Faktor Yang Mempengaruhi Pemakaian Alat Kontrasepsi PDF
Faktor Yang Mempengaruhi Pemakaian Alat Kontrasepsi PDF
TESIS
Oleh
SEKOLAH PASCASARJANA
Junita Tatarini Purba : Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Pemakaian Alat Kontrasepsi Pada Istri Pus Di Kecamatan
Rambah Samo Kabupaten Rokan Hulu Tahun 2008, 2009
USU Repository 2008
2
TESIS
Oleh
SEKOLAH PASCASARJANA
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
MEDAN
2009
3
Menyetujui
Komisi Pembimbing
PERNYATAAN
TESIS
Dengan ini saya menyatakan bahwa tesis ini tidak terdapat karya yang pernah
diajukan untuk memperolah gelar kesarjanaan di suatu perguruan tinggi dan
sepanjang pengetahuan saya juga tidak terdapat karya atau pendapat yang pernah
ditulis atau diterbitkan oleh orang lain, kecuali yang secara tertulis diacu dalam
naskah ini disebutkan dalam daftar pustaka.
ABSTRAK
i
7
ABSTRACT
One of the efforts done by the government to reduce the rate of population
growth is through Family Planning Program (KB). Since the district autonomy had
been started, Family Planning Program has faced many constraints that resulted in
the decrease of the rate of contraception use. The coverage of current user in
Rambah Samo sub-district, district of Rokan Hulu reported is still 42% and this is
still lower if compared to the national target of 75%.
The purpose of this survey study with explanatory research type is to analyze
the influence of predisposing factors (age, education, number of child, knowledge,
and attitude), enabling factors (availability of contraception device and accessibility
of contraception device service) and reinforcing factors (support from health
providers and decision makers) on the use of contraception device. The population
for this study are 2.333 wives of fertile age couple and 100 of them were selected for
the samples of this study through proportional sampling technique. The data were
analyzed through multiple logistic regression test with the level of confidence of 95%.
The result of analysis shows that predisposing factors which have influence
on the use of contraception device are number of child (Sig=0.008), knowledge
(Sig=0.014), and attitute (Sig=0.041), while enabling and reinforcing factors are
variable of availability of contraception device (Sig=0.001) and support from health
providers (Sig=0.005). The most dominantly influencing variable is the use of
contraception device (Coefficient = 3.112).
It is suggested that the Health Office and the Civil Registration and
Population Affairs of Rokan Hulu District need to cooperate and approach the
stakeholder in allocating the budget for free contraceptive to the society of Rokan
Hulu District especially to the poor families. It needs to improve the capability of the
health providers that they are able to provide information about contraceptive and
can understand and realize that the acceptors have their right for health
reproduction and the right of consumer as the user of contraception device. It is
necessary to provide an extension to the society to enable them to understand and
accept the norm of family planning that, in the end, they can form a happy and
prosperous family by regulating and limiting childbirth.
ii
8
KATA PENGANTAR
Puji dan syukur kehadirat Tuhan Yang Maha Esa, atas rahmat dan karunia-
Nya, penulisan tesis ini dapat diselesaikan dengan baik. Penyusunan tesis ini
kemudahan yang diberikan oleh berbagai pihak, sehingga tesis ini dapat diselesaikan.
semoga sukses dan bahagia selalu dalam lindungan Tuhan Yang Maha Esa kepada
Ibu Dr.Ir. Erna Mutiara, M.Kes dan Ibu drh. Rasmaliah, M.Kes selaku pembimbing
yang memberi perhatian, dukungan dan pengarahan hingga tesis ini selesai.
Terimakasih tiada terkira juga kami sampaikan dengan tulus kepada Bapak
Dr. Drs. Fikarwin Zuska, M.Si dan Ibu Siti Khadijah, SKM, M.Kes, selaku tim
penguji yang telah memberi masukan sehingga dapat menyempurnakan tesis ini.
Penulis juga mengucapkan terima kasih yang tulus dan tak terhingga kepada:
1. Ibu Prof.Dr.Ir. T. Chairun Nisa B., M.Sc, selaku Direktur Sekolah Pascasarjana
2. Bapak Dr.Drs. Surya Utama, MS, selaku Ketua Program Studi Administrasi dan
3. Ibu Prof.Dr.Dra. Ida Yustina, M.Si, selaku Sekretaris Program Studi Administrasi
iii
9
4. Bapak dr. H. Mursal Amir, selaku Kepala Dinas Kesehatan Propinsi Riau dan
5. Bapak dr. Wildan Asfan Hasibuan, M.Kes, selaku Kepala Dinas Kesehatan
Kabupaten Rokan Hulu yang memberi izin dan dukungan selama pendidikan.
7. Suami tercinta Danni Suparman Rumahorbo, ST buat semua doa, harapan, dan
pengorbanan juga dukungan dan motivasi yang tiada pernah berhenti, ananda
tersayang Davita Ephania dan Kezia Morasari, sumber inspirasi dan penghiburan,
mertua T. Manik dan seluruh sanak saudara yang telah memberikan dukungan
semua kebaikan yang telah diberikan dan melimpahkan berkat dan anugerahNya.
Penulis
iv
10
RIWAYAT HIDUP
RIWAYAT PENDIDIKAN
Tahun 1983 1989 : SDN 176377 Aeknatolu
Tahun 1989 1992 : SMPN Simamora
Tahun 1992 1995 : SMA N 3 Balige
Tahun 1995 1999 : FKM USU Medan
Tahun 2006 2009 : Sekolah Pascasarjana Universitas Sumatera Utara
Program Studi Administrasi dan Kebijakan
Kesehatan Konsentrasi Administrasi Kesehatan
Komunitas/ Epidemiologi.
RIWAYAT PEKERJAAN
2000 Sekarang : Staf Dinas Kesehatan Kabupaten Rokan Hulu
Provinsi Riau
v
11
DAFTAR ISI
Halaman
ABSTRAK ..................................................................................................... i
ABSTRACT ...................................................................................................... ii
KATA PENGANTAR .................................................................................... iii
RIWAYAT HIDUP ........................................................................................ v
DAFTAR ISI.................................................................................................... vi
DAFTAR TABEL ........................................................................................... viii
DAFTAR GAMBAR ...................................................................................... x
DAFTAR LAMPIRAN ................................................................................... xi
vi
12
vii
13
DAFTAR TABEL
viii
14
ix
15
DAFTAR GAMBAR
x
16
DAFTAR LAMPIRAN
xi
17
BAB 1
PENDAHULUAN
Pembukaan UUD 1945 yaitu melindungi segenap Bangsa Indonesia dan seluruh
Negara yang kuat didukung oleh masyarakat yang sehat dan sejahtera, dan
kesejahteraan akan sulit dicapai tanpa kesehatan rakyat serta tingkat pemerataan
penduduk. Indonesia sebagai salah satu negara berkembang tidak luput dari masalah
dihadapi Indonesia adalah jumlah penduduk yang besar dengan laju pertumbuhan
penduduk yang relatif masih tinggi, penyebaran penduduk yang tidak merata, struktur
18
umur muda, dan kualitas penduduk yang masih harus ditingkatkan (Wiknjosastro,
1999).
berfluktuasi, tahun 2000 sebanyak 205,1 juta jiwa, tahun 2005 meningkat menjadi
218,9 juta jiwa dan tahun 2006 meningkat lagi menjadi 222,2 juta jiwa dengan
kepadatan penduduk 117,6 jiwa per km2 (BPS, 2007). Penyebaran penduduk sampai
tahun 2005 tidak merata baik antar pulau maupun antar propinsi, dan data
Keluarga Berencana (KB) (Hatmadji, 2004). Sejak pertama kali dicanangkan tahun
Pertumbuhan Penduduk (LPP) dan Total Fertility Rate (TFR), sedangkan tingkat
peningkatan.
Pada periode tahun 1980-1990 LPP adalah 1,97%, tahun 1990-2000 turun
menjadi 1,45% dan tahun 2000-2006 turun lagi menjadi 1,34% (BPS, 2007a). TFR
tahun 1971 adalah 5,6 per wanita pasangan usia subur (PUS), tahun 1980-1990 turun
menjadi 2,34 dan pada tahun 2000-2005 turun lagi menjadi 2,28 (BPS, 2007b).
Angka ini menunjukkan penurunan TFR dari waktu ke waktu tetapi belum mencapai
target nasional yaitu 2,1 (BKKBN, 2005). Hasil Survei Demografi dan Kesehatan
19
Indonesia (SDKI) menunjukkan peningkatan CPR dari 54,7% (tahun 1994) menjadi
dari 42% (tahun 1997) menjadi 63% (tahun 2003), sedangkan peran pemerintah
menurun dari 43% (tahun 1997) menjadi 28% (tahun 2003). Tempat pelayanan untuk
16,58% dari total penduduk Indonesia atau sekitar 37,17 juta jiwa (BKKBN, 2009).
rendah yaitu 0,728 menduduki peringkat 107 dari 177 negara. Dari uraian tersebut
populasinya yang besar menjadi kekuatan ekonomi dan harus segera mengatur laju
Sejak tahun 1997 program KB tidak lagi popular dan mengalami stagnasi, hal
ini terlihat dari jumlah peserta KB aktif yang belum mencapai target yang ditetapkan
oleh BKKBN yaitu 75%. Menurut SDKI 1997 angka kesertaan KB sebanyak 57,4%
dan SDKI 2002-2003 sebanyak 60,3% (BKKBN, 2005). Berdasarkan hasil Survei
Sosial Ekonomi Nasional (Susenas) tahun 2003 persentase KB aktif terhadap PUS
adalah 54,5% meningkat menjadi 57,9% pada tahun 2006 (Kasmiyati, 2008).
di antaranya adalah pengadaan alat kontrasepsi yang masih kurang, jumlah petugas
KB lapangan (PLKB) yang minim, serta kebijakan pemerintah di tiap daerah tidak
yang paling penting bagi daerahnya. Hampir 70% kantor BKKBN di daerah menjadi
satu dengan dinas-dinas pemerintah lainnya, hanya sedikit lembaga BKKBN yang
sosial atau catatan sipil dan kependudukan. Selain itu, daerah menunjukkan
(BKKBN, 2004).
Krisis ekonomi yang melanda Indonesia juga diperkirakan ikut menjadi salah
kontrasepsi. Sementara itu belum semua rakyat miskin mendapatkan akses pelayanan
21
kalangan PUS (Herlianto, 2008). Fakta lainnya adalah bahwa hingga saat ini
ketersediaan alat kontrasepsi, khususnya dengan harga terjangkau bagi PUS keluarga
(Beni, 2003).
Kampar pada tahun 1998 juga mengalami hal yang sama. Keadaan demografi pada
tahun 2007 terdiri dari 79.158 Kepala Keluarga dengan jumlah penduduk 328.306
jiwa, 71.503 jiwa diantaranya adalah masyarakat miskin dengan mata pencaharian
permasalahan yang harus segera diatasi sebagai kabupaten baru. Salah satunya adalah
target nasional. Sedangkan Kecamatan Rambah Samo sebagai salah satu kecamatan
di Kabupaten Rokan Hulu merupakan daerah baru yang dibuka pada tahun 1979/1980
Jumlah PUS di Kecamatan Rambah Samo pada tahun 2004 sebanyak 1.594
orang dengan akseptor KB aktif 926 (58,09%), dengan pemakaian kontrasepsi IUD
6,26%, Pil 48,92%, Suntik 37,26%, Implant 6,26%, Kondom 0,43%, dan lain-lain
0,86%. Sedangkan tahun 2007 jumlah PUS sebanyak 2.333 orang dengan akseptor
22
KB aktif 982 (42,09%) dengan pemakaian kontrasepsi IUD 8,04%, Pil 35,44%,
Suntik 46,44%, Implant 7,94%, Kondom 1,12% dan lain-lain 1,02%. Pencapaian
akseptor KB aktif masih rendah dibandingkan dengan target nasional yaitu 75%
informasi tentang alat kontrasepsi, kurangnya dukungan dari petugas kesehatan, biaya
untuk membeli dan memasang kontrasepsi yang tidak terjangkau, serta alat
Kependudukan dan Catatan Sipil Kabupaten Rokan Hulu tahun 2007, diketahui
bahwa pengadaan alat kontrasepsi untuk masyarakat belum mencukupi dan tidak
terdistribusi secara merata. Hal ini disebabkan karena dana yang tersedia untuk
pengadaan alat kontrasepsi terbatas, sehingga hanya beberapa jenis alat kontrasepsi
pendukung (tersedia atau tidak tersedianya fasilitas); faktor yang memperkuat atau
implant.
Hasil penelitian Sakhnan (2001) melaporkan faktor usia, jumlah anak, nilai
anak bagi keluarga, pengetahuan, jarak lokasi ke pelayanan KB, perilaku petugas
program KB. Syamsiah (2002) mengatakan bahwa faktor sosial budaya adalah semua
faktor yang ada di masyarakat yang mempengaruhi penerimaan suatu jenis alat
pengetahuan.
dan kesadaran pria dan keluarganya masih rendah, serta keterbatasan penerimaan dan
1.2. Permasalahan
terhadap pemakaian alat kontrasepsi pada istri PUS di Kecamatan Rambah Samo
kesehatan, pengambil keputusan) terhadap pemakaian alat kontrasepsi pada istri PUS
1.4. Hipotesis
Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberi masukan dan informasi bagi
2. Manfaat Akademis
komunitas.
26
BAB 2
TINJAUAN PUSTAKA
dipengaruhi oleh 2 faktor pokok, yakni perilaku (behavior causes) dan faktor di luar
perilaku (non behavior causes). Perilaku itu sendiri ditentukan atau terbentuk dari 3
factor).
tingkat sosial ekonomi, dan sebagainya. Faktor-faktor ini terutama yang positif
poliklinik, posyandu, polindes, pos obat desa, dokter atau bidan praktek swasta,
10
27
Faktor-faktor ini meliputi faktor sikap dan perilaku tokoh masyarakat (toma),
tokoh agama (toga), sikap dan perilaku petugas termasuk petugas kesehatan.
(acuan) dari para tokoh masyarakat, tokoh agama, para petugas, lebih-lebih para
1. Pengetahuan (knowledge)
Pengetahuan merupakan hasil dari tahu, dan ini terjadi setelah orang
raba. Sebagian besar pengetahuan manusia diperoleh melalui mata dan telinga.
28
Pengetahuan atau kognitif merupakan domain yang sangat penting dalam membentuk
tindakan seseorang (overt behavior), sebab dari pengalaman dan hasil penelitian
ternyata perilaku yang didasari oleh pengetahuan akan lebih langgeng (long lasting)
daripada perilaku yang tidak didasari oleh pengetahuan (Gerungan, 1986). Contohnya
adalah mendapatkan informasi tentang KB, pengertian KB, manfaat KB dan dimana
a) Tahu (know)
Tahu diartikan sebagai mengingat suatu materi yang telah dipelajari sebelumnya.
yang spesifik dari seluruh bahan yang dipelajari atau rangsangan yang telah
diterima. Oleh sebab itu tahu ini merupakan tingkat pengetahuan yang paling
rendah. Kata kerja untuk mengukur bahwa orang tahu tentang apa yang dipelajari
sebagainya.
b) Memahami (Comprehension)
secara benar. Orang yang telah paham terhadap objek atau materi harus dapat
29
c) Aplikasi (Aplication)
dipelajari pada situasi atau kondisi real (sebenarnya). Aplikasi disini dapat
d) Analisis (Analysis)
Analisis adalah suatu kemampuan untuk menjabarkan materi atau suatu objek ke
masih ada kaitannya satu sama lain. Kemampuan analisis ini dapat dilihat dari
e) Sintesis (Synthesis)
Dengan kata lain sintesis adalah suatu kemampuan untuk menyusun formulasi
f) Evaluasi (Evaluation)
yang ada.
2. Sikap (Attitude)
Sikap merupakan reaksi atau respons yang masih tertutup dari seseorang
terhadap stimulus atau objek. Manifestasi sikap itu tidak dapat langsung dilihat, tetapi
hanya dapat ditafsirkan terlebih dahulu dari perilaku yang tertutup. Sikap secara nyata
stimulus sosial.
sikap itu merupakan kesiapan atau kesediaan untuk bertindak, dan bukan merupakan
pelaksanaan motif tertentu. Sikap belum merupakan suatu tindakan atau aktifitas,
akan tetapi merupakan predisposisi tindakan suatu perilaku. Sikap itu masih
merupakan reaksi tertutup, bukan merupakan reaksi terbuka atau tingkah laku yang
terbuka.
tertentu sebagai suatu penghayatan terhadap objek. Contohnya adalah seperti sikap
setuju atau tidaknya terhadap informasi KB, pengertian dan manfaat KB, serta
31
Seperti halnya dengan pengetahuan, sikap ini terdiri dari berbagai tingkatan
a) Menerima (Receiving)
yang diberikan (objek). Misalnya sikap orang terhadap KB dapat dilihat dari
b) Merespon (Responding)
yang diberikan adalah suatu indikasi dari sikap. Karena dengan suatu usaha
untuk menjawab pertanyaan atau mengerjakan tugas yang diberikan, terlepas dari
pekerjaan itu benar atau salah, adalah berarti bahwa orang menerima ide tersebut.
c) Menghargai (Valuing)
adalah suatu indikasi sikap tingkat tiga. Misalnya: seorang ibu yang mengajak
ibu yang lain (tetangganya, saudaranya dan sebagainya) untuk pergi ke sarana
Bertanggung jawab atas segala sesuatu yang telah dipilihnya dengan segala risiko
merupakan sikap yang paling tinggi. Misalnya, seorang ibu mau memakai alat
untuk berespon secara positif maupun negatif terhadap orang, objek ataupun situasi
tertentu. Sikap mengandung suatu penilaian emosional (senang, benci, sedih, dan
Suatu sikap belum otomatis terwujud dalam suatu tindakan (overt behavior),
untuk mewujudkan sikap menjadi suatu perbuatan nyata diperlukan faktor pendukung
atau kondisi yang memungkinkan, antara lain adalah fasilitas. Sikap ibu yang positif
terhadap alat kontrasepsi harus mendapat konfirmasi dari suaminya, dan ada fasilitas
yang mudah dicapai agar ibu tersebut dapat memakai alat kontrasepsi. Selain fasilitas,
juga diperlukan faktor dukungan (support) dari pihak lain, misalnya dari suami atau
istri, orangtua atau mertua, dan lain-lain. Beberapa tingkatan praktek adalah:
a) Persepsi (Perception)
Mengenal dan memilih berbagai objek sehubungan dengan tindakan yang akan
Dapat melakukan sesuatu sesuai dengan urutan yang benar dan sesuai dengan
c) Mekanisme (Mechanism)
Apabila seseorang telah dapat melakukan sesuatu dengan benar secara otomatis,
atau sesuatu itu sudah merupakan kebiasaan, maka ia sudah mencapai praktek
tingkat tiga.
d) Adopsi (Adoption)
Adopsi adalah suatu praktek atau tindakan yang sudah berkembang dengan baik.
tindakan tersebut.
Menurut WHO (1970), yang dikutip oleh Hartanto (2004), keluarga berencana
adalah tindakan yang membantu individu atau pasangan suami istri untuk
mendapatkan objek tertentu, yaitu: (1) Menghindari kelahiran yang tidak diinginkan,
(2) Mendapatkan kelahiran yang memang diinginkan, (3) Mengatur interval di antara
menjarangkan atau merencanakan jumlah anak dan jarak kehamilan dengan memakai
kontrasepsi.
34
berencana adalah usaha-usaha yang dilakukan baik oleh pemerintah maupun individu
kontrasepsi.
yang sehat dan sejahtera dalam upaya untuk menjarangkan kehamilan dan membatasi
jumlah anak dua orang saja, upaya ini juga dapat menyehatkan kondisi sosial
kelahiran tetapi tingginya angka kematian ibu akibat terlalu sering melahirkan,
berkisar pada 800 per 100.000 kelahiran bahkan tidak jarang ibu meninggal bersama
bayinya (Wiknjosastro, 1999). Hal inilah yang menggugah Ketua Lembaga Ilmu
Konsep yang dikembangkan oleh PKBI adalah kesehatan ibu dan anak yang
satu program baru yang disebut dengan Gerakan KB Mandiri. Dengan program yang
baru ini pemerintah memberikan ruang gerak yang lebih luas bagi organisasi profesi
serta sektor swasta lainnya dalam memberikan pelayanan KB. Proses pembangunan
Mandiri.
tergantung dari orang lain dalam memelopori menjadi peserta KB. Dengan demikian
masyarakat mau membiayai sendiri pelayanan KB, maka beberapa hal yang
(KBKKBN, 1990).
sederetan pelayanan swasta maupun alat kontrasepsi untuk KB. Untuk memperluas
pilihan alat kontrasepsi terhadap kebutuhan ber-KB, maka tanggal 1 Juli 1992 telah
diresmikan oleh Presiden Suharto sebuah lambang baru yaitu Lingkaran Emas
tetapi suatu usaha yang bersamaan untuk lebih memberikan banyak pilihan
2.3. Kontrasepsi
kata kontra dan konsepsi. Kontra berarti mencegah atau melawan, sedangkan
konsepsi adalah pertemuan antara sel telur (ovum) yang matang dengan sperma yang
mencegah terjadinya kehamilan sebagai akibat pertemuan antara sel telur dengan
sperma tersebut.
a. Kondom
b. Diafragma
c. Spermisida
3. Metode efektif
a. Pil KB
b. Suntikan KB
Namun perlu diingat adanya aksioma (azas) kontrasepsi, yaitu: (1) cara apapun yang
dipakai adalah lebih baik daripada tidak memakai sama sekali, (2) cara yang terbaik
hasilnya (efektif) adalah cara yang digunakan oleh pasangan dengan teguh secara
terus menerus, (3) penerimaan pasangan terhadap suatu cara adalah unsur yang
Bukan hanya karena terbatasnya jumlah metode yang tersedia, tetapi juga karena
nasional KB, kesehatan individu, dan seksualitas wanita atau biaya untuk
1. Faktor sosio-demografi
yang lebih tinggi. Indikator status sosio-ekonomi termasuk pendidikan yang dicapai,
pendapatan keluarga dan status pekerjaan, juga jenis rumah, gizi (di negara-negara
kontrasepsi lebih banyak pada wanita yang berumur akhir 20-30 an yang sudah
memiliki anak tiga atau lebih. Faktor sosial lain yang juga mempengaruhi adalah
2. Faktor sosio-psikologi
Sikap dan keyakinan merupakan kunci penerimaan KB, banyak sikap yang
dapat menghalangi KB. Beberapa faktor sosio-psikologi yang penting antara lain
39
adalah ukuran keluarga ideal, pentingnya nilai anak laki, sikap terhadap KB,
komunikasi suami isteri, persepsi terhadap kematian anak. Sikap dan kepercayaan
tersebut perlu untuk mencegah isu yang berhubungan termasuk segi pelayanan dan
faktor praktis yang dapat diukur bila pelayanan KB tidak tersedia. Beberapa faktor
yang berhubungan dengan pelayanan KB antara lain keterlibatan dalam kegiatan yang
berikut:
40
Faktor sosio-demografi
a. Pendidikan
b. Pendapatan
c. Status pekerjaan
d. Perumahan
e. Status gizi
f. Umur
g. Suku
h. Agama
Pemakaian Kontrasepsi
Faktor sosio-psikologi
a. Ukuran keluarga ideal
b. Pentingnya nilai anak laki
c. Sikap terhadap KB
d. Komunikasi suami-istri
e. Persepsi terhadap kematian anak
b. efektif
c. murah
d. aman
e. mudah didapat
41
Karakteristik pasangan seperti umur, jumlah dan jenis kelamin anak, dan
ini mungkin berubah dari waktu ke waktu karena keinginan pasangan untuk
Tidak semua faktor ini sama pentingnya pada tiap pasangan. Sebagai contoh,
pasangan yang tidak menginginkan anak lagi mungkin menilai keefektifan metode
diterima dari teman atau kerabat. Kadang-kadang informasi yang diberikan tidak
waktu yang tepat untuk mengakhiri kesuburan. Dalam perencanaan keluarga harus
diketahui kapan kurun waktu reproduksi sehat, berapa sebaiknya jumlah anak sesuai
kondisi, berapa perbedaan jarak umur antara anak. Seorang wanita secara biologik
kehamilan dan persalinan dapat berlangsung dengan aman dan kesuburan ini akan
berlangsung terus menerus sampai 10-15 tahun sesudah kurun waktu dimana
kehamilan dan persalinan itu berlangsung dengan aman. Kurun waktu yang paling
3. jarak antara anak pertama dan kedua sekurang-kurangnya 2 tahun atau diusahakan
jangan ada 2 anak balita dalam kesempatan yang sama. Kemudian menyelesaikan
besarnya keluarga sewaktu istri berusia 30-35 tahun dengan kontrasepsi mantap
b. Faktor subyektif
kesehatan maupun rasionalitasnya namun belumlah tentu dirasakan cocok dan dipilih
oleh akseptor/calon akseptor. Pilihan ini sangat pula tergantung pada pengetahuannya
tentang kontrasepsi tersebut, baik yang didapat dari keluarga/kerabat maupun yang
c. Faktor obyektif
(kondisi fisik dan umur) serta disesuaikan dengan fase-fase menurut kurun waktu
d. Faktor motivasi
kontrasepsi yang lama, akan merubah metode, atau menghentikan sama sekali
kemantapan yang lebih tinggi dibandingkan mereka yang bertujuan untuk menunda
kehamilan.
44
f. persentase penduduk wanita berumur 20-24 tahun yang belum pernah kawin
g. persentase penduduk wanita berumur 15-24 tahun yang belum pernah kawin
tenaga medis
a. rasio ketergantungan antara penduduk umur 0-9 dan 55+ tahun terhadap yang
f. jumlah pembantu pembina KB desa per 10.000 wanita umur 20-24 tahun
Faktor Demografi
Faktor Sosial
Faktor Input Kesertaan dalam
program KB
Faktor Ekonomi
Faktor Infra
Struktur
oleh umur, jumlah anak hidup, tingkat pendidikan dan frekuensi pemaparan terhadap
media massa. Umur mempengaruhi jumlah anak hidup dan tingkat pendidikan, dan
Frekuensi Pemaparan
Terhadap Media Penggunaan Kontrasepsi
Massa
A. Umur
Masa kehamilan reproduksi wanita pada dasarnya dapat dibagi dalam tiga
periode, yakni kurun reproduksi muda (15-19 tahun), kurun reproduksi sehat (20-35
tahun), dan kurun reproduksi tua (36-45 tahun). Pembagian ini didasarkan atas data
epidemiologi bahwa risiko kehamilan dan persalinan baik bagi ibu maupun bagi anak
lebih tinggi pada usia kurang dari 20 tahun, paling rendah pada usia 20-35 tahun dan
meningkat lagi secara tajam setelah lebih dari 35 tahun. Jenis kontrasepsi yang
(Siswosudarmo, 2001).
merupakan salah satu faktor yang mempengaruhi perilaku seseorang termasuk dalam
48
pemakaian alat kontrasepsi. Mereka yang berumur tua mempunyai peluang lebih
(1998) dilaporkan bahwa ada hubungan yang kuat antara umur dengan penggunaan
kontrasepsi sebesar 0,73 kali dibandingkan dengan yang berumur 40 tahun atau lebih.
Sementara wanita yang berumur 30-34 tahun dan 35-39 tahun kemungkinannya
untuk menggunakan kontrasepsi hanya sekitar 0,15 dan 0,38. Ini mengisyaratkan
bahwa ada penurunan penggunaan kontrasepsi pada kelompok wanita yang lebih tua.
B. Pendidikan
bertindak dan mencari penyebab serta solusi dalam hidupnya. Orang yang
berpendidikan lebih tinggi biasanya akan bertindak lebih rasional. Oleh karena itu
orang yang berpendidikan akan lebih mudah menerima gagasan baru. Demikian pula
halnya dengan menentukan pola perencanaan keluarga dan pola dasar penggunaan
adat kebiasaan, dengan pendidikan yang tinggi seseorang dapat lebih mudah untuk
menerima ide atau masalah baru seperti penerimaan, pembatasan jumlah anak, dan
kesadaran wanita terhadap manfaat yang dapat dinikmati bila ia mempunyai jumlah
49
anak sedikit. Wanita yang berpendidikan lebih tinggi cenderung membatasi jumlah
(Soekanto, 2006).
dibandingkan dengan wanita yang berpendidikan menengah atau tinggi. Pola yang
C. Jumlah anak
Seorang istri mungkin menggunakan alat kontrasepsi setelah mempunyai jumlah anak
tertentu dan juga umur anak yang masih hidup. Semakin sering seorang wanita
melahirkan anak, maka akan semakin memiliki risiko kematian dalam persalinan. Hal
ini berarti jumlah anak akan sangat mempengaruhi kesehatan ibu dan dapat
Hasil penelitian Dang dalam Mutiara (1998) melaporkan ada hubungan yang
bermakna antara jumlah anak dengan penggunaan kontrasepsi. Wanita dengan jumlah
sebesar 1,73 kali dibandingkan dengan wanita yang memiliki 2 orang anak atau
kurang.
Soeradji, dkk. dalam Mutiara (1998) melaporkan bahwa pada awal progam
KB, penggunaan alat kontrasepsi adalah mereka yang telah mempunyai anak cukup
banyak. Dengan berjalannya waktu dan pelaksanaan program maka lebih banyak
wanita dengan paritas yang lebih kecil akan menggunakan alat kontrasepsi. Gejala ini
D. Pengetahuan
membentuk tindakan seseorang (overt behavior), sebab dari pengalaman dan hasil
penelitian ternyata perilaku yang didasari oleh pengetahuan akan lebih langgeng
(long lasting) daripada perilaku yang tidak didasari oleh pengetahuan (Gerungan,
1986).
kemampuan membayar bisa tergantung variabel non ekonomi dalam hal selera atau
tidaknya fasilitas atau sarana kesehatan (tempat pelayanan kontrasepsi). Untuk dapat
digunakan, pertama kali suatu metode kontrasepsi harus tersedia dan mudah didapat.
Promosi metode tersebut melalui media, melalui kontak langsung oleh petugas
program KB, oleh dokter dan sebagainya dapat meningkatkan secara nyata
dipertimbangkan sebagai salah satu upaya promosi. Disamping itu daya beli individu
juga dapat mempengaruhi penggunaan kontrasepsi. Secara tidak langsung daya beli
individu ini juga dipengaruhi oleh ada tidaknya subsidi dari pemerintah.
Indonesia antara lain karena melibatkan ulama; iklan-iklan obat atau pasta gigi di
televisi menampilkan tokoh yang berpakaian dokter atau dokter gigi. Untuk
pakar, ulama, seniman, ilmuwan, petugas kesehatan, dan sebagainya) tergantung pada
G. Pengambil keputusan
Program KB dapat terwujud dengan baik apabila ada dukungan dari pihak-
pihak tertentu. Menurut Friedman (1998) dan Sarwono (2007) ikatan suami isteri
yang kuat sangat membantu ketika keluarga menghadapi masalah, karena suami/isteri
sangat membutuhkan dukungan dari pasangannya. Hal itu disebabkan orang yang
pengambilan keputusan dalam keluarga adalah suami, sedangkan isteri hanya bersifat
istri tanpa kerjasama suami dan saling percaya. Keadaan ideal bahwa pasangan suami
istri harus bersama memilih metoda kontrasepsi yang terbaik, saling kerjasama dalam
pemakaian.
Konsep umum yang dijadikan sebagai landasan teori adalah teori Green dan
Kreuter (2005) yang digunakan untuk menilai perilaku individu atau kelompok. Ada
dan unsur-unsur lain yang terdapat dalam diri individu dan masyarakat), faktor
pendukung (tersedia sarana dan prasarana) dan faktor pendorong (petugas kesehatan).
Notoatmodjo (2003), perilaku kesehatan bertitik tolak dari niat seseorang, dukungan
sosial, ada tidaknya informasi dan situasi yang memungkinkan untuk bertindak.
internal dan eksternal serta menurut Robbins (1994), beberapa karakteristik individu
meliputi umur, jenis kelamin, status perkawinan, pendidikan, tanggung jawab, dan
Faktor Predisposisi:
1. Pengetahuan
2. Sikap
3. Kepercayaan
4. Nilai-nilai
5. Persepsi
Variabel Independen
Faktor Predisposisi :
1. Umur
2. Pendidikan
3. Jumlah anak
4. Pengetahuan
5. Sikap
Faktor Pendorong :
1. Dukungan petugas
kesehatan
2. Pengambil
keputusan
BAB 3
METODE PENELITIAN
faktor pendukung dan faktor pendorong terhadap pemakaian alat kontrasepsi pada
dengan tingkat akseptor KB aktif (current user) 42%, masih di bawah Indikator
Penelitian berlangsung selama 6 (enam) bulan yaitu pada bulan Juli 2008
Populasi adalah seluruh PUS yang ada di Kecamatan Rambah Samo, dan
Sampel adalah seluruh isteri dari PUS yang tinggal menetap di Kecamatan
b. Responden berumur < 20 tahun dan > 35 tahun meskipun tidak memiliki anak
40
57
golongan istri yang sebaiknya memakai alat kontrasepsi sesuai dengan tujuan KB,
yaitu istri yang berumur < 20 tahun (untuk menunda kehamilan) dan berumur > 35
Keterangan:
n : besar sampel
Z1- : kekuatan uji (ditetapkan peneliti) bila 10%, maka Z1- = 1,282
sampel yang diambil adalah 88 + 8,8 = 96,8 dibulatkan menjadi 100 responden.
wilayah, sebab banyaknya subjek yang terdapat pada setiap wilayah tidak sama,
Tabel 3.1. Besar Sampel yang Diteliti di Wilayah Kecamatan Rambah Samo
Kabupaten Rokan Hulu Tahun 2008
ditentukan dengan cara sampel acak sederhana (Simple Random Sampling) yaitu
Sedangkan data sekunder diperoleh dari dokumentasi dan laporan yang tersedia di
Kabupaten Rokan Hulu, Dinas Kependudukan dan Catatan Sipil, dan BPS Kabupaten
Rokan Hulu.
yang bertujuan untuk memastikan bahwa alat bantu yang akan digunakan (kuesioner)
memiliki validitas dan reliabilitas. Uji coba dilakukan pada bulan Juli 2008 terhadap
30 orang istri PUS yang berada di Kecamatan Rambah Samo Barat yang memiliki
Uji validitas menunjukkan sejauh mana alat ukur benar-benar mengukur apa
yang ingin diukur dan dilakukan dengan mengukur korelasi antara masing-masing
item pertanyaan dengan skor total menggunakan rumus korelasi Pearson Product
Moment (r), dengan ketentuan jika nilai r hitung > r tabel, maka pertanyaan valid dan
jika nilai r hitung < r tabel, maka pertanyaan tidak valid (Riduwan, 2002).
Uji reliabilitas merupakan indeks yang menunjukkan sejauh mana suatu alat
metode Cronbach Alpha, yaitu menganalisis reliabilitas alat ukur lebih dari satu kali
pengukuran dengan ketentuan jika r Cronbach Alpha > r tabel, dinyatakan reliabel
dan jika r Cronbach Alpha < r tabel, dinyatakan tidak reliabel (Riduwan, 2002). Hasil
uji validitas dan reliabilitas kuesioner penelitian dapat dilihat pada tabel berikut:
Tabel 3.2. Hasil Uji Validitas dan Reliabilitas Kuesioner Penelitian Faktor-faktor
yang Mempengaruhi Pemakaian Alat Kontrasepsi pada Istri PUS di
Kecamatan Rambah Samo Tahun 2008
Butir Cronbach
Variabel r hitung Status Status
Pertanyaan Alpha
Pengetahuan 1 0,4345 Valid Reliabel
2 0,4975 Valid Reliabel
3 0,6752 Valid Reliabel
4 0,7502 Valid Reliabel
0,8843
5 0,7208 Valid Reliabel
6 0,6752 Valid Reliabel
7 0,8090 Valid Reliabel
8 0,7457 Valid Reliabel
Sikap 1 0,8212 Valid Reliabel
2 0,8655 Valid Reliabel
3 0,5843 Valid 0,9105 Reliabel
4 0,8212 Valid Reliabel
5 0,8655 Valid Reliabel
60
mempunyai r hitung lebih besar dari r tabel pada df = 28; = 5% sebesar 0,361,
demikian juga alpha lebih besar dari r tabel (0,361), dengan demikian kuesioner yang
1. Pemakaian alat kontrasepsi adalah realisasi responden untuk memakai atau tidak
memakai alat kontrasepsi sebagai suatu cara atau metode untuk mencegah atau
2. Umur adalah jumlah tahun hidup responden pada saat wawancara yang dihitung
3. Pendidikan adalah jenjang sekolah formal tertinggi yang pernah ditempuh dan
4. Jumlah anak adalah banyaknya anak hidup yang dimiliki oleh responden pada
saat penelitian.
yang mencakup arti, tujuan/manfaat, jenis alat kontrasepsi, efek samping, jenis
alat kontrasepsi yang cocok untuk ibu menyusui dan jenis alat kontrasepsi untuk
laki-laki.
pendapat tentang setuju atau tidak setuju dalam kaitannya dengan keputusan
7. Ketersediaan alat kontrasepsi adalah ada atau tidak adanya alat kontrasepsi di
mendapatkan akses terhadap pelayanan alat kontrasepsi dilihat dari segi jarak,
kontrasepsi.
Variabel dependen
1. Pemakaian alat kontrasepsi adalah responden yang pada saat wawancara memakai
Skala : Ordinal
Variabel independen
risiko yang dihadapi oleh ibu pada waktu hamil dan bersalin.
Skala : Ordinal
63
yaitu:
0. 2 orang
1. > 2 orang
Skala : Ordinal
4. Pengetahuan
diajukan sebanyak 8 buah dan responden bisa menjawab lebih dari satu jawaban
sesuai dengan pilihan yang telah tersedia. Masing-masing jawaban yang benar
diberi nilai 1 dan jawaban Tidak Tahu diberi nilai 0, sehingga total skor maksimal
Skala : Ordinal
5. Sikap
Jumlah pertanyaan sebanyak 5 buah, jika responden menjawab Setuju diberi nilai
64
1 dan jika menjawab Tidak Setuju diberi nilai 0, sehingga nilai minimal adalah 0
bahwa total skor variabel sikap tidak berdistribusi normal sehingga skor total
Skala : Ordinal
0. Tersedia, jika responden menjawab alat kontrasepsi selalu tersedia dan sesuai
dengan keinginan.
1. Tidak tersedia, jika responden menjawab alat kontrasepsi tidak selalu tersedia
Skala : Ordinal
Jarak : berdasarkan kriteria yang dibuat oleh BPS dalam mengelompokkan rata-
rata jarak terdekat (km) dari rumah tangga ke fasilitas umum (BPS, 2007a), maka
Skala : Ordinal
65
sepeda motor.
Waktu : jika waktu yang dibutuhkan oleh responden untuk sampai di sarana
motor, mobil) dan dengan memperhitungkan kondisi jalan yang mayoritas jalan
tanah maka waktu tempuh yang dibutuhkan untuk sampai ke sarana kesehatan
Skala : Ordinal
1. Mahal, jika responden mengeluarkan biaya dan biaya tersebut tidak terjangkau
Skala : Ordinal
untuk jawaban Ya dan skor 0 untuk jawaban Tidak. Jumlah pertanyaan yang
diajukan sebanyak 6 buah, sehingga total skor minimal adalah 0 dan skor
skor variabel dukungan petugas kesehatan tidak berdistribusi normal sehingga skor
Skala : Ordinal
kontrasepsi adalah salah satu pihak atau orang lain diluar suami-istri.
Skala : Ordinal
1. Analisis Univariat
pendukung dan pendorong serta variabel dependen yaitu pemakaian alat kontrasepsi.
2. Analisis Bivariat
3. Analisis Multivariat
Ratio).
Syarat untuk masuk ke dalam model pengujian multivariat adalah jika pada
BAB 4
HASIL PENELITIAN
Jarak dari ibukota kabupaten 17 km, dengan luas wilayah 249,9 km2 terdiri
4.1.2. Kependudukan
Jumlah penduduk Kecamatan Rambah Samo Tahun 2007 adalah 11.293 jiwa
yang terdiri dari 6.172 jiwa laki-laki dan 5.121 jiwa perempuan dengan tingkat
52
69
kepadatan penduduk 45,19 jiwa per kilometer persegi. Distribusi jumlah penduduk
menurut kepala keluarga dan jenis kelamin dapat dilihat pada tabel berikut.
Tabel 4.1. Distribusi Jumlah Penduduk Menurut Kepala Keluarga dan Jenis Kelamin
di Kecamatan Rambah Samo Tahun 2008
Sarana kesehatan yang ada adalah puskesmas yang terletak di desa Rambah
Utama dengan jumlah tenaga kesehatan sebanyak 22 orang yang terdiri dari dokter
umum 1 orang, dokter gigi 1 orang, bidan 3 orang, perawat 5 orang, perawat gigi 1
orang, analis 1 orang, staf administrasi 5 orang. Bidan di desa sebanyak 5 orang dan
tinggal di poliklinik bersalin desa (polindes) masing-masing. Setiap hari Rabu bidan
karena pada hari tersebut jumlah pasien biasanya lebih banyak dari hari lainnya
disebabkan karena adanya hari pasar yang waktunya seminggu sekali di desa Rambah
Utama.
(dua) unit sepeda motor yang berfungsi untuk pelayanan rujukan jika diperlukan.
Seiring dengan perkembangan teknologi daerah ini sekarang telah dapat dijangkau
Selain puskesmas induk, ada juga puskesmas pembantu (pustu) yang terletak di desa
Pasir Makmur dan Masda Makmur, tetapi pustu tersebut tidak dioperasionalkan
Responden dalam penelitian berjumlah 100 orang dan merupakan istri dari
PUS yang berumur 20-35 tahun yang telah memiliki anak 2 dan berumur < 20
tahun dan > 35 tahun meskipun tidak memiliki anak. Berdasarkan kriteria tersebut
didapat bahwa umur istri tidak ada yang < 20 tahun, sedangkan yang berumur 20-35
tahun sebesar 60% dan yang berumur > 35 tahun sebesar 40%.
diketahui bahwa 28 orang responden sedang memakai alat kontrasepsi dan 72 orang
tidak memakai alat kontrasepsi tetapi pernah menggunakan salah satu metode
(median) yaitu berumur kurang dari 40 tahun dan lebih dari 40 tahun, yang berumur
kurang dari 40 tahun sebesar 71% dan yang berumur lebih dari 40 tahun 29%.
Pendidikan istri adalah tingkat SD (36%) selanjutnya SMP (30%), SMA (27%), D3
(6%) dan S1 sebesar 1%. Sedangkan pendidikan suami mayoritas SMP (40%)
71
kemudian SD (31%) diikuti tingkat SMA (22%), D3 (4%) dan S1 sebesar 3%.
Berdasarkan jumlah anak, mayoritas responden memiliki anak > 2 orang (64%)
Mayoritas respoden tidak ikut KB (72%) dan yang ikut KB 28%. Jenis alat
kontrasepsi yang paling banyak digunakan adalah Pil (39,28%), Suntik (25%), Spiral
(21,43%) dan Implant (14,29%). Alasan responden belum ikut KB karena masih
ingin punya anak (67%), masih ingin punya anak laki-laki (18%), ingin punya anak
perempuan (5%), dilarang suami (7%) dan karena alasan kesehatan (3%).
Rata-rata jarak kelahiran anak dihitung dari nilai median dan dibagi menjadi 2
kelompok yaitu <56 bulan dan 56 bulan, jarak kelahiran <56 bulan sebanyak 39%
dan 56 bulan sebanyak 61%. Data selengkapnya dapat dilihat pada tabel berikut:
4.2.2. Pengetahuan
dari PPLKB/PLKB, 66% dari klinik KB/puskesmas, 36% dari dokter/bidan praktek
swasta, 23% dari surat kabar/majalah, 14% dari radio/televisi dan 13% dari
kesejahteraan keluarga, 63% menjawab sebagai salah satu usaha untuk meningkatkan
kesejahteraan keluarga melalui pengaturan kelahiran dan 30% sebagai suatu cara
yang dianjurkan pemerintah untuk membatasi jumlah anak (idealnya adalah 2 anak).
kecil, bahagia dan sejahtera, memperbaiki dan meningkatkan kesejahteraan ibu dan
mencegah terjadinya kehamilan, untuk mengatur jarak kehamilan (59%) dan untuk
spiral/IUD, Implant/Susuk (67%), Suntik (41%), Pil (18%), Kondom (13%) dan
badan/gemuk (13%). Semua responden menjawab alat kontrasepsi yang paling cocok
untuk ibu menyusui adalah pil dan jenis alat kontrasepsi untuk laki-laki kondom.
Secara rinci indikator pengetahuan dapat dilihat pada tabel berikut ini:
74
Persentase
Indikator Pengetahuan f
(%)
Sumber informasi tentang KB/alat kontrasepsi
Petugas Penyuluh Lapangan Keluarga Berencana (PPLKB) 100 100,00
Puskesmas 66 66,00
Dokter/Bidan Praktek Swasta 36 36,00
Surat kabar/Majalah 23 23,00
Radio/Televisi 14 14,00
Suami/Orangtua/mertua 13 13,00
Tidak tahu 0 0,00
Pengertian KB adalah
Suatu usaha dengan kesadaran sendiri membatasi kelahiran
untuk meningkatkan kesejahteraan keluarga. 100 100,00
Salah satu usaha untuk meningkatkan kesejahteraan
keluarga melalui pengaturan kelahiran. 63 63,00
Suatu cara yang dianjurkan pemerintah untuk membatasi
jumlah anak (idealnya adalah 2 anak) 30 30,00
Tidak tahu 0 0,00
Tujuan KB adalah
Membentuk keluarga kecil, bahagia dan sejahtera 100 100,00
Memperbaiki dan meningkatkan kesejahteraan ibu dan 64 64,00
anak
Penundaan/penjarangan kelahiran 39 39,00
Pembatasan kelahiran 22 22,00
Tidak tahu 0 0,00
Manfaat pemakaian alat kontrasepsi adalah
Untuk mencegah terjadinya kehamilan 100 100,00
Untuk mengatur jarak kehamilan 59 59,00
Untuk mengakhiri kesuburan 27 27,00
Tidak tahu 0 0,00
Jenis alat kontrasepsi apa saja yang diketahui
Spiral/IUD 100 100,00
Implant/Susuk 67 67,00
Suntik 41 41,00
Pil 18 18,00
Kondom 13 13,00
Tubektomi/Vasektomi (MOP/MOW) 11 11,00
Tidak tahu 0 0,00
75
4.2.3. Sikap
untuk meningkatkan kesehatan ibu dan anak, 52% setuju KB bertujuan untuk
kontrasepsi merupakan salah satu cara untuk menunda kehamilan dan menjarangkan
kelahiran. Sebanyak 58% responden tidak setuju mempunyai anak yang banyak tidak
akan membawa rezeki yang banyak dan 55% responden tidak setuju anak laki-laki
nilainya sama dengan anak perempuan. Secara rinci dapat dilihat pada tabel berikut:
76
kontrasepsi selalu tersedia di puskesmas dan 51% mengatakan alat kontrasepsi yang
Ya Tidak
Indikator Ketersediaan Alat Kontrasepsi
n % n %
Alat kontrasepsi selalu tersedia di puskesmas 57 57,00 43 43,00
Jenis alat kontrasepsi yang diinginkan selalu 51 51,00 49 49,00
tersedia di puskesmas
Jika dirinci lebih lanjut berdasarkan jumlah responden yang ikut KB yaitu
apotek sebanyak 17,86%. Lebih lanjut dapat dilihat pada table berikut:
Tabel 4.7. Tempat Mendapatkan Alat Kontrasepsi Bagi Responden yang Ikut KB di
Kecamatan Rambah Samo Tahun 2008
43% dan 57% mengatakan lebih dari 2,5 km. Waktu tempuh yang dibutuhkan untuk
sampai ke puskesmas 55% mengatakan <30 menit dan 45% mengatakan >30 menit.
sebanyak 95% dan tidak mengeluarkan biaya sebanyak 5%. sedangkan. Secara rinci
responden menjawab dengan berjalan kaki, 33% menggunakan sepeda dan 20%
menggunakan sepeda motor. Untuk lebih jelas dapat dilihat pada tabel berikut:
Tabel 4.9. Jenis Alat Transportasi yang Digunakan Untuk Mencapai Puskesmas di
Kecamatan Rambah Samo Tahun 2008
Dukungan petugas dalam indikator ini adalah perawat dan bidan yang bekerja
di poliklinik Kesehatan Ibu dan Anak dan Keluarga Berencana (KIA/KB) puskesmas
dan bertugas dalam pelayanan kesehatan resproduksi ibu dan remaja termasuk
kontrasepsi, 73% mengatakan petugas kesehatan menyarankan agar ibu ikut KB atau
79
dahulu tentang alat kontrasepsi yang akan dipilih dan efek sampingnya.
kebebasan dalam memilih alat kontrasepsi sebanyak 58%, 52% mengatakan petugas
Ya Tidak
Indikator Dukungan Petugas Kesehatan
n % n %
Petugas kesehatan melakukan penyuluhan rutin 71 71,00 29 29,00
tentang KB dan alat kontrasepsi
Petugas kesehatan menyarankan agar ibu ikut KB 73 73,00 27 27,00
atau menggunakan kontrasepsi
Petugas kesehatan menjelaskan terlebih dahulu 55 55,00 45 45,00
tentang alat kontrasepsi yang akan dipilih dan efek
sampingnya
Petugas kesehatan memberi kesempatan atau 58 58,00 42 42,00
kebebasan dalam memilih alat kontrasepsi
Petugas kesehatan menyarankan untuk 52 52,00 48 48,00
pemeriksaan rutin
Pelayanan yang diberikan oleh petugas kesehatan 61 61,00 39 39,00
memuaskan
ramah (47%), petugas tidak mampu memberi informasi seperti yang diharapkan
(52%) dan alat/fasilitas tidak lengkap (1%). Secara rinci dapat dilihat seperti tabel
berikut:
80
Tabel 4.11. Alasan Tidak Puas Terhadap Pelayanan Petugas Kesehatan di Kecamatan
Rambah Samo Tahun 2008
kontrasepsi, 51% responden menjawab suami, 13% menjawab istri dan 36%
Lebih lanjut jika dirinci berdasarkan responden yang ikut KB yaitu sebanyak
28 orang, maka dapat dilihat bahwa pengambil keputusan dalam keluarga adalah
suami sebanyak 42,86%, istri sebanyak 39,28% dan musyawarah suami dan istri
40% umur risiko tinggi dan 60% umur risiko rendah. Pendidikan responden 66%
pendidikan tinggi. Berdasarkan kategori jumlah anak, 64% memiliki anak > 2 orang
berdasarkan nilai median. Setelah dihitung didapat nilai mediannya 13,5 sehingga
47% responden kategori tinggi dan 53% kategori rendah. Sikap responden juga
dikategorikan menjadi 2 yaitu baik dan tidak baik berdasarkan nilai median. Dari
perhitungan diperoleh nilai median adalah 2 maka 36% adalah kategori baik dan 64%
kategori tidak baik. Secara rinci faktor predisposisi dalam penelitian ini dapat dilihat
48% dan tidak tersedia sebanyak 52%. Berdasarkan jarak ke puskesmas 29% kategori
dekat dan 71% kategori jauh. Waktu tempuh 63% kategori dekat dan 37% kategori
jauh. Sedangkan berdasarkan biaya yang dikeluarkan 47% mengatakan murah dan
yaitu mendukung dan tidak mendukung. Dari hasil perhitungan diperoleh nilai
alat kontrasepsi dengan kategori baik sebanyak 38% dan tidak baik 62%. Lebih rinci
Pada analisis ini dilakukan tabulasi silang antara variabel independen (faktor
kontrasepsi) dan untuk mengetahui ada tidaknya hubungan yang bermakna antara
Pada analisis ini dilakukan tabulasi silang antara faktor predisposisi (umur,
pendidikan, jumlah anak, pengetahuan dan sikap) dengan pemakaian alat kontrasepsi.
tinggi yang memakai alat kontrasepsi sebanyak 15,0% dan yang tidak memakai alat
kontrasepsi sebanyak 85,0% sedangkan umur risiko rendah yang memakai alat
kontrasepsi sebanyak 36,7% dan yang tidak memakai alat kontrasepsi sebanyak
63,3%. Hasil uji statistik menunjukkan ada hubungan umur dengan pemakaian alat
alat kontrasepsi sebanyak 57,1% dan tidak memakai sebanyak 42,9%, responden
dengan pendidikan menengah memakai alat kontrasepsi sebanyak 40,7% dan tidak
kontrasepsi sebanyak 19,7% dan tidak memakai 80,3%. Hasil uji statistik
(Sig=0,025).
Responden yang memiliki anak > 2 orang memakai alat kontrasepsi sebanyak
38,9% dan tidak memakai sebanyak 61,1% sedangkan yang memiliki anak 2 orang
memakai alat kontrasepsi sebanyak 15,2% dan tidak memakai 84,8%. Hasil uji
statistik menunjukkan ada hubungan jumlah anak dengan pemakaian alat kontrasepsi
(Sig=0,016).
sebanyak 46,8% dan tidak memakai sebanyak 53,2% sedangkan responden dengan
pengetahuan rendah memakai alat kontrasepsi sebanyak 11,3% dan tidak memakai
sebanyak 88,7%. Hasil uji statistik menunjukkan ada hubungan pengetahuan dengan
Responden dengan sikap yang baik memakai alat kontrasepsi sebanyak 50,0%
dan tidak memakai sebanyak 50,0% sedangkan sikap yang tidak baik memakai alat
kontrasepsi sebanyak 15,6% dan tidak memakai sebanyak 84,4%. Hasil uji statistik
86
diukur berdasarkan 3 (tiga) sub variabel yaitu jarak rumah ke puskesmas, waktu
Hasil tabulasi silang pada Tabel 4.16. menunjukkan bahwa responden yang
mengatakan alat kontrasepsi tersedia dan memakai alat kontrasepsi sebanyak 52,1%
87
dan tidak memakai sebanyak 47,9%. Sedangkan responden yang mengatakan alat
kontrasepsi tidak tersedia tetapi memakai alat kontrasepsi sebanyak 5,8% dan tidak
Responden yang jarak rumah dekat dan memakai alat kontrasepsi sebanyak
10,3% dan tidak memakai 89,7%. Responden dengan kategori jauh memakai alat
kontrasepsi sebanyak 35,2% dan tidak memakai sebanyak 64,8%. Hasil uji statistik
(Sig=0,023).
kontrasepsi sebanyak 36,5% dan tidak memakai 63,5%. Responden dengan kategori
jauh memakai alat kontrasepsi sebanyak 13,5% dan tidak memakai 86,5%. Hasil uji
kontrasepsi (Sig=0,025).
alat kontrasepsi sebanyak 46,8% dan tidak memakai 53,2%. Sedangkan kategori
mahal yang memakai alat kontrasepsi sebanyak 11,3% dan tidak memakai sebanyak
88,7%. Hasil uji statistik menunjukkan ada hubungan biaya yang dikeluarkan dengan
Pemakaian Alat
Total
Kontrasepsi
Faktor Pendukung Sig
Ya Tidak
n %
n % n %
Ketersediaan 0,000
Tersedia 25 52,10 23 47,90 48 100,00
Tidak tersedia 3 5,80 49 94,20 52 100,00
Keterjangkauan
- Jarak 0,023
Dekat (2,5 km) 3 10,30 26 89,70 29 100,00
Jauh (> 2,5 km) 25 35,20 46 64,80 71 100,00
- Waktu 0,025
Pada analisis ini dilakukan tabulasi silang antara faktor pendorong (dukungan
Hasil tabulasi silang pada Tabel 4.18. menunjukkan bahwa responden yang
43,8% dan tidak memakai sebanyak 56,3%. Sedangkan responden yang mengatakan
petugas kesehatan tidak mendukung tetapi memakai alat kontrasepsi sebanyak 13,5%
dan tidak memakai sebanyak 86,5%. Hasil uji statistik menunjukkan ada hubungan
baik yang memakai alat kontrasepsi sebanyak 26,3% dan tidak memakai sebanyak
73,7%. Sedangkan responden dengan kategori tidak baik yang memakai alat
kontrasepsi sebanyak 29,0% dan tidak memakai sebanyak 72,0%. Hasil uji statistik
pemakaian alat kontrasepsi (Sig=0,949). Secara rinci dapat dilihat pada tabel berikut:
Pemakaian Alat
Total
Kontrasepsi
Faktor Pendorong Sig
Ya Tidak
n %
n % n %
Dukungan petugas Kesehatan 0,002
Mendukung 21 43,80 27 56,30 48 100,00
Tidak mendukung 7 13,50 45 86,50 52 100,00
Pengambil keputusan 0,949
Baik (suami dan istri) 10 26,30 28 73,70 38 100,00
Tidak Baik (selain suami 18 29,00 44 71,00 62 100,00
dan istri)
jumlah anak, pengetahuan, sikap, ketersediaan alat kontrasepsi, jarak, waktu tempuh,
biaya dan dukungan petugas kesehatan memenuhi syarat untuk masuk ke dalam
cara semua variabel dimasukkan ke dalam model, kemudian variabel yang Signifikan
90
(>0,05) dimasukkan ke dalam model secara bertahap (Forward Stepwise). Hasil akhir
Tabel 4.20. Hasil Akhir Analisis Regresi Logistik Ganda Faktor-faktor yang
Mempengaruhi Pemakaian Alat Kontrasepsi di Kecamatan Rambah
Samo Tahun 2008
Hasil tabel di atas merupakan akhir analisis multivariat uji regresi logistik
ganda karena jumlah anak, pengetahuan, sikap, ketersediaan alat kontrasepsi dan
dukungan petugas kesehatan telah memiliki nilai < 0,05, artinya variabel tersebut
tidak dikeluarkan dari model dan merupakan faktor yang berpengaruh terhadap
kontrasepsi yaitu 3,112. Ini menunjukkan variabel tersebut merupakan variabel yang
tersebut dilihat dari nilai Exp (B) dimana dari hasil analisis terlihat bahwa jika alat
kontrasepsi tersedia maka peluang responden untuk memakai alat kontrasepsi 22 kali
dibandingkan jika alat kontrasepsi tidak tersedia setelah dikontrol oleh variabel
jumlah anak, pengetahuan, sikap dan dukungan petugas kesehatan (95% CI: 3,893-
129,551).
91
Nilai Percentage Correct diperoleh sebesar 91% yang artinya variabel jumlah
BAB 5
PEMBAHASAN
umur risiko tinggi 40% dan kategori risiko rendah 60%. Dari tabulasi silang dapat
dilihat bahwa responden dengan umur risiko tinggi yang tidak memakai alat
kontrasepsi sebanyak 85% dan yang memakai 15%. Hasil uji chi square
(Sig=0,033), sedangkan pada hasil uji regresi logistik ganda menunjukkan tidak ada
termasuk dalam pemakaian alat kontrasepsi, mereka yang berumur tua mempunyai
peluang lebih kecil untuk menggunakan alat kontrasepsi dibandingkan dengan yang
muda (Notoatmodjo, 1993). Pada penelitian ini umur tidak berpengaruh terhadap
pemakaian alat kontrasepsi karena responden pada kategori umur risiko tinggi justru
banyak yang tidak memakai alat kontrasepsi. Umur yang semakin meningkat tidak
menjadi alasan utama responden untuk memakai alat kontrasepsi, tetapi lebih
mengutamakan banyaknya jumlah anak yang dimiliki. Jika jumlah anak telah dirasa
76
93
Hasil tabulasi silang antara kategori umur dengan jumlah anak didapat bahwa
umur dengan risiko tinggi yang memiliki anak > 2 orang sebesar 47,5% dan yang
memiliki anak 2 orang sebesar 52,5%. Sedangkan umur dengan kategori risiko
rendah yang memiliki anak > 2 orang sebesar 38,4% dan yang memiliki anak 2
76
orang sebesar 21,6%. Jawaban yang diberikan oleh responden mayoritas mengatakan
masih ingin punya anak, ingin punya anak laki-laki, ingin punya anak perempuan,
dilarang suami dan alasan kesehatan. Alasan inilah yang mengakibatkan responden
20 tahun dan di atas 35 tahun sangat berisiko terhadap kehamilan dan melahirkan,
sehingga berhubungan erat dengan pemakaian alat kontrasepsi. Faktor umur sangat
anak yang dilahirkan dan waktu persalinan, yang kelak berhubungan pula dengan
kesehatan ibu. Umur juga berpengaruh terhadap pemilihan alat kontrasepsi, makin tua
umur istri maka pemilihan alat kontrasepsi ke arah alat yang mempunyai efektifitas
lebih tinggi yakni metode kontrasepsi jangka panjang. Kontrasepsi rasional harus
mempertimbangkan umur akseptor, bila umur lebih dari 35 tahun, maka lebih efektif
(Sig=0,012).
pendidikan dasar 66% dan 80,3% tidak memakai kontrasepsi. Hasil uji chi square
(Sig=0,030), sedangkan hasil uji regresi logistik ganda menunjukkan tidak ada
dalam berpendapat, berpikir, bersikap, lebih mandiri dan rasional dalam mengambil
keputusan dan tindakan. Hal ini juga akan mempengaruhi secara langsung seseorang
keluarganya (Gerungan, 1986). Dari tabulasi silang dapat dilihat bahwa peningkatan
pendidikan tidak diikuti dengan peningkatan pemakaian alat kontrasepsi atau dengan
kata lain makin tinggi tingkat pendidikan, pemakaian alat kontrasepsinya makin
Pada penelitian ini didapat bahwa 71% pendidikan suami adalah pendidikan
dasar, 22% menengah dan 7% tinggi, tingkat pendidikan suami yang mayoritas
95
tingkat dasar tersebut diperkirakan menjadi salah satu penyebab yang mengakibatkan
Selain tingkat pendidikan yang masih rendah, pemakaian alat kontrasepsi ini
juga dihubungkan dengan alasan responden yang masih menginginkan anak atau
jenis kelamin tertentu seperti telah diuraikan diatas sehingga meskipun telah memiliki
pemakaian alat kontrasepsi (Sig=0,008), artinya makin banyak anak yang dimiliki
anak yang telah dilahirkannya. Seorang istri mungkin menggunakan alat kontrasepsi
setelah mempunyai jumlah anak tertentu dan juga umur anak yang masih hidup.
Semakin sering seorang wanita melahirkan anak, maka akan semakin memiliki risiko
pelayanan KB dan kontrasepsi belum baik. Istilah dua anak saja belum menjadi
keluarga kecil sesuai dengan kekuatan sosial ekonomi keluarga dengan cara mengatur
96
kelahiran anak supaya diperoleh suatu keluarga bahagia dan sejahtera yang dapat
Soeradji, dkk. dalam Mutiara (1998) melaporkan bahwa pada awal progam
KB, penggunaan alat kontrasepsi adalah mereka yang telah mempunyai anak cukup
banyak. Dengan berjalannya waktu dan pelaksanaan program maka lebih banyak
wanita dengan paritas yang lebih kecil akan menggunakan alat kontrasepsi. Gejala ini
menggunakan alat kontrasepsi adalah 48% mengatakan masih ingin punya anak,
ingin punya anak laki-laki 13%, ingin punya anak perempuan 4%, dilarang suami 5%
dan alasan kesehatan 2%. Hal ini menunjukkan bahwa 2 orang anak masih dianggap
dan perkebunan yang memerlukan sumber daya manusia sebagai tenaga kerja untuk
mengelolanya. Hal ini mungkin salah satu penyebab yang berpengaruh terhadap
banyaknya jumlah anak yang dimiliki, anak merupakan sumber daya yang diharapkan
dari dua segi kegunaannya yaitu (utility) dan biaya (cost). Kegunaannya ialah
memberikan kepuasan, dapat memberikan balas jasa ekonomi atau membantu dalam
kegiatan berproduksi serta merupakan sumber yang dapat menghidupi orang tua di
97
masa depan. Sedangkan pengeluaran untuk membesarkan anak adalah biaya dari
Hasil uji statistik menunjukkan ada pengaruh yang bermakna antara tingkat
alat kontrasepsi juga rendah. Demikian juga sebaliknya jika pengetahuan responden
kenyamanan dan keamanan, juga dalam memilih tempat pelayanan yang lebih sesuai
dan lengkap karena wawasan sudah lebih baik, sehingga dengan demikian kesadaran
Hal ini sesuai dengan pendapat Blum yang dikutip oleh Notoatmodjo (2003)
tanggung jawabnya dalam berperilaku sangat dipengaruhi oleh domain kognitif atau
pengetahuan. Tindakan kemandirian setiap individu yang lebih nyata akan lebih
langgeng dan bertahan apabila hal ini didasari oleh pengetahuan yang kuat.
98
petugas kepada akseptor tentang metode KB-nya masih kurang memadai, sehingga
akseptor tidak memiliki pengetahuan yang baik tentang kontrasepsi. Hal inilah yang
Hasil penelitian ini sejalan dengan penelitian Meutia (1997) yang mengatakan
Implant (Sig=0,001). Juga sejalan dengan penelitian Pardosi (2005) yang mengatakan
pendidikan yang masih rendah yaitu mayoritas berada pada ketegori pendidikan
dasar, demikian juga dengan pendidikan suami. Pendidikan yang rendah akan
alat kontrasepsi. Pada umumnya responden dianggap sebagai pasien saja tanpa
dibekali dengan pendidikan yang baik tentang KB dan kesehatan reproduksi (KR).
Hal lain yang mempengaruhi adalah petugas PLKB yang tidak ada lagi seperti
tahun-tahun sebelumnya. Pada awal program, para PLKB inilah sebagai garda depan
dalam menyukseskan program KB, setelah desentralisasi PLKB tidak dapat lagi
melaksanakan tugas seperti dulu karena telah dilebur dengan lembaga lain. Dari
99
penelitian terlihat bahwa 100% responden mengetahui KB dan alat kontrasepsi dari
PLKB tetapi sekarang hal itu tidak ada lagi akibatnya responden tidak mendapatkan
pemakaian alat kontrasepsi (Sig=0,041). Sikap yang dimaksud dalam penelitian ini
adalah penerimaan terhadap tujuan yang ditawarkan dalam program KB, manfaat dan
Berdasarkan hasil penelitian dapat dilihat bahwa sikap responden yang belum
baik juga diikuti dengan pemakaian alat kontrasepsi yang masih rendah. Artinya
bahwa ketika responden memberi penilaian yang kurang baik terhadap program KB
dan pemakaian alat kontrassepsi, maka dia juga akan memberi tindakan atau
tanggapan yang negatif pula yaitu dengan tidak menggunakannya atau memakainya.
pendidikan yang lebih banyak pada kategori pendidikan dasar dan tingkat
terhadap pola pikir dan bertindak termasuk dalam pemakaian alat kotrasepsi.
tertentu sebagai suatu penghayatan terhadap objek. Contohnya adalah seperti sikap
setuju atau tidaknya mereka terhadap informasi alat kontrasepsi dan KB, pengertian
100
Hasil penelitian ini sejalan dengan penelitian Pardosi (2005) yang mengatakan
bahwa diperoleh hubungan yang bermakna antara sikap dengan tingkat kemandirian
Kontasepsi
kontrasepsinya. Jika alat kontrasepsi tersedia maka akan diikuti dengan pemakaian
yang meningkat, demikian pula jika alat kontrasepsi tidak tersedia maka responden
kemampuan membayar bisa tergantung variabel non ekonomi dalam hal selera atau
tidaknya fasilitas atau sarana kesehatan (tempat pelayanan kontrasepsi). Untuk dapat
digunakan, pertama kali suatu metode kontrasepsi harus tersedia dan mudah didapat.
Promosi metode tersebut melalui media, melalui kontak langsung oleh petugas
program KB, oleh dokter dan sebagainya dapat meningkatkan secara nyata
dipertimbangkan sebagai salah satu upaya promosi. Disamping itu daya beli individu
juga dapat mempengaruhi penggunaan kontrasepsi. Secara tidak langsung daya beli
individu ini juga dipengaruhi oleh ada tidaknya subsidi dari pemerintah.
tidak semua jenis/metode kontrasepsi tersedia. Implant dan IUD tidak tersedia karena
harganya yang cukup mahal, dan kalaupun ada pembagian dari Dinas Kesehatan
Kabupaten atau Dinas Kependudukan dan Catatan Sipil jumlahnya sangat sedikit dan
biasanya diberikan jika ada acara-acara tertentu yang berhubungan dengan KB dan
kontrasepsi pil (39%) dan suntik (25%) yang harganya tergolong murah. Suntik dan
102
pil biasanya mereka dapatkan di puskesmas dengan mengeluarkan biaya rata-rata Rp.
15.000,- untuk sekali suntik dan untuk pil bisa mereka dapatkan secara gratis atau
membayar sebanyak Rp. 5.000,-. Harga ini tergolong murah jika mereka harus
menggunakan alat kontrasepsi spiral atau implant yang harganya tergolong mahal dan
mereka harus mengeluarkan dana rata-rata Rp. 200.000,- sampai Rp. 300.000,-.
Meskipun secara nominal harga ini tergolong mahal tetapi jika dihitung
dengan manfaat pemakaian jangka waktu yang lama maka sebenarnya metode ini
lebih murah, tetapi karena responden harus mengeluarkan biaya sekaligus maka nilai
tersebut terasa mahal. Berbeda dengan suntik dan pil yang bisa mereka dapatkan
dengan harga murah meskipun dengan pemakaian jangka waktu yang relatif pendek
(sekali tiap bulan atau tiga bulan) untuk suntik dan harus diminum setiap hari untuk
pil.
tertentu karena keterbatasan persediaan. Konsumen tidak dapat memilih metode yang
sesuai dengan tujuan kontrasepsinya karena alat tidak tersedia sehingga faktor ini
BKKBN yang berubah setelah orde baru. Jika dahulu masalah alat kontrasepsi
ditangani oleh BKKBN sekarang hal tersebut sudah berubah. Sejak BKKBN dilebur
103
dan digabung dengan Dinas Catatan Sipil dan Kependudukan maka kegiatan BKKBN
menjadi tidak berjalan. Pengadaan alat kontrasepsi menjadi terhenti, hanya menunggu
terbentur dengan masalah biaya yang terbatas dan lebih banyak diprioritaskan pada
pengadaan obat-obatan dan vaksin. Selain itu terjadi pula lempar tanggung jawab,
karena kedua belah pihak merasa bahwa masalah alat kontrasepsi bukan urusannya
dan lebih memprioritaskan pada program-program yang pokok. Hal inilah yang
Kurangnya advokasi kepada legislatif dan eksekutif juga merupakan hal yang
Tidak semua anggota legislatif yang concern pada masalah tersebut dan menganggap
Ruang lingkup Program Jamkesmas pada tahun 2008 diutamakan pada upaya
pelayanan rawat jalan tingkat primer, namun alat kontrasepsi disediakan oleh
BKKBN. Hal ini mengakibatkan cakupan pelayanan alat kontrasepsi menjadi tidak
satu kesatuan karena terkendala pada pengadaan alat kontrasepsi yang disediakan
oleh BKKBN. Kendala inilah yang harus segera diatasi masyarakat menjadi
mengeluarkan biaya untuk membeli alat kontrasepsi yang sebenarnya bisa mereka
Untuk penduduk miskin biaya yang harus dikeluarkan untuk pembelian alat
kontrasepsi tersebut tentu juga memberatkan selain juga mereka harus mengeluarkan
biaya untuk hidup sehari-hari. Oleh karena itulah diharapkan pemerintah pusat
khususnya pemerintah daerah memberi perhatian khusus dalam hal ini, sehingga
dapat memberi solusi untuk dapat membantu atau meringankan beban penduduk
miskin dengan tetap memberi pelayanan kesehatan KB dan kontrasepsi dengan gratis.
Hal ini diungkapkan oleh Herlianto (2008) yang mangatakan bahwa ditengah
drop out karena akseptor KB tidak lagi memperoleh pelayanan KB gratis dalam
sumber daya baik dari segi kualitas maupun kuantitas. Suatu pelayanan hanya bisa
digunakan apabila jasa tersebut tersedia atau bisa didapat tanpa mempertimbangkan
Alat Kontasepsi
Keterjangkauan pelayanan dalam hal ini dilihat dari 3 (tiga) kategori yaitu
dari segi jarak, waktu tempuh dan biaya. Masing-masing sub variabel tersebut setelah
pemakaian alat kontrasepsi, sehingga dapat dikatakan bahwa jarak, waktu tempuh dan
Hasil ini menunjukkan bahwa jauh dekatnya jarak di lokasi penelitian akan
pelayanan maka seharusnya mereka tidak akan memperhitungkan jarak dan kondisi
jalan. Jarak bukanlah sesuatu hal yang dapat menghalangi mereka untuk
Hal ini dapat dilihat dari responden yang jarak rumahnya dekat tetapi 89,7%
tidak memakai alat kontrasepsi, sedangkan responden yang jarak rumahnya jauh dan
106
tidak memakai alat kontrasepsi sebanyak 64,8%. Dari kondisi tersebut dapat
dikatakan bahwa jarak bukan suatu hal yang dapat menyebabkan responden menjadi
dengan akses geografis, yang dimaksudkan dalam hal ini adalah tempat memfasilitasi
atau menghambat pemanfaatan. Ini adalah hubungan antara lokasi suplai dan lokasi
dari klien yang dapat diukur dengan jarak, waktu tempuh atau biaya tempuh.
Hubungan antara akses geografis dan volume dari pelayanan bergantung dari jenis
pelayanan dan jenis sumber daya yang ada. Peningkatan akses dipengaruhi oleh
kesehatan yang ada belum digunakan dengan efisien oleh masyarakat karena lokasi
pusat-pusat pelayanan tidak berada dalam radius masyarakat banyak dan lebih banyak
berpusat di kota-kota dan lokasi sarana yang tidak terjangkau dari segi perhubungan.
seperti jarak tempuh dan waktu yang terbuang untuk pergi ke fasilitas, biaya, kendala,
pelayanan kesehatan. Tempat pelayanan yang tidak strategis atau sangat sulit dicapai
dengan puskesmas, dapat ditempuh dalam waktu 30 menit (63%) dengan berjalan
kaki (47%), menggunakan sepeda (33%) ataupun sepeda motor (30%). Sedangkan
dari segi biaya 95% responden mengeluarkan biaya untuk mendapatkan alat
kontrasepsi dengan harga yang bervariasi sesuai dengan pilihan metode kontrasepsi.
ketersediaan seperti yang telah dibahas sebelumnya. Keterjangkauan dari segi biaya
kemampuan membayar bisa tergantung variabel non ekonomi dalam hal selera atau
sebagai petani sehingga dilihar dari segi ekonomi mereka berada pada golongan
ekonomi menengah ke bawah. Hal ini akan berpengaruh pada kemampuan mereka
untuk membayar atau membeli barang dan jasa termasuk untuk membeli alat
kontrasepsi. Mereka dihadapkan pada terbatasnya pilihan yang ada dan sesuai dengan
108
kondisi keuangan, sehingga mayoritas pilihannya adalah metode kontrasepsi pil dan
suntik yang dari segi biaya tergolong murah meskipun jangka waktu pemakaiannya
singkat.
Kontasepsi
kesehatan tidak mendukung dan mereka tidak memakai alat kontrasepsi sebanyak
kontrasepsi sebanyak 43,8%. Hasil uji statistik menunjukkan bahwa ada pengaruh
Petugas kesehatan yang dimaksud dalam hal ini adalah bidan atau perawat
yang bertugas di klinik kesehatan ibu dan anak dan keluarga berencana (KIA/KB).
Petugas kesehatan sangat banyak berperan dalam tahap akhir pemakaian alat
kontrasepsi. Calon akseptor yang masih ragu-ragu dalam pemakaian alat kontrasepsi
maupun anjuran dari petugas kesehatan. Petugas kesehatan merupakan pihak yang
namun dalam kenyataannya para bidan di desa tidak tinggal menetap di polindes
tersebut. Bidan hanya datang setengah hari saja dan mereka pada umumnya tinggal
Banyak masyarakat yang akhirnya enggan datang untuk berobat ataupun konsultasi
tentang masalah kesehatannya karena sering kecewa bidan tidak berada di tempat.
Hal ini tentu harus mendapat perhatian dari kepala puskesmas Kecamatan
Rambah Samo maupun Kepala Dinas Kesehatan Kabupaten Rokan Hulu, agar lebih
meningkatkan mutu pelayanan dengan memberi sanksi yang tegas jika petugas
kesehatan terutama bidan di desa yang tidak mau melaksanakan tugas dengan
sungguh-sungguh. Pelayanan yang kurang baik seperti ini akan menjadi citra buruk
Selain petugas kesehatan, peran petugas PLKB dalam hal pemakaian alat
kontrasepsi juga tidak dapat diabaikan. Petugas PLKB biasanya membujuk para calon
akseptor agar mau memakai alat kontrasepsi. Setelah memberikan penjelasan tentang
alat kontrasepsi petugas PLKB akan merujuk calon akseptor ke puskesmas untuk
proses pemasangan alat kontrasepsi. Kerjasama ini sudah berjalan sejak zaman orde
berjalannya waktu dan perubahan sistem organisasi peran petugas PLKB banyak
110
mengalami perubahan. Di daerah penelitian sendiri petugas PLKB sudah tidak ada
terlaksana dengan baik. Petugas kesehatan juga tidak memiliki dana yang cukup
untuk program tersebut, sehingga mereka hanya dapat melayani para calon akseptor
penting karena mereka harus dapat meyakinkan para calon akseptor untuk memakai
alat kontrasepsi.
untuk memakai alat kontrasepsi setelah diyakinkan oleh petugas kesehatan. Meskipun
sering tidak memiliki pilihan dalam hal jenis alat kontrasepsi yang dikehendaki,
faktor aksesibilitas dan pelayanan kesehatan dari tenaga medis yang terampil serta
kesehatan juga menjelaskan terlebih dahulu tentang alat kontrasepsi yang akan dipilih
serta efek sampingnya, memberi kesempatan atau kebebasan dalam memilih alat
masyarakat, sehingga anjuran atau keputusan yang dibuat akan dilaksanakan oleh
masyarakat. Demikian juga dalam hal pemakaian alat kontrasepsi. Adanya hubungan
dalam menggerakkan masyarakat, tidak sekedar hubungan antara orang sakit dengan
petugas kesehatan. Hubungan tersebut lebih memudahkan mereka jika calon akseptor
hubungan dokter dengan pasien. Dalam pelayanan kontrasepsi, klien bukanlah orang
sakit yang ingin disembuhkan dengan sikap pasrah terhadap segala keputusan yang
diambil penyedia layanan. Konsumen kontrasepsi adalah orang yang datang dalam
sehingga pelayanan KB harus berbeda dengan pelayanan orang sakit. Bila hal ini
Oleh karena itu diharapkan petugas kesehatan dapat mengubah pola/cara pikir
dilakukan oleh petugas PLKB pada masa yang lalu, sehingga program KB terus
Kontasepsi.
Hasil uji chi square menunjukkan bahwa tidak ada hubungan pengambil
Maksudnya adalah bahwa dalam hal pemakaian alat kontrasepsi suami dan istri tidak
istri saja dengan memperhatikan segala risiko yang mungkin timbul akibat dari
pemakaian alat kontrasepsi. Dengan kata lain tidak ada perbedaan antara musyawarah
suami-istri dengan suami atau istri saja dalam mengambil keputusan dalam
Friedman (1998) dan Sarwono (2007) mengatakan bahwa ikatan suami isteri
yang kuat sangat membantu ketika keluarga menghadapi masalah, karena suami/isteri
113
sangat membutuhkan dukungan dari pasangannya. Hal itu disebabkan orang yang
istri tanpa kerjasama suami dan saling percaya. Keadaan ideal bahwa pasangan suami
istri harus bersama memilih metoda kontrasepsi yang terbaik, saling kerjasama dalam
Berdasarkan uji regresi logistik ganda, diketahui bahwa variabel yang paling
kontrasepsi. Hal ini sesuai dengan teori yang mengatakan bahwa faktor-fakor yang
ekonomi dalam hal selera atau persepsi individu terhadap suatu barang atau jasa
(Manuaba, 1998).
tidaknya fasilitas atau sarana kesehatan (tempat pelayanan kontrasepsi). Untuk dapat
digunakan, pertama kali suatu metode kontrasepsi harus tersedia dan mudah didapat.
114
Disamping itu daya beli individu juga dapat mempengaruhi penggunaan kontrasepsi,
secara tidak langsung daya beli individu ini juga dipengaruhi oleh ada tidaknya
tertentu karena keterbatasan persediaan. Konsumen tidak dapat memilih metode yang
sesuai dengan tujuan kontrasepsinya karena alat tidak tersedia sehingga faktor ini
Hal yang sama juga diungkapkan oleh Herlianto (2008), bahwa ditengah
drop out karena akseptor KB tidak lagi memperoleh pelayanan KB gratis dalam
sumber daya, baik dari segi kualitas maupun kuantitas. Suatu pelayanan hanya bisa
digunakan apabila jasa tersebut tersedia atau bisa didapat tanpa mempertimbangkan
BAB 6
6.1. Kesimpulan
1. Proporsi istri PUS yang tidak memakai alat kontrasepsi sebesar 72%.
2. Hasil analisis bivariat menunjukkan ada hubungan yang Signifikan antara umur
6.1. Saran
1. Kepada Dinas Kesehatan dan Dinas Kependudukan dan Catatan Sipil Kabupaten
Rokan Hulu perlu melakukan kerjasama dan pendekatan kepada penentu kebijakan
99
116
alat kontrasepsi dan dapat memahami serta menyadari bahwa akseptor memiliki
3. Juga perlu melakukan penyuluhan kepada masyarakat agar dapat memahami dan
DAFTAR PUSTAKA
Arikunto, S., 2006. Prosedur Penelitian, Edisi Revisi VI, Penerbit Rineka Cipta,
Jakarta.
Badan Pusat Statistik, 2005. Statistik 60 Tahun Indonesia Merdeka, BPS, Jakarta.
Beni, R., 2003. Analisis Berita Kependudukan: Triwulan Keempat 2003. Warta
Demografi, Tahun 33 (4): 1-8.
Bertrand, J., 1980. Audience Research for Improving Family Planning Comunication
Program, Communication Laboratory Community & Family Studi Center,
University of Chicago
Cornelius, T., 2004. Memecahkan Kasus Statistik Deskriptif, Parametrik dan Non
Parametrik. Penerbit Andi, Yogyakarta.
101
118
Depkes RI, 2001. Analisis Situasi dan Bimbingan Teknis Pengelolaan Pelayanan
KB, Jakarta.
Dinas Kependudukan dan Catatan Sipil Kabupaten Rokan Hulu, 2008. Profil
Kependudukan Kabupaten Rokan Hulu Tahun 2007, Pasirpengaraian.
Dinas Kesehatan Kabupaten Rokan Hulu, 2008. Profil Kesehatan Kabupaten Rokan
Hulu Tahun 2007, Pasirpengaraian.
Friedman, M., 1998. Keperawatan Keluarga: Teori dan Praktek, Penerbit Buku
Kedokteran EGC, Jakarta.
Green, L., and Kreuter M.W., 2005. Health Program Planning: An Educational and
Ecological Approach. Fourth Edition, McGraw Hill, New York.
Hartanto, H., 2004. KB dan Kontrasepsi, Penerbit Pustaka Sinar Harapan, Jakarta.
Hutauruk, A., 2006. Hubungan Karakteristik Wanita Usia Subur (WUS) dan Kualitas
Pelayanan KB dengan Utilisasi Pelayanan KB di Kabupaten Tapanuli Tengah
Tahun 2006. Tesis. Sekolah Pascasarjana Universitas Sumatera Utara, Medan.
Kasmiyati, 2008. Pemantauan Pasangan Usia Subur Melalui Mini Survei Indonesia
2007. http//www.bkkbn.go.id/ditfor/download.php?type=p&prgid=175.
diakses tanggal 17 September 2008 .
Lemeshow, S., Hosmer Jr, D.W., dan Klar, J., 1997. Besar Sampel Dalam Penelitian
Kesehatan (Terjemahan Dibyo Pramono), Gadjah Mada University Press,
Yogyakarta.
Mantra , I.B., 2006. Demografi Umum, Edisi 2, Penerbit Pustaka Pelajar, Yogyakarta
Mochtar, R., 1995. Sinopsis Obstetri Edisi 2, Cetakan 2, Penerbit Buku Kedokteran
EGC, Jakarta.
Notoatmodjo, S., 2003. Pendidikan dan Perilaku Kesehatan, Penerbit Rineka Cipta,
Jakarta.
Prihastuti, I., 2004. Alkon Hilang, Anak Tak Terbilang, LP3Y dan STARH,
Yogyakarta.
Sakhnan, R., 2001. Faktor yang Berhubungan dengan Keikutsertaan Ibu PUS dalam
Program KB Pada Suku Talang Mamak di Desa Seberial Indragiri Hulu
Propinsi Riau Tahun 2000. Tesis. Program Pascasarjana Ilmu Kesehatan
Masyarakat Universitas Indonesia, Depok.
Sarwono, S.W., 2001. Psikologi Sosial, Cetakan Kedua, Penerbit Balai Pustaka,
Jakarta.
Sastroasmoro, S., dan Ismael, S., 1995. Dasar-dasar Metodologi Penelitian Klinis,
Bagian Ilmu Kesehatan Anak Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia,
Jakarta.
Singarimbun, M., dan Efendi, S., 1989. Metode Penelitian Survei, LP3ES, Jakarta.
Speroff, L., dan Darney, P., 2005. Pedoman Klinis Kontrasepsi, Edisi 2, Penerbit
Buku Kedokteran EGC, Jakarta.
Syamsiah, 2002. Peranan Dukungan Suami Istri Dalam Pemilihan Alat Kontrasepsi
Pada Peserta KB di Soak Bayu Kab Musi Banyuasin Sumatera Selatan Tahun
2002. Skripsi. Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Indonesia, Depok.
UNDP, 2008. Indonesia the Human Development Index - Going Beyond Income.
http:/hdr.undp.org/end/reports/. diakses tanggal 28 Februari 2008.
Universitas Sumatera Utara, 2007, Panduan Penelitian Proposal dan Tesis, AKK
Sekolah Pasca Sarjana, USU Press, Medan.
Wiknjosastro, H., 1999. Ilmu Kebidanan, Edisi Ketiga, Penerbit Yayasan Bina
Pustaka Sarwono Prawirohardjo, Jakarta.
122
Lampiran 1
KUESIONER PENELITIAN
FAKTOR FAKTOR YANG MEMENGARUHI PEMAKAIAN
ALAT KONTRASEPSI PADA ISTRI PUS DI KECAMATAN RAMBAH SAMO
KABUPATEN ROKAN HULU
Nomor
Nama pewawancara : Kuesioner
Hari/tanggal :
A Identitas responden
1. No. Responden :
2. Nama :
3. Umur :
4. Pendidikan :
5. Umur Suami :
6. Pendidikan Suami :
7. Jumlah Anak :
106
123
2. Implant/Susuk
3. Suntik
4. Pil
5. Kondom
6. Tubektomi/Vasektomi (MOP/MOW)
7. Tidak tahu
7. Menurut ibu, apakah alat kontrasepsi yang paling cocok untuk ibu
menyusui?
1. Pil
2. Suntik
3. Tidak tahu
C Sikap
(Pilih satu jawaban saja)
1. Pada saat ibu ingin ikut KB, apakah alat kontrasepsi selalu tersedia di
sarana kesehatan?
1. Ya
2. Tidak
2. > 2,5 km
Jenis alat transportasi apa yang ibu gunakan untuk mencapai tempat
tersebut?
1. Jalan kaki
2. Sepeda
3. Sepeda motor
4. Mobil
G Pengambil Keputusan:
WAWANCARA SELESAI
TERIMAKASIH ATAS WAKTU DAN KESEMPATAN YANG TELAH
DIBERIKAN
128
Lampiran 2
Uji Validitas dan Reliabilitas Data
Reliability PENGETAHUAN
***** Method 1 (space saver) will be used for this analysis ******
_
R E L I A B I L I T Y A N A L Y S I S - S C A L E (A L P H A)
N of
Statistics for Mean Variance Std Dev Variables
SCALE 5.8667 6.8092 2.6094 8
Item-total Statistics
Reliability Coefficients
Alpha = .8843
129
Reliability SIKAP
****** Method 1(space saver) will be used for this analysis ******
_ 112
R E L I A B I L I T Y A N A L Y S I S - S C A L E (A L P H A)
N of
Statistics for Mean Variance Std Dev Variables
SCALE 3.9000 3.1276 1.7685 5
Item-total Statistics
Reliability Coefficients
Alpha = .9105
130
R E L I A B I L I T Y A N A L Y S I S - S C A L E (A L P H A)
N of
Statistics for Mean Variance Std Dev Variables
SCALE 5.4667 1.4989 1.2243 6
Item-total Statistics
Reliability Coefficients
Alpha = .8301
131
Lampiran 3
Uji Normalitas Kolmogorov-Smirnov
132
Descriptives
115
133
Tests of Normality
a
Kolmogorov-Smirnov Shapiro-Wilk
Statistic df Sig. Statistic df Sig.
Total Pengetahuan .159 100 .000 .883 100 .000
Total Sikap .287 100 .000 .880 100 .000
Total dukungan petugas .248 100 .000 .901 100 .000
a. Lilliefors Significance Correction
134
Lampiran 4
Cumulative
Frequency Percent Valid Percent Percent
Valid 20-35 tahun 60 60.0 60.0 60.0
>35 tahun 40 40.0 40.0 100.0
Total 100 100.0 100.0
Cumulative
Frequency Percent Valid Percent Percent
Valid <40 tahun 71 71.0 71.0 71.0
>=40 tahun 29 29.0 29.0 100.0
Total 100 100.0 100.0
DDKISTRI
Cumulative
Frequency Percent Valid Percent Percent
Valid sd 36 36.0 36.0 36.0
smp 30 30.0 30.0 66.0
sma 27 27.0 27.0 93.0
d3 6 6.0 6.0 99.0
pt 1 1.0 1.0 100.0
Total 100 100.0 100.0
Pendidikan Suami
Cumulative
Frequency Percent Valid Percent Percent
Valid SD 31 31.0 31.0 31.0
SMP 40 40.0 40.0 71.0
SMA 22 22.0 22.0 93.0
D3 4 4.0 4.0 97.0
S1 3 3.0 3.0 100.0
Total 100 100.0 100.0
117
117
135
Cumulative
Frequency Percent Valid Percent Percent
Valid > 2 orang 54 54.0 54.0 54.0
<= 2 orang 46 46.0 46.0 100.0
Total 100 100.0 100.0
Pemakaian Alkon
Cumulative
Frequency Percent Valid Percent Percent
Valid Ya/Pakai 28 28.0 28.0 28.0
Tidak 72 72.0 72.0 100.0
Total 100 100.0 100.0
Cumulative
Frequency Percent Valid Percent Percent
Valid tidak kb 72 72.0 72.0 72.0
spiral 6 6.0 6.0 78.0
implant/susuk 4 4.0 4.0 82.0
suntik 7 7.0 7.0 89.0
pil 11 11.0 11.0 100.0
Total 100 100.0 100.0
Cumulative
Frequency Percent Valid Percent Percent
Valid Berkb 28 28.0 28.0 28.0
masih ingin punya anak 48 48.0 48.0 76.0
ingin anak laki-laki 13 13.0 13.0 89.0
ingin anak perempuan 4 4.0 4.0 93.0
Alasan kesehatan 2 2.0 2.0 95.0
Dilarang Suami 5 5.0 5.0 100.0
Total 100 100.0 100.0
Cumulative
Frequency Percent Valid Percent Percent
Valid <56 bulan 39 39.0 39.0 39.0
>= 56 bulan 61 61.0 61.0 100.0
Total 100 100.0 100.0
136
Sikap
Cumulative
Frequency Percent Valid Percent Percent
Valid Tidak Setuju 43 43.0 43.0 43.0
Setuju 57 57.0 57.0 100.0
Total 100 100.0 100.0
Sikap
Cumulative
Frequency Percent Valid Percent Percent
Valid Tidak Setuju 48 48.0 48.0 48.0
Setuju 52 52.0 52.0 100.0
Total 100 100.0 100.0
Sikap
Cumulative
Frequency Percent Valid Percent Percent
Valid Tidak Setuju 42 42.0 42.0 42.0
Setuju 58 58.0 58.0 100.0
Total 100 100.0 100.0
SIkap
Cumulative
Frequency Percent Valid Percent Percent
Valid Tidak Setuju 58 58.0 58.0 58.0
Setuju 42 42.0 42.0 100.0
Total 100 100.0 100.0
Sikap
Cumulative
Frequency Percent Valid Percent Percent
Valid Tidak Setuju 55 55.0 55.0 55.0
Setuju 45 45.0 45.0 100.0
Total 100 100.0 100.0
137
Ketersediaan Alkon
Cumulative
Frequency Percent Valid Percent Percent
Valid Tidak 43 43.0 43.0 43.0
Ya 57 57.0 57.0 100.0
Total 100 100.0 100.0
Ketersediaan Alkon
Cumulative
Frequency Percent Valid Percent Percent
Valid Tidak 49 49.0 49.0 49.0
Ya 51 51.0 51.0 100.0
Total 100 100.0 100.0
Cumulative
Frequency Percent Valid Percent Percent
Valid Klinik swasta 33 33.0 33.0 33.0
Praktek dokter/bidan 58 58.0 58.0 91.0
Apotik 9 9.0 9.0 100.0
Total 100 100.0 100.0
Jarak ke sarkes
Cumulative
Frequency Percent Valid Percent Percent
Valid <2,5 km 43 43.0 43.0 43.0
>2,5 km 57 57.0 57.0 100.0
Total 100 100.0 100.0
Waktu Tempuh
Cumulative
Freqenucy Percent Valid Percent Percent
Valid <30 mnt 55 55.0 55.0 55.0
>30 mnt 45 45.0 45.0 100.0
Total 100 100.0 100.0
138
Biaya yg dikeluarkan
Cumulative
Frequency Percent Valid Percent Percent
Valid Tidak Terjangkau 51 51.0 51.0 51.0
Terjangkau 49 49.0 49.0 100.0
Total 100 100.0 100.0
Cumulative
Frequency Percent Valid Percent Percent
Valid Jalan kaki 47 47.0 47.0 47.0
Sepeda 33 33.0 33.0 80.0
Sepeda Motor 20 20.0 20.0 100.0
Total 100 100.0 100.0
Dukungan Petugas
Cumulative
Frequency Percent Valid Percent Percent
Valid Tidak 29 29.0 29.0 29.0
Ya 71 71.0 71.0 100.0
Total 100 100.0 100.0
Dukungan Petugas
Cumulative
Frequency Percent Valid Percent Percent
Valid Tidak 27 27.0 27.0 27.0
Ya 73 73.0 73.0 100.0
Total 100 100.0 100.0
Dukungan Petugas
Cumulative
Frequency Percent Valid Percent Percent
Valid Tidak 45 45.0 45.0 45.0
Ya 55 55.0 55.0 100.0
Total 100 100.0 100.0
139
Dukungan Petugas
Cumulative
Frequency Percent Valid Percent Percent
Valid Tidak 42 42.0 42.0 42.0
Ya 58 58.0 58.0 100.0
Total 100 100.0 100.0
Dukungan Petugas
Cumulative
Frequency Percent Valid Percent Percent
Valid Tidak 48 48.0 48.0 48.0
Ya 52 52.0 52.0 100.0
Total 100 100.0 100.0
Dukungan Petugas
Cumulative
Frequency Percent Valid Percent Percent
Valid Tidak 39 39.0 39.0 39.0
Ya 61 61.0 61.0 100.0
Total 100 100.0 100.0
Cumulative
Frequency Percent Valid Percent Percent
Valid Petugas kurang ramah 47 47.0 47.0 47.0
petugas tidak mampu
52 52.0 52.0 99.0
memberi informasi
Fasilitas tidak lengkap 1 1.0 1.0 100.0
Total 100 100.0 100.0
Cumulative
Frequency Percent Valid Percent Percent
Valid Suami 51 51.0 51.0 51.0
Isteri 13 13.0 13.0 64.0
Musyawarah 36 36.0 36.0 100.0
Total 100 100.0 100.0
140
Cumulative
Frequency Percent Valid Percent Percent
Valid Tinggi 40 40.0 40.0 40.0
Rendah 60 60.0 60.0 100.0
Total 100 100.0 100.0
Pendidikan istri
Cumulative
Frequency Percent Valid Percent Percent
Valid Tinggi 7 7.0 7.0 7.0
Menengah 27 27.0 27.0 34.0
Dasar 66 66.0 66.0 100.0
Total 100 100.0 100.0
Cumulative
Frequency Percent Valid Percent Percent
Valid > 2 orang 54 54.0 54.0 54.0
<= 2 orang 46 46.0 46.0 100.0
Total 100 100.0 100.0
Kategori Pengetahuan
Cumulative
Frequency Percent Valid Percent Percent
Valid Tinggi 47 47.0 47.0 47.0
Rendah 53 53.0 53.0 100.0
Total 100 100.0 100.0
Kategori Sikap
Cumulative
Frequency Percent Valid Percent Percent
Valid Baik 36 36.0 36.0 36.0
Tidak baik 64 64.0 64.0 100.0
Total 100 100.0 100.0
141
Cumulative
Frequency Percent Valid Percent Percent
Valid Tersedia 48 48.0 48.0 48.0
Tidak Tersedia 52 52.0 52.0 100.0
Total 100 100.0 100.0
Jarak ke sarkes
Cumulative
Frequency Percent Valid Percent Percent
Valid Dekat 29 29.0 29.0 29.0
Jauh 71 71.0 71.0 100.0
Total 100 100.0 100.0
Waktu Tempuh
Cumulative
Frequency Percent Valid Percent Percent
Valid Dekat 63 63.0 63.0 63.0
Jauh 37 37.0 37.0 100.0
Total 100 100.0 100.0
Biaya yg dikeluarkan
Cumulative
Frequency Percent Valid Percent Percent
Valid Murah 47 47.0 47.0 47.0
Mahal 53 53.0 53.0 100.0
Total 100 100.0 100.0
Cumulative
Frequency Percent Valid Percent Percent
Valid Mendukung 48 48.0 48.0 48.0
Tidak mendukung 52 52.0 52.0 100.0
Total 100 100.0 100.0
142
Cumulative
Frequency Percent Valid Percent Percent
Valid Baik 38 38.0 38.0 38.0
Tidak Baik 62 62.0 62.0 100.0
Total 100 100.0 100.0
Pemakaian
Alkon
Ya Total
Pengambil Keputusan Suami Count 17 17
dalam Keluarga Expected Count 17.0 17.0
% within Pengambil
Keputusan dalam 100.0% 100.0%
Keluarga
Isteri Count 3 3
Expected Count 3.0 3.0
% within Pengambil
Keputusan dalam 100.0% 100.0%
Keluarga
Musyawarah Count 8 8
Expected Count 8.0 8.0
% within Pengambil
Keputusan dalam 100.0% 100.0%
Keluarga
Total Count 28 28
Expected Count 28.0 28.0
% within Pengambil
Keputusan dalam 100.0% 100.0%
Keluarga
143
Pemakaian
Alkon
Ya Total
Tempat mendapatkan Klinik swasta Count 12 12
alkon Expected Count 12.0 12.0
% within Tempat
100.0% 100.0%
mendapatkan alkon
Praktek dokter/bidan Count 11 11
Expected Count 11.0 11.0
% within Tempat
100.0% 100.0%
mendapatkan alkon
Apotik Count 5 5
Expected Count 5.0 5.0
% within Tempat
100.0% 100.0%
mendapatkan alkon
Total Count 28 28
Expected Count 28.0 28.0
% within Tempat
100.0% 100.0%
mendapatkan alkon
144
Lampiran 5
Analisis Bivariat
Pemakaian Alkon
Ya Tidak Total
Kategori Umur Risiko Rendah Count 22 38 60
Istri Expected Count 16.8 43.2 60.0
% within Kategori
36.7% 63.3% 100.0%
Umur Istri
Risiko Tinggi Count 6 34 40
Expected Count 11.2 28.8 40.0
% within Kategori
15.0% 85.0% 100.0%
Umur Istri
Total Count 28 72 100
Expected Count 28.0 72.0 100.0
% within Kategori
28.0% 72.0% 100.0%
Umur Istri
Chi-Square Tests
Pemakaian Alkon
Ya Tidak Total
Pendidikan Tinggi Count 4 3 7
istri Expected Count 2.0 5.0 7.0
% within Pendidikan istri 57.1% 42.9% 100.0%
Menengah Count 11 16 27
Expected Count 7.6 19.4 27.0
% within Pendidikan istri 40.7% 59.3% 100.0%
Dasar Count 13 53 66
Expected Count 18.5 47.5 66.0
% within Pendidikan istri 19.7% 80.3% 100.0%
Total Count 28 72 100
Expected Count 28.0 72.0 100.0
% within Pendidikan istri 28.0% 72.0% 100.0%
127
145
Chi-Square Tests
Asymp. Sig.
Value df (2-sided)
Pearson Chi-Square 7.380a 2 .025
Likelihood Ratio 7.036 2 .030
Linear-by-Linear
7.272 1 .007
Association
N of Valid Cases 100
a. 1 cells (16.7%) have expected count less than 5. The
minimum expected count is 1.96.
Pemakaian Alkon
Ya Tidak Total
Kategori Jumlah <= 2 orang Count 7 39 46
Anak Expected Count 12.9 33.1 46.0
% within Kategori
15.2% 84.8% 100.0%
Jumlah Anak
> 2 orang Count 21 33 54
Expected Count 15.1 38.9 54.0
% within Kategori
38.9% 61.1% 100.0%
Jumlah Anak
Total Count 28 72 100
Expected Count 28.0 72.0 100.0
% within Kategori
28.0% 72.0% 100.0%
Jumlah Anak
Chi-Square Tests
Pemakaian Alkon
Ya Tidak Total
Kategori Pengetahuan Tinggi Count 22 25 47
Expected Count 13.2 33.8 47.0
% within Kategori
46.8% 53.2% 100.0%
Pengetahuan
Rendah Count 6 47 53
Expected Count 14.8 38.2 53.0
% within Kategori
11.3% 88.7% 100.0%
Pengetahuan
Total Count 28 72 100
Expected Count 28.0 72.0 100.0
% within Kategori
28.0% 72.0% 100.0%
Pengetahuan
Chi-Square Tests
Pemakaian Alkon
Ya Tidak Total
Kategori Baik Count 18 18 36
Sikap Expected Count 10.1 25.9 36.0
% within Kategori Sikap 50.0% 50.0% 100.0%
Tidak baik Count 10 54 64
Expected Count 17.9 46.1 64.0
% within Kategori Sikap 15.6% 84.4% 100.0%
Total Count 28 72 100
Expected Count 28.0 72.0 100.0
% within Kategori Sikap 28.0% 72.0% 100.0%
147
Chi-Square Tests
Pemakaian Alkon
Ya Tidak Total
Kategori Ketersediaan Tersedia Count 25 23 48
Alkon Expected Count 13.4 34.6 48.0
% within Kategori
52.1% 47.9% 100.0%
Ketersediaan Alkon
Tidak Tersedia Count 3 49 52
Expected Count 14.6 37.4 52.0
% within Kategori
5.8% 94.2% 100.0%
Ketersediaan Alkon
Total Count 28 72 100
Expected Count 28.0 72.0 100.0
% within Kategori
28.0% 72.0% 100.0%
Ketersediaan Alkon
Chi-Square Tests
Pemakaian Alkon
Ya Tidak Total
Jarak ke Dekat Count 3 26 29
sarkes Expected Count 8.1 20.9 29.0
% within Jarak ke sarkes 10.3% 89.7% 100.0%
Jauh Count 25 46 71
Expected Count 19.9 51.1 71.0
% within Jarak ke sarkes 35.2% 64.8% 100.0%
Total Count 28 72 100
Expected Count 28.0 72.0 100.0
% within Jarak ke sarkes 28.0% 72.0% 100.0%
Chi-Square Tests
Pemakaian Alkon
Ya Tidak Total
Waktu Tempuh Dekat Count 23 40 63
Expected Count 17.6 45.4 63.0
% within Waktu Tempuh 36.5% 63.5% 100.0%
Jauh Count 5 32 37
Expected Count 10.4 26.6 37.0
% within Waktu Tempuh 13.5% 86.5% 100.0%
Total Count 28 72 100
Expected Count 28.0 72.0 100.0
% within Waktu Tempuh 28.0% 72.0% 100.0%
149
Chi-Square Tests
Pemakaian Alkon
Ya Tidak Total
Biaya yg dikeluarkan Murah Count 22 25 47
Expected Count 13.2 33.8 47.0
% within Biaya
46.8% 53.2% 100.0%
yg dikeluarkan
Mahal Count 6 47 53
Expected Count 14.8 38.2 53.0
% within Biaya
11.3% 88.7% 100.0%
yg dikeluarkan
Total Count 28 72 100
Expected Count 28.0 72.0 100.0
% within Biaya
28.0% 72.0% 100.0%
yg dikeluarkan
Chi-Square Tests
Pemakaian Alkon
Ya Tidak Total
Kategori Dukungan Mendukung Count 21 27 48
Petugas Expected Count 13.4 34.6 48.0
% within Kategori
43.8% 56.3% 100.0%
Dukungan Petugas
Tidak mendukung Count 7 45 52
Expected Count 14.6 37.4 52.0
% within Kategori
13.5% 86.5% 100.0%
Dukungan Petugas
Total Count 28 72 100
Expected Count 28.0 72.0 100.0
% within Kategori
28.0% 72.0% 100.0%
Dukungan Petugas
Chi-Square Tests
Pemakaian Alkon
Ya Tidak Total
Kategori Pengambil Baik Count 10 28 38
Keputusan Expected Count 10.6 27.4 38.0
% within Kategori
26.3% 73.7% 100.0%
Pengambil Keputusan
Tidak Baik Count 18 44 62
Expected Count 17.4 44.6 62.0
% within Kategori
29.0% 71.0% 100.0%
Pengambil Keputusan
Total Count 28 72 100
Expected Count 28.0 72.0 100.0
% within Kategori
28.0% 72.0% 100.0%
Pengambil Keputusan
151
Chi-Square Tests
Lampiran 6
Analisis Multivariat (Uji Regresi Logistik Ganda)
Parameter coding
Frequency (1) (2)
Pendidikan Tinggi 7 1.000 .000
istri Menengah 27 .000 1.000
Dasar 66 .000 .000
Predicted
135
153
Score df Sig.
Step Variables UMURKAT 5.589 1 .018
0 DIDIK 7.380 2 .025
DIDIK(1) 3.171 1 .075
DIDIK(2) 2.978 1 .084
JHLANAKK 6.904 1 .009
TAHUKAT 15.561 1 .000
SIKAPKAT 13.504 1 .000
SEDIAKAT 26.557 1 .000
JARAK 6.315 1 .012
WAKTU 6.114 1 .013
BIAYA 15.561 1 .000
DUKUNGKA 11.358 1 .001
Overall Statistics 53.021 11 .000
Chi-square df Sig.
Step 1 Step 29.193 1 .000
Block 29.193 1 .000
Model 29.193 1 .000
Step 2 Step 11.417 1 .001
Block 40.609 2 .000
Model 40.609 2 .000
Step 3 Step 11.786 1 .001
Block 52.395 3 .000
Model 52.395 3 .000
Step 4 Step 6.469 1 .011
Block 58.863 4 .000
Model 58.863 4 .000
Step 5 Step 4.417 1 .036
Block 63.280 5 .000
Model 63.280 5 .000
Model Summary
Classification Table a
Predicted
Step
c
JHLANAKK -2.418 .747 10.474 1 .001 .089 .021 .385
3 SEDIAKAT 3.593 .828 18.832 1 .000 36.351 7.173 184.211
DUKUNGKA 2.189 .721 9.206 1 .002 8.925 2.170 36.700
Constant .187 .511 .134 1 .714 1.206
Step
d
JHLANAKK -2.302 .758 9.230 1 .002 .100 .023 .442
4 TAHUKAT 1.691 .702 5.806 1 .016 5.423 1.371 21.450
SEDIAKAT 3.475 .888 15.322 1 .000 32.307 5.670 184.093
DUKUNGKA 2.254 .775 8.463 1 .004 9.528 2.086 43.513
Constant -.517 .618 .699 1 .403 .597
Step
e
JHLANAKK -2.135 .807 7.005 1 .008 .118 .024 .575
5 TAHUKAT 1.817 .736 6.093 1 .014 6.151 1.454 26.025
SIKAPKAT 1.448 .707 4.187 1 .041 4.253 1.063 17.014
SEDIAKAT 3.112 .894 12.110 1 .001 22.457 3.893 129.551
DUKUNGKA 2.245 .791 8.066 1 .005 9.442 2.005 44.459
Constant -1.326 .809 2.686 1 .101 .266
a. Variable(s) entered on step 1: SEDIAKAT.
b. Variable(s) entered on step 2: JHLANAKK.
c. Variable(s) entered on step 3: DUKUNGKA.
d. Variable(s) entered on step 4: TAHUKAT.
e. Variable(s) entered on step 5: SIKAPKAT.
155
Change in
Model Log -2 Log Sig. of the
Variable Likelihood Likelihood df Change
Step 1 SEDIAKAT -59.295 29.193 1 .000
Step 2 JHLANAKK -44.699 11.417 1 .001
SEDIAKAT
-55.703 33.424 1 .000
Score df Sig.
Step Variables UMURKAT 4.108 1 .043
1 DIDIK 5.147 2 .076
DIDIK(1) 2.845 1 .092
DIDIK(2) 1.318 1 .251
JHLANAKK 10.786 1 .001
TAHUKAT 8.484 1 .004
SIKAPKAT 6.610 1 .010
JARAK .537 1 .464
WAKTU 2.456 1 .117
BIAYA 3.305 1 .069
DUKUNGKA 9.036 1 .003
Overall Statistics 33.484 10 .000
Step Variables UMURKAT 1.222 1 .269
2 DIDIK 5.456 2 .065
DIDIK(1) 1.150 1 .283
DIDIK(2) 3.515 1 .061
TAHUKAT 7.518 1 .006
SIKAPKAT 3.925 1 .048
JARAK 2.142 1 .143
WAKTU 2.126 1 .145
BIAYA 2.365 1 .124
DUKUNGKA 11.177 1 .001
Overall Statistics 27.105 9 .001
Step Variables UMURKAT .000 1 .991
3 DIDIK 5.104 2 .078
DIDIK(1) .956 1 .328
DIDIK(2) 3.398 1 .065
TAHUKAT 6.446 1 .011
SIKAPKAT 4.133 1 .042
JARAK .478 1 .489
WAKTU .665 1 .415
BIAYA .698 1 .403
Overall Statistics 16.933 8 .031
Step Variables UMURKAT .845 1 .358
4 DIDIK 5.608 2 .061
DIDIK(1) .994 1 .319
DIDIK(2) 3.624 1 .057
SIKAPKAT 4.501 1 .034
JARAK .001 1 .980
WAKTU .116 1 .734
BIAYA .053 1 .819
Overall Statistics 11.524 7 .117
Step Variables UMURKAT .806 1 .369
5 DIDIK 4.365 2 .113
DIDIK(1) 1.308 1 .253
DIDIK(2) 2.326 1 .127
JARAK .159 1 .690
WAKTU .003 1 .958
BIAYA .000 1 .997
Overall Statistics 6.975 6 .323