BAB 1
PENDAHULUAN
pasir ini juga menyebabkan perekonomian terus mengalami pertumbuhan hal ini
dibuktikan dengan banyaknya usaha mikro maupun makro yang berada di sekitar
wilayah dekat dengan galian seperti Pabrik Batako, Pabrik Semen, Pabrik Paving
Block, Pabrik Bata Ringan dan Pabrik Percetakan Beton.
Dalam rangka mendeskripsikan fenomena tersebut, diperlukan pengamatan
lapangan yang intensif terhadap adanya beberapa lokasi pabrik yang berada di
sekitar wilayah dekat dengan galian pasir. Interaksi antara Cisauk dengan Desa
Dangdang, perkembanganya didorong pula oleh faktor faktor lain yaitu2 :
1. Desa Dangdang terletak di Selatan Kecamatan Cisauk pada koridor selatan
Tangerang bagian Timur, sehingga memiliki jalan jalan regional yang
menghubungkan tiga Provinsi yaitu: Provinsi Banten, DKI Jakarta dan Jawa
Barat.
2. Wilayah Desa Dangdang relatif datar, sehingga kendala bagi pengembangan
kegiatan permukiman dan industri relatif besar.
3. Lahirnya kota mandiri Bumi Serpong Damai (BSD) yang merupakan salah satu
industri properti terbesar mengakibatkan perkembangan pesat pada sektor
properti, perdagangan dan jasa yang terletak di bagian utara Kecamatan
Cisauk.
4. Tingginya laju perkembangan kawasan terbangun yang banyak menggunakan
bahan galian golongan C memicu semain berkembangnya kawasan
penambangan bahan galian golongan C yaitu galian pasir di Desa Dangdang.
5. Banyaknya permintaan bahan material bangunan dari adanya pembangunan
Bumi Serpong Damai seperti Batako, Paving Block dan Beton menyebakan
tumbuhnya lokasi pabrikpabrik bersekala regional yang berorientasikan bahan
baku yaitu galian pasir di Desa Dangdang.
Namun demikian masih lebih banyak dampak negatif yang ditimbulkan
diantaranya adalah kerusakan lingkungan yang menyebabkan lubang-lubang besar
yang tidak tertutup akibat sudah tidak terpakainya lagi beberapa lokasi
penambangan tersebut. Kerusakan lingkungan di Desa Dangdang terjadi
dikarenakan cara penambangan yang dilakukan oleh beberapa pengelola
dilakukan secara vertikal dari atas ke bawah sehingga membuat daerah bekas
penambangan pasir menjdi rawan longsor. Kurang disipilinnya para pengelola
menjadi aktor di balik dari kerusakan lingkungan yang terjadi di Desa Dangdang.
Para pengelola juga tidak mengikuti aturan pertambangan akibatnya sering
membahayakan pihak pekerja maupun masyarakat sekitar, seperti yang sering
terjadi yaitu kecelakaan manusia sampai merenggut nayawa setiap tahunnya.
Sering juga terjadinya longsor akibat para pengelola yang tidak mematuhi
pembuatan kemiringan lereng pada dinding galian yang dibatasi maksimum 50%
dan dibuat secara terasering. Cara penambangan yang dilakukan oleh para buruh
di lapangan, juga tidak mengindahkan kaidah penambangan yang benar.3
Kecamatan Cisauk merupakan Pusat Pelayanan Kota dengan peruntukkan
industri dan permukiman berkepadatan tinggi4. Berlandaskan perundang-
undangan tersebut pada tahun 2011 pemerintah daerah menutup dan melarang
keras untuk beroperasinya kegiatan penambangan pasir ilegal tak terkecuali di
Desa Dangdang. Penutupan ini membuat masyarakat sekitar galian pasir khawatir
tidak nantinya mereka tidak memiliki pekerjaan serta penghasilan pasca
ditutupnya kegiatan penambangan pasir. Satu sisi lainnya, lubang bekas galian
pasir tersebut sebenarnya memiliki potensi untuk dimanfaatkan yang nantinya
akan dapat memeberikan dampak positif bagi masyarakat Desa Dangdang yang
sudah kehilangan pekerjaan pasca ditutupnya kegiatan penmbangan pasir.
Pemanfaatan yang dapat dilakukan di areal lahan bekas galian pasir adalah
sebagai pariwisata, sebagai sarana pembudidayaan, sebagai potensi air baku atau
sebagai tampungan air.
Berangkat dari pemikiran diatas dirasakan perlunya suatu studi pemanfaatan
bekas galian tambang di Desa Dandang agar dapat teroptimalkannya nilai lahan di
kawasan tersebut.
1.2 Rumusan Masalah
Lingkungan merupakan aspek terpenting di kehidupan manusia yang harus
kita jaga bersama kelestariannya. Dalam beberapa dasawarsa terakhir semakin
bertambah maraknya kerusakan lingkungan yang diakibatkan oleh manusia salah
satunya penggalian pasar secara ilegal di Desa Dangdang, Kecamatan Cisauk.
Terdapat 18 titik lokasi bekas penggalian pasir yang tidak terpakai lagi.
Kerusakan lingkungan di Desa Dangdang juga terjadi karena cara penambangan
yang dilakukan oleh beberapa pengelola dilakukan secara vertikal dari atas ke
bawah, sehingga membuat daerah bekas penambangan pasir menjadi rawan
longsor. Para pengelola juga tidak mengikuti aturan pertambangan yang akibatnya
membahayakan pihak pekerja maupun masyarakat sekitar.
Hingga saat ini lahan-lahan bekas galian terbengkalai dan tidak ada pihak
yang bertanggung jawab atas kejadian tersebut. Padahal lahan tersebut dapat
dimanfaatkan dan dioptimalkan sehingga meningkatkan nilai lahannya demi
mengembalikan perekonomian masyarakat sekitar.
Berdasarkan permasalahan diatas, pertanyaan penelitian yang ingin dijawab
melalui penelitian ini adalah strategi apa yang perlu dilakukan dalam rangka
mengoptimalkan nilai lahan bekas penggalian pasir di Desa Dandang,
Kecamatan Cisauk?.
5 http://www.antarabanten.com/berita/14931/galian-pasir-di-cisauk-
tangerang-ditutup (18 Februari 2011).
5
B. Galian/tambang
Bahan galian atau bahan tambang adalah unsur-unsur kimia, mineral, biji
dan segala macam batuan termasuk batuan-batuan mulia yang merupakan endapan
alam yang termasuk didalamnya ada bahan galian padat seperti emas, perak atau
bahan galian cair seperti minyak bumi dan bahan galian berupa gas alam yang
terdiri dari senyawa minyak termasuk juga dalam pengertian bahan galian atau
bahan tambang ini seperti gas bumi untuk pembakaran. Sisi lain yang penting
dalam perumusan bahan galian atau bahan tambang ini adalah keadaannya harus
masih dalam bentuk endapan alam atau letakan alam yang artinya dalam keadaan
belum ditangani oleh tangan manusia7.
Tahapan kegiatan penambangan menjadi hal yang sangat penting untuk
diketahui agar tidak salah dalam melakukan eksploitasi kekayaan sumber daya
alam kita. Tahapan-tahapan tersebut dapat dijabarkan sebagai berikut :
1. Pembabatan (Land Clearing)
Sebelum dilakukan penambangan maka terlebih dahulu dilakukan
pembersihan lahan terhadap pepohonan yang terdapat di lokasi yang kan
ditambang.
2. Pengupasan Tanah Penutup (Striping)
Pengupasan lapisan tanah penutup dilakukan secara bertahap mengikuti arah
penambangan.hasil galian tanah penutup ditumpuk di samping galian pasir
menggunakan pengeruk tanah.
3. Penggalian
Penggalian untuk mengangkut lapisan yang mengandung pasir adalah inti
pekerjaan penambangan dengan tujuan mengambil dan mengangkut pasir
yang berharga dan bernilai ekonomis.
ditentukan golongan bahan galian strategis. Bahan galian strategis dibagi menjadi
5. Nikel, kobal
6. Timah
Bahan galian vital merupakan bahan galian yang dapat menjamin hajat
hidup orang. Bahan galian vital ini disebut juga golongan bahan galian B. Bahan
Bahan-Bahan Galian).
Bahan galian yang tidak termasuk golongan strategis dan vital yaitu bahan
galian yang lazim disebut dengan galian C. Bahan galian ini dibagi menjadi
9. Granit, andesit, basal, trakhit, tanah liat, tanah pasir sepanjang tidak
1. Lahan mempunyai sidat tertentu yang berbeda dengan sumber daya yang
lain, meliputi :
b. Jumlah lahan terbatas dan tidak dapat bertambah kecuali melalui kegiatan
reklamasi.
c. Lahan secara fisik tidak dapat dipindahkan, sehingga lahan yang luas di
dalam memanfaatkan lahan pada suatu wilayah berdasarkan perilaku manusia itu
sendiri yang mempunyai arti dan nilai yang berbeda beda. Wujud pola
pemanfaatan lahan berupa pola spasial pemanfaatan ruang antara lain meliputi
berkaitan dengan 3 sistem, yaitu : sistem kegitan, sistem pengembangan lahan dan
sistem lingkungan10.
dan hewan, serta proses-proses dasar yang berkaitan dengan air, udara dan
material.
guna lahan ke guna lain. Karena luas lahan yang tidak berubah, maka penambahan
guna lahan tertentu akan berakibat pada berkurangnya guna lahan yang lain 12.
Pendapat lain menyebutkan bahwa konversi lahan secara umum menyangkut
tranformasi dalam pengalokasian sumber daya alam dari satu pengguna ke
pengguna lainnya13.
Perubahan pemanfaatan lahan dapat mengacu pada 2 hal yang berbeda,
yaitu pemanfaatan lahan sebelumnya atau rencana tata ruang14. Acuan perubahan
pada pemanfaatan sebelumnya adalah suatu pemanfaatan lahan atas lahan yang
berbeda dengan pemanfaatan lahan sebelumnya. Acuan untuk menentukan
perubahan adalah perbedaan jenis pemanfaatan lahan antara kegiatan awal yang
direncanakan dengan yang berkembang saat ini.
Berdasarkan dari pendapat pendapat diatas, maka definisi untuk
perubahan pemanfaatan lahan dari berbagai ahli bisa dijadikan acuan untuk
penulisan penelitian ini.
dimanfaatkan adalah kolong tua yang sudah berumur puluhan tahun seperti obyek
wisata Phak Khak Liang. Selain itu, lahan bekas tambang dimanfaatkan sebagai
lahan pertanian seperti kemiri sunan yang telah digalakkan oleh Pemerintah
Kabupaten Bangka Barat, tanaman kelapa sawit, akasia, karet, dan sengon yang
memanfaatkan hamparan pasir bekas galian tambang timah dengan proses
perbaikan fisik dan kimia tanah terlebih dahulu.
Sektor pariwisata dapat meningkatkan perekonomian masyarakat apabila
dikelola dengan baik dengan memanfaatkan potensi alam dan kebudayaan
masyarakat setempat. Potensi alam yang dimaksud baik berupa pantai,
pegunungan, flora dan fauna, serta potensi alam lainnya yang menjadi ciri khas
suatu wilayah, sedangkan potensi budaya berupa tradisi, adat istiadat, dan
kekayaan budaya wilayah setempat. Pengembangan wisata bekas tambang dapat
dilakukan dengan cara mengubah peninggalan aktivitas tambang yang ada
menjadi sumber daya pa-riwisata (Ballesteros & Ramrez 2007).
2. Metode
a. Metode Pengumpulan Data
Pengumpulan data dan informasi dilakukan dengan cara :
Studi literatur dan pengumpulan data sekunder
Data sekunder meliputi peta dasar dan peta tematik Kabupaten
Bangka, data kondisi sosial ekonomi masyarakat dan bahan pustaka
yang terkait.
Pengumpulan Data Primer
Data dan informasi primer diperoleh melalui survei lapangan untuk
mendapatkan gambaran yang jelas terhadap lokasi penelitian dan
wawancara secara mendalam dengan responden dengan panduan
kuesioner. Responden terdiri dari beberapa pihak, antara lain unsur
Pemerintah Provinsi Kepulauan Bangka Belitung (Bappeda, Dinas
Pariwisata dan kebudayaan, Dinas Pertambangan dan Energi),
Pemerintah Kab. Bangka (Bappeda, Dinas Kebudayaan dan Pariwisata
dan Dinas Pertambangan dan Energi), PT Timah (Persero) Tbk, unsur
LSM (Walhi), dan akademisi (P2Par ITB dan Universitas Bangka
Belitung/UBB).
16
3. Analisis Data
Penelitian ini menggunakan metode analisis SIG untuk mengidentifikasi dan
memetakan areal bekas tambang timah, analisis Skalogram untuk mengetahui
hirarki wilayah pengembangan, Analytical Hierarchy Process (AHP) untuk
menentukan jenis wisata prioritas yang dapat dikembangkan, serta AWOT untuk
merumuskan arahan dan strategi pengembangan areal bekas tambang timah
sebagai kawasan wisata di Kabupaten Bangka.
4. Hasil pembahasan
Hasil penelitian menunjukkan bahwa luas areal bekas tambang timah di
Kab. Bangka sebesar 18.016,76 hektar tersebar di enam kecamatan dan 30 desa.
Areal bekas tambang berada pada kawasan lindung seluas 538 ha (2,99%) dan
kawasan budidaya seluas 17.479 ha (97,01%). Terdapat tiga hirarki wilayah yang
dapat dikembangkan sebagai kawasan pariwisata dengan memanfaatkan areal
bekas tambang timah, yaitu hirarki 1 (4 desa), hirarki 2 (10 desa) dan hirarki 3 (16
desa). Menurut preferensi stakeholder terhadap prioritas jenis wisata yang dapat
dikembangkan pada areal bekas tambang timah adalah jenis wisata alam (rekreasi
air) yang diikuti dengan jenis wisata budaya (desa wisata) dan selanjutnya jenis
wisata buatan (eduwisata) sebagai pendukung kegiatan wisata.
Terdapat empat prioritas arahan pengembangan areal bekas tambang timah
dengan mempertimbangkan pola ruang RTRWK dan hirarki wilayah
pengembangan. Lima strategi utama yang dapat dilakukan oleh Pemerintah
Kabupaten Bangka sebagai pengambil kebijakan dalam pengembangan areal
bekas tambang timah sebagai kawasan pariwisata adalah (1) mengembangkan
mining tourism sebagai brand image wisata, (2) meningkatkan sarana dan
prasarana umum untuk mendukung kegiatan wisata, (3) memanfaatkan areal
bekas tambang untuk pengembangan mining tourism melalui CSR perus-ahaan
tambang, (4) mempermudah akses bagi investor dalam mengembangkan potensi
obyek wisata, dan (5) meningkatkan koordinasi antar stakeholders (pemerintah,
swasta dan masyarakat).
17
2. Metode Penelitian
Penelitian ini didasari oleh kerangka pemikiran sebagaimana tercantum pada
Gambar 3. Berakhirnya kegiatan pertambangan batubara di Kora Sawahlunto
sebagai prime mover pcrnbangunan daerah menimbulkan masalah pada
keberlanjutan pcngembangan wilayah, Untuk mcngantisipasi hal terscbut,
pemerintah kota dengan segenap stakeholders mencanangkan pengembangan areal
16 HM Papua A, Potensi Kawasan Bekas Tambnag Sebagai Objek
Wisata (Studi Kasus Kandi-Tanah Hitam Kota Sawahlunto), Tesis. IPB.
Bogor. 2008
18
bckas tambang sebagai objek wisata yang diharapkan menjadi salah satu sektor
pengerak pembangunan. Dalam rangka pengembangan kawasan bekas tambang
menjadi objek wisata perlu dilakukan identifikasi terhadap aspek surnbcrdaya
biofisik sena aspek ekonorni dan sosial budaya, Selain itu pcrlu dilakukan
identifikasi kondisi dan evaluasi terhadup objek wisata yang telah ada dengan
bantuan data sekunder serta hasil pengamatan lapangan. Selanjutnya untuk
rnengetahui dampak pengernbaugan pariwisata terhadap pengcmbangan wilayah
pcrlu ditinjau aspek fisik, ekonomi, sosial budaya dan pengaruhnya terhadap
masyarakat sebagai dasar untuk rnembuat arahan straregi pengembangan
pariwisata pada kawasan bekas tambang Kandi-Tanah Hitam.
Jenis dan Sumber Data
Data yang digunakan dalam penelitian ini bcrupa data primer dan data
sekunder. Data primer dipcrolch mclalui pengamatan lapang dan wawancara.
Unsur-unsur yang diamati meliputi aspek sumberdaya fisik (geologi, lereng,
tanah, hidrologi, dan infrastruktur), aspek daya tarik, kondisi fisik obyek wisata
(sarana prasarana penunjang, jalan, aksesibilitas) dan hubungan antar obyek
wisata. Wawancara dilakukan melalui penyebaran kuesioner kepada wisatawan
untuk mendapatkan persepsi tentang objek wisata yang ada. Data sekunder
bersumber dari beberapa dinas/instansi yang terkait (Bappeda, Dinas
Pertambangan, Industri dan Perdagangan, Dinas Kimpraswil, Kantor Pariwisata,
Seni dan Budaya, DPS, DPN, PT. HA-UPO dan pihak-pihak terkait lainnya). Data
sekunder tersebut terdiri dari foto udara Kota Sawahlunto tahun 2003 dan peta-
peta (Peta Administrasi, Peta Obyek Pariwisata, Peta Jaringan Jalan, Peta Sungai,
Peta Landuse, Pera Rcklamasi Lahan, Peta Geologi, Peta Lereng dan Peta
RTRW).
Analisis Data
Analisis dan interpretasi data biofisik, ekonomi dan sosial budaya dalam
penelitian ini di lakukan sccara deskriptif, Sementara itu untuk mengetahui
kondisi objek pariwisata saat ini, diukur melalui analisis kepuasan konsumen.
Analisis deskriptif juga digunakan untuk mengetahui dampak pengembangan
pariwisata terhadap pengembangan wilayah ditinjau dari aspek fisik, ekonomi,
sosial budaya dan masyarakat sekitar kawasan. Selanjutnya untuk membuat
19
3.
Kesimpulan
Berdasarkan hasil analisis dan pembahasan yang dilakukan serta dengan
mcmperhatikan kaitannya dengan tujuan penelitian maka dapat disimpulkan
sebagai berikut :
1. Secara biofisik, ekonomi, dan sosial budaya serta objek wisata yang
terbangun. maka kawasan bekas tambang Kandi-Tanah Hitam berpotensi
untuk pengembangan wisata.
2. Secara keseluruhan dapat dikatakan bahwa pengembangan pariwisata
pada kawasan bekas tambang Kandi-Tanah Hitam berdampak positif
terhadap konservasi dan pelestarian lingkungnn hidup di kawasan bekas
tambang, pcnciptaan lapangan kerja, peningkatan pendapatan masyarakat
sekitar kawasan dan turut membangun Pendapatan Asli Daerah (PAD)
Kota Sawahlunto, serta tidak ditemukan dampak negatif terhadap budaya
masyarakat sekitar kawasan.
20
Kota yang terletak di Negara Bagian Belanda bagian selatan ini merupakan
permukiman yang telah ada scjak zaman Romawi. dikenal sebagai kawasan
tambang batubara. Sejak tahun 1970 tambang batubsra telah ditutup, tetapi
batubara dikawasan itu telah mewariskan budaya industri yang telah
menumhuhkan industri kecil: tembikar, briket, batu api dan sebagainya.
4. Barnsley, South Yorkshie. England UK.
Kota yang menjadi pusat pertambangan batubara di abad ke-19 ini,
kemudian
menjadi pusat pendidikan tambang (mining college) dan pusat pemasaran
produk pertanian. Kegiatan tambang yang kemudian mewariskan
pendidikan
dan museum yang memang saling berkaitan tersebut juga di jurnpai di
Bochum, Wesphalia, Jerman (museum geologi dan penambangan) dan juga
di Walbrzych, Polandia (museum sejarah tambang barubara).