Urtikaria
Urtikaria
I. PENDAHULUAN
II. EPIDEMIOLOGI
1
III. ETIOLOGI
1 Obat
Bermacam-macam obat dapat menimbulkan urtikaria, baik secara
imunologik maupun non-imunologik. Obat sistemik (penisilin, sulfonamid,
analgesik dan diuretik) menimbulkan urtikaria secara imunologik tipe I atau
II. Sedangkan obat yang secara non-imunologik langsung merangsang sel
mast untuk melepaskan histamin, misalnya kodein,opium dan zat kontras .1,3,6
Gambar 1 : Urtikaria akut dan berat yang disebabkan oleh allergi penisilin.*
2 Makanan
Makanan yang sering menimbulkan urtikaria adalah telur, ikan,
kacang, udang, coklat, tomat, arbei, babi, keju, bawang, dan semangka.1,3
Terdapat dua macam zat makanan yang diketahui dapat menyebabkan atau
memprovokasi urtikaria yaitu tartrazine, yang ditemukan dalam minuman
dan permen berwarna kuning dan jingga, dan natrium benzoat yang
digunakan secara luas sebagai bahan pengawet.7,10,12
2
Gigitan atau sengatan serangga dapat menimbulkan urtika setempat,
hal ini lebih banyak diperantarai oleh IgE (tipe I) dan tipe seluler (tipe IV).1,2
4 Inhalan
Inhalan berupa serbuk sari bunga, spora jamur, debu, bulu binatang
dan aerosol, umumnya lebih mudah menimbulkan urtikaria alergik
(tipe 1).1,3,10
5 Kontaktan
Lesi terbentuk hanya di daerah asal kontak, misalnya di daerah kontak
dengan air liur anjing atau rambut, atau di bibir setelah mencerna makanan
berprotein terutama pada pasien atopik.2,7,10
6 Trauma Fisik
Trauma fisik dapat diakibatkan oleh faktor dingin, faktor panas, faktor
tekanan, dan emosi menyebabkan urtikaria fisik, baik secara imunologik
maupun non imunologik. Dapat timbul urtika setelah goresan dengan benda
tumpul beberapa menit sampai beberapa jam kemudian. Fenomena ini disebut
dermografisme atau fenomena Darier.1,3,6,10
3
Gambar 3: Dermographism*
.
7 Infeksi dan infestasi
Bermacam-macam infeksi dapat menimbulkan urtikaria, misalnya
infeksi bakteri, virus, jamur, maupun infestasi parasit.1,3,9,10
8 Penyakit sistemik
Beberapa autoimun dan penyakit kolagen; misalnya retikulosis, karsinoma,
dan dysproteinemias.1,3,9,10
IV. PATHOGENESIS
4
mungkin sekali siklik AMP (adenosin mono phosphate) memegang peranan
penting pada pelepasan mediator. Beberapa bahan kimia seperti golongan amin
dan derivat amidin, obat-obatan seperti morfin, kodein, polimiksin, dan beberapa
antibiotik berperan pada keadaan ini. Bahan kolinergik misalnya asetilkolin,
dilepaskan oleh saraf kolinergik kulit yang mekanismenya belum diketahui
langsung dapat mempengaruhi sel mast untuk melepaskan mediator. Faktor fisik
misalnya panas, dingin, trauma tumpul, sinar X, dan pemijatan dapat langsung
merangsang sel mast. Beberapa keadaan misalnya demam, panas, emosi, dan
alkohol dapat merangsang langsung pada pembuluh darah kapiler sehingga
terjadi vasodilatasi dan peningkatan permeabilitas.1,5,8,9
Faktor imunologik lebih berperan pada urtikaria yang akut daripada yang
kronik; biasanya IgE terikat pada permukaan sel mast dan atau sel basofil karena
adanya reseptor Fc bila ada antigen yang sesuai berikatan dengan IgE maka
terjadi degranulasi sel, sehingga mampu melepaskan mediator. Keadaan ini jelas
tampak pada reaksi tipe I (anafilaksis), misalnya alergi obat dan makanan.
Komplemen juga ikut berperan, aktivasi komplemen secara klasik maupun secara
alternatif menyebabkan pelepasan anafilatoksin (C3a, C5a) yang mampu
merangsang sel mast dan basofil, misalnya tampak akibat venom atau toksin
bakteri.1,4,5,8
Ikatan dengan komplemen juga terjadi pada urtikaria akibat reaksi sitotoksik
dan kompleks imun pada keadaan ini juga dilepaskan zat anafilatoksin. Urtikaria
akibat kontak dapat juga terjadi misalnya setelah pemakaian bahan pengusir
serangga, bahan kosmetik, dan sefalosporin. Kekurangan C1 esterase inhibitor
secara genetik menyebabkan edema angioneurotik yang herediter.1,5,8,11
5
Gambar 4 : Diagram Faktor Imunologik dan Non-Imunologik yang
* Diikuti dariMenimbulkan
kepustakaan no. 1
Urtikaria*
V. GAMBARAN KLINIS
Gambaran klinis urtikaria yaitu berupa munculnya ruam atau lesi kulit
berupa biduran yaitu kulit kemerahan dengan penonjolan atau elevasi berbatas
tegas dengan batas tepi yang pucat disertai dengan rasa gatal (pruritus) sedang
sampai berat, pedih, dan atau sensasi panas seperti terbakar. Lesi dari urtikaria
dapat tampak pada bagian tubuh manapun, termasuk wajah, bibir, lidah,
tenggorokan, dan telinga. Bentuknya dapat papular seperti pada urtikaria akibat
sengatan serangga, besarnya dapat lentikular, numular sampai plakat. Bila
mengenai jaringan yang lebih dalam sampai dermis dan jaringan submukosa atau
subkutan, maka ia disebut angioedema.1,3,8 Urtikaria dan angioedema dapat terjadi
pada lokasi manapun secara bersamaan atau sendirian. Angioedema umumnya
mengenai wajah atau bagian dari ekstremitas, dapat disertai nyeri tetapi jarang
6
pruritus, dan dapat berlangsung sampai beberapa hari. Keterlibatan bibir, pipi, dan
daerah periorbita sering dijumpai, tetapi angioedema juga dapat mengenai lidah
dan faring. Lesi individual urtikaria timbul mendadak, jarang persisten melebihi
24-48 jam, dan dapat berulang untuk periode yang tidak tentu.2,4,9
*
Dikutip dari kepustakaan no.2
7
10) Angioedema getaran
3 Urtikaria kontak - Dipengaruhi oleh kontak secara
biologis atau bahan kimia
4 Vaskulitis urtikarial - Ditemukan pada biopsi kulit
5 Angioedema - Penyebabnya bisa idiopatik
(tanpa urtikaria)
Tabel 1 : Klasifikasi Urtikaria *
A. Pemeriksaan Laboratorium
Pemeriksaan darah, urin, feses rutin untuk menilai ada tidaknya infeksi yang
tersembunyi atau kelainan pada alat dalam. Cryoglubulin dan cold hemolysin
perlu diperiksa pada urtikaria dingin.1,2 Pemeriksaan-pemeriksaan seperti
komplemen, autoantibodi, elektrofloresis serum, faal ginjal, faal hati dan urinalisis
akan membantu konfirmasi urtikaria vaskulitis.3 Pemeriksaan C1 inhibitor dan C4
komplemen sangat penting pada kasus angioedema berulang tanpa urtikaria.5,8,10
Tes Alergi
8
vasoaktif seperti histamine-releasing autoantibodies, tes injeksi intradermal
menggunakan serum pasien sendiri (autologous serum skin test-ASST) dapat
dipakai sebagai tes penyaring yang cukup sederhana.5
Tes ini dengan cara menghentikan semua makanan yang dicurigai untuk beberapa
waktu, lalu mencobanya kembali satu demi satu. 1,3
Pada urtikaria fisik akibat sinar dapat dilakukan tes foto tempel. 1
Tes fisik
Tes fisik lainnya bisa dengan es (ice cube test) atau air hangat apabila dicurigai
adanya alergi pada suhu tertentu.1,2
B. Pemeriksaan Histopatologik
Perubahan histopatologik tidak terlalu nampak dan tidak selalu diperlukan tetapi
dapat membantu diagnosis.Biasanya terdapat kelainan berupa pelebaran kapiler di
papila dermis, geligi epidermis mendatar, dan serat kolagen membengkak. Pada
tingkat permulaan tidak tampak infiltrasi selular dan pada tingkat lanjut terdapat
infiltrasi leukosit, terutama disekitar pembuluh darah.1,8,9
9
-
VII. Diagnosis
1. Purpura anakfilatoid
10
Purpura Henoch-Schonlein (PHS) yang dinamakan juga purpura
anafilaktoid atau purpura nontrombositopenik adalah sindrom klinis yang
disebabkan oleh vaskulitis pembuluh darah kecil sistemik yang ditandai dengan
lesi kulit spesifik berupa purpura nontrombositopenik, artritis atau artralgia, nyeri
abdomen atau perdarahan gastrointestinalis, dan kadang-kadang nefritis atau
hematuria.1,15
Tanda dari penyakit ini adalah ruam, dimulai dengan makulopapul merah
muda yang awalnya melebar pada penekanan dan berkembang menjadi peteki
atau purpura, dimana karakteristik klinisnya adalah purpura yang dapat dipalpasi
dan berkembang dari merah ke ungu hingga kecoklatan sebelum akhirnya
memudar. Lesi cenderung untuk timbul pada interval yang bervariasi dari
beberapa hari hingga 3-4 bulan. Kurang dari 10% pada anak-anak, dapat timbul
kembali ruam yang mungkin tidak sembuh hingga akhir tahun, dan bisa juga
muncul setelah beberapa tahun.15
2. Pitiriasis rosea
11
Lesi berikutnya timbul 4-10 hari setelah lesi pertama,memberi gambaran
yang khas sama dengan lesi pertama hanya lebih kecil,susunannya sejajar dengan
kosta,hingga menyerupai pohon cemara terbalik. Lesi tersebut timbul serentak
atau dalam beberapa hari.Tempat predileksi pada badan,lengan atas bagian
proksimal dan paha atas,sehingga seperti pakaian renang wanita jaman dahulu.1
3. Erythema Multiforme
12
untuk bentuk papul.sedangkan untuk kasus yang berat dapat kita gunakan
kortikosteroid, prednisolone dosis awal 30-60 mg/perhari yang kemudian
diturunkan selama 1 sampai 4 minggu.9
IX. Penatalaksanaan
Pengobatan yang paling ideal tentu saja mengobati penyebab atau bila
mungkin menghindari penyebab yang dicurigai. Bila tidak mungkin paling tidak
mencoba mengurangi penyebab tersebut, sedikit-dikitnya tidak menggunakan dan
tidak berkontak dengan penyebabnya.1
13
Nama golongan antihistamin
Beberapa obat lini kedua untuk urtikaria kronik dan urtikaria fisis
Nama Kelas Obat Route Dosis Indikasi spesial/
Generik Penyakit tertentu
14
Prednisone Corticosteroid Oral 0.5 Severe exacerbations
mg/kg qd (days only)
Tabel 3 : Beberapa obat lini kedua untuk urtikaria kronik dan urtikaria fisis.*
15
3 diluar immunomodulatory agent antara lain plasmaharesis, colchicines, dapsone,
albuterol(salbotamol), tranexamic acid, terbutaline, sulfasalazine,
hydroxychloroquine dan warfarin.5
X. Prognosis
XI. Kesimpulan
Urtikaria atau dikenal juga dengan hives adalah kondisi kelainan kulit
berupa reaksi vaskular terhadap bermacam-macam sebab, biasanya disebabkan
oleh suatu reaksi alergi, yang mempunyai karakteristik gambaran kulit kemerahan
(eritema) dengan sedikit edema atau penonjolan (elevasi) kulit berbatas tegas yang
timbul secara cepat setelah dicetuskan oleh faktor presipitasi dan menghilang
perlahan-lahan.1,2,3
Terdapat bermacam-macam penyebab urticaria, di antaranya : obat,
makanan, gigitan/sengatan serangga, inhalan, kontaktan, trauma fisik , infeksi dan
infestasi parasit, genetik dan penyakit sistemik.Dengan anamnesis yang teliti dan
pemeriksaan klinis yang cermat serta pembantu diagnosis yang meliputi
pemeriksaan laboratorium dan pemeriksaan histopatologik. Pengobatan yang
paling ideal tentu saja mengobati penyebab atau bila mungkin menghindari
penyebab yang dicurigai. Terdapat pengobatan lini 1, 2, 3 yang telah disebutkan di
atas .1,5,8
DAFTAR PUSTAKA
16
2 Hunter J, Savin J, Dahl M. Reactive erythema and vasculitis. Clinical
Dermatology. 3rd ed. Blackwell Publishing; 2002. p. 94-9.
3 Habif TP. Clinical Dermatology: A Color Guide to Diagnosis and Therapy. 4th
ed. London: Mosby; 2004.p. 59-129
4 Soter N. A, Kaplan A.P. Urticaria and Angioedema. In : Freedberg IM, Eisen
AZ, Wolff K, Austen KF, Goldsmith LA, Katz SI, editors. Fitzpatricks
Dermatology In Genereal Medicine 6th ed. New York : McGraw-Hill Inc;
2003. p. 1129-38.
5 Poonawalla T, Kelly B. Urticaria A Review. Am J Clin Dermatol. 2009; 10
(1): 9-21
6 Burkhart C.G. Patient-Oriented Treatment for Urticaria: A Three-Step
Approach with Informational/Instructional Sheets. Open Dermatol J. 2008;
2 ( ): 57-63
7 MacKie RM. Disorders of the vasculature :Urticaria. Clinical Dermatology.
4th ed. United States : Oxford medical publications; 1997. p. 182-184.
8 Grattan C, Black AK. Urticaria and Angioedema. In : Bolognia JL, Jorizzo
JL, Rapini RP, editors. Dermatology. 2nd edition. USA: Mosby Elsevier;
2008.
9 Grattan C.E.H., Black A.K, Urticaria and Mastocytosis. In : Burns T,
Breathnach S, Cox N, Griffiths C, editors. Rooks Textbook Of Dermatology.
7th ed. USA: Blackwell Publishing Company; 2004. p. 47.1- 37
10 Buxton PK, Urtikaria. ABC Of Dermatology.4th ed. BMJ PublishingGroup
Ltd; 2003. p. 38l.
11 Gawkrodger DJ. Dermatology: An Illustrated Colour Text. 3rd ed. Elsevier
Science Limited; 2002. p. 72-3
12 Boucher M. Urticaria or Hives Causes and Symptoms and Natural Treatment
for Urticaria. Article from Free Online Library. 2010
13 Chang MW. All That Forms Rings Is Not Erythema Multiforme. New Eng
Jour Med. 2007
14 Dahl MV. Whealy Doses. New Eng Jour Med. 2010
17
15 Judarwanto W, Purpura Henoch-Schonlein. Informasi dan Edukasi Alergi
pada Anak. [online] 2008 may 16 [cited 2010 Februari 18]: Available from:
URL: http://childrenallergy center.wordpress.com
18