Anda di halaman 1dari 71

TUMOR-TUMOR JINAK DAN GANAS

PADA KULIT

DISUSUN OLEH :
Dani Dania D
Febry Firmansyah

Perceptor
Dr. Arief Guntara, Sp.B FInaCS

SMF ILMU BEDAH


RSI AL IHSAN FK UNISBA
2014
Dermatofibroma (Tumor Kulit Jinak)
Dermatofibroma adalah tumor kulit jinak yang teridiri dari sel sel fibroblas

(sel-sel yang membentuk jaringan lunak di bawah kulit).

PENYEBAB

Penyebabnya tidak diketahui.

GEJALA

Dermatofibroma tampak sebagi benjolan kecil berwarna merah sampai

coklat. Paling sering ditemukan di tungkai atau lengan. Kadang menimbulkan

gatal-gatal.

DIAGNOSA

Diagnosis ditegakkan berdasarkan gejala dan hasil pemeriksaan fisik.

PENGOBATAN

Jika tidak mengganggu atau membesar, tidak perlu dilakukan pengobatan

khusus. Pengangkatan dermatofibroma bisa dilakukan melalui pemotongan

dengan pisau bedah atau pembekuan dengan larutan nitrogen.

Tumor Kulit Jinak Keratoakantoma

1
Keratoakantoma adalah tumor kulit jinak yang berupa benjolan bulat dan

keras, biasanya berwarna seperti daging dengan bagian tengah seperti kawah yang

mengandung bahan lengket.

PENYEBAB

Diduga sinar matahari memegang peran yang penting dalam terjadinya

keratoakantoma. Tampaknya keratoakantoma muncul dari sebuah akar rambut

sehingga mereka hanya tumbuh di daerah kulit yang berambut. Cedera ringan

merupakan faktor pemicu terjadinya keratoakantoma.

GEJALA

Keratoakantoma seringkali muncul di daerah kulit yang mengalami cedera.

Pada mulanya tampak sebagai beruntusan/bisul kecil dengan bagian tengah yang

keras. Kemudian akan terbentuk benjolan bulat dan keras, biasanya berwarna

seperti daging dengan bagian tengah seperti kawah yang mengandung bahan yang

lengket.

2
Pertumbuhannya sangat cepat dan dalam waktu 1-2 bulan, ukurannya bisa

mencapai 5 cm. Beberapa bulan kemudian keratoakantoma akan menghilang

dengan sendirinya tetapi mungkin akan meninggalkan jaringan parut.

Sering ditemukan di wajah, lengan dan punggung tangan.

DIAGNOSA

Diagnosis ditegakkan berdasarkan gejala-gejalanya. Untuk memperkuat

diagnosis dan memastikan bahwa kelainan yang terjadi bukan merupakan suatu

keganasan, bisa dilakukan biopsi (pengambilan contoh jaringan untuk diperiksa

dengan mikroskop).

PENGOBATAN

Terdapat beberapa cara untuk mengobati keratoakantoma:

1. Pembekuan

Keratoakantoma yang kecil bisa diobati dengan pembekuan oleh larutan

nitrogen, baik dalam bentuk semprotan atau dioleskan dengan kapas. Setelah

pemberian nitrogen, akan terjadi pembengkakan dengan atau tanpa lepuhan, yang

selanjutnya akan mengering dan membentuk keropeng dalam waktu sekitar 2

minggu.

2. Kuretase dan kauterisasi.

Cara ini kadang digunakan untuk keratoakantoma yang lebih tebal.

Penyembuhan biasanya terjadi dalam waktu 3 minggu dan meninggalkan jaringan

parut yang tidak terlalu mengganggu penampilan.

3. Eksisi

3
Keratoakantoma disayat membentuk elips dan bekas sayatan dijahit. 1

minggu kemudian jahitan diangkat dan akan meninggalkan jaringan parut

berbentuk garis.

4. Radioterapi

Kadang keratoakantoma yang besar diobati dengan penyinaran.

Pengobatan ini tidak menimbulkan nyeri dan penyembuhan akan terjadi beberapa

minggu sesudahnya.

Tahi Lalat (Nevi)

Tahi Lalat (Nevi) adalah pertumbuhan kulit yang kecil dan biasanya

berwarna gelap, yang berasal dari sel-sel penghasil pigmen (melanosit) di kulit.

GEJALA

Ukuran tahi lalat bervariasi, bisa mendatar atau menonjol, permukaannya

bisa halus atau kasar (menyerupai kutil) dan bisa berrambut. Biasanya berwarna

coklat tua atau hitam, tetapi bisa juga berwarna merah atau kuning-coklat. Hampir

semua orang memiliki sekitar 10 buah tahi lalat, yang biasanya tumbuh pada masa

kanak-kanak atau remaja.

Sel-sel pigmen memberikan respon terhadap perubahan kadar hormon,

karena itu tahi lalat bisa tumbuh, membesar atau bertambah gelap selama

kehamilan berlangsung.

Tanda-tanda perubahan pada tahi lalat yang mengarah kepada keganasan:

#Ukurannya bertambah besar

#Warnanya bertambah gelap

#Peradangan

4
#Perubahan warna dalam bentuk bintik-bintik

#Perdarahan

#Luka terbuka

#Gatal

# Nyeri.

DIAGNOSA

Diagnosis ditegakkan berdasarkan gejala-gejalanya. Biopsi atau analisa

terhadap tahi lalat yang sudah diangkat bisa membantu menentukan adanya

keganasan atau tidak.

PENGOBATAN

Pengobatannya bervariasi, tergantung kepada jenis tahi lalat dan keadaan

yang dipengaruhinya. Tahi lalat bisa merupakan gangguan atau menambah

kecantikan/penampilan seseorang. Tahi lalat yang mengganggu atau terdapat di

daerah yang bergesekan dengan pakaian sehingga menimbulkan iritasi kulit, bisa

diangkat dengan menggunakan pisau bedah dan pembiusan lokal.

Kebanyakan tahi lalat tidak berbahaya dan tidak harus diangkat.

Tetapi beberapa tahi lalat sangat menyerupai keganasan (melanoma maligna) dan

5
sulit untuk membedakannya. Selain itu, tahi lalat yang jinak bisa berkembang

menjadi melanoma maligna. Hampir separuh kasus melanoma maligna berawal

sebagai tahi lalat, karena itu tahi lalat yang mencurigakan sebaiknya diangkat dan

diperiksa dengan mikroskop.

Jika telah terbukti bahwa sebuah tahi lalat bersifat ganas, maka perlu

dilakukan pembedahan tambahan untuk mengangkat kulit di sekitarnya.

Tahi Lalat Atipik (Nevi Displastik)

Tahi Lalat Atipik (Nevi Displastik) adalah pertumbuhan kulit berwarna

gelap yang mendatar atau menonjol, tetapi lebih besar daripada tahi lalat biasa

(diameternya lebih dari 1 cm) dan bentuknya tidak selalu bulat; warnanya

bervariasi, mulai dari coklat sampai coklat tua, biasanya dengan latar belakang

pink.

PENYEBAB

Tahi lalat atipik cenderung merupakan suatu keturunan, meskipun

seseorang yang keluarganya tidak memiliki riwayat tahi lalat atipik bisa

memilikinya.

Seseorang yang memiliki tahi lalat atipik dan memiliki 2 orang atau lebih

saudara dekat yang memiliki banyak tahi lalat atipik dan melanoma (menderita

sindroma nevus displastik), memiliki resiko tinggi menderita melanoma maligna.

GEJALA

Beberapa orang memiliki lebih dari 100 buah tahi lalat atipk dan tahi lalat

yang baru bisa terus tumbuh bahkan setelah usia pertengahan. Tahi lalat atipikal

bisa tumbuh di bagian tubuh manapun, meskipun lebih sering tumbuh di bagian

6
tubuh yang tertutup, seperti bokong, payudara dan kulit kepala. Ketiga daerah

tersebut merupakan lokasi penyebaran yang khas bagi tahi lalat atipik, yang

berbeda dengan tahi lalat biasa.

Tahi lalat atipik bisa mendatar atau menonjol, dengan ukuran lebih besar

dari tahi lalat biasa (diameternya lebih dari 1 cm) dan bentuknya tidak selalu

bulat. Warnanya bervariasi, mulai dari coklat sampai coklat tua, dengan latar

belakang berwarna pink.

Seseorang yang memiliki tahi lalat atipik (terutama dengan riwayat

keluarga melanoma), harus waspada akan adanya perubahan-perubahan yang

mengarah kepada melanoma maligna. Dia harus memeriksakan kultnya secara

rutin (1 kali/tahun).

DIAGNOSA

Diagnosis ditegakkan berdasarkan gejala-gejalanya.

PENGOBATAN

Beberapa ahli berpendapat bahwa sinar matahari mempercepat

perkembangan dan perubahan pada tahi lalat atipik. Seseorang yang memiliki tahi

7
lalat atipik sebaiknya menghindari paparan sinar matahari. Gunakan selalu tabir

surya dengan SPF minimal 15.

Jika hasil pemeriksaan rutin menunjukkan adanya perubahan (ukuran,

warna) maka tahi lalat tersebut harus diangkat.

Skin Tags

Skin Tags adalah kulit lembut dan kecil yang menggelambir, berwarna seperti

daging atau sedikit lebih gelap, yang biasanya sering ditemukan di leher, ketiak

atau selangkangan.

Skin tags adalah pertumbuhan kulit jinak yang seringkali muncul setelah

usia pertengahan.

PENYEBAB

Penyebabnya tidak diketahui.

GEJALA

Skin tags merupakan suatu penonjolan kulit yang bisa memiliki tangkai

kecil yang menghubungannya dengan permukaan kulit.

Biasanya tidak menimbulkan nyeri, tidak membesar dan tidak

menunjukkan perubahan tertentu. Ukurannya sangat kecil, kadang ada yang

berukuran sampai 1 cm; berwarna seperti daging atau sedikit lebih gelap.

Sering ditemukan di leher, ketiak, selangkangan atau lipatan tubuh lainnya.

8
DIAGNOSA

Diagnosis ditegakkan berdasarkan gejala-gejalanya.

PENGOBATAN

Biasanya tidak perlu dilakukan pengobatan, kecuali jika terjadi iritasi

akibat gesekan dengan pakaian atau mengganggu penampilan penderita.

Bisa dilakukan pengangkatan melalui pembekuan (krioterapi) atau dibakar

(kauterisasi).

Lipoma (tumor kulit jinak endapan lemak)

Lipoma adalah tumor jinak yang tumbuh di bawah kulit dan merupakan

endapan lemak. Beberapa orang hanya memiliki 1 lipoma, sedangkan yang

lainnya memiliki beberapa buah lipoma. Lipoma lebih sering ditemukan pada

wanita dan lebih sering tumbuh di lengan, batang tubuh dan leher bagian

belakang. Lipoma adalah tumor jinak dan jarang berubah menjadi ganas.

9
GEJALA

Lipoma tampak sebagai benjolan berbentuk bulat atau lonjong yang teraba

lembut pada lengan, batang tubuh atau leher bagian belakang. Lipoma jarang

menimbulkan masalah, tetapi kadang menyebabkan nyeri.

DIAGNOSA

Diagnosis ditegakkan berdasarkan gejala-gejalanya. Jika terjadi

perubahan, bisa dilakukan biopsi.

PENGOBATAN

Jika menimbulkan gangguan, lipoma bisa diangkat melalui pembedahan

atau penyedotan lemak (liposuction).

Angioma

Angioma adalah sekumpulan tumor jinak dari pembuluh darah atau

pembuluh getah bening yang biasanya ditemukan di dalam dan di bawah kulit dan

menyebabkan warna merah atau ungu di kulit.

Angioma seringkali merupakan bawaan lahir atau muncul segera setelah

lahir dan bisa disebut sebagai tanda lahir. Sepertiga dari bayi-bayi yang baru lahir

10
memiliki angioma, yang gambarannya bervariasid an biasanya hanya

menyebabkan masalah kosmetik. Banyak angioma yang hilang dengan sendirinya.

Port-wine stains

Disebut juga nevi flammeus, merupakan warna pink, merah atau ungu

yang mendatar dan dibawa sejak lahir. Biasanya bersifat menetap, tetapi nevi

flammeus yang kecil di wajah bisa menghilang dalam beberapa bulan.

Kebanyakan nevi flammeus tidak berbahaya, hanya menimbulkan gangguan

kosmetik saja.

Kadang nevi flammeus timbul bersamaan dengan sindroma Sturge-Weber

(suatu kelainan genetik yang menyebabkan keterbelakangan mental).

Nevi flammeus yang kecil bisa disamarkan dengan krim kosmetik.

Jika dirasa mengganggu, bisa diangkat dengan menggunakan sinar laser.

Hemangioma kapiler

Disebut juga strawberry marks, merupakan suatu penonjolan berwarna

merah terang dengan diameter 1-10 cm. Hemangioma kapiler biasanya timbul

segera setelah lahir dan cenderung membesar secara perlahan selama beberapa

11
bulan pertama. Lebih dari 75% kasus menghilang secara total pada usia 7 tahun,

tetapi beberapa diantaranya meninggalkan daerah keriput yang berwarna

kecoklatan.

Biasanya tidak memerlukan pengobatan khusus, kecuali jika terletak di

dekat mata atau organ vital lainnya sehingga menimbulkan gangguan.

Untuk memperkecil ukurannya bisa diberikan kortikosteroid per-oral (misalnya

prednison); paling efektif jika mulai diminum pada saat hemangioma mulai

membesar.

Jarang dilakukan pembedahan untuk mengangkat hemangioma kapiler

karena meninggalkan jaringan parut yang luas.

Hemangioma kavernosa

Hemangioma kavernosa adalah penonjolan berwarna merah atau keunguan

yang terjadi akibat pelebaran pembuluh darah dan merupakan bawaan lahir.

Kadang hemangioma kavernosa membentuk luka terbuka dan mengalami

perdarahan, dan sesudahnya akan menghilang sebagian. Tanpa pengobatan,

hemangioma kavernosa jarang menghilang secara keseluruhan.

12
Kepada anak-anak diberikan prednison per-oral. Jika ukurannya kecil bisa

dihilangkan melalui elektrokoagulasi (penghancuran jaringan dengan jarum

elektrik).

Kadang perlu dilakukan pembedahan, terutama jika peningkatan aliran

darah dari hemangioma kavernosa menyebabkan pembengkakan lengan atau

tungkai.

Spider angioma

Spider angioma adalah sekumpulan pembuluh darah abnormal yang

memberikan gambaran menyerupai laba-laba; bagian tengah berupa bintik yang

berwarna kemerahan atau keunguan disertai tonjolan-tonjolan kecil.

Jika kita menekan bagian tengahnya, maka warna dari spider angioma

akan memudar untuk sementara waktu.

Spider angioma sering ditemukan pada penderita sirosis hati, wanita hamil

atau pemakai pil KB. Spider angioma biasanya tidak menimbulkan gejala; tanda

tersebut akan menghilang tanpa pengobatan dalam waktu 6-9 bulan setelah

persalinan atau setelah pemakaian pil KB dihentikan.

Untuk keperluan kosmetik, bisa dilakukan penghancuran bagian tengahnya

dengan elektrokoagulasi.

13
Limfangioma

Limfangioma adalah tumor jinak pada pembuluh kelenjar getah bening.

Limfangioma tampak sebagai benjolan yang terjadi akibat pelebaran dari

sekumpulan pembuluh getah bening; kebanyakan berwarna coklat-kekuningan,

tetapi ada juga yang berwarna kemerahan. Jika tertusuk, akan mengeluarkan

cairan bening.

Biasanya tidak memerlukan pengobatan khusus. Pengangkatan

limfangioma melalui pembedahan harus melibatkan dermis dan jaringan di bawah

kulit karena limfangioma tumbuh jauh ke dalam.

Granuloma Piogenik

Granuloma Piogenik adalah lesi pembuluh darah di kulit yang tampak

sebagai penonjolan berwarna merah, coklat atau biru-hitam, disertai

pembengkakan jaringan di sekitarnya.

PENYEBAB

Penyebab yang pasti tidak diketahui, tetapi granuloma piogenik seringkali

muncul setelah terjadinya cedera pada kulit.

GEJALA

Granuloma piogenik merupakan benjolan kecil di kulit yang mudah

mengalami perdarahan karena kulit yang melapisinya sangat tipis. Sering timbul

pada kulit yang mengalami cedera.

Biasanya ditemukan di tangan dan lengan atau wajah.

Granuloma piogenik bisa timbul selama kehamilan, bahkan tumbuh di gusi (tumor

kehamilan).

14
DIAGNOSA

Diagnosis ditegakkan berdasarkan gejala dan hasil pemeriksaan fisik. Bisa

dilakukan biopsi untuk memastikan bahwa lesi ini bukan merupakan suatu

keganasan.

PENGOBATAN

Kadang granuloma piogenik menghilang dengan sendirinya. Bisa

dilakukan pembedahan atau elektrokoagulasi untuk mengangkat granuloma.

Keratosis Seboroik (Tumor Jinak Kulit Luar)

Keratosis Seboreik adalah suatu tumor jinak pada lapisan kulit paling luar.

PENYEBAB

Penyebab yang pasti tidak diketahui. Tetapi hampir setiap orang pada

akhirnya akan memiliki beberapa keratosis seboreik. Kadang disebutkan bahwa

keratosis seboreik merupakan bagian dari penuaan karena lebih banyak ditemukan

pada usia lanjut. Paling sering tumbuh di batang tubuh dan pelipis.

GEJALA

15
Keratosis seboreik bisa hanya ditemukan 1 buah atau bisa juga membentuk

sekelompok tumor. Biasanya berwarna coklat, tetapi bisa bervariasi mulai dari

coklat muda sampai hitam. Ukurannya bervariasi dan pertumbuhannya sangat

lambat.

Bentuknya bisa bulat atau lonjong, dan tampak seperti menempel di kulit

dengan permukaan yang berminyak atau bersisik.

DIAGNOSA

Diagnosis ditegakkan berdasarkan gejala-gejalanya.

PENGOBATAN

Jika mengalami iritasi atau terasa gatal atau mengganggu penampilan, maka bisa

dilakukan pengobatan dengan salah satu dari ketiga cara berikut:

# Krioterapi atau pembekuan.

Digunakan cairan nitrogen untuk membekukan keratosis seboroik. Akan

terbentuk lepuhan yang selanjutnya akan mengering membentuk keropeng. Dalam

waktu beberapa minggu, keratosis biasanya akan lepas sendiri tanpa

meninggalkan bekas atau kadang meninggalkan bintik hitam yang lama-lama akan

memudar.

# Kuretase adalah teknik pemotongan keratosis dengan menggunakan

pisau bedah.

16
# Elektrosurgeri menggunakan arus listrik untuk membakar keratosis

seboreik.

Keloid (Keloidosis)

Keloid adalah pertumbuhan proliferatif pada jaringan fibrosa, yang

muncul diatas kulit yang mengalami cedera atau diatas luka operasi. Jika terdapat

lebih dari 1 keloid, maka disebut keloidosis.

PENYEBAB

Penyebabnya tidak diketahui. Kebanyakan orang tidak pernah memiliki

keloid, sedangkan yang lainnya membentuk keloid setelah mengalami cedera

ringan bahkan setelah gigitan serangga, suntikan atau bekas jerawat.

Lebih sering ditemukan pada orang berkulit gelap.

GEJALA

Keloid tampak sebagai benjolan yang licin, berwarna pink muda dan

berbentuk seperti kubah. Keloid bisa menimbulkan rasa tidak nyaman atau rasa

gatal, dan ukurannya bisa jauh lebih besar daripada lukanya sendiri. Pada masa

17
penyembuhan luka, terbentuk jaringan parut yang pada awalnya berwarna merah.

Beberapa bulan kemudian jaringan parut ini akan mendatar dan warnanya

memudar.

Keloid bisa terbentuk di bagian tubuh manapun, tetapi cenderung lebih

banyak ditemukan di dada bagian atas dan bahu. Keloid tidak pernah berubah

menjadi keganasan dan hanya menimbulkan masalah kosmetik saja.

DIAGNOSA

Diagnosis ditegakkan berdasarkan gejala dan hasil pemeriksaan fisik.

PENGOBATAN

Pengangkatan keloid melalui pembedahan atau dengan sinar laser, yang

diikuti oleh penyuntikan corticosteroid, belum memberikan hasil yang

memuaskan.

Corticosteroid yang disuntikkan langsung ke keloid dan dilakukan secara

berulang dengan jarak sekitar 1 bulan, biasanya bisa memperkecil keloid dan

mengurangi iritasi. Keloid juga bisa diobati dengan gel silikon. krioterapi

(pembekuan dengan larutan nitrogen) atau radioterapi.

Perubahan warna akibat pengaruh sinar matahari bisa dicegah dengan

menutup keloid dengan plester selama berada dibawah sinar matahari atau dengan

mengoleskan tabir surya.

18
Kapalan dan Kutil

Kapalan merupakan penebalan di daerah kulit bagian atas (stratum

korneum atau lapisan keratin). Kutil merupakan daerah penebalan pada lapisan

keratin di kaki dengan ukuran sebesar kacang polong.

PENYEBAB

Kapalan bisa timbul di bagian tubuh manapun, tetapi biasanya terbentuk

pada telapak tangan atau telapak kaki yang sering mengalami gesekan atau

tekanan. Kutil biasanya tumbuh di atas atau di sisi jari kaki dan merupakan akibat

dari gesekan atau tekanan dari sepatu yang terlalu longgar atau terlalu sempit.

Penebalan kulit merupakan reaksi perlindungan yang dirancang untuk

melindungi kulit.

GEJALA

Pada kapalan, kulit tampak menebal dan keras; mungkin membentuk

lapisan-lapisan dan kering. Kutil yang keras timbul diatas persendian jari-jari

kaki; kutil di sela jari-jari kaki biasanya lunak.

Kutil bisa menimbulkan nyeri karena kulit yang menebal menyebabkan

penekanan terhadap tulang di bawahnya.

19
DIAGNOSA

Diagnosis ditegakkan berdasarkan gejala & hasil pemeriksaan fisik.

PENGOBATAN

Kutil dan kapalan lebih mudah dicegah daripada diobati. Kapalan bisa

dihindari dengan menghilangkan sumber iritasi atau dengan menggunakan sarung

tangan, bantalan atau alat pelindung lainnya. Obat pelarut keratin bisa

menghilangkan kutil dengan segera.

Obat ini (bahan keratolitik) biasanya mengandung asam salisilat,

digunakan dalam bentuk pasta atau bantalan. Pemakaian keratolitik ini harus hati-

hati karena bisa merusak jaringan normal di sekitarnya.

Kapalan juga bisa ditipiskan dengan menggunakan batu apung atau

melalui penyayatan dengan pisau bedah oleh dokter atau perawat. Pada penderita

diabetes, penyembuhan kutil dan kapalan terjadi secara lambat, terutama jika

timbul di kaki. Karena itu penderita diabetes dianjurkan untuk memberikan

perhatian khusus kepada kakinya.

PENCEGAHAN

Gunakan sepatu dengan ukuran yang sesuai dan lindungi tangan ketika

melakukan pekerjaan sehari-hari.

Kista Sebasea (Kista Keratinosa)

Kista Sebasea (Kista Keratinosa) adalah suatu kantung tertutup yang

ditemukan tepat di bawah kulit dan mengandung kulit mati, ekskresi kulit dan

bagian-bagian kulit lainnya.

20
PENYEBAB

Penyebabnya tidak diketahui. Kista sebasea seringkali berasal dari

selubung akar rambut (folilek) yang membengkak. Cedera pada kulit juga bisa

merangsang terbentuknya sebuah kista.

GEJALA

Kista ini berukuran kecil dan bisa ditemukan di bagian tubuh manapun,

tetapi paling sering muncul di kulit kepala, telinga, wajah, leher, punggung atau

kantung zakar (skrotum). Kista ini teraba kenyal dan mudah digerakkan, biasanya

tidak menimbulkan nyeri.

Warnanya bisa kekuningan atau berwarna daging; jika pecah akan

mengeluarkan bahan berminyak yang menyerupai keju. Kadang terjadi infeksi.

DIAGNOSA

Diagnosis ditegakkan berdasarkan gejala dan hasil pemeriksaan fisik.

PENGOBATAN

Kista sebasea biasanya dipecahkan dengan tusukan jarum atau sayatan

pisau bedah dan isinya dikeluarkan. Jika terjadi infeksi, sebelum kista diangkat

melalui pembedahan, terlebih dahulu diberikan antibiotik.

Kista Epidermis (Epidermal Cysts)

21
Kista epidermis ( epidermal cyst ) adalah benjolan yang berkembang

lambat terdiri dari kantung tipis pada bahan seperti kulit mengandung substansi

seperti keju pada sekresi kulit.

Kista epidermis, seringkali salah dirujuk sebagai kista sebaceous, yaitu

daging berwarna dengan panjang berkisar dari sampai 2 inci melintang. Meraka

bisa terlihat di mana saja tetapi paling umum pada kulit kepala, punggung, dan

wajah. Mereka cenderung kuat dan mudah untuk berpindah di dalam kulit. Kista

epiderma tidak berasa sakit sampai mereka menjadi terinfeksi atau meradang.

PENGOBATAN

Kista epidermis yang besar diangkat dengan cara operasi setelah anestesi

disuntikkan ke dalam daerah yang menonjol. Dinding kantung yang tipis harus

sepenuhnya diangkat atau kista akan kembali tumbuh. Kista yang kecil

kemungkinan disuntikkan dengan kortikosteroid jika mereka menjadi meradang.

Kista kecil yang mengganggu bisa dibakar dengan jarum listrik.

PENCEGAHAN

Karena sinar matahari bisa merangsang pertumbuhan kista epidermis,

orang dengan kulit agak terang disarankan untuk menghindari matahari dan untuk

menggunakan baju pelindung dan tabir surya.

Abses Kulit (Abses Kutaneus)

22
Abses Kulit (Abses Kutaneus) adalah pengumpulan nanah yang

disebabkan infeksi bakteri.

PENYEBAB

Abses kulit bisa terjadi setelah suatu infeksi, biasanya infeksi oleh

stafilokokus (paling sering Staphylococcus aureus). Abses kulit juga bisa terjadi

setelah suatu luka ringan, cedera atau sebagai komplikasi dari folikulitis atau

bisul.

Abses kulit bisa timbul di setiap bagian tubuh dan menyerang berbagai

usia. Abses kulit bisa menyumbat dan mengganggu fungsi jaringan di bawahnya.

Infeksi bisa menyebar, baik secara lokal maupun sistemik. Penyebaran infeksi

melalui aliran darah bisa menyebabkan komplikasi yang berat.

GEJALA

Akan tampak luka kulit, baik dalam bentuk luka terbuka, luka tertutup

maupun benjolan. Luka ini tampak merah dan bisa mengeluarkan cairan.

Terdapat pembengkakan yang keras, bila diraba terasa hangat dan nyeri.

Bakteri bisa menginfeksi jaringan di sekitarnya dan menyebabkan selulitis.

Bakteri juga bisa menginfeksi pembuluh dan kelenjar getah bening di sekitarnya

23
dan menyebabkan pembengkakan kelenjar getah bening. Penderita bisa

mengalami demam.

DIAGNOSA

Diagnosis ditegakkan berdasarkan gejala-gejalanya. Untuk membantu

menentukan penyebabnya, bisa dilakukan pembiakan atau pemeriksaan cairan

yang berasal dari luka di kulit.

PENGOBATAN

Dokter bisa mengobati abses dengan menyayatnya dan mengeluarkan

nanahnya. Sebelum penyayatan dilakukan, diberikan obat bius lokal (misalnya

lidokain).

Setalah semua nanah dibuang, luka dicuci dengan larutan garam. Kadang

kantong abses yang sudah dikeringkan ditutup dengan kasa dan dibuka 24-48 jam

kemudian.

Bila abses sudah kering sempurna, biasanya tidak diperlukan antibiotik.

Antibiotik diberikan bila infeksi sudah menyebar atau abses ditemukan di bagian

tengah atau bagian atas wajah karena bisa menyebar ke otak.

Antibiotik yang bisa membunuh stafilokokus dan streptokokus adalah nafsilin,

dikloksasilin dan oksasilin.

Kompres hangat bisa membantu mempercepat penyembuhan serta

mengurangi peradangan dan pembengkakan.

PENCEGAHAN

Usahakan agar kulit di sekeliling luka kecil tetap bersih dan kering. Obati

infeksi ringan secara tuntas. Waspada akan tanda-tanda terjadinya infeksi (demam,

nyeri, kemerahan, pembengkakan).

24
Xanthelasma

Xanthelasma adalah salah satu bentuk xantoma planum, merupakan jenis

yang paling sering dijumpai dari beberapa tipe klinik xantoma yang dikenal.

Selain itu Xanthelasma diartikan pula sebagai kumpulan kolesetrol di bawah kulit

dengan batas tegas berwarna kekuningan biasanya di sekitar mata, sehingga sering

disebut xanthelasma palpebra.

Setengah pasien xanthelasma mempunyai kelainan lipid. Erupsi

Xanthomas dapat ditemui pada hiperlipidemia primer dan sekunder. Kelainan

genetic primer termasuk dislipoproteinemia, hipertrigliseridimia dan defisiensi

lipase lipoprotein yang diturunkan. Diabetes yang tidak terkontrol juga

menyebabkan hiperlipidemia sekunder. Xanthelasma juga bisa terjadi pada pasien

dengan lipid normal dalam darah yang mempunyai HDL kolesterol rendah atau

kelainan lain lipoprotein

Setengah dari kelainan ini berhubungan dengan kenaikan plasma lipid

dalam darah. Beberapa terjadi dengan perubahan komposisi atau struktur

lipoprotein, seperti HDL (high density lipoprotein). Gangguan ini sering ditemui

pada pasien dengan hiperlipidemia tipe II dan tipe IV.

GEJALA KLINIS

Timbul plak irregular di kulit, warna kekuningan sering kali disekitar mata

Ukuran xanthelasma bervariasi berkisar antara 2 30 mm., adakalanya simetris

dan cenderung bersifat permanen. Pasien tidak mengeluh gatal, biasanya

mengeluh untuk alasan estetika. Xanthelasma atau xanthelasma palpebra biasanya

terdapat di sisi medial kelopak mata atas. Lesi berwarna kekuningan dan lembut

berupa plaque berisi deposit lemak dengan batas tegas. Lesi akan bertambah besar

25
dan bertambah jumlahnya. Biasanya lesi-lesi ini tidak mempengaruhi fungsi

kelopak mata, tetapi ptosis harus diperiksa bila ditemukan

PEMERIKSAAN LABORATORIUM

Karena 50% pasien dengan xanthelasma mempunyai gangguan lipid, maka

disarankan untuk pemeriksaan plasma lipid juga HDL dan LDL. Xanthelasma

biasanya dapat didiagnosa dengan jelas secara klinis dan jarang kelainan lain

memberi gambaran klinis sama. Jika ada keraguan, eksisi bedah dan analisis

patologi sebaiknya dilakukan.

PEMERIKSAAN HISTOLOGI

Xanthelasma tersusun atas sel-sel xanthoma. Sel-sel ini merupakan

histiosit dengan deposit lemak intraseluler terutama dalam retikuler dermis atas.

Lipid utama yang disimpan pada hiperlipidemia dan xanthelasma normolipid

adalah kolesterol. Kebanyakan kolesterol ini adalah yang teresterifikasi

DIAGNOSA BANDING

Penyakit lain yang perlu diperhatikan pada pasien dengan xanthelasma:

Familial hypercholesterolemia types IIa and IIb Familial

dysbetalipoproteinemia type IIIFamilial hypertriglyceridemia type IV

TERAPI

Tujuan utama terapi adalah untuk mengontrol kelainan yang mendasari

untuk mengurangi perkembangan xanthelasma dan xanthoma. Xanthelasma dapat

dibedah apabila mengganggu, tetapi mungkin bisa kambuh. Xanthelasma dapat

dihilangkan dengan pengelupas trichloroacetic, bedah, laser atau cryoterapi.

Penghilangan xanthelasma dapat menyebabkan timbulnya scar dan

perubahan pigmen, tetapi tidak jika menggunakan trichloroacetic. Komponen

26
herediter yang diturunkan menyebabkan timbulnya xanthelasma ini bisa

mengindikasikan tingginya kolesterol dalam darah atau bisa juga tidak. Apabila

tidak ada riwayat keluarga yang menderita xanthelasmata maka biasanya

mengindikasikan jumlah kolesterol yang tinggi dalam darah dan mungkin

berhubungan dengan resiko timbulnya penyakit atheromatous (timbunan

kolesterol di arteri).

OBAT-OBATAN

Diet ketat dan obat-obatan yang menurunkan serum lipid, meskipun

penting pada pasien dengan lipid abnormal tetapi hanya memberikan respon

sedikit pada terapi xanthelasma.

TERAPI BEDAH

Banyak pilihan untuk menghilangkan xanthelasma palpebra, termasuk

bedah eksisi, argon dan pengangkatan dengan laser karbondioksida, kauterisasi

kimia, elektrodesikasi dan cryoterapi.

EKSISI BEDAH

Untuk lesi kecil yang linier eksisi direkomendasikan dimana scar akan

tercampur dalam jaringan kelopak. Lesi yang membengkak lebih kecil dapat

dihilangkan dan jaringan akan menyatu kembali. DOI merekomendasikan

menggunakan teknik bedah mikroskop, menggali antara tumor dan okuli orbita

dengan blade nomer 11, mengangkat atap dan dengan hati-hati mengambil tumor

sepotong demi sepotong dengan gunting mikro dari sisi kebalikan dan

menyatukan atap dengan benang nylon 7 0. 2

Pada eksisi lebih tebal, kelopak mata bawah cenderung mudah terjadi scar

karena jaringan yang diambil juga lebih tebal. Eksisi sederhana pada lesi yang

27
lebih luas beresiko terjadi retraksi kelopak mata, ektropion sehingga

membutuhkan cara rekonstruksi lain. Pengangkatan xanthelasma sudah menjadi

bagian dari bedah kosmetik.

Pengangkatan dengan laser karbondioksida dan argon: menambah

hemostasis, member gambaran lebih baik, penutupan yang kurang dan lebih cepat

dalam menggunakan tehnik ini; scar dan perubahan pigmen dapat terjadi.

Kauterisasi kimia: penggunaan chloracetic acid efektif untuk menghilangkan

xanthelasma. Agen ini mengendapkan dan mengkoagulasikan protein dan lipid

larut. Monochloroacetic acid, dichloroacetic acid, dan trichloroacetic acid

dilaporkan memberi hasil yang baik. Haygood menggunakan kurang dari 0.01 ml

dari 100% dichloracetic acid dengan hasil yang sempurna dan scar minimal.

Elektrodesikasi dan cryoterapi dapat menghancurkan xanthelasma

superficial tetapi membutuhkan terapi berulang. Cryoterapi dapat menyebabkan

scar dan hipopigmentasi.

EDUKASI

Edukasi yang diberikan adalah untuk melakukan control terhadap

kolesterol juga trigliserid dan bagaimana cara untuk menurunkan kolesterol juga

membiasakan gaya hidup sehat untuk mengatur kolesterol.

PROGNOSIS

Kekambuhan sering terjadi. Pasien harus mengetahui bahwa dari

penelitian yang dilakukan pada eksisi bedah dapat terjadi kekambuhan pada 40%

pasien. Persentase ini lebih tinggi dengan eksisi sekunder. Kegagalan ini, terjadi

pada tahun pertama dengan persentase 26% dan lebih sering terjadi pada pasien

dengan sindrom hiperlipidemia dan bila terjadi pada 4 kelopak mata sekaligus.

28
GANGLIOMA

Ganglion bisa disebut sebagai sebuah kista yang tumbuh terutama di

daerah sendi atau tendon. Pada daerah sendi, terdapat jaringan sinovium yang

berfungsi menghasilkan cairan pelumas untuk melumasi daerah sendi. Ganglion

muncul apabila sinovium ini dipenuhi oleh cairan sejenis jell bening lalu

membesar dan menimbulkan benjolan. Selain karena trauma khronis pada daerah

sendi, penyebab yang pasti dari ganglion masih menjadi tanda tanya besar.

Ganglion bisa muncul pada semua jenis sendi terutama pada daerah

pergelangan tangan dan kaki. Ganglion umumnya tidak sakit, tumbuh sebagai

sebuah benjolan terlokalisir. Ganglion bukan merupakan akibat dari suatu reaksi

inflamasi sehingga tidak ditemukan tanda tanda radang disekitarnya.

Ganglion terkadang dapat pecah sendiri dan menghilang. Bila tidak mau

pecah, ganglion dapat diatasi dengan menyedot cairan yang ada didalamnya

dengan jarum suntik besar. Umumnya ganglion diambil dengan cara operasi.

Sayangnya, walau sudah diangkat, ganglion dapat tumbuh lagi dan perlu

dipikirkan suatu penyebab sehingga bisa dicegah tumbuhnya ganglion yang

berulang ulang.

Melanoma Maligna

29
Definisi
Melanoma maligna atau biasa juga disebut sebagai melanoma adalah
keganasan yang terjadi pada melanosit, sel penghasil melanin, yang biasanya
berlokasi di kulit tetapi juga ditemukan di mata, telinga, traktus GI,
leptomeninges, dan oral dan membran mukus genitalia. Karena sebagian besar sel
melanoma masih menghasilakn melanin, maka melanoma seringkali berwarna
coklat atau hitam.

Epidemiologi
Insiden melanoma maligna itu sendiri berbeda-beda di tiap negara, dengan
insiden tertinggi terjadi di Australia dan Selandia Baru. Sebagai kanker kulit yang
paling ganas, peada penemuan kasus kanker yang baru terdiagnosis, melanoma
menduduki urutan ke 6 laki-laki dan urutan ke 7 perempuan di Amerika.
Diperkirakan jumlah kasus baru Melanoma maligna di Amerika pada tahun 2008
sebesar 62.480 kasus, dengan 34.4950 kasus terjadi pada laki-laki dan 27.350
pada wanita. ,0
Melanoma merupakan salah satu kanker yang insidensnya terus
meningkat. Pada tahun 1930an di Amerika, resiko terkena melanoma maligna
adalah 1:1.500, sekarang ini resiko meningkat menjadi 1:74.

Gambar 2. Lifetime risk of Developing Invasive Melanoma (US)

30
Selain itu, The annual incidence of invasive cutaneous melanoma
melaporkan bahwa terjadi peningkatan insidens pada perempuan Caucasian di
Amerika Serikat pada usia 15-39 antara tahun 1980-2004 sebesar 50%
dibandingkan ras lainnya.

Gambar 3. Insidens dan Mortality Melanoma

Pada laki-laki, melanoma mengenai 1 dari 53 orang di Amerika Serikat,


dan mengenai 1 diantara 78 perempuan. Sedangkan di Dunia, perbandingan antara
laki-laki dan perempuan yang terkena melanoma yaitu 0,97:1. Namun, kematian

31
akibat melanoma lebih banyak terjadi pada laki-laki dengan perbandingan antara
laki-laki dan perempuan yaitu 1,2:1.
Usia juga menentukan epidemiologi dari melanoma. Dikatakan bahwa
insiden kanker kulit, baik melanoma maupun non melanoma, meningkat seiring
dengan peningkatan usia. Emedicine.com menyatakan bahwa diagnosis melanoma
ditegakkan rata-rata pada usia 53 tahun. Namun, faktor usia tersebut tidaklah
mutlak karena insiden melanoma tergantung juga pada faktor-faktor lainnya.

Faktor Resiko
Yang dimaksud sebagai faktor resiko adalah segala sesuatu yang
meningkatkan kesempatan seseorang mendapat suatu penyakit, termasuk
didalamnya yaitu kanker, dalam hal ini adalah melanoma. Namun, memilki sebuah
faktor resiko atau bahkan beberapa, bukan berarti bahwa orang tersebut akan
terkena suatu penyakit tersebut. Identifikasi faktor resiko terhadap melanoma
maligna adalah penting untuk usaha pencegahan dan deteksi dini yang dilakukan.
Faktor resiko melanoma maligna diantaranya yaitu:
a) Tahi lalat (Nevus)
Tahi lalat atau dalam bahasa kedokterannya disebut juga sebagai nevus
merupakan salah satu tumor jinak pada melanosit. Nevus tersebut dapat timbul
sejak lahir atau saat masa kanak-kanak, bisa juga saat remaja.
Salah satu tipe nevus yang dapat berubah menjadi melanoma yaitu
dysplastic nevus atau tahi lalat atipik. Nevus displastik sedikit seperti nevus
normal biasa, namun juga terlihat seperti melanoma. Nevus displastik ini
seringkali merupakan faktor keluarga. Jika seseorang memiliki seorang
anggota keluarga yang mempunyai displastik nevus maka sekitar 50%
kemungkinan nevus tersebut akan berkembang.
Resiko melanoma sekitar 6% sampai dengan 10% pada mereka yang
memiliki nevus displastik, tergantung pada usia, faktor keluarga, jumlah nevus
displastik dan faktor-faktor lainnya. Sedangkan pada mereka yang memiliki

32
nevus melanotik sejak lahir, resiko berkembangnya melanoma yaitu sekitar
6%.
Pada studi case-control , individu yang memiliki nevus yang dianggap
dysplasia nevi apabila memenuhi 2 kriteria yaitu :
a. Diameter sekurang-kurangnya 5mm dengan tekstur yang datar (baik
seluruhnya maupun sebagian).
b. Dua dari kriteria berikut : warna yang bervariasi, asimetris atau batas
yang tidak jelas.
Adanya tahi lalat yang berubah, jumlahnya yang banyak (lebih dari
100 buah) dan adanya tahi lalat yang sangat besar dengan diameter >20 cm
pada orang dewasa menambah faktor resiko.
b) Faktor Keluarga
Resiko akan menjadi lebih besar pada mereka yang memiliki keluarga
yang didiagnosa melanoma pada hubungan keluarga primer, seperti ayah, ibu,
kakak, adek atau anak. Sekitar 10% seseorang dengan melanoma memiliki
sejarah keluarga yang menderita penyakit yang sama.
c) Fenotip
Fenotip yaitu ekspresi gen pada diri seseorang. Dan yang dimaksud
dalam hal ini yaitu ekspresi gen seseorang terhadap kulit yang terang,
berbintik-bintik, warna mata hijau atau biru, rambut merah atau pirang, dan
lain sebagainya.
Resiko terhadap orang kulit putih 20 kali lebih tinggi bila dibanding
dengan seorang Afrika Amerika. Hal ini disebabkan karena efek protektif oleh
pigmen kulit. Namun bukan berarti orang kulit hitam terbebas sama sekali dari
resiko melanoma, hanya saja tempat predileksi yang berbeda. Emedicine
menyatakan bahwa seorang Hispanik dan Afrika Amerika, melanoma lebih
sering ditemukan di daerah akral.
d) Supresi Sistem Imun
Orang yang telah diterapi dengan obat-obatan imun supresor, seperti
pada pasien-pasien transplantasi, akan meningkatkan resiko terkena
melanoma.
e) Pajanan Terhadap Radiasi Sinar UV yang Berlebihan

33
Sumber utama Radiasi Sinar UV adalah matahari. Sedangkan sumber
yang lain yaitu pada lampu-lampu yang biasanya dipakai di salon-salon
kecantikan untuk menggelapkan kulit.
Orang dengan pajanan sinar ultraviolet yang berlebihan memiliki
resiko yang lebih besar dibandingkan dengan yang tidak. Hal ini dikaitkan
juga dengan faktor lingkungan, yaitu tinggal dilokasi dekat dengan garis
ekuator, orang yang memiliki kebiasaan rekreasi outdoor atau orang yang
memiliki pekerjaan yang mengharuskannya terpajan sinar matahari lebih
banyak, seperti pelaut, petani, dll., Namun, pajanan terhadap sinar ultraviolet
yang intermitten namun sangat kuat lebih sering memiliki korelasi yang kuat
dengan terjadinya melanoma jika dibandingkan dengan pajanan kronik namun
dalam level rendah, meskipun jumlah total dosis sinar ultraviolet sama.
f) Usia
Sekitar setengah dari kejadian melanoma, terdapat pada orang-orang
pada usia lebih dari 50 tahun.
g) Xeroderma Pigmentosum
Xeroderma pigmentosum merupakan penyakit yang diturunkan
sebagai hasil dari defek pada enzim yang memperbaiki kerusakan pada DNA
dan jarang ditemukan. Seseorang dengan Xeroderma Pigmentosum memiliki
resiko tinggi terhadap kanker kulit, baik melanoma maupun nonmelanoma.
Hal ini dikarenakan adanya defek tersebut menyebabkan kemampuan orang
tersebut untuk memperbaiki DNA yang rusak karena terpajan sinar Ultraviolet
menurun atau tidak ada sama sekali.
h) Riwayat Terkena Melanoma
Orang yang pernah terkena melanoma akan memiliki resiko lebih
tinggi untuk terkena melanoma kembali atau residif.

34
Tabel 1. Faktor Resiko Melanoma
Patofisiologi
Patofisiologi terjadinya melanoma maligna belum diketahui dengan jelas.
Diperkirakan terjadinya perubahan melanosit normal menjadi sel melanoma
(melanomagenesis) melibatkan proses rumit yang secara progresif mengakibatkan
mutasi genetik melalui percepatan terhadap proliferasi, diferensiasi dan kematian
serta pengaruh efek karsinogenik radiasi ultraviolet.
Primary cutaneous melanoma dapat timbul dalam bentuk prekursor, yakni
nevi mealnotik ( Tipe umum, kongeenital, atipikal/displastik), walaupun dipercaya
bahwa lebih dari 60% kasus adalah arise de novo ( tidak tumbuh dari lesi pigmen
yang telah ada.) Perkembangan dari melanoma adalah multifaktor, dimana banyak
hal yang berhubungan dengan perkembangan dan pertumbuhannya, dan
tampaknya berhubungan dengan faktor resiko yang multipel pula; termasuk
eksposur sinar matahari berlebih, moles yang tumbuh, riwayat keluarga akan
melanoma, mole yang berubah-ubah dan tidak sembuh, dan yang terpenting usia
yang lanjut.

Manifestasi Klinis
Secara Klinis, melanoma maligna ada 4 macam tipe, yaitu:
a) Superficial Spreading Melanoma

35
Merupakan tipe melanoma yang sering terjadi di Amerika Serikat,
yaitu sekitar 70% dari kasus yang didiagnosa sebagai melanoma. Dapat terjadi
pada semua umur namun lebih sering pada usia 30-50 tahun, sering pada
wanita dibanding pria dan merupakan penyebab kematian akibat kanker
tertinggi pada dewasa muda.
Pada stadium awal, tipe ini bisa berupa bintik yang datar yang
kemudian pigmentasi dari lesi mungkin menjadi lebih gelap atau mungkin
abu-abu, batasnya tidak tegas, dan terdapat area inflamasi pada lesi. Area di
sekitar lesi dapat menjadi gatal. Kadang-kadang pigmentasi lesi berkurang
sebagai reaksi imun seseorang untuk menghancurkannya. Tipe ini berkembang
sangat cepat. Diameter pada umumnya lebih dari 6mm. Lokasi pada wanita di
tungkai bawah, sedangkan laki-laki di badan dan leher.

Gambar 4. Superficial Spreading Melanoma

Gambaran histologis Superficial Spreading Melanoma, pada epidermis


didapatkan melanosit berbentuk epiteloid, dapat tersusun sendiri sendiri atau
berkelompok, pada umumnya sel sel tersebut tidak tampak pleomorfik. Pada
dermis terlihat sarang sarang tumor yang padat dan dengan melanosit berbentuk
epiteloid yang besar serta berkromatin yang atipik, di dalam sel sel tersebut
terdapat butir butir kromatin, kadang kadang dapat di temukan melanosit
berbentuk kumparan dan sel sel radang.

36
Gambar 5. Histologi Superficial Spreading Melanoma

b) Nodular Melanoma
Merupakan tipe melanoma yang paling agresif. Pertumbuhannya
sangat cepat dan berlangsung dalam waktu mingguan sampai bulanan. Sebanyak
15%-30% kasus melanoma yang terdiagnosa sebagai melanoma merupakan
nodular melanoma. Dapat terjadi pada semua umur, namun lebih sering pada
individu berusia 60 tahun ke atas. Tempat predileksinya adalah tungkai dan tubuh.
Melanoma ini bermanifestasi sebagai papul coklat kemerahan atau biru hingga
kehitaman, atau nodul berbentuk kubah, atau setengah bola (dome shaped) atau
polopoid dan aksofitik yang dapat timbul dengan ulserasi dan berdarah dengan
trauma minor, timbul lesi satelit. Secara klinik bisa berbentuk amelanotik atau
tidak berpigmen. Fase perkembangannya tidak dapat dilihat dengan mudah, dan
sulit di identifikasi dengan deteksi ABCDE.,

Gambar 6. Nodular melanoma

37
Gambaran histologis Nodular melanoma pada epidermis didapatkan
melanosit berbentuk epiteloid, dan kumparan atau campuran, dapat ditemukan
pada daerah dermo epidermal. Gambaran dermis terlihat sel sel melanoma
menginvasi ke lapisan retikuler dermis, pembuluh darah dan subcutis.

Gambar 7. Histologi Nodular Melanoma


c) Lentigo Maligna Melanoma
Sebanyak 4-10 % kasus melanoma merupakan tipe Lentigo Maligna
melanoma. Terjadi pada kulit yang rusak akibat terpapar sinar matahari pada usia
pertengahan dan lebih tua, khususnya pada wajah, leher dan lengan. Melanoma
tipe ini pada tahap dini terdiagnosa sebagai bercak akibat umur atau terpapar
matahari. Karena mudah sekali terjadi salah diagnosa maka tipe ini dapat tidak
terdeteksi selama bertahun-tahun dan cukup berbahaya. Pertumbuhan tipe ini
sangat lambat yaitu sekitar 5-20 tahun.
Pada tahap in situ lesinya luas (>3cm) dan telah ada selama bertahun-
tahun. Karakteristik invasinya ke kulit berupa macula hiperpigmentasi coklat tua
sampai hitam atau timbul nodul yang biru kehitaman. Pada permukaan dijumpai
bercak-bercak warna gelap (warna biru) tersebar tidak teratur, dapat menjadi
nodul biru kehitaman invasive agak hiperkeratonik.

38
Gambar 8. Lentigo melanoma

Pada epidermis di dapatkan Melanositik atipik sepanjang membrane


basalis, berbentuk pleomorfik dengan inti yang atipik. Sel sel yang di jumpai
berbentuk kumparan. Sedangkan pada dermisnya terdapat Infiltrasi limfosit dan
makrofag yang mengandung melanin.

Gambar 9. Histologi Lentigo melanoma

Acral Lentigineous Melanoma

Tipe ini paling sering menyerang kulit hitam dan Asia yaitu sebanyak 29-
72% dari kasus melanoma dan karena sering terlambat terdiagnosis maka
prognosisnya buruk. Sering disebut sebagai hidden melanoma karena lesi ini
terdapat pada daerah yang sukar untuk dilihat atau sering diabaikan, yaitu terdapat
pada telapak tangan, telapak kaki, tumit, ibu jari tangan, atau dibawah kuku.,

Melanoma subungual bisa terlihat sebagai diskolorasi difus dari kuku atau
pita longitudinal berpigmen di dasar kuku. Melanoma ini memiliki bentukan yang

39
sama dengan benign junctional melanotic nevus. Pigmen akan berkembang dari
arah proksimal menuju ke arah laterla kuku yang disebut sebagai tanda
Hutchinson, sebuah tanda yang khusus untuk melanoma akral. Pada permukaan
timbul papul, nodul, ulcerasi, kadang-kadang lesi tidak mengandung pigmen. ,

Gambar 10. Acral Lentigous Melanoma

Gambaran yang paling khas paling baik di lihat pada daerah macula
berpigmen. Tampak adanya gambaran proliferasi melanosit atipikal sepanjang
lapisan basal.

Gambar 11. Histologi Acral lentiginous melanoma

Selain 4 tipe tersebut terdapat juga salah satu tipe yaitu Non pigmentasi
hanya sebanyak <5% dari jumlah kasus melanoma di Amerika Serikat.. Tipe ini
tidak berpigmen dan secara klinis tampak pink atau gambaran

40
kemerahan.Variasinya yaitu Desmoplastic/ neurotropic melanoma, mucosal
(lentigenous melanoma), malignant blue nevus.

Gambar 12. Melanoma amelanotik

Sangat sulit membedakan bentuk dini karsinoma sel basal, karsinoma sel
skuamosa maupun melanoma maligna. Diagnosa pasti keganasan di tentukan
dengan pemeriksaan patologi anatomi. Kunci penyembuhan melanoma maligna
adalah penemuan dini, sehingga diagnosa melanoma harus ditingkatkan bila
penderita melaporkan adanya lesi berpigmen baru atau adanya tahi lalat yang
berubah.
Kapan memikirkan suatu Nevus mungkin menjadi ganas:
a. Nevus yang berubah:
Membesar
Warna bertambah hitam
Timbul satelitosis
Terasa gatal
Mudah berdarah
Timbul ulkus
Rambutnya rontok

41
b. Nevus yang berlokasi di:
Telapak tangan/kaki
Bawah kuku
Belakang telinga
Vulva

ABCDE sistem ( Asymmetry, Border, Colour, Diameter, Envolving)

Berguna dalam mendiagnosa melanoma maligna serta untuk meningkatkan


kewaspadaan individu terhadap penyakit keganasan ini.

Asymmetry

Jika kita melipat lesi menjadi dua, maka tiap-tiap bagian tidak
sesuai

Border

Batasnya tidak tegas atau kabur

Color

Ciri melanoma tidak memiliki satu warna yang solid


melainkan campuran yang terdiri dari coklat kekuningan,
coklat dan hitam, juga bisa tampak merah, biru atau putih.

Diameter

Meskipun melanoma biasanya lebih besar dari 6 mm, ketika


dilakukan pemeriksaan mereka bisa lebih kecil dari
seharusnya . Sehingga harus diperhatikan perubahan tahi lalat
dibanding yang lainnya atau berubah menjadi gatal atau
berdarah ketika diameternya lebih kecil dari 6 mm

42
Evolving

Setiap perubahan dalam ukuran, bentuk, warna, tingginya


atau cirri-ciri lain atau ada gejala baru seperti mudah
berdarah, gatal dan berkrusta harus dicurigai keganasan

Gambar 13. The ABCDEs of Melanoma

Gambar berikut menunjukkan tahi lalat atypical yang normal dan melanoma.

Benign Malignant

simetris asimetris

Borders are
Borders are uneven
even

One shade Two or more shades

43
Smaller than
Larger than 1/4
1/4 inch

Gambar 14. Perbedaan Atypical Nevus dan Melanoma

Klasifikasi
Klasifikasi tingkat invasi menurut Clark.
Tingkat I : sel melanoma terletak di atas membrane basalis epidermis
(melanoma in situ/ intra epidermal)
Tingkat II : invasi sel melanoma samapi dengan lapisan papilaris
dermis (dermis superfisial), tetapi tidak mengisi papila
dermis.
Tingkat III : Sel melanoma mengisi papila dermis dan meluas sampai
taut dermis papiler dan retikuler.
Tingkat IV : Invasi sel melanoma sampai dengan lapisan retikularis
dermis.
Tingkat V : Invasi sel melanoma sampai dengan jaringan subkutan.

44
Gambar 16. Representatif skematik klasifikasi melanoma maligna menurut Breslow dan Clark

Diagnosis
Diagnosis melanoma ditegakkan dengan identifikasi klinik dengan
konfirmasi histologi. Identifikasi klinik dimulai dengan riwayat penyakit sekarang
pasien, riwayat penyakit terdahulu, dan pemeriksaan fisik terhadap lesi yang
dicurigai. ,
1. Anamnesa
Dari anamnesa yang dilakukan, diharapkan diketahui informasi
tentang keluhan umum pasien, dan riwayat perjalanan keluhan umum
tersebut. Perubahan sifat dari nevus merupakan keluhan umum yang
paling sering ditemukan pada pasien dengan melanoma, dan hal ini
merupakan peringatan awal melanoma. Perubahan tersebut diantaranya
peningkatan dalam hal diameter, tinggi atau batas yang asimetris pada
suatu lesi berpigmen memberikan data 80% pada pasien saat melanoma
ditegakkan.Dari perjalanan penyakit tersebut juga ditanyakan awal
mulanya lesi pada kulit tersebut muncul, dan kapan terjadi perubahan pada
lesi tersebut. Tentang tanda dan gejala melanoma, seperti adanya

45
perdarahan, gatal, ulserasi dan nyeri pada lesi. Pada anamnesa tersebut
juga ditanyakan tentang adanya faktor-faktor resiko pada pasien.,
2. Pemeriksaan fisik
Yang perlu dilakukan saat pemeriksaan fisik ini yaitu
memperhatikan lebih detail dengan inspeksi, palpasi dan bila perlu
inspeksi dengan bantuan kaca pembesar. Hal ini dilakukan untuk
mengetahui ukuran, bentuk, warna dan tekstur dari nevus tersangka dan
mencari adanya perdarahan atau ulserasi. Pemeriksaan terhadap kelenjar
limfe yang berada dekat dengan lesi juga perlu dilakukan. Adanya
pembengkakan atau biasa disebut dengan limfadenopati menunjukkan
kemungkinan adanya penyebaran melanoma.
Pemeriksaan ditempat tubuh yang lain dapat dilakukan jika
terdapat kecurigaan atau untuk evaluasi dari pemeriksaan yang lalu pada
individu dengan faktor resiko. Di luar negeri, evaluasi terhadap seluruh
tubuh sudah dilakukan, yaitu dengan cara mendokumentasikan nevus-
nevus yang ada di seluruh tubuh. Dengan demikian, perubahan akan lebih
cepat terdeteksi dengan membandingkannya dengan dokumentasi
terdahulu.
Pemeriksaan di tempat yang menjadi predileksi pada macam-
macam bentuk klinis melanoma juga perlu dilakukan. Misalnya pada
melanoma superfisial dan melanoma nodular yang biasanya berada di
trunkus tubuh dan tungkai, sedangkan melanoma maligna bentuk lentigo
lebih banyak muncul di telapak tangan, telapak kaki dan dibawah kuku.
3. Pemeriksaan penunjang

Pemeriksaan penunjang ini yaitu meliputi pemeriksaan


laboratorium, pemeriksaan histopatologi dan pemeriksaan radiologi. , khir-
akhir ini di luar negeri juga dikembangkan pemeriksaan dengan
epiluminescence microscopy. Dengan tehnik ini, lesi yang berpigmen
tersebut diperiksa secara in situ dengan minyak emersi dengan
menggunakan dermatoskop. Pada beberapa penelitian lain melibatkan
analisis dengan bantuan komputer dan klinikal digitalisasi yang kemudian
dibandingkan dengan database.

46
Gambar 17. Perbandingan gambaran klinik (A) dan dengan menggunakan
epiluminescence microscopy (B)

Namun data terakhir melaporkan bahwa pemeriksaan laboratorium,


radiografi thorak dan radiografi yang lain (MRI, CT Scan, PET, Scanning
Tulang) tidak terlalu bermanfaat untuk melanoma stage I/II (melanoma
kutaneus) tanpa tanda-tanda dan gejala-gejala metastase.
a. Pemeriksaan Laboratorium
Tak ada pemeriksaan tertentu yang khusus untuk melanoma, baik yang
belum bermetastase maupun yang telah bermetastase, tetapi
kadangkala tingginya angka LDH (Lactaet Dehydrogenase) dianggap
membantu. Kadar LDH yang tinggi dalam darah merupakan suatu
kemungkinan adanya metastase melanoma pada hati. Adanya
peningkatan LDH ini juga dihubungkan dengan lebih buruknya
kemungkinan untuk hidup pada kelompok tersebut. Pemeriksaan LDH
akan bermakna pada melanoma stage IB/III atau dengan pemeriksaan
berkala setiap 3-12 bulan.
Selain LDH, kadar serum S-100 mungkin juga berguna sebagai
penanda tumor pada pasien dengan melanoma yang telah bermetastase.
b. Pemeriksaan Radiografi
Ultrasound Scan, pemeriksaan ini menggunakan frekuensi gelombang
suara untuk menghasilkan gambaran spesifik dari bagian tubuh.
Sebagian besar untuk memeriksa kelenjar limfe di leher, axilla, dan
pelipatan paha. Kadang digunakan pada biopsy kelenjar limfe agar
semakin akurat (Ultrasound guided fine needle aspiration).
Pemeriksaan ini tidak menimbulkan rasa sakit, tidak memakan waktu

47
yang lama, tidak menimbulkan bahaya radiasi dan aman digunakan
pada kehamilan.

Gambar 18. Ultrasound of lymph node

Pemeriksaan X-ray pada thorak dilakukan dengan memperhatikan


kemungkinan adanya metastase melanoma ke paru-paru. Hasil
metastase tersebut dapat berupa gambaran tumor pada paru-paru, yang
seringkali harus dibedakan dengan tumor paru primer, tetapi dapat juga
berupa gambaran efusi pleura.
CT-Scan mungkin dapat mendeteksi adanya metastase melanoma pada
paru-paru atau pada hati dengan adanya gambaran pembesaran pada
kelenjar limfe. Sedangkan radiografi dengan MRI merupakan
pemeriksaan yang paling baik untuk melihat adanya metastase
melanoma pada otak dan medula spinalis.
PET (Positron Emission Tomography) dilakukan untuk menambah
informasi dari hasil CT Scan dan MRI yang dilakukan. Pada
pemeriksaan ini, digunakan semacam glukosa yang mengandung atom
radioaktif. Prinsip cara kerja PET yaitu dengan adanya sifat sel kanker
yang menyerap lebih banyak glukosa karena metabolismenya yang
tinggi.

48
Gambar19. PET Scan Whole Body staging for Melanoma

Tetapi penelitian yang dilakukan akhir-akhir ini menyatakan bahwa


pemeriksaan radiologi seperti CT Scan, MRI, PET, USG dan Scan
tulang memiliki hasil yang rendah pada pasien asmtomatik dengan
melanoma kutaneus primer (Stage I dan II menurut AJCC) dan
umumnya tidak diindikasikan.
c. Pemeriksaan Histopatologi
Kriteria standar untuk diagnosa melanoma maligna adalah dengan
pemeriksaan histopatologi dengan cara biopsi dari lesi kulit tersangka.
Macam-macam tehnik biopsi itu sendiri ada 3 macam, yaitu shave
biopsy, punch biopsy dan incisional and excisional biopsies. Biopsi
secara eksisi merupakan pilihan cara biopsi yang direkomendasikan
untuk pemeriksaan melanoma maligna. Pada tehnik ini, tumor diambil
secara keseluruhan untuk kemudian sebagian sampel digunakan untuk
pemeriksaan histologi.
Biopsi secara eksisi dengan batas yang kecil dari batas tumor dipilih
untuk memastikan informasi tentang ketebalan tumor, adanya ulserasi,
tahap invasi tumor secara antomis, adanya mitosis, adanya regresi,
adanya invasi terhadap pembuluh limfe dan pembuluh darah, dan
untuk melihat respon host terhadap tumor itu sendiri. Pada umumnya

49
batas kulit yang diambil yaitu sekitar 1-3 mm sekitar lesi untuk
memperakurat diagnosis dan histologic mikrostaging. Kecuali pada
melanoma jenis lentigo, biopsi lebih mendalam diperlukan untuk
memperkecil terjadinya misdiagnosa.

Gambar20. Excision Biopsy

Hasil yang dapat ditemukan pada pemeriksaan histologi ini bergantung


pada jenis melanoma. Superficial Spreading melanoma memiliki fase
pertumbuhan secara radial atau fase in situ yang digambarkan dengan
peningkatan jumlah melanosit intraepitel yang bersifat (1) atipik dan
besar, (2) tersusun tidak teratur di dermal-epidermal junction, (3)
adanya migrasi ke atas (pagetoid), (4) kurang memiliki potensi biologi
sel untuk bermetastasis. Lentigo melanoma dan acral lentiginous
melanoma memiliki gambaran yang mirip, dengan dominasi
pertumbuhan secara in situ pad dermal-epidermal juntion dan dengan
tendensi yang kecil untuk pertumbuhan sel secara pagetoid.
Ketebalan tumor, merupakan determinan prognosis terpenting dan
diukur secara vertikal dalam milimeter dari atas lapisan granular
hingga titik terdalam tumor. Semakin tebal tumor dapat diasosiasikan
dengan potensi metastase yang lebih tinggi dengan prognosa yang
lebih jelek.

50
Penatalaksanaan
a. Pembedahan
Pembedahan merupakan terapi utama dari melanoma maligna, yang hampir 100%
efektif pada masa-masa awal tumor. Pembedahan ini, dilakukan dengan cara
eksisi luas dan dalam dengan pinggir sayatan yang direkomendasikan sesuai tabel
berikut:

Management of Melanoma Patients

Tabel 3. Penatalaksanaan melanoma dengan eksisi berdasar ketebalan tumor

Termasuk dalam penatalaksanaan pembedahan melanoma maligna ini


adalah Elective Lymphonode dissection (ELND), yaitu deseksi kelenjar limfonodi
tanpa dilakukan biopsi sebelumnya. Diseksi ini dilakukan untuk tumor dengan
kedalaman 1-4 mm dan tidak pada melanoma stage I. Hal ini disebabkan karena
sebanyak 40% kasus pada pasien melanoma dengan ketebalan 1-4 mm memiliki
kelainan limfe yang tidak tampak dan sebanyak 10% kasus dengan metastase
jauh. Sedangkan pasien dengan lesi lebih besar dari 4 mm, hampir 70% kasus

51
dengan metastase jauh dan 60% memiliki kelainan limfe yang tersembunyi.
Namun pada kenyataannya tindakan tersebut tidak memperbaiki survival rate dan
hingga sekarang masih dalam perdebatan. Pada penelitian yang dilakukan WHO,
angka metastasis sekitar 48% pada penderita yang dilakukan ELND. Sedangkan
pada penelitian lain yang dilakukan oleh The International Group Melanoma
Surgical trial menunjukkan adanya perbaikan survival rate pada pasien dengan
usia kurang dari 60 tahun dengan ketebalan tumor antara 1-4 mm.
Sentinel Lymph Node Dissection merupakan bentuk penatalaksanaan
pembedahan yang lain. Pada pembedahan ini, diseksi dilakukan pada kelenjar
limfe yang merupakan tempat utama melanoma untuk drainase. Adanya diseksi ini
dikatakan dapat mengidentifikasi mereka yang mempunyai resiko tinggi metastase
dan mereka yang mungkin mendapatkan keuntungan dengan diseksi lengkap
kelenjar limfe atau dengan terapi adjuvan.

Gambar 21. Sentinel node theory

Pemetaan lymfatik dan sentinel node biopsy merupakan solusi efektif


untuk dilakukannya lymphadenectomy pada pasien dengan melanoma yang tipis
dan secara klinis kelenjar tidak teraba. Teknik ini dikembangkan pada awal tahun
1990an dengan pemberian zat warna patent blue V atau isosulfan blue secara
intradermal diats tumor saat dilakukan eksisi luas. Pada eksplorasi kelenjar getah
bening akan ditemukan saluran-saluran getah bening yang berwarna biru, yang
menuju kesuatu kelenjar yang berwarna biru pula, lebih dari 80% kelenjar ini
dapat ditemukan. Kelenjar getah bening diangkat dan dilakukan frozen section,
jika positif mengandung metastasis sel tumor baru akan diseksi. Pada penelitian

52
Reintgen menemukan bahwa sel melanoma maligna menjalar lebih teratur dan
jelas dibandingkan dengan tumor padat lainnya. Jika pada sentinel node ini tidak
ditemukan metastasis maka kelenjar lain juga diasumsikan tidak mengandung
metastasis. Cara ini dipermudah dengan menggunakan lymphoscintigraphy
dengan penyuntikan Technitiun (TC99m) ke dalam tumor 1 hari sebelum operasi.
Dengan alat pelacak isotop akan dapat ditentukan tempat insisi kulit di daerah
kelenjar getah bening regional tumor tersebut. Pada penelitian dari 612 pasien
pada stage I/II tidak didapatkan angka recurrent sebesar 60%.,

b. Terapi Adjuvant
Karena pengobatan definitive dari melanoma kulit adalah dengan
pembedahan, maka terapi medikamentosa diberikan sebagai terapi tambahan dan
penatalaksanaan pada pasien melanoma stadium lanjut. Pasien yang memiliki
melanoma dengan tebal lebih dari 4 mm atau metastase ke limfonodi dengan
pemberian terapi adjuvant dapat meningkatkan angka ketahanan hidup. Studi di
berbagai center kesehatan menunjukkan pemberian interferon alpha 2b (IFN)
menambah lamanya ketahanan hidup dan ketahanan terhadap terjadinya rekurensi
Melanoma, sehingga oleh Food and Drug Administration (FDA) mengajurkan
IFN sebagai terapi tambahan setelah eksisi pada pasien dengan resiko recurrent.
IFN dilaporkan tidak efektif pada fase I atau II dari melanoma yang
bermetastase, namun potensi IFN yang merupakan mediator pembunuh alami
Limfosit T sitotoksik, sebuah pengaktivasi makrofag, dn HLA klas II ekspresi
antigen, merupakan hal yang tak dapat diabaikan.
Interleukin-2 (IL-2) pada penelitian terakhir, dalam dosis tinggi baik
diberikan sendiri maupun dengan kombinasi bersama sel lymphokine activated
killer menghasilkan respon pada pasien sebesar 15% sampai 20%, dengan respon
lengkap sebesar 4-6%.
Terapi adjuvan lain selain IFN yaitu Kemoterapi dengan macamnya yaitu:
Dacarbazine (DTIC), baik diberikan sendiri maupun kombinasi bersama
Carmustine (BCNU) dan Cisplastin.
Cisplastin, vinblastin, dan DTIC

53
Temozolomide merupakan obat baru yang mekanisme kerjanya mirip
DTIC, tetapi bisa diberikan per oral.
Melphalan juga dapat diberikan pada melanoma dengan prosedur tertentu.
Terapi-terapi adjuvan yang lainnya diantaranya yaitu dengan
biokemoterapi, yaitu merupakan kombinasi terapi antara kemoterapi dan
imunoterapi, imunoterapi sendiri dan gen terapi.
Dalam kepustakaan lain disebutkan juga adanya terapi radiasi pada
melanoma yang merupakan terapi paliatif. Radioterapi sering digunakan setelah
pembedahan pada pasien dengan lokal atau regional melanoma atau untuk pasien
dengan unresectable dengan metastasis jauh. Terapi ini dapat mengurangi
recurence lokal tetapi tidak memperbaiki prolong survival.
Radioimunoterapi pada metastase melanoma masih dalam penelitian, pada
penelitian yang dilakukan National Cancer Institute (NCI) terapi ini menunjukkan
kesuksesan. Terapi ini dengan memberikan auotologous lymphocytes yang
kemudian mengkode T cell receptors (TCRs) pada lymphosit pasien, kemudian
telah terbentuk manipulasi lymphosit yang melekat pada molekul di permukaan
sel melanoma yangf kemudian membunuh sel melanoma tersebut.

KARSINOMA SEL BASAL

INSIDEN
Insiden mutlak karsinoma sel basal sulit untuk ditentukan, karena
kanker kulit non melanoma biasanya dieksklusikan dari register statistik kanker.
Tugas selanjutnya menjadi semakin rumit, ditandai dengan variabilitas geografis
dalam kejadian kanker kulit non melanoma. Namun, tren penyakit ini jelas
terhadap peningkatan jumlah kasus. Australia memiliki tingkat tertinggi
karsinoma sel basal di dunia, dengan daerah tertentu melaporkan kejadian hingga
2% per tahun. Umur-standar tingkat tahunan di Amerika Serikat telah
diperkirakan hingga 407 kasus karsinoma sel basal per 100.000 putih pria dan 212
kasus per 100.000 wanita kulit putih. Meskipun rata-rata tertinggi didapatkan pada
pria lanjut usia, pasien dengan penyakit ini semakin mungkin didapatkan pada
wanita usia muda.

54
FAKTOR RESIKO
Paparan radiasi ultraviolet secara umum diterima sebagai penyebab utama
karsinoma sel basal. Sedangkan karsinoma sel skuamosa tampaknya sangat terkait
dengan kumulatif paparan sinar matahari, hubungan antara paparan radiasi
ultraviolet dan resiko karsinoma sel basal yang lebih kompleks. Waktu, pola, dan
jumlah paparan radiasi ultraviolet semua tampaknya penting. Resiko penyakit ini
secara signifikan meningkat oleh paparan matahari selama masa kanak-kanak dan
remaja.
Paparan sinar matahari yang intens intermiten dikaitkan dengan resiko
lebih tinggi pada karsinoma sel basal daripada paparan terus-menerus. Faktor
fisik, termasuk kulit yang terang, rambut merah atau pirang, dan warna mata
terang, mempengaruhi respon terhadap radiasi ultraviolet tetapi juga dapat
menjadi faktor resiko independen.8 Terpajan oleh radiasi ionisasi, arsenik,
dan oral methoxsalen (psoralen) dan radiasi ultraviolet A11 juga telah dikaitkan
dengan perkembangan karsinoma sel basal (Tabel 1).
Tabel 1. Faktor resiko dari perkembangan karsinoma sel basal

Karakteristik fisik Rambut kemerahan atau keemasan


Mata hijau atau biru
Warna Kulit terang

Eksposur Arsenik
Aspal cair
sinar Radiasi
Merokok
Penggunaan Tanningbed
Sinar UV

Genodermatoses Albinism
Xeroderma Pigmentosum
Sindrom Rombo *
BazexDuprChristol Sindrom ( BazexS sindrom)
Nevoid basal-cell carcinoma Sindrom ( GorlinS
syndrome)

Imunosupresi Resepien transplantasi organ

55
Imunosupresi merupakan faktor predisposisi untuk karsinoma sel basal.
Rasio 4:1 dari karsinoma sel basal dengan karsinoma sel skuamosa pada pasien
imunokompeten dilihat terbalik pada resepien transplantasi organ. Di antara orang
Australia yang merupakan resepien transplantasi jantung ada sebanyak 21 kali
kasus karsinoma sel basal dibandingkan dengan warga Australia yang bukan
merupakan resepien transplantasi jantung, dan terdapat 123 kali lebih banyak
kasus dibandingkan pada orang Amerika yang bukan merupakan resepien
transplantasi jantung. Resepien transplantasi ginjal memiliki resiko karsinoma sel
basal 10 kali lipat dari penduduk yang belum menerima transplantasi ginjal.
Dalam tujuh dari studi meta-analisis, studi Marcil dan Stern menunjukkan
bahwa setelah indeks kasus karsinoma sel basal, kejadian kasus selanjutnya antara
pasien seperti itu meningkat dengan faktor 10, dibandingkan dengan pada
populasi umum. Prediktor signifikan sejumlah besar basal-sel karsinoma
mencakup trunkal pada awal terjadinya, usia lebih dari 60, kehadiran subtipe
histologis superfisial, dan seks laki-laki. Kerentanan ke lokasi trunkal telah
dikaitkan dengan genetika polimorfisme dalam glutathione S -transferase dan
sitokrom P-450.

GAMBARAN KLINIS DAN GAMBARAN HISTOLOGI


Karsinoma sel basal bersifat timbul pada area tubuh yang terkena sinar
matahari dan yang paling umum di kepala dan leher (80% kasus), diikuti oleh
tubuh tubuh (15% kasus) dan lengan dan kaki. karsinoma sel basal juga telah
dilaporkan didapatkan pada tempat yang tidak biasa, termasuk aksila, payudara,
daerah perianal, alat kelamin, telapak tangan, dan telapak kaki.
karsinoma sel basal tipe nodular adalah bentuk klasik, yang paling sering
muncul sebagai papula menyerupai bintil-bintil seperti mutiara (pearly border)
atau nodul dengan telangiectases di atasnya,dengan pinggiran yang bergelung
pada waktu mengadakan erosi spontan yang kemudian menjadi ulkus yang terlihat
di bagian sentral lesi (Gambar 1A). Kadang-kadang, karsinoma sel basal tipe
nodular mungkin menyerupai pori-pori membesar atau lubang-lubang pada
kelenjar sebaceous kulit pada bagian tengah wajah (Gambar 1B).
Karsinoma sel basal tipe superfisial menampilkan makula eritematosa
bersisik atau plak (Gambar 1C). Kedua bentuk nodular dan superfisial dapat

56
mengandung melanin, dapat berwarna biru coklat, atau hitam untuk lesi ini
(Gambar 1D). Tipe Morphea, juga dikenal sebagai sclerosing, fibrosis, atau
infiltratif karsinoma sel basal, biasanya muncul sebagai indurated, keputihan,
bekas luka seperti plak dengan tepi tidak jelas (Gambar 1E). lesi mencurigakan
terjadi di daerah beresiko tinggi, seperti bagian tengah wajah, harus menjalani
biopsi yang tepat untuk memperoleh waktu yang tepat untuk mempercepat
diagnosis dan pengobatan definitif. Biopsi kulit juga akan mengidentifikasi
amelanotic (nonpigmentasi) atau melanoma berpigmen minimal, yang kadang-
kadang bisa meniru karsinoma sel basal.
Dalam review dari 1039 kasus berturut-turut tentang karsinoma sel basal,
Sexton et al. Menemukan bahwa secara histologis subtipe yang paling umum
adalah campuran (38,6%), nodular (21,0%), superfisial (17,4%), dan
micronodular (14,5 %). Uncommon varian, termasuk basosquamous, keratotik,
granular-cell, adamantinoid, clear-cell, dan karsinoma sel basal dengan matrical
differensiation, juga telah dijelaskan. Nilai pengelompokan penampilan histologis
terletak pada hubungan antara subtipe secara histologis dan perilaku klinis. Varian
histologis yang agresif termasuk micronodular, infiltratif, basosquamous,
morpheaform, dan subtipe campuran. Nodular dan subtipe superfisial umumnya
memiliki perjalanan klinis kurang agresif.

57
Gambar 1. Jenis Karsinoma sel basal.
Panel A menunjukkan karsinoma sel basal tipe nodular dinding samping hidung bagian bawah,
dengan telangiectases dan pearly border. panel B menunjukkan karsinoma sel basal tipe nodular
memberikan gambaran sebagai pori-pori membesar. Panel C menunjukkan karsinoma sel basal
tipe superfisial pada abdomen sebelum di kuretase dan elektrodesikasi. Bentukan ini dapat
disalahartikan sebagai actinic keratosis, eksim, psoriasis, atau tinea korporis. Panel D
menunjukkan karsinoma sel basal nodular berpigmen pada pelipis. Lesi ini mungkin
membingungkan secara klinis dengan keratosis seboroik, nevus, atau bahkan melanoma. Dalam
Panel E, karsinoma sel basal tipe morphea pada kulit bibir memiliki penampilan seperti bekas luka
dengan klinis batas tepi tidak jelas. Karena penampilan yang biasa, karsinoma sel basal tipe
morphea mungkin tetap tidak terdiagnosis selama bertahun-tahun.

PATOGENESIS MOLEKULAR
Terjadi aktivasi yang tidak sesuai pada jalur signal hedgehog (HH) yang
ditemukan secara sporadik pada kasus karsinoma sel basal familial,
medulloblastoma, rhabdomyosarcoma, dan tumor lainnya.
Awalnya dikenali sebagai penentu pada segmen polarity dalam spesies
lalat Drosophila melanogaster, jalur signal HH memainkan peranan penting dalam
pertumbuhan makhluk bertulang belakang. SHH yang disekresi akan mengikat
protein patched tumor-supressor homologue 1 (PTCH1), maka menghapuskan
supresi signal intraseluler yang disebabkan oleh PTCH1 oleh protein transmemran
yang lain, smoothed G-rotein-coupled receptor (SMO). Target berikutnya bagi
SMO termasuk faktor transkripsi family GLI.

Gambar 2. Patogenesis Molekuler karsinoma sel basal.

58
Sonic hedgehog (SHH) berinteraksi dengan kompleks reseptor yang terdiri dari patched
tumor-supressor homologue 1 (PTCH1)-suatu tumor supresor -dan smoothed G-rotein-coupled
receptor (SMO). Tanpa SHH, PTCH1 berinteraksi dan mengsupresi signal transduksi dari SMO.
Ikatan antara SHH dengan PTCH1 menyebabkan SMO menghantar signal ke nukleus dengan
perantara faktor transkiptor golongan GLI. Kurangnya PTCH1 yang fungsional menyebabkan
transduksi signal dari SMO tidak mengalami interupsi dan menyebabkan aktivasi target.

Hilangnya fungsi mutasi PTCH1 termasuk mutasi germ-line yang


ditenukan pada pasien dengan sindrom karsinoma sel basal nevoid (Gorlins
syndrome) telah ditemukan pada 30-40% secara sporadic dalam kasus karsinoma
sel basal. Tanpa kehadiran PTCH1, SMO sangat aktif, menyebabkan aktivasi
target secara terus-menerus. Gangguan lain pada jalur HH yang telah memberikan
implikasi pada perkembangan penyakit ini termasuk mutasi fungsi pada SHH,
SMO, dan GLI. Transgenic human-skin model menggambarkan bahwa aktivasi
jalur HH merupakan kondisi awal dalam pembentukan tumor . Molekul inhibitor
yang kecil pada jalur signal HH seperti cyclopamine merupakan terapi mekanis
yang menjanjikan.
Mutasi pada gen supresi tumor p53 ditemukan dalam hampir 50% kasus
karsinoma sel basal secara sporadic. Kebanyakan mutasi tersebut adalah translasi
dri C T dan CC TT pada susunan dipyrimidine yang merupakan mutasi khas
yang mengindikasikan adanya paparan terhadap radiasi ultraviolet B. Hubungan
antara karsinoma sel basal dan mutasi pada jalur signal RAS atau RAF kurang
diketahui. Akhir-akhir ini terdapat nucleus -catenin yang menunjukkan
hubungannya dengan peningkatan proliferasi sel tumor. Fungsi spesifik dari gen-
gen ini masih belum diketahui.

PENATALAKSANAAN
Ketika kita membandingkan angka kesembuhan untuk perawatan individu
dalam studi yang berbeda, beberapa faktor harus dievaluasi: durasi tindak lanjut,
pemisahan primer dari tumor berulang, persentase beresiko tinggi tumor, dan
metode menghitung rekurensi. Dalam tinjauan yang luas dari literatur, Rowe
menemukan bahwa resiko terbesar kekambuhan terjadi dalam lima tahun pertama
setelah pengobatan. Angka kekambuhan kasus sebelumnya yang telah diobati

59
lebih tinggi dibandingkan dengan kasus primer dan harus dilaporkan secara
terpisah. Tujuan utama pengobatan adalah pemusnahan lengkap tumor dengan
pelestarian maksimal fungsi dan kosmetik.
Pengobatan karsinoma sel basal dapat berupa tindakan pembedahan atau
non pembedahan. Pendekatan bedah termasuk kuretase dan elektrodesikasi,
cryosurgery, bedah eksisi, dan operasi mikrografi Mohs. Rata-rata angka tingkat
kesembuhan selama lima tahun adalah 95% atau lebih tinggi, mungkin dengan
menggunakan kuretase maupun elektrodesikasi atau cryosurgery untuk lesi yang
beresiko rendah - yang kecil, yang didefinisikan dengan baik lesi primer pada
leher, tubuh, dan lengan dan kaki, dengan tampakan histologis yang tidak agresif.
Kuretase dan elektrodesikasi dan cryosurgery tidak sesuai untuk kasus yang
berulang atau tumor tipe morphea.
Eksisi bedah dan bedah Mohs adalah tindakan eksisi yang memiliki
keunggulan termasuk untuk mengevaluasi secara histologis. Lesi primer dari
berbagai ukuran pada leher, tubuh, dan lengan atau kaki memiliki angka
kesembuhan sangat tinggi untuk lima tahun (lebih dari 99%) dengan eksisi bedah.
36
Bedah eksisi lesi di kepala kurang efektif dengan meningkatnya ukuran tumor:
angka kesembuhan untuk lima tahun pada lesi kurang dari 6 mm diameter adalah
97%, dibandingkan dengan tingkat 92% untuk lesi yang 6 mm atau lebih besar.
Pasien dengan eksisi yang tidak lengkap pada lesi primer harus menjalani
pembedahan atau reexcision operasi dengan teknik Mohs segera setelah prosedur
awal untuk mengkonfirmasi adanya batas tepi yang jelas, prosedur seperti ini
menghasilkan tingkat kesembuhan yang meningkat dan mengurangi kebutuhan
selanjutnya untuk reseksi yang lebih rumit pada tumor yang berulang.
Bedah Mohs adalah teknik untuk pembuangan tumor ganas kulit yang
termasuk cepat, dengan pemeriksaan spesien horizontal frozen section diproses
untuk memasukkan 100% dari perifer dan pembedahan batas tepi yang dalam.
Jika ada bagian dari spesimen yang menunjukkan infiltrasi dari tepi tumor, serial
excisions dapat terbatas pada daerah yang terkena. Tekhnik Mohs memiliki nilai
angka kekambuhan yang terendah , 1% untuk tumor primer dan 5,6 % untuk
tumor yang rekuren. Karsinoma sel basal yang rekuren adalah paling baik
ditangani dengan operasi Mohs, karena tumor yang rekuren dapat berkembang

60
secara histologis menjadi subtype yang lebih agresif. Sebuah meta-analisis oleh
Thissen et al. Meninjau tentang pengobatan penyakit primer dari 18 studi besar,
prospektif dengan lima tahun tindak lanjut dan menegaskan bahwa tingkat
kekambuhan terendah adalah diperoleh dengan operasi Mohs, diikuti oleh operasi
eksisi, cryosurgery, dan kuretase dan elektrodesikasi.
Dalam sebuah penelitian eksperimental secara acak, Smeets et al. 41 tidak
menemukan perbedaan signifikan dalam tingkat kekambuhan antara pasien
dengan karsinoma sel basal primer diobati dengan teknik Mohs (2%) dan mereka
yang diobati dengan eksisi bedah (3%) dan antara pasien dengan penyakit
karsinoma sel basal rekuren yang diobati dengan teknik Mohs (0 %) dan yang
dioperasi dengan bedah eksisi (3%). Namun, penafsiran hasil ini berpotensi bias
oleh isu-isu tentang randomisasi, analisis crossover, dan tidak cukupnya durasi
untuk follow up.
Pendekatan nonsurgical meliputi radioterapi, topikal, terapi injeksi, dan
fotodinami terapi. Radioterapi merupakan pilihan penting bagi pasien dengan
tumor yang lokasinya sulit untuk diobati atau bagi mereka yang tidak untuk
dibedah, dan merupakan tambahan yang bermanfaat untuk tumor yang tidak dapat
dioperasi. Radioterapi tidak dianjurkan untuk pasien yang usianya kurang dari 60
tahun, dapat berpotensi sebagai karsinogenesis dan inferior cosmesis untuk
jangka panjang. Suatu perbandingan secara acak operasi dengan radioterapi untuk
karsinoma sel basal primer merupakan operasi yang lebih disukai pada dasar
efikasi pengobatan (tingkat kekambuhan setelah empat tahun 0,7% vs 7,5%) dan
cosmesis (rata-rata hasil dengan tingkat "baik" secara kosmetik 87% vs 69%).

PENCEGAHAN
Sebuah survei terbaru dari 300 orang putih dan Hispanik dari Amerika
Serikat menunjukkan bahwa lebih dari setengah responden akrab dengan
karsinoma sel basal. Sebagian besar responden dilaporkan bahwa sumber utama
informasi mereka adalah media. Analisis liputan berita di Amerika antara tahun
1979 dan 2003 menunjukkan kurangnya perhatian yang relatif terhadap kanker
kulit dan tindakan pencegahan. Kampanye media meningkatkan kesadaran
masyarakat akan kebutuhan untuk perlindungan dari sinar matahari, tetapi mereka

61
menghasilkan hanya perubahan perilaku sementara. Sekitar 90% dari responden
mengidentifikasi korelasi antara kanker kulit dan paparan sinar matahari, namun
kurang dari setengah dilaporkan menerapkan tabir surya secara teratur. Orang
Australia Slip! Slop! Slap"dan Sun- smart campaign telah merubah sikap dan
perilaku mengenai perlindungan matahari dan kanker kulit dengan menyampaikan
pesan yang konsisten dan berkesinambungan untuk lebih dari dua dekade. Upaya
ini telah mulai untuk mempengaruhi kejadian dan tren kematian. Penghindaran
dari matahari dan perlindungan terhadap paparan sangat penting pencegahan
tindakan terhadap karsinoma sel basal. Meskipun tidak ada percobaan acak telah
menunjukkan efek dari penggunaan tabir surya pada kejadian karsinoma sel basal,
percobaan acak telah menunjukkan efek perlindungan terhadap perkembangan
actinic keratosis dan karsinoma sel skuamosa. akhirnya, The American Academy
of Dermatologys Melanoma/Skin Cancer Screening Program telah melakukan
lebih dari 1,4 juta masyarakat skrining gratis selama 20 tahun terakhir, namun
bukti menunjukkan bahwa ditargetkan skrining kanker kulit lebih efektif.
KARSINOMA SEL SKUAMOSA

Karsinoma sel skuamosa, disebut juga dengan Epitelioma sel skuamosa

(prickle), karsinoma sel prickle, karsinoma epidermoid, pavement epithelioma,

spinalioma, karsinoma Bowen, cornified epithelioma.

Karsinoma sel squamosa didefinisikan sebagai karsinoma awal setempat

yang berkembang dari epitel squamosa, serta tampak sebagai sel-sel kuboid dan

ditandai dengan keratinisasi dan sering dengan tetap dipertahankan jembatan

intraseluler. Pada permukaan lokal dan superfisial, kemudian bermetastasis.

Bentuk yang timbul pada kulit ini biasanya terjadi pada daerah yang terpajan sinar

matahari atau pada lesi yang pernah timbul sebelumnya.

Tumor ini merupakan tumor kedua terbanyak, setelah karsinoma sel basal,

yang banyak terjadi pada daerah-daerah yang terekspos dengan matahari, dengan

62
insidens meningkat seiring bertambahnya usia. Karsinoma sel skuamosa lebih

banyak terjadi pada lelaki, dibandingkan dengan perempuan, kecuali di daerah

tungkai bawah.

Yang diperkirakan merupakan factor predisposisi karsinoma sel basal,

selain sinar matahari adalah karsinogen industri (tar dan minyak), ulkus kronis

dan osteomielitis yang membasah, luka bakar lama, ingesti arsen, radiasi pigmen,

dan (di rongga mulut) tembakau dan mengunyah buah pisang.

1 Etiologi

Adapun penyebab langsung karsinoma sel basal meliputi:

Sinar matahari (2900 - 3000 ) masih merupakan faktor yang paling

menonjol sebagai penyebab karsinoma sel skuamosa. Pada daerah0daerah

terpapar lebih banyak ditemukan kasus keganasan ini.

Ras/herediter. Pada kulit berwarna ditemukan lebih banyak pada daerah tertutup

daripada terbuka/ Orang kulit putih lebih banyak daripada orang kulit berwarna.

Faktor genetic yang paling menonjol tampak pada xeroderma pigmentosum

(X.P). Pada X.P. ditemukan defek pembentukan DNA oleh karena pengaruh inar

ultra-violet.

Arsen inorganic yang terdapat dalam alam (air sumur), maupun yang dipakai

sebagai obat. Keganasan umumnya timbul di bagian badan.

Radiasi (sinar-X atau gamma)

Faktor hidrokarbon (tar, minyak mineral, paraffin likuidum, dll)

Sikatris, keloid, ulkus kronik, fistula (osteomielitis)

63
Penyebab eksogen tersering pada karsinoma sel skuamosa adalah pajanan

sinar ultraviolet, yang kemudian menyebabkan kerusakan DNA yang tidak dapat

diperbaiki. Selain itu, pasien dengan imunosupresi akibat kemoterapi,

transplantasi organ, maupun mengidap xeroderma pigmentosum berisiko lebih

besar mengalami tumor ini. Selain efeknya pada DNA, sinar UV juga dapat

menimbulkan efek imunosupresif sementara di kulit dengan mengganggu fungsi

pengenalan antigen oleh Antigen Presenting Langerhans Cell.

Kerusakan DNA yang terjadi pada karsinoma sel skuamosa, selain

diakibatkan paparan matahari, dapat pula diakibatkkan oleh infeksi virus (co:

HPV 36) dan paparan agen kimia yang menginduksi aktivasi onkogen.

2 Patogenesis

Karsinoma sel skuamosa berasal dari sel epidermis yang mempunyai beberapa

tingkat kematangan, dapat intraepidermal, dapat pula bersifat invasif dan

bermetastasis jauh.

3 Histopatologi

Tidak seperti keratosis aktinik, karsinoma sel skuamosa in situ ditandai dengan

lesi yang sangat atipik pada semua lapisan epidermis. Jika sel ini menembus

membran basal, kelainannya menjadi invasif. Karsinoma sel skuamosa invasif

memperlihatkan diferensiasi yang bervariasi, berkisar dari tumor yang terbentuk

oleh sel skuamosa poligonal yang tersusun dalam lobulus teratur dan

memperlihatkan banyak zona besar keratinisasi higga neoplasma yang terbentuk

64
oleh sel buat yang sangat anaplastik dengan fokus-fokus nekrosis serta keratinisasi

sel tunggal yang abortif (diskeratosis).

Gambaran yang dapat ditemukan pada karsinoma sel skuamosa:

Individual cell dyskeratosis (adaya keratin intrasel)

Mutiara tanduk (pearl horn)

Karsinoma sel skuamosa invasif pada kulit biasanya ditemukan selagi masih

kecil, dan direseksi; kurang dari 5 % bermetastasis ke kelenjar regional saat

didiagnosis.

Gambar 1. Gambaran karsinoma sel skuamosa invasive. (A) lesi nodular dan
ulseratif di kulit yang terpajan matahari secara kronis (B) karsinoma menginvasi
dermis dalam bentuk tonjolan-tonjolan epitel skuamosa atipikal yang ireguler. (C)
Secara sitologis, sel tumor memiliki sitoplasma squamoid yang banyak, serta
mengandung ukleus yang besar gelap dengan kontur berlekuk dan nucleolus yang
mencolok

4 Gejala Klinis, diagnosis

Karsinoma sel skuamosa yag belum menginvasi menembus membran

basal taut dermoepidermis (karsinoma in situ) tampak sebagai plak merah,

berskuama, dan berbatas tegas. Lesi tahap lanjut yang invasif tampak nodular, dan

memperlihatkan produksi keratin dalam jumlah bervariasi yang secara klinis

tampak sebagai hiperkeratosis dan mungkin mengalami userasi.

65
Umur yang paling sering ialah 40-50 tahun (dekade V-VI) dengan

lokalisasi yang tersering di tungkai bawah dan secara umum ditemukan lebih

banyak pada laki-laki daripada wanita.

Tumor ini dapat tumbuh lambat, merusak jaringan setempat dengan kecil

kemungkinan bermetastasis. Sebaliknya tumor ini dapat pula tumbuh cepat,

merusak jaringan disekitarnya dan bermetastasis jauh, umumnya melalui saluran

getah bening.

Secara histopatologik ditemukan :

1 Bentuk intraepidermal

Bentuk intraepidermal ditemukan pada : keratosis solaris, kornu kutanea, keratosis

arsenikal, penyakit bowen, entroplasia (Queyrat), epitelioma Jadassohn. Penyakit

ini dapat menetap dalam jangka waktu lama ataupun menembus lapisan basal

sampai ke dermis dan selanjutya bermetastasis melalui saluran getah bening.

2 Bentuk invasif

Bentuk ini terdiri dari:

a Bentuk intraepidermal

b Bentuk prakanker

c De novo (kulit normal)

Mula-mula tumor ini berupa nodus yang keras dengan batas-batas yang tidak

tegas, permukaannya mula-mula licin seperti kulit normal yang akhirnya

berkembang menjadi verukosa atau menjadi papiloma. Pada keadaan ini biasanya

tampak skuamasi yang menonjol.

66
Pada perkembangan lebih lanjut tumor ini biasanya menjadi keras,

bertambah besar ke samping maupun ke arah jaringan yang lebih dalam. Invasi ke

arah jaringan lunak maupun otot serta tulang akan memberikan perabaan yang

sulit digerakkan dari jaringan di sekitarnya.

Ulserasi dapat terjadi umumnya ulai di tengah dan dapat timbul pada

waktu berukuran 1-2 cm. Ulserasi tersebut diikuti pembentukan krusta dengan

pinggir yang keras dan mudah berdarah. Bentuk papiloma eksofitik jarang

ditemukan.

Urutan kecepatan invasif dan metastasi tumor sebagai berikut

Tumor yang tumbuh di atas kulit normal (de novo): 30%

Tumor didahului oleh prakanker (radio dermatitis, sikarik, ulkus, sinud fistula):

25%

Penyakit Bowen, eriyoplasia Queyrat: 20%

Keratosis solaris: 2%

Tumor yang terletak di daerah bibir, anus, vulva, penis lebih cepat

mengadakan invasi dan bermetastasis dibandingkan dengan daerah lainnya.

Metastasis umumnya melalui saluran getah bening, engan perkiraan sekitar 0.1-

50% semua kasus. Perbedaan metastasis bergantung pada diagnosis dini, cara

pengobatan dan pengawasan setelah terapi.

5 Faktor-faktor yang mempengaruhi

Pajanan sinar matahari kronis

67
Kulit putih. Queensland, Australia, memiliki angka kejadian kanker kulit

tertinggi di dunia karena jumlah pajanan UV yang tinggi dan kebanyakan

peduduknya adalah orang Inggris atau Irlandia yng mempuya kulit sensitif UV

Umur. Karsinoma sek skuamosa lebih sering terjadi pada orang tua. Umur rata-

rata terjadinya kondisi ini adalah 66.

Jenis kelamin. Laki-laki leih cenderung mengalami karsinoma sel skuamosa

dibanding wanita, mungkin karena pajanan terhadap UV yang lebih besar

Riwayat kanker kulit pada diri sendiri. Sekali terkena karsinoma sel skuamosa,

ada kemungkinan untuk terkena lagi

Sistem imun yang lemah. Hal ini terjadi antara lain pada: leukemia kronis,

kanker lain, atau HIV/AIDS, dan orang yang memperolh transplantasi organ yang

menggunaka obat umtuk mensupresi sistem imun.

Kelainan kulit langka. Orang sengan xeroderma pigmentosum,

yangmenyebabkan sensitivitas yang ekstrim terhadap sinar matahari, mempunyai

risiko lebih tinggi untuk terkena kanker kulit

Merokok. Meskipun penelitian tidak yakin menegnai mengapa merokok

menyebabkan hal ini, mereka membuat teori bahwa tembakau merusak DNA,

menyebabkan perubahan sel menjadi sel kanker leih mungkin

Inflamasi atau cedera kulit.

6 Prognosis

Prognosis karsinoma sel skuamosa sangat bergantung pada:

Diagnosis dini

Cara pegobatan dan keterampilan dokter

68
Kerjasama antara pasien dengan dokter

Prognosis yang paling buruk bila tumor tumbuh di atas kulit normal(de

novo), sedagka tumor yang ditemukan di kepala dan leher, prognosisnya lebih

baik daripada tempat lainnya. Demikian juga prognosis yang ditemukan di

ekstremitas bawah, lebih buruk daripada ekstremitas atas.

7 Tatalaksana

Kebanyakan karsinoma sel skuamosa dapat dihilangkan seutuhnya dengan bedah

minor atau kadang-kadang pengobatan topikl. Tipe pengobatan karsinoma sel

skuamosa biasanya tergantung ukuran, lokasi, dan keagresifan tumor.

Pengobatannya antara lain:

Pembekuan (cryosurgery). Membekukan sel kanker dengan niotrogen efektif

untuk karsinoma sel basal yang kecil, tetapi tidak direkomendasikan untuk tumor

yang lebih besar atau yang ada di hidung, telinga, atau kelopak mata.

Eksisi sederhana. Dalam prosedur ini, dokter memotong jaringan kanker dengan

kulit sekat yang membatasinya. Pada beberapa kasus, dokter menyarankan eksisi

luas, yaitu memotong tambahan kulit normal di sekitar tur. Untuk minimalisasi

scar, terutama di wajah, konsultasi ke dokter yang memiliki keahlian dalam

rekonstruksi kulit.

Laser therapy. Biasanya menyebabkan sedikit kerusakan pada jaringan sekitar

dan mereduksi risiko perdarahan, bengkak, dan pembantukan scar. Biasanya

digunakan untuk karsinoma superficial di bibir

Bedah Mohs. Bedah mohs merupakan cara pengobatan karsinoma sel skuamosa

yang paling efektif, terutama untuk karsinoma yang lebih besar dari 3 cm,

69
kambuh, atau berlokaso di wajah, membran mukosa dan area genital. Dokter

membuang tumor lapis per lapis, memeriksa setiap lapisam di bawah mikroskop

hingga tidak adaa sel abnormal yang tertinggal. Hal ini memungkinkan

pembuangan tumor tapa mengambil jaringan kulit sehat di sekitarnya secara

berlebihan. Karena hal ini membutuhkan seorang ahli, bedah Mohs hanya boleh

dilakukan dokter yang telah terlatih dengan prosedur ini

Terapi rasiasi, Ini dapat menjadi pilihan untuk merawat kanker yang besarm

seperti di kelopak mata, bibir, dan telinga yang merupakan area yang sulit untuk

diterapi secara bedah atau untuk tumor yang terlalu dalam untuk dipotong

Kemoterapi. Untuk kanker yang sangat superficiall, krim, atau lotin yang

mengandung agen antikanker dapat diaplikasikan secara langsung ke kulit.

Beberapa obat ini dapat menyebabkan inflamasi dan pembentukan parut yang

parah.

70

Anda mungkin juga menyukai