Anda di halaman 1dari 15

TUGAS FARMASETIKA

JURNAL INTERAKSI OBAT

NAMA: Fieky Setiawan


NIM : 050112A029

PRODI FARMASI
STIKES NGUDI WALUYO UNGARAN
2016
Interaksi Pada Obat Antimikroba
BAB I
PENDAHULUAN

Interaksi obat atau lebih dikenal dengan istilah drug interaction,


merupakan interaksi yang terjadi antar obat yang dikonsumsi secara bersamaan.
Interaksi obat dapat menghasilkan efek baik terhadap pasien, namun tidak jarang
menghasilkan efek buruk, sehingga hal ini merupakan salah satu penyebab
terbanyak terjadinya kesalahan pengobatan. Secara umum, kesalahan pengobatan
akibat interaksi obat ini jarang terungkap akibat kurangnya pengetahuan kita, baik
dokter, apoteker, apalagi pasien tentang hal ini.
Jika terjadi kegagalan pengobatan pada pasien, hal ini sangat jarang
dikaitkan dengan interaksi obat. Padahal kemungkinan terjadinya interaksi obat
ini cukup besar, terutama pada pasien yang mengonsumsi lebih dari 5 macam obat
pada saat yang bersamaan. Pada saat ini lebih dari 25 jenis obat baru dilempar ke
pasar setiap tahunnya. Dan tampaknya hamper mustahil jika seorang dokter atau
apoteker harus menghapalkan dan menguasai masalah interaksi obat dari sekian
ribu macam obat yang beredar saat ini.
Oleh karena itu, setiap pusat pengobatan modern seperti rumah sakit,
puskesmas, praktek dokter pribadi, dan apotek, sebaiknya atau bahkan seharusnya
memiliki akses paling tidak ke salah satu pusat data interaksi obat. Halini
bertujuan untuk menghindari terjadinya interaksi antar obat yang diberikan kepada
pasien dan rasionalisasi penggunaan obat dapat tercapai..
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

I. Interaksi obat
Satu di antara faktor-faktor yang dapat mengubah respon obat-obatan
adalah pemberian secara bersamaan dengan obat-obat lain. Seseorang
mengkonsumsi obat, tentunya bertujuan agar penyakit ataupun gejala penyakitnya
cepat hilang. Namun, tujuan yang hendak dicapai tidak selalu sesuai harapan,
bahkan terkadang justru memperberat penyakit yang diderita. Hal yang tidak
diinginkan itu bisa timbul, manakala seseorang mengonsumsi lebih dari satu
macam obat dalam waktu yang bersamaan atau dikenal dengan polifarmasi. Saling
berpengaruhnya macam-macam obat yang diminum, dikenal dengan interaksi
obat.
Interaksi obat didefinisikan oleh Committee for Proprietary Medicine
Product (CPMP) sebagai suatu keadaan bilamana suatu obat dipengaruhi oleh
penambahan obat lain dan menimbulkan pengaruh klinis. Biasanya, pengaruh ini
terlihat sebagai suatu efek samping, tetapi terkadang pula terjadi perubahan yang
menguntungkan. Obat yang mempengaruhi disebut dengan precipitant drug,
sedangkan obat yang dipengaruhi disebut sebagai object drug. Pada beberapa
kasus, interaksi ini terkadang dapat menimbulkan perubahan efek pada kedua
obat, sehingga obat mana yang mempengaruhi dan mana yang dipengaruhi,
menjadi tidak jelas. Diperkirakan, insidensi terjadinya interaksi obat sekira 7%
dari semua efek samping obat dan kematian akibat ini sekitar 4%. Hal ini dapat
dipengaruhi oleh beberapa faktor antara lain:
1. Kurangnya dokumentasi
2. Seringkali lolos dari pengamatan karena kurangnya pengetahuan para dokter
tentang mekanisme dan kemungkinan terjadinya interaksi obat, sehingga
interaksi obat berupa peningkatan toksisitas sering kali dianggap sebagai
reaksi idiosinkrinasi terhadap salah satu obat sedangkan interaksi berupa
penurunan efektivitas seringkali diduga akibat bertambahnya keparahan
penyakit.
3. Faktor keturunan, fungsi hati dan ginjal, usia (bayi dan lansia), ada atau
tidaknya suatu penyakit, jumlah obat yang digunakan dan juga faktor
sensitivitas penderita.
Interaksi antar obat dapat berakibat menguntungkan atau merugikan.
Interaksi yang menguntungkan antara lain:
(1) penisilin dengan probenisid ; probenesid akan menghambat sekresi penisilin
ditubuli ginjal sehngga meningkatkan kadarnya dalam plasma sehingga
meningkatkan efektivitasnya dalam terapi gonore
(2) Kombinasi obat antihipertensi ; meningkatkan efektivitas dan mengurangi
efek samping
(3) Kombinasi obat anti tuberculosis ; memperlambat timbulnya resistensi kuman
terhadap obat.

Interaksi obat dianggap penting secara klinik bila berakibat meningkatkan


toksisitas dan atau mengurangi efektivitas obat yang berinteraksi, terutama bila
menyangkut obat dengan batas keamanan yang sempit (indeks terapi rendah)
seperti glikosida jantung, antikoagulan dan obat-obat sitostatistika.
Dengan kemajuan teknologi dan pengalaman pemakaian obat-obatan, maka
interaksi obat makin banyak diketahui. Secara farmakologis, obat yang bertindak
sebagai precipitant drug mempunyai sifat sebagai berikut:
a. Obat yang terikat banyak oleh protein plasma, akan menggeser obat lain (object
drug) dari ikatan proteinnya. Contoh: Aspirin. Fenilbutazon dan golongan Sulfa.
b. Obat yang menghambat atau merangsang metabolisme obat lain. Contohnya:
* Perangsang metabolisme: fenitoin, karbamazepam, rifampisih, antipirin dan
griseofulvin.
* Penghambat metabolisme: alopurinol, simetidin, siklosporin, luminal,
ketokonazol, eritromisin, klaritromisin dan siprofloksasin.
c. Obat yang mempengaruhi renal clearance object drug. Contohnya: furosemid
(diuretik- peluruh kencing), dapat menghambat ekskresi gentamisin, sehingga
menimbulkan toksik.
Sedangkan object drug, biasanya merupakan obat yang mempunyai kurva dose
response yang curam. Obat-obat ini menimbulkan perubahan reaksi terapeutik
yang besar dengan perubahan dosis kecil. Kelainan yang ditimbulkan bisa
memperbesar efek terapinya. Juga bila dosis toksik suatu object drug, dekat
dengan dosis terapinya, maka mudah keracunan obat bila terjadi suatu interaksi.
Pada umumnya akan terjadi dua hal, yaitu pengurangan efek terapinya dan
terjadinya efek samping. Contoh obat dengan profil demikian seperti antibiotika
golongan aminoglikosida, antikoagulan, antikonvulsi dan obat-obat sitotoksik dan
imunosupresan, kontrasepsi oral serta obat-obat susunan syaraf pusat.
Secara matematis bila ada 2 atau lebih obat dikombinasi maka kemungkinan
tejadi interaksi adalah :
[1/2 n (n-1)] kali, n = jumlah obat

Tipe interaksi
Ada tiga jenis interaksi obat, yaitu interaksi farmasetis, farmakokinetik dan
farmakodinamik.

1.Interaksi farmasetis
Adalah interaksi fisiko-kimia yang terjadi pada saat obat
diformulasikan/disiapkan sebelum obat di gunakan oleh penderita. Misalnya
interaksi antara obat dan larutan infus IV yang dicampur bersamaan dapat
menyebabkan pecahnya emulsi atau terjadi pengendapan. Contoh lain : dua
obat yang dicampur pada larutan yang sama dapat terjadi reaksi kimia atau
terjadi pengendapan salah satu senyawa, atau terjadi pengkristalan salah satu
senyawa dll.
Bentuk interaksi:
a.Interaksi secara fisik
Misalnya :
-Terjadi perubahan kelarutan
-Terjadinya turun titik beku
b.Interaksi secara khemis
Misalnya :
Terjadinya reaksi satu dengan yang lain atau terhidrolisisnya suatu obat
selama dalam proses pembuatan ataupun selama dalam penyimpanan.

2. Interaksi farmakokinetik
Pada interaksi ini obat mengalami perubahan pada proses absorbsi,
distribusi, metabolisme dan ekskresi yang disebabkan karena adanya obat atau
senyawa lain. Hal ini umumnya diukur dariperubahan pada satu atau lebih
parameter farmakokinetik seperti konsentrasi serum maksimum, luas daerah
dibawah kurva, waktu, waktu paruh, jumlah total obat yang diekskresi melalui
urine, dan sebagainya.

Interaksi pada fase absorbsi.


Mekanisme yang dapat mengubah kecepatan absorbsi obat dalam saluran
pencernaan dipengaruhi oleh berbagai factor, antara lain: berubahnya kecepatan
aliran darah pada saluran pencernaan, berubahnya motilitas saluran pencernaan,
pH , kelarutan obat, metabolisme saluran pencernaan, system flora dan mukosa
saluran pencernaan atau terbentunya kompleks yang tidak larut.
a.Interaksi langsung
Interaksi secara fisik/kimiawi antar obat dalam saluran pencernaan sebelum
absorbsi dapat mengganggu proses absorbsi. Interaksi ini dapat dihindari
dengan cara obat yang berinteraksi diberikan dengan jarak waktu yang
berbeda (minimal 2 jam).
b.Perubahan pH cairan saluran pencernaan.
Cairan saluran cerna yang alkalis misalnya akibat antacid, akan meningkatkan
kelarutan obat yang bersifat asam yang sukar larut dalam cairan tersebut.
Contohnya aspirin. Dalam suasana alkalis,absorpsi per satuan luas area
absorpsi akan lebih lambat. Dengan demikian dipercepatnya disolusi aspirin
olh basa akan mempercepat absopsinya. Akan tetapi, suasana alkali pada
saluran pencernaan akan mengurangi kelarutan beberapa obat yang bersifat
basa seperti tetrasiklin.
c.Motilitas saluran pencernaan.
Usus halus merupakan tempat absorpsi yang utama untuk semua obat. Oleh
karena itu, makin cepat obat sampai ke usus halus maka akan semakin cepat
pula absorpssinya. Obat yang memperpendek waktu pengosongan lambung,
misalnya metoklorpropamid, akan mempercepat absorpsi obat lain yang
diberikan secara bersamaan. Sebaliknya, obat yang memperpanjang waktu
pengosongan lambung seperti antikolinergik akan memperlambat absorbsi
obatlain.
d. Perubahan flora usus.
Flora normal usus mempunyai fungsi antara lain:
- sintesa vitamin K dan merupakan sumber vitamin K
- memecah sulfasalazin menjadi bagian-bagian yang aktif
- tempat metabolisme sebagian obat misalnya levodopa
- hidrolisis glukoronid yang diekskresi oleh empedu sehingga terjadi
sirkulasi enterohepatik yang akan memperpanjang kerja obat seperti pil
KB
Pemberian antibakteri berspektrum luas saperti tetrasiklin,kloramfenikol dan
ampisilin akan mengubah flora normal usus sehingga akan meningkatkan
efektifitas anti koagulan oral yang diberikan secara bersama-sama,
mengurangi efektifitas sulfasalazin, meningkatkan bioavailabilitas levodopa
danmengurangi efektifitas kontrasepsi oral.
Interaksi pada fase distribusi
a. Interaksi dalam ikatan protein plasma.
Jenis ini sering kali membahayakan. Bila suatu obat dilepaskan dari ikatan
proteinnya oleh suatu precipitant drug, maka konsentrasi object drug akan
meningkat dan dapat menimbulkan efek toksik.
Beberapa sifat obat yang akan menyebabkan terjadinya interaksi ini antara lain :
1. Mempunyai ikatan yang kuat dengan protein plasma dan volume distribusi
yang kecil
2. Mempunyai batas keamanan yang sempit, sehingga dapat meningkatkan kadar
obat bebas
3. efek toksik yang serius sebelum kompensasi erjadimisalnya terjadinya
pendarahan pada antikoagulan oral atau hipoglikemia pada antidiabetik oral
4. eliminasinya mengalami kejenuhanseperti fenitoin , sehingga peningkatan
kadar obat bebas tidak disertai dengan peningkatan kecepatan eliminasinya.

b. Interaksi dalam ikatan jaringan


Kompetisi untuk ikatan dalam jaringan terjadi misalnya antara digoksin dan
kuinidin yang akan mengakibatkan terjadinya peningkatan kadar plasma digoksin.

Interaksi pada fase metabolisme


Hal ini dapat terjadi bila metabolisme object drug dirangsang atau dihambat
oleh precipitant drug. Perangsang dan penghambat enzim metabolisme sudah
lama dikenal. Perangsangan atau induction ini terjadi karena retikulum
endoplasmik di hepatosit dan sitokrom P 450 yang merupakan enzim metabolik
obat bertambah. Hasil induksi ini mengakibatkan metabolisme obat kian aktif dan
konsentrasi plasma object drug berkurang, sehingga efektivitasnya menurun.
Contah. Pemberian rifampisin pada akseptor kontrasepsi oral dapat meyebabkan
terjadinya kehamilan.
Interaksi pada fase ekskresi
Kompetisi pada sekresi tubulus ginjal adalah mekanisme yang penting
dalam interaksi ini.
Contoh :
Probenecid menginhibisi sekresi tubular penisilin, sehingga dapat meningkatkan
dan memperlama efek, Sehingga interaksi ini relatif menguntungkan
Efek yang sama dapat meningkatkan toksisitas kloroquin pada mata pada enderita
yg menggunaka probenecid.

3.Interaksi farmakodinamik
Merupakan interaksi di tempat kerja obat. Jenis ini banyak sekali dan dapat
terjadi dengan banyak obat. Dua atau lebih obat dapat berinteraksi di tempat yang
sama atau di tempat yang berlainan. Hasilnya bisa merupakan antagonistik (saling
meniadakan) ataupun sinergistik (saling memperkuat). Misalnya interaksi
antagonistik antara morfin dengan nalokson pada sebuah reseptor, ataupun
interaksi sinergistik antara antibiotika gentamisin dengan suksinilkolin, bisa
menimbulkan depolarisasi di otot lurik yang lebih besar sehingga bisa
menimbulkan kelumpuhan otot muskuler yang lebih lama.
Pada interaksi farmakodinamika precipitant drug mempengaruhi efek dari
object drug pada tempat aksi, baik secara langsung maupun tak langsung.

1.Interaksi farmakodinamika secara langsung


Terjadi jika dua obat yang memiliki aksi ditempat yg sama (antagonis atau
sinergis) atau memiliki aksi pada dua tempat yang berbeda yang hasil akhirnya
sama.
Antagonis pada tempat yg sama terjadi misalnya:
a. penurunan efek opiat dengan naloxon
b. penurunan aksi walfarin oleh vit. K
c. penurunan aksi obat-obat hipnotik oleh caffeine.
d. penurunan aksi obat-obat hipoglikemik oleh glucocorticoids.
Sinergis pada tempat yg sama :
Anti hipertensi dan obat-obat yang menyebabkan hipotensi misalnya anti angina,
vasodilator.

2. Interaksi farmakodinamika secara tak langsung


Pada interaksi ini, farmakologik, terapeutik, atau efek toksik dari precipitant
drug dalam beberapa kesempatan dapat mengubah efekterapi atau efek toksik dari
objek drug, tetapi terdapat 2 efek yang tidak berkaitan dan tidak berinteraksi
secara mandiri (langsung)
Walfarin dan antikoagulan lain mungkin terlibat interaksi tidak langsung dengan 3
cara :
a.Agregasi platelet
Beberapa obat dapat menurunkan daya agregasi dari platelet, misalnya salisilat,
dipiridamol, asam mefenamat, fenilbutazon, dan obat-obat NSAID.

b.Ulcerasi GI
Jika sebuah obat menyebabkan ulcerasi GI, maka akan menyebabkan
kemungkinan terjadi pendarahan pada penderita karena pemberian antikoagulan,
misalnya aspirin, fenilbutazon, indometasin, dan NSAID lain

c.Fibrinolisis
Obat-obat fibrinolitik misalnya biguanid mungkin meningkatkan efek walfarin.

4. Interaksi lain-lain
Interaksi antar mikroba.
Pada meningitis yang disebabkan oleh pneumokokus yang sensitif terhadap
ampisilin, pemberian ampisilin bersama-sama dengan kloramfenikol akan
menyebabkan antagonisme.
Dengan adanya risiko interaksi obat ini, maka sudah seyogianya para tenaga
medis (dokter, apoteker, perawat), untuk lebih hati-hati lagi dalam memberikan
obat polifarmasi. Kini sudah ratusan bahkan mungkin ribuan kasus interaksi obat
ini sudah didokumentasikan untuk kepentingan terapi. Sebagai contoh kita bisa
lihat bagaimana interaksi obat bisa terjadi pada proses penyembuhan penyakit
jerawat (Acne vulgaris), Jika penderita tidak tepat dalam mengonsusmsi obat yang
bervariasi, maka bukannya jerawata akan sembuh tetapi karena interaksi obat ,
proses penyembuhan bisa semakin lama, Bahkan timbul masalah lain terhadap
kulit.

II. Antimikroba
Antimikroba adalah obat-obat yang digunakan untuk memberantas infeksi
mikroba pada manusia. Antibiotik adalah senyawa kimia yang dihasilkan oleh
mikroorganisme yang dapat membunuh atau menghambat perkembangan bakteri
dan organisme lain.
Antimikroba dapat bersifat :
1.Bakteriostatik, yaitu menghambat atau menghentikan laju pertumbuhan
bakteri. Contoh : Tetrasiklin, kloramfenikol, eritrosin
2.Bakterisid, yaitu bersifat membunuh bakteri. Contoh : Penisilin,
sefalosforin, gentamisin
Antimikroba mempunyai 5 mekanisme kerja yang utama, yaitu:
1.Antimetabolit
Antimikroba bekerja memblok tahap metabolic spesifik mikroba.
Termasuk dalam hal ini adalah sulfonamide dan trimetrofin. Sulfonamida
akan menghambat pertumbuhan sel dengan cara menghambat sintesa asam
folat oleh bakteri. Sulfonamid bebas secara struktur mirip dengan asam
folat, para amino asam benzoat (PABA), dan bekerja sebagai penghambat
kompetitif untuk enzim-enzim yang mempersatukan PABA dan sebagian
pteridin menjadi asam dihidropteroat. Trimetropim secara struktur mirip
pteridin yang dihidrolisis oleh enzim dihidrofolat reduktase dan bekerja
sebagai penghambat kompetitif enzim tersebut yang dapat mengurangi
dihidrofolat menjadi tetrahidrofolat
2.Menghambat Sintesis dinding sel. Contoh : Penisilin, sefalosforin,
vankomisin
3.Menghambat fungsi membrane sel. Disini antimikroba bekerja secara
langsung pada membrane sel yang akan mempengaruhi permiabilitas dan
menyebabkan keluarnya senyawaintraseluler bakteri. Contoh : Polimiksin
4.Menghambat sintesis protein.
Antimikroba mempengaruhi fungsi ribosom bakteri yang menyebabkan
sintesis protein dihambat. Dalam hal ini antibiotic dapat berinteraksi dengan
ribosom 30s, termasuk :aminoglikosida, tetrasiklin dan spektinomisin atau
berinteraksi dengan ribosom 50s, misalnya pada kloramfenikol dan eritromisin
5. Menghambat asam nukleat. Contohnya : rifampisin akan menmgikat dan
menghambat DNA-dependent RNA polymerase yang ada pada bakteri,
kuinolon akan menghambat DNA girase.

Penggolongan antimikroba.
Antimikroba dapat digolongkan berdasarkan strukturnya, yaitu :
1.Antibiotik golongan beta laktam. Contohnya : penisilin dan sefalosforin
2.Antibiotik golongan Aminoglikosida. Contohnya : Neomisin, vankomisin,
kanamisin
3.Antibiotik golongan tetrasiklin.
4.Antibiotik golongan makrolida. Contohnya : eritromisin
5.Sulfonamida. Contohnya : sulfadiazin, sulfametoksazol
6.Antibiotik golongan kuinolon. Contohnya : flouroquinolon, siprofloksasin
7.Antijamur. Contohnya : Amfoterisin B, griseofulvin, ketokonazol
Kombinasi Obat-obat Antimikroba.
Pengobatan dengan bermacam-macam antimikroba dapat diindikasikan pada
keadaan klinik sebagai berikut :
1.Dalam keadaan darurat, misalnya : meningitis
2.Untuk menunda timbulnya resistensi, misalnya antibiotik untuk pengobatan
TBC
3.Untuk mendapatkan efek sinergis, misalnya beta laktam ditambah
aminoglikosida pada infeksi Pseudomonas aeroginosa
4.Pada infeksi campuran, misalnya bakteri dan jamur.
BAB III
PEMBAHASAN
1.Interaksi Farmasetik
Interaksi farmasetik yang penting adalah interaksi antar obat dan interaksi
antara obat suntik dengan cairan infus

Obat A Obat B Interaksi


Gentamisin Karbenisilin Inaktivasi gentamisin
Penisilin G Vitamin C Inaktivasi penisilin
Amfoterisin B Infus NaCl Terjadi endapan

Keterangan : Obat A = Objec drug


Obat B = Presipitan drug
2.Interaksi Farmakokinetik
I. Absorpsi

Obat A Obat B Interaksi


a. Interaksi langsung
2+
Tetrasiklin Katin multivalent (Ca , Terbentuk kelat yang tidak
2+ 3+
Mg , Al dalam antasi, diabsorpsi jumlah
2+ 2+ 2+
Ca dalam susu, Fe absorpsi tetrasiklin dan Fe
dalam sediaan besi menurun
Linkomisin Kaolin-pektat Linkomisin diserap oleh
kaolin sehingga absorpsi
berkurang
Rifampisin Bentonit Rifampisin akan diserap oleh
bentonit sehingga absorpsi
berkurang
b. Perubahan pH cairan saluran pencernaan
Tetrasiklin NaHCO3 Kelarutan tetrasiklin akan
berkurang sehingga jumlah
absorpsinya berkurang
Penisilin G Antasida Kelarutan tetrasiklin akan
Eritromisin berkurang sehingga jumlah
absorpsinya berkurang
c. Perubahan waktu pengosongan lambung dan transit usus
Isoniazid Gel Al(OH)3 Al(OH)3 akan
memperpanjang waktu
pengosongan lambung,
II. Metabolisme
Sehingga bioavailabilita sisoniazid berkurang

II. Ekskresi

a. Ekskresi melalui emfedu dan sirkulasi enterohepatik


Obat A Obat B Interaksi
Rifampisin probenesid Probenesid akan mengurangi
ekskresi rifampisin melalui
empedu sehingga efek
rifampisin meningkat
Neomisin, Kontrasepsi oral Antibiotik akan menghambat
rifampisin sirkulasi enterohepatik obat
kontrasepsi oral sehingga
efek KB menurun
b. Sekresi tubuli ginjal
Penisilin, Probenesid Probenesid menghambat
dapson, PAS sekresi antibiotik sehingga
meningkatkan
efek/toksisitasnya.
Gentamisin Furosemid Furosemid menghambat

sekresi antibiotik sehingga


meningkatkan
efek/toksisitasnya.
Penisilin Fenilbutazon Fenilbutazon menghambat
sekresi antibiotik sehingga
meningkatkan
efek/toksisitasnya.

Anda mungkin juga menyukai