Anda di halaman 1dari 20

Sabtu, 16 Juni 2012

Tata Cara penilaian Tingkat Kesehatan Bank (Bank Performance Analysis)

12.1. Pengertian Tingkat Kesehatan Bank

Tingkat kesehatan bank adalah penilaian atas suatu kondisi laporan


keuangan bank pada periode dan saat tertentu sesuai dengan standar
Bank Indonesia (Surat Keputusan Direksi Bank Indonesia tanggal 30 April
1997 tentang Tata Cara Penilaian Tingkat Kesehatan Bank Umum,
disempurnakan dengan SK Direksi Bank Indonesia No.30/277/KEP/DIR
tanggal 19 Maret 1998 tentang Perubahan Surat Keputusan Direksi Bank
Indonesia No.30/11/KEP/DIR tanggal 30 April 1997 tentang Tata Cara
Penilaian Tingkat Kesehatan Bank Umum) yang meliputi faktor-faktor
sebagai berikut:

1. Faktor Permodalan
2. Faktor Kualitas Aktiva Produktif
3. Faktor Manajemen, dengan penekanan pada manajemen umum dan
manajemen risiko
4. Faktor Rentabilitas
5. Faktor Likuiditas
6. Pelaksanaan ketentuan lain yang mempengaruhi penilaian tingkat
kesehatan bank

Sejalan dengan semakin kompleksnya usaha dan tingkat risiko yang


semakin tinggi, sebagai akibat kemajuan informasi dan teknologi sehingga
bank perlu mengindentifikasi permasalahan yang akan/mungkin timbul
dari operasional bank. Hasil akhir penilaian Tingkat Kesehatan Bank, bagi
manajemen bank dapat digunakan sebagai salah satu alat untuk
menetapkan strategi dan kebijakan yang akan datang, sedangkan bagi
Bank Indonesia digunakan sebagai sarana pengawasan terhadap
pengelolaan bank oleh manajemen.

12.2. Tingkat Kesehatan Bank


Sejalan dengan perubahan kondisi perbankan, maka cara penilaian
Tingkat Kesehatan Bank (TKB) juga terjadi penyempurnaan dari waktu
kewaktu, hal ini disebabkan karena Bank Indonesia sebagai Bank Sentral
yang mempunyai tugas di antaranya adalah mengatur dan mengawasi
Bank agar aktivitas perbankan di Indonesia dapat berjalan secara sehat,
dimana pada dasarnya Tingkat Kesehatan Bank dinilai dengan pendekatan
kuantitatif dan kualitatif atas berbagai aspek yang berpengaruh terhadap
kondisi dan perkembangan suatu Bank, yang meliputi faktor-faktor
permodalan, kualitas aktiva produktif, manajemen, rentabilitas, dan
likuiditas.
Mengingat penibahan lingkungan operasional Bank yang sangat pesat,
maka Bank Indo membuat ketentuan baru sebagai penyempurnaan atas
SK Direksi Bank Indonesia No.30/2 KEP/DIR tanggal 19 Maret 1998 tentang
Perubahan Surat Keputusan Direksi Bank Indo No.30/11/KEP/DIR tanggal
30 April 1997 tentang Tata Cara Penilaian Tingkat Kesehatan B Umum,
melalui Peratutran Bank Indonesia Nomor 6/10/PBI/2004 tanggal 12 Apil
2004 ten Sistem Penilaian Tingkat Kesehatan Bank yang merupakan
penyempurnaan dari system penila, sebelumnya, sehingga penilaian
tingkat kesehatan bank meliputi faktor-faktor CAMEL+S terdiri atas:

1. C= Capital (Permodalan)

Dalam penilaiannya menggunakan pendekatan kuantitatif dan kualitatif


yang meliputi:
a. Kecukupan pemenuhan Kewajiban Penyediaan Modal Minimum (KPMM)
b. Komposisi permodalan
c. Trend ke depan yaitu proyeksi KPMM
d. Perbandingan aktiva produktif yang diklasifikasikan dengan modal
e. Kemampuan Bank memelihara kebutuhan penambahan modal dari laba
yang ditahan
f. Rencana permodalan Bank untuk mendukung pertumbuhan usaha
g. Akses kepada sumber pemodalan
h. Kinerja keuangan pemegang saham untuk meningkatkan permodalan

2. A = Asset Quality (Kualitas Aktiva Produktif)

Dalam penilaiannya menggunakan pendekatan kuantitatif dan kualitatif


yang meliputi kom komponen sebagai berikut:
a. Perbandingan aktiva produktif yang diklasifikasikan dengan total aktiva
produktif
b. Perbandingan debitur inti di luar pihak terkait dengan total kredit
c. Perbandingan perkembangan aktiva produktif bermasalah/non
performing asset dan aktiva produktif
d. Tingkat kecukupan pembentukan Penyisihan Penghapusan Aktiva
Produktif (PPAP)
e. Kecukupan kebijakan dan prosedur aktiva produktif
f. Sistem kaji ulang (review) internal terhadap aktiva produktif
g. Dokumentasi aktiva produktif
h. Kinerja penanganan aktiva produktif bermasalah

3. M = Management (Manajemen)

Dalam penilaiannya terdapat 3 faktor manajemen yang dinilai meliputi:


a. Manajemen Umum
b. Penerapan sistem manajemen risiko
c. Kepatuhan terhadap ketentuan (Bank Indonesia dan atau pihak lainnya)
4. E = Earnings (Rentabilitas)

Dalam penilaiannya digunakan pendekatan kualitatif dan kuantitatif


terhadap faktor-f rentabilitas yang meliputi:
a. Return on Assets (ROA)
b. Return on Equity (ROE)
c. Net Interest Margin (NIM)
d. Biaya Operasional dibandingkan dengan Pendapatan Operasional
(BOPO)
e. Perkembangan laba operasional
f. Penerapan prinsip akuntansi dalam pengakuan pendapatan dan biaya
g. Prospek laba operasional

5. L= Liquidity (Likuiditas)

Dalam penilaiannya digunakan pendekatan kualitatifdan


kuantitatifterhadap faktor-faktor likuiditas yang meliputi:
a. Aktiva likuid kurang dari 1 bulan dibandingkan pasiva likuid kurang dari I
bulan
b. 1-month maturity mismatch ratio
c. Loan to Deposit Ratio (LDR)
d. Proyeksi cash flow 3 bulan mendatang
e. Ketergantungan pada dana antar bank dan deposan inti
f. Kebijakan dan pengelolaan likuiditas (assets and liabilities management
atau ALMA)
g. Kemampuan bank untuk masuk ke pasar uang, pasar modal atau
mendapatkan sumbersumber pendanaan lainnya
h. Stabilitas dana pihak ketiga (DPK)

6. S = Sensitivity to Market Risk (Sensitivitas terhadap risiko


pasar)

Dalam penilaiannya digunakan pendekatan kualitatif dan kuantitatif faktor


sensitivitas terhadap risiko pasar melalui penilaian komponen-komponen
yang meliputi:
a. Modal atau Cadangan yang dibentuk untuk mengcover fluktuasi suku
bunga dibandingkan dengan potential loss karena adanya fluktuasi suku
bunga
b. Modal atau Cadangan yang dibentuk untuk mengcover fluktuasi nilai
tukar (kurs) dibandingkan dengan potential loss karena terjadinya
fluktuasi nilai tukar
c. Kecukupan penerapan sistem manajemen risiko pasar

12.3. KOMPONEN MASING-MASING FAKTOR

1. Faktor Permodalan
Setiap bank yang beroperasi di Indonesia diwajibkan untuk memelihara
Kewajiban Penyediaan Modal Minimum (KPMM) sekurang-kurangnya 8%.
Minimum Capital Adequacy Ratio sebesar 8% ini, dari waktu ke waktu
akan disesuaikan dengan kondisi dan perkembangan perbankan yang
terjadi, dengan tetap mengacu pada standar internasional, yaitu Banking
for Internasional Settlement (BIS) yang berpusat di Geneva.
Tinggi rendahnya CAR suatu bank akan dipengaruhi oleh 2 (dua) faktor
utama yaitu besamya modal yang dimiliki bank dan jumlah Aktiva
Tertimbang Menurut Risiko (ATMR) yang dikelola oleh bank tersebut. Hal
ini disebabkan penilaian terhadap faktor permodalan didasarkan pada
rasio Modal terhadap Aktiva Tertimbang Menurut Risiko (ATMR).
Penilaian terhadap Faktor Permodalan didasarkan pada Rasio Modal
terhadap ATMR (Aktiva Tertimbang Menurut Risiko)

Penilaian terhadap Pemenuhan KPMM (Kewajiban Penyediaan Modal


Minimum) Bank:
a. Pemenuhan KPMM sebesar 8% diberi Predikat "Sehat"dengan Nilai Kredit
81, dan untuk setiap kenaikan 0,1% dari pemenuhan KPMM sebesar 8%,
maka Nilai Kredit ditambah hingga maksimum 100
b. Pemenuhan KPMM kurang dari 8% sampai dengan 7,9% diberi predikat
"Kurang Sehat" dengan Nilai Kredit 65 dan untuk setiap penurunan 0,1%
dari pemenuhan KPMM sebesar 7,9% nilai kredit dikurangi 1 dengan
Minimum 0

Yang perlu diketahui di sini adalah bahwa pemenuhan KPMM sebesar 8%


pada waktunya akan ditingkatkan/dissuaikan sesuai dengan Peraturan
Bank Indonesia

2. Faktor Kualitas Aktiva Produktif


Adalah Penilaian terhadap faktor Kualitas Aktiva Produktif (KAP)
didasarkan pada 2 (dua) rasio, yaitu:

a. Rasio Aktiva Produktif Yang Diklasifikasikan terhadap Aktiva


Produktif

b. Rasio Penyisihan Penghapusan Aktiva Produktif Yang Dibentuk


(PPAPYD) oleh Bank terhadap Penyisihan Penghapusan Aktiva
Produktif Yang Wajib Dibentuk (PPAPWD) oleh Bank

Rasio Aktiva Produktif Yang Diklasifikasikan terhadap Aktiva Produktif (AP)


sebesar 15,5% atau lebih diberi nilai kredit 0 dan untuk setiap penurunan
0,15% mulai dari 15,5%, maka nilai kredit ditambah 1 dengan maksimum
100

Rasio PPAPYD terhadap PPAPWD sebesar 0% diberi nilai kredit 0 dan untuk
setiap kenaikan 1% mulai dari 0,maka nilai kredit ditambah 1 dengan
maksimum 100

Aktiva Produktif Yang Diklasifikasikan (APYD) adalah Aktiva Produktif, baik


yang sudah maupun yang mengandung potensi tidak memberikan
penghasilan atau menimbulkan kerugian, yang besarnya ditetapkan
sebagai berikut:

a. 25% dari kredit yang digolongkan dalam Perhatian Khusus (Special


Mention)

b. 50% dari kredit yang digolongkan Kurang Lancar (Substandard)

c. 75% dari kredit yang digolongkan Diragukan (Doubtful)

d. 100% dari kredit yang digolongkan Macet (Loss) yang masih tercatat
dalam pembukuan Bank dan surat berharga yang digolongkan
macet

3. Faktor Manajemen
Faktor manajemen meliputi penilaian terhadap faktor manajemen yang
mencakup 2 (dua) komponen yaitu Manajemen Umum dan Manajemen
Risiko, dengan menggunakan daftar pertanyaan/pernyataan, yang
jumlahnya ditetapkan sebagai berikut:

a. Bagi bank devisa sebanyak 100

b. Bagi bank non devisa sebanyak 85

Setiap pertanyaan/pernyataan mempunyai nilai kredit sebagai berikut:

a. Bagi Bank Devisa sebesar 0.25

b. Bagi Bank Non Devisa sebesar 0,294

Skala penilaian untuk setiap pertanyaan/pernyataan ditetapkan antara 0


sampai dengan 4, dengan kriteria sebagai berikut:

a. Nilai 0 mencerminkan kondisi yang lemah;

b. Nilai 1, 2 dan 3 mencerminkan kondisi antara;

c. Nilai 4 mencerminkan kondisi yang baik.

4. Faktor Rentabilitas
Dalam penilaian faktor rentabilitas didasarkan pada 2 (dua) rasio, yaitu:

a. Rasio Laba Sebelum Pajak (Earning Before Income Tax/EBIT) dalam


12 bulan terakhir terhadap Rata-rata Volume Usaha dalam periode
yang sama

b. Rasio Biaya Operasional dalam 12 bulan terakhir terhadap


Pendapatan Operasional dalam periode yang sama. Untuk hal ini
sering digunakan dengan singkatan BOPO, yaitu Biaya Operasional
dibanding dengan Pendapatan Operasional.

Jika butir a di atas sebesar 0% atau negatif diberi nilai kredit 0 dan untuk
setiap kenaikan 0,015% mulai dari 0%, maka nilai kredit ditambah 1
dengan maksimum 100.
Jika butir b sebesar 100% atau lebih diberi nilai kredit 0 dan untuk setiap
penurunan sebesar 0,08%, maka nilai kredit ditambah 1 dengan
maksimum 100.

5. Faktor Likuiditas
Komponen faktor likuiditas meliputi Kewajiban Bersih Antar Bank, yaitu
selisih antara kewajiban bank dengan tagihan kepada bank lain dan Modal
Inti Bank.
Penilaian terhadap faktor likuiditas didasarkan pada 2 (dua) rasio, yaitu:
a. Rasio Kewajiban Bersih Antar Bank terhadap Modal Inti
b. Rasio Kredit terhadap Dana Yang Diterima oleh Bank

Yang dimaksud dengan Kewajiban Bersih Antar Bank adalah selisih antara
Kewajiban bank dengan Tagihan kepada Bank Lain.

Dana Yang Diterima Bank:


Yang dimaksudkan dengan dana yang diterima bank dalam faktor
likuiditas untuk penilaian tingkat kesehatan bank di sini adalah meliputi:

a. Kredit Likuditas Bank Indonesia (KLBI)

b. Giro, Deposito dan Tabungan Masyarakat

c. Pinjaman bukan dari bank yang berjangka waktu lebih dari 3 bulan
dan tidak termasuk pinjaman subordinasi

d. Deposito dan Pinjaman dari Bank Lain yang berjangka waktu lebih
dari 3 bulan

e. Surat Berharga yang diterbitkan oleh Bank yang berjangka waktu


lebih dari 3 bulan

f. Modal Inti

g. Modal Pinjaman

Apabila rasio Kewajiban Bersih Antar Bank terhadap Modal Inti sebesar
100% atau lebih diberi nilai kredit 0 dan untuk setiap penurunan 1% mulai
dari 100%, maka nilai kredit ditambah 1 dengan maksimum 100.
Sedangkan untuk Rasio Kredit terhadap Dana Yang Diterima oleh Bank (b
di atas) sebesar 115% atau lebih diberi nilai kredit 0 dan untuk setiap
penurunan 1% mulai dari rasio 115%, maka nilai kredit ditambah 4
dengan maksimum 100.

6. Pelaksanaan Ketentuan Lain

Dalam menilai tingkat kesehatan suatu Bank, selain faktor permodalan,


kualitas aktiva produktif, manajemen, rentabilitas dan likuiditas,
pelaksanaan terhadap ketentuan lain yang ditetapkan oleh Bank
Indonesia juga akan berpengaruh pada hasil penilaian tingkat kesehatan
bank, yang meliputi:

a. Pelanggaran terhadap ketentuan Batas Maksimum Pemberian Kredit


(BMPK)

b. Pelanggaran terhadap ketentuan Posisi Devisa Neto (PDN)

Jika terjadi pelanggaran terhadap BMPK, maka akan dihitung berdasarkan


jumlah kumulatif pelanggaran BMPK kepada debitur individual, debitur
kelompok (group) dan pihak terkait dengan Bank, terhadap Modal Bank.

Pelanggaran tersebut mengurangi nilai kredit hasil penilaian tingkat


kesehatan bank dengan perhitungan sebagai berikut:

a. Untuk setiap pelanggaran BMPK, nilai kredit dikurangi 5

b. Untuk setiap 1% pelanggaran BMPK, maka nilai kredit dikurangi lagi


dengan 0,05 dengan maksimum 10

Pelanggaran terhadap ketentuan Posisi Devisa Neto (PDN)

Jika bank melakukan pelanggaran terhadap ketentuan besarnya PDN yang


dapat dikelola, maka akan dikenakan nerhitungan sebagai berikut:
a. Dihitung atas dasar jumlah kumulatif pelanggaran yang terjadi dalam 1
(satu) bulan yang dihitung atas dasar laporan mingguan yang memuat
rata-rata hart dalam seminggu, baik secara total maupun secara
administratif
b. Pelanggaran tersebut mengurangi nilai kredit hasil penilaian tingkat
kesehatan dengan perhitungan untuk setiap 1% pelanggaran PDN, maka
nilai kredit dikurangi 0,05 dengan maksimum 5 v/

12.4. PEMBOBOTAN FAKTOR DAN KOMPONEN


Setiap faktor terdiri atas beberapa komponen. Faktor dan komponen akan
diberikan bobot masingmasing sesuai dengan besarnya pengaruh
terhadap tingkat kesehatan bank.
Penilaian faktor dan komponen dilakukan dengan sistem kredit (reward
system) yang dinyatakan dalam nilai kredit mulai dart 0 sampai dengan
100.
Hasil penilaian atas dasar bobot dan nilai kredit dapat dikurangi dengan
nilai kredit atas pelaksanaan ketentuan-ketentuan lain yang berhubungan
dengan penilaian tingkat kesehatan bank, yang sanksinya dikaitkan
dengan hasil akhir tentang penilaian tingkat kesehatan bank.
Faktor-faktor Yang Dinilai dan Bobotnya

Faktor Yang Komponen Bobot


Dinilai
1. Permodalan Rasio Modal Terhadap Aktiva Tertimbang 25%
Menurut Risiko (ATMR)

2. Kualitas Aktiva 30%


Produktif 25%
A. Rasio Aktiva Produktif Yang Diklasifikasikan
(APYD) Terhadap Aktiva Produktif (AP)
B. Rasio Penyisihan Penghapusan Aktiva 5%
Produktif Yang Dibentuk Oleh Bank (PPAPYD)
Terhadap Penyisihan Penghapusan Aktiva
Produktif Yang Wajib Dibentuk (PPAPWD)

3. Manajemen 25%
A. Manajemen Umum 10%
B. Manajemen Risiko 15%

4. Rentabilitas 10%
A. Rasio Laba Usaha Rata-rata Terhadap Volume 5%
Usaha
B. Rasio Biaya Operasional Terhadap 5%
Pendapatan Operasional

12.5. PIHAK-PIHAK YANG MEMBUTUHKAN TINGKAT KESEHATAN


BANK

Tingkat kesehatan suatu bank menjadi salah satu tolok ukur kinerja
keuangan Bank yang sangat penting dewasa ini, karena dari hasil
penilaian ini akan dapat diketahui performance Pemilik dan
profesionalisme Pengelola Bank tersebut.

Terdapat beberapa pihak yang sangat membtuhkan hasil penilaian tingkat


kesehatan Bank yaitu:
1. Pengelola Bank
2. Masyarakat Pengguna Jasa Bank
3. Bank Indonesia (Selaku Pembina dan Pengawas Bank)
4. Counterparty Bank

1. Pengelola Bank

Yang dimaksud dengan Pengelola Bank di sini adalah Pemilik, Dewan


Komisaris dan Dewan Direksi sangat berkepentingan terhadap penilaian
tingkat kesehatan bank yang dikelolanya, berdasarkan hasil penilaian
tersebut dapat diketahui letak kekurangan/kelemahan yang dihadapi
bank, sehingga dapat diambil kebijakan yang dapat mempertahankan
tingkat kesehatan bank yang telah dicapainya atau meningkatkan tingkat
kesehatannya.

2. Masyarakat Pengguna Jasa Bank


Dalam kondisi perekonomian yang belum stabil, ditambah penegakan
hukum yang belum dapat berjalan dan kondisi sosial politik yang mudah
berubah maka Hasil Penilaian Tingkat kesehatan Bank dapat dijadikan
acuan bagi para pemilik dana untuk menyimpan uangnya pada Bank yang
memiliki kondisi "Sehat". Karena hal ini akan memberikan jaminan bahwa
dalam waktu tertentu dana yang disimpan pada bank tersebut akan
aman.

3. Bank Indonesia
Dalam rangka pengawasan dan pembinaan Bank, Bank Indonesia selaku
Bank Sentral mempunyai kepentingan untuk selalu memantau dan
melakukan pembinaan terhadap bank-bank yang memiliki kriteria
penilaian di bawah "Sehat" agar menjadi sehat atau sebagai langkah awal
Bank Indonesia untuk melakukan tindakan/ kebijakan kepada bank yang
bersangkutan, agar masyarakat tidak dirugikan.

4. Counterparty Bank
Setiap bank pasti membutuhkan Bank lain sebagai counterpart dalam
melakukan hubungan koresponden. Dengan adanya hubungan
koresponden maka akan memudahkan bank tersebut untuk memenuhi
kebutuhan likuiditasnya, baik dalam jangka pendek maupun jangka
panjang.
Untuk dapat melakukan kegiatan transaksi pasar uang antarbank atau
Interbank Money Market dan transaksi valuta asing atau foreign exchange
trading, dibutuhkan adanya "Line" balk "Money Marked Line", "Forex Line"
maupun "Credit Line". Sebelum bank koresponden memberikan "Line"
tersebut, maka yang dijadikan dasar pemberiannya, dalam melakukan
analisis, tingkat kesehatan bank merupakan salah satu alat yang dijadikan
dasar pertimbangan dalam memutuskan pemberian "Line" tersebut.
Sedangkan besar kecilnya "Line" akan ditentukan oleh besar kecilnya
"Counterparty Bank" yang bersangkutan, yaitu meliputi Total Assets yang
dimiliki, Sumber Dana Pihak Ketiga dan besarnya Modal Bank tersebut,
ditambah besarnya laba yang dapat dihasilkan selama periode tertentu.
12.6. PREDIKAT TINGKAT KESEHATAN BANK

Sesuai ketentuan Bank Indonesia, kondisi tingkat kesehatan bank di


Indonesia saat ini dikelompokkan menjadi 4 (empat) predikat, yaitu:
a. Sehat
b. Cukup Sehat
c. Kurang Sehat
d. Tidak Sehat

Predikat tingkat kesehatan bank yang "Sehat" atau "Cukup Sehat" atau
"Kurang Sehat" akan diturunkan menjadi "tidak sehat" jika terdapat hal-
hal sebagai berikut:

a. Persesilihan intern yang diperkirakan akan menimbulkan kesulitan


dalam bank yang bersangkutan;

b. Campur tangan pihak-pihak di luar bank dalam kepengurusan


(manajemen) Bank, termasuk didalamnya kerjasama yang tidak
wajar yang mengakibatkan salah satu atau beberapa kantornya
berdiri sendiri;

c. "Window dressing" dalam pembukuan dan atau laporan Bank yang


secara materiil dapat berpengaruh terhadap keadaan keuangan
bank sehingga mengakibatkan penilaian yang keliru terhadap bank;

d. Praktik "bank dalam bank" atau melakukan usaha bank di luar


pembukuan bank;

e. Kesulitan keuangan yang mengakibatkan penghentian sementara


atau pengunduran dirt dari keikutsertaan dalam kliring atau

f. Praktik perbankan lain yang dapat membahayakan kelangsungan


usaha bank dan/atau menurunkan kesehatan bank.

Dengan dimasukkannya unsur-unsur di atas, dalam menentukan tingkat


kesehatan bank ini berarti sudah dianut asas "prudential banking",
sehingga perbankan Indonesia akan lebih mempunyai pola
pengembangan usaha yang lebih profesional, di mana pada periode
sebelumnya unsur-unsur tersebut belum dimasukkan dalam menentukan
tingkat kesehatan suatu bank.

12.7. HASIL PENILAIAN

Berdasarkan nilai kredit dari faktor-faktor yang dinilai yaitu faktor


permodalan, faktor kulaitas aktiva produktif, faktor manajemen, faktor
rentabilitas dan faktor likuiditas serta diperhitungan sebagai faktor
pengurang atas pelanggaran terhadap ketentuan lain yaitu pelanggaran
terhadap Batas Maksimumimal Pemberian Kredit (BMPK) dan Posisi Devisa
Neto (PDN), maka diperoleh hasil pen ilaian tingkat kesehatan bank.

Hasil penilian ditetopkan dalam 4 (empat) golongan predikat tingkat


kesehatan bank, yaitu:

a. Nilai kredit 81 sampai dengan 100 diberi predikat "Sehat"

b. Nilai kredit 66 sampai dengan kurang dari 81 diberi predikat "Cukup


Sehat"

c. Nilai kredit 51 sampai dengan kurang dari 66 diberi predikat "Kurang


Sehat"

d. Nilai kredit 0 sampai dengan kurang dari 51 diberi predikat "Tidak


Sehat"

Berdasarkan uraian di atas, maka penilaian Tingkat Kesehatan Bank,


dapat dilakukan kuantifikasin) a menjadi sebagai berikut:

Kuantifikasi Penilaian Tingkat Kesehatan Bank

Faktor yang Komponen Nilai Perubahan Nilai


dinilai terendah tertinggi
Rasio Nilai Rasio Nilai Rasio Nilai
1.Permodalan Rasio modal <0% 1 +0,1% 1 >10% 100
terhadap ATMR
2.Kualitas A. Rasio Aktiva >15,5 0 -0,15% +1 0,5% 100
Aktiva Produktif Yang %
Produktif Diklasifikasikan
terhadap aktiva
produktif
B. Rasio penyisihan 0% 0 +1% +1,5 >67% 100
penghapusan aktiva
produktif yang
dibentuk terhadap
penyisihan
penghapusan aktiva
produktif yang wajib
dibentuk
3. Manajemen A. Manajemen umum 0 0 +1 +0,25 40 40
(40 aspek)
B. Manajemen risiko 0 0 +1 +0,25 60 60
(60 aspek)
4. Rentabilitas
A. Rasio laba <0% 0 +0,015 +1 >1,5 100
terhadap rata2 % %
volume usaha (ROA)
B. Rasio biaya >100 0 -0,08 +I <92% 100
operasional terhadap %
pendapatan
operasional
5. Likuditas A. Rasio kewajiban >100 0 -1% +1 0% 100
bersih call money %
terhadap aktiva
IanCAR
B. Rasio kredit >115 0 -1% +4 <90% 100
terhadap dana yang %
diterima oleh bank
dalam idari& va

6.Pelaksanaan A.Pelanggaran BMPK >200 -15 +1% -0,05 0% 0


ketentuan lain %
B. Pelanggaran PDN >100 -5 +1% -0,05 0% 0
%

12.8. KUANTIFIKASI ATAS MASING-MASING FAKTOR YANG DINILAI

Untuk lebih mudah memahami dalam perhitungan atas masing-masing


faktor dalam penilaian tingkat kesehatan bank dapat dilakukan dengan
cara sebagai berikut:

1) Faktor Permodalan:

Penilaian didasarkan pada rasio kecukupan modal (CAR), yaitu:


"Perbandingan antara jumlah modal terhadap total ATMR"

Modal = Modal Intl (Tier I) + Modal Pelengkap (Tier II)

ATMR = Total Aktiva Neraca dan Rekening Admnistratif setelah


diperhitungkan bobot risiko atas masing-masing pos Penilaian

Untuk melakukan penilaian dilakukan dengan cara sebagai berikut:


Jika Rasio Modal 0% atau negatif dinilai 1
Untuk setiap kenaikan rasio 0,1% dari 0%, nilai kredit ditambah 1 dengan
maksimum nilai 100

Nilai kredit = 1 + {ratio/0,1%) x 1

2) Kualitas Aktiva Produktif

Penilaian meliputi 2 rasio:


A. Rasio Aktiva Produktif Yang Diklasifikasikan Terhadap Aktiva Produktif
Aktiva produktif yang diklasifikasikan diperhitungkan sebagai berikut:
25% dari kredit yang dalam perhatian khusus (special mentioned)
50% dari kredit kurang lancar (substandard)
75% dari kredit yang diragukan (doubtful)
100% dari kredit macet (loss) dan Surat berharga yang digolongkan macet

Penilaian
Jika rasionya 15,5% atau lebih dinilai 0
Untuk setiap penurunan 0,15% dari 15,5%, nilai kredit ditambah 1
dengan maksimum
100

Nilai kredit = 1 + ((15,5% - rasio)/0,15%) x 1

C. Rasio Penyisihan Penghapusan Aktiva Produktif Yang Dibentuk


Terhadap Penyisihan Penghapusan Aktiva Produktif Yang Wajib
Dibentuk

Penilaian
Dalam melakukan kuantifikasi atas penilaian rasio ini dapat dilakukan
dengan cara se berikut:
Jika rasionya 0% dinilai 0
Untuk setiap kenaikan 1% dari 0%, nilai kredit ditambah 1 dengan
maksimum 100
Nilai kredit = 1 + { rasio/1% } x 1

3) Manajemen
Penilaian kualitatif atas 2 aspek manajemen yang terdiri atas
pertanyaan/pernyataan 85 untuk bank non devisa dan 100 untuk bank
devisa, dengan perincian sebagai berikut:
Manajemen umum 40 pemyataan/pertanyaan
Manajemen risiko 60 pernyataan/pertanyaan untuk bank devisa atau
45 pernya pertanyaan untuk bank non devisa

Penilaian
Diberikan nilai 0,25 untuk setiap jawaban yang positif (jawaban "ya") bagi
bank devisa 0,294 bagi bank non devisa
Nilai kredit = jumlah jawaban "ya" x 0,25 atau 0,294
Catatan:
Penilaian kualitatif atas aspek manajemen bagi Bank Syariah, masih
menggunakan pola seperti tersebut di atas, pada hal dalam praktiknya
untuk Bank Syariah yang devisa terdapat 9 (sembilan). jenis transaksi
yang tidak dapat dilakukan untuk saat ini, dengan demikian seharusnya
untuk tidak "0,25" tetapi seharusnya adalah "0,274"
Cara memperoleh multiplier nilai masing-masing 0,25 bagi bank devisa;
0,294 bagi bank devisa dan 0,274 bagi Bank Syariah devisa adalah
sebagai berikut:

Setiap pertanyaan/pemyataan diberikan per bobotan (range) nilai 0 4


0 = lemah, berarti I dilaksanakan
1 = di antara, baru mulai dilakukan/dipenuhi (diperkirakan baru 25% dari
yang seharusnya)
2 = di antara, sudah mulai dilakukan/dipenuhi (diperkirakan bare 50% dari
yang seharusnya)
3 = di antara, sudah dilakukan/dipenuhi tel belum memenuhi kriteria
Bank Indonesia
(diperkirakan baru 75G/0 clan yang seharusnya)
4 = kuat, sudah dilakukan/ dipenuhi sesua. ketentuan Bank Indonesia
Karena setiap pertanyaan/pernyataan yang telah memenuhi ketentuan
Bank Indonesia diberi nilai 4, maka perhitungan nilai (multiplier) s pengali
dari hasil penjumlahan seluruh aspek dapat dihitung dmgan cara:

Bank Non Devisa = I( 1 : 4)1 : 0,85 = 0,294


Bank Devisa = {( 1 : 4)) : 0,100 = 0,25
Bank Syariah Devisa = f( 1 : 4)1 : 0,91 = 0,274

Berdasarkan pemyataan/pertanyaan hasil pemeriksaan manajemen,


dengan asumsi bahwa hampir seluruhnya dipenuhi oleh bank yang
bersangkutan, maka dapat dibuat rekapitulasi untuk bank non devisa,
bank syariah devisa dan bank devisa diperoleh data sebagai berikut:

Rekapitulasi Pemeriksaan Manajemen Bank Non Devisa, Bank


Syariah Devisa, dan Bank Devisa

Aspek Bank Non Devisa Bank Syariah Bank Devisa


Devisa
Jumlah Hasil Jumlah Hasil Jumlah Hasil
Pertanya Penilaia Pertanya Penilaian Pertanya Penilaian
an n an an
I. Manajemen Umum
A. Strategi/ Sasaran 5 20 5 20 5 20
A. Struktur 5 17 5 17 5 17
B. Sistem 9 30 9 30 10 34
C. SDM 5 17 5 17 5 17
D. Kepemimpinan 10 38 10 38 10 38
E. Budaya Kerja 5 19 5 19 9 19
Sub Total 39 141 39 141 40 145
II. Manajemen Risiko
A. Risiko Likuiditas 10 39 8 31 10 39
A. Risiko Pasar 3 12 5 16 7 23
B. Risiko Kredit 7 24 7 24 8 28
C. Risiko Operasional 16 50 22 78 25 90
D. Risiko Hukum 5 17 5 17 5 17
E. Risiko Pemilik dan 5 20 5 20 5 20
Pengurus
Sub Total 46 142 52 186 60 217
Jumlah 85 283 91 327 100 362

Keterangan:
Penilaian diatas menggunakan asumsi di antaranya:
1. Pada manajemen umum, kelompok A. Strategi/sasaran jumlah
pertanyaan 5 (lima) dengan asumsi bahwa setiap
pertanyaan/pernyataan telah dipenuhi oleh bank, maka hasil
penilaiannya adalah 5 x 4 = 20

2. Sedangkan pada kelompok B. Struktur jumlah pertanyaan 5 (lima)


dengan asumsi bahwa 3 (tiga) pertanyaan telah dipenuhi oleh bank
sehingga masing-masing mendapat nilai 4, 1 (satu)
pertanyaan/pernyataan belum dipenuhi dan mendapat nilai 3 (tiga)
dan 1 (satu) baru dilakukan sekitar 50% diberi nilai 2, maka hasil
penilaiannya adalah (3 x 4) + ( 1 x 3) + ( 1 x 2) = 17

3. Demikian pula untuk kelompok C. Sistem dengan jumlah


pertanyaan/pernyataan 9 (sembilan). dengan menggunakan asumsi
yang sama pada kelompok B. Struktur diatas mendapat hasil
penilaian sebesar 30

4. Kelompok D. SDM dengan 5 (lima) pertanyaan/pernyataan hasil


penilaian berjumlah 17

5. Kelompok E. Kepemimpinan jumlah pertanyaan/pernyataan 10


(sepuluh), hasil penilaian adalah 38

6. Kelompok F. Budaya kerja jumlah pertanyaan/pernyataan 5 (lima),


hasil penilaian adalah 19 Jadi sub total aspek manajemen umum
mendapat nilai sebesar 141

Pada aspek Manajemen Risiko dengan menggunakan pola yang sama


menghasilkan sub total hasil penilaian sebesar 142. Jadi total penilaian
bank non devisa berdasarkan rekapitulasi diatas adalah sebesar 283.
Dengan cara dan asumsi yang sama dengan cara perhitungan hasil
penilaian tersebut diatas dapat diterapkan untuk Bank Syariah Devisa dan
Bank Devisa, sehingga masing-masing mendapat total nilai sebesar 327
dan 362

Berdasarkan hasil rekapitulasi diatas, maka dari sisi manajemen nilai


tingkat kesehatan bank tersebut berada pada posisi:

1) Bank Non Devisa mendapat total nilai 283, dengan demikian posisi
kesehatan ada pada kelompok 283 x 0,294 = 83,20, termasuk kategori
"Sehat"

2) Bank Syariah Devisa mendapat total nilai 327 sesuai dengan ketentuan
yang berlaku (Bank Indonesia) adalah 327 x 0,25 = 81,75. tetapi, jika
dihitung berdasarkan kenyataan secara riil. yaitu atas dasar asumsi
bahwa untuk Bank Syariah Devisa hanya meliputi 91 pertanyaani
pernyataan yang dilakukan maka nilainya menjadi 327 x 0,274 = 89,60,
tergolong kategori "Sehat"

3) Bank Devisa mendapat total nilai 362, sesuai dengan ketentuan Bank
Indonesia, maka nilainya adalah 362 x 0,25 = 90,50 tergolong kategori "
Sehat ".

4) Rentabilitas, meliputi 2 rasio:

A. Rasio laba terhadap rata-rata volume usaha


Rasio laba sebelum Pajak selama 12 bulan terakhir terhadap rata-rata
volume Usaha dalam periode yang sama (ROA)

Penilaian:
Jika rasionya 0% atau negatif dinilai 0
Untuk setiap kenaikan 0,015% dari 0%, nilai kredit ditambah 1 dengan
maksimum. Nilai 100

Nilai kredit = (rasio/0,015%) x 1

B. Rasio Biaya Operasional Terhadap Pendapatan Operasional


(BOPO)
Yaitu Rasio biaya operasional dalam 12 bulan terakhir terhadap
pendapatan operasional dalam periode yang sama (BOPO)

Penilaian:
Jika rasionya 100% atau lebih dinilai 0
Untuk setiap penurunan 0,08% dari 100%, maka nilai kredit ditambah 1
dengan maksimum nilai 100

Nilai kredit = {( 100% x rasio)/ 0,08%}x 1

5) Likuiditas

Meliputi 2 rasio:
A. Rasio kewajiban bersih call money terhadap aktiva lancar
dalam rupiah
ktiva Lancar = Kas, Giro Pada Bank Indonesia, Sertifikat Bank Indonesia (SBI) dan
Surat Berharga Pasar Uang (SBPU) yang diendorse bank lain

Penilaian:
Jika rasionya 100% atau lebih dinilai 0
Untuk setiap penurunan 1% dari 100%, maka nilai kredit ditambah 1
dengan maksimum nilai 100

Nilai kredit = 1 + {100% - rasio/1%} x I

B. Rasio kredit yang diberikan terhadap dana yang diterima oleh


bank dalam Rupiah dan Valuta Asing

Dana yang diterima bank (dalam Rupiah dan Valuta Asing), terdiri dari:
Kredit Likuiditas Bank Indonesia (KLBI)
Giro, Deposito dan Tabungan masyarakat
Pinjaman bukan dari bank yang berjangka waktu > 3 bulan dan di luar
pinjaman subordinasi Deposito dan pinjaman dari bank lain > 3 bulan
Surat berharga yang diterbitkan oleh bank > 3 bulan
Modal Inti (Tier I)
Modal Pelengkap (Tier II)

Penilaian:
Jika rasionya 115% atau lebih dinilai 0
Untuk setiap penurunan 1% mulai dari 100%, maka nilai kredit ditambah
4 dengan maksimum 100

Nilai kredit = 1+ {(115% - rasio)/1%} x 4

6) Pelaksanaan Ketentuan Khusus

a. Pelanggaran Batas Maksimal Pemberian Kredit (BMPK)

Dihitung berdasarkan jumlah kumulatif pelanggaran BMPK kepada debitur


individual, kelompok dan pihak terkait dengan bank terhadap modal bank.

Penilaian:
Untuk melakukan kuantifikasi atas pelanggaran tersebut diperhitungkan
sebagai berikut:
Bila terjadi pelanggaran BMPK, nilai kredit dikurangi 5
Setiap 1% pelanggaran BMPK, maka nilai kredit dikurangi 0,05 dengan
maksimum 10

Pengurangan = - 5 { % pelanggaran/1%} x 0,05

b. Pelanggaran Posisi Devisa Neto (PDN)


Dihitung atas dasar jumlah kumulatif pelanggaran yang terjadi dalam 1
bulan yang dihitung atas dasar laporan mingguan yang memuat rata-rata
hart dalam seminggu, baik secara total maupun administratif
Penilaian:
Untuk setiap 1% pelanggaran PDN, maka nilai kredit dikurangi 0,05
dengan maksimum 5

Pengurangan = -{% pelanggaran/1%}x 0,05 1%

FacebookTweetGoogle +

NetlogEmailShareThis
By Purna Ismail at 12.49
Label: ALMA

1 komentar:

Nindya Novita mengatakan...

good.. sangat membantu

23 September 2016 15.33

:)) :)] ;)) ;;) :D ;) :p :(( :) :( :X =(( :-o :-/ :-*


: 8-} ~x( :-t b-( :-L x( =))

Poskan Komentar

Posting Lebih Baru Posting Lama Beranda


Langganan: Poskan Komentar (Atom)
Diberdayakan oleh Blogger.

The Youngest Daughter

Search

Hi... welcome ^,^


what R.U looking 4

Followers
Beranda
DekPung

@pondok ale-ale

Blog Archive
2013 (5)

2012 (27)

o November (2)

o Oktober (1)

o September (6)

o Juni (18)

1001 Jalan Kesembuhan

Cara Menangkis Hipnotis

"Love your job, but never fall in love with your c...

RESEP HIDUP BAHAGIA


Inspirasi

SELF EMPOWERING

PROGRAM PENGEMBANGAN PRIBADI

HOW TO SALE WELL?

Tata Cara penilaian Tingkat Kesehatan Bank (Bank P...

Peran Hubungan Koresponden Bank

GAP MANAGEMENT

POSISI DEVISA NETO (PDN)

FOREIGN EXCHANGE TRADING

MANAJEMEN PASIVA 1.PENGERTIAN, RUANG LINGKUP


DAN...

Kegiatan manajemen treasury Manajeme treasury adal...

PENGERTIAN UMUM ASSETS AND LIABILITY MANAGEMENT

Last Child - 04. Seluruh Nafas Ini (Feat Giselle)....

PENDAHULUAN 1. LATAR BELAKANGPerubahan teknologi m...

It's All About Me

Purna Ismail
Yeay... It's me, IPOONX !!! HELLO KITTY, Coffee, Moo, Turtle ()
~( )I wouldn't want to be anybody else | I'm no beauty Queen | I'm just
beautiful me ( )
Lihat profil lengkapku

Anda mungkin juga menyukai