Anda di halaman 1dari 21

Doc No.

: SM-1
Rev : 0
Page : 1/22

PERATURAN TENTANG SERTIFIKASI DAN MEREK KESELAMATAN


(SAFETY MARK) TERHADAP PRODUK PERALATAN LISTRIK

1. UMUM
1.1. Tujuan

1.1.1 Memberikan tanda status pada produk yang telah dinyatakan memenuhi persyaratan
tehnis yang dapat menjamin keselamatan dan keamanan bagi pengguna (user) dalam
penggunaan atau pemakaian produk.

1.1.2 Upaya untuk menjamin keadaan, keutuhan dan kesempurnaan baik jasmani maupun
rohani manusia serta hasil karyanya dan budayanya tertuju pada kesejahteraan manusia
pada umunya dan pengguna produk pada umumnya.

1.1.3 Upaya perlindungan bagi dari kemungkinan kondisi tidak aman (Unsave condition)
yang diakibatkan oleh mutu produk yang tidak memenuhi persyaratan keselamatan,
atau upaya mencegah timbulnya bahaya yang dapat mengakibatkan kecelakaan dalam
penggunaan produk.

1.1.4 Secara nasional sebagai upaya perlindungan bagi produsen dalam negeri terhadap
persaingan produk produk import.

1.2. Ruang Lingkup

1.2.1. Peraturan ini mengatur tentang tata cara penerapan sertifikasi dan penandaan Merek
Keselamatan (Safety Mark) terhadap produk peralatan listrik yang digunakan oleh
masyarakat langsung atau tidak langsung yang mempunyai potensi bahaya yang dapat
mengakibatkan kecelakaan dalam penggunaannya.

1.2.2. Produk peralatan listrik yang dayanya menggunakan tenaga listrik jaringan PLN atau
bertenaga minimum 12 Volt (?) diwajibkan memenuhi persyaratan peraturan ini.

1.2.3. Daftar produk peralatan listrik diawasi dinyatakan dengan tabel, Dan pada
penerapannya tabel tersebut dapat diperbarui.

1.2.4. Peraturan ini berlaku ditempat penggunaan meliputi, dibuat, dicoba, dipergunakan,
dipakai, diperdagangkan yang berada didarat, diudara didalam tanah, didalam air,
dipermukaan air diwilayah Kepulauan Republik Indonesia.

Doc No. : SM-1


Rev : 0
Page : 2/22

CR-Saiman Anggoro / Peraturan Tanda Keselamatan


Table 1
Daftar Produk Peralatan Listrik Atau Bagian Komponennya yang wajib menerapkan

No Standar
Nama Produk atau Komponent
Urut Produk Pengujian

1.3. Istilah dan Definisi


Dalam peraturan ini ditetapkan istilah atau definisi sebagai berikut :
1.3.1. Direktur ialah pejabat yang ditunjuk oleh Menteri Pertambangan Dan energi untuk
melaksanakan peraturan ini. (Direktur Jenderal Listrik Dan Pengembangan Energi).

1.3.2. Lembaga Audit ialah lembaga independent berbadan hukum yang mempunyai
kemampuan melaksanakan audit merek keselamatan dan memenuhi persyaratan yang
ditetapkan dan ditunjuk oleh Direktur.

1.3.3. Laboratorium Penguji ialah laboratorium milik institusi independent berbadan


hukum yang mempunyai kemampuan dan memenuhi kriteria sebagai laboratorium
Penguji dan ditunjuk oleh Direktur.

1.3.4. Pemohon ialah perorangan atau perusahaan atau institusi atau distributor, yang
legalitasnya memenuhi ketentuan hukum yang berlaku.

1.3.5. Produk Peralatan Listrikialah semua produk yang dalam penggunaannya


menggunakan catu daya listrik atau bagian dari peralatan atau komponent yang akan
digunakan untuk peralatan kelistrikan.

1.3.6. Selamat ialah terbebas dari malapetaka .

1.3.7. Aman ialah terbebas dari cedera atau terbebas dari gangguan baik phisik maupun
psykologis.

1.3.8. Merek Keselamatan (Safety Mark) ialah suatu tanda merek yang diberikan pada
produk tertentu yang menunjukkan status terhadap produk tersebut bahwa telah
memenuhi persyaratan norma norma keselamatan dalam penggunaan.

Doc No. : SM-1


Rev : 0
Page : 3/33

CR-Saiman Anggoro / Peraturan Tanda Keselamatan


1.3.9. Lambang Keselamatan (Safety Sign) ialah suatu lambang atau simbol normative
yang dapat memberikan informasi cukup atau dapat memberikan peringatan bagi
masyarakat pemakai sehingga dapat sebagai panduan dalam menentukan tindakan
keselamatan.

1.3.10. Istilah atau definisi lainnya yang belum diatur dalam peraturan ini, mengacu pada
standar National Indonesia SNI-19-8402 ( IS0 - 8402)tentang Mutu Kesehatan dan
SNI ... tentang istilah .

1.4. Acuan Standard


1.4.1. Kriteria Keberterimaan (Acceptance Criteria) suatu produk sesuai dengan Standard
National Indonesia (SNI) yang relevan terhadap produk yang dimaksud atau Standar
International yang berlaku (IEC = International Electro Technical Commision atau ISO
= International Organization For Standardization), atau standar keselamatan lainnya
yang dapat menjamin mutu produk dengan mengacu pada norma norma keselamatan
dan keamanan pengguna. Daftar standar keselamatan produk dinyatakan dengan tabel 2
atau ditetapkan secara khusus.
1.4.2. Kriteria Auditor Merek Keselamatan sesuai dengan ISO-1011-2 tentang kriteria auditor
ditambah dengan program pelatihan dan evaluasi tentang norma norma Keselamatan
dan Kesehatan yang ditetapkan tersendiri pada lampiran No
1.4.3. Standar pengujian produk sesuai dengan Standar Nasional Indonesia (SNI). Atau
standar International yang berlaku yang relevan terhadap tujuan pengujian yang
dimaksud atau standar yang ditetapkan oleh Direktur( Pejabat yang berwenang).
1.4.4. Persyaratan Pemastian Mutu alat ukur mengacu pada ISO-10012-1 tentang sistim
konformasi Metrologi bagi alat ukur.
1.4.5. Pelaksanaan audit terhadap pemohon dilaksanakan menurut ISO-10011-1tentang
Pengauditan ditambah dengan standar inspeksi yang ditetapkan oleh Direktur( Pejabat
yang berwenang ).
1.4.6. Standar lainnya yang belum diatur dalam peraturan ini ditetapkan oleh
Direktur(Pejabat yang berwenang ).

2. PERSYARATAN PRODUK
2.1. Setiap produk peralatan listrik atau bagiannya, yang dalam unjuk kerjanya menggunakan
energi listrik dengan tegangan kerja diatas 12 Volt (?) dan arus kerja diatas 0,5 Ampere atau
dengan daya diatas 6 VA atau yang mempunyai potensi bahaya bagi masyarakat pemakai
wajib menerapkan merek keselamatan dan sertifikasi merek keselamatan.
2.2. Setiap produk peralatan listrik atau bagiannya harus dapat menjamin keselamatan dan
keamanan bagi masyarakat pemakainya atau harus memenuhi persyaratan keselamatan dan
aman dalam pemakaian.

Doc No. : SM-1


Rev : 0
Page : 4/22

2.3. Persyaratan keselamatan, meliputi;


(1) Mencegah terjadinya bahaya tegangan sentuh listrik
(2) Mencegah terjadinya bahaya kebakaran

CR-Saiman Anggoro / Peraturan Tanda Keselamatan


(3) Mencegah terjadinya bahaya radiasi atau sinar
(4) Mencegah terjadinya bahaya induksi listrik
(5) Mencegah terjadinya bahaya kebisingan
(6) Mencegah terjadinya bahaya mekanik
(7) Mencegah terjadinya bahaya peledakan
(8) Mencegah terjadinya bahaya kimia
(9) Mencegah terjadinya bahaya suhu
(10) Mencegah terjadinya bahaya kelembaban
(11) Mencegah teradinya bahaya gas, uap, asap, debu, getaran, hembusan angin
(12) Mencegah terjadinya bahaya Penyakit, gangguan kesehatan yang diakibatkan oleh
penggunaan produk peralatan listrik
(13) Atau harus dapat mencegah bahaya lainnya yang dapat memepengaruhi turunnya
tingkat kualitas penggunanya/pemakai
(14) Mencegah terjadinya bahaya petir

2.4. Persyaratan Keselamatan terhadap produk peralatan listrik mencakup prinsip prinsip tehnis
ilmiah menjadi suatu kumpulan ketentuan yang disusun secara teratur, jelas dan praktis yang
meliputi; konstruksi, bahan yang digunakan, sumber catu daya, unjuk kerja pengujian dan
pengesahan kelengkapan alat alat perlindungan, kelengkapan alat pengaman, kelengkapan
tanda/lambang keselamatan, panduan teknis penggunaan, pemilikan, penyimpanan,
pengangkutan, identifikasi produk dan ketentuan lainnya yang dapat menjamin keselamatan
dan keamanan pengguna dan keutuhan produk itu sendiri serta lingkungannya

2.5. Produk Peralatan Listrik yang dimaksud dalam peraturan ini yang dalam penggunaannya
mempunyai kontak langsung atau dalam jangkauan sentuh pengguna harus aman terhadap
masyarakat pengguna atau memenuhi persyaratan keselamatan.

2.6. Produk peralatan listrik atau bagian komponennya yang dalam jangkauan sentuh tetapi
karena konstruksi atau karakteristiknya yang terpaksa memiliki potensi bahaya tinggi maka
harus diberikan perlindungan cukup dan tanda/lambang keselamatan (Safety sign), tabel
3, yang sesuai dan memadai yang dapat menjamin keselamatan dan keamanan masyarakat
pengguna.

2.7. Peraturan ini berlaku untuk Produk Peralatan Listrik atau bagian komponennya dalam
lingkup perencanaan, pembuatan (Produksi), pemasangan (instalasi) penggunaan,
penyimpanan, pengangkutan atau kondisi lain yang dapat menimbulkan potensi bahaya bagi
orang disekelilingnya atau bagi barang lain disekitarnya.

2.8. Peraturan ini tidak berlaku terhadap produk peralatan listrik yang telah diatur dalam
Peraturan Umum Instalasi Listrik (PUIL) SNI-225 berikut amandemennya.

Doc No. : SM-1


Rev : 0
Page : 5/22

Atau terhadap produk peralatan listrik yang dalam perencanaan, pembuatan, penggunaannya
telah diatur oleh Peraturan setingkat Peraturan Menteri yang diterbitkan oleh Departemen
lain atau dengan kontrak khusus antara penjual dan penggunaan tetapi kontrak tersebut
tidak boleh bertentangan dengan peraturan ini.

CR-Saiman Anggoro / Peraturan Tanda Keselamatan


2.9. Penerapan sertifikasi dan merek keselamatan hanya berlaku bagi produk peralatan listrik
yang telah dinyatakan lulus uji mutu/karakteristik tehnik dan mempunyai kesesuaian
persyaratan yang telah ditetapkan untuk setiap type, setiap jenis, setiap model, setiap
spesifikasi, setiap bentuk, setiap unjuk kerja.

2.10. Penerapan sertifikasi dan merek keselamatan dapat diterapkan terhadap produk peralatan
listrik yang tidak wajib diawasi atau secara sukarela yang oleh pemohon dianggap perlu.

2.11. KATEGORI
Sertifikasi dan Merek Keselamatan terhadap produk listrik ini dikategorikan seperti pada
tabel 4 atau penjelasan sebagai berikut :

2.11.1. Kategori A-1:


Diperuntukan bagi pemohon produsen atau produsen perwakilan didalam wilayah hukum
Republik Indonesia, yang wajib melaksanakan peraturan ini terhadap produk peralatan
atau bagian komponennya yang dalam penggunaannya bersentuhan langsung atau dalam
jangkauan sentuhan penggunaannya dengan potensi bahaya .Sertifikasi dan penggunaan
merek keselamatan berlaku untuk semua produk yang diproduksi selama masa
pengawasan atau selama kontrak dalam jumlah kapasitas tertentu yang telah dinyatakan
lulus uji atau memenuhi persyaratan keselamatan untuk type / model , atau spesifikasi,
jenis, yang sama.

2.11.2. Kategori A-2:


Diperuntukan bagi pemohon produsen didalam wilayah hukum Republik Indonesia yang
wajib melaksanakan peraturan ini terhadap produk peralatan listrik atau bagian
komponennya dalam penggunaannya tidak bersentuhan langsung atau diluar jangkauan
sentuh penggunaannya dengan potensi bahaya. Sertifikasi dan penggunaan merek
keselamatan berlaku untuk semua produk yang diproduksi selama masa pengawasan atau
selama kontrak dalam jumlah kapasitas tertentu yang telah dinyatakan lulus uji atau
memenuhi persyaratan keselamatan untuk type / model , atau spesifikasi, jenis, yang sama.

3.11.3. Kategori B-1:


Diperuntukan bagi pemohon bukan produsen distributor atau perwakilan dari luar wilayah
hukum Republik Indonesia yang wajib melaksanakan peraturan ini terhadap produk
peralatan listrik atau bagian komponennya yang didalam penggunaannya bersentuhan
langsung atau dalam jangkauan sentuh penggunanya. Sertifikasi dan penggunaan merek
keselamatan hanya berlaku untuk sejumlah lot yang dimohon untuk setiap type, setiap
jenis, setiap model, setiap bentuk, setiap spesifikasi.

Doc No. : SM-1


Rev : 0
Page : 6/22

2.11.4. Kategori B-2:


Diperuntukan bagi pemohon bukan produsen atau distributor atau perwakilan dari luar
wilayah hukum Republik Indonesia yang tidak wajib melaksanakan peraturan ini terhadap
produk peralatan listrik atau bagian komponennya yang didalam penggunaannya tidak
bersentuhan langsung atau diluar jangkauan sentuh dengan potensi bahaya. Sertifikasi dan
penggunaan merek keselamatan hanya berlaku pada sejumlah lot yang dimohon untuk
setiap type, setiap moddel, setiap jenis, setiap bentuk dan setiap spesifikasi.

CR-Saiman Anggoro / Peraturan Tanda Keselamatan


Tabel 4

NO KATEGORI PEMOHON POTENSI BAHAYA SERTIFIKASI PEMERIKSAAN


URUT PRODUK
1 A-1 Produsen Potensi bahaya Semua yang Audit sistim mutu
bersentuhan diproduksi dan Inspeksi mutu
langsung atau selama kontrak Produk
dalam jangkauan pengawasan
sentuh dengan jumlah max yang
pemakai disepakati
2 A-2 Produsen Potensi bahaya Semua yang Audit sitim mutu
tidal bersentuahn diproduksi dan Inspeksi
langsung atau selama kontrak Mutu
dalam jangkauan pengawasan dan
sentuh terhadap jumlah max yang
pemakai disepakati
3 B-1 Bukan Potensi bahaya Sejumlah lot Inspeksi Mutu
produsen bersentuhan tertentu Produk dengan
langsung atau metoda
dalam jangkauan pengambilan
sentuh terhadap contoh uji
pemakai
4 B-2 Buka Potensi bahaya Sejumlah lot Inspeksi Mutu
Produsen tidak bersentuhan tertentu Produk dengan
langsung atau metoda
diluar jangkauan pengambilan
sentuh terhadap contoh uji
pemakai

Doc No. : SM-1


Rev : 0
Page : 7/22

3. SERTIFIKASI TANDA KESELAMATAN

3.1. Audit Mutu, Inspeksi dan Pengujian


3.1.1. Audit sistim mutu ialah pengujian sistimatik dan mandiri untuk mengukur dan
menetapkan keefektivan kinerja dari sistim manajemen mutu apakah kegiatan mutu dan
hasil yang berkaitan sesuai dengan pengaturan yang direncanakan dan apakah
pengaturan pengaturan yang disebut ini ditetapkan secara efektif dan sesuai untuk
mencapai tujuan dari pemohon produsen tata cara pelaksanaan audit mutu dilaksanakan
menurut prosedur yang disyaratkan.
3.1.2. Audit sistim mutu hanya berlaku untuk pemohon kategori A-1 dan kategori A-2.
CR-Saiman Anggoro / Peraturan Tanda Keselamatan
3.1.3. Audit sistim mutu terhadap pemohon dengan kategori A-1 dan A-2 dilaksanakan
sekurang kurangnya 1 X dalam 3 (Tiga) tahun.
3.1.4. Audit mutu minimal meliputi : Persyaratan Sistim Manajemen Mutu

Doc No. : SM-1


Rev : 0
Page : 8/22

PERSYARATAN SISTEM MUTU


(QUALITY SYSTEM REQUIREMENT)
4. Persyaratan Sistem Mutu

4.1. Tanggung Jawab Manajemen


(Management Responsibility)

4.1.1. Kebijakan Mutu


(Quality Policy)
Manajemen eksekutif pemasok harus menetapkan dan mendokumentasikan kebijakannya
untuk mutu, termasuk sasaran untuk mutu dan komitmennya terhadap mutu. Kebijakan
mutu harus relevan dengan target organisasi serta harapan dan kebutuhan konsumennya.

CR-Saiman Anggoro / Peraturan Tanda Keselamatan


Pemasok harus menjamin bahwa kebijakan ini dimengerti, diterapkan, dan dijaga pada
semua tingkat dalam organisasinya.

4.1.2. Organisasi
(Organization)

4.1.2.1. Tanggung jawab dan kewenangan


(Responsibility and authority)
Tanggung jawab, wewenang dan hubungan antar semua personel yang
mengelola, melaksanakan dan memverifikasi pekerjaan yang mempengaruhi mutu
harus ditetapkan dan didokumentasikan, terutama untuk personel yang
memerlukan kebebasan dan wewenang organisasi untuk :
a. memrakarsai kegiatan untuk mencegah terjadinya ketidak-sesuaian
berkenaan dengan produk, proses dan sistem mutu;
b. mengidentifikasi dan mencatat setiap masalah mutu produk;
c. memprakarsai, menyarankan, atau memberikan cara pemecahan melalui
jalur yang ditentukan;
d. memverifikasi penerapan cara pemecahan,
e. mengendalikan lebih lanjut proses, penyerahan, atau pemasangan
produk yang tidak sesuai, sampai kekurangan atau kondisi yang tidak
memuaskan telah diperbaiki.

4.1.2.2. Sumber daya


(Resources)
Pemasok harus mengidentifikasi persyaratan sumber daya dan menyediakan
sumber daya yang cukup, termasuk penugasan personel terlatih (lihat butir
4.18), untuk manajemen, kinerja pekerjaan dan kegiatan verifikasi termasuk audit
mutu internal.

Doc No. : SM-1


Rev : 0
Page : 9/22

4.1.2.3. Wakil Manajemen


(Management Respresentative / MR)
Manajemen eksekutif pemasok harus menunjuk seorang anggota manajemen
yang, di luar tanggung jawabnya yang lain, harus diberi wewenang yang
ditetapkan untuk :
a. menjamin bahwa sistem mutu ditetapkan, diterapkan dan dijaga sesuai
dengan Standar International ini, dan
b. melaporkan unjuk kerja sistem mutu kepada manajemen pemasok untuk
ditinjau dan sebagai dasar bagi peningkatan sistem mutu.

Catatan :
5. Tanggung jawab seorang wakil manajemen dapat juga meliputi hubungan dengan pihak
luar bagi masalah yang berhubungan dengan sistem mutu.

4.1.3. Tinjauan Manajemen


(Managemen Review)

CR-Saiman Anggoro / Peraturan Tanda Keselamatan


Manajemen eksekutif pemasok harus meninjau sistem mutu pada setiap selang waktu
tertentu yang memadai untuk menjamin kesinambungan kesesuaian dan keefektifannya
dalam memenuhi persyaratan Standar International ini serta kebijakan dan sasaran mutu
yang dinyatakan pemasok (lihat butir 4.1.1.).
Rekaman dari tinjauan tersebut harus dipelihara (lihat butir 4.16).

4.2. Sistem Mutu


(Quality System)

4.2.1. Umum (General)


Pemasok harus menetapkan, mendokumentasikan dan memelihara sistem mutu sebagai
alat untuk menjamin bahwa produk memenuhi persyaratan yang ditentukan. Pemasok
harus menyiapkan pedoman mutu yang mencakup persyaratan dari Standar Internasional
ini. Pedoman mutu harus meliputi atau membuat acuan ke prosedur sistem mutu dan
menjelaskan struktur dokumentasi yang digunakan dalam sistem mutu dan menjelaskan
struktur dokumentasi yang digunakan dalam sistem mutu.
Catatan :
6. Panduan mengenai pedoman mutu diberikan dalam ISO 10013

4.2.2. Prosedur sistem mutu


(Quality sistem procedure)
Pemasok harus:
a) menyiapkan prosedur terdokumentasi yang konsisten dengan persyaratan Standar
lnternasional ini dan kebijakan mutu yang dinyatakan pemasok, dan
b) Secara efektif menerapkan sistem mutu dan prosedur terdokumentasi-nya.

Doc No. : SM-1


Rev : 0
Page : 10/22

Untuk tujuan dari Standar Internasional ini, jangkauan dan rincian dari prosedur yang
membentuk bagian dari sistem mutu tergantung pada komplexitas pekerjaan metode yang
digunakan serta ketrampilan dan pelatihan yang dibutuhkan oleh personel yang terlibat
dalam pelaksanaan kegiatan.

Catatan:
7. Prosedur terdokumentasi dapat membuat acuan ke instruksi kerja yang menerapkan bagaimana suatu
kegiatan dilakukan .

4.2.3. Perencanaan mutu (Quality planning)

Pemasok harus menetapkan dan mendokumentasikan bagaimana persyaratan mutu akan


dipenuhi. Rencanaan mutu harus konsisten dengan semua persyaratan lainnya dari sistem
mutu pemasok dan harus didokumentasikan dalam bentuk yang sesuai dengan metode
operasi pemasok. Pemasok harus memberikan pertimbangan terhadap kegiatan berikut ini,
sesesuainya, dalam memenuhi persyaratan yang ditentukan untuk produk, proyek
atau kontrak :
a) persiapan rencana mutu;

CR-Saiman Anggoro / Peraturan Tanda Keselamatan


b) identifikasi dan perolehan setiap pengendalian proses peralatan (termasuk
peralatan inspeksi dan uji) "fixtures" sumber daya dan ketrampilan yang
mungkin diperlukan untuk mencapai mutu yang ditetapkan;
c) menjamin keselarasan prosedur-prosedur desain, proses produksi pemasangan
pelayanan, inspeksi dan pengujian serta dokumentasi yang berlaku;
d) pembaharuan, bila perlu, teknik-teknik pengendalian mutu, inspeksi dan
pengujian, termasuk pengembangan instrumentasi baru;
e) identifikasi setiap persyaratan pengukuran yang melibatkan kemampuan yang
melebihi tingkat kecanggihan yang diketahui, dalam waktu cukup untuk
mengembangkan kemampuan yang dibutuhkan;
f) identifikasi, verifikasi yang sesuai pada tahapan yang tepat dalam merealisasi
produk;
g) klarifikasi standar keberterimaan untuk seluruh ciri-ciri dan persyaratan
termasuk hal-hal yang mengandung unsur subyektif;
h) identifikasi dan persiapan rekaman mutu (lihat butir 4 16).

Catatan :
8. Rencana mutu tersebut di atas (lihat butir 4.2.3a) dapat berupa acuan terhadap prosedur
terdokumentasi yang tepat yang merupakan bagian yang integral dari sistem mutu pemasok.

Doc No. : SM-1


Rev : 0
Page : 11/22

4.3. Tinjauan Kontrak (Contract Review) / Tidak disyaratkan (not required)


4.4. Pengendalian Desain (Design Control)
4.4.1. 4.4.8. Tidak disyaratkan.
4.4.9. Keluaran desain (Design output)
Keluaran desain, harus didokumentasikan dan dinyatakan dalam bentuk yang dapat
diverifikasi dan divalidasi terhadap persyaratan masukan desain.
Keluaran desain harus :
a) memenuhi persyaratan masukan desain;

4.4.10. Perubahaan desain (Design changes)


Semua perubahan dan modifikasi desain harus diidentifikasi, didokumentasi, ditinjau dan
disetujui oleh personel yang berwenang sebelum diterapkan

4.5. Pengendalian Dokumen dan Data


(Document and data control)

4.5.1. Umum (General)


Pemasok harus menetapkan dan memelihara prosedur terdokumentasi untuk
mengendalikan seluruh dokumen dan data yang berhubungan dengan persyaratan Standar
CR-Saiman Anggoro / Peraturan Tanda Keselamatan
Internasional ini termasuk bila dapat diterapkan dokumen yang berasal dari luar seperti
standar dan gambar dari pembeli.
Catatan:
15. Dokumen dan data dapat berupa berbagai tipe media seperti cetakan atau media elektronik.

4.5.2. Persetujuan dan penerbitan dokumen dan data


(Document and data approval and issue)
Dokumen dan data harus ditinjau dan disetujui untuk kecukupan oleh personel yang
berwenang sebelum diterbitkan Daftar Induk atau prosedur pengendalian dokumen yang
setara yang mengidentifikasi status revisi terakhir dari dokumen harus ditetapkan dan
tersedia untuk menghindari penggunaan dokumen yang tidak absah dan atau kedaluwarsa.
Pengendalian ini harus menjamin bahwa :
a) terbitan bersangkutan dari dokumen yang sesuai tersedia di seluruh lokasi
dimana operasi yang penting untuk berfungsinya sistem mutu secara efektif
dilaksanakan;
b) dokumen yang tidak absah dan atau kedaluwarsa segera disingkirkan dari
semua tempat penerbitan atau penggunaan atau jika tidak maka dijamin
terhadap penggunaan yang tidak sengaja;
c) setiap dokumen kedaluwarsa yang disimpan bagi tujuan hukum dari atau
sebagai informasi diidentifikasi secara sesuai

Doc No. : SM-1


Rev : 0
Page : 12/22

4.5.3. Perubahan dokumen dan data


(Document and data change)
Perubahan terhadap dokumen dan data harus ditinjau dan disetujui oleh fungsi/organisasi
yang pertama kali meninjau dan menyetujuinya kecuali jika secara spesifik ditentukan lain.
Organisasi yang ditunjuk harus dapat dengan mudah mendapatkan latar belakang
informasi yang relevan sebagai dasar untuk peninjauan dari persetujuannya.

Jika dapat dilaksanakan riwayat perubahan harus diidentifikasi di dalam dokumen atau
lampiran yang sesuai.

4.6. Pembelian (Purchasing)


4.6.1. Umum (General)
Pemasok harus menetapkan dan memelihara prosedur terdokumentasi untuk menjamin
bahwa produk yang dibeli (lihat butir 3.1) memenuhi persyaratan yang ditentukan.

4.6.2. Evaluasi subkontraktor (Evaluation of subcontractors)


Pemasok harus:
a) mengevaluasi dan memilih subkontraktor berdasarkan pada kemampuannya
memenuhi persyaratan subkontrak termasuk persyaratan sistem mutu dan
setiap persyaratan jaminan mutu khusus;
b) menentukan tipe dan jangkauan pengendalian yang dilakukan terhadap
subkontraktor. Pengendalian ini harus tergantung pada tipe produk, pengaruh

CR-Saiman Anggoro / Peraturan Tanda Keselamatan


produk yang disubkontrakkan terhadap mutu dari produk akhir dan, apabila
cocok, pada laporan audit mutu dan atau rekaman mutu dan kemampuan dan
kinerja yang telah diperagakan oleh subkontraktor tersebut.
c) menetapkan dan memelihara rekaman mutu tentang subkontraktor yang
berterima (lihat butir 4.16).

4.6.3. Data Pembelian (Purchasing data)


Dokumen pembelian harus berisikan data yang menguraikan dengan jelas produk yang
dipesan, termasuk apabila memungkinkan:
a) tipe, kelas, model, tingkat atau identifikasi yang tepat lainnya;
b) nama atau identifikasi positif lain serta hal-hal yang dapat diterapkan dari
spesifikasi, gambar, persyaratan proses instruksi inspeksi dan data teknis yang
relevan lainnya termasuk persyaratan untuk persetujuan atau kualifikasi dari
produk prosedur peralatan proses dan personel;
c) nama, nomor dan terbitan Standar Internasional sistem mutu yang akan
digunakan.
Pemasok harus meninjau dan menyetujui dokomen pembelian untuk kecukupan
persyaratan yang ditentukan sebelun dilepas.

Doc No. : SM-1


Rev : 0
Page : 13/22

4 6.4. Verifikasi Produk Yang Dibeli


(Verification of purchased product)
4.6.4.1. Verifikasi pemasok di lokasi subkontraktor
(Supplier verification at subcontractors premises)
Apabila pemasok bermaksud untuk memverifikasi produk yang dibeli di lokasi
subkontraktor, pemasok harus menetapkan pengaturan verifikasi dan metode
pelepasan produk di dalam dokomen pembelian.
4.6.4.2. Verifikasi konsumen terhadap produk yang disubkontrakkan
(Customer verification of subcontracted product)
Apabila ditentukan dalam kontrak, pembeli atau wakilnya harus diberi hak untuk
memverifikasi di lokasi subkontraktor dan lokasi pemasok bahwa produk yang
disubkontrakkan memenuhi persyaratan yang ditentukan. Verifikasi tersebut tidak
boleh digunakan oleh pemasok sebagai bukti pengendalian mutu efektif oleh
subkontraktor.
Verifikasi oleh pembeli tidak boleh membebaskan pemasok dari tanggung jawabnya
untuk menyediakan produk yang berterima, juga tidak merupakan pencegah
penolakan berikutnya oleh pembeli.

4.7. Pengendalian Produk yang Dipasok Konsumen / Tidak disyaratkan


(Control of customer supplied product)

4.8. Identifikasi dan Mampu Telusur Produk


(Product identification and traceability)

CR-Saiman Anggoro / Peraturan Tanda Keselamatan


Apabila sesuai, pemasok harus menetapkan dan memelihara prosedur terdokumentasi
untuk mengidentifikasi produk melalui cara yang sesuai sejak penerimaan dan selama semua
tahap produksi, penyerahan, dan pemasangan.
Apabila ketelusuran merupakan persyaratan yang ditentukan, maka pemasok harus
menetapkan dan memelihara prosedur terdokumentasi untuk identifikasi khusus bagi setiap
produk atau tampak. Identifikasi ini harus dicatat (lihat butir 4.16).

4.9. Pengendalian Proses (Process Control)


Pemasok harus mengidentifikasikan dan merencanakan proses-proses produksi,
pemasangan dan pelayanan yang secara langsung mempengaruhi mutu serta harus
menjamin bahwa proses-proses tersebut dilaksanakan di bawah kondisi yang terkendali.
Kondisi-kondisi yang terkendali harus mencakup hal-hal berikut ini:
a) prosedur terdokumentasi yang menentukan cara produksi, pemasangan dan
pelayanan, dimana tanpa adanya prosedur tersebut akan mengakibatkan
penurunan mutu;
b) penggunaan peralatan, produksi, pemasangan dan pelayanan yang sesuai serta
lingkungan kerja yang sesuai;

Doc No. : SM-1


Rev : 0
Page : 14/22

c) kesesuaian dengan standar/kode acuan, rencana mutu dan atau prosedur


terdokumentasi;
d) memantau dan mengendalikan parameter proses dan karakteristik produk yang
sesuai;
e) persetujuan proses dan peralatan kesesuaiannya;
f) kriteria kecakapan kerja, yang harus ditetapkan dalam cara yang praktis sejelas
mungkin (misalnya standar tertulis, contoh hasil yang mewakili atau ilustrasi).
g) pemeliharaan yang sesuai terhadap peralatan untuk menjamin kesinambungan
kemampuan proses.
Apabila hasil proses tidak dapat sepenuhnya diverifikasi melalui urutan inspeksi dan
pengujian produk dan dimana sebagai contoh kekurangan-kekurangan dalam, pemrosesan
mungkin baru terlihat jelas hanya setelah barang tersebut digunakan maka proses tersebut
harus dilaksanakan oleh operator yang berkualifikasi dan atau harus mensyaratkan
pemantauan dan pengendalian terus-menerus terhadap parameter-parameter proses untuk
menjamin bahwa persyaratan yang ditentukan dipenuhi.

Persyaratan bagi setiap kualifikasi operasi proses, termasuk peralatan dan personil yang
terkait (lihat butir 4.18), harus ditentukan.
Catatan:
16. Proses seperti itu yang memerlukan pra-kualifikasi kemampuan prosesnya seringkali disebut sebagai
proses khusus.

Rekaman yang sesuai untuk proses, peralatan dan personel yang telah dikualifikasi harus
dipelihara (lihat butir 4.16).

4.10. Inspeksi dan Pengujian (Inspection and testing)

CR-Saiman Anggoro / Peraturan Tanda Keselamatan


4.10.1. Umum (General)
Pemasok harus menetapkan dan memelihara prosedur terdokumentasi untuk
kegiatan-kegiatan inspeksi dan pengujian dalam rangka untuk memverifikasi bahwa
persyaratan yang ditentukan untuk produk dipenuhi, Inspeksi dan pengujian yang
disyaratkan serta rekaman yang akan dihasilkan harus dirinci dalam rencana mutu atau
prosedur terdokumentasi.

4.10.2. Inspeksi dan pengujian penerimaan


(Receiving inspection and testing)
4.10.2.1. Pemasok harus menjamin bahwa produk yang datang tidak digunakan atau
diproses (kecuali dalam keadaan seperti diuraikan dalam butir 4.10.2.3) sampai
produk tersebut telah diperiksa atau diverifikasikan bahwa produk tersebut
memenuhi persyaratan yang ditentukan. Verifikasi terhadap persyaratan yang
ditentukan harus sesuai dengan rencana mutu dan atau prosedur
terdokumentasi.

Doc No. : SM-1


Rev : 0
Page : 15/22

4.10.2.2 . Dalam menentukan jumlah dan jenis inspeksi penerimaan, pertimbangan harus
diberikan terhadap cakupan pengendalian yang dilakukan di lokasi subkontraktor
dan bukti tercatat tentang kesesuaian mutu yang diberikan.
4.10.2.3. Apabila produk yang datang diizinkan dipakai untuk tujuan produksi yang
mendesak sebelum verifikasi dilakukan produk tersebut harus diidentitikasi
secara jelas dan dicatat (lihat butir 4.16) agar supaya dapat segera ditarik kembali
dan diganti jika ditemukan ketidaksesuaian dengan persyaratan yang ditentukan.

4.10.3. Inspeksi dan pengujian selama proses


(In process inpection and testing)
Pemasok harus :
a) menginspeksi dan menguji produk seperti yang diisyaratkan oleh rencana mutu dan
atau prosedur terdokumentasi;
b) menahan produk sampai inspeksi dan pengujian yang disyaratkan telah diselesaikan
atau laporan-laporan yang diperlukan telah diterima dan diverifikasi kecuali jika
produk dilepas di bawah prosedur penarikan kembali yang positif (lihat butir 4.10.2.3).
Pelepasan di bawah prosedur penarikan kembali yang positif tidak boleh meniadakan
kegiatan yang diuraikan dalam butir 4.10.3.a.

4.10.4. Inspeksi dan pengujian akhir


(Final inspection and testing)
Pemasok harus melakukan semua inspeksi dan pengujian akhir sesuai dengan rencana
mutu dan atau prosedur terdokumentasi untuk melengkapi bukti kesesuaian produk akhir
terhadap persyaratan yang ditentukan.
Rencana mutu dan atau prosedur terdokumentasi untuk inspeksi dan pengujian akhir
harus mensyaratkan bahwa semua inspeksi dan pengujian yang ditentukan termasuk yang
ditentukan pada penerimaan produk maupun selama proses harus telah dilaksanakan dan
bahwa hasilnya memenuhi persyaratan yang ditentukan.

CR-Saiman Anggoro / Peraturan Tanda Keselamatan


Produk tidak boleh dikirim sebelum semua kegiatan yang ditentukan di dalam rencana
mutu dan atau prosedur terdokumentasi telah diselesaikan secara memuaskan serta data
dan dokumentasi yang bersangkutan tersedia dan telah disahkan.

4.10.5. Catatan Inspeksi dan Pengujian


(Inspection and test records)
Pemasok harus melakukan dan memelihara catatan yang memberikan bukti bahwa produk
telah diinspeksi dan atau diuji. Catatan tersebut harus menunjukkan secara jelas apakah
produk telah lulus atau gagal melalui inspeksi dan atau pengujian berdasarkan kriteria
keberterimaan yang ditentukan. Apabila produk gagal melalui inspeksi dan atau pengujian
maka prosedur untuk pengendalian produk yang tidak sesuai harus digunakan.
(lihat butir 4.13.).
Catatan harus mengidentifikasi pihak yang berwenang atas inspeksi yang bertanggung jawab atas
peluncuran produk (lihat butir 4.16).

Doc No. : SM-1


Rev : 0
Page : 16/22

4.11. Pengendalian Peralatan Inspeksi Pengukuran dan Pengujian


(Control of inspection, measuring and test equipment)

4.11.1. Umum (General)


Pemasok harus menetapkan dan memelihara prosedur terdokumentasi untuk
mengendalikan mengkalibrasi dan merawat peralatan inspeksi, pengukuran dan pengujian
(termasuk perangkat lunak pengujian) yang digunakan oleh pemasok untuk memeragakan
kesesuaian produk terhadap persyaratan yang ditentukan. Peralatan inspeksi pengukuran
dan pengujian harus digunakan sedemikian rupa dengan tujuan untuk menjamin bahwa
ketidakpastian pengukuran dapat diketahui dan konsisten dengan kemampuan pengukuran
yang disyaratkan.

Bila perangkat lunak pengujian atau acuan pembanding seperti perangkat keras pengujian
digunakan sebagai alat inspeksi yang sesuai perangkat tersebut harus dicek untuk
membuktikan kemampuan memverifikasi keberterimaan produk sebelum dilepas untuk
dipakai selama produksi, pemasangan atau pelayanan dan harus dicek ulang setiap selang
waktu yang ditentukan. Pemasok harus menentukan jangkauan dan frekuensi pengecekan
tersebut dan harus memelihara rekaman sebagai bukti pengendalian (lihat butir 4.16).

Bila ketersediaan data teknis berkenaan dengan peralatan pengukuran merupakan


persyaratan yang ditentukan maka data tersebut harus disediakan bila disyaratkan oleh
pembeli atau wakilnya untuk memverifikasi bahwa secara fungsional peralatan pengukuran
yang bersangkutan memadai.

Catatan :
17. Untuk tujuan Standar Internasional ini, istilah Peralatan pengukuran meliputi alat-alat
pengukuran.

4.11.2. Prosedur pengendalian (Control procedure)


Pemasok harus:

CR-Saiman Anggoro / Peraturan Tanda Keselamatan


a) menentukan pengukuran yang akan dilakukan dan ketepatan yang
disyaratkan serta memilih peralatan inspeksi pengukuran dan pengujian yang
sesuai yang mampu untuk mencapai ketepatan dan ketelitian yang diperlukan.
b) mengidentifikasi semua peralatan inspeksi pengukuran dan pengujian yang
dapat mempengaruhi mutu produk serta mengkalibrasi dan menyesuaikan
peralatan tersebut pada jangka waktu tertentu, atau sebelum dipakai terhadap
peralatan yang telah mendapat sertifikat yang mempunyai hubungan yang
absah dengan standar yang diakui secara Internasional atau nasional. Bila
standar semacam itu tidak ada, maka dasar yang dipakai untuk kalibrasi
harus didokumentasikan;

Doc No. : SM-1


Rev : 0
Page : 17/22

c) menetapkan proses yang dipakai untuk kalibrasi peralatan inspeksi,


pengukuran dan pengujian, termasuk rincian tipe peralatan, identifikasi
khusus, lokasi, frekuensi pengecekan, metode pengecekan, kriteria
keberterimaan dan tindakan yang akan diambil apabila hasilnya tidak
memuaskan;
d) mengidentifikasi peralatan inspeksi, pengukuran dan pengujian dengan
indikator yang sesuai atau dengan rekaman identitikasi yang disetujui untuk
menunjukkan status kalibrasi;
e) memelihara rekaman kalibrasi untuk peralatan inspeksi, pengukuran dan
pengujian (lihat butir 4.16);
f) mengakses dan mendokumentasikan keabsahan hasil-hasil inspeksi dan
pengujian sebelumnya apabila peralatan inspeksi, pengukuran dan pangujian
ditemukan menyimpang dari kalibrasi;
g) menjamin bahwa kondisi lingkungan sesuai untuk pengkalibrasian, inspeksi,
pengukuran dan pengujian yang sedang dilaksanakan;
h) menjamin penanganan, perawatan dan penyimpanan peralatan, inspeksi,
pengukuran dan pengujian sedemikian rupa sehingga ketepatan dan kelaikan
penggunaannya terpelihara;
i) menjaga fasilitas inspeksi, pengukuran dan pengujian, termasuk perangkat
keras pengujian dan perangkat lunak pengujian dari perubahan yang akan
menyebabkan tidak absahnya penyetelan kalibrasi.
Catatan:
18. Sistem konfirmasi metrologi untuk peralatan pengukuran yang diberikan dalarn ISO 10012
dapat digunakan sebagai panduan.

4.12. Status Inspeksi dan Pengujian


(Inspection and test status)
Status inspeksi dan pengujian produk harus diidentifikasi melalui cara yang sesuai, yang
menunjukkan kesesuaian atau ketidaksesuaian produk sehubungan dengan inspeksi dan
pengujian yang dilakukan. Identifikasi status inspeksi dan pengujian harus dipelihara,

CR-Saiman Anggoro / Peraturan Tanda Keselamatan


seperti yang ditentukan dalam rencana mutu dan atau prosedur terdokumentasi, selama
produksi pemasangan dan pelayanan produk untuk menjamin bahwa hanya produk yang
lulus inspeksi dan pengujian yang disyaratkan (atau dilepas di bawah konsesi yang disahkan
(lihat butir 4.13.2)) yang dikirim, dipakai atau dipasang.

4.13. Pengendalian atas Produk yang Tidak Sesuai


(Control of nonconforming product)

Doc No. : SM-1


Rev : 0
Page : 18/22

4.13.1. Umum (General)


Pemasok harus menetapkan dan memelihara prosedur terdokumentasi untuk menjamin
bahwa produk yang tidak sesuai dengan persyaratan yang ditentukan dicegah dari
pemakaian atau pemasangan yang tidak sengaja. Pengendalian ini harus meliputi
Identifikasi dokumentasi evaluasi pemisahan (jika memungkinkan) pengalihan produk
yang tidak sesuai dan pemberitahuan kepada fungsi yang berkepentingan

4.13.2. Tinjauan dan pengalihan produk yang tidak sesuai


(Review and disposition of non-conforming product)
Tanggung jawab untuk meninjau dan wewenang untuk mengalihkan produk yang tidak
sesuai harus ditetapkan.
Produk yang tidak sesuai harus ditinjau sesuai dengan prosedur terdokumentasi.
Prosedur tersebut dapat berupa :
a) dikerjakan ulang untuk memenuhi persyaratan yang ditentukan
b) diterima dengan atau tanpa perbaikan dengan konsesi
c) dikelompokkan ulang untuk pemakaian alternatif atau
d) ditolak atau dibuang
Apabila disyaratkan dalam kontrak usul penggunaan atau perbaikan produk (lihat butir
4.13.2.b) yang tidak sesuai persyaratan yang ditentukan harus dilaporkan kepada pembeli
atau wakilnya untuk konsesi. Uraian mengenai ketidaksesuaian yang telah diterima dan
mengenai perbaikannya harus dicatat untuk menunjukkan kondisi yang selanjutnya (lihat
butir 4.16).
Produk yang diperbaiki dan atau dikerjakan ulang harus diinspeksi kembali sesuai dengan
rencana mutu dan atau prosedur terdokumentasi.

4.14. Tindakan Koreksi dan Pencegahan


(Corrective and preventive action)

4.14.1. Umum (General)


Pemasok harus menetapkan dan memelihara prosedur terdokumentasi untuk
menerapkan tindakan koreksi dan pencegahan.

CR-Saiman Anggoro / Peraturan Tanda Keselamatan


Setiap tindakan koreksi atau pencegahan yang diambil untuk rnenghilangkan penyebab
ketidaksesuaian yang terjadi atau potensial harus pada tingkat yang sesuai untuk masalah
yang dihadapi dan sebanding dengan resiko yang dihadapi.
Pemasok harus menerapkan dan mencatat setiap perubahan terhadap prosedur
terdokumentasi yang dihasilkan dari tindakan koreksi dan pencegahan.

Doc No. : SM-1


Rev : 0
Page : 19/22

4.14.2. Tindakan koreksi (Corrective action)


Prosedur untuk tindakan koreksi harus meliputi:
a) penanganan yang efektif atas keluhan pelanggan dan laporan ketidak
-sesuaian produk :
b) penyelidikan terhadap penyebab ketidaksesuaian berkenaan dengan produk,
proses dan sistem mutu serta pencataan hasil penyelidikan (lihat butir 4.16);
c) penentuan tindakan koreksi yang diperlukan untuk menghilangkan penyebab
dari ketidaksesuaian;
d) penerapan pengendalian untuk menjamin bahwa tindakan koreksi
dilaksanakan dan efektif.

4.14.3. Tindakan pencegahan (Preventive action)


Prosedur untuk tindakan pencegahan harus meliputi:
a) penggunaan sumber informasi yang tepat seperti proses dan operasi kerja yang
mempengaruhi mutu produk; konsesi hasil audit rekaman mutu laporan
pelayanan dan keluhan pelanggan untuk mendeteksi menganalisis dan
menghilangkan penyebab potensial dari ketidaksesuaian;
b) penentuan langkah-langkah yang diperlukan untuk menangani setiap masalah
yang memerlukan tindakan pencegahan;
c) memrakarsai tindakan pencegahan dan penerapan pengendalian untuk
menjamin keefektilannya;
d) konfirmasi bahwa informasi yang relevan mengenai tindakan yang diambil
telah disampaikan bagi tinjauan manajemen (lihat butir 4.1.3).

4.15. Penanganan, Penyimpanan, Pengemasan, Perawatan dan Pengiriman


(Handling, storage, packaging, preservation and delivery)

4.15.1. Umum (General)


Pemasok harus menetapkan dan memelihara prosedur terdokumentasi untuk
penanganan, penyimpanan pengemasan perawatan, dan pengiriman produk.

4.15.2. Penanganan (Handling)

CR-Saiman Anggoro / Peraturan Tanda Keselamatan


Pemasok harus menyiapkan metode penanganan produk yang dapat mencegah kerusakan
atau penurunan mutu.

4.15.3. Penyimpanan (Storage)


Pemasok harus menggunakan tempat penyimpanan atau ruangan penyimpanan yang
ditentukan untuk mencegah kerusakan atau penurunan mutu produk karena penundaan
penggunaan atau penyerahan. Metode yang sesuai untuk penerimaan dan pengiriman ke
dan dari tempat penyimpanan tersebut harus ditentukan.

Doc No. : SM-1


Rev : 0
Page : 20/22

Untuk mendeteksi penurunan mutu kondisi produk di dalam persediaan harus diases
setiap selang waklu yang scsuai.

4.15.4. Pengemasan (Packaging)


Pemasok harus mengendalikan kemasan proses pengemasan dan penandaan (termasuk
bahan yang dipakai) sejauh diperlukan untuk menjamin kesesuaian terhadap persyaratan
yang ditentukan.

4.15.5. Perawatan (Preservation)


Pemasok harus menggunakan metode yang sesuai untuk perawatan dan pemisahan
produk apabila produk di bawah pengendalian pemasok.

4.15.6. Pengiriman (Delivery)


Pemasok harus mengatur perlindungan mutu produk setelah inspeksi dan pengujian akhir.
Bila ditentukan dalam kontrak perlindungan ini harus diperluas hingga meliputi
penyerahan sampai ke tujuan.

4.16. Pengendalian Catatan Mutu


(Control of quality records)
Pemasok harus menetapkan dan memelihara prosedur terdokumentasi untuk identifikasi,
koleksi, pengindekan, akses, pengarsipan, penyimpanan, pemeliharaan, dan pemusnahan
Catatan mutu.
Catatan mutu harus dipelihara untuk memeragakan kesesuaian persyaratan yang
ditentukan dan operasi yang efektif dari sistem mutu yang bersangkutan dari subkontraktor
harus merupakan salah satu unsur dari data ini.
Semua catatan mutu harus mudah dibaca serta harus disimpan dan dipelihara sedemikian
rupa sehingga mudah diambil dalam fasilitas dengan lingkungan yang sesuai untuk
mencegah kerusakan atau penurunan mutu dan untuk mencegah kehilangan. Waktu
penyimpanan catatan mutu harus ditetapkan dan tercatat. Apabila disetujui dalam kontrak
catatan mutu harus disediakan untuk pengevaluasian oleh pembeli atau wakilnya dalam
kurun waktu yang disetujui.
Catatan:
19. Catatan dapat berupa dalam berbagai tipe media sererti cetakan atau media elektronik.

4.17. Audit Mutu Internal (Internal Quality Audit)

CR-Saiman Anggoro / Peraturan Tanda Keselamatan


Pemasok harus menetapkan dan memelihara prosedur terdokumentasi untuk perencanaan
dan penerapan audit mutu internal untuk memverifikasi apakah kegiatan mutu dan hasil
yang berkaitan sesuai dengan pengaturan yang direncanakan dan untuk menentukan
keefektifan sistem mutu.

Doc No. : SM-1


Rev : 0
Page : 21/22

Audit mutu internal harus dijadwal atas dasar status dan kepentingan kegiatan yang akan
diaudit dan harus dilakukan oleh personal yang independen terhadap personel yang
bertanggung jawab langsung atas kegiatan yang sedang diaudit.
Hasil audit harus dicatat (lihat butir 4.16) dan ditujukan kepada personel yang
bertanggung jawab di bidang yang diaudit untuk mendapat perhatian. Personel manajemen
yang bertanggung jawab di bidang tersebut harus mengambil tindakan koreksi yang tepat
waktu atas kekurangan yang ditemukan selama audit.
Kegiatan tindak-lanjut audit harus memverifikasi dan mencatat penerapan dan keefektifan
tindakan koreksi yang diambil (lihat butir 4.16).
Catatan:
20. Hasil audit mutu internal menjadi bagian yang integral dari masukan untuk kegiatan, tinjauan
manajemen lihat butir 4.1.3)
21. Panduan tentang audit sistem mutu diberikan dalam lSO 10011 .

4.18. Pelatihan (Training)


Pemasok harus menetapkan dan memelihara prosedur terdokumentasi untuk
mengidentifikasi kebutuhan pelatihan dan menyediakan pelatihan untuk semua personel
yang melaksanakan kegiatan yang mempengaruhi mutu. Personel yang melaksanakan
tugas tertentu yang diserahkan padanya harus diklasifikasi atas dasar pendidikan yang
sesuai, pelatihan dan atau pengalaman, sebagaimana disyaratkan. Catatan yang sesuai
tentang pelatihan harus dipelihara (lihat butir 4.16).

4.19. Pelayanan (Servicing) / Tidak disyaratkan

4.20. Teknik Statistik (Statistical Techniques)

4.20.1. Identifikasi kebutuhan (Identification of need)


Pemasok harus mengidentifikasi kebutuhan akan teknik statistik yang diperlukan untuk
menetapkan, mengendalikan dan memverifikasi kemampuan proses dan karakteristik
produk.

4.20.2. Prosedur (Procedure)


Pemasok harus menetapkan den memelihara prosedur terdokumentasi untuk menerapkan
den mengendalikan penerapan teknik statistik yang diidentifikasi dalam butir 4.20.1.

CR-Saiman Anggoro / Peraturan Tanda Keselamatan


Doc No. : SM-1
Rev : 0
Page : 22/22

LAMPIRAN A (INFORMATIF) BIBLIOGRAFI


[1] ISO 9000-1 Standar Manajemen Mutu dan Jaminan Mutu - Bagian 1 :
Panduan bagi Pemilihan dan Penggunaan.

[2] ISO 9000-2-1993 Standar Manajemen Mutu dan Jaminan Mutu - Bagian 2 :
Panduan Dasar bagi Penerapan ISO 9001, ISO 9002 dan ISO
9003.

[3] ISO 9000-3-1991 Standar Manajemen Mutu dan Jaminan Mutu - Bagian 3 :
Panduan bagi Penerapan ISO 9001 untuk Pengembangan,
Pemasokan dan Pemeliharaan Perangkat Lunak.

[4] ISO 9001-1994 *) Sistem Mutu - Model Jaminan Mutu dalam Desain, Produksi,
Pemasangan dan Pelayanan.

[5] ISO 9002-1994 Sistem Mutu - Model Jaminan Mutu dalam Produksi, Pemasangan
dan Pelayanan.

[6] ISO 9003-1994 Sistem Mutu - Model Jaminan Mutu dalam Inspeksi dan
Pengujian Akhir.

[7] ISO 10011-1-1990 Panduan bagi Pengauditan Sistem Mutu - Bagian 1 : Pengauditan.

[8] ISO 10011-2-1991 Panduan bagi Pengauditan Sistem Mutu - Bagian 2 : Kriteria
Kualifikasi bagi Auditor Sistem Mutu.

[9] ISO 10011-3-1992 Panduan bagi Pengauditan Sistem Mutu - Bagian 3 : Manajemen
Program Audit.

[10] ISO 10012-1-1992 Persyaratan Jaminan Mutu bagi Peralatan Pengukuran Bagian 1 :
Sistem Konfirmasi Metrologi untuk Peralatan Pengukuran.

[11] ISO 10013-1992 Panduan untuk Pengembangan Manual Mutu


[12] ISO / TR 13425 Panduan untuk Pemilihan Metode Statistik dalam Standardisasi
dan Spesifikasi

*) Disampaikan dalam buku ini

CR-Saiman Anggoro / Peraturan Tanda Keselamatan

Anda mungkin juga menyukai