Anda di halaman 1dari 8

TINDAKAN DACRYOCYSTORHINOSTOMY UNTUK

STENOSIS DUKTUS NASOLAKRIMALIS DIDAPAT


PADA LANSIA (USIA 80 TAHUN)

A 1 2 1
ndreaA.Tooley,MD, KyleN.Klingler,MD, GeorgeB.Bartley,MD,
1 1 3
JamesA.Garrity,MD, JohnJ.Woog,MD, DavidHodge,MS, Elizabeth
1
A.Bradley,MD,MHS
Tujuan : Insidens obstruksi duktus nasolakrimalis didapat (NLDO)
meningkat seiring dengan bertambahnya usia. Dacryocystorhinostomy
merupakan terapi definitif untuk NLDO dengan tingkat kesuksesan yang tinggi
(80% - 100%) dengan tingkat komplikasi yang rendah (1% - 6%), tetapi hasil
dari tindakan operasi untuk golongan umur lansia secara spesifik belum pernah
dilaporkan sebelumnya, dimana terdapat peningkatan resiko intraoperatif
maupun postoperatif. Tujuan dari penelitian ini adalah untuk memeriksa hasil
akhir operasi dan tingkat komplikasi dari dacryocystorhinostomy paa populasi
lansia.

Desain : Studi Kohort Retrospektif

Koresponden : Pasien berusia 80 tahun atau lebih yang menjalani


dacryocystorhinostomy eksternal di Mayo Clinic pada tanggal 1 Januari 1990
dan 31 Desember 2010, dibandingkan dengan kelompok kontrol yang terdiri
dari pasien yang berusia lebih muda (40-79 tahun) yang menjalani
dacryocystorhinostomy eksternal yang dilakukan oleh operator yang sama,

Metode : Peneliti telah memeriksa rekam medis pasien yang telah


disebutkan diatas. Data tersebut terdiri atas gejala perbaikan dan komplikasi
seperti infeksi, perdarahan yang peristen, dan kembali dilakukannya tindakan
operasi. Analisis statistik menggunakan teknik t-test 2 sampel untuk
membandingkan variable yang bersifat kontinu, uji chi-square untuk
perbandingan kategorikal.

Hasil Utama Pengukuran : Hasil primer menunjukkan adanya


perbaikan saat terakhir kali dilakukannya pemeriksaan, hasil sekuder
menunjukkaan adanya patensi anatomi, tafsiran kejadian merugikan, dan
kembalinya ke ruang operasi dalam kurun waktu kurang dari 1 bulan pasca
operasi.
Hasil : 42 tindakan dacryocystorhinostomy (32 pasien) dilakukan kepada
kelompok lansia. Kelompok kontrol terdiri dari 73 tindakan
dacryocystorhinostomy pada 63 pasien. Perbaikan gejala saat terakhir kali
pemeriksaan didapatkan sebanyak 64% pada kelompok lansia dan sebanyak
86% pada kelompok usia yang lebih muda (Kohort P=0,02). Meskipun tidak
terdapat perbedaan pada kedua kelompok pada kejadian komplikasi yang biasa
terjadi saat pasca operasi, terdapat peningkatan kejadian terjadinya komplikasi
serius pada kelompok lansia (5 kejadian lawan 1 kejadian; P=0,01). Tidak
terdapat perbedaan antara kedua kelompok untuk dilakukannya operasi
tambahan pada kelopak mata (P=0,30).

Kesimpulan: Meskipun hamper semua pasien lansia mengalami


perbaikan gejala setelah dilakukannya dacryocystorhinostomy, tetapi jumlahnya
masih lebih rendah dibandingkan dengan pasein yang berusia lebih muda.
Resiko komplikasi yang umum sama pada kedua kelompok. Resiko komplikasi
yang serius lebih tinggi pada kelompok pasien lansia.

Obstruksi duktus nasolakrimalis penelitian telah memaparkan bahwa


yang didapat (NLDO) merupakan peningkatan usia merupakan faktor
salah satu penyebab paling sering resiko independen komplikasi
pada epifora yang dialami pada perioperatif dan postoperatif.
pasien lansia. Terapi definitif Peningkatan resiko operasi
NLDO yaitu didapatkan pada pasien lansia utnuk
dacryocystorhinostomy , mempunyai prosedur operasi yang kompleks
tingkat keberhasilan sebesar 80% - maupun pada prosedur yang lebih
100% jika dilakukan secara sederhana (contoh: operasi katarak).
eksternal maupun dengan teknik
endoskopi. Tingkat komplikasi World Health Organization
berkisar dari 1% - 6% dengan (WHO) menetapkan bahwa usia
komplikasi tersering berupa lansia dimulai dari 65 tahun atau
perdarahan, erosi punktal, lebih. Selama setengah abad, jumlah
pendarahan retrobulbar, dan populasi yang berusia lebih dari 65
emfisema subkutan atau orbital. tahun meningkat 3 kali lipat di
seluruh dunia. Populasi ini terdiri
Banyak faktor yang dapat dari usia 85 tahun dan lebih di
meningkatkan resiko operasi pada proyeksikan mulai dari 5,9 juta
pasien lansia, seperti penolakan menjadi 18.2 juta saat 2060
fungsional, penurunan kapasitas mendatang, mencapai 4,3$ dari total
cadangan, polifarmasi, dan keadaan populasi. Karena prosedur operasi
komorbid medis. Beberapa paling banyak dilakukan pada pasien
lansia, diperlukan adanya data untuk mencerminkan usia yang ekstrim. Di
menilai efikasi dan keamanan dalam artikel ini , peneliti
operasi untuk kelompok usia ini. mendeskripsikan hasil akhir dari
Dengan adanya peningkatan angka dacryocystorhinostomy pada pasien
harapan hidup dan peningkatan usia yang berusia 80 tahun atau lebih
yang menjalani prosedur usia, batas dibandingkan dengan usia yang
usia 65 tahun dianggap tidak lebih muda.

Metode

Setelah mendapatkan ijin dari dilakukannya pemeriksaan. Tujuan


komite etika, peneliti melakukan akhir sekunder merupakan patensi
studi kohort retrospektif pada semua anatomis yang dipastikan oleh
pasien yang berusia 80 tahun atau irigasi lakrimal setelah dilakukannya
lebih yang pernah menjalani dacryocystorhinostomy , tingkat
dacryocystorhinostomy di kejaadian yang merugikan, dan
Departemen Oftalmologi, Mayo kembali ke ruang operasi dalam
Clinic, antara tanggal 1 Januari kurun waktu 30 hari setelah tindakan
1990, dan 31 Desember 2010. operasi inisial. Tingkat kejadian
Pasien di eksklusi jika sebelumnya komplikasi yang serius juga telah
sudah pernah mejalankan operasi dievaluasi; terdiri dari kematian,
karena mata berair diusia yang lebih kehilangan penglihatan, pendarahan
muda (dibawah usia 80 tahun), atau yang membutuhkan penanganan
belum pernah diperiksa oleh segera, dan tingkat kejadian yang
Departemen Oftalmologi. Kelompok merugikan dan mengharuskan
kontrol terdiri dari pasien yang pasien untuk dirawat kembali di
berusia 40-79 tahun yang telah rumah sakit dengan berbagai macam
menjalani dacryocystorhinostomy alasan dalam waktu 1 bulan setelah
yang dilakukan oleh operator yang operasi dilakukan. T test 2-sampel
sama dalam kurun waktu 12 bulan digunakan untuk membandingkan
dengan kelompok lansia yang variable yang bersifat kontinu, uji
dipasangkan dengan kelompok usia Chi-square digunakan untuk
ini sebagai kontrol untuk perubahan perbandingan kategorikal. Untuk
yang secara potensial tejadi pada perbandingan pasien yang telah
teknik operasi selama ini. Untuk menjalani prosedur multipel,
meningkatkan power studi ini, 2 digunakan perhitungan secara umum
responden kontrol dipasangkan untuk mengontrol variable
untuk tiap responden lansia. nonindependen.
Tujuan akhir primer adalah
adanya perbaikan gejala berupa Hasil
perbaikan secara keseluruhan
maupun parsial saat terakhir kali
Didapatkan sebanyak 32 pasien yang di setiap kelompok, 5% pasien lansia
berusia 80 tahun atau lebih yang dan 15% pasien yang berusia lebih
masuk kriteria inklusi untuk muda mengalami epifora dan
penelitiaan kelompok. Rerata usia dakriosistitis. Secara statistika,
pasien yang menjalani prosedur pasien lansia lebih cenderung
operasi adalah 83.89.2 tahun. membutuhkan pengobatan karena
Pasien yang telah menjalani operasi penyakit komorbid yang diderita
bilateral sejumlah 10 pasien, dengan (sebanyak 48% dibandingkan
total 42 tindakan dengan yang usia yang lebih muda
dacryocystorhinostomy pada sejumlah 21%, P=0.01). kondisi-
kelompok yan diteliti. Semua kondisi tersebut berupa ektropion,
operasi yang dilakukan kelemahan kelopak mata,
menggunakan teknik eksternal konjungtiovokhalasis, blefaritis,
dacryocystorhinostomy. Enam puluh trikiasis, eversi punktum, stenosis
tiga pasien kontrol (2 pasien kontrol punktal, lagoftalmus, disfungsi
untuk tiap pasien yang diteliti, tetapi kelenjar meibom.
1 pasien kontrol tidak dapat Perbaikan gejala setelah
diidentifikasi) dengan rerata usia dilakukannya
pada saat dioperasi 63.211.6 tahun. dacryocystorhinostomy terjadi pada
Sepuluh pasien yang telah menjalani pasien lansia sebanyak 64% dan
operasi bilateral dengan total 73 86% pada pasien yang berusia lebih
tindakan dacryocystorhinostomy muda (P=0.02). Diantara pasien
pada kelompok kontrol. Kedua yang mengalami penyakit komorbid
kelompok ini terdiri dari sekitar 75% pada kelopak mata dan akhirnya
wanita dan 25% pria. Karakeristik mengalami perbaikan gejala,
pasien dapat dilihat pada Tabel 1. didapatkan sebanyak 93% pada
Kelompok lansia menjalani pasien kelompok kontrol
perawatan dengan gejala pasca dibandingkan dengan pasien
operasi yang lebih lama kelompok studi (pasien lansia) yang
dibandingkan dengan kelompok berjumlah 60% (P=0.05). tidak ada
kontrol (783 hari vs 557 hari), tetapi perbedaan antara kedua kelompok
ha ini tidak cukup signifikan secara pada tingkat kejadian dilakukannya
statistic (P=0.22). Gejala utama operasi kelopak mata. Patensi
berupa epifora dialami oleh 74% anatomi yang didokumentasikan
pasien lansia dan 72% pasien yang hanya ditemukan sangat sedikit di
lebih muda. Dakriosistitis dalam resume medis pasien (20%
merupakan salah satu gejala primer pada kelompok usia yang lebih
yang lebih sering muncul pada muda dan 40% pada pasien lansia).
pasien lansia (21%) dibandingkan Tidak ada perbedaan secara
pada pasien yang berusia lebih muda signifikan pada kedua kelompok
(13%), meskipun perbedaan ini tidak studi (P=0.72).
secara statistik tidak signifikan Tidak didapatkan adanya
(P=0.09). Pasien yang masih tersisa perbedaan antara kedua kelompok
pada komplikasi pascaoperasi ruang gawat darurat karena dislokasi
seperti; protrusi stent silicon, infeksi pinggul yang membutuhkan
sekuder seperti kanalikulitis, tindakan reduksi. Pasien yang
perpanjangan pengawasan pasca mengalami perdarahan dan
anesthesia, erosi punktal, perdarahan membutuhkan embolisasi arteri
persisten, mata kering, formasi sedang mengonsumsi warfarin dan
granuloma piogenik, sinusitis, colitis menggunakan bridge therapy
yang disebabkan karena antibiotik, dengan heparin karena akan
selulitis preseptal, adherensi punktal, dilakukannya tindakan
sinkop, dan retensi urin. Antiobiotik dacryocystorhinostomy, melanjutkan
diresepkan sebelum dilakukannya penggunaan warfarin.
tindakan operasi hanya kepada INR dari tindakan embolisasi yaitu
pasien yang menderita dakriosistitis. 1,6. Pasien yang sinkop mengalami
Semua pasien yang mengalami penurunan kesadaran saat
perdarahan yang berkepanjangan menggunakan tetes mata 3 hari
karena mengonsumsi warfarin atau setelah dilakukannuya
aspirin. Prevalensi komplikasi yang dacryocystorhinostomy. Kejadian
akan dialami sebesar 32% pada merugikan yang hanya terjadi pada
pasien lansia, dan sebesar 33% pada pasien yang berusia lebih muda
pasien kontrol. hanya kembali dirawat di rumah
Kejadian merugikan yang sakit setelah 1 minggu lalu
serius yang teridiri dari infeksi dilakukan tindakan operasi karena
miokardial, perdarahan karena epistaksis yang membutuhkan
intervensi saat tindakan operasi, tamponade , tetqpi tidak
dirawat selama 1 bulan di rumah memerlukan intervensi surgikal.
sakit dan kematin. Terdapat Pasien tersebut pernah mengonsumsi
prevalensi yang lebih tinggi pada aspirin. Hanya 1 pasien dari
pasien lansia dibandingkan dengan kelompok kontrol yang kembali
pasien yang berusia lebih muda untuk dilakukannya tindakan operasi
(15% vs 2%; P=0.01). Lima setelah 1 bulan menjalani operasi
kejadian merugikan yang serius sebelumnya. Tindakan ini dilakukan
telah didokumentasikan dan untuk mengeksisi lesi yan telah di
termasuk tiap 1 orang pasien biopsy saat dacryocystorhinostomy
mengalami stroke 25 hari setelah dulu, yang mana hasil biopsinya
menjalani operasi. Infark miokardial adalah lentigo maligna melanoma.
2 hari setelah operasi, dirawat Tidak ada pasien dari kedua
dirumah sakit 3 hari setelah kelompok yang membutuhkan
dilakukan operasi karena mengalami tindakan operasi karena perdarahan
sinkop dan pengawasan lebih lanjut, atau luka infeksi yang terjadi dalam
perdaraha yang terjadi setelah kurun waktu 30 hari setelah tindakan
operasi yang membutuhkan operasi dacryocystorhinostomy
embolisasi arteri dengan inisial.
neuroradiology, dan kunjungan ke
Pembahasan efektivitas dacryocystorhinostomy
pada populasi pasien yang berusia
80 tahun dan lebih.
Pada penelitian ini, peneliti telah
mengevaluasi tingat keamanan dan

Dibandingkan dengan kelompok penelitian ini disetujui, dan tidak ada


kontrol, pasien lansia lebih kecil perbedaan pada kedua kelompok.
kemungkinan untuk mengalami Dari semua pasien yang mempunyai
perbaikan gejala lebih cepat setelah keadaan komorbid pada kelopak
dacryocystorhinostomy. Populasi mata, pasien kontrol mengalami
lansia cenderung untuk memiliki perbaikan gejala yang signifikan
berbagai macam kondisi dan bukan setelah dilakukannya operasi
NLDO sederhana yang mengarah ke dibandingkan dengan pasien lansia.
penyebab non-surgikal dengan Penjelasan lain untuk rendahnya
gejala yang persisten. Di dalam tingkat kesuksesan operasi pada
penelitian ini, pasien lansia lebih pasien lansia adalah pada kelompok
cenderung untuk mengalami kondisi usia ini empunyai penyakit yang
komorbid pada kelopak mata, dan lebih berat dibandingkan dengan
banyaknya mekanisme multifactorial kelompok kontrol.
yang menyebabkan gejala-gejala Komplikasi yang paling
yang dialami oleh pasien lansia. sering terjadi saat pasca operasi,
Keadaan ini dikarenakan perubahan dialami ole kedua kelompok studi.
yang disebabkan oleh usia seperti Prevalensi komplikasi yang
kelemahan kelopak mata dan mata didapatkan pada kedua kelompok
karing dengan refleks lakrimasi. penelitian ini lebih tinggi
Operasi pada kelopak mata di dalam dibandingkan dengan yang
dilaporkan pada beberapa literature. sebagai kovarian. Sebagai contoh,
Hal ini dapat terjadi karena peneliti pada penelitian yang berbasis
mengklasifikasikan sejumlah populasi pasien yang mendapatkan
komplikasi yang sering terjadi tetapi pengobatan mulai tahun 1979
tidak pernah dipaparkan di dalam sampai 2000, rerata usianya adalah
literature lain seperti; sinkop, 59.522 tahun dengan tingkat
retensio urin, dan perdarahan kesuksesan dacryocystorhinostomy
persisten setelah operasi. 94%.
Prevalensi komplikasi yang Penelitian yang paling terbaru
serius lebih tinggi didapatkan pada menunjukkan bahwa pasien yang
puplasi lansia. Meskipun semua menjalani dacryocystorhinostomy
komplikasi serius terjadi setelah 1 dari tahun 2009 sampai dengan 2011
bulan tindakan dengan rerata usia 64.129.7 tahun,
dacryocystorhinostomy dilakukan, dengan 82,8$ pasien mengalami
hanya satu insiden perdarahan pada perbaikan gejala. Pada penelitian ini
setiap kelompok studi yang pasien yang berusia 80 tahun atau
berhubungan dengan tindakan lebih menunjukkan tingkat
dacryocystorhinostomy. Semua kesuksesan yang lebih rendah secara
pasien yang mengalami komplikasi signifikan pada tindakan
serius pernah menjalani operasi dacryocystorhinostomy (64%)
dengan general anesthesia. Dislokasi diandingkan dengan tingkat
pinggul sebagian besar bukan kesuksesan 80& sampai 100% yang
disebabkan karena dilaporkan oleh penelitian
dacryocystorhinostomy atau sebelumnya.
anesthesia karena kejadian ini telah Penelitian ini memiliki
terjadi 29 hari setelah dilakukannya beberapa keterbatasan. Yang
operasi. Saat pasien sedang pertama adalah, penelitian ini
membungkuk, dan merupakan merupakan desain retrospektif yang
dislokasi yang terjadi ketiga kalinya. bergantung pada keakuratan dan
Penelitian sebelumnya telah kelengkapan resume medis.
memeriksa hasil akhir operasi
mengalami peningkatan komplikasi Referensi
medis dan mortalitas pada pasien
lansia. .LeongSC,MacewenCJ,WhitePS.A
Pasien lansia yang menjalani systematicreviewofoutcomesafter
dacryocystorhinostomy mempunyai dacryocystorhinostomyinadults.AmJ
tingkat keberhasilan yang lebih RhinolAllergy.2010;24:8190.
rendah pada penelitian kami dan
2.WoogJJ,KennedyRH,CusterPL,etal.
dibandingkan dengan penelitian lain. Endonasaldacryocystorhinostomy.A
Penelitian lain telah memeriksa reportbytheAmericanAcademyof
adanya tingkat kesuskesan setelah Ophthalmology.Ophthalmology.
tindakan dacryocystorhinostomy 2001;108:23692377.
tanpa mempertimbangkan usia
3.FayersT,LaverdeT,TayE,OlverJM. estimatesand2012nationalprojections.
Lacrimalsurgerysuccessafterexternal https://www.census.gov/newsroom/re
dacryocystorhinostomy:functionaland leases/archives/population/cb12243.html
anatomicalresultsusingstrictoutcome AccessedNovember30,2016.
criteria.OphthalPlastReconstrSurg.
2009;25:472475. 12 .RoseGE.Thelacrimalparadox:
towardagreaterunderstandingof
4.ErginaPL,GoldSL,MeakinsJL. successinlacrimalsurgery.
Perioperativecareoftheelderlypatient. OphthalPlastReconstrSurg.
WorldJSurg.1993;17:192198. 2004;21:166167.

5.BettelliG.Preoperativeevaluationin 13. AlnawaisehM,MihailovicN,


geriatricsurgery:comorbidity,functional WienekeAC,etal.Longterm
statusandpharmacologicalhistory. outcomesofexternal
MinervaAnestesiol.2011;77:637646. dacryocystorhinostomyintheage
oftranscanalicular
6.StoryDA.Postoperativecomplications microendoscopictechniques.J
inelderlypatientsandtheirsignificance Ophthalmol.2016;2016:5918457.
forlongtermprognosis.CurrOpinAnaes
thesiol.2008;21:375379. 14.BesharatiMR,RastegarA.
Resultsandcomplicationsof
7. HamelMB,HendersonWG,KhuriSF, externaldacryocystorhinostomy
DaleyJ.Surgicaloutcomesforpatients surgeryatateachinghospitalin
aged80andolder:morbidityandmor Iran.SaudiMedJ.2005;26:1940
talityfrommajornoncardiacsurgery.J 1944.
AmGeriatrSoc.2005;53:424429.
15.WoogJJ.Theincidenceof
8. TurrentineFE,WangH,SimpsonVB, symptomaticacquiredlacrimal
JonesRS.Surgicalriskfactors,morbidity, outflowobstructionamong
andmortalityinelderlypatients.JAm residentsofOlmstedCounty,
CollSurg.2006;203:865877. Minnesota,1976e2000(An
AmericanOphthalmologicalSo
9. GreenbergPB,LiuJ,WuWC,etal. cietythesis).TransAm
Predictorsofmortalitywithin90daysof OphthalmolSoc.2007;105:649
cataractsurgery.Ophthalmology. 666.
2010;117:18941899. 16.SinghS,BajorekB.Defining
elderlyinclinicalpractice
10. WorldHealthOrganization.Definitionof
guidelinesforpharmacotherapy.
anolderorelderlyperson.
PharmPract(Granada).
http://www.who.int/healthinfo/survey/agei
2014;12:489.
ngdefnolder/en/.AccessedMay28,2016.

11. U.S.CensusBureau.2012Population

Anda mungkin juga menyukai