: SM-1
Rev : 0
Page : 1/22
1. UMUM
1.1. Tujuan
1.1.1 Memberikan tanda status pada produk yang telah dinyatakan memenuhi persyaratan
tehnis yang dapat menjamin keselamatan dan keamanan bagi pengguna (user) dalam
penggunaan atau pemakaian produk.
1.1.2 Upaya untuk menjamin keadaan, keutuhan dan kesempurnaan baik jasmani maupun
rohani manusia serta hasil karyanya dan budayanya tertuju pada kesejahteraan manusia
pada umunya dan pengguna produk pada umumnya.
1.1.3 Upaya perlindungan bagi dari kemungkinan kondisi tidak aman (Unsave condition)
yang diakibatkan oleh mutu produk yang tidak memenuhi persyaratan keselamatan,
atau upaya mencegah timbulnya bahaya yang dapat mengakibatkan kecelakaan dalam
penggunaan produk.
1.1.4 Secara nasional sebagai upaya perlindungan bagi produsen dalam negeri terhadap
persaingan produk produk import.
1.2.1. Peraturan ini mengatur tentang tata cara penerapan sertifikasi dan penandaan Merek
Keselamatan (Safety Mark) terhadap produk peralatan listrik yang digunakan oleh
masyarakat langsung atau tidak langsung yang mempunyai potensi bahaya yang dapat
mengakibatkan kecelakaan dalam penggunaannya.
1.2.2. Produk peralatan listrik yang dayanya menggunakan tenaga listrik jaringan PLN atau
bertenaga minimum 12 Volt (?) diwajibkan memenuhi persyaratan peraturan ini.
1.2.3. Daftar produk peralatan listrik diawasi dinyatakan dengan tabel, Dan pada
penerapannya tabel tersebut dapat diperbarui.
1.2.4. Peraturan ini berlaku ditempat penggunaan meliputi, dibuat, dicoba, dipergunakan,
dipakai, diperdagangkan yang berada didarat, diudara didalam tanah, didalam air,
dipermukaan air diwilayah Kepulauan Republik Indonesia.
No Standar
Nama Produk atau Komponent
Urut Produk Pengujian
1.3.2. Lembaga Audit ialah lembaga independent berbadan hukum yang mempunyai
kemampuan melaksanakan audit merek keselamatan dan memenuhi persyaratan yang
ditetapkan dan ditunjuk oleh Direktur.
1.3.4. Pemohon ialah perorangan atau perusahaan atau institusi atau distributor, yang
legalitasnya memenuhi ketentuan hukum yang berlaku.
1.3.7. Aman ialah terbebas dari cedera atau terbebas dari gangguan baik phisik maupun
psykologis.
1.3.8. Merek Keselamatan (Safety Mark) ialah suatu tanda merek yang diberikan pada
produk tertentu yang menunjukkan status terhadap produk tersebut bahwa telah
memenuhi persyaratan norma norma keselamatan dalam penggunaan.
1.3.10. Istilah atau definisi lainnya yang belum diatur dalam peraturan ini, mengacu pada
standar National Indonesia SNI-19-8402 ( IS0 - 8402)tentang Mutu Kesehatan dan
SNI ... tentang istilah .
2. PERSYARATAN PRODUK
2.1. Setiap produk peralatan listrik atau bagiannya, yang dalam unjuk kerjanya menggunakan
energi listrik dengan tegangan kerja diatas 12 Volt (?) dan arus kerja diatas 0,5 Ampere atau
dengan daya diatas 6 VA atau yang mempunyai potensi bahaya bagi masyarakat pemakai
wajib menerapkan merek keselamatan dan sertifikasi merek keselamatan.
2.2. Setiap produk peralatan listrik atau bagiannya harus dapat menjamin keselamatan dan
keamanan bagi masyarakat pemakainya atau harus memenuhi persyaratan keselamatan dan
aman dalam pemakaian.
2.4. Persyaratan Keselamatan terhadap produk peralatan listrik mencakup prinsip prinsip tehnis
ilmiah menjadi suatu kumpulan ketentuan yang disusun secara teratur, jelas dan praktis yang
meliputi; konstruksi, bahan yang digunakan, sumber catu daya, unjuk kerja pengujian dan
pengesahan kelengkapan alat alat perlindungan, kelengkapan alat pengaman, kelengkapan
tanda/lambang keselamatan, panduan teknis penggunaan, pemilikan, penyimpanan,
pengangkutan, identifikasi produk dan ketentuan lainnya yang dapat menjamin keselamatan
dan keamanan pengguna dan keutuhan produk itu sendiri serta lingkungannya
2.5. Produk Peralatan Listrik yang dimaksud dalam peraturan ini yang dalam penggunaannya
mempunyai kontak langsung atau dalam jangkauan sentuh pengguna harus aman terhadap
masyarakat pengguna atau memenuhi persyaratan keselamatan.
2.6. Produk peralatan listrik atau bagian komponennya yang dalam jangkauan sentuh tetapi
karena konstruksi atau karakteristiknya yang terpaksa memiliki potensi bahaya tinggi maka
harus diberikan perlindungan cukup dan tanda/lambang keselamatan (Safety sign), tabel
3, yang sesuai dan memadai yang dapat menjamin keselamatan dan keamanan masyarakat
pengguna.
2.7. Peraturan ini berlaku untuk Produk Peralatan Listrik atau bagian komponennya dalam
lingkup perencanaan, pembuatan (Produksi), pemasangan (instalasi) penggunaan,
penyimpanan, pengangkutan atau kondisi lain yang dapat menimbulkan potensi bahaya bagi
orang disekelilingnya atau bagi barang lain disekitarnya.
2.8. Peraturan ini tidak berlaku terhadap produk peralatan listrik yang telah diatur dalam
Peraturan Umum Instalasi Listrik (PUIL) SNI-225 berikut amandemennya.
Atau terhadap produk peralatan listrik yang dalam perencanaan, pembuatan, penggunaannya
telah diatur oleh Peraturan setingkat Peraturan Menteri yang diterbitkan oleh Departemen
lain atau dengan kontrak khusus antara penjual dan penggunaan tetapi kontrak tersebut
tidak boleh bertentangan dengan peraturan ini.
2.10. Penerapan sertifikasi dan merek keselamatan dapat diterapkan terhadap produk peralatan
listrik yang tidak wajib diawasi atau secara sukarela yang oleh pemohon dianggap perlu.
2.11. KATEGORI
Sertifikasi dan Merek Keselamatan terhadap produk listrik ini dikategorikan seperti pada
tabel 4 atau penjelasan sebagai berikut :
4.1.2. Organisasi
(Organization)
Catatan :
5. Tanggung jawab seorang wakil manajemen dapat juga meliputi hubungan dengan pihak
luar bagi masalah yang berhubungan dengan sistem mutu.
Untuk tujuan dari Standar Internasional ini, jangkauan dan rincian dari prosedur yang
membentuk bagian dari sistem mutu tergantung pada komplexitas pekerjaan metode yang
digunakan serta ketrampilan dan pelatihan yang dibutuhkan oleh personel yang terlibat
dalam pelaksanaan kegiatan.
Catatan:
7. Prosedur terdokumentasi dapat membuat acuan ke instruksi kerja yang menerapkan bagaimana suatu
kegiatan dilakukan .
Catatan :
8. Rencana mutu tersebut di atas (lihat butir 4.2.3a) dapat berupa acuan terhadap prosedur
terdokumentasi yang tepat yang merupakan bagian yang integral dari sistem mutu pemasok.
Jika dapat dilaksanakan riwayat perubahan harus diidentifikasi di dalam dokumen atau
lampiran yang sesuai.
Persyaratan bagi setiap kualifikasi operasi proses, termasuk peralatan dan personil yang
terkait (lihat butir 4.18), harus ditentukan.
Catatan:
16. Proses seperti itu yang memerlukan pra-kualifikasi kemampuan prosesnya seringkali disebut sebagai
proses khusus.
Rekaman yang sesuai untuk proses, peralatan dan personel yang telah dikualifikasi harus
dipelihara (lihat butir 4.16).
4.10.2.2 . Dalam menentukan jumlah dan jenis inspeksi penerimaan, pertimbangan harus
diberikan terhadap cakupan pengendalian yang dilakukan di lokasi subkontraktor
dan bukti tercatat tentang kesesuaian mutu yang diberikan.
4.10.2.3. Apabila produk yang datang diizinkan dipakai untuk tujuan produksi yang
mendesak sebelum verifikasi dilakukan produk tersebut harus diidentitikasi
secara jelas dan dicatat (lihat butir 4.16) agar supaya dapat segera ditarik kembali
dan diganti jika ditemukan ketidaksesuaian dengan persyaratan yang ditentukan.
Bila perangkat lunak pengujian atau acuan pembanding seperti perangkat keras pengujian
digunakan sebagai alat inspeksi yang sesuai perangkat tersebut harus dicek untuk
membuktikan kemampuan memverifikasi keberterimaan produk sebelum dilepas untuk
dipakai selama produksi, pemasangan atau pelayanan dan harus dicek ulang setiap selang
waktu yang ditentukan. Pemasok harus menentukan jangkauan dan frekuensi pengecekan
tersebut dan harus memelihara rekaman sebagai bukti pengendalian (lihat butir 4.16).
Catatan :
17. Untuk tujuan Standar Internasional ini, istilah Peralatan pengukuran meliputi alat-alat
pengukuran.
Untuk mendeteksi penurunan mutu kondisi produk di dalam persediaan harus diases
setiap selang waklu yang scsuai.
Audit mutu internal harus dijadwal atas dasar status dan kepentingan kegiatan yang akan
diaudit dan harus dilakukan oleh personal yang independen terhadap personel yang
bertanggung jawab langsung atas kegiatan yang sedang diaudit.
Hasil audit harus dicatat (lihat butir 4.16) dan ditujukan kepada personel yang
bertanggung jawab di bidang yang diaudit untuk mendapat perhatian. Personel manajemen
yang bertanggung jawab di bidang tersebut harus mengambil tindakan koreksi yang tepat
waktu atas kekurangan yang ditemukan selama audit.
Kegiatan tindak-lanjut audit harus memverifikasi dan mencatat penerapan dan keefektifan
tindakan koreksi yang diambil (lihat butir 4.16).
Catatan:
20. Hasil audit mutu internal menjadi bagian yang integral dari masukan untuk kegiatan, tinjauan
manajemen lihat butir 4.1.3)
21. Panduan tentang audit sistem mutu diberikan dalam lSO 10011 .
[2] ISO 9000-2-1993 Standar Manajemen Mutu dan Jaminan Mutu - Bagian 2 :
Panduan Dasar bagi Penerapan ISO 9001, ISO 9002 dan ISO
9003.
[3] ISO 9000-3-1991 Standar Manajemen Mutu dan Jaminan Mutu - Bagian 3 :
Panduan bagi Penerapan ISO 9001 untuk Pengembangan,
Pemasokan dan Pemeliharaan Perangkat Lunak.
[4] ISO 9001-1994 *) Sistem Mutu - Model Jaminan Mutu dalam Desain, Produksi,
Pemasangan dan Pelayanan.
[5] ISO 9002-1994 Sistem Mutu - Model Jaminan Mutu dalam Produksi, Pemasangan
dan Pelayanan.
[6] ISO 9003-1994 Sistem Mutu - Model Jaminan Mutu dalam Inspeksi dan
Pengujian Akhir.
[7] ISO 10011-1-1990 Panduan bagi Pengauditan Sistem Mutu - Bagian 1 : Pengauditan.
[8] ISO 10011-2-1991 Panduan bagi Pengauditan Sistem Mutu - Bagian 2 : Kriteria
Kualifikasi bagi Auditor Sistem Mutu.
[9] ISO 10011-3-1992 Panduan bagi Pengauditan Sistem Mutu - Bagian 3 : Manajemen
Program Audit.
[10] ISO 10012-1-1992 Persyaratan Jaminan Mutu bagi Peralatan Pengukuran Bagian 1 :
Sistem Konfirmasi Metrologi untuk Peralatan Pengukuran.