1. Faktor Permodalan
2. Faktor Kualitas Aktiva Produktif
3. Faktor Manajemen, dengan penekanan pada manajemen umum dan
manajemen risiko
4. Faktor Rentabilitas
5. Faktor Likuiditas
6. Pelaksanaan ketentuan lain yang mempengaruhi penilaian tingkat
kesehatan bank
1. C= Capital (Permodalan)
3. M = Management (Manajemen)
5. L= Liquidity (Likuiditas)
1. Faktor Permodalan
Setiap bank yang beroperasi di Indonesia diwajibkan untuk memelihara
Kewajiban Penyediaan Modal Minimum (KPMM) sekurang-kurangnya 8%.
Minimum Capital Adequacy Ratio sebesar 8% ini, dari waktu ke waktu
akan disesuaikan dengan kondisi dan perkembangan perbankan yang
terjadi, dengan tetap mengacu pada standar internasional, yaitu Banking
for Internasional Settlement (BIS) yang berpusat di Geneva.
Tinggi rendahnya CAR suatu bank akan dipengaruhi oleh 2 (dua) faktor
utama yaitu besamya modal yang dimiliki bank dan jumlah Aktiva
Tertimbang Menurut Risiko (ATMR) yang dikelola oleh bank tersebut. Hal
ini disebabkan penilaian terhadap faktor permodalan didasarkan pada
rasio Modal terhadap Aktiva Tertimbang Menurut Risiko (ATMR).
Penilaian terhadap Faktor Permodalan didasarkan pada Rasio Modal
terhadap ATMR (Aktiva Tertimbang Menurut Risiko)
Rasio PPAPYD terhadap PPAPWD sebesar 0% diberi nilai kredit 0 dan untuk
setiap kenaikan 1% mulai dari 0,maka nilai kredit ditambah 1 dengan
maksimum 100
d. 100% dari kredit yang digolongkan Macet (Loss) yang masih tercatat
dalam pembukuan Bank dan surat berharga yang digolongkan
macet
3. Faktor Manajemen
Faktor manajemen meliputi penilaian terhadap faktor manajemen yang
mencakup 2 (dua) komponen yaitu Manajemen Umum dan Manajemen
Risiko, dengan menggunakan daftar pertanyaan/pernyataan, yang
jumlahnya ditetapkan sebagai berikut:
4. Faktor Rentabilitas
Dalam penilaian faktor rentabilitas didasarkan pada 2 (dua) rasio, yaitu:
Jika butir a di atas sebesar 0% atau negatif diberi nilai kredit 0 dan untuk
setiap kenaikan 0,015% mulai dari 0%, maka nilai kredit ditambah 1
dengan maksimum 100.
Jika butir b sebesar 100% atau lebih diberi nilai kredit 0 dan untuk setiap
penurunan sebesar 0,08%, maka nilai kredit ditambah 1 dengan
maksimum 100.
5. Faktor Likuiditas
Komponen faktor likuiditas meliputi Kewajiban Bersih Antar Bank, yaitu
selisih antara kewajiban bank dengan tagihan kepada bank lain dan Modal
Inti Bank.
Penilaian terhadap faktor likuiditas didasarkan pada 2 (dua) rasio, yaitu:
a. Rasio Kewajiban Bersih Antar Bank terhadap Modal Inti
b. Rasio Kredit terhadap Dana Yang Diterima oleh Bank
Yang dimaksud dengan Kewajiban Bersih Antar Bank adalah selisih antara
Kewajiban bank dengan Tagihan kepada Bank Lain.
c. Pinjaman bukan dari bank yang berjangka waktu lebih dari 3 bulan
dan tidak termasuk pinjaman subordinasi
d. Deposito dan Pinjaman dari Bank Lain yang berjangka waktu lebih
dari 3 bulan
f. Modal Inti
g. Modal Pinjaman
Apabila rasio Kewajiban Bersih Antar Bank terhadap Modal Inti sebesar
100% atau lebih diberi nilai kredit 0 dan untuk setiap penurunan 1% mulai
dari 100%, maka nilai kredit ditambah 1 dengan maksimum 100.
Sedangkan untuk Rasio Kredit terhadap Dana Yang Diterima oleh Bank (b
di atas) sebesar 115% atau lebih diberi nilai kredit 0 dan untuk setiap
penurunan 1% mulai dari rasio 115%, maka nilai kredit ditambah 4
dengan maksimum 100.
3. Manajemen 25%
A. Manajemen Umum 10%
B. Manajemen Risiko 15%
4. Rentabilitas 10%
A. Rasio Laba Usaha Rata-rata Terhadap Volume 5%
Usaha
B. Rasio Biaya Operasional Terhadap 5%
Pendapatan Operasional
Tingkat kesehatan suatu bank menjadi salah satu tolok ukur kinerja
keuangan Bank yang sangat penting dewasa ini, karena dari hasil
penilaian ini akan dapat diketahui performance Pemilik dan
profesionalisme Pengelola Bank tersebut.
1. Pengelola Bank
3. Bank Indonesia
Dalam rangka pengawasan dan pembinaan Bank, Bank Indonesia selaku
Bank Sentral mempunyai kepentingan untuk selalu memantau dan
melakukan pembinaan terhadap bank-bank yang memiliki kriteria
penilaian di bawah "Sehat" agar menjadi sehat atau sebagai langkah awal
Bank Indonesia untuk melakukan tindakan/ kebijakan kepada bank yang
bersangkutan, agar masyarakat tidak dirugikan.
4. Counterparty Bank
Setiap bank pasti membutuhkan Bank lain sebagai counterpart dalam
melakukan hubungan koresponden. Dengan adanya hubungan
koresponden maka akan memudahkan bank tersebut untuk memenuhi
kebutuhan likuiditasnya, baik dalam jangka pendek maupun jangka
panjang.
Untuk dapat melakukan kegiatan transaksi pasar uang antarbank atau
Interbank Money Market dan transaksi valuta asing atau foreign exchange
trading, dibutuhkan adanya "Line" balk "Money Marked Line", "Forex Line"
maupun "Credit Line". Sebelum bank koresponden memberikan "Line"
tersebut, maka yang dijadikan dasar pemberiannya, dalam melakukan
analisis, tingkat kesehatan bank merupakan salah satu alat yang dijadikan
dasar pertimbangan dalam memutuskan pemberian "Line" tersebut.
Sedangkan besar kecilnya "Line" akan ditentukan oleh besar kecilnya
"Counterparty Bank" yang bersangkutan, yaitu meliputi Total Assets yang
dimiliki, Sumber Dana Pihak Ketiga dan besarnya Modal Bank tersebut,
ditambah besarnya laba yang dapat dihasilkan selama periode tertentu.
12.6. PREDIKAT TINGKAT KESEHATAN BANK
Predikat tingkat kesehatan bank yang "Sehat" atau "Cukup Sehat" atau
"Kurang Sehat" akan diturunkan menjadi "tidak sehat" jika terdapat hal-
hal sebagai berikut:
1) Faktor Permodalan:
Penilaian
Jika rasionya 15,5% atau lebih dinilai 0
Untuk setiap penurunan 0,15% dari 15,5%, nilai kredit ditambah 1
dengan maksimum
100
Penilaian
Dalam melakukan kuantifikasi atas penilaian rasio ini dapat dilakukan
dengan cara se berikut:
Jika rasionya 0% dinilai 0
Untuk setiap kenaikan 1% dari 0%, nilai kredit ditambah 1 dengan
maksimum 100
Nilai kredit = 1 + { rasio/1% } x 1
3) Manajemen
Penilaian kualitatif atas 2 aspek manajemen yang terdiri atas
pertanyaan/pernyataan 85 untuk bank non devisa dan 100 untuk bank
devisa, dengan perincian sebagai berikut:
Manajemen umum 40 pemyataan/pertanyaan
Manajemen risiko 60 pernyataan/pertanyaan untuk bank devisa atau
45 pernya pertanyaan untuk bank non devisa
Penilaian
Diberikan nilai 0,25 untuk setiap jawaban yang positif (jawaban "ya") bagi
bank devisa 0,294 bagi bank non devisa
Nilai kredit = jumlah jawaban "ya" x 0,25 atau 0,294
Catatan:
Penilaian kualitatif atas aspek manajemen bagi Bank Syariah, masih
menggunakan pola seperti tersebut di atas, pada hal dalam praktiknya
untuk Bank Syariah yang devisa terdapat 9 (sembilan). jenis transaksi
yang tidak dapat dilakukan untuk saat ini, dengan demikian seharusnya
untuk tidak "0,25" tetapi seharusnya adalah "0,274"
Cara memperoleh multiplier nilai masing-masing 0,25 bagi bank devisa;
0,294 bagi bank devisa dan 0,274 bagi Bank Syariah devisa adalah
sebagai berikut:
Keterangan:
Penilaian diatas menggunakan asumsi di antaranya:
1. Pada manajemen umum, kelompok A. Strategi/sasaran jumlah
pertanyaan 5 (lima) dengan asumsi bahwa setiap
pertanyaan/pernyataan telah dipenuhi oleh bank, maka hasil
penilaiannya adalah 5 x 4 = 20
1) Bank Non Devisa mendapat total nilai 283, dengan demikian posisi
kesehatan ada pada kelompok 283 x 0,294 = 83,20, termasuk kategori
"Sehat"
2) Bank Syariah Devisa mendapat total nilai 327 sesuai dengan ketentuan
yang berlaku (Bank Indonesia) adalah 327 x 0,25 = 81,75. tetapi, jika
dihitung berdasarkan kenyataan secara riil. yaitu atas dasar asumsi
bahwa untuk Bank Syariah Devisa hanya meliputi 91 pertanyaani
pernyataan yang dilakukan maka nilainya menjadi 327 x 0,274 = 89,60,
tergolong kategori "Sehat"
3) Bank Devisa mendapat total nilai 362, sesuai dengan ketentuan Bank
Indonesia, maka nilainya adalah 362 x 0,25 = 90,50 tergolong kategori "
Sehat ".
Penilaian:
Jika rasionya 0% atau negatif dinilai 0
Untuk setiap kenaikan 0,015% dari 0%, nilai kredit ditambah 1 dengan
maksimum. Nilai 100
Penilaian:
Jika rasionya 100% atau lebih dinilai 0
Untuk setiap penurunan 0,08% dari 100%, maka nilai kredit ditambah 1
dengan maksimum nilai 100
5) Likuiditas
Meliputi 2 rasio:
A. Rasio kewajiban bersih call money terhadap aktiva lancar
dalam rupiah
ktiva Lancar = Kas, Giro Pada Bank Indonesia, Sertifikat Bank Indonesia (SBI) dan
Surat Berharga Pasar Uang (SBPU) yang diendorse bank lain
Penilaian:
Jika rasionya 100% atau lebih dinilai 0
Untuk setiap penurunan 1% dari 100%, maka nilai kredit ditambah 1
dengan maksimum nilai 100
Dana yang diterima bank (dalam Rupiah dan Valuta Asing), terdiri dari:
Kredit Likuiditas Bank Indonesia (KLBI)
Giro, Deposito dan Tabungan masyarakat
Pinjaman bukan dari bank yang berjangka waktu > 3 bulan dan di luar
pinjaman subordinasi Deposito dan pinjaman dari bank lain > 3 bulan
Surat berharga yang diterbitkan oleh bank > 3 bulan
Modal Inti (Tier I)
Modal Pelengkap (Tier II)
Penilaian:
Jika rasionya 115% atau lebih dinilai 0
Untuk setiap penurunan 1% mulai dari 100%, maka nilai kredit ditambah
4 dengan maksimum 100
Penilaian:
Untuk melakukan kuantifikasi atas pelanggaran tersebut diperhitungkan
sebagai berikut:
Bila terjadi pelanggaran BMPK, nilai kredit dikurangi 5
Setiap 1% pelanggaran BMPK, maka nilai kredit dikurangi 0,05 dengan
maksimum 10
FacebookTweetGoogle +
NetlogEmailShareThis
By Purna Ismail at 12.49
Label: ALMA
1 komentar:
Poskan Komentar
Search
Followers
Beranda
DekPung
@pondok ale-ale
Blog Archive
2013 (5)
2012 (27)
o November (2)
o Oktober (1)
o September (6)
o Juni (18)
"Love your job, but never fall in love with your c...
SELF EMPOWERING
GAP MANAGEMENT
Purna Ismail
Yeay... It's me, IPOONX !!! HELLO KITTY, Coffee, Moo, Turtle ()
~( )I wouldn't want to be anybody else | I'm no beauty Queen | I'm just
beautiful me ( )
Lihat profil lengkapku