Anda di halaman 1dari 8

ECOTOURISM EDUCATION AND TRAINING CENTER (ETC) SEBAGAI

SARANA PEMBERDAYAAN MASYARAKAT DALAM UPAYA


MENINGKATKAN KEUNGGULAN LOKAL DI DESA RAJA AMPAT
UNTUK MENCIPTAKAN INDUSTRI PARIWISATA INDONESIA YANG
MANDIRI

GEMA LOMBA KARYA ESAI NASIONAL 2016

DISUSUN OLEH :
ANDREA AKBAR

UNIVERSITAS SRIWIJAYA
INDRALAYA
2016
ECOTOURISM EDUCATION AND TRAINING CENTER (ETC) SEBAGAI
SARANA PEMBERDAYAAN MASYARAKAT DALAM UPAYA
MENINGKATKAN KEUNGGULAN LOKAL DI DESA RAJA AMPAT
UNTUK MENCIPTAKAN INDUSTRI PARIWISATA INDONESIA YANG
MANDIRI
Andrea Akbar
Universitas Sriwijaya
Bentang alam Indonesia merupakan pemandangan yang membuat setiap
mata manusia terkagum-kagum. Dengan beragam jenis flora dan fauna, beragam
tempat wisata yang salah satunya terdapat di Desa Raja Ampat. Desa Raja Ampat
terkenal dengan pemandangannya yang indah. Bentang alam yang eksotis nan
indah membuat para wisatawan tertarik untuk datang ke Desa Raja Ampat.
Tempat ini pun juga didatangi oleh para wisatawan lokal dan wisatawan dari
berbagai negara. Hal itu menandakan adanya keunggulan lokal pada desa Raja
Ampat yaitu industri pariwisata(CNN, 2015). Akan tetapi untuk mendorong atau
meningkatkan keunggulan lokal tersebut Desa Raja Ampat masih memiliki
beberapa permasalahan salah satunya adalah pendidikan.
Pendidikan adalah hak mutlak yang dimiliki setiap warga Negara
Indonesia. Pendidikan dapat menjadi agen perubahan dalam pembangunan
Indonesia yang masih menjadi Negara berkembang. Pendidikan berfungsi
mengembangkan kemampuan dan membentuk watak serta peradaban bangsa yang
bermartabat dalam rangka mencerdaskan kehidupan bangsa (UU RI No. 20,
Tahun 2003). Biasanya ujung tombak dari pendidikan adalah menuntut peserta
didik untuk menjadi sumber daya manusia yang unggul seperti tenaga kerja
unggulan atau menciptakan lapangan pekerjaan.
Pola berpikir masyarakat Raja Ampat yang masih primitf dan rata-rata
pengangguran yang begitu tinggi menandakan pendidikan didaerah tersebut belum
terselenggara secara baik. Desa Raja Ampat yang khas menjadi tempat wisata
para wisatawan pun masih menarik tenaga kerja pariwisata dari luar pulau Papua
yang juga pertanda bahwa kualitas sumber daya manusia disana belum
baik(Prasetijo et al.,2012).
Belum lagi, masalah lingkungan Raja Ampat yang sudah tercemar oleh
sampah-sampah yang dibawa oleh wisatawan yang datang. Sangat menyedihkan
melihat para wisatawan yang mengagumi keindahan pemandangan, tapi
meninggalkan bungkus rokok, botol air, dan bungkus snack di pepohonan sekitar
sebelum kembali ke perahu mereka. Salah jika kita mengira masyarakat raja
ampat yang melakukan pembuangan sampah sembarangan karena mereka hidup
dan bertumbuh dalam lingkungan asri dan bersih.
Maka daripada itu sebelum kita mencoba untuk meningkatkan keunggulan
lokal di desa Raja Ampat ada dua hal yang harus diperhatikan yaitu pendidikan,
dan lingkungan jika pemerintah ingin menciptakan industri pariwisata yang
mandiri. Jika masalah tersebut tidak diatasi maka ada kemingkinan industri
pariwisata akan diambil dan dikendalikan oleh orang asing. Seyogyanya
keunggulan lokal bisa saja meningkat walaupun dikendalikan orang asing akan
tetapi potensi sumber daya manusia yang ada terkhusus disana tidak akan
diberdayakan dan miris rasanya jika itu merupakan kekayaan negara kita akan
tetapi malah dikendalikan oleh orang asing yang mengakibatkan tidak terciptanya
industri pariwisata yang mandiri.
Eco-Tourism Education and Training Center (ETC) dapat menjadi solusi
permasalahan yang ada di desa Raja Ampat. Secara umum, Eco-Tourism
Education and Training Center (ETC) merupakan balai pendidikan dan pelatihan
kepariwisataan yang berbasis ekologi layaknya sebuah tempat mendidik dan
melatih masyarakat disana untuk menjadi sumber daya manusia yang berkualitas
dengan meningkatkan keunggulan lokal yang ada disana yaitu industri pariwisata.
Dengan kata lain, ETC ini mempunyai konsep tiga pilar pembangunan yaitu,
Pendidikan, Kepariwisataan, dan Ekologi. Penggabungan ketiga komponen dapat
menjadi gerak awal pemerintah mengatasi permasalahan yang ada di desa Raja
Ampat.
Pilar yang pertama adalah pilar pendidikan. Pembangunan balai ini dapat
mengatasi kurangnya pendidikan di Desa Raja Ampat. Melalui pendidikan inilah
anak-anak pengangguran atau bahkan orang yang dewasa di Desa Raja Ampat
dapat dididik menjadi orang yang berpendidikan. Pemberian pendidikan dapat
memperluas pengetahuan masyarakat akan pengetahuan secara umum ataupun
spesifik. Pengetahuan umum yang diberikan dapat berupa materi pengetahuan
umum terkait industri pariwisata secara global sedangkan pengetahuan secara
spesifik yaitu masyarakat akan diberikan pengetahuan teknis dan cara pelaksanaan
industri pariwisata yang ada disana.
Pilar yang kedua adalah ekologi. Pada sisi lain lingkungan disana pun juga harus
dijaga dan diperbaiki. Pada program pilar ekologi masyarakat akan diajak untuk
peduli dengan lingkungan mereka sendiri. Pembangunan industri pariwisata tanpa
adanya perlindungan terhadap lingkungan akan menimbulkan efek negatif pada
sisi lain. Dengan melihat kenyataan bahwa ekosistem desa Raja Ampat yang
mulai terganggu dengan adanya sampah yang berserakan, kita dapat melakukan
upaya pembenahan seperti penerapan sistem One Man One Trash(OMOT). Sistem
ini mewajibkan setiap wisatawan yang datang untuk membawa satu sampah
setelah berwisata di daerah desa Raja Ampat.

Pengajar unggul Tenaga kerja unggul

Eco-Tourism
Training
Pendidikan Peningkatan
Ekologi Kepariwisataan pendapatan
Penjagaan
Eco-Tourism lingkungan
Education Industri
pariwisata

Masyarakat terdidik

Gambar 1. Skema program ETC


Setelah masyarakat diberikan edukasi, maka tahap yang selanjutnya adalah
tahap pelatihan. Pelatihan ini termasuk dalam pilar pembangunan yang ketiga
yaitu kepariwisataan. Pelatihan kepariwisataan artinya masyarakat akan dilatih
menjadi tenaga kerja kepariwisataan yang akan bergerak di industri pariwisata
seperti pemandu wisata, tenaga administrasi, bisnis pariwisata atau menjadi
pengajar di ETC. Kenapa pengajar ETC disini juga dimunculkan? Karena agar
adanya sebuah siklus yang dapat menjadikan program ETC terus berkelanjutan
dan membuat sistem yang mandiri pada masyarakat dan ETC. Masyarakat akan
memilih dan dan akan dilatih sesuai dengan pilihan minat profesi masing-masing.
Masyarakat akan dibina dengan baik dan perlahan terkait teknis di lapangan
pekerjaan nanti dan mereka juga tidak dituntut untuk menyelesaikan dengan cepat
studi ETC. Penyelesaian waktu studi ditetapkan dengan rentang waktu yang
berbeda-beda tergantung dari kemampuan masing-masing individu.
Jika masyarakat desa Raja Ampat sudah mendapatkan pelatihan untuk
menjadi tenaga kerja yang unggul maka tahap selanjutnya adalah penyaluran
peserta ETC ke industri pariwisata . Masyarakat dituntut untuk menerapkan dan
mengimplementasikan hal-hal yang telah didapatkan sebelumnya. Masyarakat
harus menerapkan prinsip pilar pembangunan yang telah diberikan, seperti
pendidikan, masyarakat juga harus dapat mengedukasi atau pengetahuan seputar
pariwisata pada tiap wisatawan yang datang. Prinsip ekologi, masyarakat
mengajak wisatawan untuk menjaga kebersihan dengan penerapan yang telah
diajarkan di ETC yaitu dengan sistem One Man One Trash(OMOT). Dengan
adanya industri pariwisata berbasis ekologi nanti masyarakat akan dapat
meningkatkan pendapatan mereka dan tetap dapat menjaga kelestarian
lingkungan. Masyarakat cukup berkutat dengan keunggulan yang dimiliki untuk
memajukan kehidupan mereka.
Serangkaian uraian diatas dapat menjadi dasar bahwa dengan
pembangunan ETC ini dapat menjadi motor penggerak awal industri pariwisata
indonesia yang mandiri dan menghasilkan sumber daya manusia yang berkualitas
di Desa Raja Ampat sekaligus mengatasi permasalahan yang ada disana.
DAFTAR PUSTAKA

Undang-undang No. 20 tahun 2003

Wahyuni,Tri.2015. Kawasan wisata raja ampat mulai rusak.


http://www.cnnindonesia.com. Diakses pada tanggal 18 Oktober 2016.

Adi Prasetijo et.al. 2012. Satuan Kerja Sementara Kegiatan Hulu Migas 2012.
http://migas.bisbak.com/. Diakses pada tanggal 19 Oktober 2016

Anda mungkin juga menyukai