Anda di halaman 1dari 22

1

BAB 1
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Lingkungan merupakan aspek penting dalam kehidupan
yang saling mempengaruhi bagi objek disekitarnya. Manusia
adalah salah satu objek lingkungan yang menentukan baik dan
tidaknya suatu lingkungan tersebut. Manusia dalam pemanfaatan
lingkungan sering kali menyebabkan kondisi lingkungan dan
bahkan sekitar lingkungan terganggu akibat dari aktifitas
kegiatannya1. Pada dasawarsa terakhir ini banyak sekali kerusakan-kerusakan
lingkungan yang disebabkan oleh ulah manusia. Kegiatan ini pastinya
memberikan banyak sekali dampak negatif bahkan sampai dapat menimbulkan
bencana alam.
Salah satu contohnya adalah kegiatan penambangan pasir liar (ilegal) yang
terjadi terjadi di Desa Dangdang, Kecamatan Cisauk, Kabupaten Tangerang. Di
desa ini terdapat beberapa titik lokasi bekas galian pasir (tambang mineral) yang
saat ini telah ditutup dan tidak beroperasi lagi. Kegiatan ini bermula sejak awal
tahun 1980an, awalnya penambangan pasir hanya terjadi di dua desa yaitu, Desa
Sampora dan Desa Cibogo. Berkembang pesatnya kegiatan ini membuat Desa
Dangdang akhirnya memiliki kegiatan penambangan pasir pada pertengahan
tahun 1990an.
Motivasi masyarakat untuk melakukan penambangan ilegal dikarenakan
lahan di kawasan tersebut mengandung mineral yang dapat dijadikan sebagai
bahan material bangunan. Melihat potensi ini akhirnya terdapat perusahaan-
perusahaan swasta yang berminat untuk melakukan penambangan pasir secara
ilegal.
Keberadaan aktivitas galian pasir memberikan keuntungan kepada beberapa
pihak yaitu terbukanya lapangan usaha bagi masyarakat sekitar. Selain itu adanya
pengadaan fasilitas umum untuk kepentingan masyarakat di Desa Dangdang yang
disediakan oleh pihak pengelola untuk kepentingan aktifitas galian. Adanya galian

1 Yahya Fami Kajian Pemanfaatan Lahan Pasca Penambangan Pasir di


Jalan Mahir Mahar Kereng Bangkirai Palangka Raya Kalimantan
Tengah, Universitas Palangka Raya, 2014.
2

pasir ini juga menyebabkan perekonomian terus mengalami pertumbuhan hal ini
dibuktikan dengan banyaknya usaha mikro maupun makro yang berada di sekitar
wilayah dekat dengan galian seperti Pabrik Batako, Pabrik Semen, Pabrik Paving
Block, Pabrik Bata Ringan dan Pabrik Percetakan Beton.
Dalam rangka mendeskripsikan fenomena tersebut, diperlukan pengamatan
lapangan yang intensif terhadap adanya beberapa lokasi pabrik yang berada di
sekitar wilayah dekat dengan galian pasir. Interaksi antara Cisauk dengan Desa
Dangdang, perkembanganya didorong pula oleh faktor faktor lain yaitu2 :
1. Desa Dangdang terletak di Selatan Kecamatan Cisauk pada koridor selatan
Tangerang bagian Timur, sehingga memiliki jalan jalan regional yang
menghubungkan tiga Provinsi yaitu: Provinsi Banten, DKI Jakarta dan Jawa
Barat.
2. Wilayah Desa Dangdang relatif datar, sehingga kendala bagi pengembangan
kegiatan permukiman dan industri relatif besar.
3. Lahirnya kota mandiri Bumi Serpong Damai (BSD) yang merupakan salah satu
industri properti terbesar mengakibatkan perkembangan pesat pada sektor
properti, perdagangan dan jasa yang terletak di bagian utara Kecamatan
Cisauk.
4. Tingginya laju perkembangan kawasan terbangun yang banyak menggunakan
bahan galian golongan C memicu semain berkembangnya kawasan
penambangan bahan galian golongan C yaitu galian pasir di Desa Dangdang.
5. Banyaknya permintaan bahan material bangunan dari adanya pembangunan
Bumi Serpong Damai seperti Batako, Paving Block dan Beton menyebakan
tumbuhnya lokasi pabrikpabrik bersekala regional yang berorientasikan bahan
baku yaitu galian pasir di Desa Dangdang.
Namun demikian masih lebih banyak dampak negatif yang ditimbulkan
diantaranya adalah kerusakan lingkungan yang menyebabkan lubang-lubang besar
yang tidak tertutup akibat sudah tidak terpakainya lagi beberapa lokasi
penambangan tersebut. Kerusakan lingkungan di Desa Dangdang terjadi
dikarenakan cara penambangan yang dilakukan oleh beberapa pengelola
dilakukan secara vertikal dari atas ke bawah sehingga membuat daerah bekas
penambangan pasir menjdi rawan longsor. Kurang disipilinnya para pengelola

2 Situmorang C Eli, Studi Pengaruh Galian Pasir Terhadap Masyarakat


Desa Dangdang, Cisauk, ITI, Serpong, 2010
3

menjadi aktor di balik dari kerusakan lingkungan yang terjadi di Desa Dangdang.
Para pengelola juga tidak mengikuti aturan pertambangan akibatnya sering
membahayakan pihak pekerja maupun masyarakat sekitar, seperti yang sering
terjadi yaitu kecelakaan manusia sampai merenggut nayawa setiap tahunnya.
Sering juga terjadinya longsor akibat para pengelola yang tidak mematuhi
pembuatan kemiringan lereng pada dinding galian yang dibatasi maksimum 50%
dan dibuat secara terasering. Cara penambangan yang dilakukan oleh para buruh
di lapangan, juga tidak mengindahkan kaidah penambangan yang benar.3
Kecamatan Cisauk merupakan Pusat Pelayanan Kota dengan peruntukkan
industri dan permukiman berkepadatan tinggi4. Berlandaskan perundang-
undangan tersebut pada tahun 2011 pemerintah daerah menutup dan melarang
keras untuk beroperasinya kegiatan penambangan pasir ilegal tak terkecuali di
Desa Dangdang. Penutupan ini membuat masyarakat sekitar galian pasir khawatir
tidak nantinya mereka tidak memiliki pekerjaan serta penghasilan pasca
ditutupnya kegiatan penambangan pasir. Satu sisi lainnya, lubang bekas galian
pasir tersebut sebenarnya memiliki potensi untuk dimanfaatkan yang nantinya
akan dapat memeberikan dampak positif bagi masyarakat Desa Dangdang yang
sudah kehilangan pekerjaan pasca ditutupnya kegiatan penmbangan pasir.
Pemanfaatan yang dapat dilakukan di areal lahan bekas galian pasir adalah
sebagai pariwisata, sebagai sarana pembudidayaan, sebagai potensi air baku atau
sebagai tampungan air.
Berangkat dari pemikiran diatas dirasakan perlunya suatu studi pemanfaatan
bekas galian tambang di Desa Dandang agar dapat teroptimalkannya nilai lahan di
kawasan tersebut.
1.2 Rumusan Masalah
Lingkungan merupakan aspek terpenting di kehidupan manusia yang harus
kita jaga bersama kelestariannya. Dalam beberapa dasawarsa terakhir semakin
bertambah maraknya kerusakan lingkungan yang diakibatkan oleh manusia salah
satunya penggalian pasar secara ilegal di Desa Dangdang, Kecamatan Cisauk.

3 Hasil Wawancara dengan Staf Kantor Desa Dangdang, 2016

4 Peraturan Daerah Kabupaten Tangerang No. 13 Tahun 2011, Rencana


Tata Ruang Wilayah Kabupaten Tangerang, 2011 - 2031
4

Kegiatan penambangan pasir tersebut mengakibatkan kerusakan lingkungan


bahkan sampai merenggut korban jiwa akibat tertimbun tanah longsor5.

Terdapat 18 titik lokasi bekas penggalian pasir yang tidak terpakai lagi.
Kerusakan lingkungan di Desa Dangdang juga terjadi karena cara penambangan
yang dilakukan oleh beberapa pengelola dilakukan secara vertikal dari atas ke
bawah, sehingga membuat daerah bekas penambangan pasir menjadi rawan
longsor. Para pengelola juga tidak mengikuti aturan pertambangan yang akibatnya
membahayakan pihak pekerja maupun masyarakat sekitar.
Hingga saat ini lahan-lahan bekas galian terbengkalai dan tidak ada pihak
yang bertanggung jawab atas kejadian tersebut. Padahal lahan tersebut dapat
dimanfaatkan dan dioptimalkan sehingga meningkatkan nilai lahannya demi
mengembalikan perekonomian masyarakat sekitar.
Berdasarkan permasalahan diatas, pertanyaan penelitian yang ingin dijawab
melalui penelitian ini adalah strategi apa yang perlu dilakukan dalam rangka
mengoptimalkan nilai lahan bekas penggalian pasir di Desa Dandang,
Kecamatan Cisauk?.

1.3 Tujuan dan Sasaran


1.3.1 Tujuan
Tujuan dilakukannya penelitian ini adalah menyusun strategi dalam rangka
mengoptimalkan nilai lahan bekas galian pasir agar dapat meningkatkan
perekonomian masyarakat sekitar di Desa Dangdang, Kecamatan Cisauk pasca
ditutupnya kegiatan penambangan pasir.
1.3.2 Sasaran
Sasaran dalam penelitian ini adalah :
1. Identifikasi perubahan lahan di Desa Dangdang selama kegiatan
penambangan pasir.
2. Identifikasi kepemilikan lahan bekas galian pasir di Desa Dangdang.
3. Identifikasi persebaran titik titik bekas galian penambangan pasir
di Desa Dangdang.
4. Identifikasi mata pencaharian penduduk Desa Dangdang pasca
ditutupnya kegiatan penambangan pasir.
5. Merumuskan strategi dalam rangka mengoptimalkan nilai lahan
bekas galian pasir di Desa Dangdang.

5 http://www.antarabanten.com/berita/14931/galian-pasir-di-cisauk-
tangerang-ditutup (18 Februari 2011).
5

1.4 Ruang Lingkup Penelitian


Ruang lingkup penelitian terbagi dua, yaitu ruang lingkup wilayah dan
ruang lingkup substansi.
1.4.1 Ruang Lingkup Substansi
Ruang lingkup subtansi dalam penelitian ini adalah sebagai berikut :
1. Subjek dalam penelitian ini adalah bekas galian pasir.
2. Strategi pengoptimalan lahan terbatas pada upaya untuk
pemanfaatan lahan sebagai kawasan pariwisata, kegiatan budidaya,
kegiatan tambak dan lainnya.
3. Subtansi yang dibahas meliputi pola perubahan lahan, identitas
kepemilikan lahan bekas galian pasir, kondisi ekonomi dan sosial
masyarakat setempat.
4. Menyusun strategi pengoptimalan nilai lahan bekas galian pasir
untuk meningkatkan perekonomian masyarakat setempat.
1.4.2 Ruang Lingkup Wilayah
Lingkup wilayah pada penelitian ini yaitu di Kecamatan Cisauk yang
meliputi 5 desa dan 1 kelurahan yaitu Desa Suradita, Desa Cigombong, Desa
Sampora, Desa Mekarwangi, Desa Dangdang dan Kelurahan Cisauk. Untuk lebih
jelasnya lihat Gambar 1.1.
6
7

1.5 Kerangka Berfikir

Arahan dari RTRW Kab. Tangerang 2011 - 2031 adalah sebgai :


Industri
Permukiman kepadatan tinggi dan sedang

Sumber : Hasil Analisa 2016


Gambar 1.2 Kerangka Berpikir

Kesimpulan dan Rekomendasi


8

1.6 Keluaran Studi yang Diharapkan


Keluaran penelitian ini adalah strategi pengoptimalan nilai lahan bekas galian
pasir untuk selanjutnya dikembangkan menjadi kawasan pariwisata, kawasan
budidaya ikan dan kawasan tambak ikan air tawar. Adanya penelitian ini
Marakny
diharapkan dapat menjadi rekomendasi Pemerintah Kabupaten Tangerang untuk
mengoptimalisasikan lahan bekas galian pasir agar menjadi bernilai dan dapat
mengembangkan ekonomi masyarakat Desa Dangdang, Kecamatan Cisauk.

1.7 Sistematika Penulisan


BAB I PENDAHULUAN
Bab ini memuat penjelasan mengenai latar belakang penelitian, perumusan
masalah, tujuan dan sasaran penelitian, ruang lingkup penelitian yang terdiri dari
ruang lingkup wilayah dan ruang lingkup substansi, kerangka berpikir, keluaran
yang diharapkan, dan sistematika penulisan.
BAB II METODOLOGI PENELITIAN
Bab ini memuat rangkaian atau alur penelitian dan metodologi yang
digunakan pada saat penelitian.
BAB III TINJAUAN LITERATUR
Bab ini memuat uraian tentang teori-teori yang digunakan untuk mendukung
studi seperti teori mengenai Pertambangan galian C, Pemanfaatan Lahan, dan
studi preseden tentang pemanfaatan bekas pertambangan.
BAB IV GAMBARAN UMUM WILAYAH
Bab ini memuat gambaran Kecamatan Cisauk dan kondisi wilayah studi yaitu
Desa Dangdang. Dalam bab ini juga akan dibahas sejarah perkembangan
pertambangan pasir di Desa Dangdang, sosial kependudukan, ekonomi dan pola
penggunaan lahan
BAB V ANALISA
Bab ini memuat analisis yang dilakukan dalam penelitian guna mencapai
tujuan penelitian meliputi analisis perubahan lahan selama kegiatan pertambangan
di Desa Dangdang berlangsung, analisis SWOT (eksternal dan internal), dan
strategi pemanfaatan areal bekas galian pasir untuk mengoptimalkan nilai lahan
yang sudah tidak berfungsi.
BAB VI KESIMPULAN DAN REKOMENDASI
Bab ini memuat kesimpulan dan rekomendasi mengenai strategi
pemanfaatan areal bekas galian pasir untuk mengoptimalkan nilai lahan tersebut.

1.8 Tinjauan Teori


9

1.8.1 Pengertian Galian/Tambang Pasir


A. Pasir
Pasir adalah salah satu bahan galian atau bahan tambang dari endapan
primer hasil vulkanik yang telah mengalami pelapukan dan berada dipinggir
lembah sungai6.

B. Galian/tambang
Bahan galian atau bahan tambang adalah unsur-unsur kimia, mineral, biji
dan segala macam batuan termasuk batuan-batuan mulia yang merupakan endapan
alam yang termasuk didalamnya ada bahan galian padat seperti emas, perak atau
bahan galian cair seperti minyak bumi dan bahan galian berupa gas alam yang
terdiri dari senyawa minyak termasuk juga dalam pengertian bahan galian atau
bahan tambang ini seperti gas bumi untuk pembakaran. Sisi lain yang penting
dalam perumusan bahan galian atau bahan tambang ini adalah keadaannya harus
masih dalam bentuk endapan alam atau letakan alam yang artinya dalam keadaan
belum ditangani oleh tangan manusia7.
Tahapan kegiatan penambangan menjadi hal yang sangat penting untuk
diketahui agar tidak salah dalam melakukan eksploitasi kekayaan sumber daya
alam kita. Tahapan-tahapan tersebut dapat dijabarkan sebagai berikut :
1. Pembabatan (Land Clearing)
Sebelum dilakukan penambangan maka terlebih dahulu dilakukan
pembersihan lahan terhadap pepohonan yang terdapat di lokasi yang kan
ditambang.
2. Pengupasan Tanah Penutup (Striping)
Pengupasan lapisan tanah penutup dilakukan secara bertahap mengikuti arah
penambangan.hasil galian tanah penutup ditumpuk di samping galian pasir
menggunakan pengeruk tanah.
3. Penggalian
Penggalian untuk mengangkut lapisan yang mengandung pasir adalah inti
pekerjaan penambangan dengan tujuan mengambil dan mengangkut pasir
yang berharga dan bernilai ekonomis.

C. Penggolongan Bahan Galian

6 A Effendi, Bandjarnahor, Direktorat Teknik Pertambangan, 1980.

7 Sayuti Thalib,Hukum Pertambangan Indonesia,1929


10

Penggolongan bahan galian diatur dalam Pasal 3 Undang-Undang Nomor 11


Tahun 1967, Pasal 1 Peraturan Pemerintah Nomor 27 Tahun 1980 tentang
Penggolongan Bahan Galian. Bahan galian dapat dibagi menjadi 3, yaitu:
1. Bahan galian strategis
2. Bahan galian vital
3. Bahan galian yang tidak termask bahan galian strategis dan vital
Penggolongan bahan galian ini didasarkan pada:
a. Nilai strategis/ekonomis bahan galian terhadap negara
b. Terdapatnya sesuatu bahan galian di dalam alam
c. Penggunaan bahan galian bagi industri
d. Pengaruhnya terhadap kehidupan rakyat banyak
e. Pemberian kesempatan pengembangan perusahaan
f. Penyebaran pembangunan di daerah

Bahan galian strategis merupakan bahan galian untuk keperluan pertahanan

keamanan serta perekonomian negara. Dalam Pasal 1 huruf a Peraturan

Pemerintah Nomor 27 Tahun 1980 tentang Penggolongan Bahan Galian

ditentukan golongan bahan galian strategis. Bahan galian strategis dibagi menjadi

enam golongan, yaitu:

1. Minyak bumi, bitumen cair, lilin bumi, gas alam

2. Bitumen padat, aspal

3. Antrasit, batu bara, batu bara muda

4. Uraniun, radium, thorium, dan bahan-bahan galian radioaktif lainnya

5. Nikel, kobal

6. Timah

Bahan galian vital merupakan bahan galian yang dapat menjamin hajat

hidup orang. Bahan galian vital ini disebut juga golongan bahan galian B. Bahan

galian vital digolongkan menjadi delapan golongan, yaitu :

1. Besi, mangan, molibden, khrom, wolfram, vanadium, titan;

2. Bautsit, tembaga, timbal, seng;

3. Emas, platina, perak, air raksa, intan;

4. Arsin, antimon, bismut;

5. Ytterium, rtutenium, cerium dan logam-logam langka lainnya;


11

6. Berilium, korundum, zirkon, kristal kwarsa;

7. Kriolit, flourspar, barit;

8. Yodium, brom, klor, belerang ( Pasal 1 Huruf b dan Pasal 1 huruf a

Peraturan Pemerintah Nomor 27 Tahun 1980 tentang Penggolongan

Bahan-Bahan Galian).

Bahan galian yang tidak termasuk golongan strategis dan vital yaitu bahan

galian yang lazim disebut dengan galian C. Bahan galian ini dibagi menjadi

sembilan golongan, yaitu:

1. Nitrat-nitrat (garam dari asam sendawa, dipakai dalam campuran pupuk;

HNO3) Pospat-pospat, garam batu (halite)

2. Asbes, talk, mika, grafit magnesit

3. Yarosit, leusit, tawas (alum), oker

4. Batu permata, batu setengah permata

5. Pasir kwarsa, kaolin, feldspar, gips, bentonit

6. Batu apung, tras, absidian, perlit, tanah diatome, tanah serap

7. Marmer, batu tulis

8. Batu kapur, dolomit, kalsit

9. Granit, andesit, basal, trakhit, tanah liat, tanah pasir sepanjang tidak

megandung unsur mkineral golongan a maupun b dalam jumlah berarti

(Pasal 1 huruf c Peraturan Pemerintah Nomor 27 Tahun 1980 tentang

Penggolongan Bahan-Bahan Galian)8.

1.8.2 Pemanfaatan Lahan

A. Pengertian Pemanfaatan Lahan

Secara umum, lahan memiliki karakteristik tertentu yang membedakan

dengan keadaan fisik yang lain, yaitu :

8 HS Salim H,Hukum Pertambangan Indonesia, Rajawali Pers, Jakarta,


2008.
12

1. Lahan mempunyai sidat tertentu yang berbeda dengan sumber daya yang

lain, meliputi :

a. Lahan merupakan aset ekonomis yang tidak dapat terpengaruh oleh

penurunan nilai dan harganya tidak terpengaruh oleh faktor waktu.

b. Jumlah lahan terbatas dan tidak dapat bertambah kecuali melalui kegiatan

reklamasi.

c. Lahan secara fisik tidak dapat dipindahkan, sehingga lahan yang luas di

suatu daerah merupakan keuntungan bagi daerah tersebut yang tidak

dapat dialihkan dan dimiliki oleh daerah lain.

2. Lahan mempunyai nilai dan harga.

3. Hak atas lahan dapat dimiliki dengan aturan tertentu.

Pemanfaatan lahan adalah bermacam aktivitas yang dilakukan manusia

dalam memanfaatkan lahan pada suatu wilayah berdasarkan perilaku manusia itu

sendiri yang mempunyai arti dan nilai yang berbeda beda. Wujud pola

pemanfaatan lahan berupa pola spasial pemanfaatan ruang antara lain meliputi

penyebaran permukiman, pola alokasi, tempat kerja, pertanian serta pola

penggunaan lahan perkotaan dan pedesaan (Jayadinata, 1992). Pengertian lainnya,

pemanfaatan ruang adalah penyelenggaraan penataan ruang bertujuan untuk

mewujudkan ruang wilayah nasioal yang aman, nyaman , produktif dan

berkelanjutan berlandaskan Wawasan Nusantara dan Ketahanan Nasional9.

Menurut F. Stuart Chapin dan Edward J. Kaiser, struktur ruang sangat

berkaitan dengan 3 sistem, yaitu : sistem kegitan, sistem pengembangan lahan dan

sistem lingkungan10.

9 Undang-Undang Rencana Tata Ruang Nasional, No.26, Tahun 2008.

10 Chapin FS, Kaiser EJ,Urban Land Use Planning, Hal. 28-30,


University Of Illinois Press, USA, 1979.
13

1. Sistem kegiatan berkaitan dengan cara manusia dan lembaganya mengatur

urusan sehari-hari untuk memenuhi kebutuhannya dan saling berinteraksi

dalam waktu dan ruang.

2. Sistem pengembangan lahan berfokus pada proses pengubahan ruang dan

kesesuaian untuk kebutuhan manusia dalam menampung kegiatan yang ada

dalam susunan sistem kegiatan.

3. Sistem lingkungan berkaitan dengan kondisi biotik dan abiotik yang

dibangkitkan oleh proses alamiah, yang berfokus pada kehidupan tumbuhan

dan hewan, serta proses-proses dasar yang berkaitan dengan air, udara dan

material.

Ketiga sistem menjadi dasar penyusunan peruntukan lahan dan terbentuknya


pemanfaatan lahan. Faktor penting dalam pemanfaatan lahan yang mendasari
pengaturan ketiga sistem tersebut adalah kepentingan masyarakat dan lingkungan
fisiknya, yang mencakup sembilan pertimbangan, yaitu kesehatan dan
keselamatan kenyamanan, efisiensi dan konversi energi, kualitas lingkungan,
persamaan sosial dan pilihan sosisal, kebutuhan.

B. Perubahan Pemanfaatan Lahan


Pengertian perubahan pemanfaatan lahan berasal dari kata conversion,
yang berarti perubahan dari satu bentuk lahan ke bentuk lahan yang lainnya. Pada
prinsipnya penggunaan lahan (Land Use) adalah pengaturan penggunaan lahan
untuk menentukan pillihan yang terbaik dalam mengalokasikan fungsi tertentu,
sehingga secara umum dapat memberikan gambaran keseluruhan bagaimana
daerah daerah pada suatu kawasan tersebut seharusnya berfungsi11.
Menurut Haryo Winarso, secara ekonomis perubahan lahan merupakan
perubahan penggunaan/pemanfaatan terhadap suatu lahan yang diikuti dengan
pemindahan kepemilikan lahan. Perubahan lahan merupakan bergantinya suatu
11 Shivarani H, 1985. Dikutip dalam R. Hadis,Kajian Kawasan Jalan
Merdeka Terhadap Penggunaan Lahan dan Sistem Jaringan Jalan,
2004.
14

guna lahan ke guna lain. Karena luas lahan yang tidak berubah, maka penambahan
guna lahan tertentu akan berakibat pada berkurangnya guna lahan yang lain 12.
Pendapat lain menyebutkan bahwa konversi lahan secara umum menyangkut
tranformasi dalam pengalokasian sumber daya alam dari satu pengguna ke
pengguna lainnya13.
Perubahan pemanfaatan lahan dapat mengacu pada 2 hal yang berbeda,
yaitu pemanfaatan lahan sebelumnya atau rencana tata ruang14. Acuan perubahan
pada pemanfaatan sebelumnya adalah suatu pemanfaatan lahan atas lahan yang
berbeda dengan pemanfaatan lahan sebelumnya. Acuan untuk menentukan
perubahan adalah perbedaan jenis pemanfaatan lahan antara kegiatan awal yang
direncanakan dengan yang berkembang saat ini.
Berdasarkan dari pendapat pendapat diatas, maka definisi untuk
perubahan pemanfaatan lahan dari berbagai ahli bisa dijadikan acuan untuk
penulisan penelitian ini.

1.8.3 Studi Preseden


A. Arahan dan Pengembangan Areal Bekas Tambang Timah Sebagai
Kawasan Pariwisata di Kabupaten Bangka15
1. Pendahuluan
Lahan bekas tambang timah berupa kolong yang terdapat di Kabupaten
Bangka belum dimanfaatkan secara optimal. Henny (2011) menyebutkan bahwa
pemanfaatan kolong bekas tambang yang telah dilakukan untuk sumber air
minum; sumber air bersih untuk mandi cuci; perikanan (Sistem KJA dan Tebar);
peternakan bebek peking; dan pariwisata. Sebagai tempat wisata, kolong yang
12 Sanggono, 1993. Dikutip dalam Situmorang C Eli, Studi Pengaruh
Galian Pasir Terhadap Masyarakat Desa Dangdang Cisauk, Tangerang,
2010.

13 Kustiwan, 1997. Ibid

14 Zulkaidi, 1999. Ibid

15 Meyana L, Sudadi U, Tjahjono B, Arahan dan Strategi


Pengembangan Areal Bekas Tambang Timah Sebagai Kawasan
Pariwisata DI Kabupaten Bangka, Jurnal Pengelolaan Sumberdaya
Alam dan Lingkungan. Vol. 5. No. 1, Hal. 51-60. 2015
15

dimanfaatkan adalah kolong tua yang sudah berumur puluhan tahun seperti obyek
wisata Phak Khak Liang. Selain itu, lahan bekas tambang dimanfaatkan sebagai
lahan pertanian seperti kemiri sunan yang telah digalakkan oleh Pemerintah
Kabupaten Bangka Barat, tanaman kelapa sawit, akasia, karet, dan sengon yang
memanfaatkan hamparan pasir bekas galian tambang timah dengan proses
perbaikan fisik dan kimia tanah terlebih dahulu.
Sektor pariwisata dapat meningkatkan perekonomian masyarakat apabila
dikelola dengan baik dengan memanfaatkan potensi alam dan kebudayaan
masyarakat setempat. Potensi alam yang dimaksud baik berupa pantai,
pegunungan, flora dan fauna, serta potensi alam lainnya yang menjadi ciri khas
suatu wilayah, sedangkan potensi budaya berupa tradisi, adat istiadat, dan
kekayaan budaya wilayah setempat. Pengembangan wisata bekas tambang dapat
dilakukan dengan cara mengubah peninggalan aktivitas tambang yang ada
menjadi sumber daya pa-riwisata (Ballesteros & Ramrez 2007).

2. Metode
a. Metode Pengumpulan Data
Pengumpulan data dan informasi dilakukan dengan cara :
Studi literatur dan pengumpulan data sekunder
Data sekunder meliputi peta dasar dan peta tematik Kabupaten
Bangka, data kondisi sosial ekonomi masyarakat dan bahan pustaka
yang terkait.
Pengumpulan Data Primer
Data dan informasi primer diperoleh melalui survei lapangan untuk
mendapatkan gambaran yang jelas terhadap lokasi penelitian dan
wawancara secara mendalam dengan responden dengan panduan
kuesioner. Responden terdiri dari beberapa pihak, antara lain unsur
Pemerintah Provinsi Kepulauan Bangka Belitung (Bappeda, Dinas
Pariwisata dan kebudayaan, Dinas Pertambangan dan Energi),
Pemerintah Kab. Bangka (Bappeda, Dinas Kebudayaan dan Pariwisata
dan Dinas Pertambangan dan Energi), PT Timah (Persero) Tbk, unsur
LSM (Walhi), dan akademisi (P2Par ITB dan Universitas Bangka
Belitung/UBB).
16

3. Analisis Data
Penelitian ini menggunakan metode analisis SIG untuk mengidentifikasi dan
memetakan areal bekas tambang timah, analisis Skalogram untuk mengetahui
hirarki wilayah pengembangan, Analytical Hierarchy Process (AHP) untuk
menentukan jenis wisata prioritas yang dapat dikembangkan, serta AWOT untuk
merumuskan arahan dan strategi pengembangan areal bekas tambang timah
sebagai kawasan wisata di Kabupaten Bangka.

4. Hasil pembahasan
Hasil penelitian menunjukkan bahwa luas areal bekas tambang timah di
Kab. Bangka sebesar 18.016,76 hektar tersebar di enam kecamatan dan 30 desa.
Areal bekas tambang berada pada kawasan lindung seluas 538 ha (2,99%) dan
kawasan budidaya seluas 17.479 ha (97,01%). Terdapat tiga hirarki wilayah yang
dapat dikembangkan sebagai kawasan pariwisata dengan memanfaatkan areal
bekas tambang timah, yaitu hirarki 1 (4 desa), hirarki 2 (10 desa) dan hirarki 3 (16
desa). Menurut preferensi stakeholder terhadap prioritas jenis wisata yang dapat
dikembangkan pada areal bekas tambang timah adalah jenis wisata alam (rekreasi
air) yang diikuti dengan jenis wisata budaya (desa wisata) dan selanjutnya jenis
wisata buatan (eduwisata) sebagai pendukung kegiatan wisata.
Terdapat empat prioritas arahan pengembangan areal bekas tambang timah
dengan mempertimbangkan pola ruang RTRWK dan hirarki wilayah
pengembangan. Lima strategi utama yang dapat dilakukan oleh Pemerintah
Kabupaten Bangka sebagai pengambil kebijakan dalam pengembangan areal
bekas tambang timah sebagai kawasan pariwisata adalah (1) mengembangkan
mining tourism sebagai brand image wisata, (2) meningkatkan sarana dan
prasarana umum untuk mendukung kegiatan wisata, (3) memanfaatkan areal
bekas tambang untuk pengembangan mining tourism melalui CSR perus-ahaan
tambang, (4) mempermudah akses bagi investor dalam mengembangkan potensi
obyek wisata, dan (5) meningkatkan koordinasi antar stakeholders (pemerintah,
swasta dan masyarakat).
17

B. Potensi Kawasan Bekas Tambang Sebagai Objek Wisata (Studi Kasus


Kandi-Tanah Hitam Kota Sawahlunto16
1. Pendahuluan
Salah satu kawasan bekas tambang di Indonesia yang mempunyai arti
penting unruk pernbangunan daerah dan masyarakat setempat adalah kawasan
bckas tambang batubara Kandi-Tanah Hiram di Kota Sawahlunto, Propinsi
Sumatera Barat. Kawasan yang secara administratif terletak di Kota Sawahlunto,
oleh Pemerintah Daerah Kola Sawahlunto direncanakan akan dikembangkan
sebagai kawasan pariwisata yang dapat menjadi andalan daerah ini. Sesuai deugan
visi pembanguna Kota Sawahlunto yang diruangkan dalam Peraturan Daerah
(Perda) Nomor 2 Tahun 200I yaitu menjadi Kota Wisata Tambang yang
Berbudaya pada tahun 2020. Pada dasarnya tahun 2020 ini dirnaksudkan agar
target waktu pencapaian tersebut dapat rnerangsang munculnya rnotivasi bagi
Pemerintah Kora Jan seluruh stakeholders. Berbudaya dimaksudkan agar dalam
upaya mewujudkan Kora Wisata Tambang tersebut seluruh masyarakat dan
stakeholders dapat beraktifitas, berkreasi dan berinovasi seluas-luasnya.

Penelitian ini juga memiliki tujuan sebagai berikut :


1. Mengidentifikasi potensi pengembangan pariwisata pada kawasan
bekas tambang Kandi-Tanah Hitam.
2. Mengetahui dampak pengembangan pariwisata terhadap
pengembangan wilayah Kota Sawnhlunto.
3. Membuat arahan strategi pengembangan wisata pada kawasan bekas
tambang Kandi-Tanah Hitam.

2. Metode Penelitian
Penelitian ini didasari oleh kerangka pemikiran sebagaimana tercantum pada
Gambar 3. Berakhirnya kegiatan pertambangan batubara di Kora Sawahlunto
sebagai prime mover pcrnbangunan daerah menimbulkan masalah pada
keberlanjutan pcngembangan wilayah, Untuk mcngantisipasi hal terscbut,
pemerintah kota dengan segenap stakeholders mencanangkan pengembangan areal
16 HM Papua A, Potensi Kawasan Bekas Tambnag Sebagai Objek
Wisata (Studi Kasus Kandi-Tanah Hitam Kota Sawahlunto), Tesis. IPB.
Bogor. 2008
18

bckas tambang sebagai objek wisata yang diharapkan menjadi salah satu sektor
pengerak pembangunan. Dalam rangka pengembangan kawasan bekas tambang
menjadi objek wisata perlu dilakukan identifikasi terhadap aspek surnbcrdaya
biofisik sena aspek ekonorni dan sosial budaya, Selain itu pcrlu dilakukan
identifikasi kondisi dan evaluasi terhadup objek wisata yang telah ada dengan
bantuan data sekunder serta hasil pengamatan lapangan. Selanjutnya untuk
rnengetahui dampak pengernbaugan pariwisata terhadap pengcmbangan wilayah
pcrlu ditinjau aspek fisik, ekonomi, sosial budaya dan pengaruhnya terhadap
masyarakat sebagai dasar untuk rnembuat arahan straregi pengembangan
pariwisata pada kawasan bekas tambang Kandi-Tanah Hitam.
Jenis dan Sumber Data
Data yang digunakan dalam penelitian ini bcrupa data primer dan data
sekunder. Data primer dipcrolch mclalui pengamatan lapang dan wawancara.
Unsur-unsur yang diamati meliputi aspek sumberdaya fisik (geologi, lereng,
tanah, hidrologi, dan infrastruktur), aspek daya tarik, kondisi fisik obyek wisata
(sarana prasarana penunjang, jalan, aksesibilitas) dan hubungan antar obyek
wisata. Wawancara dilakukan melalui penyebaran kuesioner kepada wisatawan
untuk mendapatkan persepsi tentang objek wisata yang ada. Data sekunder
bersumber dari beberapa dinas/instansi yang terkait (Bappeda, Dinas
Pertambangan, Industri dan Perdagangan, Dinas Kimpraswil, Kantor Pariwisata,
Seni dan Budaya, DPS, DPN, PT. HA-UPO dan pihak-pihak terkait lainnya). Data
sekunder tersebut terdiri dari foto udara Kota Sawahlunto tahun 2003 dan peta-
peta (Peta Administrasi, Peta Obyek Pariwisata, Peta Jaringan Jalan, Peta Sungai,
Peta Landuse, Pera Rcklamasi Lahan, Peta Geologi, Peta Lereng dan Peta
RTRW).
Analisis Data
Analisis dan interpretasi data biofisik, ekonomi dan sosial budaya dalam
penelitian ini di lakukan sccara deskriptif, Sementara itu untuk mengetahui
kondisi objek pariwisata saat ini, diukur melalui analisis kepuasan konsumen.
Analisis deskriptif juga digunakan untuk mengetahui dampak pengembangan
pariwisata terhadap pengembangan wilayah ditinjau dari aspek fisik, ekonomi,
sosial budaya dan masyarakat sekitar kawasan. Selanjutnya untuk membuat
19

arahan strategi pengembangan pariwisata pada kawasan bekas tambang, dilakukan


dengan analisis SWOT.

3.
Kesimpulan
Berdasarkan hasil analisis dan pembahasan yang dilakukan serta dengan
mcmperhatikan kaitannya dengan tujuan penelitian maka dapat disimpulkan
sebagai berikut :
1. Secara biofisik, ekonomi, dan sosial budaya serta objek wisata yang
terbangun. maka kawasan bekas tambang Kandi-Tanah Hitam berpotensi
untuk pengembangan wisata.
2. Secara keseluruhan dapat dikatakan bahwa pengembangan pariwisata
pada kawasan bekas tambang Kandi-Tanah Hitam berdampak positif
terhadap konservasi dan pelestarian lingkungnn hidup di kawasan bekas
tambang, pcnciptaan lapangan kerja, peningkatan pendapatan masyarakat
sekitar kawasan dan turut membangun Pendapatan Asli Daerah (PAD)
Kota Sawahlunto, serta tidak ditemukan dampak negatif terhadap budaya
masyarakat sekitar kawasan.
20

3. Prioritas arahan strategi pengembangan kawasan bekas tambang Kandi-


Tanah Hitam yaitu pengembangan kawasan wisata, pusat pelayanan dan
kawasan strategis baru yang didasarkan pada potensi kawasan, arahan
dari RTRW, dan kepadatan penduduk yang rendah.

C. Pariwisata Tambang di Beberapa Negara


Pariwisata tambang (mines tourism) digolongkan sebagai pariwisata warisan
keindustrian (industrial heritage tourism) karena tambang khususnya tambang
batubara adalah penggerak revolusi industri abad ke-19 yang mewariskan
industrialisasi dan kemakmuran yang dicapai saat ini. Walanpun batubara telah
digunakan sejak zaman Romawi yairu pada sekitar 400 tahun sebelum masehi,
tetapi mulai dieksploitasi secara besar-besaran dan menjadi sumber energi yang
telah merubah tata kehidupan dunia, baru terjadi pada abad ke-19. Dapat
dimengerti kalau bekas tambang menjadi daya tarik wisatawan yang ingin
menelusuri warisan budaya dan menambah wawasan17.
Pada tahun 1993, gua bekas tarnbang (stare cavern) Llechwedd, di Wales di
kerajaan Britania yang kemudian dikemas menjadi suatu taman penambangan
telah dikunjungi oleh 204.800 orang. Begitupun dengan Big Pit Museum di
Rhondda Valley, bekas lubang tambang barubara sedalam 90 meter di bawah
tanah telah dikunjungi 107.551 orang. Dibandingkan dengan British Musseum
yang dikunjungi rata-rata 6,3 juta orang pertahun dan Tower of London 2,2 juta
per tahun, atraksi bekas tambang tersebut memang belum seberapa. Meskipun
demikian patut dimengerti bahwa kedua objek budaya terakhir berlokasi di
London dan telah dikenal sejak seratus tahun yang lalu, sedangkan objek wisata
bekas tambang baru ada 20 tahun yang lalu di lokasi yang jauh dari London, kota
yang menjadi tujuan utama wisatawan18.
Ada empat macam peninggalan kegiatan tambang yang dapat dikemas dan
dikembangkan menjadi atraksi pariwisata yaitu19 :

17 Edward, 1996. Dikutip dalam HM Papua A, Potensi Kawasan Bekas


Tambnag Sebagai Objek Wisata (Studi Kasus Kandi-Tanah Hitam Kota
Sawahlunto), Tesis. IPB. Bogor. 2008

18 Nawawir, 2003. Ibid


21

(1). tapak atau situs penambangan di permukaan atau di bawah tanah,


lubang, gua aiau bekas galian tarnbang;
(2). pemrosesan atau pengclahan basil tambang;
(3). pcngangkutan basil tambang, prasarana dan alat angkutan;
(4). produk sosial budaya oleh kegiatan tambang, peralatan. perleugkapan.
permukiman. sejarah perjuangan buruh tambang dan sebagainya.
Keempat macam atraksi pariwisata dapat dikemas dan dikembangkan
menjadi suatu objek daya tarik wisata yang menjadi andalan dan keunikan
tersendiri serta mempunyai nilai jual kepada wisatawan. Selanjutnya juga
Pariwisata Tambang di Beberapa wilayah negara yang berada di beberapa kota
yang awalnya hidup dari tambang, yaitu :
1. G lace Bay, Nova Scotia. Canada.
Tambang di Glacc Bay ini dimulai tahun 1858 dan ditutup tahun 1960.
Pasca
pertambangan sumber pcnghidupan penduduk beralih ke industri perikanan
karena kota ini rnemang terletak di pantai. Bekas pemukiman buruh
tambang
(miners village) dipugar dan dikenang sebagai warisan masa lampau.
Kebetulan desa ini dapat digabungkan dengan menara transmisi penerima
sinyal pertama dari seberang atlantik pada taltun 1903 yang dikirim oleh
Markoni si penemu telegram.
2. Rhondda Valley, Wales, United Kingdom.
Tambang batubara yang telah ditutup pada tahun 1980 ini dijadikan
museum,
karena teknologinya yang istimewa pada zamannya. Penggalian batubara
pada kedalaman 90 meter, merupakan prestasi teknologi pada zaman itu
yang
perlu diingat dan dikenang oleh generasi mendatang, karena itulah tambang
ini dipugar menjadi museum yang dinamakan Big Pit Musseum.
3. Heerlen, Limburg, Belanda.

19 Kuswartoyo, 2001. Ibid


22

Kota yang terletak di Negara Bagian Belanda bagian selatan ini merupakan
permukiman yang telah ada scjak zaman Romawi. dikenal sebagai kawasan
tambang batubara. Sejak tahun 1970 tambang batubsra telah ditutup, tetapi
batubara dikawasan itu telah mewariskan budaya industri yang telah
menumhuhkan industri kecil: tembikar, briket, batu api dan sebagainya.
4. Barnsley, South Yorkshie. England UK.
Kota yang menjadi pusat pertambangan batubara di abad ke-19 ini,
kemudian
menjadi pusat pendidikan tambang (mining college) dan pusat pemasaran
produk pertanian. Kegiatan tambang yang kemudian mewariskan
pendidikan
dan museum yang memang saling berkaitan tersebut juga di jurnpai di
Bochum, Wesphalia, Jerman (museum geologi dan penambangan) dan juga
di Walbrzych, Polandia (museum sejarah tambang barubara).

Anda mungkin juga menyukai