Faktor Pendorong :
1. Dukungan petugas
kesehatan
2. Pengambil
keputusan

Gambar 2.5. Kerangka Konsep Penelitian

Variabel independen dalam penelitian ini adalah faktor predisposisi (umur,

pendidikan, jumlah anak, pengetahuan, sikap), faktor pendukung (ketersediaan alat

kontrasepsi, keterjangkauan pelayanan alat kontrasepsi), faktor pendorong (dukungan

petugas kesehatan, pengambil keputusan), sedangkan variabel dependen adalah

pemakaian alat kontrasepsi.


56

BAB 3
METODE PENELITIAN

3.1. Jenis Penelitian

Jenis penelitian ini merupakan penelitian survei dengan tipe explanatory

research yang bertujuan untuk menjelaskan pengaruh antara faktor predisposisi,

faktor pendukung dan faktor pendorong terhadap pemakaian alat kontrasepsi pada

istri PUS di Kecamatan Rambah Samo Kabupaten Rokan Hulu.

3.2. Lokasi dan Waktu Penelitian

Lokasi penelitian adalah Kecamatan Rambah Samo Kabupaten Rokan Hulu

dengan tingkat akseptor KB aktif (current user) 42%, masih di bawah Indikator

Indonesia Sehat 2010 yaitu 75%.

Penelitian berlangsung selama 6 (enam) bulan yaitu pada bulan Juli 2008

sampai dengan Desember 2008.

3.3. Populasi dan Sampel

Populasi adalah seluruh PUS yang ada di Kecamatan Rambah Samo, dan

berdasarkan data di Puskesmas pada tahun 2007 berjumlah 2.333.

Sampel adalah seluruh isteri dari PUS yang tinggal menetap di Kecamatan

Rambah Samo dengan kriteria sebagai berikut:

a. Responden berumur 20-35 tahun yang telah memiliki anak 2

b. Responden berumur < 20 tahun dan > 35 tahun meskipun tidak memiliki anak

40
57

Kriteria ini dibuat dengan asumsi kelompok umur tersebut merupakan

golongan istri yang sebaiknya memakai alat kontrasepsi sesuai dengan tujuan KB,

yaitu istri yang berumur < 20 tahun (untuk menunda kehamilan) dan berumur > 35

tahun (untuk mengakhiri kesuburan). Besar sampel dihitung dengan menggunakan

rumus sebagai berikut: (Lemeshow et.al., 1997)

{Z1 / 2 Po(1Po) +Z1 Pa(1Pa)}2


n= ( PaPo)2

Keterangan:

n : besar sampel

Z1-/2 : nilai deviasi normal pada tingkat kemaknaan = 0,05 Z1-/2=1,96

Z1- : kekuatan uji (ditetapkan peneliti) bila 10%, maka Z1- = 1,282

Po : proporsi PUS yang menjadi akseptor KB aktif : 42%

Pa : proporsi PUS yang diharapkan menjadi akseptor KB aktif : 59%

{1,96 0, 42(10, 42) +1, 282 0,59(10,59) }2


n= (0,590, 42)2
n = 88 ,35 88 (sampel minimal)

Dengan mempertimbangkan faktor non respons sebanyak 10%, maka besar

sampel yang diambil adalah 88 + 8,8 = 96,8 dibulatkan menjadi 100 responden.

Teknik pengambilan sampel dilakukan secara sampel berimbang (proportional

sampling). Teknik tersebut dilakukan untuk menyempurnakan penggunaan sampel

wilayah, sebab banyaknya subjek yang terdapat pada setiap wilayah tidak sama,

sehingga sampel yang diteliti adalah seperti tabel berikut:


58

Tabel 3.1. Besar Sampel yang Diteliti di Wilayah Kecamatan Rambah Samo
Kabupaten Rokan Hulu Tahun 2008

Jumlah Rekapitulasi Perhitungan Besar


No Nama Desa
PUS Sampel Sampel
1 Rambah Utama 665 665/2333 x 100 = 28,50 29
2 Rambah Baru 568 568/2333 x 100 = 24,35 24
3 Pasir Makmur 409 409/2333 x 100 = 17,53 18
4 Karya Mulya 405 405/2333 x 100 = 17,36 17
5 Masda Makmur 286 286/2333 x 100 = 12,26 12
Jumlah 2.333 100

Setelah ditentukan banyaknya sampel pada setiap wilayah selanjutnya sampel

ditentukan dengan cara sampel acak sederhana (Simple Random Sampling) yaitu

mengambil sebagian dengan menggunakan tabel random (Pratiknya, 2003).

3.4. Metode Pengumpulan Data

Data primer dikumpulkan dari responden dengan metode wawancara

menggunakan kuesioner sebagai panduan yang telah dipersiapkan terlebih dahulu.

Sedangkan data sekunder diperoleh dari dokumentasi dan laporan yang tersedia di

Puskesmas Rambah Samo, Kantor Camat Rambah Samo, Dinas Kesehatan

Kabupaten Rokan Hulu, Dinas Kependudukan dan Catatan Sipil, dan BPS Kabupaten

Rokan Hulu.

Sebelum data dikumpulkan, terlebih dahulu dilakukan uji coba instrumen

yang bertujuan untuk memastikan bahwa alat bantu yang akan digunakan (kuesioner)

memiliki validitas dan reliabilitas. Uji coba dilakukan pada bulan Juli 2008 terhadap

30 orang istri PUS yang berada di Kecamatan Rambah Samo Barat yang memiliki

karakteristik yang sama dengan istri PUS di lokasi penelitian.


59

Uji validitas menunjukkan sejauh mana alat ukur benar-benar mengukur apa

yang ingin diukur dan dilakukan dengan mengukur korelasi antara masing-masing

item pertanyaan dengan skor total menggunakan rumus korelasi Pearson Product

Moment (r), dengan ketentuan jika nilai r hitung > r tabel, maka pertanyaan valid dan

jika nilai r hitung < r tabel, maka pertanyaan tidak valid (Riduwan, 2002).

Uji reliabilitas merupakan indeks yang menunjukkan sejauh mana suatu alat

pengukur dapat dipercaya/diandalkan. Teknik menghitung indeks reliabilitas dengan

metode Cronbach Alpha, yaitu menganalisis reliabilitas alat ukur lebih dari satu kali

pengukuran dengan ketentuan jika r Cronbach Alpha > r tabel, dinyatakan reliabel

dan jika r Cronbach Alpha < r tabel, dinyatakan tidak reliabel (Riduwan, 2002). Hasil

uji validitas dan reliabilitas kuesioner penelitian dapat dilihat pada tabel berikut:

Tabel 3.2. Hasil Uji Validitas dan Reliabilitas Kuesioner Penelitian Faktor-faktor
yang Mempengaruhi Pemakaian Alat Kontrasepsi pada Istri PUS di
Kecamatan Rambah Samo Tahun 2008

Butir Cronbach
Variabel r hitung Status Status
Pertanyaan Alpha
Pengetahuan 1 0,4345 Valid Reliabel
2 0,4975 Valid Reliabel
3 0,6752 Valid Reliabel
4 0,7502 Valid Reliabel
0,8843
5 0,7208 Valid Reliabel
6 0,6752 Valid Reliabel
7 0,8090 Valid Reliabel
8 0,7457 Valid Reliabel
Sikap 1 0,8212 Valid Reliabel
2 0,8655 Valid Reliabel
3 0,5843 Valid 0,9105 Reliabel
4 0,8212 Valid Reliabel
5 0,8655 Valid Reliabel
60

Lanjutan Tabel 3.2.

Variabel Butir r hitung Status Cronbach Status


Pertanyaan Alpha
Dukungan 1 0,7908 Valid Reliabel
Petugas 2 0,7908 Valid Reliabel
Kesehatan 3 0,7908 Valid Reliabel
0,8301
4 0,7908 Valid Reliabel
5 0,5818 Valid Reliabel
6 0,4966 Valid Reliabel

Berdasarkan Tabel 3.2. di atas dapat dilihat bahwa semua pertanyaan

mempunyai r hitung lebih besar dari r tabel pada df = 28; = 5% sebesar 0,361,

demikian juga alpha lebih besar dari r tabel (0,361), dengan demikian kuesioner yang

digunakan untuk penelitian sudah valid dan reliabel (Triton, 2006).

3.5. Variabel dan Definisi Operasional

Variabel bebas (independent variable) adalah faktor predisposisi (umur,

pendidikan, jumlah anak, pengetahuan, sikap), faktor pendorong (ketersediaan alat

kontrasepsi, keterjangkauan pelayanan alat kontrasepsi), dan faktor pendorong

(dukungan petugas kesehatan, pengambil keputusan), sedangkan variabel terikat

(dependent variable) adalah pemakaian alat kontrasepsi.

1. Pemakaian alat kontrasepsi adalah realisasi responden untuk memakai atau tidak

memakai alat kontrasepsi sebagai suatu cara atau metode untuk mencegah atau

menjarangkan kehamilan maupun untuk mengakhiri kesuburan.

2. Umur adalah jumlah tahun hidup responden pada saat wawancara yang dihitung

dari ulang tahun terakhir (dibulatkan pada yang lebih mendekati).


61

3. Pendidikan adalah jenjang sekolah formal tertinggi yang pernah ditempuh dan

diselesaikan oleh responden dengan memperoleh tanda tamat belajar.

4. Jumlah anak adalah banyaknya anak hidup yang dimiliki oleh responden pada

saat penelitian.

5. Pengetahuan adalah pengertian/pemahaman responden tentang alat kontrasepsi

yang mencakup arti, tujuan/manfaat, jenis alat kontrasepsi, efek samping, jenis

alat kontrasepsi yang cocok untuk ibu menyusui dan jenis alat kontrasepsi untuk

laki-laki.

6. Sikap adalah kecenderungan responden untuk memberikan penilaian atau

pendapat tentang setuju atau tidak setuju dalam kaitannya dengan keputusan

pemakaian alat kontrasepsi yang menyangkut sikap terhadap NKKBS.

7. Ketersediaan alat kontrasepsi adalah ada atau tidak adanya alat kontrasepsi di

puskesmas yang dibutuhkan oleh responden sesuai dengan keinginannya.

8. Keterjangkauan pelayanan alat kontrasepsi adalah kemudahan untuk

mendapatkan akses terhadap pelayanan alat kontrasepsi dilihat dari segi jarak,

waktu tempuh dan biaya yang dikeluarkan oleh responden.

9. Dukungan petugas kesehatan adalah pendapat atau persepsi responden terhadap

keterlibatan petugas kesehatan dalam memberikan informasi ataupun penjelasan

yang lengkap tentang alat kontrasepsi.


62

10. Pengambil keputusan adalah orang yang menentukan responden untuk

melakukan atau tidak melakukan suatu tindakan yaitu pemakaian alat

kontrasepsi.

3.6. Metode Pengukuran

Variabel dependen

1. Pemakaian alat kontrasepsi adalah responden yang pada saat wawancara memakai

atau tidak memakai alat kontrasepsi, dibagi menjadi 2 kategori:

0. Ya/Pakai alat kontrasepsi

1. Tidak Pakai alat kontrasepsi

Skala : Ordinal

Variabel independen

1. Umur, dikategorikan menjadi 2 kelompok berdasarkan konsep tinggi rendahnya

risiko yang dihadapi oleh ibu pada waktu hamil dan bersalin.

0. Risiko rendah : 20-35 tahun


1. Risiko tinggi : < 20 dan > 35 tahun
Skala : Ordinal
2. Pendidikan, berdasarkan Program Pendidikan Wajib Belajar 9 Tahun

dikategorikan menjadi 3 kelompok yaitu:

0. Tinggi, jika ijazah terakhir minimal Diploma tiga (D3)

1. Menengah, jika ijazah terakhir SLTA/sederajat

2. Dasar, jika ijazah terakhir SLTP/sederajat

Skala : Ordinal
63

3. Jumlah anak, dikelompokkan atas 2 kategori berdasarkan tujuan program KB

yaitu:

0. 2 orang

1. > 2 orang

Skala : Ordinal

4. Pengetahuan

Pengetahuan diukur dengan memberikan skor terhadap kuesioner dengan

pemberian bobot (Singarimbun dan Efendy, 1989). Jumlah pertanyaan yang

diajukan sebanyak 8 buah dan responden bisa menjawab lebih dari satu jawaban

sesuai dengan pilihan yang telah tersedia. Masing-masing jawaban yang benar

diberi nilai 1 dan jawaban Tidak Tahu diberi nilai 0, sehingga total skor maksimal

adalah 31 dan skor minimal 0 (Arikunto, 2006). Hasil Uji Normalitas

Kolmogorov-Smirnov menunjukkan bahwa total skor variabel pengetahuan tidak

berdistribusi normal sehingga skor total tersebut dikategorikan menjadi 2

berdasarkan nilai Median (13,5) yaitu:

0. Tinggi, apabila total skor responden > Median

1. Rendah, apabila total skor responden Median

Skala : Ordinal

5. Sikap

Diukur dengan memberikan skor terhadap kuesioner dengan pemberian bobot.

Jumlah pertanyaan sebanyak 5 buah, jika responden menjawab Setuju diberi nilai
64

1 dan jika menjawab Tidak Setuju diberi nilai 0, sehingga nilai minimal adalah 0

dan nilai maksimal 5. Hasil Uji Normalitas Kolmogorov-Smirnov menunjukkan

bahwa total skor variabel sikap tidak berdistribusi normal sehingga skor total

tersebut dikategorikan menjadi 2 berdasarkan nilai Median (2) yaitu:

0. Baik, apabila total skor responden > Median

1. Tidak baik, apabila total skor responden Median

Skala : Ordinal

6. Ketersediaan alat kontrasepsi adalah

0. Tersedia, jika responden menjawab alat kontrasepsi selalu tersedia dan sesuai

dengan keinginan.

1. Tidak tersedia, jika responden menjawab alat kontrasepsi tidak selalu tersedia

dan tidak sesuai dengan keinginan.

Skala : Ordinal

7. Keterjangkauan pelayanan alat kontrasepsi

Jarak : berdasarkan kriteria yang dibuat oleh BPS dalam mengelompokkan rata-

rata jarak terdekat (km) dari rumah tangga ke fasilitas umum (BPS, 2007a), maka

jarak dikategorikan sebagai berikut:

0. Dekat, jika jarak dari rumah ke puskesmas 2,5 km

1. Jauh, jika jarak dari rumah ke puskesmas > 2,5 km

Skala : Ordinal
65

Validasi data jarak dilakukan dengan menggunakan speedometer pada kendaraan

sepeda motor.

Waktu : jika waktu yang dibutuhkan oleh responden untuk sampai di sarana

kesehatan termasuk jika responden memiliki sarana transportasi (sepeda, sepeda

motor, mobil) dan dengan memperhitungkan kondisi jalan yang mayoritas jalan

tanah maka waktu tempuh yang dibutuhkan untuk sampai ke sarana kesehatan

dikategorikan sebagai berikut:

0. Dekat, jika waktu tempuh tidak lebih dari 30 menit

1. Jauh, jika waktu tempuh lebih dari 30 menit

Skala : Ordinal

Biaya : jika responden mengatakan tidak mengeluarkan biaya atau mengeluarkan

biaya untuk pelayanan yang diterima, maka dikategorikan sebagai berikut:

0. Murah, jika responden mengeluarkan biaya dan biaya tersebut terjangkau

1. Mahal, jika responden mengeluarkan biaya dan biaya tersebut tidak terjangkau

Skala : Ordinal

8. Dukungan petugas kesehatan.

Untuk mengukur dukungan petugas kesehatan adalah dengan memberikan skor 1

untuk jawaban Ya dan skor 0 untuk jawaban Tidak. Jumlah pertanyaan yang

diajukan sebanyak 6 buah, sehingga total skor minimal adalah 0 dan skor

maksimal 6. Hasil Uji Normalitas Kolmogorov-Smirnov diketahui bahwa total


66

skor variabel dukungan petugas kesehatan tidak berdistribusi normal sehingga skor

total tersebut dikategorikan menjadi 2 berdasarkan nilai Median (3) yaitu:

0. Mendukung, apabila total skor responden > Median

1. Tidak mendukung, apabila total skor responden Median

Skala : Ordinal

9. Pengambil keputusan dalam keluarga

0. Baik, jika yang mengambil keputusan terhadap pemakaian alat kontrasepsi

adalah musyawarah suami dan isteri.

1. Tidak baik, jika yang mengambil keputusan terhadap pemakaian alat

kontrasepsi adalah salah satu pihak atau orang lain diluar suami-istri.

Skala : Ordinal

3.7. Metode Analisis Data

1. Analisis Univariat

Analisis univariat dilakukan untuk mendapatkan gambaran tentang distribusi

frekuensi masing-masing variabel independen yang meliputi faktor predisposisi,

pendukung dan pendorong serta variabel dependen yaitu pemakaian alat kontrasepsi.

2. Analisis Bivariat

Analisis bivariat digunakan untuk melihat sejauhmana hubungan variabel

independen yaitu faktor predisposisi (umur, pendidikan istri, jumlah anak,

pengetahuan dan sikap), faktor pendukung (ketersediaan alat kontrasepsi dan

keterjangkauan pelayanan alat kontrasepsi), faktor pendorong (dukungan petugas


67

kesehatan dan pengambil keputusan dalam keluarga) dengan variabel dependen

(pemakaian alat kontrasepsi) dengan menggunakan uji chi square.

3. Analisis Multivariat

Analisis multivariat adalah untuk melihat pengaruh antara variabel

independen (faktor predisposisi, pendukung dan pendorong) terhadap variabel

dependen (pemakaian alat kontrasepsi) sehingga diketahui variabel independen yang

dominan pengaruhnya terhadap variabel dependen dengan menggunakan regresi

logistik ganda (multiple logistic regression) metode Forward Stepwise (Likelihood

Ratio).

Syarat untuk masuk ke dalam model pengujian multivariat adalah jika pada

analisis bivariat variabel independen memiliki nilai Sig < 0,25.


68

BAB 4
HASIL PENELITIAN

4.1. Deskripsi Lokasi Penelitian


4.1.1. Keadaan Geografis

Kecamatan Rambah Samo merupakan salah satu kecamatan yang terdapat di

Kabupaten Rokan Hulu, dengan batas - batas wilayah sebagai berikut:

Sebelah Utara berbatasan dengan Kecamatan Rambah Hilir dan Kepenuhan

Sebelah Selatan berbatasan dengan Kecamatan Rokan IV Koto

Sebelah Timur berbatasan dengan Kecamatan Kepenuhan dan Kunto Darussalam

Sebelah Barat berbatasan dengan Kecamatan Rambah

Jarak dari ibukota kabupaten 17 km, dengan luas wilayah 249,9 km2 terdiri

dari 5 desa, 15 dusun dan 25 Rukun Warga (RW) dengan rincian:

Desa Rambah Utama dengan 2 dusun dan 8 RW

Desa Rambah Baru dengan 2 dusun dan 4 RW

Desa Pasir Makmur dengan 2 dusun dan 4 RW

Desa Karya Mulya dengan 6 dusun dan 6 RW

Desa Masda Makmur dengan 3 dusun dan 3 RW

4.1.2. Kependudukan

Jumlah penduduk Kecamatan Rambah Samo Tahun 2007 adalah 11.293 jiwa

yang terdiri dari 6.172 jiwa laki-laki dan 5.121 jiwa perempuan dengan tingkat

52
69

kepadatan penduduk 45,19 jiwa per kilometer persegi. Distribusi jumlah penduduk

menurut kepala keluarga dan jenis kelamin dapat dilihat pada tabel berikut.

Tabel 4.1. Distribusi Jumlah Penduduk Menurut Kepala Keluarga dan Jenis Kelamin
di Kecamatan Rambah Samo Tahun 2008

Desa KK Laki-laki Perempuan Jumlah


Rambah Utama 798 1371 1215 2586
Rambah Baru 698 1296 1056 2352
Pasir Makmur 658 1256 1026 2282
Marga Mulya 669 1356 1150 2505
Masda Makmur 464 893 674 1567
Jumlah 3287 6172 5121 11293

Sumber : Profil Kependudukan Kabupaten Rokan Hulu Tahun 2008

4.1.3. Sarana dan Prasarana Kesehatan

Sarana kesehatan yang ada adalah puskesmas yang terletak di desa Rambah

Utama dengan jumlah tenaga kesehatan sebanyak 22 orang yang terdiri dari dokter

umum 1 orang, dokter gigi 1 orang, bidan 3 orang, perawat 5 orang, perawat gigi 1

orang, analis 1 orang, staf administrasi 5 orang. Bidan di desa sebanyak 5 orang dan

tinggal di poliklinik bersalin desa (polindes) masing-masing. Setiap hari Rabu bidan

di desa tersebut harus hadir di puskesmas untuk membantu pelayanan kesehatan

karena pada hari tersebut jumlah pasien biasanya lebih banyak dari hari lainnya

disebabkan karena adanya hari pasar yang waktunya seminggu sekali di desa Rambah

Utama.

Puskesmas tersebut juga didukung oleh 1 (satu) unit puskesmas keliling, 2

(dua) unit sepeda motor yang berfungsi untuk pelayanan rujukan jika diperlukan.

Juga telah tersedia seperangkat komputer untuk mempermudah proses administrasi.


70

Seiring dengan perkembangan teknologi daerah ini sekarang telah dapat dijangkau

oleh jaringan telepon seluler sehingga lebih mempermudah sistem komunikasi.

Selain puskesmas induk, ada juga puskesmas pembantu (pustu) yang terletak di desa

Pasir Makmur dan Masda Makmur, tetapi pustu tersebut tidak dioperasionalkan

dengan maksimal karena kurangnya petugas kesehatan.

4.2. Analisis Univariat

4.2.1. Karakteristik Responden

Responden dalam penelitian berjumlah 100 orang dan merupakan istri dari

PUS yang berumur 20-35 tahun yang telah memiliki anak 2 dan berumur < 20

tahun dan > 35 tahun meskipun tidak memiliki anak. Berdasarkan kriteria tersebut

didapat bahwa umur istri tidak ada yang < 20 tahun, sedangkan yang berumur 20-35

tahun sebesar 60% dan yang berumur > 35 tahun sebesar 40%.

Seluruh responden diberikan pertanyaan yang sama dan dari wawancara

diketahui bahwa 28 orang responden sedang memakai alat kontrasepsi dan 72 orang

tidak memakai alat kontrasepsi tetapi pernah menggunakan salah satu metode

kontrasepsi sehingga mereka tahu tentang alat kontrasepsi.

Umur suami dikelompokkan menjadi 2 kelompok berdasarkan nilai tengah

(median) yaitu berumur kurang dari 40 tahun dan lebih dari 40 tahun, yang berumur

kurang dari 40 tahun sebesar 71% dan yang berumur lebih dari 40 tahun 29%.

Pendidikan istri adalah tingkat SD (36%) selanjutnya SMP (30%), SMA (27%), D3

(6%) dan S1 sebesar 1%. Sedangkan pendidikan suami mayoritas SMP (40%)
71

kemudian SD (31%) diikuti tingkat SMA (22%), D3 (4%) dan S1 sebesar 3%.

Berdasarkan jumlah anak, mayoritas responden memiliki anak > 2 orang (64%)

sedangkan yang memiliki anak 2 orang sebanyak 36%.

Mayoritas respoden tidak ikut KB (72%) dan yang ikut KB 28%. Jenis alat

kontrasepsi yang paling banyak digunakan adalah Pil (39,28%), Suntik (25%), Spiral

(21,43%) dan Implant (14,29%). Alasan responden belum ikut KB karena masih

ingin punya anak (67%), masih ingin punya anak laki-laki (18%), ingin punya anak

perempuan (5%), dilarang suami (7%) dan karena alasan kesehatan (3%).

Rata-rata jarak kelahiran anak dihitung dari nilai median dan dibagi menjadi 2

kelompok yaitu <56 bulan dan 56 bulan, jarak kelahiran <56 bulan sebanyak 39%

dan 56 bulan sebanyak 61%. Data selengkapnya dapat dilihat pada tabel berikut:

Tabel 4.2. Distribusi Karakteristik Responden di Kecamatan Rambah Samo Tahun


2008

Karakteristik f Persentase (%)


Umur istri (tahun)
< 20 0 0,00
20-35 60 60,00
>35 40 40,00
Pendidikan istri
SD 36 36,00
SMP 30 30,00
SMA 27 27,00
D3 6 6,00
S1 1 1,00
Umur suami (tahun)
<40 71 71,00
40 29 29,00
72

Lanjutan Tabel 4.2.

Karakteristik f Persentase (%)


Pendidikan Suami
SD 31 31,00
SMP 40 40,00
SMA 22 22,00
D3 4 4,00
S1 3 3,00
Jumlah Anak
2 orang 46 46,00
> 2 orang 54 54,00
Peserta KB
Ya 28 28,00
Tidak 72 72,00
Alat Kontrasepsi yang digunakan (n = 28)
Spiral 6 21,43
Implant 4 14,29
Suntik 7 25,00
Pil 11 39,28
Kondom 0 0,00
MOP/MOW 0 0,00
Alasan belum ikut KB (n = 72)
Masih ingin punya anak 48 66,67
Ingin punya anak laki-laki 13 18,06
Ingin punya anak perempuan 4 5,55
Dilarang suami 5 6,94
Alasan Kesehatan 2 2,78
Rata-rata Jarak Kelahiran
<56 bulan 39 39,00
56 bulan 61 61,00

4.2.2. Pengetahuan

Hasil penelitian menunjukkan bahwa seluruh responden mendapat informasi

dari PPLKB/PLKB, 66% dari klinik KB/puskesmas, 36% dari dokter/bidan praktek

swasta, 23% dari surat kabar/majalah, 14% dari radio/televisi dan 13% dari

suami/orangtua/mertua. Seluruh responden menjawab pengertian KB yaitu suatu


73

usaha dengan kesadaran sendiri membatasi kelahiran untuk meningkatkan

kesejahteraan keluarga, 63% menjawab sebagai salah satu usaha untuk meningkatkan

kesejahteraan keluarga melalui pengaturan kelahiran dan 30% sebagai suatu cara

yang dianjurkan pemerintah untuk membatasi jumlah anak (idealnya adalah 2 anak).

Seluruh responden menjawab tujuan KB sebagai usaha membentuk keluarga

kecil, bahagia dan sejahtera, memperbaiki dan meningkatkan kesejahteraan ibu dan

anak (64%), penundaan/penjarangan kelahiran (39%) dan pembatasan kelahiran

(22%). Semua responden menyebutkan manfaat pemakaian alat kontrasepsi untuk

mencegah terjadinya kehamilan, untuk mengatur jarak kehamilan (59%) dan untuk

mengakhiri kesuburan (27%). Seluruh responden mengetahui jenis alat kontrasepsi

spiral/IUD, Implant/Susuk (67%), Suntik (41%), Pil (18%), Kondom (13%) dan

Tubektomi/Vasektomi (MOP/MOW) sebanyak 11%.

Seluruh responden menyebutkan efek samping dari penggunaan alat

kontrasepsi adalah rasa nyeri/mules, kelainan haid/perdarahan/bercak darah (58%),

mual/muntah/pusing (35%), infeksi atau keputihan (17%) dan perubahan berat

badan/gemuk (13%). Semua responden menjawab alat kontrasepsi yang paling cocok

untuk ibu menyusui adalah pil dan jenis alat kontrasepsi untuk laki-laki kondom.

Secara rinci indikator pengetahuan dapat dilihat pada tabel berikut ini:
74

Tabel 4.3. Distribusi Responden Menurut Indikator Pengetahuan di Kecamatan


Rambah Samo Tahun 2008

Persentase
Indikator Pengetahuan f
(%)
Sumber informasi tentang KB/alat kontrasepsi
Petugas Penyuluh Lapangan Keluarga Berencana (PPLKB) 100 100,00
Puskesmas 66 66,00
Dokter/Bidan Praktek Swasta 36 36,00
Surat kabar/Majalah 23 23,00
Radio/Televisi 14 14,00
Suami/Orangtua/mertua 13 13,00
Tidak tahu 0 0,00
Pengertian KB adalah
Suatu usaha dengan kesadaran sendiri membatasi kelahiran
untuk meningkatkan kesejahteraan keluarga. 100 100,00
Salah satu usaha untuk meningkatkan kesejahteraan
keluarga melalui pengaturan kelahiran. 63 63,00
Suatu cara yang dianjurkan pemerintah untuk membatasi
jumlah anak (idealnya adalah 2 anak) 30 30,00
Tidak tahu 0 0,00
Tujuan KB adalah
Membentuk keluarga kecil, bahagia dan sejahtera 100 100,00
Memperbaiki dan meningkatkan kesejahteraan ibu dan 64 64,00
anak
Penundaan/penjarangan kelahiran 39 39,00
Pembatasan kelahiran 22 22,00
Tidak tahu 0 0,00
Manfaat pemakaian alat kontrasepsi adalah
Untuk mencegah terjadinya kehamilan 100 100,00
Untuk mengatur jarak kehamilan 59 59,00
Untuk mengakhiri kesuburan 27 27,00
Tidak tahu 0 0,00
Jenis alat kontrasepsi apa saja yang diketahui
Spiral/IUD 100 100,00
Implant/Susuk 67 67,00
Suntik 41 41,00
Pil 18 18,00
Kondom 13 13,00
Tubektomi/Vasektomi (MOP/MOW) 11 11,00
Tidak tahu 0 0,00
75

Lanjutan Tabel 4.3.

Indikator Pengetahuan f Persentase


(%)
Efek samping dari penggunaan alat kontrasepsi
Rasa nyeri/mules 100 100,00
Kelainan haid/perdarahan/bercak darah 58 58,00
Mual/muntah/pusing 35 35,00
Infeksi/Keputihan 17 17,00
Perubahan berat badan/gemuk 13 13,00
Tidak tahu 0 0,00
Alat kontrasepsi yang paling cocok untuk ibu menyusui adalah
Pil 100 100,00
Suntik 39 39,00
Tidak tahu 0 0,00
Jenis alat kontrasepsi untuk laki-laki adalah
Kondom 100 100,00
MOP/Tubektomi 36 36,00
Tidak tahu 0 0,00

4.2.3. Sikap

Hasil penelitian menunjukkan bahwa 57% responden setuju manfaat KB

untuk meningkatkan kesehatan ibu dan anak, 52% setuju KB bertujuan untuk

merencanakan keluarga kecil, bahagia dan berkualitas, 58% setuju pemakaian

kontrasepsi merupakan salah satu cara untuk menunda kehamilan dan menjarangkan

kelahiran. Sebanyak 58% responden tidak setuju mempunyai anak yang banyak tidak

akan membawa rezeki yang banyak dan 55% responden tidak setuju anak laki-laki

nilainya sama dengan anak perempuan. Secara rinci dapat dilihat pada tabel berikut:
76

Tabel 4.4. Distribusi Responden Menurut Indikator Sikap di Kecamatan Rambah


Samo Tahun 2008

Tidak Setuju Setuju


Indikator Sikap
n % n %
Manfaat KB adalah untuk meningkatkan 43 43,00 57 57,00
kesehatan ibu dan anak
KB bertujuan untuk merencanakan keluarga kecil, 48 48,00 52 52,00
bahagia dan berkualitas
Pemakaian kontrasepsi merupakan salah satu cara 42 42,00 58 58,00
untuk menunda kehamilan dan menjarangkan
kelahiran
Mempunyai anak yang banyak tidak akan 58 58,00 42 42,00
membawa rezeki yang banyak.
Anak laki-laki nilainya sama dengan anak 55 55,00 45 45,00
perempuan

4.2.4. Ketersediaan Alat Kontrasepsi

Berdasarkan ketersediaan alat kontrasepsi, 57% responden mengatakan alat

kontrasepsi selalu tersedia di puskesmas dan 51% mengatakan alat kontrasepsi yang

diinginkan selalu tersedia. Selengkapnya dapat dilihat pada tabel dibawah:

Tabel 4.5. Distribusi Responden Menurut Indikator Ketersediaan Alat Kontrasepsi di


Kecamatan Rambah Samo Tahun 2008

Ya Tidak
Indikator Ketersediaan Alat Kontrasepsi
n % n %
Alat kontrasepsi selalu tersedia di puskesmas 57 57,00 43 43,00
Jenis alat kontrasepsi yang diinginkan selalu 51 51,00 49 49,00
tersedia di puskesmas

Responden menjawab jika alat kontrasepsi tidak tersedia di puskesmas maka

33% mendapatkannya di klinik swasta, 58% di praktek dokter/bidan dan 9% di

apotek, seperti data pada tabel berikut:


77

Tabel 4.6. Tempat Mendapatkan Alat Kontrasepsi di Kecamatan Rambah Samo


Tahun 2008

Tempat Mendapatkan Alat Kontrasepsi f %


Klinik swasta 33 33,00
Praktek Dokter/Bidan 58 58,00
Apotek 9 9,00

Jika dirinci lebih lanjut berdasarkan jumlah responden yang ikut KB yaitu

sebanyak 28 orang, mereka menjawab bahwa mereka mendapatkan alat kontrasepsi

di klinik swasta sebanyak 42,86%, praktek dokter/bidan sebanyak 39,28% dan di

apotek sebanyak 17,86%. Lebih lanjut dapat dilihat pada table berikut:

Tabel 4.7. Tempat Mendapatkan Alat Kontrasepsi Bagi Responden yang Ikut KB di
Kecamatan Rambah Samo Tahun 2008

Tempat Mendapatkan Alat Kontrasepsi f %


Klinik swasta 12 42,86
Praktek Dokter/Bidan 11 39,28
Apotek 5 17,86

4.2.5. Keterjangkauan Pelayanan Alat Kontrasepsi

Responden yang menjawab jarak rumah ke puskesmas <2,5 km sebanyak

43% dan 57% mengatakan lebih dari 2,5 km. Waktu tempuh yang dibutuhkan untuk

sampai ke puskesmas 55% mengatakan <30 menit dan 45% mengatakan >30 menit.

Responden yang mengatakan mengeluarkan biaya untuk memperoleh pelayanan KB

sebanyak 95% dan tidak mengeluarkan biaya sebanyak 5%. sedangkan. Secara rinci

dapat dilihat pada tabel berikut ini:


78

Tabel 4.8. Distribusi Responden Berdasarkan Indikator Keterjangkauan Pelayanan


Alat Kontrasepsi di Kecamatan Rambah Samo Tahun 2008

Dekat / Ya Jauh / Tidak


Indikator Keterjangkauan
n % n %
Jarak rumah ke puskesmas 43 43,00 57 57,00
Waktu yang dibutuhkan ke puskesmas 55 55,00 45 45,00
Mengeluarkan biaya untuk memperoleh pelayanan KB 95 905,0 5 5,00

Hasil penelitian menunjukkan bahwa untuk mencapai puskesmas 47%

responden menjawab dengan berjalan kaki, 33% menggunakan sepeda dan 20%

menggunakan sepeda motor. Untuk lebih jelas dapat dilihat pada tabel berikut:

Tabel 4.9. Jenis Alat Transportasi yang Digunakan Untuk Mencapai Puskesmas di
Kecamatan Rambah Samo Tahun 2008

Jenis Alat Transportasi f Persentase (%)


Jalan Kaki 47 47,00
Sepeda 33 33,00
Sepeda Motor 20 20,00

4.2.6. Dukungan Petugas Kesehatan

Dukungan petugas dalam indikator ini adalah perawat dan bidan yang bekerja

di poliklinik Kesehatan Ibu dan Anak dan Keluarga Berencana (KIA/KB) puskesmas

dan bertugas dalam pelayanan kesehatan resproduksi ibu dan remaja termasuk

pelayanan KB pada PUS.

Berdasarkan indikator dukungan petugas kesehatan, 71% responden

mengatakan petugas kesehatan melakukan penyuluhan rutin tentang KB dan alat

kontrasepsi, 73% mengatakan petugas kesehatan menyarankan agar ibu ikut KB atau
79

menggunakan kontrasepsi, 55% mengatakan petugas kesehatan menjelaskan terlebih

dahulu tentang alat kontrasepsi yang akan dipilih dan efek sampingnya.

Responden yang mengatakan petugas kesehatan memberi kesempatan atau

kebebasan dalam memilih alat kontrasepsi sebanyak 58%, 52% mengatakan petugas

kesehatan menyarankan untuk pemeriksaan rutin dan 61% responden mengatakan

bahwa pelayanan yang diberikan oleh petugas kesehatan memuaskan. Data

selengkapnya seperti pada tabel berikut:

Tabel 4.10. Distribusi Proporsi Responden Berdasarkan Indikator Dukungan Petugas


Kesehatan di Kecamatan Rambah Samo Tahun 2008

Ya Tidak
Indikator Dukungan Petugas Kesehatan
n % n %
Petugas kesehatan melakukan penyuluhan rutin 71 71,00 29 29,00
tentang KB dan alat kontrasepsi
Petugas kesehatan menyarankan agar ibu ikut KB 73 73,00 27 27,00
atau menggunakan kontrasepsi
Petugas kesehatan menjelaskan terlebih dahulu 55 55,00 45 45,00
tentang alat kontrasepsi yang akan dipilih dan efek
sampingnya
Petugas kesehatan memberi kesempatan atau 58 58,00 42 42,00
kebebasan dalam memilih alat kontrasepsi
Petugas kesehatan menyarankan untuk 52 52,00 48 48,00
pemeriksaan rutin
Pelayanan yang diberikan oleh petugas kesehatan 61 61,00 39 39,00
memuaskan

Responden menjawab pelayanan yang tidak puas karena petugas kurang

ramah (47%), petugas tidak mampu memberi informasi seperti yang diharapkan

(52%) dan alat/fasilitas tidak lengkap (1%). Secara rinci dapat dilihat seperti tabel

berikut:
80

Tabel 4.11. Alasan Tidak Puas Terhadap Pelayanan Petugas Kesehatan di Kecamatan
Rambah Samo Tahun 2008

Alasan Tidak Puas f Persentase (%)


Petugas kurang ramah 47 47,00
Petugas tidak mampu memberi informasi seperti yang 52 52,00
diharapkan
Alat/fasilitas tidak lengkap 1 1,00
Biaya terlalu mahal 0 0,00

4.2.7. Pengambil Keputusan Dalam Keluarga

Berdasarkan pengambil keputusan dalam keluarga terhadap pemakaian alat

kontrasepsi, 51% responden menjawab suami, 13% menjawab istri dan 36%

menjawab musyawarah suami-istri. Data selengkapnya sebagai berikut:

Tabel 4.12. Distribusi Proporsi Responden Menurut Pengambil Keputusan dalam


Keluarga di Kecamatan Rambah Samo Tahun 2008

Indikator Pengambil Keputusan f Persentase (%)


Suami 51 51,00
Istri 13 13,00
Musyawarah Suami dan Istri 36 36,00

Lebih lanjut jika dirinci berdasarkan responden yang ikut KB yaitu sebanyak

28 orang, maka dapat dilihat bahwa pengambil keputusan dalam keluarga adalah

suami sebanyak 42,86%, istri sebanyak 39,28% dan musyawarah suami dan istri

sebanyak 17,86%. Data selengkapnya dapat dilihat pada tabel di bawah:

Tabel 4.13. Distribusi Responden yang Ikut KB Menurut Pengambil Keputusan


dalam Keluarga di Kecamatan Rambah Samo Tahun 2008

Indikator Pengambil Keputusan f Persentase (%)


Suami 12 42,86
Istri 11 39,28
Musyawarah Suami dan Istri 5 17,86
81

4.2.8. Faktor Predisposisi

Berdasarkan Tabel 4.12 dapat diketahui bahwa penggolongan umur responden

40% umur risiko tinggi dan 60% umur risiko rendah. Pendidikan responden 66%

adalah pendidikan dasar, 27% pendidikan menengah dan 7% responden dengan

pendidikan tinggi. Berdasarkan kategori jumlah anak, 64% memiliki anak > 2 orang

dan 36% memiliki anak 2 orang.

Pengetahuan responden dikategorikan menjadi 2 yaitu tinggi dan rendah

berdasarkan nilai median. Setelah dihitung didapat nilai mediannya 13,5 sehingga

47% responden kategori tinggi dan 53% kategori rendah. Sikap responden juga

dikategorikan menjadi 2 yaitu baik dan tidak baik berdasarkan nilai median. Dari

perhitungan diperoleh nilai median adalah 2 maka 36% adalah kategori baik dan 64%

kategori tidak baik. Secara rinci faktor predisposisi dalam penelitian ini dapat dilihat

pada tabel berikut:


82

Tabel 4.14. Distribusi Responden Menurut Faktor Predisposisi di Kecamatan Rambah


Samo Tahun 2008

Faktor Predisposisi f Persentase (%)


Umur
Risiko rendah 60 60,00
Risiko tinggi 40 40,00
Pendidikan Isteri
Tinggi 7 7,00
Menengah 27 27,00
Dasar 66 66,00
Jumlah Anak
2 orang 46 46,00
> 2 orang 54 54,00
Pengetahuan
Tinggi 47 47,00
Rendah 53 53,00
Sikap
Baik 36 36,00
Tidak Baik 64 64,00

4.2.9. Faktor Pendukung

Tabel 4.13. menunjukkan bahwa yang menyatakan alat kontrasepsi tersedia

48% dan tidak tersedia sebanyak 52%. Berdasarkan jarak ke puskesmas 29% kategori

dekat dan 71% kategori jauh. Waktu tempuh 63% kategori dekat dan 37% kategori

jauh. Sedangkan berdasarkan biaya yang dikeluarkan 47% mengatakan murah dan

53% mengatakan mahal. Selanjutnya dapat dilihat pada tabel berikut:


83

Tabel 4.15. Distribusi Responden Menurut Faktor Pendukung di Kecamatan Rambah


Samo Tahun 2008

Faktor Pendukung f Persentase (%)


Ketersediaan Alat kontrasepsi
Tersedia 48 48,00
Tidak tersedia 52 52,00
Keterjangkauan Pelayanan Alat Kontrasepsi
- Jarak Dekat (2,5 km) 29 29,00
Jauh (> 2,5 km) 71 71,00
- Waktu Dekat ( 30 menit) 63 63,00
Jauh (> 30 menit) 37 37,00
- Biaya Murah 47 47,00
Mahal 53 53,00

4.2.10. Faktor Pendorong

Dukungan petugas kesehatan dikategorikan menjadi 2 berdasarkan nilai median

yaitu mendukung dan tidak mendukung. Dari hasil perhitungan diperoleh nilai

median 3, sehingga berdasarkan kategori yang telah ditentukan tersebut diperoleh

bahwa 48% responden menyatakan petugas kesehatan mendukung dalam hal

pemakaian alat kontrasepsi dan 52% menyatakan tidak mendukung.

Responden yang menyatakan bahwa pengambil keputusan untuk pemakaian

alat kontrasepsi dengan kategori baik sebanyak 38% dan tidak baik 62%. Lebih rinci

dapat dilihat pada tabel berikut:


84

Tabel 4.16. Distribusi Responden Menurut Faktor Pendorong di Kecamatan Rambah


Samo Tahun 2008

Faktor Pendorong f Persentase (%)


Dukungan Petugas Kesehatan
Mendukung 48 48,00
Tidak Mendukung 52 52,00
Pengambil Keputusan
Musyawarah Suami dan istri 38 38,00
Selain suami dan istri 62 62,00

4.3. Analisis Bivariat

Pada analisis ini dilakukan tabulasi silang antara variabel independen (faktor

predisposisi, pendukung dan pendorong) dengan dependen (pemakaian alat

kontrasepsi) dan untuk mengetahui ada tidaknya hubungan yang bermakna antara

kedua variabel tersebut dilakukan uji statistik dengan uji chi-square.

4.3.1. Hubungan Faktor Predisposisi dengan Pemakaian Alat Kontrasepsi

Pada analisis ini dilakukan tabulasi silang antara faktor predisposisi (umur,

pendidikan, jumlah anak, pengetahuan dan sikap) dengan pemakaian alat kontrasepsi.

Hasil tabulasi silang menunjukkan bahwa responden dengan umur risiko

tinggi yang memakai alat kontrasepsi sebanyak 15,0% dan yang tidak memakai alat

kontrasepsi sebanyak 85,0% sedangkan umur risiko rendah yang memakai alat

kontrasepsi sebanyak 36,7% dan yang tidak memakai alat kontrasepsi sebanyak

63,3%. Hasil uji statistik menunjukkan ada hubungan umur dengan pemakaian alat

kontrasepsi (Sig = 0,033).


85

Berdasarkan pendidikan, responden dengan pendidikan tinggi yang memakai

alat kontrasepsi sebanyak 57,1% dan tidak memakai sebanyak 42,9%, responden

dengan pendidikan menengah memakai alat kontrasepsi sebanyak 40,7% dan tidak

memakai sebanyak 59,3%. Sedangkan pendidikan dasar yang memakai alat

kontrasepsi sebanyak 19,7% dan tidak memakai 80,3%. Hasil uji statistik

menunjukkan ada hubungan pendidikan dengan pemakaian alat kontrasepsi

(Sig=0,025).

Responden yang memiliki anak > 2 orang memakai alat kontrasepsi sebanyak

38,9% dan tidak memakai sebanyak 61,1% sedangkan yang memiliki anak 2 orang

memakai alat kontrasepsi sebanyak 15,2% dan tidak memakai 84,8%. Hasil uji

statistik menunjukkan ada hubungan jumlah anak dengan pemakaian alat kontrasepsi

(Sig=0,016).

Responden dengan pengetahuan tinggi yang memakai alat kontrasepsi

sebanyak 46,8% dan tidak memakai sebanyak 53,2% sedangkan responden dengan

pengetahuan rendah memakai alat kontrasepsi sebanyak 11,3% dan tidak memakai

sebanyak 88,7%. Hasil uji statistik menunjukkan ada hubungan pengetahuan dengan

pemakaian alat kontrasepsi (Sig=0,000)

Responden dengan sikap yang baik memakai alat kontrasepsi sebanyak 50,0%

dan tidak memakai sebanyak 50,0% sedangkan sikap yang tidak baik memakai alat

kontrasepsi sebanyak 15,6% dan tidak memakai sebanyak 84,4%. Hasil uji statistik
86

menunjukkan ada hubungan sikap dengan pemakaian alat kontrasepsi (Sig=0,001).

Secara rinci dapat dilihat pada tabel berikut:

Tabel 4.17. Hubungan Faktor Predisposisi dengan Pemakaian Alat Kontrasepsi di


Kecamatan Rambah Samo Tahun 2008

Pemakaian Alat Kontrasepsi Total


Faktor Predisposisi Ya Tidak Sig
n %
n % n %
Umur 0,033
Risiko rendah 22 36,70 38 63,30 60 100,00
Risiko tinggi 6 15,00 34 85,00 40 100,00
Pendidikan 0,030
Tinggi 4 57,10 3 42,50 7 100,00
Menengah 11 40,70 16 59,30 27 100,00
Dasar 13 19,70 53 80,30 66 100,00
Jumlah anak 0,016
2 orang 7 15,20 39 84,80 46 100,00
>2 orang 21 38,90 33 61,10 54 100,00
Pengetahuan 0,000
Tinggi 22 46,80 25 53,20 47 100,00
Rendah 6 11,30 47 88,70 53 100,00
Sikap 0,001
Baik 18 50,00 18 50,00 36 100,00
Tidak baik 10 15,60 54 84,40 64 100,00

4.3.2. Hubungan Faktor Pendukung dengan Pemakaian Alat Kontrasepsi

Pada analisis ini dilakukan tabulasi silang antara faktor pendukung

(ketersediaan alat kontrasepsi dan keterjangkauan pelayanan alat kontrasepsi) dengan

pemakaian alat kontrasepsi. Variabel keterjangkauan pelayanan alat kontrasepsi

diukur berdasarkan 3 (tiga) sub variabel yaitu jarak rumah ke puskesmas, waktu

tempuh dan biaya.

Hasil tabulasi silang pada Tabel 4.16. menunjukkan bahwa responden yang

mengatakan alat kontrasepsi tersedia dan memakai alat kontrasepsi sebanyak 52,1%
87

dan tidak memakai sebanyak 47,9%. Sedangkan responden yang mengatakan alat

kontrasepsi tidak tersedia tetapi memakai alat kontrasepsi sebanyak 5,8% dan tidak

memakai sebanyak 94,2%. Hasil uji statistik menunjukkan ada hubungan

ketersediaan alat kontrasepsi dengan pemakaian alat kontrasepsi (Sig=0,000).

Responden yang jarak rumah dekat dan memakai alat kontrasepsi sebanyak

10,3% dan tidak memakai 89,7%. Responden dengan kategori jauh memakai alat

kontrasepsi sebanyak 35,2% dan tidak memakai sebanyak 64,8%. Hasil uji statistik

menunjukkan ada hubungan jarak rumah dengan pemakaian alat kontrasepsi

(Sig=0,023).

Berdasarkan waktu tempuh, responden dengan kategori dekat memakai alat

kontrasepsi sebanyak 36,5% dan tidak memakai 63,5%. Responden dengan kategori

jauh memakai alat kontrasepsi sebanyak 13,5% dan tidak memakai 86,5%. Hasil uji

statistik menunjukkan ada hubungan waktu tempuh dengan pemakaian alat

kontrasepsi (Sig=0,025).

Untuk biaya yang dikeluarkan, responden dengan kategori murah memakai

alat kontrasepsi sebanyak 46,8% dan tidak memakai 53,2%. Sedangkan kategori

mahal yang memakai alat kontrasepsi sebanyak 11,3% dan tidak memakai sebanyak

88,7%. Hasil uji statistik menunjukkan ada hubungan biaya yang dikeluarkan dengan

pemakaian alat kontrasepsi (Sig=0,000). Data selengkapnya sebagai berikut:


88

Tabel 4.18. Hubungan Faktor Pendukung dengan Pemakaian Alat Kontrasepsi di


Kecamatan Rambah Samo Tahun 2008

Pemakaian Alat
Total
Kontrasepsi
Faktor Pendukung Sig
Ya Tidak
n %
n % n %
Ketersediaan 0,000
Tersedia 25 52,10 23 47,90 48 100,00
Tidak tersedia 3 5,80 49 94,20 52 100,00
Keterjangkauan
- Jarak 0,023
Dekat (2,5 km) 3 10,30 26 89,70 29 100,00
Jauh (> 2,5 km) 25 35,20 46 64,80 71 100,00
- Waktu 0,025

Dekat ( 30 menit) 23 36,50 40 63,50 63 100,00


Jauh (> 30 menit) 5 13,50 32 86,50 37 100,00
- Biaya 0,000

Murah 22 46,80 25 53,20 47 100,00


Mahal 6 11,30 47 88,70 53 100,00

4.3.3. Hubungan Faktor Pendorong dengan Pemakaian Alat Kontrasepsi

Pada analisis ini dilakukan tabulasi silang antara faktor pendorong (dukungan

petugas kesehatan dan pengambil keputusan) dengan pemakaian alat kontrasepsi.

Hasil tabulasi silang pada Tabel 4.18. menunjukkan bahwa responden yang

mengatakan petugas kesehatan mendukung dan memakai alat kontrasepsi sebanyak

43,8% dan tidak memakai sebanyak 56,3%. Sedangkan responden yang mengatakan

petugas kesehatan tidak mendukung tetapi memakai alat kontrasepsi sebanyak 13,5%

dan tidak memakai sebanyak 86,5%. Hasil uji statistik menunjukkan ada hubungan

dukungan petugas kesehatan dengan pemakaian alat kontrasepsi (Sig = 0,002).


89

Berdasarkan pengambil keputusan dalam keluarga, responden dengan kategori

baik yang memakai alat kontrasepsi sebanyak 26,3% dan tidak memakai sebanyak

73,7%. Sedangkan responden dengan kategori tidak baik yang memakai alat

kontrasepsi sebanyak 29,0% dan tidak memakai sebanyak 72,0%. Hasil uji statistik

menunjukkan tidak ada hubungan pengambil keputusan dalam keluarga dengan

pemakaian alat kontrasepsi (Sig=0,949). Secara rinci dapat dilihat pada tabel berikut:

Tabel 4.19. Hubungan Faktor Pendorong dengan Pemakaian Alat Kontrasepsi di


Kecamatan Rambah Samo Tahun 2008

Pemakaian Alat
Total
Kontrasepsi
Faktor Pendorong Sig
Ya Tidak
n %
n % n %
Dukungan petugas Kesehatan 0,002
Mendukung 21 43,80 27 56,30 48 100,00
Tidak mendukung 7 13,50 45 86,50 52 100,00
Pengambil keputusan 0,949
Baik (suami dan istri) 10 26,30 28 73,70 38 100,00
Tidak Baik (selain suami 18 29,00 44 71,00 62 100,00
dan istri)

4.4. Analisis Multivariat

Berdasarkan analisis bivariat diperoleh bahwa variabel umur, pendidikan,

jumlah anak, pengetahuan, sikap, ketersediaan alat kontrasepsi, jarak, waktu tempuh,

biaya dan dukungan petugas kesehatan memenuhi syarat untuk masuk ke dalam

model pengujian multivariat (Sig<0,25).

Berikutnya adalah pemilihan model yang dilakukan secara hierarkis dengan

cara semua variabel dimasukkan ke dalam model, kemudian variabel yang Signifikan
90

(>0,05) dimasukkan ke dalam model secara bertahap (Forward Stepwise). Hasil akhir

analisis multivariat dapat dilihat pada tabel berikut:

Tabel 4.20. Hasil Akhir Analisis Regresi Logistik Ganda Faktor-faktor yang
Mempengaruhi Pemakaian Alat Kontrasepsi di Kecamatan Rambah
Samo Tahun 2008

Variabel Penelitian B Exp (B) Sig CI 95%


Jumlah anak -2,135 0,118 0,008 0,024-0,575
Pengetahuan 1,817 6,151 0,014 1,454-26,025
Sikap 1,448 4,253 0,041 1,063-17,014
Ketersediaan alat kontrasepsi 3,112 22,457 0,001 3,893-129,551
Dukungan Petugas Kesehatan 2,245 9,442 0,005 2,005-44,459

Hasil tabel di atas merupakan akhir analisis multivariat uji regresi logistik

ganda karena jumlah anak, pengetahuan, sikap, ketersediaan alat kontrasepsi dan

dukungan petugas kesehatan telah memiliki nilai < 0,05, artinya variabel tersebut

tidak dikeluarkan dari model dan merupakan faktor yang berpengaruh terhadap

pemakaian alat kontrasepsi.

Berdasarkan nilai Koefisien B yang tertinggi adalah variabel ketersediaan alat

kontrasepsi yaitu 3,112. Ini menunjukkan variabel tersebut merupakan variabel yang

paling dominan mempengaruhi pemakaian alat kontrasepsi. Besar pengaruh variabel

tersebut dilihat dari nilai Exp (B) dimana dari hasil analisis terlihat bahwa jika alat

kontrasepsi tersedia maka peluang responden untuk memakai alat kontrasepsi 22 kali

dibandingkan jika alat kontrasepsi tidak tersedia setelah dikontrol oleh variabel

jumlah anak, pengetahuan, sikap dan dukungan petugas kesehatan (95% CI: 3,893-

129,551).
91

Nilai Percentage Correct diperoleh sebesar 91% yang artinya variabel jumlah

anak, pengetahuan, sikap, ketersediaan alat kontrasepsi dan dukungan petugas

kesehatan bisa menjelaskan pengaruhnya terhadap pemakaian alat kontrasepsi sebesar

91%, sedangkan sisanya sebesar 9% dipengaruhi oleh faktor-faktor lainnya (seperti

faktor umur, pendidikan, jarak, waktu tempuh, biaya, pekerjaan, pengambil

keputusan dalam keluarga dan lain-lain).


92

BAB 5
PEMBAHASAN

5.1. Faktor Predisposisi

Faktor predisposisi dalam penelitian ini adalah umur, pendidikan, jumlah

anak, pengetahuan dan sikap.

1. Pengaruh umur terhadap pemakaian alat kontrasepsi

Berdasarkan hasil penelitian diketahui bahwa responden dengan kategori

umur risiko tinggi 40% dan kategori risiko rendah 60%. Dari tabulasi silang dapat

dilihat bahwa responden dengan umur risiko tinggi yang tidak memakai alat

kontrasepsi sebanyak 85% dan yang memakai 15%. Hasil uji chi square

memperlihatkan bahwa ada hubungan umur terhadap pemakaian alat kontrasepsi

(Sig=0,033), sedangkan pada hasil uji regresi logistik ganda menunjukkan tidak ada

pengaruh umur terhadap pemakaian alat kontrasepsi.

Umur merupakan salah satu faktor yang mempengaruhi perilaku seseorang

termasuk dalam pemakaian alat kontrasepsi, mereka yang berumur tua mempunyai

peluang lebih kecil untuk menggunakan alat kontrasepsi dibandingkan dengan yang

muda (Notoatmodjo, 1993). Pada penelitian ini umur tidak berpengaruh terhadap

pemakaian alat kontrasepsi karena responden pada kategori umur risiko tinggi justru

banyak yang tidak memakai alat kontrasepsi. Umur yang semakin meningkat tidak

menjadi alasan utama responden untuk memakai alat kontrasepsi, tetapi lebih

mengutamakan banyaknya jumlah anak yang dimiliki. Jika jumlah anak telah dirasa

76
93

cukup, maka responden akan mengusahakan dengan sungguh-sungguh untuk

memakai alat kontrasepsi

Hasil tabulasi silang antara kategori umur dengan jumlah anak didapat bahwa

umur dengan risiko tinggi yang memiliki anak > 2 orang sebesar 47,5% dan yang

memiliki anak 2 orang sebesar 52,5%. Sedangkan umur dengan kategori risiko

rendah yang memiliki anak > 2 orang sebesar 38,4% dan yang memiliki anak 2
76
orang sebesar 21,6%. Jawaban yang diberikan oleh responden mayoritas mengatakan

masih ingin punya anak, ingin punya anak laki-laki, ingin punya anak perempuan,

dilarang suami dan alasan kesehatan. Alasan inilah yang mengakibatkan responden

tidak memakai alat kontrasepsi.

Analisa BKKBN tentang SDKI 2002/2003 mengatakan bahwa umur di bawah

20 tahun dan di atas 35 tahun sangat berisiko terhadap kehamilan dan melahirkan,

sehingga berhubungan erat dengan pemakaian alat kontrasepsi. Faktor umur sangat

berpengaruh terhadap aspek reproduksi manusia terutama dalam pengaturan jumlah

anak yang dilahirkan dan waktu persalinan, yang kelak berhubungan pula dengan

kesehatan ibu. Umur juga berpengaruh terhadap pemilihan alat kontrasepsi, makin tua

umur istri maka pemilihan alat kontrasepsi ke arah alat yang mempunyai efektifitas

lebih tinggi yakni metode kontrasepsi jangka panjang. Kontrasepsi rasional harus

mempertimbangkan umur akseptor, bila umur lebih dari 35 tahun, maka lebih efektif

menggunakan metode kontrasepsi jangka panjang (BKKBN, 1999).


94

Hasil penelitian ini berbeda dengan penelitian Hasibuan (2001) yang

menunjukkan bahwa ada pengaruh umur terhadap pemakaian metoda kontrasepsi

(Sig=0,012).

2. Pengaruh Pendidikan terhadap Pemakaian Alat Kontrasepsi

Berdasarkan hasil penelitian diketahui bahwa responden dengan kategori

pendidikan dasar 66% dan 80,3% tidak memakai kontrasepsi. Hasil uji chi square

memperlihatkan ada hubungan pendidikan dengan pemakaian alat kontrasepsi

(Sig=0,030), sedangkan hasil uji regresi logistik ganda menunjukkan tidak ada

pengaruh pendidikan terhadap pemakaian alat kontrasepsi.

Semakin tinggi tingkat pendidikan akan jelas mempengaruhi seorang pribadi

dalam berpendapat, berpikir, bersikap, lebih mandiri dan rasional dalam mengambil

keputusan dan tindakan. Hal ini juga akan mempengaruhi secara langsung seseorang

dalam hal pengetahuannya akan orientasi hidupnya termasuk dalam merencanakan

keluarganya (Gerungan, 1986). Dari tabulasi silang dapat dilihat bahwa peningkatan

pendidikan tidak diikuti dengan peningkatan pemakaian alat kontrasepsi atau dengan

kata lain makin tinggi tingkat pendidikan, pemakaian alat kontrasepsinya makin

menurun. Demikian juga sebaliknya makin rendah tingkat pendidikan, responden

yang tidak memakai alat kontrasepsi makin meningkat.

Pada penelitian ini didapat bahwa 71% pendidikan suami adalah pendidikan

dasar, 22% menengah dan 7% tinggi, tingkat pendidikan suami yang mayoritas
95

tingkat dasar tersebut diperkirakan menjadi salah satu penyebab yang mengakibatkan

masih rendahnya pemakaian alat kontrasepsi.

Selain tingkat pendidikan yang masih rendah, pemakaian alat kontrasepsi ini

juga dihubungkan dengan alasan responden yang masih menginginkan anak atau

jenis kelamin tertentu seperti telah diuraikan diatas sehingga meskipun telah memiliki

anak 2 orang responden belum memakai alat kontrasepsi.

3. Pengaruh Jumlah Anak terhadap Pemakaian Alat Kontrasepsi

Hasil uji statistik menunjukkan ada pengaruh jumlah anak terhadap

pemakaian alat kontrasepsi (Sig=0,008), artinya makin banyak anak yang dimiliki

oleh responden akan diikuti dengan peningkatan pemakaian alat kontrasepsi.

Kemungkinan seorang istri untuk menambah kelahiran tergantung kepada jumlah

anak yang telah dilahirkannya. Seorang istri mungkin menggunakan alat kontrasepsi

setelah mempunyai jumlah anak tertentu dan juga umur anak yang masih hidup.

Semakin sering seorang wanita melahirkan anak, maka akan semakin memiliki risiko

kematian dalam persalinan.

Sedangkan jumlah anak > 2 orang menunjukkan bahwa respons terhadap

pelayanan KB dan kontrasepsi belum baik. Istilah dua anak saja belum menjadi

tujuan pokok dalam keluarga. Tujuan normatif program KB adalah untuk

menciptakan NKKBS, maka diharapkan keluarga sudah harus mampu membentuk

keluarga kecil sesuai dengan kekuatan sosial ekonomi keluarga dengan cara mengatur
96

kelahiran anak supaya diperoleh suatu keluarga bahagia dan sejahtera yang dapat

memenuhi kebutuhan hidupnya.

Soeradji, dkk. dalam Mutiara (1998) melaporkan bahwa pada awal progam

KB, penggunaan alat kontrasepsi adalah mereka yang telah mempunyai anak cukup

banyak. Dengan berjalannya waktu dan pelaksanaan program maka lebih banyak

wanita dengan paritas yang lebih kecil akan menggunakan alat kontrasepsi. Gejala ini

melandasi pengaruh jumlah anak terhadap penggunaan alat kontrasepsi.

Jawaban yang diberikan oleh responden tentang alasan mereka tidak

menggunakan alat kontrasepsi adalah 48% mengatakan masih ingin punya anak,

ingin punya anak laki-laki 13%, ingin punya anak perempuan 4%, dilarang suami 5%

dan alasan kesehatan 2%. Hal ini menunjukkan bahwa 2 orang anak masih dianggap

kurang atau belum cukup.

Masyarakat di daerah penelitian pada umumnya bekerja di sektor pertanian

dan perkebunan yang memerlukan sumber daya manusia sebagai tenaga kerja untuk

mengelolanya. Hal ini mungkin salah satu penyebab yang berpengaruh terhadap

banyaknya jumlah anak yang dimiliki, anak merupakan sumber daya yang diharapkan

dapat membantu orangtua dalam bekerja dan berusaha.

Menurut Hatmadji (2004) yang mengutip pendapat Leibenstein, anak dilihat

dari dua segi kegunaannya yaitu (utility) dan biaya (cost). Kegunaannya ialah

memberikan kepuasan, dapat memberikan balas jasa ekonomi atau membantu dalam

kegiatan berproduksi serta merupakan sumber yang dapat menghidupi orang tua di
97

masa depan. Sedangkan pengeluaran untuk membesarkan anak adalah biaya dari

mempunyai anak tersebut.

4. Pengaruh Pengetahuan terhadap Pemakaian Alat Kontrasepsi

Hasil uji statistik menunjukkan ada pengaruh yang bermakna antara tingkat

pengetahuan terhadap pemakaian alat kontrasepsi (Sig=0,014). Hasil ini

menunjukkan bahwa tingkat pengetahuan berbanding lurus dengan pemakaian alat

kontrasepsi, artinya bahwa semakin rendah pengetahuan responden maka pemakaian

alat kontrasepsi juga rendah. Demikian juga sebaliknya jika pengetahuan responden

tinggi maka pemakaian alat kontrasepsi juga akan meningkat.

Pengetahuan peserta KB yang baik tentang hakekat program KB akan

mempengaruhi mereka dalam memilih metode/alat kontrasepsi yang akan digunakan

termasuk keleluasaan atau kebebasan pilihan, kecocokan, pilihan efektif tidaknya,

kenyamanan dan keamanan, juga dalam memilih tempat pelayanan yang lebih sesuai

dan lengkap karena wawasan sudah lebih baik, sehingga dengan demikian kesadaran

mereka tinggi untuk terus memanfaatkan pelayanan.

Hal ini sesuai dengan pendapat Blum yang dikutip oleh Notoatmodjo (2003)

yang mengatakan bahwa tindakan seorang individu termasuk kemandirian dan

tanggung jawabnya dalam berperilaku sangat dipengaruhi oleh domain kognitif atau

pengetahuan. Tindakan kemandirian setiap individu yang lebih nyata akan lebih

langgeng dan bertahan apabila hal ini didasari oleh pengetahuan yang kuat.
98

Penelitian Prihastuti (2005) menunjukkan bahwa informasi yang diberikan

petugas kepada akseptor tentang metode KB-nya masih kurang memadai, sehingga

akseptor tidak memiliki pengetahuan yang baik tentang kontrasepsi. Hal inilah yang

berdampak pada rendahnya pemanfaatan pelayanan KB.

Hasil penelitian ini sejalan dengan penelitian Meutia (1997) yang mengatakan

bahwa ada pengaruh pengetahuan akseptor KB terhadap utilitas alat kontrasepsi

Implant (Sig=0,001). Juga sejalan dengan penelitian Pardosi (2005) yang mengatakan

bahwa secara statistik diperoleh hubungan yang bermakna antara pengetahuan

dengan tingkat kemandirian akseptor KB aktif dalam pemanfaatan program KB

mandiri LIMAS (Sig=0,001).

Pengetahuan responden yang rendah berhubungan juga dengan tingkat

pendidikan yang masih rendah yaitu mayoritas berada pada ketegori pendidikan

dasar, demikian juga dengan pendidikan suami. Pendidikan yang rendah akan

berhubungan dengan pengetahuan yang rendah pula, karena responden tidak

mendapatkan pendidikan yang memadai untuk menambah wawasan mereka tentang

alat kontrasepsi. Pada umumnya responden dianggap sebagai pasien saja tanpa

dibekali dengan pendidikan yang baik tentang KB dan kesehatan reproduksi (KR).

Hal lain yang mempengaruhi adalah petugas PLKB yang tidak ada lagi seperti

tahun-tahun sebelumnya. Pada awal program, para PLKB inilah sebagai garda depan

dalam menyukseskan program KB, setelah desentralisasi PLKB tidak dapat lagi

melaksanakan tugas seperti dulu karena telah dilebur dengan lembaga lain. Dari
99

penelitian terlihat bahwa 100% responden mengetahui KB dan alat kontrasepsi dari

PLKB tetapi sekarang hal itu tidak ada lagi akibatnya responden tidak mendapatkan

informasi yang mereka harapkan.

5. Pengaruh Sikap terhadap Pemakaian Alat Kontrasepsi

Hasil uji statistik menunjukkan bahwa ada pengaruh sikap terhadap

pemakaian alat kontrasepsi (Sig=0,041). Sikap yang dimaksud dalam penelitian ini

adalah penerimaan terhadap tujuan yang ditawarkan dalam program KB, manfaat dan

juga kegunaan pemakaian alat kontrasepsi.

Berdasarkan hasil penelitian dapat dilihat bahwa sikap responden yang belum

baik juga diikuti dengan pemakaian alat kontrasepsi yang masih rendah. Artinya

bahwa ketika responden memberi penilaian yang kurang baik terhadap program KB

dan pemakaian alat kontrassepsi, maka dia juga akan memberi tindakan atau

tanggapan yang negatif pula yaitu dengan tidak menggunakannya atau memakainya.

Sikap responden yang mayoritas tidak baik berhubungan pula dengan

pendidikan yang lebih banyak pada kategori pendidikan dasar dan tingkat

pengetahuan yang juga mayoritas pada kategori rendah, sehingga berpengaruh

terhadap pola pikir dan bertindak termasuk dalam pemakaian alat kotrasepsi.

Sikap merupakan kesiapan untuk bereaksi terhadap objek di lingkungan

tertentu sebagai suatu penghayatan terhadap objek. Contohnya adalah seperti sikap

setuju atau tidaknya mereka terhadap informasi alat kontrasepsi dan KB, pengertian
100

alat kontrasepsi dan manfaatnya, serta kesediaannya mendatangi tempat pelayanan,

fasilitas dan sarananya, juga kesediaan mereka memenuhi kebutuhan sendiri.

Hasil penelitian ini sejalan dengan penelitian Pardosi (2005) yang mengatakan

bahwa diperoleh hubungan yang bermakna antara sikap dengan tingkat kemandirian

akseptor KB aktif dalam pemanfaatan program KB mandiri LIMAS (Sig=0,000).

5.2. Faktor Pendukung

Faktor pendukung dalam penelitian ini adalah ketersediaan alat kontrasepsi

dan keterjangkauan pelayanan alat kontrasepsi.

1. Pengaruh Ketersediaan Alat Kontrasepsi terhadap Pemakaian Alat

Kontasepsi

Uji statistik menunjukkan bahwa ada pengaruh yang bermakna antara

ketersediaan pelayanan alat kontrasepsi terhadap pemakaian alat kontrasepsi

(Sig=0,001). Hasil penelitian memperlihatkan bahwa tingkat pemakaian atau

pemanfaatan alat kontrasepsi berbanding lurus dengan ketersediaan alat

kontrasepsinya. Jika alat kontrasepsi tersedia maka akan diikuti dengan pemakaian

yang meningkat, demikian pula jika alat kontrasepsi tidak tersedia maka responden

yang tidak memakai juga akan meningkat.

Menurut Manuaba (1998), faktor-fakor yang mempengaruhi alasan pemilihan

metode kontrasepsi diantaranya adalah tingkat ekonomi, pekerjaan dan tersedianya

layanan kesehatan yang terjangkau. Adanya keterkaitan antara pendapatan dengan

kemampuan membayar jelas berhubungan dengan masalah ekonomi, sedangkan


101

kemampuan membayar bisa tergantung variabel non ekonomi dalam hal selera atau

persepsi individu terhadap suatu barang atau jasa.

Ketersediaan alat kontrasepsi terwujud dalam bentuk fisik, tersedia atau

tidaknya fasilitas atau sarana kesehatan (tempat pelayanan kontrasepsi). Untuk dapat

digunakan, pertama kali suatu metode kontrasepsi harus tersedia dan mudah didapat.

Promosi metode tersebut melalui media, melalui kontak langsung oleh petugas

program KB, oleh dokter dan sebagainya dapat meningkatkan secara nyata

pemilihan metode kontrasepsi. Memberikan konsultasi medis mungkin dapat

dipertimbangkan sebagai salah satu upaya promosi. Disamping itu daya beli individu

juga dapat mempengaruhi penggunaan kontrasepsi. Secara tidak langsung daya beli

individu ini juga dipengaruhi oleh ada tidaknya subsidi dari pemerintah.

Berdasarkan informasi yang diperoleh dari puskesmas Rambah Samo ternyata

tidak semua jenis/metode kontrasepsi tersedia. Implant dan IUD tidak tersedia karena

harganya yang cukup mahal, dan kalaupun ada pembagian dari Dinas Kesehatan

Kabupaten atau Dinas Kependudukan dan Catatan Sipil jumlahnya sangat sedikit dan

biasanya diberikan jika ada acara-acara tertentu yang berhubungan dengan KB dan

kesehatan. Sedangkan Suntik KB kadang tidak tersedia sehingga akseptor KB

mendapatkannya di praktek dokter atau bidan.

Berdasarkan wawancara yang dilakukan terhadap responden didapat bahwa

responden yang memakai kontrasepsi pada umumnya menggunakan metode

kontrasepsi pil (39%) dan suntik (25%) yang harganya tergolong murah. Suntik dan
102

pil biasanya mereka dapatkan di puskesmas dengan mengeluarkan biaya rata-rata Rp.

15.000,- untuk sekali suntik dan untuk pil bisa mereka dapatkan secara gratis atau

membayar sebanyak Rp. 5.000,-. Harga ini tergolong murah jika mereka harus

menggunakan alat kontrasepsi spiral atau implant yang harganya tergolong mahal dan

mereka harus mengeluarkan dana rata-rata Rp. 200.000,- sampai Rp. 300.000,-.

Meskipun secara nominal harga ini tergolong mahal tetapi jika dihitung

dengan manfaat pemakaian jangka waktu yang lama maka sebenarnya metode ini

lebih murah, tetapi karena responden harus mengeluarkan biaya sekaligus maka nilai

tersebut terasa mahal. Berbeda dengan suntik dan pil yang bisa mereka dapatkan

dengan harga murah meskipun dengan pemakaian jangka waktu yang relatif pendek

(sekali tiap bulan atau tiga bulan) untuk suntik dan harus diminum setiap hari untuk

pil.

Menurut Kartono dalam Hutauruk (2006), PUS tidak memanfaatkan

pelayanan KB karena penyedia pelayanan KB tidak menyediakan semua metode

kontrasepsi. Petugas cenderung memprioritaskan dan membatasi suatu metode

tertentu karena keterbatasan persediaan. Konsumen tidak dapat memilih metode yang

sesuai dengan tujuan kontrasepsinya karena alat tidak tersedia sehingga faktor ini

akan berpengaruh terhadap pemanfaatan pelayanan KB.

Ketersediaan ini juga berkaitan dengan struktur organisasi pada lembaga

BKKBN yang berubah setelah orde baru. Jika dahulu masalah alat kontrasepsi

ditangani oleh BKKBN sekarang hal tersebut sudah berubah. Sejak BKKBN dilebur
103

dan digabung dengan Dinas Catatan Sipil dan Kependudukan maka kegiatan BKKBN

menjadi tidak berjalan. Pengadaan alat kontrasepsi menjadi terhenti, hanya menunggu

pengadaan dari BKKBN pusat.

Untuk pengadaan di Dinas Kesehatan sendiri juga mengalami kendala karena

terbentur dengan masalah biaya yang terbatas dan lebih banyak diprioritaskan pada

pengadaan obat-obatan dan vaksin. Selain itu terjadi pula lempar tanggung jawab,

karena kedua belah pihak merasa bahwa masalah alat kontrasepsi bukan urusannya

dan lebih memprioritaskan pada program-program yang pokok. Hal inilah yang

mengakibatkan akseptor susah untuk mendapatkan alat kontrasepsi.

Kurangnya advokasi kepada legislatif dan eksekutif juga merupakan hal yang

mengakibatkan rendahnya dana yang dialokasikan untuk pengadaan alat kontrasepsi.

Tidak semua anggota legislatif yang concern pada masalah tersebut dan menganggap

bahwa program KB merupakan urusan keluarga, padahal kesehatan merupakan hak

semua orang dan pemerintah seharusnya menjaminnya (Prihastuti, 2005).

Untuk menjamin akses penduduk miskin terhadap pelayanan kesehatan, sejak

tahun 2005 Pemerintah melaksanakan mekanisme asuransi kesehatan yang dikenal

dengan Program Jaminan Pemeliharaan Kesehatan Bagi Masyarakat Miskin

(Askeskin). Pelaksanaan pelayanan kesehatan bagi masyarakat miskin pada tahun

2008 dinamakan Program Jaminan Kesehatan Masyarakat (Jamkesmas).

Ruang lingkup Program Jamkesmas pada tahun 2008 diutamakan pada upaya

pelayanan kesehatan perorangan (promotif, preventif, kuratif dan rehabilitatif) bagi


104

peserta Jamkesmas, disamping upaya pelayanan kesehatan masyarakat yang terbatas

pada upaya pencegahan yang bersifat sekunder. Pelayanan KB termasuk dalam

pelayanan rawat jalan tingkat primer, namun alat kontrasepsi disediakan oleh

BKKBN. Hal ini mengakibatkan cakupan pelayanan alat kontrasepsi menjadi tidak

satu kesatuan karena terkendala pada pengadaan alat kontrasepsi yang disediakan

oleh BKKBN. Kendala inilah yang harus segera diatasi masyarakat menjadi

mengeluarkan biaya untuk membeli alat kontrasepsi yang sebenarnya bisa mereka

dapatkan secara gratis.

Untuk penduduk miskin biaya yang harus dikeluarkan untuk pembelian alat

kontrasepsi tersebut tentu juga memberatkan selain juga mereka harus mengeluarkan

biaya untuk hidup sehari-hari. Oleh karena itulah diharapkan pemerintah pusat

khususnya pemerintah daerah memberi perhatian khusus dalam hal ini, sehingga

dapat memberi solusi untuk dapat membantu atau meringankan beban penduduk

miskin dengan tetap memberi pelayanan kesehatan KB dan kontrasepsi dengan gratis.

Dengan pelayanan tersebut diharapkan akseptor KB yang sedang memakai alat

kontrasepsi tidak menjadi drop out karena putus pakai.

Hal ini diungkapkan oleh Herlianto (2008) yang mangatakan bahwa ditengah

otonomi daerah akseptor KB sulit untuk memanfaatkan pelayanan KB karena

keterbatasan biaya untuk memperoleh alat/metode KB dan mengakibatkan terjadinya

drop out karena akseptor KB tidak lagi memperoleh pelayanan KB gratis dalam

safari KB seperti pada tahun-tahun sebelumnya.


105

Menurut Rochmah dalam Hutauruk (2005), yang berhubungan dengan

pemanfaatan pelayanan kesehatan adalah faktor organisasional yaitu ketersediaan

sumber daya baik dari segi kualitas maupun kuantitas. Suatu pelayanan hanya bisa

digunakan apabila jasa tersebut tersedia atau bisa didapat tanpa mempertimbangkan

sulit atau mudahnya penggunaannya. Hasil penelitian Hutauruk (2006) juga

mengatakan bahwa ada hubungan yang bermakna antara ketersediaan pelayanan KB

dengan utilisasi pelayanan KB (Sig=0,000).

2. Pengaruh Keterjangkauan Pelayanan Alat Kontrasepsi terhadap Pemakaian

Alat Kontasepsi

Keterjangkauan pelayanan dalam hal ini dilihat dari 3 (tiga) kategori yaitu

dari segi jarak, waktu tempuh dan biaya. Masing-masing sub variabel tersebut setelah

diuji dengan uji chi-square menunjukkan hubungan yang Signifikan dengan

pemakaian alat kontrasepsi, sehingga dapat dikatakan bahwa jarak, waktu tempuh dan

biaya berhubungan dengan pemakaian alat kontrasepsi.

Hasil ini menunjukkan bahwa jauh dekatnya jarak di lokasi penelitian akan

mempengaruhi mereka dalam pemanfaatan pelayanan. Jika mereka membutuhkan

pelayanan maka seharusnya mereka tidak akan memperhitungkan jarak dan kondisi

jalan. Jarak bukanlah sesuatu hal yang dapat menghalangi mereka untuk

mendapatkan pelayanan kesehatan termasuk pelayanan alat kontrasepsi.

Hal ini dapat dilihat dari responden yang jarak rumahnya dekat tetapi 89,7%

tidak memakai alat kontrasepsi, sedangkan responden yang jarak rumahnya jauh dan
106

tidak memakai alat kontrasepsi sebanyak 64,8%. Dari kondisi tersebut dapat

dikatakan bahwa jarak bukan suatu hal yang dapat menyebabkan responden menjadi

terganggu untuk mendapatkan alat kontrasepsi. Jika mereka membutuhkan alat

kontrasepsi tersebut maka mereka tidak akan mempermasalahkan jarak ke

puskesmas. Meskipun sebenarnya jarak merupakan suatu kondisi yang menghambat

seseorang dalam melakukan suatu tindakan atau perbuatan.

Menurut Depkes RI (2007), pemanfaatan pelayanan kesehatan berhubungan

dengan akses geografis, yang dimaksudkan dalam hal ini adalah tempat memfasilitasi

atau menghambat pemanfaatan. Ini adalah hubungan antara lokasi suplai dan lokasi

dari klien yang dapat diukur dengan jarak, waktu tempuh atau biaya tempuh.

Hubungan antara akses geografis dan volume dari pelayanan bergantung dari jenis

pelayanan dan jenis sumber daya yang ada. Peningkatan akses dipengaruhi oleh

berkurangnya jarak, waktu tempuh ataupun biaya tempuh. Fasilitas-fasilitas

kesehatan yang ada belum digunakan dengan efisien oleh masyarakat karena lokasi

pusat-pusat pelayanan tidak berada dalam radius masyarakat banyak dan lebih banyak

berpusat di kota-kota dan lokasi sarana yang tidak terjangkau dari segi perhubungan.

Menurut Rafael dalam Hutauruk (2005), faktor yang mempengaruhi

pemanfaatan pelayanan kesehatan yaitu aksesibilitas terhadap pelayanan kesehatan

seperti jarak tempuh dan waktu yang terbuang untuk pergi ke fasilitas, biaya, kendala,

sosial budaya terhadap pelayanan kesehatan modern, atau keramahan petugas


107

pelayanan kesehatan. Tempat pelayanan yang tidak strategis atau sangat sulit dicapai

menyebabkan berkurangnya pemanfaatan pelayanan kesehatan.

Hasil penelitian menunjukkan bahwa jarak rumah reponden 29% dekat

dengan puskesmas, dapat ditempuh dalam waktu 30 menit (63%) dengan berjalan

kaki (47%), menggunakan sepeda (33%) ataupun sepeda motor (30%). Sedangkan

dari segi biaya 95% responden mengeluarkan biaya untuk mendapatkan alat

kontrasepsi dengan harga yang bervariasi sesuai dengan pilihan metode kontrasepsi.

Keterjangkauan dari segi biaya pada umumnya banyak berhubungan dengan

ketersediaan seperti yang telah dibahas sebelumnya. Keterjangkauan dari segi biaya

berhubungan dengan tersedia atau tidak tersedianya alat kontrasepsi tersebut.

Menurut Manuaba (1998), faktor-faktor yang mempengaruhi alasan pemilihan

metode kontrasepsi diantaranya adalah tingkat ekonomi, pekerjaan dan tersedianya

layanan kesehatan yang terjangkau. Adanya keterkaitan antara pendapatan dengan

kemampuan membayar jelas berhubungan dengan masalah ekonomi, sedangkan

kemampuan membayar bisa tergantung variabel non ekonomi dalam hal selera atau

persepsi individu terhadap suatu barang atau jasa.

Hasil penelitian menunjukkan bahwa mayoritas responden adalah berprofesi

sebagai petani sehingga dilihar dari segi ekonomi mereka berada pada golongan

ekonomi menengah ke bawah. Hal ini akan berpengaruh pada kemampuan mereka

untuk membayar atau membeli barang dan jasa termasuk untuk membeli alat

kontrasepsi. Mereka dihadapkan pada terbatasnya pilihan yang ada dan sesuai dengan
108

kondisi keuangan, sehingga mayoritas pilihannya adalah metode kontrasepsi pil dan

suntik yang dari segi biaya tergolong murah meskipun jangka waktu pemakaiannya

singkat.

5.3. Faktor Pendorong

Faktor pendorong dalam penelitian ini adalah dukungan petugas kesehatan

dan pengambil keputusan dalam keluarga.

1. Pengaruh Dukungan Petugas Kesehatan terhadap Pemakaian Alat

Kontasepsi

Hasil penelitian menunjukkan bahwa responden yang mengatakan petugas

kesehatan tidak mendukung dan mereka tidak memakai alat kontrasepsi sebanyak

86,5%, sedangkan petugas kesehatan mendukung dan mereka memakai alat

kontrasepsi sebanyak 43,8%. Hasil uji statistik menunjukkan bahwa ada pengaruh

dukungan petugas kesehatan terhadap pemakaian alat kontrasepsi (Sig=0,005).

Petugas kesehatan yang dimaksud dalam hal ini adalah bidan atau perawat

yang bertugas di klinik kesehatan ibu dan anak dan keluarga berencana (KIA/KB).

Dari hasil penelitian menunjukkan bahwa dukungan petugas kesehatan berpengaruh

terhadap pemakaian alat kontrasepsi. Petugas kesehatan berperan dalam memberikan

informasi, penyuluhan dan menjelaskan tentang alat kontrasepsi.

Petugas kesehatan sangat banyak berperan dalam tahap akhir pemakaian alat

kontrasepsi. Calon akseptor yang masih ragu-ragu dalam pemakaian alat kontrasepsi

akhirnya memutuskan untuk memakai alat kontrasepsi setelah mendapat dorongan


109

maupun anjuran dari petugas kesehatan. Petugas kesehatan merupakan pihak yang

mengambil peran dalam tahap akhir proses pemakaian alat kontrasepsi.

Kecamatan Rambah Samo sendiri telah mempunyai polindes di tiap-tiap desa,

namun dalam kenyataannya para bidan di desa tidak tinggal menetap di polindes

tersebut. Bidan hanya datang setengah hari saja dan mereka pada umumnya tinggal

menetap di ibukota kecamatan, sehingga pelayanan kepada masyarakat tidak optimal.

Banyak masyarakat yang akhirnya enggan datang untuk berobat ataupun konsultasi

tentang masalah kesehatannya karena sering kecewa bidan tidak berada di tempat.

Hal ini tentu harus mendapat perhatian dari kepala puskesmas Kecamatan

Rambah Samo maupun Kepala Dinas Kesehatan Kabupaten Rokan Hulu, agar lebih

meningkatkan mutu pelayanan dengan memberi sanksi yang tegas jika petugas

kesehatan terutama bidan di desa yang tidak mau melaksanakan tugas dengan

sungguh-sungguh. Pelayanan yang kurang baik seperti ini akan menjadi citra buruk

bagi pelayanan kesehatan terutama petugas kesehatan itu sendiri.

Selain petugas kesehatan, peran petugas PLKB dalam hal pemakaian alat

kontrasepsi juga tidak dapat diabaikan. Petugas PLKB biasanya membujuk para calon

akseptor agar mau memakai alat kontrasepsi. Setelah memberikan penjelasan tentang

alat kontrasepsi petugas PLKB akan merujuk calon akseptor ke puskesmas untuk

proses pemasangan alat kontrasepsi. Kerjasama ini sudah berjalan sejak zaman orde

baru yang mengakibatkan meningkatnya akseptor KB. Namun seiring dengan

berjalannya waktu dan perubahan sistem organisasi peran petugas PLKB banyak
110

mengalami perubahan. Di daerah penelitian sendiri petugas PLKB sudah tidak ada

lagi, sehingga otomatis peran tersebut digantikan oleh petugas kesehatan.

Petugas kesehatan menjadi pihak yang mengkampanyekan program KB

kepada masyarakat. Namun dalam perkembangannya tugas tersebut tidak dapat

terlaksana dengan baik. Petugas kesehatan juga tidak memiliki dana yang cukup

untuk program tersebut, sehingga mereka hanya dapat melayani para calon akseptor

yang datang ke puskesmas. Di puskesmas inilah petugas kesehatan memegang peran

penting karena mereka harus dapat meyakinkan para calon akseptor untuk memakai

alat kontrasepsi.

Dengan kekuatan yang mereka miliki petugas kesehatan biasanya mampu

menekan ataupun mendorong calon akseptor untuk memakai alat kontrasepsi,

sehingga calon akseptor yang belum mengambil keputusan akhirnya memutuskan

untuk memakai alat kontrasepsi setelah diyakinkan oleh petugas kesehatan. Meskipun

sering tidak memiliki pilihan dalam hal jenis alat kontrasepsi yang dikehendaki,

namun mereka menyerahkan hal tersebut kepada petugas kesehatan.

Depkes RI (2007) mengatakan bahwa tersedianya berbagai fasilitas atau

faktor aksesibilitas dan pelayanan kesehatan dari tenaga medis yang terampil serta

kesediaan masyarakat untuk merubah kehidupan tradisional ke norma kehidupan

modern dalam bidang kesehatan merupakan faktor-faktor yang sangat berpengaruh

terhadap tingkat pemakaian alat kontrasepsi.


111

Berdasarkan indikator dukungan petugas kesehatan, mayoritas responden

mengatakan petugas kesehatan melakukan penyuluhan rutin tentang KB dan alat

kontrasepsi, menyarankan agar ibu ikut KB atau menggunakan kontrasepsi. Petugas

kesehatan juga menjelaskan terlebih dahulu tentang alat kontrasepsi yang akan dipilih

serta efek sampingnya, memberi kesempatan atau kebebasan dalam memilih alat

kontrasepsi, menyarankan untuk pemeriksaan rutin dan mengatakan bahwa pelayanan

yang diberikan oleh petugas kesehatan memuaskan.

Petugas kesehatan juga merupakan sosok yang masih dianggap panutan di

masyarakat, sehingga anjuran atau keputusan yang dibuat akan dilaksanakan oleh

masyarakat. Demikian juga dalam hal pemakaian alat kontrasepsi. Adanya hubungan

yang akrab antara perawat/bidan dengan masyarakat lebih memudahkan mereka

dalam menggerakkan masyarakat, tidak sekedar hubungan antara orang sakit dengan

petugas kesehatan. Hubungan tersebut lebih memudahkan mereka jika calon akseptor

ingin memakai alat kontrasepsi.

Juliantoro (2000) mengatakan bahwa dalam pelayanan kontrasepsi, hubungan

antara penyedia pelayanan dengan konsumen kontrasepsi tidak sama dengan

hubungan dokter dengan pasien. Dalam pelayanan kontrasepsi, klien bukanlah orang

sakit yang ingin disembuhkan dengan sikap pasrah terhadap segala keputusan yang

diambil penyedia layanan. Konsumen kontrasepsi adalah orang yang datang dalam

keadaan sehat, mempunyai kesadaran dan kemampuan untuk melakukan pilihan


112

sehingga pelayanan KB harus berbeda dengan pelayanan orang sakit. Bila hal ini

diperhatikan maka pemanfaatan pelayanan KB dapat meningkat.

Oleh karena itu diharapkan petugas kesehatan dapat mengubah pola/cara pikir

mereka dalam menghadapi para konsumen kontrasepsi, mereka harus tetap

meningkatkan kemampuan dan keahlian sehingga dapat memberikan informasi dan

penyuluhan kepada masyarakat sehingga NKKBS dapat diterima dengan positif.

Program KB masih harus tetap disosialisasikan kepada masyarakat seperti yang

dilakukan oleh petugas PLKB pada masa yang lalu, sehingga program KB terus

berlanjut dan berkesinambungan.

2. Pengaruh Pengambil Keputusan dalam Keluarga terhadap Pemakaian Alat

Kontasepsi.

Hasil uji chi square menunjukkan bahwa tidak ada hubungan pengambil

keputusan dalam keluarga dengan pemakaian alat kontrasepsi (Sig=0,949).

Maksudnya adalah bahwa dalam hal pemakaian alat kontrasepsi suami dan istri tidak

begitu mempermasalahkan musyawarah, keputusan dapat diambil oleh suami atau

istri saja dengan memperhatikan segala risiko yang mungkin timbul akibat dari

pemakaian alat kontrasepsi. Dengan kata lain tidak ada perbedaan antara musyawarah

suami-istri dengan suami atau istri saja dalam mengambil keputusan dalam

pemakaian alat kontrasepsi.

Friedman (1998) dan Sarwono (2007) mengatakan bahwa ikatan suami isteri

yang kuat sangat membantu ketika keluarga menghadapi masalah, karena suami/isteri
113

sangat membutuhkan dukungan dari pasangannya. Hal itu disebabkan orang yang

paling bertanggung jawab terhadap keluarganya adalah pasangan itu sendiri.

Dukungan tersebut akan tercipta apabila hubungan interpersonal keduanya baik.

Hartanto (2004) mengatakan bahwa metoda kontrasepsi tidak dapat dipakai

istri tanpa kerjasama suami dan saling percaya. Keadaan ideal bahwa pasangan suami

istri harus bersama memilih metoda kontrasepsi yang terbaik, saling kerjasama dalam

pemakaian, membayar biaya pengeluaran untuk kontrasepsi dan memperhatikan

tanda bahaya pemakaian.

5.4. Faktor Paling Dominan terhadap Pemakaian Alat Kontrasepsi

Berdasarkan uji regresi logistik ganda, diketahui bahwa variabel yang paling

dominan pengaruhnya terhadap pemakaian alat kontrasepsi adalah ketersediaan alat

kontrasepsi. Hal ini sesuai dengan teori yang mengatakan bahwa faktor-fakor yang

mempengaruhi alasan pemilihan metode kontrasepsi diantaranya adalah tingkat

ekonomi, pekerjaan dan tersedianya layanan kesehatan yang terjangkau. Adanya

keterkaitan antara pendapatan dengan kemampuan membayar berhubungan dengan

masalah ekonomi, sedangkan kemampuan membayar bisa tergantung variabel non

ekonomi dalam hal selera atau persepsi individu terhadap suatu barang atau jasa

(Manuaba, 1998).

Ketersediaan alat kontrasepsi terwujud dalam bentuk fisik, tersedia atau

tidaknya fasilitas atau sarana kesehatan (tempat pelayanan kontrasepsi). Untuk dapat

digunakan, pertama kali suatu metode kontrasepsi harus tersedia dan mudah didapat.
114

Disamping itu daya beli individu juga dapat mempengaruhi penggunaan kontrasepsi,

secara tidak langsung daya beli individu ini juga dipengaruhi oleh ada tidaknya

subsidi dari pemerintah.

Menurut Kartono dalam Hutauruk (2006), PUS tidak memanfaatkan

pelayanan KB karena penyedia pelayanan KB tidak menyediakan semua metode

kontrasepsi. Petugas cenderung memprioritaskan dan membatasi suatu metode

tertentu karena keterbatasan persediaan. Konsumen tidak dapat memilih metode yang

sesuai dengan tujuan kontrasepsinya karena alat tidak tersedia sehingga faktor ini

akan berpengaruh terhadap pemanfaatan pelayanan KB.

Hal yang sama juga diungkapkan oleh Herlianto (2008), bahwa ditengah

otonomi daerah akseptor KB sulit untuk memanfaatkan pelayanan KB karena

keterbatasan biaya untuk memperoleh alat/metode KB dan mengakibatkan terjadinya

drop out karena akseptor KB tidak lagi memperoleh pelayanan KB gratis dalam

safari KB seperti pada tahun-tahun sebelumnya.

Rochmah dalam Hutauruk (2006) mengatakan yang berhubungan dengan

pemanfaatan pelayanan kesehatan adalah faktor organisasional yaitu ketersediaan

sumber daya, baik dari segi kualitas maupun kuantitas. Suatu pelayanan hanya bisa

digunakan apabila jasa tersebut tersedia atau bisa didapat tanpa mempertimbangkan

sulit atau mudahnya penggunaannya. Hasil penelitian Hutauruk (2006) juga

menunjukkan ada hubungan yang bermakna antara ketersediaan pelayanan KB

dengan utilisasi pelayanan KB (Sig=0,000).


115

BAB 6

KESIMPULAN DAN SARAN

6.1. Kesimpulan

Berdasarkan hasil penelitian, maka dapat disimpulkan sebagai berikut:

1. Proporsi istri PUS yang tidak memakai alat kontrasepsi sebesar 72%.

2. Hasil analisis bivariat menunjukkan ada hubungan yang Signifikan antara umur

(Sig=0,033), pendidikan (Sig=0,030), jumlah anak (Sig=0,016), pengetahuan

(Sig=0,000), sikap (Sig=0,001), ketersediaan alat kontrasepsi (Sig=0,000), jarak

(Sig=0,023), waktu tempuh (Sig=0,025), biaya (Sig=0,000) dan dukungan petugas

kesehatan (Sig=0,002) dengan pemakaian alat kontrasepsi.

3. Hasil analisis multivariat menunjukkan ada pengaruh yang bermakna antara

jumlah anak (Sig=0,008), pengetahuan (Sig=0,014), sikap (Sig=0,041),

ketersediaan alat kontrasepsi (Sig=0,001) dan dukungan petugas kesehatan

(Sig=0,005) terhadap pemakaian alat kontrasepsi

4. Variabel yang dominan berpengaruh terhadap pemakaian alat kontrasepsi adalah

ketersediaan alat kontrasepsi (Koefisien B = 3,112).

6.1. Saran

1. Kepada Dinas Kesehatan dan Dinas Kependudukan dan Catatan Sipil Kabupaten

Rokan Hulu perlu melakukan kerjasama dan pendekatan kepada penentu kebijakan

99
116

lainnya dalam mengalokasikan dana untuk pelayanan alat kontrasepsi gratis

kepada masyarakat khususnya kepada keluarga miskin.

2. Dinas Kesehatan Kabupaten Rokan Hulu perlu melakukan peningkatan

kemampuan petugas kesehatan sehingga mampu memberikan informasi tentang

alat kontrasepsi dan dapat memahami serta menyadari bahwa akseptor memiliki

hak reproduksi sehat dan hak konsumen pengguna alat kontrasepsi.

3. Juga perlu melakukan penyuluhan kepada masyarakat agar dapat memahami dan

menerima norma keluarga kecil sehingga diharapkan mampu membentuk keluarga

bahagia dan sejahtera melalui pengaturan atau pembatasan kelahiran anak.


117

DAFTAR PUSTAKA

Ancok, Dj., 1995. Nuansa Psikologi Pembangunan, Penerbit Pustaka Pelajar,


Yogyakarta.

Arikunto, S., 2006. Prosedur Penelitian, Edisi Revisi VI, Penerbit Rineka Cipta,
Jakarta.

Badan Pusat Statistik, 2005. Statistik 60 Tahun Indonesia Merdeka, BPS, Jakarta.

_________________, 2007a. Statistik Indonesia 2007, BPS, Jakarta.

_________________, 2007b. Indikator Kesejahteraan Rakyat 2006, BPS, Jakarta.

Beni, R., 2003. Analisis Berita Kependudukan: Triwulan Keempat 2003. Warta
Demografi, Tahun 33 (4): 1-8.

Bertrand, J., 1980. Audience Research for Improving Family Planning Comunication
Program, Communication Laboratory Community & Family Studi Center,
University of Chicago

BKKBN, 1990. Dua Dasawarsa Gerakan KB Nasional, Jakarta.

_______, 1992. Informasi Aspek Medis Alat Kontrasepsi LIMAS, Jakarta.

_______, 1999. Tingkat dan Perkembangan Pemakaian Alat Kontrasepsi Menurut


Parameter Demografi Sosioekonomi di Indonesia Tahun 1994-1997, Jakarta.

_______, 2003. Buku Panduan Praktis Pelayanan Kontrasepsi, BKKBN, Jakarta.

_______, 2004. Hasil Pelaksanaan Program KB Nasional, Cukilan Data Program


Keluarga Berencana Nasional. No. 255 Tahun XXXI, Jakarta.

_______, 2005. Hasil Pelaksanaan Program KB Nasional, Cukilan Data Program


Keluarga Berencana Nasional. No. 256 Tahun XXXII, Jakarta.

______, 2009. Jumlah Penduduk Miskin Berkurang di 2007, http//www.bkkbn.go.id.


diakses tanggal 10 Juni 2009.

Cornelius, T., 2004. Memecahkan Kasus Statistik Deskriptif, Parametrik dan Non
Parametrik. Penerbit Andi, Yogyakarta.

101
118

Depkes RI, 2001. Analisis Situasi dan Bimbingan Teknis Pengelolaan Pelayanan
KB, Jakarta.

_________, 2004. Sistem Kesehatan Nasional, Jakarta.

_________, 2007. Profil Kesehatan Indonesia 2005, Jakarta.

Dinas Kependudukan dan Catatan Sipil Kabupaten Rokan Hulu, 2008. Profil
Kependudukan Kabupaten Rokan Hulu Tahun 2007, Pasirpengaraian.

Dinas Kesehatan Kabupaten Rokan Hulu, 2008. Profil Kesehatan Kabupaten Rokan
Hulu Tahun 2007, Pasirpengaraian.

Friedman, M., 1998. Keperawatan Keluarga: Teori dan Praktek, Penerbit Buku
Kedokteran EGC, Jakarta.

Gerungan, W.A., 1986. Psikologi Sosial, Eresco, Bandung.

Green, L., and Kreuter M.W., 2005. Health Program Planning: An Educational and
Ecological Approach. Fourth Edition, McGraw Hill, New York.

Hartanto, H., 2004. KB dan Kontrasepsi, Penerbit Pustaka Sinar Harapan, Jakarta.

Hasibuan, S.E.R., 2001. Beberapa Faktor yang Mempengaruhi Pemakaian Metoda


Kontrasepsi di Kelurahan Sidorame Barat II Kecamatan Medan Perjuangan
Kodya Medan Tahun 2001. Skripsi. Fakultas Kesehatan Masyarakat
Universitas Sumatera Utara, Medan.

Hatmadji, S.H., 2004. Fertilitas (Kelahiran) dalam Dasar-dasar Demografi. Penerbit


Fakultas Ekonomi Universitas Indonesia, Jakarta.

Herlianto, D., 2008. Ledakan Pertumbuhan Penduduk: Keluarga Berencana Tetap


Menjadi Kunci. http//www.media-indonesia.com/rubrik/arsipaktual. diakses
tanggal 30 Agustus 2008.

Hutauruk, A., 2006. Hubungan Karakteristik Wanita Usia Subur (WUS) dan Kualitas
Pelayanan KB dengan Utilisasi Pelayanan KB di Kabupaten Tapanuli Tengah
Tahun 2006. Tesis. Sekolah Pascasarjana Universitas Sumatera Utara, Medan.

Juliantoro, D., 2000. 30 Tahun Cukup, Pustaka Sinar Harapan, Jakarta.


119

Kasmiyati, 2008. Pemantauan Pasangan Usia Subur Melalui Mini Survei Indonesia
2007. http//www.bkkbn.go.id/ditfor/download.php?type=p&prgid=175.
diakses tanggal 17 September 2008 .

Kusuma, V., et.al. 2005. Menyisir dari Pinggir, STARH-INSIST, Yogyakarta.

Lemeshow, S., Hosmer Jr, D.W., dan Klar, J., 1997. Besar Sampel Dalam Penelitian
Kesehatan (Terjemahan Dibyo Pramono), Gadjah Mada University Press,
Yogyakarta.
Mantra , I.B., 2006. Demografi Umum, Edisi 2, Penerbit Pustaka Pelajar, Yogyakarta

Manuaba, I.B.G., 1998. Ilmu Kebidanan, Penyakit Kandungan dan Keluarga


Berencana untuk Pendidikan Bidan, Penerbit Buku Kedokteran EGC, Jakarta.

Meutia, 1997. Pengaruh Karakteristik, Pengetahuan, dan Sikap Akseptor KB


Terhadap Utilitas Alat Kontrasepsi Implant di Kelurahan Kota Matsum-1
Kotamadya Medan. Skripsi. Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas
Sumatera Utara, Medan.

Mochtar, R., 1995. Sinopsis Obstetri Edisi 2, Cetakan 2, Penerbit Buku Kedokteran
EGC, Jakarta.

Mutiara, E., 1998. Beberapa Faktor yang Berhubungan dengan Penggunaan


Kontrasepsi di Wilayah Indonesia Timur (Analisis Data SDKI 1994). Tesis.
Program Pascasarjana Ilmu Kesehatan Masyarakat Universitas Indonesia,
Depok.

Notoatmodjo, S., 2003. Pendidikan dan Perilaku Kesehatan, Penerbit Rineka Cipta,
Jakarta.

______________, 2007. Promosi Kesehatan dan Ilmu Perilaku, Penerbit Rineka


Cipta, Jakarta.

Pardosi, T.I., 2005. Analisis Faktor-faktor yang Berhubungan dengan Tingkat


Kemandirian Akseptor KB Aktif dalam Pemanfaatan Program KB Mandiri di
Wilayah Kerja Puskesmas Padang Bulan Kec. Medan Baru Kodya Medan
Tahun 2005. Skripsi. Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Sumatera
Utara, Medan.

Pratiknya, A.W., 2003. Dasar-dasar Metodologi Penelitian Kedokteran dan


Kesehatan, PT RajaGrafindo Persada, Jakarta.
120

Prihastuti, I., 2004. Alkon Hilang, Anak Tak Terbilang, LP3Y dan STARH,
Yogyakarta.

__________, 2005. Akseptor KB Terengah di Otonomi Daerah, LP3ES, Yogyakarta.


Riduwan, M., 2002. Metode dan Teknik Penyusunan Tesis, Alphabet, Bandung.

Robbins, S.P., 1994. Teori Organisasi, Penerbit Arcan, Bandung.

Saifuddin, A.B., 2003. Panduan Praktis Pelayanan Kontrasepsi, Penerbit Yayasan


Bina Pustaka Sarwono Prawirohardjo, Jakarta.

Sakhnan, R., 2001. Faktor yang Berhubungan dengan Keikutsertaan Ibu PUS dalam
Program KB Pada Suku Talang Mamak di Desa Seberial Indragiri Hulu
Propinsi Riau Tahun 2000. Tesis. Program Pascasarjana Ilmu Kesehatan
Masyarakat Universitas Indonesia, Depok.

Sarwono, S., 2007. Sosiologi Kesehatan: Beberapa Konsep Beserta Aplikasinya,


Cetakan Keempat, Gadjah Mada University Press, Yogyakarta.

Sarwono, S.W., 2001. Psikologi Sosial, Cetakan Kedua, Penerbit Balai Pustaka,
Jakarta.

Sastroasmoro, S., dan Ismael, S., 1995. Dasar-dasar Metodologi Penelitian Klinis,
Bagian Ilmu Kesehatan Anak Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia,
Jakarta.

Sciortino, S., 1999. Menuju Kesehatan Madani, Penerbit Pustaka Pelajar,


Yogyakarta.

Singarimbun, M., dan Efendi, S., 1989. Metode Penelitian Survei, LP3ES, Jakarta.

Siswosudarmo, dkk., 2001. Tekonologi Kontrasepsi, Gadjah Mada University Press,


Yogyakarta.

Soekanto, S., 2006. Sosiologi Suatu Pengantar, PT RajaGrafindo Persada, Jakarta.

Speroff, L., dan Darney, P., 2005. Pedoman Klinis Kontrasepsi, Edisi 2, Penerbit
Buku Kedokteran EGC, Jakarta.

Suryabrata, S., 2003. Metodologi Penelitian, PT RajaGrafindo Persada, Jakarta.


121

Syamsiah, 2002. Peranan Dukungan Suami Istri Dalam Pemilihan Alat Kontrasepsi
Pada Peserta KB di Soak Bayu Kab Musi Banyuasin Sumatera Selatan Tahun
2002. Skripsi. Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Indonesia, Depok.

Triton, 2006. SPSS 13 Terapan Riset Statistik Parametrik, Penerbit Andi,


Yogyakarta.

UNDP, 2008. Indonesia the Human Development Index - Going Beyond Income.
http:/hdr.undp.org/end/reports/. diakses tanggal 28 Februari 2008.

Universitas Sumatera Utara, 2007, Panduan Penelitian Proposal dan Tesis, AKK
Sekolah Pasca Sarjana, USU Press, Medan.

Wiknjosastro, H., 1999. Ilmu Kebidanan, Edisi Ketiga, Penerbit Yayasan Bina
Pustaka Sarwono Prawirohardjo, Jakarta.
122

Lampiran 1
KUESIONER PENELITIAN
FAKTOR FAKTOR YANG MEMENGARUHI PEMAKAIAN
ALAT KONTRASEPSI PADA ISTRI PUS DI KECAMATAN RAMBAH SAMO
KABUPATEN ROKAN HULU
Nomor
Nama pewawancara : Kuesioner
Hari/tanggal :

A Identitas responden
1. No. Responden :
2. Nama :
3. Umur :
4. Pendidikan :
5. Umur Suami :
6. Pendidikan Suami :
7. Jumlah Anak :

8. Apakah ibu peserta KB?


(Jika Tidak, lanjut ke pertanyaan No.10)
1. Ya
2. Tidak

9. Jika Ya, alat kontrasepsi apa yang digunakan saat ini?


a. Spiral
b. Implant/Susuk
c. Suntik
d. Pil
e. Kondom
f. MOP/MOW
g. Lain-lain .

10. Jika Tidak, apa alasan ibu belum ber-KB


a. Belum punya anak
b. Masih ingin punya anak
c. Ingin punya anak laki-laki
d. Ingin punya anak perempuan
e. Alasan kesehatan
f. Dilarang suami
g. Lain-lain, sebutkan.............

106
123

11. Berapa rata-rata jarak kehamilan dengan anak sebelumnya..


1. Anak pertama.............. bulan
2. Anak kedua................. bulan
3. Anak ketiga .................bulan
4. dan seterusnya...............

B Pengetahuan tentang alat kontrasepsi


(Jawaban bisa lebih dari 1)

1. Darimanakah ibu mengetahui tentang KB/alat kontrasepsi?


1. PPLKB/PLKB
2. Puskesmas
3. Dokter/Bidan Praktek Swasta
4. Surat kabar/Majalah
5. Radio/Televisi
6. Suami/Orangtua/mertua
7. Tidak tahu

2. Menurut ibu, pengertian KB adalah?


1. Suatu usaha dengan kesadaran sendiri membatasi kelahiran untuk
meningkatkan kesejahteraan keluarga.
2. Salah satu usaha untuk meningkatkan kesejahteraan keluarga
melalui pengaturan kelahiran.
3. Suatu cara yang dianjurkan pemerintah untuk membatasi jumlah
anak (idealnya adalah 2 anak)
4. Tidak tahu

3. Menurut ibu, apakah tujuan KB?


1. Membentuk keluarga kecil, bahagia dan sejahtera
2. Memperbaiki dan meningkatkan kesejahteraan ibu dan anak
3. Penundaan/penjarangan kelahiran
4. Pembatasan kelahiran
5. Tidak tahu

4. Menurut ibu, apakah manfaat pemakaian alat kontrasepsi?


1. Untuk mencegah terjadinya kehamilan
2. Untuk mengatur jarak kehamilan
3. Untuk mengakhiri kesuburan
4. Tidak tahu

5. Jenis alat kontrasepsi apa saja yang ibu ketahui?


1. Spiral/IUD
124

2. Implant/Susuk
3. Suntik
4. Pil
5. Kondom
6. Tubektomi/Vasektomi (MOP/MOW)
7. Tidak tahu

6. Menurut ibu, apa sajakah efek samping dari penggunaan alat


kontrasepsi?
1. Rasa nyeri/mules
2. Kelainan haid/perdarahan/bercak darah
3. Mual/muntah/pusing
4. Infeksi/Keputihan
5. Perubahan berat badan/gemuk
6. Tidak tahu

7. Menurut ibu, apakah alat kontrasepsi yang paling cocok untuk ibu
menyusui?
1. Pil
2. Suntik
3. Tidak tahu

8. Menurut ibu, apa saja jenis kontrasepsi untuk laki-laki?


1. Kondom
2. MOP/Tubektomi
3. Tidak tahu

C Sikap
(Pilih satu jawaban saja)

1. Menurut ibu, manfaat KB adalah untuk meningkatkan kesehatan ibu


dan anak
1. Setuju
2. Tidak setuju
Alasan .

2. Menurut ibu, KB bertujuan untuk merencanakan keluarga kecil,


bahagia dan berkualitas
1. Setuju
2. Tidak setuju
Alasan .
125

3. Menurut ibu, pemakaian kontrasepsi merupakan salah satu cara untuk


menunda kehamilan dan menjarangkan kelahiran
1. Setuju
2. Tidak setuju
Alasan .

4. Menurut ibu, mempunyai anak yang banyak tidak akan membawa


rezeki yang banyak.
1. Setuju
2. Tidak setuju
Alasan .

5. Menurut ibu, anak laki-laki nilainya sama dengan anak perempuan


1. Setuju
2. Tidak setuju
Alasan .

D Ketersediaan Alat Kontrasepsi:


(Pilih satu jawaban saja)

1. Pada saat ibu ingin ikut KB, apakah alat kontrasepsi selalu tersedia di
sarana kesehatan?
1. Ya
2. Tidak

2. Apakah jenis alat kontrasepsi yang diinginkan selalu tersedia di


sarana kesehatan?
1. Ya
2. Tidak

Jika Tidak, dimana ibu mendapatkan alat kontrasepsi?


1. Klinik swasta
2. Praktek Dokter/Bidan
3. Apotek
4. Lain-lain, sebutkan
E Keterjangkauan pelayanan alat kontrasepsi
(Pilih satu jawaban saja)

1. Berapakah jarak rumah ibu ke sarana kesehatan?


1. 2,5 km
126

2. > 2,5 km

2. Berapa lama waktu yang dibutuhkan untuk sampai di tempat


pelayanan kesehatan?
1. 30 menit
2. > 30 menit

Jenis alat transportasi apa yang ibu gunakan untuk mencapai tempat
tersebut?
1. Jalan kaki
2. Sepeda
3. Sepeda motor
4. Mobil

3. Apakah ibu mengeluarkan biaya untuk memperoleh pelayanan KB?


1. Ya
2. Tidak

Bila ibu membayar untuk ber-KB, berapa biaya yang harus


dikeluarkan? (Sebutkan nominalnya dalam rupiah)
1. s/d 100.000,-
2. 100.000 s/d 200.000,-
3. > 200.000,-
F Dukungan Petugas Kesehatan:
(Pilih satu jawaban saja)

1. Apakah petugas kesehatan melakukan penyuluhan rutin tentang KB


dan alat kontrasepsi?
1. Ya
2. Tidak

2. Apakah petugas kesehatan menyarankan agar ibu ikut KB atau


menggunakan kontrasepsi?
1. Ya
2. Tidak

3. Apakah petugas kesehatan menjelaskan terlebih dahulu tentang alat


kontrasepsi yang akan dipilih dan efek sampingnya?
1. Ya
2. Tidak
127

4. Apakah petugas kesehatan memberi kesempatan atau kebebasan


dalam memilih alat kontrasepsi?
1. Ya
2. Tidak

5. Apakah petugas kesehatan menyarankan untuk pemeriksaan rutin?


1. Ya
2. Tidak

6. Apakah pelayanan yang diberikan oleh petugas kesehatan


memuaskan?
1. Ya
2. Tidak

Jika tidak puas, apakah penyebabnya?


1. Petugas kurang ramah
2. Petugas tidak mampu memberi informasi seperti yang diharapkan
3. Alat/fasilitas tidak lengkap
4. Biaya terlalu mahal
5. Lain-lain, sebutkan

G Pengambil Keputusan:

Siapakah yang mengambil keputusan tentang pemakaian alat


kontrasepsi dalam keluarga?
1. Suami
2. Isteri
3. Musyawarah suami-isteri
4. Mertua/orangtua
5. Tetangga/teman dekat
6. Petugas kesehatan
Alasan ..

WAWANCARA SELESAI
TERIMAKASIH ATAS WAKTU DAN KESEMPATAN YANG TELAH
DIBERIKAN
128

Lampiran 2
Uji Validitas dan Reliabilitas Data

Reliability PENGETAHUAN

***** Method 1 (space saver) will be used for this analysis ******
_

R E L I A B I L I T Y A N A L Y S I S - S C A L E (A L P H A)

Mean Std Dev Cases

1. P1 .6333 .4901 30.0


2. P2 .7667 .4302 30.0
3. P3 .8667 .3457 30.0
4. P4 .7333 .4498 30.0
5. P5 .6000 .4983 30.0
6. P6 .8667 .3457 30.0
7. P7 .7667 .4302 30.0
8. P8 .6333 .4901 30.0

N of
Statistics for Mean Variance Std Dev Variables
SCALE 5.8667 6.8092 2.6094 8

Item-total Statistics

Scale Scale Corrected


Mean Variance Item- Alpha
if Item if Item Total if Item
Deleted Deleted Correlation Deleted

P1 5.2333 5.5644 .4345 .8941


P2 5.1000 5.6103 .4975 .8849
P3 5.0000 5.5862 .6752 .8700
P4 5.1333 5.0851 .7502 .8597
P5 5.2667 4.9609 .7208 .8628
P6 5.0000 5.5862 .6752 .8700
P7 5.1000 5.0586 .8090 .8541
P8 5.2333 4.9437 .7457 .8599

Reliability Coefficients

N of Cases = 30.0 N of Items = 8

Alpha = .8843
129

Reliability SIKAP

****** Method 1(space saver) will be used for this analysis ******
_ 112

R E L I A B I L I T Y A N A L Y S I S - S C A L E (A L P H A)

Mean Std Dev Cases

1. S1 .8667 .3457 30.0


2. S2 .7667 .4302 30.0
3. S3 .6333 .4901 30.0
4. S4 .8667 .3457 30.0
5. S5 .7667 .4302 30.0

N of
Statistics for Mean Variance Std Dev Variables
SCALE 3.9000 3.1276 1.7685 5

Item-total Statistics

Scale Scale Corrected


Mean Variance Item- Alpha
if Item if Item Total if Item
Deleted Deleted Correlation Deleted

S1 3.0333 2.1713 .8212 .8851


S2 3.1333 1.9126 .8655 .8702
S3 3.2667 2.0644 .5843 .9399
S4 3.0333 2.1713 .8212 .8851
S5 3.1333 1.9126 .8655 .8702

Reliability Coefficients

N of Cases = 30.0 N of Items = 5

Alpha = .9105
130

Reliability Dukungan Petugas Kesehatan

****** Method 1 (space saver)will be used for this analysis ******


_

R E L I A B I L I T Y A N A L Y S I S - S C A L E (A L P H A)

Mean Std Dev Cases

1. PK1 .9667 .1826 30.0


2. PK2 .9667 .1826 30.0
3. PK3 .9667 .1826 30.0
4. PK4 .9667 .1826 30.0
5. PK5 .8333 .3790 30.0
6. PK6 .7667 .4302 30.0

N of
Statistics for Mean Variance Std Dev Variables
SCALE 5.4667 1.4989 1.2243 6

Item-total Statistics

Scale Scale Corrected


Mean Variance Item- Alpha
if Item if Item Total if Item
Deleted Deleted Correlation Deleted

PK1 4.5000 1.1552 .7908 .7861


PK2 4.5000 1.1552 .7908 .7861
PK3 4.5000 1.1552 .7908 .7861
PK4 4.5000 1.1552 .7908 .7861
PK5 4.6333 .9299 .5818 .8220
PK6 4.7000 .9069 .4966 .8682

Reliability Coefficients

N of Cases = 30.0 N of Items = 6

Alpha = .8301
131

Lampiran 3
Uji Normalitas Kolmogorov-Smirnov
132

Descriptives

Statistic Std. Error


Total Pengetahuan Mean 16.06 .747
95% Confidence Lower Bound 14.58
Interval for Mean Upper Bound
17.54

5% Trimmed Mean 15.68


Median 13.50
Variance 55.734
Std. Deviation 7.466
Minimum 8
Maximum 31
Range 23
Interquartile Range 13.50
Skewness .600 .241
Kurtosis -.943 .478
Total Sikap Mean 2.54 .143
95% Confidence Lower Bound 2.26
Interval for Mean Upper Bound
2.82

5% Trimmed Mean 2.54


Median 2.00
Variance 2.049
Std. Deviation 1.431
Minimum 0
Maximum 5
Range 5
Interquartile Range 2.00
Skewness .392 .241
Kurtosis -.824 .478
Total dukungan petugas Mean 3.70 .151
95% Confidence Lower Bound 3.40
Interval for Mean Upper Bound
4.00

5% Trimmed Mean 3.73


Median 3.00
Variance 2.293
Std. Deviation 1.514
Minimum 0
Maximum 6
Range 6
Interquartile Range 2.00
Skewness .098 .241
Kurtosis -.823 .478

115
133

Tests of Normality
a
Kolmogorov-Smirnov Shapiro-Wilk
Statistic df Sig. Statistic df Sig.
Total Pengetahuan .159 100 .000 .883 100 .000
Total Sikap .287 100 .000 .880 100 .000
Total dukungan petugas .248 100 .000 .901 100 .000
a. Lilliefors Significance Correction
134

Lampiran 4

Analisis Univariat (Distribusi Frekuensi)


Frequency Table
Umur Istri

Cumulative
Frequency Percent Valid Percent Percent
Valid 20-35 tahun 60 60.0 60.0 60.0
>35 tahun 40 40.0 40.0 100.0
Total 100 100.0 100.0

Kategori Umur Suami

Cumulative
Frequency Percent Valid Percent Percent
Valid <40 tahun 71 71.0 71.0 71.0
>=40 tahun 29 29.0 29.0 100.0
Total 100 100.0 100.0

DDKISTRI

Cumulative
Frequency Percent Valid Percent Percent
Valid sd 36 36.0 36.0 36.0
smp 30 30.0 30.0 66.0
sma 27 27.0 27.0 93.0
d3 6 6.0 6.0 99.0
pt 1 1.0 1.0 100.0
Total 100 100.0 100.0

Pendidikan Suami

Cumulative
Frequency Percent Valid Percent Percent
Valid SD 31 31.0 31.0 31.0
SMP 40 40.0 40.0 71.0
SMA 22 22.0 22.0 93.0
D3 4 4.0 4.0 97.0
S1 3 3.0 3.0 100.0
Total 100 100.0 100.0

117
117
135

Kategori Jumlah Anak

Cumulative
Frequency Percent Valid Percent Percent
Valid > 2 orang 54 54.0 54.0 54.0
<= 2 orang 46 46.0 46.0 100.0
Total 100 100.0 100.0

Pemakaian Alkon

Cumulative
Frequency Percent Valid Percent Percent
Valid Ya/Pakai 28 28.0 28.0 28.0
Tidak 72 72.0 72.0 100.0
Total 100 100.0 100.0

Alat kontrasepsi yang digunakan

Cumulative
Frequency Percent Valid Percent Percent
Valid tidak kb 72 72.0 72.0 72.0
spiral 6 6.0 6.0 78.0
implant/susuk 4 4.0 4.0 82.0
suntik 7 7.0 7.0 89.0
pil 11 11.0 11.0 100.0
Total 100 100.0 100.0

Alasan ibu belum ber-kb

Cumulative
Frequency Percent Valid Percent Percent
Valid Berkb 28 28.0 28.0 28.0
masih ingin punya anak 48 48.0 48.0 76.0
ingin anak laki-laki 13 13.0 13.0 89.0
ingin anak perempuan 4 4.0 4.0 93.0
Alasan kesehatan 2 2.0 2.0 95.0
Dilarang Suami 5 5.0 5.0 100.0
Total 100 100.0 100.0

Kategori Jarak Lahir

Cumulative
Frequency Percent Valid Percent Percent
Valid <56 bulan 39 39.0 39.0 39.0
>= 56 bulan 61 61.0 61.0 100.0
Total 100 100.0 100.0
136

Sikap

Cumulative
Frequency Percent Valid Percent Percent
Valid Tidak Setuju 43 43.0 43.0 43.0
Setuju 57 57.0 57.0 100.0
Total 100 100.0 100.0

Sikap

Cumulative
Frequency Percent Valid Percent Percent
Valid Tidak Setuju 48 48.0 48.0 48.0
Setuju 52 52.0 52.0 100.0
Total 100 100.0 100.0

Sikap

Cumulative
Frequency Percent Valid Percent Percent
Valid Tidak Setuju 42 42.0 42.0 42.0
Setuju 58 58.0 58.0 100.0
Total 100 100.0 100.0

SIkap

Cumulative
Frequency Percent Valid Percent Percent
Valid Tidak Setuju 58 58.0 58.0 58.0
Setuju 42 42.0 42.0 100.0
Total 100 100.0 100.0

Sikap

Cumulative
Frequency Percent Valid Percent Percent
Valid Tidak Setuju 55 55.0 55.0 55.0
Setuju 45 45.0 45.0 100.0
Total 100 100.0 100.0
137

Ketersediaan Alkon

Cumulative
Frequency Percent Valid Percent Percent
Valid Tidak 43 43.0 43.0 43.0
Ya 57 57.0 57.0 100.0
Total 100 100.0 100.0

Ketersediaan Alkon

Cumulative
Frequency Percent Valid Percent Percent
Valid Tidak 49 49.0 49.0 49.0
Ya 51 51.0 51.0 100.0
Total 100 100.0 100.0

Tempat mendapatkan alkon

Cumulative
Frequency Percent Valid Percent Percent
Valid Klinik swasta 33 33.0 33.0 33.0
Praktek dokter/bidan 58 58.0 58.0 91.0
Apotik 9 9.0 9.0 100.0
Total 100 100.0 100.0

Jarak ke sarkes

Cumulative
Frequency Percent Valid Percent Percent
Valid <2,5 km 43 43.0 43.0 43.0
>2,5 km 57 57.0 57.0 100.0
Total 100 100.0 100.0

Waktu Tempuh

Cumulative
Freqenucy Percent Valid Percent Percent
Valid <30 mnt 55 55.0 55.0 55.0
>30 mnt 45 45.0 45.0 100.0
Total 100 100.0 100.0
138

Biaya yg dikeluarkan

Cumulative
Frequency Percent Valid Percent Percent
Valid Tidak Terjangkau 51 51.0 51.0 51.0
Terjangkau 49 49.0 49.0 100.0
Total 100 100.0 100.0

Jenis alat transportasi yang dimiliki

Cumulative
Frequency Percent Valid Percent Percent
Valid Jalan kaki 47 47.0 47.0 47.0
Sepeda 33 33.0 33.0 80.0
Sepeda Motor 20 20.0 20.0 100.0
Total 100 100.0 100.0

Dukungan Petugas

Cumulative
Frequency Percent Valid Percent Percent
Valid Tidak 29 29.0 29.0 29.0
Ya 71 71.0 71.0 100.0
Total 100 100.0 100.0

Dukungan Petugas

Cumulative
Frequency Percent Valid Percent Percent
Valid Tidak 27 27.0 27.0 27.0
Ya 73 73.0 73.0 100.0
Total 100 100.0 100.0

Dukungan Petugas

Cumulative
Frequency Percent Valid Percent Percent
Valid Tidak 45 45.0 45.0 45.0
Ya 55 55.0 55.0 100.0
Total 100 100.0 100.0
139

Dukungan Petugas

Cumulative
Frequency Percent Valid Percent Percent
Valid Tidak 42 42.0 42.0 42.0
Ya 58 58.0 58.0 100.0
Total 100 100.0 100.0

Dukungan Petugas

Cumulative
Frequency Percent Valid Percent Percent
Valid Tidak 48 48.0 48.0 48.0
Ya 52 52.0 52.0 100.0
Total 100 100.0 100.0

Dukungan Petugas

Cumulative
Frequency Percent Valid Percent Percent
Valid Tidak 39 39.0 39.0 39.0
Ya 61 61.0 61.0 100.0
Total 100 100.0 100.0

Alasan Tidak puas atas pelayanan petugas kesehatan

Cumulative
Frequency Percent Valid Percent Percent
Valid Petugas kurang ramah 47 47.0 47.0 47.0
petugas tidak mampu
52 52.0 52.0 99.0
memberi informasi
Fasilitas tidak lengkap 1 1.0 1.0 100.0
Total 100 100.0 100.0

Pengambil Keputusan dalam Keluarga

Cumulative
Frequency Percent Valid Percent Percent
Valid Suami 51 51.0 51.0 51.0
Isteri 13 13.0 13.0 64.0
Musyawarah 36 36.0 36.0 100.0
Total 100 100.0 100.0
140

Kategori Umur Istri

Cumulative
Frequency Percent Valid Percent Percent
Valid Tinggi 40 40.0 40.0 40.0
Rendah 60 60.0 60.0 100.0
Total 100 100.0 100.0

Pendidikan istri

Cumulative
Frequency Percent Valid Percent Percent
Valid Tinggi 7 7.0 7.0 7.0
Menengah 27 27.0 27.0 34.0
Dasar 66 66.0 66.0 100.0
Total 100 100.0 100.0

Kategori Jumlah Anak

Cumulative
Frequency Percent Valid Percent Percent
Valid > 2 orang 54 54.0 54.0 54.0
<= 2 orang 46 46.0 46.0 100.0
Total 100 100.0 100.0

Kategori Pengetahuan

Cumulative
Frequency Percent Valid Percent Percent
Valid Tinggi 47 47.0 47.0 47.0
Rendah 53 53.0 53.0 100.0
Total 100 100.0 100.0

Kategori Sikap

Cumulative
Frequency Percent Valid Percent Percent
Valid Baik 36 36.0 36.0 36.0
Tidak baik 64 64.0 64.0 100.0
Total 100 100.0 100.0
141

Kategori Ketersediaan Alkon

Cumulative
Frequency Percent Valid Percent Percent
Valid Tersedia 48 48.0 48.0 48.0
Tidak Tersedia 52 52.0 52.0 100.0
Total 100 100.0 100.0

Jarak ke sarkes

Cumulative
Frequency Percent Valid Percent Percent
Valid Dekat 29 29.0 29.0 29.0
Jauh 71 71.0 71.0 100.0
Total 100 100.0 100.0

Waktu Tempuh

Cumulative
Frequency Percent Valid Percent Percent
Valid Dekat 63 63.0 63.0 63.0
Jauh 37 37.0 37.0 100.0
Total 100 100.0 100.0

Biaya yg dikeluarkan

Cumulative
Frequency Percent Valid Percent Percent
Valid Murah 47 47.0 47.0 47.0
Mahal 53 53.0 53.0 100.0
Total 100 100.0 100.0

Kategori Dukungan Petugas

Cumulative
Frequency Percent Valid Percent Percent
Valid Mendukung 48 48.0 48.0 48.0
Tidak mendukung 52 52.0 52.0 100.0
Total 100 100.0 100.0
142

Kategori Pengambil Keputusan

Cumulative
Frequency Percent Valid Percent Percent
Valid Baik 38 38.0 38.0 38.0
Tidak Baik 62 62.0 62.0 100.0
Total 100 100.0 100.0

Pengambil Keputusan dalam Keluarga * Pemakaian Alkon Crosstabulation

Pemakaian
Alkon
Ya Total
Pengambil Keputusan Suami Count 17 17
dalam Keluarga Expected Count 17.0 17.0
% within Pengambil
Keputusan dalam 100.0% 100.0%
Keluarga
Isteri Count 3 3
Expected Count 3.0 3.0
% within Pengambil
Keputusan dalam 100.0% 100.0%
Keluarga
Musyawarah Count 8 8
Expected Count 8.0 8.0
% within Pengambil
Keputusan dalam 100.0% 100.0%
Keluarga
Total Count 28 28
Expected Count 28.0 28.0
% within Pengambil
Keputusan dalam 100.0% 100.0%
Keluarga
143

Tempat mendapatkan alkon * Pemakaian Alkon Crosstabulation

Pemakaian
Alkon
Ya Total
Tempat mendapatkan Klinik swasta Count 12 12
alkon Expected Count 12.0 12.0
% within Tempat
100.0% 100.0%
mendapatkan alkon
Praktek dokter/bidan Count 11 11
Expected Count 11.0 11.0
% within Tempat
100.0% 100.0%
mendapatkan alkon
Apotik Count 5 5
Expected Count 5.0 5.0
% within Tempat
100.0% 100.0%
mendapatkan alkon
Total Count 28 28
Expected Count 28.0 28.0
% within Tempat
100.0% 100.0%
mendapatkan alkon
144

Lampiran 5
Analisis Bivariat

Kategori Umur Istri * Pemakaian Alkon


Crosstab

Pemakaian Alkon
Ya Tidak Total
Kategori Umur Risiko Rendah Count 22 38 60
Istri Expected Count 16.8 43.2 60.0
% within Kategori
36.7% 63.3% 100.0%
Umur Istri
Risiko Tinggi Count 6 34 40
Expected Count 11.2 28.8 40.0
% within Kategori
15.0% 85.0% 100.0%
Umur Istri
Total Count 28 72 100
Expected Count 28.0 72.0 100.0
% within Kategori
28.0% 72.0% 100.0%
Umur Istri

Chi-Square Tests

Asymp. Sig. Exact Sig. Exact Sig.


Value df (2-sided) (2-sided) (1-sided)
Pearson Chi-Square 5.589b 1 .018
Continuity Correction a 4.566 1 .033
Likelihood Ratio 5.915 1 .015
Fisher's Exact Test .023 .015
Linear-by-Linear
5.533 1 .019
Association
N of Valid Cases 100
a. Computed only for a 2x2 table
b. 0 cells (.0%) have expected count less than 5. The minimum expected count is
11.20.

Pendidikan istri * Pemakaian Alkon


Crosstab

Pemakaian Alkon
Ya Tidak Total
Pendidikan Tinggi Count 4 3 7
istri Expected Count 2.0 5.0 7.0
% within Pendidikan istri 57.1% 42.9% 100.0%
Menengah Count 11 16 27
Expected Count 7.6 19.4 27.0
% within Pendidikan istri 40.7% 59.3% 100.0%
Dasar Count 13 53 66
Expected Count 18.5 47.5 66.0
% within Pendidikan istri 19.7% 80.3% 100.0%
Total Count 28 72 100
Expected Count 28.0 72.0 100.0
% within Pendidikan istri 28.0% 72.0% 100.0%

127
145

Chi-Square Tests

Asymp. Sig.
Value df (2-sided)
Pearson Chi-Square 7.380a 2 .025
Likelihood Ratio 7.036 2 .030
Linear-by-Linear
7.272 1 .007
Association
N of Valid Cases 100
a. 1 cells (16.7%) have expected count less than 5. The
minimum expected count is 1.96.

Kategori Jumlah Anak * Pemakaian Alkon


Crosstab

Pemakaian Alkon
Ya Tidak Total
Kategori Jumlah <= 2 orang Count 7 39 46
Anak Expected Count 12.9 33.1 46.0
% within Kategori
15.2% 84.8% 100.0%
Jumlah Anak
> 2 orang Count 21 33 54
Expected Count 15.1 38.9 54.0
% within Kategori
38.9% 61.1% 100.0%
Jumlah Anak
Total Count 28 72 100
Expected Count 28.0 72.0 100.0
% within Kategori
28.0% 72.0% 100.0%
Jumlah Anak

Chi-Square Tests

Asymp. Sig. Exact Sig. Exact Sig.


Value df (2-sided) (2-sided) (1-sided)
Pearson Chi-Square 6.904b 1 .009
Continuity Correction a 5.780 1 .016
Likelihood Ratio 7.185 1 .007
Fisher's Exact Test .013 .007
Linear-by-Linear
6.835 1 .009
Association
N of Valid Cases 100
a. Computed only for a 2x2 table
b. 0 cells (.0%) have expected count less than 5. The minimum expected count is
12.88.
146

Kategori Pengetahuan * Pemakaian Alkon


Crosstab

Pemakaian Alkon
Ya Tidak Total
Kategori Pengetahuan Tinggi Count 22 25 47
Expected Count 13.2 33.8 47.0
% within Kategori
46.8% 53.2% 100.0%
Pengetahuan
Rendah Count 6 47 53
Expected Count 14.8 38.2 53.0
% within Kategori
11.3% 88.7% 100.0%
Pengetahuan
Total Count 28 72 100
Expected Count 28.0 72.0 100.0
% within Kategori
28.0% 72.0% 100.0%
Pengetahuan

Chi-Square Tests

Asymp. Sig. Exact Sig. Exact Sig.


Value df (2-sided) (2-sided) (1-sided)
Pearson Chi-Square 15.561b 1 .000
Continuity Correction a 13.851 1 .000
Likelihood Ratio 16.190 1 .000
Fisher's Exact Test .000 .000
Linear-by-Linear
15.405 1 .000
Association
N of Valid Cases 100
a. Computed only for a 2x2 table
b. 0 cells (.0%) have expected count less than 5. The minimum expected count is
13.16.

Kategori Sikap * Pemakaian Alkon


Crosstab

Pemakaian Alkon
Ya Tidak Total
Kategori Baik Count 18 18 36
Sikap Expected Count 10.1 25.9 36.0
% within Kategori Sikap 50.0% 50.0% 100.0%
Tidak baik Count 10 54 64
Expected Count 17.9 46.1 64.0
% within Kategori Sikap 15.6% 84.4% 100.0%
Total Count 28 72 100
Expected Count 28.0 72.0 100.0
% within Kategori Sikap 28.0% 72.0% 100.0%
147

Chi-Square Tests

Asymp. Sig. Exact Sig. Exact Sig.


Value df (2-sided) (2-sided) (1-sided)
Pearson Chi-Square 13.504b 1 .000
Continuity Correction a 11.853 1 .001
Likelihood Ratio 13.209 1 .000
Fisher's Exact Test .000 .000
Linear-by-Linear
13.369 1 .000
Association
N of Valid Cases 100
a. Computed only for a 2x2 table
b. 0 cells (.0%) have expected count less than 5. The minimum expected count is
10.08.

Kategori Ketersediaan Alkon * Pemakaian Alkon


Crosstab

Pemakaian Alkon
Ya Tidak Total
Kategori Ketersediaan Tersedia Count 25 23 48
Alkon Expected Count 13.4 34.6 48.0
% within Kategori
52.1% 47.9% 100.0%
Ketersediaan Alkon
Tidak Tersedia Count 3 49 52
Expected Count 14.6 37.4 52.0
% within Kategori
5.8% 94.2% 100.0%
Ketersediaan Alkon
Total Count 28 72 100
Expected Count 28.0 72.0 100.0
% within Kategori
28.0% 72.0% 100.0%
Ketersediaan Alkon

Chi-Square Tests

Asymp. Sig. Exact Sig. Exact Sig.


Value df (2-sided) (2-sided) (1-sided)
Pearson Chi-Square 26.557b 1 .000
Continuity Correction a 24.309 1 .000
Likelihood Ratio 29.193 1 .000
Fisher's Exact Test .000 .000
Linear-by-Linear
26.292 1 .000
Association
N of Valid Cases 100
a. Computed only for a 2x2 table
b. 0 cells (.0%) have expected count less than 5. The minimum expected count is
13.44.
148

Jarak ke sarkes * Pemakaian Alkon


Crosstab

Pemakaian Alkon
Ya Tidak Total
Jarak ke Dekat Count 3 26 29
sarkes Expected Count 8.1 20.9 29.0
% within Jarak ke sarkes 10.3% 89.7% 100.0%
Jauh Count 25 46 71
Expected Count 19.9 51.1 71.0
% within Jarak ke sarkes 35.2% 64.8% 100.0%
Total Count 28 72 100
Expected Count 28.0 72.0 100.0
% within Jarak ke sarkes 28.0% 72.0% 100.0%

Chi-Square Tests

Asymp. Sig. Exact Sig. Exact Sig.


Value df (2-sided) (2-sided) (1-sided)
Pearson Chi-Square 6.315b 1 .012
Continuity Correction a 5.142 1 .023
Likelihood Ratio 7.178 1 .007
Fisher's Exact Test .014 .009
Linear-by-Linear
6.252 1 .012
Association
N of Valid Cases 100
a. Computed only for a 2x2 table
b. 0 cells (.0%) have expected count less than 5. The minimum expected count is
8.12.

Waktu Tempuh * Pemakaian Alkon


Crosstab

Pemakaian Alkon
Ya Tidak Total
Waktu Tempuh Dekat Count 23 40 63
Expected Count 17.6 45.4 63.0
% within Waktu Tempuh 36.5% 63.5% 100.0%
Jauh Count 5 32 37
Expected Count 10.4 26.6 37.0
% within Waktu Tempuh 13.5% 86.5% 100.0%
Total Count 28 72 100
Expected Count 28.0 72.0 100.0
% within Waktu Tempuh 28.0% 72.0% 100.0%
149

Chi-Square Tests

Asymp. Sig. Exact Sig. Exact Sig.


Value df (2-sided) (2-sided) (1-sided)
Pearson Chi-Square 6.114b 1 .013
Continuity Correction a 5.026 1 .025
Likelihood Ratio 6.592 1 .010
Fisher's Exact Test .020 .011
Linear-by-Linear
6.052 1 .014
Association
N of Valid Cases 100
a. Computed only for a 2x2 table
b. 0 cells (.0%) have expected count less than 5. The minimum expected count is
10.36.

Biaya yg dikeluarkan * Pemakaian Alkon


Crosstab

Pemakaian Alkon
Ya Tidak Total
Biaya yg dikeluarkan Murah Count 22 25 47
Expected Count 13.2 33.8 47.0
% within Biaya
46.8% 53.2% 100.0%
yg dikeluarkan
Mahal Count 6 47 53
Expected Count 14.8 38.2 53.0
% within Biaya
11.3% 88.7% 100.0%
yg dikeluarkan
Total Count 28 72 100
Expected Count 28.0 72.0 100.0
% within Biaya
28.0% 72.0% 100.0%
yg dikeluarkan

Chi-Square Tests

Asymp. Sig. Exact Sig. Exact Sig.


Value df (2-sided) (2-sided) (1-sided)
Pearson Chi-Square 15.561b 1 .000
Continuity Correction a 13.851 1 .000
Likelihood Ratio 16.190 1 .000
Fisher's Exact Test .000 .000
Linear-by-Linear
15.405 1 .000
Association
N of Valid Cases 100
a. Computed only for a 2x2 table
b. 0 cells (.0%) have expected count less than 5. The minimum expected count is
13.16.
150

Kategori Dukungan Petugas * Pemakaian Alkon


Crosstab

Pemakaian Alkon
Ya Tidak Total
Kategori Dukungan Mendukung Count 21 27 48
Petugas Expected Count 13.4 34.6 48.0
% within Kategori
43.8% 56.3% 100.0%
Dukungan Petugas
Tidak mendukung Count 7 45 52
Expected Count 14.6 37.4 52.0
% within Kategori
13.5% 86.5% 100.0%
Dukungan Petugas
Total Count 28 72 100
Expected Count 28.0 72.0 100.0
% within Kategori
28.0% 72.0% 100.0%
Dukungan Petugas

Chi-Square Tests

Asymp. Sig. Exact Sig. Exact Sig.


Value df (2-sided) (2-sided) (1-sided)
Pearson Chi-Square 11.358b 1 .001
Continuity Correction a 9.905 1 .002
Likelihood Ratio 11.714 1 .001
Fisher's Exact Test .001 .001
Linear-by-Linear
11.245 1 .001
Association
N of Valid Cases 100
a. Computed only for a 2x2 table
b. 0 cells (.0%) have expected count less than 5. The minimum expected count is
13.44.

Kategori Pengambil Keputusan * Pemakaian Alkon


Crosstab

Pemakaian Alkon
Ya Tidak Total
Kategori Pengambil Baik Count 10 28 38
Keputusan Expected Count 10.6 27.4 38.0
% within Kategori
26.3% 73.7% 100.0%
Pengambil Keputusan
Tidak Baik Count 18 44 62
Expected Count 17.4 44.6 62.0
% within Kategori
29.0% 71.0% 100.0%
Pengambil Keputusan
Total Count 28 72 100
Expected Count 28.0 72.0 100.0
% within Kategori
28.0% 72.0% 100.0%
Pengambil Keputusan
151

Chi-Square Tests

Asymp. Sig. Exact Sig. Exact Sig.


Value df (2-sided) (2-sided) (1-sided)
Pearson Chi-Square .086b 1 .769
Continuity Correction a .004 1 .949
Likelihood Ratio .087 1 .768
Fisher's Exact Test .822 .478
Linear-by-Linear
.085 1 .770
Association
N of Valid Cases 100
a. Computed only for a 2x2 table
b. 0 cells (.0%) have expected count less than 5. The minimum expected count is
10.64.
152

Lampiran 6
Analisis Multivariat (Uji Regresi Logistik Ganda)

Case Processing Summary


a
Unweighted Cases N Percent
Selected Cases Included in Analysis 100 100.0
Missing Cases 0 .0
Total 100 100.0
Unselected Cases 0 .0
Total 100 100.0
a. If weight is in effect, see classification table for the total
number of cases.

Dependent Variable Encoding

Original Value Internal Value


Ya 0
Tidak 1

Categorical Variables Codings

Parameter coding
Frequency (1) (2)
Pendidikan Tinggi 7 1.000 .000
istri Menengah 27 .000 1.000
Dasar 66 .000 .000

Block 0: Beginning Block


Classification Table a,b

Predicted

Pemakaian Alkon Percentage


Observed Ya Tidak Correct
Step 0 Pemakaian Alkon Ya 0 28 .0
Tidak 0 72 100.0
Overall Percentage 72.0
a. Constant is included in the model.
b. The cut value is .500

Variables in the Equation

B S.E. Wald df Sig. Exp(B)


Step 0 Constant .944 .223 17.983 1 .000 2.571

135
153

Variables not in the Equation

Score df Sig.
Step Variables UMURKAT 5.589 1 .018
0 DIDIK 7.380 2 .025
DIDIK(1) 3.171 1 .075
DIDIK(2) 2.978 1 .084
JHLANAKK 6.904 1 .009
TAHUKAT 15.561 1 .000
SIKAPKAT 13.504 1 .000
SEDIAKAT 26.557 1 .000
JARAK 6.315 1 .012
WAKTU 6.114 1 .013
BIAYA 15.561 1 .000
DUKUNGKA 11.358 1 .001
Overall Statistics 53.021 11 .000

Block 1: Method = Forward Stepwise (Likelihood Ratio)


Omnibus Tests of Model Coefficients

Chi-square df Sig.
Step 1 Step 29.193 1 .000
Block 29.193 1 .000
Model 29.193 1 .000
Step 2 Step 11.417 1 .001
Block 40.609 2 .000
Model 40.609 2 .000
Step 3 Step 11.786 1 .001
Block 52.395 3 .000
Model 52.395 3 .000
Step 4 Step 6.469 1 .011
Block 58.863 4 .000
Model 58.863 4 .000
Step 5 Step 4.417 1 .036
Block 63.280 5 .000
Model 63.280 5 .000

Model Summary

-2 Log Cox & Snell Nagelkerke


Step likelihood R Square R Square
1 89.398 .253 .365
2 77.982 .334 .481
3 66.196 .408 .587
4 59.727 .445 .641
5 55.310 .469 .675
154

Classification Table a

Predicted

Pemakaian Alkon Percentage


Observed Ya Tidak Correct
Step 1 Pemakaian Alkon Ya 25 3 89.3
Tidak 23 49 68.1
Overall Percentage 74.0
Step 2 Pemakaian Alkon Ya 18 10 64.3
Tidak 7 65 90.3
Overall Percentage 83.0
Step 3 Pemakaian Alkon Ya 18 10 64.3
Tidak 7 65 90.3
Overall Percentage 83.0
Step 4 Pemakaian Alkon Ya 22 6 78.6
Tidak 7 65 90.3
Overall Percentage 87.0
Step 5 Pemakaian Alkon Ya 22 6 78.6
Tidak 3 69 95.8
Overall Percentage 91.0
a. The cut value is .500

Variables in the Equation

95.0% C.I.for EXP(B)


B S.E. Wald df Sig. Exp(B) Lower Upper
Step
a
SEDIAKAT 2.877 .661 18.926 1 .000 17.754 4.858 64.882
1 Constant -.083 .289 .083 1 .773 .920
Step
b
JHLANAKK -1.910 .609 9.841 1 .002 .148 .045 .488
2 SEDIAKAT 3.305 .720 21.072 1 .000 27.252 6.645 111.753
Constant
.897 .447 4.033 1 .045 2.453

Step
c
JHLANAKK -2.418 .747 10.474 1 .001 .089 .021 .385
3 SEDIAKAT 3.593 .828 18.832 1 .000 36.351 7.173 184.211
DUKUNGKA 2.189 .721 9.206 1 .002 8.925 2.170 36.700
Constant .187 .511 .134 1 .714 1.206
Step
d
JHLANAKK -2.302 .758 9.230 1 .002 .100 .023 .442
4 TAHUKAT 1.691 .702 5.806 1 .016 5.423 1.371 21.450
SEDIAKAT 3.475 .888 15.322 1 .000 32.307 5.670 184.093
DUKUNGKA 2.254 .775 8.463 1 .004 9.528 2.086 43.513
Constant -.517 .618 .699 1 .403 .597
Step
e
JHLANAKK -2.135 .807 7.005 1 .008 .118 .024 .575
5 TAHUKAT 1.817 .736 6.093 1 .014 6.151 1.454 26.025
SIKAPKAT 1.448 .707 4.187 1 .041 4.253 1.063 17.014
SEDIAKAT 3.112 .894 12.110 1 .001 22.457 3.893 129.551
DUKUNGKA 2.245 .791 8.066 1 .005 9.442 2.005 44.459
Constant -1.326 .809 2.686 1 .101 .266
a. Variable(s) entered on step 1: SEDIAKAT.
b. Variable(s) entered on step 2: JHLANAKK.
c. Variable(s) entered on step 3: DUKUNGKA.
d. Variable(s) entered on step 4: TAHUKAT.
e. Variable(s) entered on step 5: SIKAPKAT.
155

Model if Term Removed

Change in
Model Log -2 Log Sig. of the
Variable Likelihood Likelihood df Change
Step 1 SEDIAKAT -59.295 29.193 1 .000
Step 2 JHLANAKK -44.699 11.417 1 .001
SEDIAKAT
-55.703 33.424 1 .000

Step 3 JHLANAKK -40.089 13.982 1 .000


SEDIAKAT -48.953 31.710 1 .000
DUKUNGKA -38.991 11.786 1 .001
Step 4 JHLANAKK -35.765 11.803 1 .001
TAHUKAT -33.098 6.469 1 .011
SEDIAKAT -42.179 24.631 1 .000
DUKUNGKA -35.313 10.898 1 .001
Step 5 JHLANAKK -31.882 8.454 1 .004
TAHUKAT -31.057 6.803 1 .009
SIKAPKAT -29.864 4.417 1 .036
SEDIAKAT -36.203 17.095 1 .000
DUKUNGKA -32.713 10.116 1 .001
156

Variables not in the Equation

Score df Sig.
Step Variables UMURKAT 4.108 1 .043
1 DIDIK 5.147 2 .076
DIDIK(1) 2.845 1 .092
DIDIK(2) 1.318 1 .251
JHLANAKK 10.786 1 .001
TAHUKAT 8.484 1 .004
SIKAPKAT 6.610 1 .010
JARAK .537 1 .464
WAKTU 2.456 1 .117
BIAYA 3.305 1 .069
DUKUNGKA 9.036 1 .003
Overall Statistics 33.484 10 .000
Step Variables UMURKAT 1.222 1 .269
2 DIDIK 5.456 2 .065
DIDIK(1) 1.150 1 .283
DIDIK(2) 3.515 1 .061
TAHUKAT 7.518 1 .006
SIKAPKAT 3.925 1 .048
JARAK 2.142 1 .143
WAKTU 2.126 1 .145
BIAYA 2.365 1 .124
DUKUNGKA 11.177 1 .001
Overall Statistics 27.105 9 .001
Step Variables UMURKAT .000 1 .991
3 DIDIK 5.104 2 .078
DIDIK(1) .956 1 .328
DIDIK(2) 3.398 1 .065
TAHUKAT 6.446 1 .011
SIKAPKAT 4.133 1 .042
JARAK .478 1 .489
WAKTU .665 1 .415
BIAYA .698 1 .403
Overall Statistics 16.933 8 .031
Step Variables UMURKAT .845 1 .358
4 DIDIK 5.608 2 .061
DIDIK(1) .994 1 .319
DIDIK(2) 3.624 1 .057
SIKAPKAT 4.501 1 .034
JARAK .001 1 .980
WAKTU .116 1 .734
BIAYA .053 1 .819
Overall Statistics 11.524 7 .117
Step Variables UMURKAT .806 1 .369
5 DIDIK 4.365 2 .113
DIDIK(1) 1.308 1 .253
DIDIK(2) 2.326 1 .127
JARAK .159 1 .690
WAKTU .003 1 .958
BIAYA .000 1 .997
Overall Statistics 6.975 6 .323

Anda mungkin juga menyukai