Anda di halaman 1dari 96

ANALISA TORSI PADA BALOK

DENGAN LUBANG PADA BADANNYA

TUGAS AKHIR
Diajukan untuk Melengkapi tugas-tugas dan Memenuhi Syarat untuk Menempuh
Ujian Sidang Sarjana Teknik Sipil

Disusun oleh

HIMSAR M GULTOM
03 0404 036

SUB JURUSAN STRUKTUR


JURUSAN TEKNIK SIPIL
FAKULTAS TEKNIK
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
2009

Himsar M Gultom : Analisa Torsi Pada Balok Dengan Lubang Pada Badannya, 2009.
USU Repository 2009
KATA PENGANTAR

Puji syukur penulis ucapkan atas kehadirat Tuhan Yang Maha Esa yang telah

memberikan rahmat dan hidayat-Nya hingga selesainya tugas akhir ini dengan judul

ANALISA TORSI PADA BALOK DENGAN LUBANG PERSEGI EMPAT

PADA BADANNYA

Tugas akhir ini disusun untuk diajukan sebagai syarat dalam ujian sarjana

teknik sipil bidang studi struktur pada Fakultas Teknik Universitas Sumatera Utara

Medan. Penulis menyadari bahwa isi dari tugas akhir ini masih banyak

kekurangannya dan jauh dari kata sempurna. Hal ini penulis akui karena keterbatasan

pengetahuan dan kurangnya pemahaman penulis. Untuk penyempurnaannya, saran

dan kritik dari bapak dan ibu dosen serta rekan mahasiswa sangatlah penulis

harapkan.

Penulis juga menyadari bahwa tanpa bimbingan, bantuan dan dorongan dari

berbagai pihak, tugas akhir ini tidak mungkin dapat diselesaikan dengan baik. Oleh

karena iu pada kesempatan ini penulis menyampaikan rasa terima kasih yang sebesar-

besarnya kepada kedua orang tua yang senantiasa penulis muliakan yang dalam

keadaan sulit telah mau memperjuangkan hingga penulis dapat menyelesaikan

perkuliahan dan sampai saat ini.

Penulis juga tidak lupa mengucapkan terima kasih kepada :

1. Bapak DR. Ing. Johannes Tarigan, IPU selaku ketua jurusan departemen teknik

sipil Universitas Sumatera Utara.

2. Bapak Ir. Teruna Jaya MSc. selaku wakil ketua jurusan departemen teknik sipil

Universitas Sumatera Utara.


Himsar M Gultom : Analisa Torsi Pada Balok Dengan Lubang Pada Badannya, 2009.
USU Repository 2009
3. Bapak DR. Ing. Johannes Tarigan, IPU dan Bapak Ir. Mawardi S. selaku dosen

pembimbing dan co-pembimbing yang telah banyak meluangkan waktu, tenaga

dan pikiran untuk memberikan bimbingan dalam menyelesaikan tugas akhir ini.

4. Bapak Ir. Nurjulisman, selaku dosen wali sekaligus dosen pengajar selama

menempuh studi.

5. Bapak/ Ibu dosen pengajar departemen teknik sipil Universitas Sumatera Utara.

6. Seluruh pegawai administrasi yang telah memberikan bantuan dalam kemudahan

penyelesaian administrasi.

7. Rekan-rekan mahasiswa departemen teknik sipil Universitas Sumatera Utara

khususnya buat Dapot, Ronald, Tony, Masana, Ganda, Marshal dan lain lain yang

telah membantu penulis didalam mencari bahan untuk menyelesaikan tugas akhir

ini.

Sekali lagi penulis memohon maaf yang sebesar-besarnya apabila terdapat

kesalahan penulisan dan penyusunan tugas akhir ini. Akhir kata penulis berharap

tugas akhir ini berguna bagi semua pihak yang memerlukan.

Medan, Janiari 2009

Himsar Gultom
030404036

Himsar M Gultom : Analisa Torsi Pada Balok Dengan Lubang Pada Badannya, 2009.
USU Repository 2009
Tugas akhir ini aku persembahkan kepada

Ayah dan Ibu

Sebagai tanda hormat dan terima kasih

Atas segala kasih sayang dan doa

Sehingga aku dapat tumbuh dan berkembang seperti saat ini

Himsar M Gultom : Analisa Torsi Pada Balok Dengan Lubang Pada Badannya, 2009.
USU Repository 2009
ABSTRAK

Pada bangunan bertingkat banyak dijumpai instalasi untuk pemasangan pipa


dan service ducting yang dibutuhkan untuk supply air, pembuangan air kotor, instalasi
AC sentral, listrik, telepon jaringan komputer, instalasi pipa dan ducting mechanical
atau electrical, peralatan-peralatan untuk instalasi tersebut biasanya ditempatkan di
bawah balok sehingga dapat mengurangi tinggi efektif ruangan. Menambah
ketinggian akan mengurangi jumlah tingkat dari bangunan dimana ketinggian
bangunan harus memenuhi persyaratan yang telah ditentukan oleh peraturan, karena
itu maka untuk instalasinya dapat dibuat pada badan beton bertulang, untuk itu maka
akan dibuat lubang pada badannya sehingga pengurangan ketinggian ruangan dapat
dihindari.
Akan tetapi masalah yang timbul akibat adanya lubang pada beton bertulang
tersebut adalah bagaimana distribusi tegangan dan deformasi pada balok berlubang
akan berpengaruh terhadap kekuatannya, dimana pada badan yang berlubang tersebut
dapat memikul torsi di samping gaya lentur dan geser yang dapat mengakibatkan
retak oleh gaya torsinya, dalam pembahasan di sini digunakan bentuk lubang persegi
pada tengah bentang. Untuk mencapai nilai keamanan dan kekuatan tersebut, maka
balok beton bertulang pada bangunan tersebut didimensi sedemikian rupa hingga
memiliki kekuatan melebihi beban yang akan dipikulnya. Semakin besar dimensi
suatu balok pada bangunan, maka keamanan dan kekuatan juga semakin besar, akan
tetapi semakin tinggi balok maka akan semakin tidak ekonomis dan efisien dalam
pengerjaannya, karena itu tinggi balok dan besarnya lubang juga mempengaruhi
terhadap kekuatan balok pada bangunan tersebut
Dari hasil perhitungan balok beton berlubang di badan dengan beban torsi di
tengah bentang, pengaruh letak lubang dapat memberikan pengaruh yang besar
terhadap tegangan geser, untuk lubang di tengah bentang pengaruh geser dapat
diakibatkan oleh momen torsinya dan pengaruh momen torsi ini terhadap tulangan
geser dapat meningkat sehingga jarak pembesian sengkang pada bagian ini akan lebih
rapat, dengan adanya lubang maka tegangan di daerah sekitar lubang akan meningkat
akibat gaya torsi sehingga perlu dibuat tulangan untuk torsi yang mencukupi, secara
umum tegangan yang dihasilkan pada balok berlubang masih dalam batas yang
diijinkan sehingga dengan pembesian yang cukup maka kekuatan di sekitar lubang
akan bertambah

Himsar M Gultom : Analisa Torsi Pada Balok Dengan Lubang Pada Badannya, 2009.
USU Repository 2009
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR ....................................................................................i


ABSTRAK ......................................................................................................iv
DAFTAR ISI...................................................................................................v
DAFTAR NOTASI .........................................................................................ix

BAB I. PENDAHULUAN .........................................................................1


I.1. Latar belakang ............................................................................................1

I.2. Permasalahan .............................................................................................4

I.3. Tujuan Penelitian ......................................................................................5

I.4. Pembatasan Masalah .................................................................................5

I.5. Metodologi.............. ..................................................................................6

BAB II. TEORI DASAR .............................................................................7


II.1 Umum.......................................................................................................7

II.2. Bahan Penyusun Beton .............................................................................8

II.2.1 Semen .............................................................................................9

II.2.1.1 Umum .......................................................................................9

II.2.1.2 Semen Portland............................................................................ 9

II.2.1.3 Jenis Semen Portland................................................................... 9

II.2.1.5 Sifat- sifat Semen Portland...........................................................11

II.2.2 Agregat ..............................................................................................13

II.2.2.1 Umum...........................................................................................13

II.2.2.2 Jenis Agregat ...............................................................................14

II.2.2.2.1 Agregat Halus ....................................................................... 14

II.2.2.2.2 Agregat Kasar....................................................................... 15

II.2.3 Air........................................................................................................15

II.3 Sifat Beton................................................................................................... 17

II.3.1 Bahan Beton...................................................................................... 17


Himsar M Gultom : Analisa Torsi Pada Balok Dengan Lubang Pada Badannya, 2009.
USU Repository 2009
II.3.2 Bahan Baja Tulangan........................................................................ 20

II.4. Penampang Beton Bertulang dalam beban Torsi........................................ 21

II.5. Tegangan Elastis Tidak Retak.................................................................... 22

II.6. Tegangan Pada Pembebanan Ultimit......................................................... 24

II.7. Geser dan Tarik Diagonal Balok................................................................ 27

II.8. Prilaku Balok Tanpa Penulangan Geser.................................................... . 28

II.9. Penampang Balok Bertulangan Seimbang Kurang, atau Lebih................. 29

II.9.1 Penampang Balok Bertulangan Seimbang....................................... 29

II.9.2 Penampang Balok Bertulangan Lebih.............................................. 30

II.9.3 Penampang Balok Bertulangan Kurang........................................... 31

II.10 Retakan Beton (Crack)............................................................................. 32


II.11 Bidang Torsi ............................................................................................. 33
II.11.1 Perletakan Torsi .......................................................................... 33
II.11.2 Penggambaran Bidang Torsi .......................................................34
II.12 Torsi Pada Penampang Bulat ....................................................... .35
II.13 Tampang Persegi .......................................................................... 36
II.14 Tegangan Torsi ............................................................................. 37
II.14.1 Tegangan Torsi Pada Tampang Bulat ................................ 37
II.14.2 Tegangan Torsi Pada Tampang Persegi ..................................... 38
II.14.3 Tegangan Torsi Pada Tampang I................................................. 40
II.15 Torsi Murni.................................................................................... 41
II.16 Torsi Terpilin (Warping Torsion).................................................. 42
II.17 Sudut Puntir ................................................................................... 48
II.18 Torsi Pada Beton .................................................................................... 49

II.19 Kekuatan Torsi Balok Dengan Penulangan Pada Badan ......................... 50

II.20 Kombinasi Geser , Momen dan Torsi ...................................................... 51

II.21 Luas Tulangan Sengkang ......................................................................... 51

II.22 Luas Tulangan longitudinal ...................................................................... 52

II.23 Kuat Momen Torsi yang disumbangkan oleh beton (Tc) ......................... 53

Himsar M Gultom : Analisa Torsi Pada Balok Dengan Lubang Pada Badannya, 2009.
USU Repository 2009
II.24 Geser, Momen dan Torsi .......................................................................... 54

II.25 Penempatan tulangan .................................................................................... 54

BAB III. METODE ANALISA ........................................................................... 55


III.1 Pemodelan Beton Berlubang....................................................................... 55

III.2 Merencanakan Dimensi Balok Beton Berlubang............................................ 56

III.2.1. Dasar Penentuan Letak Lubang Pada Balok Berlubang.....................56


III.2.2. Pemodelan Balok Berlubang............................................................57
III.3 Analisa Torsi Pada Balok Dengan Lubang di Badan ...................................58
III.3.1 Kondisi leleh.....................................................................................60
III.3.2 Aturan aliran Plastis........,,,,,,,,,..........................................................62

III.4 Analisa untuk torsi ultimit........,,,,,,,,,............................................................62

III.4.1 Balok dengan batang yang sama ........................................................65

III.4.2 Penyelesaian batas bawah ...................................................................66

III.4.3 Balok dengan batang balok sama .......................................................68

III.5 Metode perencanaan yang disederhanakan ..................................................71

III.5.1 Latar Belakang ....................................................................................71

III.5.2 Metode perencanaan ...........................................................................72

III.6 Kombinasi torsi dengan lentur .....................................................................74

BAB IV. APLIKASI..........................................................................................76

IV.1 Data balok dan penampang.............................................................................76

IV.2 Pendimensian Profil ....................................................................................77

IV.3 Perhitungan .................................................................................................78

BAB V. KESIMPULAN DAN SARAN ......................................................84

V.1. Kesimpulan..................... ..........................................................................84

V.2. Saran....................... ..................................................................................85


Himsar M Gultom : Analisa Torsi Pada Balok Dengan Lubang Pada Badannya, 2009.
USU Repository 2009
DAFTAR PUSTAKA

DAFTAR NOTASI

E = Modulus elastis bahan (Modulus Young)

G = Modulus geser bahan

V = Poisson ratio

x,y,z = Koordinat kartesian

fc = Mutu Beton

fy = Mutu Baja tulangan

[] = Matriks regangan

[] = Matriks tegangan

l0 = Panjang efektif lubang

= Tegangan

= Tegangan geser

Mu = Momen lentur

T = Torsi

d = Tinggi efektif

d0 = Tinggi efektif lubang

Mn = Momen nominal (batas)

= Jarak dari muka tekan penampang ke sumbu netral

P = Beban terpusat

L = Panjang bentang

fyt = Kekuatan leleh dari tulangan longitudinal

Vu = Tegangan geser
Himsar M Gultom : Analisa Torsi Pada Balok Dengan Lubang Pada Badannya, 2009.
USU Repository 2009
T_Seng = Gaya torsi

d_v = diameter Sengkang pada lobang

s_seng = jarak sengkang

At_min = Diameter minimum

n = Jumlah tulangan

Himsar M Gultom : Analisa Torsi Pada Balok Dengan Lubang Pada Badannya, 2009.
USU Repository 2009
BAB I

I.1. Latar belakang

Dalam konstruksi bangunan sekarang ini beton bertulang merupakan

salah satu bahan pembentuk struktur bangunan yang banyak digunakan karena beton

terdiri dari material yang umumnya mudah diperoleh dan mudah diolah sesuai bentuk

yang diinginkan.

Pada bangunan bertingkat, banyak dijumpai pipa dan service duct dibutuhkan seperti : supply air, pembuangan air

kotor, instalasi AC sentral, listrik, telepon dan jaringan komputer.Instalasi pipa dan ducting mechanical dan electrical tersebut

tidak jarang ditempatkan di bawah balok sehingga akan mengurangi tinggi effektif ruangan suatu bangunan.Menambah

ketinggian ruangan akan mengurangi jumlah tingkat dari bangunan dimana ketinggian bangunan tersebut harus memenuhi

persyaratan yang telah ditentukan.

Untuk bangunan tidak bertingkat, penambahan ketinggian bangunan guna instalasi pipa dan ducting ini tidak cukup

berarti terhadap penambahan biaya secara keseluruhan, akan tetapi untuk bangunan tingkat banyak (multistory building) sangat

berarti terhadap penambahan biaya apabila dikalikan dengan jumlah tingkat.

Untuk mengatasi permasalahan tersebut maka dibuat suatu alternative lain yang dapat digunakan untuk memperkecil

biaya dan penambahan ketinggian bangunan. Salah satu alternatif yang dapat digunakan adalah dengan membuat lubang pada

balok seperti pada gambar dibawah ini :

Servis Duct

Gambar I.1 : Alternatif Penempatan Service Duct

Himsar M Gultom : Analisa Torsi Pada Balok Dengan Lubang Pada Badannya, 2009.
USU Repository 2009
Lobang pada pemasangan pipa-pipa yang berukuran kecil yang diperhitungkan

tidak mengurangi kekuatan struktur balok beton bertulang maka pipa-pipa tersebut

dapat diizinkan tertanam pada balok. Tetapi apabila lubang tersebut berukuran besar

akan dapat mengurangi kekuatan struktur balok atau terjadi perlemahan pada balok,

maka perlu dilakukan peninjauan design terhadap struktur balok beton tersebut.

Suatu struktur harus aman terhadap keruntuhan sehingga tidak menimbulkan

bahaya dan kerugian pada pemakaiannya. Dikatakan aman apabila struktur tersebut

mampu menahan beban yang mungkin lebih besar dari beban rencana dengan tidak

mengesampingkan keekonomisan dari struktur tersebut. Agar stabilitasnya terjamin,

balok sebagai bagian dari system yang menahan lentur,geser dan torsi, harus kuat

untuk menahan tegangan lentur, geser dan torsi yang terjadi.

Dalam tugas akhir ini yang dibahas adalah pengaruh torsi pada balok yang

berlobang pada badanya, dimana bentuk lobang berbentuk segiempat yang terletak

pada tengah bentang. Kegagalan dari sebuah balok yang berlobang pada tengah

bentang berbentuk segiempat adalah didominasi oleh momen torsi.

Bentuk dan letak lubang pada balok dapat dilihat pada gambar dibwah ini.

L/2 P

Gambar I.2 Letak dan bentuk lobang


Himsar M Gultom : Analisa Torsi Pada Balok Dengan Lubang Pada Badannya, 2009.
USU Repository 2009
Letak lubang pada struktur sehingga timbul torsi dapat dilihat seperti yang

digambarkan pada gambar dibawah ini.

Gambar I.3 Torsi pada balok dengan lubang persegi empat

Gambar I.4 Asumsi mekanisme kegagalan balok


Himsar M Gultom : Analisa Torsi Pada Balok Dengan Lubang Pada Badannya, 2009.
USU Repository 2009
Dalam permasalahan torsi pada balok beton dengan lubang persegi empat

pada badanya dapat diselesaikan dengan persamaan persamaan torsi pada balok

berlobang yang terdapat pada buku Concrete Beams With Openings:Analysis And

Design. Salah satu rumus yang digunakan dalam penyelesaian torsi pada balok

dengan lubang persegi empat yang berada ditengah bentang adalah sebagai berikut :

Rumus mencari besar tulangan di sudut lobang akibat momen torsi

4 T_seng
d_v :=
fyv ( x1 + y1)

Dimana :

d_v = diameter tulangan pada sudut lobang

T = momen torsi

fvy = tegangan luluh untuk tulangan geser

X1,Y1 = jarak sengkang

I.2. Permasalahan

Yang merupakan permasalahan pada penulisan tugas akhir ini adalah

bagaimana distribusi tegangan dan deformasi pada balok berlobang pada badannya

yang memikul torsi, dan retak yang diakibatkan oleh torsi. Adapun bentuk lobang

yang dibahas adalah berbentuk persegi empat yang berada di tengah bentang.
Himsar M Gultom : Analisa Torsi Pada Balok Dengan Lubang Pada Badannya, 2009.
USU Repository 2009
I.3. Tujuan Penelitian

Penelitian ini bertujuan untuk :

a. Menganalisis secara teoritis balok menerus beton bertulang yang

berlubang akibat torsi

b. Mendesign balok beton berlubang terhadap akibat torsi.

I.4. Pembatasan Masalah

Mengingat banyaknya permasalahan dalam pemeriksaan balok beton

bertulang, maka pada penelitian ini diberikan pembatasan masalah sebagai berikut :

- analisis dan design balok hanya terhadap torsi saja

- balok ditumpu dengan dua perletakan sendi-rol

- penampang balok beton yaitu balok persegi

- penempatan lubang hanya satu yakni di tengah bentang saja

I.5. Metodologi

Metode yang digunakan dalam kajian ini adalah secara analitis dengan

menyelesaikan persamaan-persamaan dan didasarkan pada beberapa literatur yang

berhubungan dengan penulisan kajian ini.

Maka keberhasilan tulisan ini sangat tergantung pada kelengkapan dari

literatur.

Himsar M Gultom : Analisa Torsi Pada Balok Dengan Lubang Pada Badannya, 2009.
USU Repository 2009
BAB II

TEORI DASAR

II.1. Umum

Beton merupakan bahan utama dalam setiap pembangunan gedung. Beton

merupakan hasil dari pencampuran bahan-bahan agregat halus dan agregat kasar yaitu

pasir, air batu kerikil dengan menambahkan secukupnya bahan perekat yaitu semen

dan air sebagai bahan pembantu agar terjadinya reaksi kimia selama proses

pengerasan dan perawatan beton. Beton bertulang adalah beton yang terdiri dari beton

dan baja tulangan.

Agregat halus dan kasar, disebut sebagai bahan susun kasar campuran,

merupakan komponen utama beton. Nilai kekuatan serta daya tahan (durability) beton

merupakan fungsi dari banyak faktor, diantaranya ialah nilai banding campuran dan

mutu bahan susun, metode pelaksanaan pengecoran, pelaksanaan finishing,

temperatur, dan kondisi perawatan pengerasannya

Beton mempunyai perbandingan terbalik antara kuat tekan dan kuat

tariknya. Beton mempunyai kuat tekan yang sangat tinggi tetapi sangat lemah dalam

kuat tariknya. Nilai kuat tariknya hanya berkisar antara 9%-15% saja dari kuat

tekannya. Sedangkan baja mempunyai kuat tarik yang sangat tinggi. Maka hal ini

dikombinasikan antara beton yang mempunyai kuat tekan tinggi dan baja yang

mempunyai kuat tarik yang tinggi untuk mendapatkan suatu struktur bangunan yang

komposit.

Dengan sendirinya untuk mengatur kerjasama antara dua macam bahan yang

berbeda sifat dan perilakunya dalam rangka membentuk satu kesatuan perilaku

struktural untuk mendukung beban, diperlukan cara hitungan berbeda apabila hanya
Himsar M Gultom : Analisa Torsi Pada Balok Dengan Lubang Pada Badannya, 2009.
USU Repository 2009
digunakan satu macam bahan saja seperti halnya pada struktur baja, kayu, aluminium,

dan sebagainya.

Agar kerjasama antara bahan beton dan baja tulangan dapat berkerja dengan

baik maka diperlukan syarat-syarat keadaan sebagai berikut : (1) lekatan sempurna

antara batang tulangan baja dengan beton keras yang membungkusnya sehingga tidak

terjadi penggelinciran diantara keduanya; (2) beton yang mengelilingi batang tulangan

baja bersifat kedap sehingga mampu melindungi dan mencegah terjadinya karat baja;

(3) angka muai kedua bahan hampir sama, di mana untuk setiap kenaikan suhu satu

derajat Celcius angka muai beton 0,000010 sampai 0,000013 sedangkan baja

0,000012, sehingga tegangan yang timbul karena perbedaan nilai dapat diabaikan.

[Dipohusodo, 1999].

Namun dari lekatan yang sempurna antara kedua bahan tersebut di daerah

tarik suatu komponen struktur akan sering terjadi retak-retak halus pada beton di

dekat baja tulangan. Pada umumnya penyebab utama dari pada timbulnya retakan ini

adalah penguapan yang sangat cepat dari permukaan beton. Ketika kecepatan dari

penguapan melampuai kecepatan merembesnya air, yang pada umunya keatas

permukaan beton, maka terjadilah retakan halus seperti yang dimaksud di atas. Retak

halus ini dapat kita abaikan sejauh tidak mempengaruhi penampilan struktural

komponen yang bersangkutan.

II.2. Bahan penyusun Beton

II.2.1. Semen

II.2.1.1. Umum

Semen merupakan bahan ikat yang penting dan banyak digunakan dalam

pembangunan fisik di sektor konstruksi sipil. Jika ditambah air, semen akan menjadi
Himsar M Gultom : Analisa Torsi Pada Balok Dengan Lubang Pada Badannya, 2009.
USU Repository 2009
pasta semen. Jika ditambah agregat halus, pasta semen akan menjadi mortar,

sedangkan jika digabungkan dengan agregat kasar akan menjadi campuran beton

segar yang setelah mengeras akan menjadi beton keras (hardened concrete).

Fungsi semen ialah untuk mengikat butir-butir agregat hingga membentuk

suatu massa padat dan mengisi rongga-rongga udara di antara butiran agregat.

Semen merupakan hasil industri yang sangat kompleks, dengan campuran

serta susunan yang berbeda-beda. Semen dapat dibedakan menjadi dua kelompok,

yaitu : 1). Semen non-hidrolik dan 2). Semen hidrolik.

Semen non-hidrolik tidak dapat mengikat dan mengeras di dalam air, akan

tetapi dapat mengeras di udara. Contoh utama dari semen non-hidrolik adalah kapur.

Semen hidrolik mempunyai kemampuan untuk mengikat dan mengeras di dalam air.

Contoh semen hidrolik antara lain : kapur hidrolik, semen pozollan, semen terak,

semen alam, semen portland, semen portland pozolland dan semen alumina.

II.2.1.2. Semen Portland

Semen Portland adalah suatu bahan pengikat hidrolis (hydraulic binder) yang

dihasilkan dengan menggiling klinker yang terdiri dari kalsium silikat hidrolik, yang

umumnya mengandung satu atau lebih bentuk kalsium sulfat sebagai bahan tambahan

yang digiling bersama-sama dengan bahan utamanya.

II.2.1.3. Jenis Semen Portland

Peraturan Beton 1989 (SKBI.4.53.1989) membagi semen portland menjadi 5

jenis (SK.SNI T-15-1990-03:2) yaitu :

Tipe I, semen portland yang dalam penggunaannya tidak memerlukan

persyaratan khusus seperti jenis-jenis lainnya. Digunakan untuk bangunan-

bangunan umum yang tidak memerlukan persyaratan khusus.


Himsar M Gultom : Analisa Torsi Pada Balok Dengan Lubang Pada Badannya, 2009.
USU Repository 2009
Tipe II, semen portland yang dalam penggunaannya memerlukan ketahanan

terhadap sulfat dan panas hidrasi sedang. Digunakan untuk konstruksi bangunan

dan beton yang terus-menerus berhubungan dengan air kotor atau air tanah atau

untuk pondasi yang tertahan di dalam tanah yang mengandung air agresif (garam-

garam sulfat) dan saluran air buangan atau bangunan yang berhubungan langsung

dengan rawa.

Tipe III, semen portland yang dalam penggunaannya memerlukan kekeuatan awal

yang tinggi dalam fase permulaan setelah pengikatan terjadi. Semen jenis ini

digunakan pada daerah yang bertemperatur rendah, terutama pada daerah yang

mempunyai musim dingin (winter season).

Tipe IV, semen portland yang dalam penggunaannya memerlukan panas hidrasi

yang rendah. Digunakan untuk pekerjaan-pekarjaan yang besar dan masif,

umpamanya untuk pekerjaan bendung, pondasi berukuran besar atau pekerjaan

besar lainnya.

Tipe V, semen portland yang dalam penggunaannya memerlukan ketahanan yang

tinggi terhadap sulfat. Digunakan untuk bangunan yang berhubungan dengan air

laut, air buangan industri, bangunan yang terkena pengaruh gas atau uap kimia

yang agresif serta untuk bangunan yang berhubungan dengan air tanah yang

mengandung sulfat dalam persentase yang tinggi.

Ada 4 unsur paling penting yang menyusun semen portland, yaitu :

a. Trikalsium Silikat (3CaO.SiO2) yang disingkat menjadi C3S.

b. Dikalsium Silikat (2CaO.SiO2) yang disingkat menjadi C2S.

c. Trikalsium Aluminat (3CaO.Al2O3) yang disingkat menjadi C3 A.

Himsar M Gultom : Analisa Torsi Pada Balok Dengan Lubang Pada Badannya, 2009.
USU Repository 2009
d. Tetrakalsium Aluminoferrit (4CaO.Al2O3.Fe2O3) yang disingkat menjadi C4 AF.

Senyawa tersebut menjadi kristal-kristal yang paling mengikat/mengunci

ketika menjadi klinker. Komposisi C3S dan C2S adalah 70% - 80% dari berat semen

dan merupakan bagian yang paling dominan memberikan sifat semen

(Cokrodimuldjo, 1992). Semen dan air saling bereaksi, persenyawaan ini dinamakan

proses hidrasi, dan hasilnya dinamakan hidrasi semen.

II.2.1.4.Sifat-Sifat Semen Portland

Sifat-sifat semen portland yang penting antara lain :

1. Kehalusan butiran (fineness)

Kehalusan butir semen mempengaruhi proses hidrasi. Waktu pengikatan

(setting time) menjadi semakin lama jika butir semen lebih kasar. Semakin

halus butiran semen, proses hidrasinya semakin cepat, sehingga kekuatan awal

tinggi dan kekuatan akhir akan berkurang. Kehalusan butiran semen yang

tinggi dapat mengurangi terjadinya bleeding atau naiknya air kepermukaan,

tetapi menambah kecendrungan beton untuk menyusut lebih banyak dan

mempermudah terjadinya retak susut. Menurut ASTM, butiran

semen yang lewat ayakan no.200 harus lebih dari 78%.

2. Waktu pengikatan

Waktu ikat adalah waktu yang diperlukan semen untuk mengeras, terhitung

mulai dari bereaksi dengan air dan menjadi pasta semen hingga pasta semen

cukup kaku untuk menerima tekanan. Waktu ikat semen dibedakan menjadi

dua :

Himsar M Gultom : Analisa Torsi Pada Balok Dengan Lubang Pada Badannya, 2009.
USU Repository 2009
a. Waktu ikat awal (initial setting time), yaitu waktu dari pencampuran

semen dengan air menjadi pasta semen hingga hilangnya sifat

keplastisan.

b. Waktu ikat akhir (final setting time), yaitu waktu antara terbentuknya

pasta semen hingga beton mengeras.

Pada semen portland initial setting time berkisar 1.0-2.0 jam, tetapi tidak boleh

kurang dari 1.0 jam, sedangkan final setting time tidak boleh lebih dari 8.0

jam. Untuk kasus-kasus tertentu, diperlukan initial setting time lebih dari 2.0

jam agar waktu terjadinya ikata awal lebih panjang. Waktu yang panjang ini

diperlukan untuk transportasi (hauling), penuangan (dumping/pouring),

pemadatan (vibrating), dan perataan permukaan.

3. Panas hidrasi

Panas hidrasi adalah panas yang terjadi pada saat semen bereaksi dengan air,

dinyatakan dalam kalori/gram. Jumlah panas yang dibentuk antara lain

bergantung pada jenis semen yang dipakai dan kehalusan butiran semen.

Dalam pelaksanaan, perkembangan panas ini dapat mengakibatkan masalah

yakni timbulnya retakan pada saat pendinginan. Pada beberapa struktur beton,

terutama pada struktur beton mutu tinggi, retakan ini tidak diinginkan. Oleh

karena itu, perlu dilakukan pendinginan melalui perawatan (curing) pada saat

pelaksanaan.

4. Perubahan volume (kekalan)

Kekalan pasta semen yang telah mengeras merupakan suatu ukuran yang

menyatakan kemampuan pengembangan bahan-bahan campurannya dan

kemampuan untuk mempertahankan volume setelah pengikatan terjadi.

Himsar M Gultom : Analisa Torsi Pada Balok Dengan Lubang Pada Badannya, 2009.
USU Repository 2009
Pengembangan volume dapat menyebabkan kerusakan dari suatu beton,

karena itu pengembangan beton dibatasi 0.8%. Pengembangan semen ini

disebabkan karena adanya CaO bebas, yang tidak sempat bereaksi

denganoksida-oksida lain. Selanjutnya CaO ini akan bereaksi dengan air

membentuk Ca(OH)2 dan pada saat kristalisasi volumenya akan membesar.

Akibat pembesaran volume tersebut, ruang antar partikel terdesak dan akan

timbul retak-retak.

II.2.2.Agregat

II.2.2.1. Umum

Agregat ialah butiran mineral alami yang berfungsi sebagai bahan pengisi

dalam campuran beton. Kandungan agregat dalam campuran beton biasanya sangat

tinggi, yaitu berkisar 60%-70% dari volume beton. Walaupun fungsinya hanya

sebagai pengisi, tetapi karena komposisinya yang cukup besar sehingga karakteristik

dan sifat agregat memiliki pengaruh langsung terhadap sifat-sifat beton.

Agregat yang digunakan dalam campuran beton dapat berupa agregat alam

atau agregat buatan (artificial aggregates). Secara umum agregat dapat dibedakan

berdasarkan ukurannya, yaitu agregat kasar dan agregat halus. Ukuran antara agregat

halus dengan agregat kasar yaitu 4.80 mm (British Standard) atau 4.75 mm (Standar

ASTM). Agregat kasar adalah batuan yang ukuran butirnya lebih besar dari 4.80 mm

(4.75 mm) dan agregat halus adalah batuan yang lebih kecil dari 4.80 mm (4.75 mm).

Agregat dengan ukuran lebih besar dari 4.80 mm dibagi lagi menjadi dua : yang

berdiameter antara 4.80-40 mm disebut kerikil beton dan

yang lebih dari 40 mm disebut kerikil kasar.

Himsar M Gultom : Analisa Torsi Pada Balok Dengan Lubang Pada Badannya, 2009.
USU Repository 2009
Agregat yang digunakan dalam campuran beton biasanya berukuran lebih

kecil dari 40 mm. Agregat yang ukurannya lebih besar dari 40 mm digunakan untuk

pekerjaan sipil lainnya, misalnya untuk pekerjaan jalan, tanggul-tanggul penahan

tanah, bronjong atau bendungan dan lainnya. Agregat halus biasanya dinamakan pasir

dan agregat kasar dinamakan kerikil, kricak, batu pecah atau split.

II.2.2.2.Jenis Agregat

Agregat dapat dibedakan menjadi dua jenis, yaitu agregat alam dan agregat

buatan (pecahan). Agregat alam dan pecahan inipun dapat dibedakan berdasarkan

beratnya, asalnya, diameter butirnya (gradasi), dan tekstur permukaannya.

Dari ukurannya, agregat dapat dibedakan menjadi dua golongan yaitu agregat

kasar dan agregat halus.

II.2.2.2.1. Agregat Halus

Agregat halus (pasir) adalah mineral alami yang berfungsi sebagai bahan pengisi

dalam campuran beton yang memiliki ukuran butiran kurang dari 5 mm atau lolos

saringan no.4 dan tertahan pada saringan no.200. Agregat halus (pasir) berasal

dari hasil disintegrasi alami dari batuan alam atau pasir buatan yang dihasilkan

dari alat pemecah batu (stone crusher).

a. Pasir Galian

Pasir golongan ini diperoleh langsung dari permukaan tanah atau dengan cara

menggali terlebih dahulu. Pasir ini biasanya tajam, bersudut, berpori dan bebas

dari kandungan garam. Pada kasus tertentu, agregat yang terletak pada lapisan

paling atas harus dicuci terlebih dahulu sebelum digunakan.

Himsar M Gultom : Analisa Torsi Pada Balok Dengan Lubang Pada Badannya, 2009.
USU Repository 2009
b. Pasir Sungai

Pasir ini diperoeh langsung dari dalam sungai, yang pada umumnya berbutir

halus, bulat-bulat akibat proses gesekan. Daya lekat antar butir-butirnya agak

kurang karena butir yang bulat. Karena ukuran butirannya kecil, maka baik

dipakai untuk memplester tembok juga untuk keperluan yang lain.

c. Pasir Laut

Pasir laut ialah pasir yang di ambil dari pantai. Butirannya halus dan bulat

karena gesekan. Pasir ini merupakan pasir yang paling jelek karena banyak

mengandung garam-garaman. Garam-garaman ini menyerap kandungan air

dari udara dan ini mengakibatkan pasir selalu agak basah dan juga

menyebabkan pengembangan bila sudah menjadi bangunan. Karena itu,

sebaiknya pasir pantai (laut) tidak dipakai dalam campuran beton.

Agregat halus yang digunakan pada penelitian ini merupakan pasir sungai

yang berasal dari Sungai Wampu.

II.2.2.2.2. Agregat Kasar

Agregat kasar (kerikil/batu pecah) berasal dari disintegrasi alami dari batuan alam

atau berupa batu pecah yang dihasilkan oleh alat pemecah batu (stone crusher),

dengan ukuran butiran lebih dari 5 mm atau tertahan pada saringan no.4.

Agregat kasar yang digunakan pada penelitian ini adalah agregat alami yang

berasal dari Sungai Wampu dengan ukuran maksimum 40 mm.

II.2.3 Air

Himsar M Gultom : Analisa Torsi Pada Balok Dengan Lubang Pada Badannya, 2009.
USU Repository 2009
Air merupakan bahan dasar pembuat beton yang penting. Air diperlukan untuk

bereaksi dengan semen, serta sebagai bahan pelumas antar butir-butir agregat agar

mudah dikerjakan dan dipadatkan. Kandungan air yang rendah menyebabkan beton

sulit dikerjakan (tidak mudah mengalir), dan kandungan air yang tinggi menyebabkan

kekuatan beton akan rendah serta betonnya porous. Selain itu kelebihan air akan

bersama-sama dengan semen bergerak kepermukaan adukan beton segar yang baru

dituang (bleeding), kemudian menjadi buih dan membentuk lapisan tipis yang dikenal

dengan laitance (selaput tipis). Selaput tipis ini akan mengurangi daya lekat antara

lapisan beton dan merupakan bidang sambung yang lemah. Apabila ada kebocoran

cetakan, air bersama-sama semen juga dapat keluar, sehingga terjadilah sarang-sarang

kerikil.

Selain dari jumlah air, kualitas air juga harus dipertahankan. Karena kotoran

yang ada di dalamnya dapat menyebabkan kekuatan beton dan daya tahannya

berkurang. Pengaruh pada beton diantaranya pada lamanya waktu ikatan awal adukan

beton serta kekuatan betonnya setelah mengeras.

Air yang digunakan sebagai campuran harus bersih, tidak boleh mengandung

minyak, asam, alkali, zat organis atau bahan lainnya yang dapat merusak beton. Air

yang memenuhi persyaratan sebagai air minum memenuhi syarat pula untuk bahan

campuran beton, tetapi tidak berarti air pencampur beton harus memenuhi standar

persyaratan air minum.

Dalam pemakaian air untuk beton sebaiknya air memenuhi syarat sebagai

berikut :

a. Tidak mengandung lumpur (benda melayang lainnya) lebih dari 2 gram/liter.

Himsar M Gultom : Analisa Torsi Pada Balok Dengan Lubang Pada Badannya, 2009.
USU Repository 2009
b. Tidak mengandung garam-garamm yang dapat merusak beton (asam, zat organik,

dan sebagainya) lebih dari 15 gram/liter.

c. Tidak mengandungf klorida (Cl) lebih dari 0,5 gram/liter.

d. Tidak mengandung senyawa sulfat lebih dari 1 gram/liter.

Untuk air perawatan, dapat dipakai juga air yang dipakai untuk pengadukan,

tetapi harus yang tidak menimbulkan noda atau endapan yang merusak warna

permukaan beton. Besi dan zat organis dalam air umumnya sebagai penyebab utama

pengotoran atau perubahan warna, terutama jika perawatan cukup lama.

II.3 Sifat Bahan

II.3.1 Bahan Beton

Karena beton mempunyai sifat yang kuat terhadap tekan dan mempunyai

sifat yang relatif rendah terhadap tarik maka pada umumnya beton hanya

diperhitungkan mempunyai kerja yang baik di daerah tekan pada penampangnya dan

hubungan regangan-regangan yang timbul karena pengaruh pengaruh gaya tekan

tersebut digunakan sebagai dasar pertimbangan.

Nilai dari kuat tekan beton diwakili oleh tegangan tekan maksimum fc

dengan satuan N/mm2 atau MPa (Mega Pascal). Kuat tekan beton umur 28 hari

berkisar antara nilai 10 65 MPa. Untuk struktur beton bertulang pada umumnya

menggunakan beton dengan kuat tekan berkisar 17 30 MPa [Dipohusodo, 1999].

Nilai dari kuat tekan beton ditentukan dari tegangan tekan tertinggi (fc) yang

dicapai benda uji umur 28 hari akibat beban tekan selama percobaan. Dengan

demikian, seperti tampak pada gambar, harap dicatat bahwa tegangan fc bukanlah

tegangan yang timbul pada saat benda uji hancur melainkan tegangan maksimum

pada saat regangan beton (b) mencapai nilai 0,002. Kurva-kurva pada Gambar

Himsar M Gultom : Analisa Torsi Pada Balok Dengan Lubang Pada Badannya, 2009.
USU Repository 2009
II.3.1. memperlihatkan hasil percobaan kuat tekan benda uji beton berumur 28 hari

untuk berbagai macam adukan rencana.

Gambar II.3.1. Diagram Tegangan-Regangan Batang Tulangan Baja Terhadap Kuat Tekan Beton
[Dipohusodo, 1999]

Secara umum kemiringan kurva regangan-regangan pada tahap awal

menggambarkan nilai modulus elastis suatu bahan. Dengan mengamati bermacam

kurva tegangan-regangan kuat beton berbeda, tampak bahwa umumnya kuat tekan

maksimum tercapai pada saat nilai satuan regangan tekan mencapai 0,002.

Selanjutnya nilai tegangan fc akan turun dengan bertambahnya nilai regangan sampai

benda uji hancur pada nilai mencapai 0,003 0,005. Beton kuat tinggi lebih getas

dan akan hancur pada nilai regangan maksimum yang lebih rendah dibandingkan

dengan beton kuat rendah. Pada SK SNI 15-1991-03 pasal 12.2.3 menetapkan bahwa

regangan kerja maksimum yang diperhitungkan di serat tepi beton tekan terluar

adalah 0,003-0,0035 sebagai batas hancur. Regangan maksimum tersebut boleh

jadi tidak konservatif untuk beton mutu tinggi dengan nilai fc antara 55-80 Mpa.

Himsar M Gultom : Analisa Torsi Pada Balok Dengan Lubang Pada Badannya, 2009.
USU Repository 2009
Tidak seperti pada kurva tegangan-regangan baja, kemiringan awal kurva

pada beton sangat beragam dan umumnya sedikit agak melengkung. Kemiringan awal

yang beragam tersebut tergantung pada nilai kuat betonnya, dengan demikian nilai

modulus elastisitas beton pun akan beragam pula. Sesuai dengan teori elastisitas,

secara umum kemiringan kurva pada tahap awal menggambarkan nilai modulus

elastisitas suatu bahan. Karena kurva pada beton berbentuk lengkung maka nilai

regangan tidak berbanding lurus dengan nilai tegangannya berarti bahan beton tidak

sepenuhnya bersifat elastis, sedangkan modulus elastisitas berubah-ubah sesuai

dengan kekuatannya dan tidak dapat ditentukan melalui kemiringan kurva. Bahan

beton bersifat elasto plastis dimana akibat dari beban tetap yang sangat kecil

sekalipun, di samping memperlihatkan kemampuan elastis bahan beton juga

menunjukkan deformasi permanen.

Sesuai dengan SK SNI T-03-xxxx-2002 pasal 10.5.1 digunakan rumus

modulus elastisitas beton sebagai berikut :

Ec = 0,043 wc1,50 fc (II.1)

di mana, Ec = modulus elastisitas beton tekan (MPa)

wc = berat isi beton (kg/m3)

fc = kuat tekan beton (MPa)

Rumus empiris tersebut hanya berlaku untuk beton dengan berat isi berkisar antara

1500 dan 2500 kgf/m3. Untuk beton kepadatan normal dengan berat isi 23 kN/m3

dapat digunakan nilai :

Ec = 4.700 fc ......(II.2)

Tabel II.3.1. Nilai modulus elastisitas beton (Ec) berbagai mutu beton.

fc (Mpa) Ec (Mpa)

Himsar M Gultom : Analisa Torsi Pada Balok Dengan Lubang Pada Badannya, 2009.
USU Repository 2009
17 19.500
20 21.000
25 23.500
30 25.700
35 27.800
40 29.700

Pada umumnya nilai kuat maksimum untuk mutu beton tertentu akan

berkurang pada tingkat pembebanan yang lebih lamban atau slower rates of strain.

Nilai kuat beton beragam sesuai dengan umurnya dan biasanya nilai kuat beton

ditentukan pada waktu beton mencapai umur 28 hari setelah pengecoran. Umumnya

pada umur 7 hari kuat beton mencapai 70 % dan pada umur 14 hari mencapai 85 % -

90 % dari kuat beton umur 28 hari. Pada kondisi pembebanan tekan tertentu beton

menunjukkan suatu fenomena yang disebut rangkak (creep).

II.3.2 Bahan Baja Tulangan

Beton tidak dapat menahan gaya tarik melebihi nilai tertentu tanpa

mengalami retak-retak. Maka resultan tegangan tarik dialihakan kepada tulangan

tarik. Sifat fisik batang tulangan baja yang paling penting untuk digunakan dalam

perhitungan perencanaan beton bertulang tegangan leleh (fy) dan modulus elastis

(Es). Untuk itu, agar beton dapat bekerja dengan baik dalam suatu sistem struktur,

perlu dibantu dengan memberinya perkuatan penulangan yang terutama akan

mengemban tugas menahan gaya tarik yang bakal timbul dalam sistem.

Agar dapat berlangsung lekatan erat antara baja tulangan dengan beton, selain

batang polos berpenampang bulat (BJTP) juga digunakan batang deformasian (BJTD)

yaitu batang tulangan baja yang permukaannya dikasarkan secara khusus, diberi sirip

teratur dengan pola tertentu, atau batang tulangan yang dipilin pada proses
Himsar M Gultom : Analisa Torsi Pada Balok Dengan Lubang Pada Badannya, 2009.
USU Repository 2009
produksinya. Baja tulangan polos (BJTP) hanya digunakan untuk tulangan pengikat

sengkang atau spiral, umumnya diberi kait pada ujungnya. Suatu diagram hubungan

regangan-tegangan tipikal untuk batang tulangan baja dapat dilihat pada gambar

sebagai berikut :

c
d

a b

Gambar II.3.2. Diagram Idealisasi Nilai Tegangan-Regangan Tulangan Baja

Keterangan : pada bagian awal diagram regangan dan tegangan modulus

elastis baja Es konstan. Posisi a-b adalah batas leleh, dimana

regangan bertambah dan tegangan konstan disebut tegangan

leleh. Posisi c adalah saat baja mencapai tegangan ultimate.

Posisi d adalah pada saat baja akan putus.

Modulus elastisitas baja tulangan ditentukan berdasarkan kemiringan awal

kurva tegangan-regangan di daerah elastik di mana antara mutu baja yang satu dengan

lainnya tidak banyak bervariasi. Ketentuan SK SNI 03-xxxx-2002 menetapkan bahwa

nilai modulus elastisitas baja adalah 200.000 MPa.

II.4. Penampang Beton Bertulang dalam beban Torsi

Himsar M Gultom : Analisa Torsi Pada Balok Dengan Lubang Pada Badannya, 2009.
USU Repository 2009

A
B
a.

MT MT
MT . b
MTA =
L

MTA MT . a
(-) L MTA =
L
b.
QA = MT
(+) MTB QB = MT

a MT
b

II.4. Gambar bidang torsi

Jika kita tinjau dari penampang sebuah balok bertulang bertumpu bebas

dengan dua beban torsi di tengah bentang dimana berat sendiri balok diabaikan

Dalam penggambaran bidang torsi dapat dilakukan seperti penggambaran gaya

lintang dengan tanda bidang momen torsi sama seperti menutup dan membuka skrup.

Kalau arah Momen Torsi kearah menutup maka digambarkan negatif dan kalau

kearah membuka maka digambar positif.

II.5. Tegangan Elastis Tidak Retak

Selama tegangan tarik pada penampang tidak melebihi kuat tarik beton c

penampang tersebut dianggap belum retak, dimana kuat tarik beton sekitar 0,5 0,6

fc. Keadaan ini disajikan Gambar untuk penampang beton yang diberi beban momen

lentur dengan lebar b dan tinggi efektif d. Tinggi daerah tekan adalah c, sedangkan

Himsar M Gultom : Analisa Torsi Pada Balok Dengan Lubang Pada Badannya, 2009.
USU Repository 2009
regangan tekan dan regangan tarik (dalam beton dan baja) berbanding lurus dengan

jarak terhadap garis netral (Gambar II.5).

c 'c

h
d

s 'c<fc
b

Gambar II.5. Distribusi tegangan-regangan penampang beton bertulang yang tidak retak
[Gideon, 1995]

Tegangan tarik maksimum beton c terdapat pada serat terbawah dan lebih

kecil dari fc. Selama tegangan tekan fc masih kecil, diagram distribusi tegangan

masih linear. Regangan tekan beton dan regangan tarik baja berbanding lurus dengan

jarak terhadap garis netral.

Pada gambar II.5 terlihat distribusi tegangan untuk penampang balok yang

belum retak (c<fc). Pada daerah tarik jumlah tulangan tertentu. Selama daerah tarik

ini tidak retak, besar regangan baja tulangan sama dengan regangan beton

disekitarnya.

Himsar M Gultom : Analisa Torsi Pada Balok Dengan Lubang Pada Badannya, 2009.
USU Repository 2009
Karena hubungan antara dan , baik untuk baja maupu beton masih linier

maka berlaku :

c c
=s = dan c =
; kemudian s =
c maka
Es Ec Es Ec

dengan demikian tegangan baja adalah

Es
s = . c
Ec

Es
Perbandingan dikenal sebagai besaran n atau disebut angka ekivalensi, sehingga
Ec

untuk tegangan baja yang terjadi berlaku rumus berikut :

s = n. c

untuk modulus runtuh beton tarik fr ditentukan sebagai berikut :

fr=0.7 f ' c (sesuai dengan SKSNI T15-1991-03 pasal 3.3.2-5)

Untuk modulus elastis beton Ec ditentukan menjadi

Ec=4700 f ' c , sedangkan modulus elastis baja beton menjadi Es ditentukan

Es=200000 Mpa ( 2.106 kg / cm 2 ).

Pada saat retak awal berlaku rumus Mr = fr. Wt .retak dengan

Mr = momen retak pada saat diperkirakan akan terjadi retak awal

fr = Modulus runtuh beton tarik

1 2
Wt .retak = bh , momen lawan (tahanan) dari penampang yang retak.
6

II.6. Tegangan pada Pembebanan Ultimit

Pada beban yang lebih besar lagi, hingga mendekati pembebanan ultimit

nilai regangan serta tegangan akan meningkat dan cenderung tidak sebanding lagi

antara keduanya, dimana tegangan tekan beton akan membentuk kurva parabola.
Himsar M Gultom : Analisa Torsi Pada Balok Dengan Lubang Pada Badannya, 2009.
USU Repository 2009
Distribusi tegangan pada kondisi ultimit yang berupa kurva parabola dapat diidealisasi

menjadi bentuk tegangan segi empat ekivalen sebagaimana diusulkan Whitney (lihat

Gambar II.6.).

Gambar II.6. Distribusi Tegangan-Regangan Penampang Beton Bertulang Pada Beban Batas
[Gideon, 1995]

Pendekatan dan pengembangan metode perencanaan kekuatan didasarkan

atas anggapan-anggapan sebagai berikut :

1. Bidang penampang rata sebelum terjadi lenturan, tetap rata setelah terjadi lenturan

dan tetap berkedudukan tegak lurus pada sumbu bujur balok (prinsip Bernoulli).

Oleh karena itu, nilai regangan dalam penampang komponen struktur terdistribusi

linear atau sebanding lurus terhadap jarak ke garis netral (prinsip Navier).

2. Tegangan sebanding dengan regangan hanya sampai pada kira-kira beban sedang,

di mana tegangan beton tekan tidak melampaui 1/2 fc. Apabila beban meningkat

sampai beban ultimit, tegangan yang timbul tidak sebanding lagi dengan

regangannya berarti distribusi tegangan tekan tidak lagi linear. Bentuk blok

tegangan beton tekan pada penampangnya berupa garis lengkung dimulai dari

garis netral dan berakhir pada serat tepi tekan terluar. Tegangan tekan maksimum
Himsar M Gultom : Analisa Torsi Pada Balok Dengan Lubang Pada Badannya, 2009.
USU Repository 2009
sebagai kuat tekan lentur beton pada umumnya tidak terjadi pada serat tepi tekan

terluar, tetapi agak masuk ke dalam.

3. Dalam memperhitungkan kapasitas momen ultimit komponen struktur, kuat tarik

beton diabaikan (tidak diperhitungkan) dan seluruh gaya tarik dilimpahkan kepada

tulangan baja tarik.

Berdasarkan pada anggapan-anggapan seperti yang telah dikemukakan di

atas, dapat dilakukan pengujian regangan, tegangan, dan gaya-gaya yang timbul pada

penampang balok yang bekerja menahan momen batas, yaitu momen akibat beban

luar yang timbul tepat pada saat terjadi hancur. Momen ini mencerminkan kekuatan

dan di masa lalu disebut sebagai kuat lentur ultimit balok. Kuat lentur suatu balok

beton tersedia karena berlangsungnya mekanisme tegangan-tegangan dalam yang

timbul di dalam balok yang pada keadaan tertentu dapat diwakili oleh gaya-gaya

dalam. ND adalah resultante gaya tekan dalam, merupakan resultante seluruh gaya

tekan pada daerah di atas garis netral. Sedangkan NT adalah resultante gaya tarik

dalam, merupakan jumlah seluruh gaya tarik yang diperhitungkan untuk daerah di

bawah garis netral. Kedua gaya ini, arah garis kerjanya sejajar, sama besar, tetapi

berlawanan arah dan dipisahkan dengan jarak z sehingga membentuk kopel momen

tahanan dalam di mana nilai maksimumnya disebut sebagai kuat lentur atau momen

tahanan penampang komponen struktur terlentur.

Berdasarkan bentuk empat persegi panjang, seperti tampak pada gambar,

intensitas tegangan beton tekan rata-rata ditentukan sebesar 0,85 fc dan dianggap

bekerja pada daerah tekan dari penampang balok selebar b dan sedalam a, yang mana

besarnya ditentukan dengan rumus :

a = 1 c .................................. (II.3)

di mana, c = jarak serat tekan terluar ke garis netral,


Himsar M Gultom : Analisa Torsi Pada Balok Dengan Lubang Pada Badannya, 2009.
USU Repository 2009
1 = konstanta yang merupakan fungsi dari kelas kuat beton.

Standar SK SNI 03-xxxx-2002 menetapkan nilai 1 diambil 0,85 untuk fc

30 MPa, berkurang 0,05 untuk setiap kenaikan 7 MPa kuat beton, dan nilai tersebut

tidak boleh kurang dari 0,65.

II.7. Geser dan Tarik Diagonal Balok

Prilaku balok beton bertulang pada keadaan runtuh karena gaya geser sangat

berbeda dengan keruntuhan karena lentur. Balok tersebut langsung hancur tanpa

adanya peringatan terlebih dahulu. Juga retak diagonalnya jauh lebih lebar

dibandingkan dengan retak lentur. Geser merupakan parameter yang sangat berarti

pada prilaku balok tinggi.

Pada balok dengan perletakan sederhana semakin dekat dengan perletakan

maka momen lentur akan berkurang dengan disertai bertambahnya tegangan geser.

Pada gambar 2.6 tegangan utama ft(maks) tarik bekerja pada bidang yang lebih dari

45 terhadap normal penampang didekat perletakan.

Gambar.2.7. Trajektori tegangan utama pada balok homogen isotrofis

Karena kacilnya kekuatan tarik beton. Maka timbul retak digonal sepanjang

bidang yang tegak lurus terhadap bidang tegangan tarik utama, dengan demikian

disebut ratak tarik diagonal. Untuk mencegah retak ini diperlukan suatu penulangan

tarik diagonal. Tegangan tarik diagonal akan menyebabkan retak-retak miring pada

Himsar M Gultom : Analisa Torsi Pada Balok Dengan Lubang Pada Badannya, 2009.
USU Repository 2009
daerah yang gesernya besar, akibat tarik diagonal dapat terjadi retak miring sebagai

kelanjutan dari retak lentur dan ini disebut retak geser lentur.

II.8 Prilaku Balok Tanpa Penulangan Geser

Tegangan tarik dengan variasi besar dan kemiringan, baik akibat tegangan

geser saja atau gabungan dengan lentur, akan timbul disetiap tempat disepanjang

balok yang harus diperhitungkan pada analisis dan perencanaan. Kejadian tulangan

tanpa tulangan geser umumnya kerusakan akan terjadi pada daerah sepanjang kurang

lebih tiga kali tinggi efektif balok, dan dinamakan bentang geser. Tampak bahwa

retak akibat tarik diagonal merupakan salah satu cara terjadinya kerusakan geser

seperti gambar II.8 di bawah ini :

Bentang geser P
(bagian bentang dimana geser tinggi

Gambar II.8. Kerusakan Tipikal Akibat Diagonal

Untuk bentang geser yang lebih pendek, kerusakan akan timbul sebagai

kombinasi dari pergeseran, remuk dan belah. Retak miring akibat geser di badan

balok beton bertulangan dapat terjadi tanpa disertai retak akibat lentur disekitarnya

atau dapat juga sebagai kelanjutan proses retak lentur yang telah mendahuluinya.

Mekanisme perlawanan geser di dalam komponen struktur beton bertulang

tidak lepas dari pengaruh serta tersusun sebagai kombinasi beberapa kejadian atau

mekanismenya sebagai berikut :


Himsar M Gultom : Analisa Torsi Pada Balok Dengan Lubang Pada Badannya, 2009.
USU Repository 2009
1. Adanya perlawanan geser beton sebelum retak.

2. Adanya gaya ikatan antar agregat (pelimpahan geser antar permukaan butir) ke

arah tangensial disepanjang retakan, yang serupa dengan gaya gesek akibat saling

ikat antar agregat yang tidak teratur di sepanjang permukaan beton kasar.

3. Timbulnya aksi pasak tulangan memanjang sebagai perlawanan terhadap gaya

transversal yang harus ditahan.

4. Terjadinya prilaku pelengkung pada balok relatif tinggi dimana setelah terjadi

retak miring, beban dipikul oleh susunan reaksi gaya tekan yang membentuk

busur melengkung dengan pengikatnya (tali busur) adalah gaya tarik di sepanjang

tulangan memanjang yang ternyata memberikan cadangan kapasitasnya yang

cukup tinggi.

5. Adanya perlawanan penulangan geser yang berupa sengkang vertikal ataupun

miring (untuk balok bertulang geser).

II.9 Penampang Balok Bertulangan Seimbang, Kurang, atau Lebih

II.9.1 Penampang Balok Bertulangan Seimbang

Penampang balok bertulangan seimbang (Balanced), pada tulangan tarik

mulai leleh pada saat beton mencapai regangan batasnya dan akan hancur karena

tekan. Pada awal terjadinya keruntuhan, tegangan tekan yang diizinkan pada serat tepi

yang tertekan adalah 0,003 in./in. Sedangkan regangan baja sama dengan regangan

fy
lelehnya, yaitu y = . [Edward G. Nawi, 1998]
Ec

Seperti yang telah dikemukakan di atas, meskipun rumus lenturan tidak

berlaku lagi dalam metoda perencanaan kekuatan akan tetapi prinsip-prinsip dasar

teori lentur masih digunakan pada analisis penampang. Untuk letak garis netral

Himsar M Gultom : Analisa Torsi Pada Balok Dengan Lubang Pada Badannya, 2009.
USU Repository 2009
tertentu, perbandingan antara regangan baja dengan regangan beton maksimum dapat

ditetapkan berdasarkan distribusi regangan linear. Sedangkan letak garis netral

tergantung pada jumlah tulangan baja tarik yang dipasang dalam suatu penampang

sedemikian sehingga blok tegangan tekan beton mempunyai kedalaman cukup agar

dapat tercapai keseimbangan gaya-gaya, di mana resultante tegangan tekan seimbang

dengan resultante tegangan tarik ( H = 0). Apabila pada penampang tersebut luas

tulangan baja tariknya ditambah, kedalaman blok tegangan beton tekan akan

bertambah pula, dan oleh karenanya letak garis netral akan bergeser ke bawah lagi.

Apabila jumlah tulangan baja tarik sedemikian sehingga letak garis netral pada posisi

di mana akan terjadi secara bersamaan regangan luluh pada baja tarik dan regangan

beton tekan maksimum 0,003, maka penampang disebut bertulangan seimbang.

Kondisi keseimbangan regangan menempati posisi penting karena merupakan

pembatas antara dua keadaan penampang beton bertulang yang berbeda cara

hancurnya.

II.9.2 Penampang Balok Bertulangan Lebih

Apabila penampang beton bertulang mengandung jumlah tulangan baja tarik

lebih banyak dari yang diperlukan untuk mencapai keseimbangan regangan,

penampang balok demikian disebut bertulangan lebih (over-reinforced). Berlebihnya

tulangan baja tarik mengakibatkan garis netral bergeser ke bawah. Hal yang demikian

pada gilirannya akan berakibat beton mendahului mencapai regangan maksimum

0,003 sebelum tulangan baja tariknya luluh. Apabila penampang balok tersebut

dibebani momen lebih besar lagi, yang berarti regangannya semakin besar sehingga

kemampuan regangan beton terlampaui, maka akan berlangsung keruntuhan dengan

Himsar M Gultom : Analisa Torsi Pada Balok Dengan Lubang Pada Badannya, 2009.
USU Repository 2009
beton hancur secara mendadak tanpa diawali dengan gejala-gejala peringatan terlebih

dahulu.

Pada penampang over-reinfoced, keruntuhan ditandai dengan hancurnya beton

yang tertekan. Pada saat awal keruntuhan, regangan baja S yang terjadi masih lebih

kecil dari pada regangan lelehnya, Y . Dengan demikian tegangan baja f S juga lebih

kecil dari pada tegangan lelehnya, f Y . Kondisi ini terjadi apabila tulangan yang

digunakan lebih banyak dari pada yang diperlukan dalam keadaan balanced. [Edward

G. Nawi, 1998].

II.9.3 Penampang Balok Bertulangan Kurang

Sedangkan apabila suatu penampang beton bertulang mengandung jumlah

tulangan baja tarik kurang dari yang diperlukan untuk mencapai keseimbangan

regangan, penampang demikian disebut bertulangan kurang (underreinforced). Letak

garis netral akan lebih naik sedikit dari pada keadaan seimbang, dan tulangan baja

tarik akan mendahului mencapai regangan luluhnya (tegangan luluhnya) sebelum

beton mencapai regangan maksimum 0,003.

Keruntuhan ditandai dengan terjadinya leleh pada tulangan baja. Tulangan

baja ini akan terus bertambah panjang dengan bertambahnya regangan, Y . [Edward

G. Nawi, 1998].

Himsar M Gultom : Analisa Torsi Pada Balok Dengan Lubang Pada Badannya,
2009.
USU Repository 2009

Gambar II.9.3 Variasi Letak Garis Netral dengan Perbedaan Jenis Penulangan
[Dipohusodo, 1999]
II.10 Retakan Beton (Crack)

Pembebanan yang berangsur-angsur akan mengakibatkan retak pada beton

dimulai dengan retakan mikro yaitu retak yang terjadi pada ikatan antara agregat

dengan mortar yang berkembang dan menjalar seiring dengan bertambahnya

tegangan. Retak mikro ini merupakan retakan awal sebelum terbentuknya retak

rambut yang dapat dilihat oleh mata. Keretakan ini tetap bertahan sampai pada 30

persen atau lebih dari pembebanan akhir kemudian meningkat dalam panjang, lebar

dan jumlahnya.

CL

C1 Cu
Sumbu netral

Jarak retak, ac
1 2

Gambar II.10 Geometri penampang retak

Beton bertulang bila diberi beban yang bertambah besar sehingga retakan

yang timbul pada balok beton melampaui kekuatan tarik beton, maka akan timbul

retak-retak di lapisan yang tertarik, di mana retakan ini mengakibatkan perubahan

momen inersia penampang beton. Momen inersia ini tergantung pada jumlah tulangan

yang ada, di mana nilainya lebih kecil dari momen inersia penampang yang tidak

retak.

Tekanan dimana retak terbentuk sangat bergantung pada sifat dari agregat

kasar. Kerikil mulus mengakibatkan retak pada saat tekanan lebih rendah

dibandingkan dengan batu pecah yang kasar, hal ini disebabkan karena ikatan
Himsar M Gultom : Analisa Torsi Pada Balok Dengan Lubang Pada Badannya, 2009.
USU Repository 2009
mekanis dipengaruhi oleh sifat permukaan dan tingkatan, oleh permukaan agregat

kasar.

II.11 Bidang Torsi


II.11.1 Perletakan Torsi

Pada jenis perletakan tanpa torsi dikenal dengan sendi, jepit dan rol
(lihat gambar II.11.1). Khusus pada torsi maka diadakan simbol perletakan seperti
pada gambar II.11.1. d.

Y Y
x = 0
x = 0 y = 0
y = 0 =0
X X

a. sendi b. jepit

Y Y

y = 0 v=0

X X

c. rol d. sudut puntir


pada perletakan = 0

Y Y
x = 0 y = 0
y = 0 v=0
v=0
X X
Z Z

Y
x = 0
y = 0
=0
X v=0
Z

Gambar II.11.1. Perletakan torsi


Himsar M Gultom : Analisa Torsi Pada Balok Dengan Lubang Pada Badannya, 2009.
USU Repository 2009
II.11.2 Penggambaran bidang Torsi
Momen torsi dapat dibuat dengan simbol seperti pada gambar II.2. (a), tetapi
dapat juga dibuat analog dengan gambar II.b (seperti gaya terpusat atau beban terbagi
rata).

MT MT
a.

L. L.

MT MT
b.

L. L.
Gambar II.11.2 Torsi terpusat dan torsi terbagi rata

Dalam penggambaran bidang torsi dapat dilakukan seperti penggambaran


gaya lintang seperti pada gambar II.11.2
MT
QA = MT
a. QB = MT
A B

MT MT
(-)
L

MT
b.
A
B
MT
MTA = MT . b
L
A
B QA = MT
QB
Himsar M Gultom : Analisa Torsi Pada Balok Dengan Lubang Pada Badannya, =MT
2009.
USU Repository 2009
MTA (-)

(+) MTB
MTA = MT . a
a L
b
MT

c.
A B

MTA (-) MTA = . MT.L


(+) MTB = . MT.L
MTB

Gambar II.11.2. Gambar bidang Torsi

Penggambaran tanda bidang momen sama seperti menutup dan membuka


skrup. Kalau arah Momen Torsi kearah menutup maka digambarkan negatif dan kalau
kearah membuka maka digambar positif.

II.12. Torsi Pada Penampang Bulat


Inertia Polar
Pada tampang bulat Inertia Torsi (J) dapat dihitung dengan rumus :

Y
J = p2 . dA MT
= . r4
r

dimana :

2 = x2 + y2
2 . dA = x2 . dA + y2 . dA
J = Ix + Iy

Himsar M Gultom : Analisa Torsi Pada Balok Dengan Lubang Pada Badannya, 2009.
USU Repository 2009
Dalam beberapa literatur disebutkan juga Ip = Ix + Iy, tapi ini berlaku hanya
untuk tampang bulat. Sedangkan pada tampang persegi ataupun penampang I, U, L
tidak berlaku.

II.13 Torsi Pada Tampang Persegi

Dengan bantuan teori soap film analogi maka Inergia polar tampang
sembarang dapat diturunkan dari rumus :

2 2
+ = - 2G
x2 y2
.. ........................................ (II.4)
dengan bantuan penyelesaian memakai teori Prantdl maka :

4 . dx . dy
J=
2 2
+
x2 y2
.......................................................... (II.5)

Khusus untuk tampang persegi maka Inersia polar :

J = . a . b3.............................................................................................. (II.6)

a
dimana dapat dilihat pada tabel II.13 Dan a : adalah sisi terpanjang
sedangkan b=adalah sisi yang terpendek.

Himsar M Gultom : Analisa Torsi Pada Balok Dengan Lubang Pada Badannya, 2009.
USU Repository 2009
a/b
1 0.141
1.5 0.196
2 0.229
2.5 0.249
3 0.263
4 0.281
5 0.291
6 0.299
8 0.307
10 0.312
~ 0.333

Tabel II.13. Koefisien torsi pada tampang persegi.

Jika a/b 2, maka J dapat pula dihitung dengan rumus :

a . b3 b
J = ( 1 0 . 630 a )
3
.............................................................................................................. (II.7)

II.14 Tegangan Torsi


II.14.1 Tegangan Torsi pada tampang bulat
Dalam mencari tegangan torsi pada tampang bulat dapat dihitung dengan :

MT = . dA
.............................................................................................................. (II.8)
Dengan menghubungkan ke Hukum Hooke = G . maka akan didapat
Himsar M Gultom : Analisa Torsi Pada Balok Dengan Lubang Pada Badannya, 2009.
USU Repository 2009
max. = MT. . r
Ip
.............................................................................................................. (II.9)

Diagram tegangan dapat dilihat pada gambar II.14

Y
max.

X
max.

Gambar II.14.1. Tegangan torsi tampang bulat

II.14.2 Tegangan torsi pada tampang persegi

Jika pada tampang bulat tegangan torsi linier maka pada tampang persegi
tegangan torsi berbentuk parabola.

Tegangan torsi :
zx = G . ( - y )
x

zy = G . ( + x )
x

............................................................................................................... (II.10)

Dengan methode soap film analogi maka zy dan zx dapat dihitung dari
persamaan :

Himsar M Gultom : Analisa Torsi Pada Balok Dengan Lubang Pada Badannya, 2009.
USU Repository 2009
2 2
+ = - 2 G
x 2
y 2

dimana :


= zy dan = zx
x y
.......................................................................................... . (II.11)
Secara umum max = . MT, yang mana = / (ab2), sedangkan b = . max.
dimana b adalah tegangan pada sisi terpendek seperti pada gambar II.14.2.

max.
a

Gambar II.14.2 Tegangan torsi pada tampang persegi dimana dan dapat
dilihat pada tabel II.14.2

a/b
1 4.81 1.000
1.5 4.33 0.853
2 4.06 0.796
2.5 3.88 0.768
3 3.74 0.753
4 3.55 0.745
5 3.43 0.744

Himsar M Gultom : Analisa Torsi Pada Balok Dengan Lubang Pada Badannya, 2009.
USU Repository 2009
6 3.35 0.743
8 3.26 0.743
10 3.20 0.743
~ 3.00 0.743

Tabel II.14.2 Koefisien untuk mencari max, b pada tampang persegi

n
IT = . an . b n
3

i=

........................................................................................................... (II.12)

II.14.3 Tegangan Torsi pada tampang I

Jika suatu konstruksi dengan profil dibebani dengan MT seperti pada gambar

MT Pf

= t1 h
t

Gambar II.14.3 Torsi tampang

2 MT
GIT
a.
B
A C

b. MT (-)
Himsar M Gultom : Analisa Torsi Pada Balok Dengan Lubang Pada Badannya, 2009.
(+) MT
USU Repository 2009
L/2 L/2

Gambar II.14.3 Bidang torsi


Pda konstruksi diatas, diperhatikan batang AB, yang mana batang tersebut

mengalami momen torsi MT. dimana profil adalah I maka perhatikan gambar II.14.3

Gaya torsi pada penampang I pada balok bersilang

Gaya torsi pada penampang I terdiri dari dua jenis :

Gambar 2.3 Struktur yang mengalami torsi

II.15 Torsi Murni

Terjadi jika penampang melintang yang rata tetap menjadi rata setelah torsi bekerja

dan penampang hanya mengalami rotasi selama torsi bekerja.

Himsar M Gultom : Analisa Torsi Pada Balok Dengan Lubang Pada Badannya, 2009.
USU Repository 2009
Gambar II.15 Penampang yang mengalami torsi murni

Misalkan pada balok memikul torsi murni sebesar Ms maka besarnya torsi tersebut

adalah

d
Ms = GJ ..................................................................................(II.13)
dz

dimana Ms = momen torsi murni

E
G = modulus geser =
2(1 + )

dimana J = konstanta torsi

II.16 Torsi terpilin (Warping Torsion)

Keadaanya sama dengan balok yang mengalami lentur ke luar bidang gambar akibat

beban lateral . Jadi torsi terpilin ini flens balok berpindah secara lateral selama

terpuntir

Gambar II.16 penampang yang mengalami torsi terpilin


Himsar M Gultom : Analisa Torsi Pada Balok Dengan Lubang Pada Badannya, 2009.
USU Repository 2009
Jika balok memikul torsi terpilin, maka flens tekan balok akan melengkung ke

salah satu arah lateral dan flens tariknya akan melengkung ke arah lateral lainnya

Penampang balok menjadi tidak rata lagi, flens akan melendut sebesar uf , lendutan

ini menimbulkan tegangan lentur dan geser pada flens tersebut.

Torsi terpilin/warping terdiri atas 2 bagian yaitu :

1. Torsi murni (Pure Torsion), menyebabkan rotasi elemen (= ) .

2. Translasi yang menyebabkan balok melentur secara lateral (akibat warping).

Penurunan persamaan diferensial untuk torsi penampang I

Vf = gaya geser yang bekerja pada flens akibat balok melendut secara lateral, pada

saat balok melendut lateral badan balok tetap datar.

untuk sangat kecil maka tan

Uf h
= maka Uf = ....................................................................................(II.14)
h 2
2

dU f h d
= ....................................................................................(II.15)
dz 2 dz

d 2U f h d 2
= ....................................................................................(II.16)
dz 2 2 dz 2

d 3U f h d 3
= ....................................................................................(II.17)
dz 3 2 dz 3

d 2U Mf
=
f
Dari mekanika teknik diketahui 2
...........................................(II.18)
dz EI f

I f = Inersia flens terhadap sumbu Y penampang

M f = Momen lentur lateral pada flens .......... ..............................................(II.19)


Himsar M Gultom : Analisa Torsi Pada Balok Dengan Lubang Pada Badannya, 2009.
USU Repository 2009
dM f d 3U f
Gaya lintang V f = = EI f ...........................................................(II.20)
dz dz 3

d 3U f Vf d 3U f h d 3
atau = dimana = . ...........................................(II.21)
dz 3 EI f dz 3 2 dz 3

h d 3
atau V f = EI f ( ) . ..........................................(II.22)
2 dz 3

Kita mengetahui bahwa komponen momen torsi M w yang menimbulkan lenturan

pada flens = V f .h

h 2 d 3
= EI f ........................................,,.....(II.23)
2 dz 3

I f .h 2
dengan C w = C w = konstanta torsi terpilin (warping coefficient)
2

Momen torsi total = momen torsi akibat rotasi ( M S ) + momen toris akibat lentur

lateral ( M W )

M Z = M S + MW .......................................................(II.24)

d d 3
M Z = GJ ECW 3 ..................................................(II.25)
dz dz

Persamaan diferensial dari akan dicari penyelesaiannya, ruas kiri dan kanan dibagi

dengan E.CW maka

MZ d 3 GJ d
= 3 ..........................................................(II.26)
E.CW dz E.CW dz

GJ
misalkan = 2
E.CW

Himsar M Gultom : Analisa Torsi Pada Balok Dengan Lubang Pada Badannya, 2009.
USU Repository 2009
d 3 d MZ
sehingga 3
2 = ..........................................................(II.27)
dz dz E.CW

Persamaan diferensial tersebut adalah homogen maka ada 2 jawaban yaitu jawaban

umum PD homogen dan jawaban khusus PD non homogen

d 3 d
Jawaban PD homogen 3
2 = 0 ......................................................(II.28)
dz dz

Misalkan = A.e mz

d
= A.m.e mz .. .......................................................................................(II.29)
dz

d 2
2
= A.m 2 .e mz . ......................................................................................(II.30)
dz

d 3
3
= A.m 3 .e mz .......................................................................................(II.31)
dz

A.m 3 .e mz 2 A.m.e mz = 0 ....................................................................(II.32)

m(m 2 2 ) = 0 m1 = 0

m2 = 0 dan m3 =

Jadi = A1 .e Z + A2 .e Z + A3 . ....................................................................(II.33)

Dalam fungsi hiperbolikus dapat ditulis :

1 = A. sinh z + B. cosh z + C ......................................................................(II.34)

GJ
dimana =
ECW

d 3 d MZ
Jawaban khusus dari 3
2 = .................................................(II.35)
dz dz E.CW

2 = f1 ( z ) dan M Z = f (z )
Himsar M Gultom : Analisa Torsi Pada Balok Dengan Lubang Pada Badannya, 2009.
USU Repository 2009
d 3 f1 ( z ) df ( z ) 1
3
2 1 = f ( z) ...............................................(II.36)
dz dz E.CW

diperoleh f1 ( z )

Maka jawaban total = 1 + 2 dengan = sudut torsi

Sekarang kita tinjau balok 2 perletakan dengan profil I dimana ujung-ujung berupa

sendi. Momen torsi bekerja di tengah bentang, maka akan ditentukan persamaan

untuk sudut torsi dan besar tegangan geser akibat torsi murni dan warping serta

tegangan normal yang terjadi akibat lendutan arah lateral, di sini langkah langkahnya

adalah sebagai berikut : Distribusi momen torsi total M Z = M S + M W yang

menyebabkan geser pada flens. Distribusi momen torsi M Z akibat torsi murni

d
M S = GJ .
dz

d 3
Distribusi momen torsi M W = E.CW 3
dz

Karena M Z bernilai konstan maka dapat berbentuk A + B.z

A adalah jawaban umum persamaan diferensial homogen sedangkan B jawaban

khusus persamaan diferensial homogen

Kembali ke persamaan diferensialnya

d 3 GJ d MZ
3
= ....................................................................(II.37)
dz EC w dz E.C w

= A + Bz

d
=B
dz

d 2
=0
dz 2
Himsar M Gultom : Analisa Torsi Pada Balok Dengan Lubang Pada Badannya, 2009.
USU Repository 2009
GJ T /2
Maka 0 B = . ......................................................................(II.38)
EC w EC w

T
B=
2GJ

Jadi jawaban umum PD homogen adalah

T
= A sinh .z + B cosh .z + C + z ..........................................................(II.39)
2GJ

Syarat batas

1 = 0 pada z = 0 dan z = L

=0

z=0 maka 0 = B + C . .....................................................(II.40)

d 2
2. = 0 pada z = 0 dan z = L
dz 2

d T
= . A. cosh .z + .B. sinh .z +
dz 2GJ

d 2
2
= 2 . A. sinh .z + B.2 cosh z
dz

0 = 0 + B diperoleh B = 0 . .......................................................(II.41)

Harga 2.29 disubstitusikan ke 2.28 diperoleh C= 0

d
= 0 pada z = L / 2 ...................................................................................(II.42)
dz

Kemiringan flens di tengah bentang = 0

L T
0 = A cosh +
2 2GJ

T 1
A= ( ) .................................................................................(II.43)
2GJ L
cosh
2

Himsar M Gultom : Analisa Torsi Pada Balok Dengan Lubang Pada Badannya, 2009.
USU Repository 2009
Dari harga A, B dan C diperoleh persamaan untuk jawaban total

T 1 T
= ( ) sinh z + z .................................,...(II.44)
2GJ L 2GJ
cosh
2

T sinh z
= (z ) ............................................................(II.45)
2GJ L
cosh
2

II.17 Sudut puntir

Dalam menghitung sudut puntir dapat dijabarkan dari Hukum Hooke dan

tegangan torsi.

Sudut puntir akibat torsi adalah :

MT . L
v=
G.J

.................................................................................................................... (II.46)

MT

A
B
MT

A
B

MTA (-)

(+) MTB

a b
Himsar M Gultom : Analisa Torsi Pada Balok Dengan Lubang Pada Badannya, 2009.
USU Repository 2009
II.18 Torsi pada beton

Torsi pada beton digolongkan dalam 2 type :

1. Torsi Statis Tertentu disebut Torsi Equilibrium

2. Torsi Statis Tak Tentu disebut juga Torsi Kompatibilitas

Tu

Himsar M Gultom : Analisa Torsi Pada Balok Dengan Lubang Pada Badannya, 2009.
USU Repository 2009
Gambar II.16 Struktur yang mengalami gaya torsi

II.19 Kekuatan Torsi Balok Dengan Penulangan Pada Badan

Untuk torsi dengan penulangan pada badan maka berlaku hubungan sebagai berikut

Th = nh (At fs) y1 ....................................... (II.47)

dimana

nh = jumlah sengkang horizontal yang memotong satu bidang muka (xi cot 1 / s )

At = luas dari satu kaki dari sengkang

fs = tegangan di dalam sengkang

y1 = jarak vertikal sengkang sisi atas dan bawah

dapat ditulis kembali dalam bentuk

Th = k1 At fy.(x1/s).y1 .......................................... (II.48)

dimana k1 = cot 1 fs/ fy

Dengan cara yang sama diperoleh

Tv = nv At fs k2 x1 ..................................... (II.49)

dimana

nv = jumlah sengkang vertikal yang memotong satu bidang muka (yi cot 2 / s )

k2x1 = jarak antara sengkang dan gaaya tekan Pc

persamaan ini dapat ditulis kembali sebagai :

Tv = k3 At fy ( y1/s ) x1 ......................................... (II.50)


Himsar M Gultom : Analisa Torsi Pada Balok Dengan Lubang Pada Badannya, 2009.
USU Repository 2009
dengan k3 = k2 cot 2 fs / fy

Dengan menjumlahkan Th dan Tv dan mengantikan k1+k3 dengan t, maka Gaya

Torsi yang dipikul oleh sengkang sebesar

Ts = t.x1y1/s.At fy ............................................. (II.51)

Berdasarkan penelitian diperoleh

Tco = 0.8 fc x2y .......................................................(II.52)

dengan t = 0.66 + 0.33.y1/x1 1.50 dan Al = 2 At

maka Ts = Tcr Tco .............................................................. (II.53)

dimana

Al = tulangan longitudinal

Ts = gaya torsi yang dipikul oleh sengkang

Tcr = gaya torsi pada saat terjadi retak

Tco = gaya torsi yang dipikul oleh beton

II.20 Kombinasi Geser , Momen dan Torsi

Pada kombinasi geser, momen dan torsi diperoleh

Tc = 1/15 fc x2y/ { 1 + (0.4 Vu / CtTu)2 .......................................(II.54)

Vc = 1/6 fc bw d/ { 1 + [ 2.5 Ct (Tu/Vu)]2 }........................................ (II.55)

1 / 15 fc x 2 y
Tc = ............................................................. (II.56)
(1 + 0.4.C t (Tu / Vu ) 2 )

1 / 6 fcbw d
Vc = . .............................................................. (II.57)
(1 + 2.5.Ct (Tu / Vu ) 2 )

Vu = ( Vc + Vs ) .................................................................. (II.58)

Tu ( Tc + Ts ) ................................................................... (II.59)

Himsar M Gultom : Analisa Torsi Pada Balok Dengan Lubang Pada Badannya, 2009.
USU Repository 2009
II.21 Luas Tulangan Sengkang

Atf V2
y yo

yo cot

Gambar II.19 Gaya pada tulangan sengkang

Dari gambar 2.15 diperoleh persamaan sebagai berikut

V2 = At.fy.yo/s.cot ...................................................................... (II.60)

II.22 Luas Tulangan longitudinal

N2/
2
D2
V2
y fc
N2
o

yo cos
N2/
2

Gambar II.20 Gaya pada tulangan lonitudinal

Dari gambar 2.15 untuk keseimbangan gaya diperoleh persamaan sebagai berikut

N = 2 (N1 + N2) ......................................................................... .(II.61)

N = Tn/2Ao. 2 (x0 +y0) cot ..................................................................... (II.62)

Al fyl = N. ...................................................................(II.62)

Al = At/s.ph.fyv/fyl. cot2 ...................................................................(II.63)


Himsar M Gultom : Analisa Torsi Pada Balok Dengan Lubang Pada Badannya, 2009.
USU Repository 2009
Pada gambar II.20 terlihat aliran gaya pada tegangan torsi dan geser untuk penampang

solid

Torsional stresses Shear stresses

Gambar II.20 Aliran gaya pada tegangan torsi dan geser pada penampang solid

II.23 Kuat Momen Torsi yang disumbangkan oleh beton (Tc)

Untuk momen torsi yang disumbangkan oleh beton dapat dituliskan

Torsi murni : Tc = 1/15 fc` xy ...............................................................(II.64)

1 / 15 fc x 2 y
Torsi + Geser : TC = ..............................................................(II.65)
0.4Vu 2
1+ ( )
C t Tu

dimana

fc` = kuat tekan silinder beton

Vu = gaya geser berfaktor

Tu = torsi berfaktor

Ct= faktor sifat tegangan geser dan torsi

II.24 Geser, Momen dan Torsi

Tc 2 V
( ) + ( c )2 = 1 ......................................................................................(II.66)
Tcu Vcu

Tco
Tc = ...........................................................................(II.67)
1 + (Tc / Vco ) 2 (Vc / Tc ) 2

Himsar M Gultom : Analisa Torsi Pada Balok Dengan Lubang Pada Badannya, 2009.
USU Repository 2009
Tco 0.4 1 / 15 fc x y
2

dengan = = ............................................................(II.68)
Vc 0 C t 1 / 16 fc bw d

bw d
dimana C t =
x2 y
1 / 15 fc x 2 y
Tc = .........................................................................(II.69)
(1 + 0.4.C t (Tu / Vu ) 2 )

1 / 6 fcbw d
Vc = . ........................................................................(II.70)
(1 + 2.5.Ct (Tu / Vu ) 2 )

Geser : Vu (Vc + Vs) . ....................................................................... (II.71)

Torsi : Tu (Tc + Ts) . . ...................................................................... (II.72)

II.25 Penempatan tulangan:

Tulangan lentur harus diletakkan di tempat-tempat tertentu (ingat : terdapat di daerah

tarik / atas atau bawah,sedang pada tulangan torsi dipasang merata karena keretakan

yang terjadi merata pada semua sisi

x1

Gambar 2.18 Jarak sengkang (x1 + y1)/4 atau 300 mm

300

Gambar II.22 Jarak tulangan longitudinal dengan > D-12 harus 300 mm

Himsar M Gultom : Analisa Torsi Pada Balok Dengan Lubang Pada Badannya, 2009.
USU Repository 2009
BAB III
METODE ANALISA

III.1 Pemodelan Beton Berlubang

Pada balok beton berlubang dalam keadaan lentur murni, bahwa bagian atas

lubang dan bagian bawah lubang berprilaku sebagai batang tekan dan batang tarik.

Apabila semakin panjang lubang yang dibentuk maka semakin cepat pula balok

mengalami keruntuhan. Menurut ACI Code 318 02, untuk batang tekan pada portal

tak bergoyang, pengaruh kelangsingan dapat diabaikan apabila :


klu
< 22
r
.......................................................................................................... (III.1)

Dimana : K = faktor panjang efektif dari batang, diambil 1


Lu = panjang lubang
r = radius girasi batang ( 0,3 dc )
Himsar M Gultom : Analisa Torsi Pada Balok Dengan Lubang Pada Badannya, 2009.
USU Repository 2009
dc = tinggi chord tekan

lu

dc

Gbr.III.1 Panjang efektif Chord Tekan

1/2L P

Gbr.3.6 Pemodelan Balok berlubang

Penentuan domain dimensi dari lubang balok beton pada balok yang

mengalami momen lentur dapat dianalisa berdasarkan Gambar 3.3 di bawah ini :

Penentuan domain dari (lo/h, e/h, do/h) dengan mangabaikan efek kelangsingan

batang tekan, dimana tinggi dari chord tekan adalah :

h do
dc = +c
2 2
................................................................................(III.2)

Dengan mengasumsikan bahwa k = 1, lu = lo, pertidaksamaan (3.1) menjadi :

Lo < 22 r = 3,3 (h - do + e)
Himsar M Gultom : Analisa Torsi Pada Balok Dengan Lubang Pada Badannya, 2009.
USU Repository 2009
Lo < 22 r = 22 (0,3 dc) = 6,6 (h - do + c)

lo do e
< 3,3(1 2 ) ......................................................................(III.3)
h h h

Pada gambar diatas diperlihatkan bahwa tinggi chord bawah (tarik) dibesarkan dengan

ds = h/2 - do/s - e. chord bawah ini harus ada sehingga :

h do
e > 0
2 h

atau

do e
< 1 2
h h ....................................................................................... ( III.4)

III.2 Merencanakan Dimensi Balok Beton Berlubang

III.2.1. Dasar Penentuan Letak Lubang Pada Balok Berlubang

Pada pembahasan ini kita membahas penempatan lubang terlaetak di tengah

bentang. Seperti telah diterangkan dalam Bab sebelumnya bahwa pada dasarnya ada

tiga ragam yang menyebabkan keruntuhan balok beton berlubang, yaitu :

1. Keruntuhan lentur

2. Keruntuhan tarik diagonal

3. Keruntuhan daerah tekan akibat geser

Untuk balok yang semakin langsing, kecendrungan ragam keruntuhan adalah lentur.

Pada pembahasan ini akan dilakukan analisa balok beton berlubang terhadap

keruntuhan akibat dari lentur sehingga lubang ditempatkan pada tengah bentang dan

beban berada di sebelah lubang.untuk meneliti keruntuhan akibat tarik.

III.2.2. Pemodelan Balok Berlubang

Himsar M Gultom : Analisa Torsi Pada Balok Dengan Lubang Pada Badannya, 2009.
USU Repository 2009
Pemodelan adalah proses interaksi sistem fisik murni dan solusi matematik

yang baik/tepat. Pemodelan struktur marupakan teknik menggabungkan pengetahuan

mengenai elemen hingga, masalah-masalah fisik, metode numerik, komputer dan

konstruksi dalam membuat suatu model yang mewakili sebuah struktur.

Struktur yang dimodelkan adalah balok dengan perletakan sederhana seperti

gambar III.2.2 Untuk menentukan ukuran lubang di sini kita ambil berdasarkan syarat

ACI (Assosiation Concrete International). Di sini ditentukan a0/h0 5 untuk balok

biasa dan a0/h0 4 untuk balok komposit serta h0/d 7

Dimana : a0 = Lebar lubang (bukaan)

ho = tinggi lubang (bukaan)

d = tinggi profil

Perhitungan tulangan pokok


1 = 0,003
0,85. f 'c
p N D 2 = As '. fs '
d'

D N D1 = 0,85. f 'c .a.b


c a
garis netral
h d
z = d a
2 d d'
Mp
As

fs
s = T = Fe . ey NT 1 = As1. f y NT 2 = As 2 . f y
b Es
Kopel momen Kopel momen
penampang diagram regangan
beton-baja baja-baja

Gambar III.2.2 Distribusi tegangan regangan balok beton bertulang pada beban batas

III.3 Analisa torsi pada balok dengan lubang di badan

Suatu balok beton bertulang dengan lubang memanjang seperti pada

gambar. Balok dikenai gaya torsi pada ujung utuhnya. Analisa untuk kekuatan torsi

ultimit pada balok mengikuti asumsi sebagai berikut :

Himsar M Gultom : Analisa Torsi Pada Balok Dengan Lubang Pada Badannya, 2009.
USU Repository 2009
1. Lubang berbentuk persegi. Batang sebelah atas dan bawah mempunyai lubang

seragam, karena itu batang mempunyai potongan yang seragam dan penulangan

melalui bagian panjangnya.

2. Ketka ada torsi murni, balok melintir dan hasilnya balok pada bagian lubang

sebelah atas dan bawah melentur pada kelengkungan ganda. Titik balik lentur

diasumsikan pada tengah bentang pada batang ini. Momen dan gaya terjadi pada

batang dapat dihitung dari persamaan keseimbangan seperti pada gambar III.3

Gambar III.3.1 Balok dengan lubang di badan yang mengalami beban torsi

Gambar III.3.2 Diagram free body /keseimbangan balok dengan bukaan di badan

3. Penampang yang berbeda mempunyai daktilitas tertentu terhadap torsi, lentur dan

geser. Ini dapat diyakinkan dengan penampang pada penulangan lemah dimana

baja mencapai regangan lelehnya sebelum beton hancur.

Himsar M Gultom : Analisa Torsi Pada Balok Dengan Lubang Pada Badannya, 2009.
USU Repository 2009
4. Kegagalan terjadi oleh bentuk mekanisme dari 4 sendi, dua pada tiap-tiap batang

atas dan bawah seperti pada gambar III.3.1. Jenis kegagalan ini didapat dari

asumsi percobaan..

Gambar III.3.3 Asumsi mekanisme kegagalan balok

Metode ini didasarkan pada analisa beban runtuh. Berdasarkan metode ini runtuh pada

struktur terjadi jika mungkin untuk menemukan distribusi dari aksi di bagian dalam

struktur sedemikian sehingga kondisi keseimbangan, leleh dan mekanismenya

diperoleh secara serentak. Jika hanya keseimbangan dan kondisi leleh yang diperoleh

melalui struktur, maka pemecahan secara eksak hanya batas bawah terhadap beban

runtuh. Pemecahan batas atas diperoleh jika suatu mekanisme asumsi, energi dalam

diserap pada sendi plastsi disamakan dengan energi masukan oleh beban atau dengan

kata lain kondis keseimbangan akan diperoleh.

III.3.1 Kondisi leleh


Himsar M Gultom : Analisa Torsi Pada Balok Dengan Lubang Pada Badannya, 2009.
USU Repository 2009
Untuk tujuan analisa ini, suatu permukaan interaksi (digunakan permukaan leleh)

diperlukan untuk penampang beton bertulang pada kombinasi torsi, lentur dan geser.

Kondisi leleh diambil dari persamaan interaksi seperti pada gambar 3.11

1 1
t 2 + c t v + v2 = 1 +
1 2 r
t 2 + v2 m = 1
r

( )
r t 2 + v2 + m = 1

Gambar III.4 Permukaan leleh untuk moda yang berbeda pada penampang yang

gagal

Tiga persamaan diperlukan untuk menggambarkan perilaku leleh dari penampang

beton bertulang di bawah kombinasi beban. Persamaan ini dapat dinyatakan dengan

bentuk yang tidak berdimensi dalam bentuk :

r (t 2 + v 2 ) + m = 1 Moda 1 ...........................................................(III.5)

1 1
t 2 + ct v + v2 = 1 + Moda 2 .............................................................. (III.6)
2 r

1
t 2 + v2 m = 1 Moda 3 ............................................................. (III.7)
r

yang mana r = Fyu Fyt ; t = T T o ; m = M M o ; v = V Vo dan c = 2 2d v u

dimana

Himsar M Gultom : Analisa Torsi Pada Balok Dengan Lubang Pada Badannya, 2009.
USU Repository 2009
u = panjang keliling yang menghubungkan sudut dari batang longitudinal pada suatu

penampang

d v = jarak antara batang longitudinal tarik dan tekan

Fyt , Fyu = gaya leleh dari batang longitudinal tarik dan tekan

T = Momen torsi

M = Momen lentur

V = Gaya geser

dan

4 Fyu S y
T0 = 2 Ao ....................................................................................(III.8)
us

M o = 2 Fyt d v ....................................................................................(III.9)

2 Fyu S y d v
Vo = 2 ...................................................................................(III.10)
s

adalah kapasitas plastis dari penampang pada torsi murni, lentur dan geser bersamaan

dimana Ao = daerah yang dibatasi oleh , S y = gaya leleh dari sengkang dan s =

jarak sengkang.

III.3.2 Aturan aliran Plastis.

Pada analisa plastis, jika secara kinematik daerah kecepatan dapat ditentukan pada

suatu bagian yang bersambung/ kontiniu maka aliran plastis yang terjadi ditentukan

oleh aturan aliran plastis. Aturan ini menyatakan bahwa vektor pertambahan regangan

Himsar M Gultom : Analisa Torsi Pada Balok Dengan Lubang Pada Badannya, 2009.
USU Repository 2009
plastis pada sendi adalah normal terhadap permukaan leleh pada titik tegangannya

(Prager 1959) dan dapat dinyatakan dalam bentuk

f
q i = , i = 1,2,......n ...............................................................................(III.11)
Qi

yang mana = skalar positif

Q = beban ke i yang diturunkan

q i = kecepatan ke i dari perpindahan

f = potensial plastis atau fungsi leleh seperti yang didefinisikan sebagai berikut :

f (Q1 ,........Qn ) = 1 ..............................................................................(III.12)

pada analisa ini potensial plastis ditunjukkan pada persamaan III.5-III.7

III.4. Analisa untuk torsi ultimit

Penyelesaian batas atas terhadap beban runtuh diperoleh jika untuk mekanisme yang

diasumsikan (mode keruntuhan), kerja dilakukan oleh gaya luar pada balok sama

dengan kerja yang diserap oleh sendi plastis. Pada kasus ini gaya luar adalah torsi

pada ujung utuh dari balok. Ini diasumsikan bahwa keruntuhan terjadi oleh bentuk

keempat sendi plastis dengan 2 pada masing-masing batang (atas dan bawah) pada

suatu jarak x yang terpisah seperti gambar III.3.3.a, Dari bentuk yang terdeformasi

dari balok seperti pada gambar III.3.3.b dan III.3.3.c maka hubungan dapat dituliskan

sebagai berikut :

2et
t = t ...................................................................................................(III.13)
x

2eb
b = b ....................................................................................................(III.14)
x

=0 ....................................................................................................(III.15)

Himsar M Gultom : Analisa Torsi Pada Balok Dengan Lubang Pada Badannya, 2009.
USU Repository 2009
yang mana = perpindahan rotasi akibat lentur; = perpindahan rotasi akibat momen

torsi; = perpindahan geser; e = jarak dari titik pusat batang pada sumbu longitudinal

dari balok; penandaan b dan t menunjukkan batang bawah dan batang atas.

Hubungan geometri dapat dinyatakan sebagai bagian kecepatan yang memenuhi

kompatibilitas dan juga secara kinematis. Bagian kecepatan secara sederhana

berhubungan dengan variasi perpindahan pada kecepatan yang ditandai dengan titik

seperti pada persamaan di bawah :

2et
t = t .....................................................................................................(III.16)
x

2eb
b = b ...................................................................................................(III.17)
x

b = t = 0 ..................................................................................................(III.18)

Aturan aliran plastis harus digunakan pada sendi kedua batang

Dengan aturan aliran yang berhubungan dengan moda, Moda 1 dapat ditulis untuk

batang atas dan bawah sebagai berkut :

t
t = 2rtt ; t = t ; t = t 2rVt ..........................................................(III.19)
Tot M ot Vot

b
b = 2rtb ; b = b ; b = b 2rVb ..........................................................(III.20)
Tob M ob Vob

Dengan menggunakan persamaan III.17-III.20 dan III.5. untuk tiap-tiap batang maka

persamaan dapat diturunkan sebagai berikut :

Tot x
tt = ...............................................................................................(III.21)
4rt M ot et

Himsar M Gultom : Analisa Torsi Pada Balok Dengan Lubang Pada Badannya, 2009.
USU Repository 2009
mt = 1 rt t t
2
...............................................................................................(III.22)

Tob x
tb = ...............................................................................................(III.24)
4rb M ob eb

mb = 1 rbtb
2
..............................................................................................(III.25)

v = vt = vb = 0 .............................................................................................(III.26)

Kekuatan torsi diperoleh dengan menggunakan persamaan kerja virtual seperti di

bawah ini :

Ta = (Tt + Tb ) + M t t + M b b ......................................................................(III.27)

yang mana Ta = torsi yang terjadi. Persamaan III.27, III.28, III.29 sampai III.46 dan

III.48 memberikan persamaan berikut untuk torsi yang terjadi :

T x M e T x M e
ta = ot + 2 ot t + ob + 2 ob b . .....................................(III.28)
8rt M ot et Tot x 8rb M ob eb Tob x

yang mana t a = Ta Tot

Harga terkecil dari penyelesaian untuk torsi yang terjadi, t a adalah dengan

menurunkan t a pada persamaan III.29 dengan mengacu pada x dan menyamakan

hasilnya dengan nol kita peroleh

16( M ot et + M ob eb )
x = lc = ..........................................................................(III.29)
Tot2 Tob2
+
et r t M ot eb rb M ob

yang mana lc didefinisikan sebagai panjang lubang kritis. Untuk lubang kecil, panjang

lubang lo mungkin kurang dari lc . Ini menunjukkan bahwa 2 sendi akan bergabung

menjadi satu. Akan tetapi ini tidak mungkin karena mekanisme anggapan

mengasumsikan bahwa bentuk sendi pada batang balok. Karena itu untuk kasus

sedemikian x diambil sama dengan l o karena itu

Himsar M Gultom : Analisa Torsi Pada Balok Dengan Lubang Pada Badannya, 2009.
USU Repository 2009
x = lo jika l o < lc ..........................................................................................(III.30)

Masukkan harga x dari persamaan III.29 dengan batasan dari persamaan III.30 ke

dalam persamaan III.28 memberikan penyelesaian batas atas terbaik untuk kekuatan

nominal torsi balok.

III.4.1 Balok dengan batang yang sama

Penyelesaian ini didasarkan pada fungsi potensial plastis yang berhubungan dengan

bentuk sendi moda 1, dapat ditunjukkan bahwa fungsi potensial plastis berdasar pada

hasil moda 2 dan moda 3 dalam vektor perpindahan dan beban yang tidak cocok. Baik

menjadi negatif atau beban menjadi negatif, karena itu fungsinya dapat diabaikan

pada analisa. Pada kasus tertentu balok yang mempunyai batang sama atas dan bawah

bukaan, analisa atas mungkin benar-benar disederhanakan. Untuk balok dengan

batang sedemikian, penandaan b = penandaan t . Karena itu dengan mengeluarkan

tanda b dan t menjadi t o rumus untuk kekuatan torsi nominal (persamaan III.31)

berkurang menjadi

To x 4 M o e
tn = + ........................................................................................(III.31)
4rM o e To x

Dengan cara yang sama III.29 dan III.30 disederhanakan menjadi

Mo
x =l ci = 4e r lo .........................................................................................(III.32)
To

lci = panjang lubang kritis ketika batang dari balok adalah sama, ketika l o l ci

persamaaan III.30 dan III.31 menjadi

2
tn = .............................................................................................................(III.33)
r

Himsar M Gultom : Analisa Torsi Pada Balok Dengan Lubang Pada Badannya, 2009.
USU Repository 2009
Ketika lo lci , x = lo (persamaan III.30), karena itu persamaan III.31 berkurang

menjadi

To lo 4 M o e
tn = + .....................................................................................(III.34)
4rM o e To lo

Jadi untuk balok dengan batang balok sama persamaan III.33 menunjukkan bahwa

kekuatan torsi nominal menjadi tetap untuk l o l ci . Ketika batang balok mempunyai

penulangan longitudinal yang simetris juga , r = 1 persamaan III.33 berkurang

menjadi

tn = 2 ..........................................................................................................(III.35)

Yang menunjukkan bahwa Tn = 2To . Karena itu kapasitas torsi dari balok adalah sama

dengan jumlah kekuatan torsi murni dari batang balok.

III.4.2 Penyelesaian batas bawah

Berdasarkan teori analisa batas bawah, jika untuk beban yang diberikan suatu

distribusi momen , torsi dan gaya geser dapat ditentukan bahwa persamaan dengan

beban memenuhi kondisi leleh. Analisa berikut didasarkan pada pendekatan ini.

Ketika suatu balok dengan lubang melintang dikenai torsi murni, torsi yang terjadi

ditahan oleh torsi pada batang balok dan oleh bentuk puntir akibat geser melintang

pada batang atas dan bawah lubang. Karena simetris hanya setengah dari total panjang

lubang yang digunakan. Gaya pada balok seperti pada gambar III.3.2,ini dapat dilihat

bahwa penampang kritis ada pada ujung lubang, karena itu keruntuhan balok dapat

terjadi oleh bentuk dari empat sendi seperti ditunjukkan pada gambar III.3.3 dengan

x = l o . Dengan menganggap momen dan gaya adalah positif ketika terjadi seperti

Himsar M Gultom : Analisa Torsi Pada Balok Dengan Lubang Pada Badannya, 2009.
USU Repository 2009
pada gambar III.3.2, persamaan keseimbangan keseluruhan untuk balok dapat ditulis

dalam bentuk :

Ta = Tt + Tb + Vt et + Vb eb .......................................................................................(III.36)

Vb = Vt ...........................................................................................................(III.37)

Dengan tb = Tb Toh , tt = Tt Toh , v b = Vb Voh , vt = Vt V oh

= Tob Toh , = V ob Voh , t = etVot Voh dan b = ebVob Voh , persamaan di atas dapat

dinyatakan sebagai bentuk non-dimensi sebagai berikut :

t a = t t + t b + t vt + b vb ..................................................................................(III.38)

vt = vb ........................................................................................................(III.39)

Gaya-gaya dan momen dalam pada sendi 1 dan 3 (gmbar III.4) dapat dinyatakan

dengan suku pada titik balik dari persamaan sebagai berkut :

t1 = t t ; mt = vt ; v1 = vt ...................................................................................(III.40)

v b
t 3 = t b ; mb = ; v3 = vb .............................................................................(III.41)

yang mana = M ob M ob ; = (0.5Vot l o ) / M oh dan penandaan 1 dan 3 menunjukkan

untuk sendi 1 dan 3, sekaligus. Kondisi leleh persamaan (III.5)-(III.29) harus

digunakan untuk sendi 1 dan 3. Karena dimensi dari batang balok berbeda, dua syarat

kondisi leleh diperlukan untuk tia-tiap sendi. Dengan menggunakan persamaan

(III.40) dan (III.41) kondisi leleh untuk sendi 1 pada batang atas adalah

rt (tt2 + vt2 ) + vt = 1 (moda 1) ...........................................................(III.42)

1 1
tt2 + ct tt vt + vt2 = 1 + (moda 2) ...........................................................(III.43)
2 rt

Himsar M Gultom : Analisa Torsi Pada Balok Dengan Lubang Pada Badannya, 2009.
USU Repository 2009
vt
tt2 + vt2 =1 (moda 3) ...........................................................(III.44)
rt

vb
rb (tb2 + vb2 ) + =1 (moda 1) ...........................................................(III.45)

1 1
tb2 + cbtb vb + vb2 = 1 + (moda 2) ...........................................................(III.46)
2 rb

vb
tb2 + vb2 =1 (moda 3) ...........................................................(III.47)
rb

Jadi ada empat persamaan bebas, dengan dua persamaan keseimbangan (III.38) dan

(III.39), dua syarat leleh satu untuk sendi 1 persamaan (III.42)-(III.44) dan satu untuk

sendi 3 (III.45)-(III.47) t a , t t , t b , vt dan vb

III.4.3 Balok dengan batang balok sama

Jika batang balok adalah sama, penyelesaian terdahulu dapat lebih disederhanakan

terhadap analisa batas atasnya. Karena simetris terhadap dua sumbu, itu untuk

mengganggap hanya seperempat dari balok, hanya satu sendi, karena = = = 1

dengan memasukkan penandaan t dan b, maka persamaan III.38 dan III.39 berkurang

menjadi

ta = 2t + v .......................................................................................................(III.48)

m = v .......................................................................................................(III.49)

yang mana = t + b , dengan kondisi leleh ditunjukkan persamaan III.5-III.7.

Jadi ada tiga persamaan bebas dengan dua persamaan keseimbangan dan satu kondisi

leleh, untuk memecahkan empat nilai yang tidak diketahui, masukkan harga v

dan m dari persamaan III.6948 dan III.49 ke persamaan III.27 kita memperoleh :


ta = 2t + 2 + 4r 4r 2t 2 ..................................................................(III.50)
2r r
Himsar M Gultom : Analisa Torsi Pada Balok Dengan Lubang Pada Badannya, 2009.
USU Repository 2009
dt a d 2t a
Torsi yang terjadi t a adalah maksimum ketika = 0 dan adalah negati dan
dt dt 2

tidak nol, maka ta maksimum adalah :

1 2 + 4r
t= ..............................................................................................(III.51)
r 2 + 4

Harga dari t , m dan v harus selalu positif. Ini meyakinkan ketika

1
t< ............................................................................................(III.52)
r

m 0 dan v 0 ke dalam persamaan III.50 kita peroleh persamaan III.52

Penyelesain untuk sendi moda 1

Masukkan harga t dari persamaan III.51 dan III.50 kita memperoleh persamaan

berikut untuk kekuatan nominal torsi dari balok dengan lubang persegi untuk moda 1

1
ta = + r ( 2 + 4r )( 2 + 4) ..................................................................(III.53)
2r 2

Masukkan harga dan ke dalam persamaan III.51, ini dapat ditunjukkan bahwa

1
l o < l c1 dimana lc oleh persamaan III.39, III.52 adalah memenuhi l o l c1 t =
r

maka persamaan III.50 berkurang menjadi

2
tn = ............................................................................................................(III.54)
r

Ini dapat dilihat bahwa persamaan III.33 diambil sama dengan III.33 yang diturunkan

dari pendekatan batas atas. Jadi persamaan III.54 dan III.33 memberikan penyelesaian

yang unik untuk l o > l c dan bentuk sendi dari moda 1.

Himsar M Gultom : Analisa Torsi Pada Balok Dengan Lubang Pada Badannya, 2009.
USU Repository 2009
Penyelesain untuk sendi moda 3

Penyelesaian yang berhubungan dengan sendi moda 3 dapat diperoleh secara sama

dengan menggunakan III.7, III.48 dan III.49 kita peroleh


t a = 2t + + 2 + 4r 2 4r 2 t 2 ..............................................................(III.55)
2r 2r

1 2 4r
t= ...............................................................................................(III.56)
r 2 +4

Harga dari t , m dan v harus positif seperti pada persamaan III.7 jadi t < 1 , Karena

dari persamaan III.55 dan III.56 kita memperoleh :

1
ta = + ( 2 + 4r 2 )( 2 + 4) 2 + .................................................(III.57)
2r 2r r

Penyelesain untuk sendi moda 2

Secara sama kekuatan torsi yang berhubungan dengan sendi moda 2 dapat diperoleh

sebagai berikut :

1 1 2
(
1 + 2c + 4 )
2 r 1
tn = 21 + .................................................(III.58)
1
1 c2 r
4

III.5 Metode perencanaan yang disederhanakan

III.5.1 Latar Belakang

Pada perencanaan torsi untuk struktur balok beton bertulang tak tentu, sangat

membantu untuk keadaan dengan dua situasi yang berbeda, yang diperkenalkan oleh

Collins dan Lampert (1973) dan didefinisikan kemudian oleh Hsu dan Hwang (1977)

sebagai berikut :
Himsar M Gultom : Analisa Torsi Pada Balok Dengan Lubang Pada Badannya, 2009.
USU Repository 2009
1. Momen torsi tidak dapat dikurangi oleh redistribusi dari gaya-gaya dalam.

2. Momen torsi dapat dikurangi oleh redistribusi dari gaya-gaya dalam.setelah retak.

Pada kasus terdahulu, momen torsi harus dimasukkan dalam perencanaan.

Perhitungan momen torsi untuk kategori selanjutnya, akan tetapi tidak mendapat hasil.

Karena hasil itu, peneliti berusaha pada arah menuju kepada perencanaan dengan

metode perencanaan beban batas dengan menggunakan redistribusi setelah retak.Hsu

dan Hwang (1977) mengusulkan suatu metode yang sama dengan yang diusulkan

oleh Collins dan Lampert (1973), tetapi rumus empirik menyarankan untuk

menggunakan suatu jumlah tulangan badan minimum torsi sebagai berikut :

1.7 s Ac
At ,min = .................................................................................................(III.59)
f yv p c

yang mana At ,min adalah luas dari penulangan sengkang minimum untuk torsi dalam

mm2

Ac adalah luas dari keliling penampang mengikuti bentuk dari sengkang dalam mm2

p c adalah keliling dari penampang mengikuti bentuk dari sengkang dalam mm

s adalah jarak sengkang dalam mm

f yv adalah kekuatan leleh sengkang dalam MPa

Pada penelitian mereka Mansur dan Rangan (1978) mengamati bahwa penulangan

badan sendiri tidak mencukupi untuk menyediakan daktilitas torsi yang diperlukan.

Suatu volume dari baja longitudinal harus ditambahkan yang diperlukan untuk lentus.

Kemudian Hsu dan Huang (1979) setuju terhadap penemuan mereka. Baja

longitudinal minimum yang diperlukan untuk torsi diberikan sebagai berikut :

2( x1 + y1 ) f yv
Al = At ,min ....................................................................................(III.60)
s f yt

Himsar M Gultom : Analisa Torsi Pada Balok Dengan Lubang Pada Badannya, 2009.
USU Repository 2009
yang mana At adalah Luas total baja longitudinal untuk menahan torsi

x1 dan y1 adalah dimensi pusat ke pusat yang lebih pendek dan yang lebih panjang

dari sengkang persegi tertutup.

f yt adalah kekuatan leleh dari tulangan longitudinal.

Pendekatan yang berbeda telah dilakukan oleh Hsu dan Burton (1974). Mereka

merekomndasikan bahwa balok penyokong direncanakan untuk momen torsi ultimit

sebesar 0.33 f c x 2 y 2 / 3 Nmm pada penampang kritis

dimana

f c adalah kekuatan beton dalam MPa dan x dan y adalah dimensi yang terpanjang

dan terpendek keseluruhan penampang balok persegi dalam mm

III.5.2 Metode perencanaan

Suatu balok dengan lubang besar mungkin dapat dianggap sebagai rangka pengganti

dari bagian struktur yang tersendiri. Rangka terdiri dari batang-batang atas dan bawah

bukaan yang terjepit kaku ke bagian utuhnya. Untuk anggapan momen torsi ambil

koordinat sumbu x-y-z , resultan tegangan yang mungkin dapat bertambah pada

tengah bentang dari batang-batang balok ketika balok dikenai torsi murni pada bagian

utuhnya seperti yang ditunjukkan pada gambar III.5.2. Gaya dan momen yang terjadi

pada arah yang ada ditunjukkan oleh penandaan x, y dan z. Momen ( M y ) t dan ( M y ) b

timbul dari lentur lateral dari batang sebagai balok terpuntir. Akan tetapi itu dicatat

oleh Mansur (1983) bahwa di bawah torsi murni, titik balik terjadi pada tengah

bentang dari batang balok, karenanya ( M y ) t = ( M y ) b = 0 pada tengah bentang dari

batang

Himsar M Gultom : Analisa Torsi Pada Balok Dengan Lubang Pada Badannya, 2009.
USU Repository 2009
Gambar III.5.2 : Balok dengan lubang besar dikenai torsi murni

Persamaan keseimbangan untuk balok dapat dituliskan sebagai berikut :

( Fz ) t + ( Fz ) b = 0 ..............................................................................................(III.61)

T = ( M x ) b + ( M x ) t + ( Fz ) t et + ( Fz ) b eb .............................................................(III.62)

Jadi ada dua persamaan keseimbangan untuk memecahkan empat yang tidak diketahui

( Fz ) b , ( Fz ) t , ( M x ) t dan ( M x ) b . Karena itu balok adalah statis tidak tentu dengan dua

derajat, akan tetapi ditunjukkan bahwa harga asumsi termasuk nol untuk momen torsi

Pertama momen torsi ( M x ) t dan ( M x ) b diasumsikan nol tetapi jumlah minimum dari

tulangan longitudinal dan badan menurut persamaan III.59 dan III.60, diperlukan

kontrol retak dan daktilitas. Sebagai alternatif diusulkan momen torsi nominal pada

batang atas dan bawah diambil

xt2 yt ...................................................................(III.63)
(Tn ) t = ( M x ) t = 0.33 f c
3

Himsar M Gultom : Analisa Torsi Pada Balok Dengan Lubang Pada Badannya, 2009.
USU Repository 2009
xb2 y b
(Tn ) b = ( M x ) b = 0.33 f c ...................................................................(III.64)
3

Dimana penandaan b dan t menunjukkan batang bawah dan atas. Usulan terdahulu

dengan asumsi torsi nol pada batang telah direkomendasikan oleh Mansur (1983)

karena itu membawa ke perencanaan konservatif dan hasilnya dengan prosedur

perencanaan yang sederhana.

Ketika harga ( M x ) t dan ( M x ) b diketahui balok menjadi statis tertentu. Momen lentur

dan distribusi gaya geser pada batang dapat lebih mudah dihitung. Seperti pada

gambar III.5.2, penampang kritis pada batang balok ada di ujung lubang. Gaya lateral

pada penampang ini diperoleh dari persamaan III.62 sebesar :

Tu
Vu = ( Fz ) t = ( Fz ) b = ...................................................................(III.65)
et + eb

dan momen lentur sebesar :

lo
M u = ( M y ) t = ( M y ) b = Vu ..................................................................(III.66)
2

Dengan mengetahui harga momen lentur dan gaya geser, penampang ini dapat

direncanakan dengan lebih proporsional sesuai dengan peraturan yang ada.

III.6 Kombinasi torsi dengan lentur

Gaya-gaya akibat beban hidup yang terjadi pada balok dengan torsi murni seperti

pada gambar III.6 dapat memberikan keadaan dengan torsi dan lentur yang

dikombinasikan. Resultan gaya-gaya dalam adalah seperti pada gambar III.6, dengan

mengasumsikan bahwa balok yang terkena momen lentur dan pada bagian lubang dari

balok adalah beban dari gaya luar maka resultan tegangan tekan di batang atas adalah:

Mu
( N u ) t = ( Fx ) t = ............................................................................(III.67)
( et + eb )
Himsar M Gultom : Analisa Torsi Pada Balok Dengan Lubang Pada Badannya, 2009.
USU Repository 2009
Gambar III.6 Diagram keseimbangan pada balok dengan lubang terhadap kombinasi

torsi dan lentur

Resultan tegangan pada batang bawah N b secara numerik sama dengan N t tetapi

merupakan gaya tarik. Kombinasi pengaruh torsi persamaan III.66 dan III.67,

penampang kritis pada ujung batang terkena kombinasi dari gaya aksial lentur lateral

(terhadap sumbu) dan gaya geser lateral (dalam arah z), karena itu penampang kritis

terhadap gaya uni aksial tarik dan tekan dapat direncanakan sesuai dengan peraturan

perencanaan yang ada.

BAB IV

APLIKASI
Himsar M Gultom : Analisa Torsi Pada Balok Dengan Lubang Pada Badannya, 2009.
USU Repository 2009
Dalam bab ini akan diberikan sebuah contoh perhitungan pada struktur dengan

mengikutsertakan gaya momen dan gaya torsi pada penampang balok beton bertulang,

contoh yang ditinjau berupa balok sendi-sendi.

Adapun data-data yang akan dipergunakan dalam analisa tersebut adalah :

IV.1 Data balok dan penampang :

1. Panjang bentang (panjang teoritis) L=6m

2. Beban terpusat di tengah bentang Pv = 20 kN-m (termasuk berat sendiri)

3. Beban torsi di tengah bentang Mt = 30 kN-m

4. Ukuran penampang balok A = BxH = 0.30 x 0.60 m2

5. Ukuran lubang/bukaan di tengah bentang A = BxH = 1.20 x 0.24 m2

6. Mutu beton (fc) = 30 MPa

7. Selimut beton cv = 20 mm

7. Modulus Elastisitas beton E = 25910 MPa

Gambar IV.1. Balok dengan lubang di tengah badan akibat momen lentur dan torsi

IV.2 Pendimensian Profil

Adapun pendimensian balok sebagai berikut :


Himsar M Gultom : Analisa Torsi Pada Balok Dengan Lubang Pada Badannya, 2009.
USU Repository 2009
1/2 L
P = 20KN
Mt = 30KN.m

24cm 60 cm
120 cm

30 cm

Gbr.IV.2 Pendimensian Struktur Balok

Balok persegi empat dengan lubang ditengahnya


Beban terpusat
Posisi lubang simetris di tengah bentang dan

persegi empat

Perletakan sendi - rol

Beban terpusat sebesar (P) = 20 KN dan torsi = 30 KN.m

Modulus Elastis beton E = 25910 MPa

Poisson ratio (v) = 0.15

Panjang bentang L = 6 m

Panjang lubang ao = 120 cm

Tinggi lubang ho = 24 cm

Syarat lubang berdasarkan ACI kode 318-02 yaitu :

A0 / h0 5 diperoleh 120/24 = 5 5

H0 / d 7 diperoleh 24/40 = 0.5 7

IV.3 Perhitungan
Himsar M Gultom : Analisa Torsi Pada Balok Dengan Lubang Pada Badannya, 2009.
USU Repository 2009
P := 20 kN Lb := 6 m

a. Geometri struktur Torsi := 30 kN m M := 0.25 P Lb = 30 kN m


h := 600 mm

do := h eb et = 240 mm

b := 300 mm eb := 180mm et := 180mm


lo := 1200 mm

b.Momen berfaktor pada pusat bukaan/lubang


Tu := 1.2 Torsi = 36 kN m Mu := 1.2 M = 36 kN m
c.Material yang digunakan

Beton dengan fc := 30 MPa


Baja dengan fy := 390 MPa untuk tulangan utama
fyv := 320 MPa untuk tulangan geser
4 N
Ec := 4730 fc MPa = 2.591 10
2
mm
et
d := eb + = 270 mm
2

dt := eb = 180 mm

Berdasarkan gambar maka Tb := 0 Tt := 0

Mx_b := Tb = 0 Mx_t := Tt = 0

Himsar M Gultom : Analisa Torsi Pada Balok Dengan Lubang Pada Badannya, 2009.
USU Repository 2009
1. PERENCANAAN DARI BATANG ATAS (GAYA TEKAN + LENTUR)

a.Menghitung momen dan gaya

Tu
Vu_t := = 100 kN Vu_b := Vu_t = 100 kN
eb + et

lo
Mu_t := Vu_t = 60 kN m Mu_b := Mu_t = 60 kN m
2

Mu
Pu_t := = 100 kN Nu_t := Pu_t = 100 kN
( eb + et)

Mu
Pu_b := = 100 kN Nu_b := Pu_b = 100 kN
( eb + et)

b. Menentukan momen perbesaran untuk pengaruh kelangsingan

Berdasarkan pada peraturan ACI untuk portal tidak


5
Cm := 1 := 0.75 Pu := Pu_t = 1 10 N
1 3 8 4
Ig := b dt = 1.458 10 mm
12

diasumsikan d := 0

12 2
EI := 0.4 Ec Ig = 1.511 10 N mm
3
karena k := 1 dan lo = 1.2 10 mm maka diperoleh
2
EI
Pc := = 10355.63 kN
2
( k lo)

1
dimana c := = 1.013
Pu
1
0.75 Pc

diperoleh perbesaran momen c Mu_t = 60.783 kN m

c. Kontrol Kapasitas Lentur


Dengan menggunaka pembesian utama dia := 16 mm
2 2
Dicoba n := 4 As := n 0.25 dia = 804.248 mm

Himsar M Gultom : Analisa Torsi Pada Balok Dengan Lubang Pada Badannya, 2009.
USU Repository 2009
Diasumsikan selimut beton cv := 20 mm pembesian sengkang ds := 8 mm
dengan jarak x1 := dt ds 2 cv = 132 mm

y1 := b ds 2 cv = 252 mm

4 2
At_min := 1.7 x1 y1 = 5.655 10 mm
5
s1 := 350 2 ( x1 + y1) = 2.688 10 mm

2
At_min mm
= 0.21
s1 mm

fyv At_min 2
At := 2 ( x1 + y1) = 132.569 mm
fy s1

At 2
Untuk 1 bagian maka = 33.142 mm
4

c Mu_t = 60.783 kN m untuk Nu_t = 100 kN

Momen_kapasitas := "MEMENUHI" if c Mu_t > Mu


Momen_kapasitas = "MEMENUHI"
"TIDAK MEMENUHI" otherwise

2. PERENCANAAN DARI BATANG BAWAH (GAYA TARIK + LENTUR)

Nu_b = 100 kN Mu_b = 60 kN m

Dapat dilihat pada gambar diagram interaksi maka pembesian lentur untuk
batang bawah diambil sama dengan batang atas.

3. PERENCANAAN GESER

a. Batang Bawah

5
Vu_b = 1 10 N

Berdasarkan peraturan ACI 1995 maka


4 2
Ag := b dt = 5.4 10 mm ns := 2 tulangan geser kri dan kanan

Himsar M Gultom : Analisa Torsi Pada Balok Dengan Lubang Pada Badannya, 2009.
USU Repository 2009
0.29 Vu_b 4
Vc := 0.17 1 fc MPa dt ( b ns cv) = 2.017 10 N
Ag MPa

Tegangan_geser = "MEMENUHI" Tegangan_geser := "MEMENUHI" if Vc < Vu_b


"TIDAK MEMENUHI" otherwise

4
Av := Vu_b Vc = 7.983 10 N

4 N
s2 := fyv ( b 2cv) = 8.32 10
mm

2 2
A_seng := ns 0.25 ds = 100.531 mm

2
mm
Ditambahkan pembesian torsi pada badan A_torsi := ns 0.124
mm
2
Av mm
Atotal := + A_torsi = 1.207
s2 mm

A_seng
s_seng := = 83.259 mm pakai 75 mm
Atotal

b. Batang Atas

Diasumsikan sengkang yang digunakan pada batang atas lebih rapat


dibandingkan pada bagian bawah karena menahan gaya aksial tekan
yaitu: pakai 75 mm

4. PEMBESIAN SUDUT

Diasumsikan bahwa sengkang pada penampang utuh pada sudut-sudut bukaan akan
menahan gaya torsi terbesar dengan persyaratan untuk sengkang diberikan sebagai
berikut
4 T_seng
d_v := Tu = 36 kN m
fyv ( x1 + y1)

dengan d_v := 12 mm x_s := b 2 cv = 260 mm y_s := h 2 cv = 560 mm

2
d_v
T_seng := fy ( x_s + y_s) = 36.169 kN m
4

Gaya_torsi = "MEMENUHI"

Himsar M Gultom : Analisa Torsi Pada Balok Dengan Lubang Pada Badannya, 2009.
USU Repository 2009
Dari keluarn hasil SAP 2000 diperoleh
fy
Besar gaya tarik dibawah P := 43.11 kN dengan i_lentur := = 260 MPa untuk baja
1.5
diameter pembesian utama dia = 16 mm
2 2
Ab := 0.25 dia = 201.062 mm

Tegangan ijin untuk 1 tulangan akibat lentur P


:= = 214.412 MPa
Ab

Tegangan = "MEMENUHI"

P
Tegangan ijin untuk 2 tulangan akibat lentur := = 107.206 MPa
2 Ab

Tegangan = "MEMENUHI" tulangan minimal 2 buah

Maka dipakai tulangan 416 dengan tulangan 216 + 216 atas bawah

Untuk tulangan sengkang sepanjang bentang dengan ds = 8 mm


Ps := 8.74kN fyv
i_geser := = 213.333 MPa
1.5
Sengkang kiri kanan dengan jarak 100 mm d_seng := 100 mm
2
A_seng = 100.531 mm
Ps
1 := = 86.938 MPa per 100 mm
A_seng

Tegangan_geser = "MEMENUHI"

Untuk tulangan sengkang kiri kanan di dekat lubang


fyv
Akibat gaya torsi diperoleh Pt := 10.24 kN i_geser := = 213.333 MPa untuk baja
1.5

diameter pembesian sengkang di sudut lubang d_v = 12 mm

2 2 Pt
Sengkang Ab := 0.25 d_v = 113.097 mm maka := = 90.541 MPa
Ab

Tegangan_geser = "MEMENUHI"

Himsar M Gultom : Analisa Torsi Pada Balok Dengan Lubang Pada Badannya, 2009.
USU Repository 2009
P
B C A MT B

240mm

1200 mm

L = 6000 mm

3000 mm

Gambar IV.3 Pembesian balok beton berlubang pada badan akibat torsi

D12

4 D 16
180 mm

12 - 75
600 mm 240 mm

4 D 16
180mm

300 mm
Gambar IV.3a. Gambar Potongan - A

4 D 16 4 D 16

12 - 75

600 mm 8- 100

4 D 16
4 D 16

300 mm 300 mm
Gambar IV.3b. Gambar Potongan - B Gambar IV.3cGambar Potongan-C

Himsar M Gultom : Analisa Torsi Pada Balok Dengan Lubang Pada Badannya, 2009.
USU Repository 2009
BAB V

KESIMPULAN DAN SARAN

V.1 KESIMPULAN

Dari hasil model dan analisa yang dilakukan dapat diambil kesimpulan

sebagai berikut :

1. Lubang yang berada pada badan balok dapat menurunkan kemampuan balok

dalam menerima beban lentur dan torsi, maka untuk pembesian digunakan :

Pembesian
Nilai dari Posisi Keterangan
yang digunakan
Pembesian lentur Atas lubang 2d16+2d16 Potongan A
Bawah lubang 2d16+2d16 Potongan A
Pembesian lentur Sisi lubang 4d16+4d16 Potongan C
Pembesian lentur Bentang utuh 4d16+4d16 Potongan B
Pembesian geser Tengah bentang
D12-75 Potongan Adan C
akibat geser dan torsi dan sisi lubang
Pembesian geser
Bentang utuh D8-100 Potongan B
akibat geser dan torsi
Pembesian Torsi Atas lubang 2d12 Potongan A
Bawah lubang 2d12 Potongan A
Pembesian Torsi Sisi lubang 2d12 Potongan C
Pembesian Torsi Bentang utuh 2d12 Potongan B

2. Pengaruh letak lubang dapat memberikan pengaruh yang besar terhadap

tegangan geser, untuk lubang di tengah bentang pengaruh geser berpengaruh,

akan tetapi pengaruh momen torsi terhadap tulangan geser dapat meningkat,

sehingga jarak pembesian sengkang bertambah dari d8-100 menjadi d12-75.

Himsar M Gultom : Analisa Torsi Pada Balok Dengan Lubang Pada Badannya, 2009.
USU Repository 2009
V.2 SARAN

Untuk konstruksi balok dengan memakai lubang hendaknya dilakukan

perhitungan lebih teliti lagi, hal ini disebabkan sedikit kesalahan dalam menganalisis

dapat menyebabkan keruntuhan lebih cepat karena tidak seimbangnya antara

kemampuan konstruksi balok dengan beban yang dipikulnya. Pemakaian jenis balok

berlubang dapat memberikan penghematan pada jenis konstruksi tingkat tinggi. Juga

konstruksi balok dapat diperkuat dengan bahan sika tertentu jika dianggap perlu. Hal

ini bertujuan agar konsentrsi tegangan tidak terlampau besar.

Himsar M Gultom : Analisa Torsi Pada Balok Dengan Lubang Pada Badannya, 2009.
USU Repository 2009
DAFTAR PUSTAKA

Mansur.M.A (1979). Concrete Beams With Openings:Analisys and Design.Jurnal of

Structur Engineering, July-Sept.pp.89-98

Diphohusodo, Istimawan . Struktur Beton Bertulang Berdasarkan SK-SNI-T-15-

1991-03 Departemen Pekerjaan Umum RI

Kusuma, GH,Andriono T, Lillo Y,Hariyanto A, 1988 Pengaruh Karakteristik Baja

Tulangan Pada Kapasitas Momen Lentur Penampang Kritis Balok Beton

Bertulang. Laporan Penelitian Teknik Sipil Universitas Kristen Petra

Tarigan,Johannes,2003,Diktat Kuliah Analisa Struktur Lanjut,Medan

Mansur, M.A., (1983). Combined bending and torsion in reinforced concrete beam

with rectangular opening. Design and Construction, vol.5,No.11,Nov.,pp.51-

58

Departemen Pekerjaan Umum,1991,Struktur Tata Cara Perhitungan Struktur Beton

Untuk Bangunan Gedung ( SK-SNI-T-15-1991-03)

Himsar M Gultom : Analisa Torsi Pada Balok Dengan Lubang Pada Badannya, 2009.
USU Repository 2009

Anda mungkin juga menyukai