Anda di halaman 1dari 20

Laporan Pembuatan Produk PHI

Zat Pewarna Dari Kayu Secang


Disusun untuk memenuhi tugas praktek home industry

Disusun oleh :
Kelompok 2 PHI

Alvian Sisti A.

Azura Salsabila
Ihza Zulfian

Servio Galih P.
Yuliana Nur A.

XIII AK 1

SEKOLAH MENENGAH KEJURUAN NEGERI 13 BANDUNG


Kompetensi Keahlian : 1. Analis Kimia 2. TeknikKomputerJaringan
Jl .Soekarno-Hatta Km.10 Tlp/Fax (022) 7318960 Bandung 40286
BANDUNG, 2015
2015
KATA PENGANTAR
Puji syukur kami panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa karena
dengan rahmat, karunia, serta taufik dan hidayah-Nya kami dapat
menyelesaikan Laporan Produk Zat Pewarna dari kayu secang ini dengan
sebaik-baiknya meskipun masih banyak kekurangan didalamnya. Dan juga
kami berterima kasih pada Ibu Hj. Aam Siti Nur Rochmah selaku Guru
Mata Pelajaran PHI (Produk Home Industri) yang telah memberikan tugas
ini dan dukungan selama mengerjakannya dari mulai Proses Produksi
hingga proses Pemasaran.
Kami sangat berharap laporan ini dapat memenuhi tugas mata
pelajaran PHI dan dapat berguna sebagai salah satu contoh pengolahan
zat warna makanan menjadi produk yang layak dan menguntungkan
untuk dipasarkan. Kami juga menyadari sepenuhnya bahwa di dalam
laporan ini terdapat beberapa kekurangan dan jauh dari kata sempurna.
Oleh sebab itu, kami berharap adanya kritik, saran dan usulan demi
perbaikan makalah yang telah kami buat di masa yang akan datang,
mengingat tidak ada sesuatu yang sempurna tanpa saran yang
membangun.
Semoga laporan ini dapat dipahami bagi siapapun yang
membacanya. Sekiranya laporan yang telah disusun ini dapat berguna
bagi kami maupun orang yang membacanya. Sebelumnya kami mohon
maaf apabila terdapat kesalahan kata-kata yang kurang berkenan, dan
kami memohon pengertian dari pembaca.

Bandung, Oktober 2015

Penyusun
( Kelompok 2 PHI )

1
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR.................................................................................................. 1
DAFTAR ISI............................................................................................................. 2
BAB I...................................................................................................................... 3
1.1. LATAR BELAKANG...................................................................................... 3
2.1. TUJUAN...................................................................................................... 3
3.1. RUMUSAN MASALAH.................................................................................3
BAB II..................................................................................................................... 4
A. ZAT PEWARNA MAKANAN............................................................................. 4
Pewarna Organik............................................................................................. 4
Klasifikasi Pewarna Secara Kimia....................................................................5
Jenis Zat Pewarna Makanan............................................................................. 5
Zat Pewarna Makanan yang Diizinkan.............................................................7
Dampak Zat Pewarna Makanan Terhadap Kesehatan......................................7
B. KAYU SECANG............................................................................................ 8
Deskripsi.......................................................................................................... 8
Kandungan Kimia............................................................................................ 9
Kegunaan Kayu Secang.................................................................................11
Cara Mengolah Kayu Secang sebagai Obat Herbal........................................11
BAB II................................................................................................................... 12
A. ALAT DAN BAHAN....................................................................................12
B. LANGKAH KERJA...................................................................................... 12
C. DATA PENGAMATAN................................................................................ 12
D. DOKUMENTASI......................................................................................... 13
BAB IV.................................................................................................................. 14
A. KESIMPULAN............................................................................................ 14
DAFTAR PUSTAKA................................................................................................. 15

2
BAB I
PENDAHULUAN
1.1. LATAR BELAKANG
Bahan pewarna secara sederhana dapat didefinisikan sebagai suatu
benda berwarna yang memiliki afinitas kimia terhadap benda yang
diwarnainya. Bahan pewarna pada umumnya memiliki bentuk cair dan
larut di air. Pada berbagai situasi, proses pewarnaan menggunakan
mordant untuk meningkatkan kemampuan menempel bahan pewarna.

Produk zat warna dari kayu secang sebenarnya tidak terlalu umum
di jajaran masyarakat, dimana jenis pewarna yang dihasilkan dari kayu
secang adalah merah. Sebenarnya pewarna alami ini masih kalah banding
dengan pewarna sintetis merah dari segi kepekatan warnanya tetapi kayu
secang memiliki kelebihan. Hal tersebut adalah manfaat pada kayu
secang yang banyak diantaranya adalah antioksidan, melancarkan
peredaran darah, pengobatan disentri, batuk darah pada TBC, muntah
darah, sifilis, malaria, tetanus, pembengkakan (tumor) dan lain- lain yang
tentu saja tidak dimiliki oleh bahan pewarna sintetis. Selain itu kayu
secang memiliki warna yang mudah melekat pada bahan makanan
sehingga mudah digunakan untuk mewarnai makanan.

Pewarna alami lain seperti warna hijau dari daun suji dan warna
kuning dari kunyit sudah sangat umum digunakan untuk mewarnai
makanan seperti pada nasi kuning dan lain - lain. Karena pewarna alami
memiliki sedikit pilihan warna yang kalah banding dengan pewarna
sintetis yang memiliki banyak sekali pilihan warna maka disinilah kami
ingin mengembangkan warna merah dari kayu secang sebagai pilihan
warna yang baru dari pewarna alami.

2.1. TUJUAN
Tujuan dari dibuatnya laporan ini adalah untuk menjelaskan
beberapa informasi tentang kayu secang, pembuatan zat warnanya, dan
juga hasil dari proses produksi produk dari kelompok 2 PHI yaitu zat
pewarna dari kayu secang.
3.1. RUMUSAN MASALAH
1. Apa yang dimaksud dengan zat pewarna kayu secang ?
2. Apa manfaat dari pewarna kayu secang?
3. Bagaimana proses pembuatan dari Produk zat pewarna kayu secang?

3
4
BAB II
KAJIAN PUSTAKA
A. ZAT PEWARNA MAKANAN

Zat pewarna makanan adalah zat warna yang dicampurkan kedalam


makanan. Menurut Permenkes RI No. 722/Menkes/Per/IX/1988, zat
pewarna makanan adalah bahan tambahan makanan yang dapat
memperbaiki atau memberi warna pada makanan.

Menurut Winarno (1997), yang dimaksud dengan zat pewarna


makanan adalah bahan tambahan makanan yang dapat memperbaiki
atau memberi warna pada makanan. Penambahan warna pada makanan
dimaksudkan untuk memperbaiki warna makanan yang berubah atau
menjadi pucat selama proses pengolahan atau untuk memberi warna
pada makanan yang tidak berwarna agar kelihatan lebih menarik.

Kualitas bahan makanan ditentukan antara lain oleh cita rasa,


warna, tekstur dan nilai gizi. Akan tetapi sebagian besar konsumen
sebelum mempertimbangkan cita rasa dan nilai gizi akan lebih tertarik
pada tampilan atau warna makanan serta pengolahan bahan makanan
(Saparinto, 2006).

Bahan pewarna dan pigmen terlihat berwarna karena mereka


menyerap panjang gelombang tertentu dari cahaya. Berlawanan dengan
bahan pewarna, pigmen pada umumnya tidak dapat larut, dan tidak
memiliki afinitas terhadap substrat.

Bukti arkeologi menunjukkan bahwa, khususnya di India dan Timur


Tengah, pewarna telah digunakan selama lebih dari 5000 tahun. Bahan
pewarna dapat diperoleh dari hewan, tumbuhan, atau mineral. Pewarna
yang diperoleh dari bahan-bahan ini tidak memerlukan proses pengolahan
yang rumit. Sampai sejauh ini, sumber utama bahan pewarna adalah
tumbuhan, khususnya akar-akaran, beri-berian, kulit kayu, daun, dan
kayu. Sebagian dari pewarna ini digunakan dalam skala komersil

Pewarna Organik
Pewarna organik pertama yang dibuat oleh manusia adalah
mauveine. Pewarna sintetik ini ditemukan oleh William Henry Perkin pada
tahun 1856. Sejak itu, berbagai jenis pewarna sintetik berhasil disintesis.

Pewarna sintetik secara cepat menggantikan peran dari pewarna


alami sebagai bahan pewarna. Hal ini disebabkan karena biaya
produksinya yang lebih murah, jenis warna yang lebih banyak, dan
kemampuan pewarnaan yang lebih baik. [1] Pewarna sintetik
diklasifikasikan berdasarkan cara penggunaan di proses pewarnaan.
Secara umum, pewarna sintetik digolongkan sebagai pewarna asam,

5
pewarna basa, pewarna direct, pewarna mordant, pewarna vat, pewarna
reaktif, pewarna disperse, pewarna azo, dan pewarna sulfur.

6
Klasifikasi Pewarna Secara Kimia

Kategori:pewarna akridin, senyawa turunan akridin

Kategori:pewarna antrakuinon, senyawa turunan antrakuinon

Pewarna arylmetan

Kategori:pewarna diarilmetan, berdasarkan difenil metan

Kategori:pewarna triarilmetan, senyawa turunan trifenil metan

Kategori:pewarna azo, berdasarkan struktur -N=N- azo

Pewarna sianin, senyawa turunan ptalosianin

Pewarna Diazonium, berdasarkan garam diazonium

Pewarna nitro, berdasarkan gugus fungsional nitro -NO2

Pewarna nitroso, berdasarkan gugus fungsional nitroso -N=O

Pewarna ptalosianin, senyawa turunan ptalosianin

Pewarna kuinon-imin, senyawa turunan kuinon

Kategori:pewarna azin

Kategori:pewarna eurodin

Kategori:pewarna safranin, senyawa turunan safranin

Indamin

Kategori:pewarna indofenol, senyawa turunan indofenol

Kategori:pewarna oksazin, senyawa turunan oksazin

Pewarna Oksazon, senyawa turunan oksazon

Kategori:pewarna tiazin, senyawa turunan tiazin

7
Kategori:pewarna tiazol, senyawa turunan tiazol

Pewarna Xantene, senyawa turunan xantene

Pewarna fluorin, senyawa turunan fluorin

Pewarna pironin

Kategori:pewarna fluoron, berdasarkan fluoron

Kategori:pewarna rodamin, senyawa turunan rodamin

Jenis Zat Pewarna Makanan


Secara garis besar, berdasarkan sumbernya dikenal dua jenis zat
pewarna makanan yang termasuk dalam golongan bahan tambahan
pangan yaitu (Hidayat, 2006):

8
1. Pewarna Alami

Banyak warna cemerlang yang dipunyai oleh tanaman dan hewan


dapat digunakan sebagi pewarna untuk makanan. Beberapa pewarna
alami ikut menyumbangkan nilai nutrisi (karotenoid, riboflavin, dan
kobalamin), merupakan bumbu (kunir dan paprika), atau pemberi rasa
(karamel) ke bahan olahannya (Cahyadi, 2009).

Pewarna makanan tradisional menggunakan bahan alami, misalnya


kunyit untuk warna kuning, daun suji untuk warna hijau, dan daun jambu
atau daun jati untuk warna merah. Pewarna alami ini aman untuk
dikonsumsi namun mempunyai kelemahan, yakni ketersediaan bahannya
yang terbatas dan warnanya tidak homogen sehingga tidak cocok
digunakan industri makanan dan minuman. Penggunaan bahan alami
untuk produk misal akan membuat biaya produksi menjadi lebih mahal
dan lebih sulit karena sifat pewarna alami tidak homogen sehingga sulit
menghasilkan warna yang stabil (Syah, 2005).

Umumnya pewarna alami aman untuk digunakan dalam jumlah


yang besar sekalipun, berbeda dengan pewarna sintetis yang demi
keamanan penggunaannya harus dibatasi (Yuliarti, 2007).

Contoh beberapa bahan pewarna alami yang dapat digunakan pada


makanan adalah:

Merah : Jus Delima


Pink : Jus Cranberry
Orange : Jus Wortel
Kuning : Bubuk atau Jus kunyit
Hijau : Bubuk Bayam, Daun Suji
Biru : Jus Bluberry
Ungu : Jus Anggur
Coklat : Butiran kopi instan
2. Pewarna Sintetis

Di negara maju, suatu zat pewarna buatan harus melalui berbagai


prosedur pengujian sebelum dapat digunakan sebagai pewarna pangan.
Zat pewarna yang diizinkan penggunaannya dalam pangan disebut
permitted color atau certified color. Zat warna yang akan digunakan harus
menjalani pengujian dan prosedur penggunaannya, yang disebut proses
sertifikasi. Proses sertifikasi ini meliputi pengujian kimia, biokimia,
toksikologi, dan analisis media terhadap zat warna tersebut (Yuliarti,
2007).

Proses pembuatan zat warna sintetis biasanya melalui perlakuan


pemberian asam sulfat ataua sam nitrat yang seringkali terkontaminasi
oleh arsen atau logam berat lain yang bersifat racun. Pada pembuatan zat
pewarna organik sebelum mencapai produk akhir, harus melalui suatu
senyawa antara dulu yang kadang-kadang berbahya dan seringkali
tertinggal dalam hal akhir, atau terbentuk senyawa-senyawa baru yang

9
berbahaya. Untuk zat pewarna yang dianggap aman, ditetapkan bahwa
kandungan arsen tidak boleh lebih dari 0,0004 % dan timbal tidak boleh
lebih dari 0,0001, sedangkan logam berat lainnya tidak boleh ada
(Cahyadi, 2009).

Menurut Walford (1984), beberapa keuntungan penggunaan zat pewarna


sintetis adalah:

1. Aman

2. Stabilitas bagus

3. Tidak berasa dan tidak berbau

4. Bebas bakteri

Berdasarkan kelarutannya, pewarna sintetis terbagi atas dua golongan


yaitu (Cahyadi, 2009):

1. Dyes, adalah zat pewarna yang umumnya bersifat larut dalam air,
sehingga larutannya menjadi berwarna dan dapat digunakan untuk
mewarnai bahan. Pelarut yang dapat digunakan selain air adalah
propelin glikol, gliserin, atau alkohol, sedangkan dalam semua jenis
pelarut organik, dyes tidak dapat larut.

2. Lakes, adalah zat pewarna yang dibuat melalui proses pengendapan


dan absorpsi dyes pada radikal (Al atau Ca) yang dilapisi dengan
aluminium hidrat (alumina). Lapisan alumina ini tidak larut dalam
air, sehingga lakes ini tidak larut pada hampir semua pelarut.

Zat Pewarna Makanan yang Diizinkan


Di Indonesia, peraturan mengenai penggunaan zat pewarna yang
diizinkan dan dilarang untuk pangan diatur melalui Peraturan Menteri
Kesehatan Republik Indonesia Nomor 722/Menkes/Per/IX/1988 tentang
bahan tambahan pangan.

Dampak Zat Pewarna Makanan Terhadap Kesehatan


Pemakaian zat pewarna makanan sintetis dalam makanan walaupun
mempunyai dampak positif bagi produsen dan konsumen, diantaranya
dapat membuat suatu makanan lebih menarik, meratakan warna
makanan, ternyata dapat pula menimbulkan hal-hal yang tidak diinginkan
dan bahkan memberikan dampak negatif terhadap kesehatan manusia.

Menurut Cahyadi (2009), beberapa hal yang mungkin memberikan


dampak negatif tersebut terjadi apabila:

1. Bahan pewarna sintetis ini dimakan dalam jumlah kecil, namun


berulang.

10
2. Bahan pewarna sintetis dimakan dalam jangka waktu yang lama.

3. Kelompok masyarakat luas dengan daya tahan yang berbeda-beda


yaitu tergantung pada xtx umur, jenis kelamin, berat badan, mutu
makanan sehari-hari dan keadaan fisik.

11
B. KAYU SECANG

Gambar Kayu
KLASIFIKASI TANAMAN
Secang
Divisi Spermatophyta
Sub Angiospermae Deskripsi
divisi
Secang (Caesalpinia
Kelas Dicolyledonae
sappan L)
Bangsa Resales
Suku Cesalpiniaceae merupakan perdu
Marga Caesalpinia yang umumnya
Jenis Caesalpinia tumbuh di tempat
terbuka sappan L sampai ketinggian
Nama Kayu Secang
1000 m di atas permukaan
Umum
laut seperti di darah
pegunungan yang berbatu tetapi tidak terlalu dingin. Tingginya 5
10 m. Batangnya berkayu, bulat dan berwarna hijau kecoklatan. Pada
batang dan percabangannya terdapat duri-duri tempel yang
bentuknya bengkok dan letaknya terebar.

Daun secang merupakan daun majemuk menyirip ganda dengan


panjang 25 40 cm, jumlah anak daunnya 10 -20 psang yang
letaknya berhadapan. Anak daun tidak bertangkai berbentuk lonjong,
pangkal rompang, ujung bulat, tepi daun rata dan hampir sejajar.
Panjang anak daun 10 25 mm, lebar 3 11 mm dan berwana hijau.

Bunga secang adalah bunga majemuk berbentuk malai,


bunganya keluar dari ujung tngkai dengan panjang 10 40 cm,
mahkota bunga berbentuk tabung berwarna kuning. Buah secang
adalah buah polong, panjang 8 10 cm, lebar 3 4 cm, ujung seperti
paruh berisi 3 4 biji, jika masak berwarna hitam. Bijinya bulat
memanjang dengan panjang 15 18 mm dan lebar 8 11 mm,
tabalnya 5 7 mm, warnanyya kuning kecoklatan. Akar secang
adalah akar tunggang berwarna coklat kotor.

12
Kandungan Kimia

Daun dan batang secang mengandung saponin dan flavonoid.


Selain itu daunnya mengandung polifenol dan 0,16% 0,20% minyak
atsiri, batang/kayunya mengandung tanin, asam galat, resin,
resorsin, brasilin, brasilein, d-alfa-phellandrene, oscimene, dan
minyak atsiri.

1. Saponin

Saponin mengandung aglykon polisiklik yang khasnya adalah


berbuih saat dikocok dengan air. Kemampuan berbusa saponin
disebabkan oleh bergabungnya saponegin nonpolar dan sisi
rantai yang larut dalam air. Saponin menyebabkan rasa pahit
pada tumbuhan seperti secang.

2. Flavonoid

Flavonoid merupakan golongan senyawa bahan alam dari


senyawa fenolik yang banyak merupakan pigmen tumbuhan.
Fungsi kebanyakan flavonoid dalam tubuh manusia adalah
sebagai antioksidan. Antioksidan melindungi jaringan terhadap
kerusakan oksidatif akibat radikal bebas yang berasal dari
proses-proses dalam tubuh atau dari luar, dan memiliki
hubungan sinergis dengan vitamin C (meningkatkan efektivitas
vitamin C).

Dalam banyak kasus, flavonoid dapat berperan secara


langsung sebagai antibiotik dengan mengganggu fungsi
darimikroorganisme seperti bakteri atau virus.

3. Polifenol

Polifenol memiliki tanda khas yakni memiliki banyak gugus


fenol dalam molekulnya. Pada beberapa penelitian disebutkan
bahwa kelompok polifenol memiliki peran sebagai antioksidan.

13
4. Minyak atsiri

Minyak atsiri, atau dikenal juga sebagai minyak eteris


(aetheric oil), minyak esensial, serta minyak aromatik, adalah
kelompok besar minyak nabati yang berwujud cairan kental pada
suhu ruang namun mudah menguap sehingga memberikan
aroma yang khas. Beberapa jenis minyak atsiri digunakan
sebagai bahan astiseptik internal dan eksternal, untuk bahan
analgesic, haemolitic atau sebagai antizymatic serta sebagai
sedavita dan stimulans untuk obat sakit perut.

5. Tanin dan Asam Galat

Tanin adalah komponen zat organik yang sangat komplek dan


terdiri dari senyawa fenolik yang mempunyai berat molekul 500
3000, dapat bereaksi dengan protein membentuk senyawa
komplek larut yang tidak larut. Tanin bersifat sebagai antibakteri
dan astringent atau menciutkan dinding usus yang rusak karena
asam atau bakteri. Kadar tanin ekstrak kayu secang yang
diperoleh dengan perebusan selama 20 menit adalah 0,137%

Tanin dan asam galat dalam secang diduga berperan dalam


menghentikan pendarahan.

6. Brasilin

Basilin/brazilin adalah golongan senyawa yang memberi


warna merah pada kayu secang dengan struktur C 6H14O5 dalam
bentuk kristal berwarna kuning sulfur, larut air dan berasa manis,
akan tetapi jika teroksidasi akan menghasilkan senyawa brazilein
yang berwarna merah kecoklatan. Brazilin merupakan senyawa
antioksidan yang mempunyai katekol dalam struktur kimianya.
Berdasarkan aktivitas antioksidnnya, brazilin diharapkan

14
mempunyai efek melindungi tubuh dari keracunan akibat radikal
kimia. Brazilin juga diduga mempunyai efek anti-inflamasi.

Struktur Brasilin:

Kegunaan Kayu Secang


Kulit dari kayu secang dapat mengeluarkan
zat pewarna merah alami. Oleh karena itu, kayu secang sering sekali
digunakan sebagai bahan dasar untuk pewarna, terutama warna merah.
Hal ini disebabkan karena kulit kayu secang memiliki senyawa Brazilin,
yang dapat menghasilkan warna alami merah. Berikut ini beberapa
penggunaan zat pewarna alami kayu secang :

1. Pewarna tekstil

2. Pewarna pada cat

3. Pewarna pada makanan

Kayu Secang juga dapat digunakan untuk minuman contohnya yaitu


wedang secang. Itulah salah satu manfaat kayu secang sebagai minuman.
Minuman wedang secang ini merupakan salah satu minuman khas dari
daerah Yogyakarta, yang merupakan campuran rebusan dari kayu secang,
jahe, gula merah dan bahan-bahan utama lainnya. Sama dengan manfaat
wedang jahe, wedang secang sendiri sangat nikmat apabila dikonsumsi
pada malam hari yang dingin, karena memiliki fungsi sebagai berikut :

1. Menghangatkan tubuh
2. Mengusir rasa ngantuk
3. Menyegarkan tubuh
4. Meningkatkan stamina

Selain sebagai bahan dasar pewarna dan minuman, kayu secang


juga memiliki khasiat yang tinggi untuk mengobati beberapa penyakit.
Biasanya penyakit yang dapat disembuhkan memang hanyalah penyakit-
penyakit ringan dan bkan penyakit kronis, karena kayu secang ini
termasuk salah satu jenis rempah yang sangat berguna dalam menjaga
kesehatan tubuh. Berikut ini adalah manfaat kayu secang untuk
pengobatan penyakit :

1. Obat batuk
2. Obat mencret
3. Menyembuhkan luka

15
4. Membersihkan darah
5. Menghentikan dan mencegah terjadinya pendarahan
6. Memiliki senyawa anti bakteri dan anti koagulasi
7. Pengobatan pada batuk darah bagi penderita TBC
8. Mengobati muntah darah
9. Mengobati sifilis, malaria, tetanus dan pembengkakan atau tumor

Cara Mengolah Kayu Secang sebagai Obat Herbal


Untuk mengolah kayu secang sebagai obat-obatan, dapat dicoba hal di
bawah ini :
1. Potong kayu secang kering kecil-kecil
2. Rebus potongan kayu secang hingga mendidih, kurang lebih 15 sampai
20 menit
3. Saring hasil rebusan, dan kemudian minum airnya

BAB II
PROSES PRODUKSI

A. ALAT DAN BAHAN


A. ALAT B. BAHAN
1. 1. Serutan Kayu secang
Sepaket Alat destilasi
2. Labu dasar bulat 2. Alkohol 95 %
3. Penangas 3. Kertas Saring
4. Kaki tiga
5. Bunsen
6. Gelas kimia 500 ml
7. Botol Plastik Kecil

B. LANGKAH KERJA

1. Rendam serutan kayu secang dengan menggunakan alkohol 95%


selama 4 hari
2. Setelah di rendam selama 4 hari, pisahkan ampas kayu secang
dengan alkohol sisa rendaman dengan cara disaring .
3. Kemudian masukan alkohol sisa rendaman ke dalam labu dasar
bulat untuk di destilasi
4. Lakukan destilasi kurang lebih 2 jam hingga seluruh alkohol
menguap sehingga hasil yang di dapat merupakan ekstrak kayu
secang
5. Dinginkan ekstrak kayu secang pada suhu ruang
6. Cek pH pada ekstrak kayu secang tersebut
7. Masukan ekstrak kayu secang ke dalam botol plastik dari labu dasar
bulat yang sebelumnya telah di bilas dengan sedikit aqua dest
8. Beri label pada kemasan

16
9. Pewarna dari kayu secang siap digunakan.
C.DATA PENGAMATAN

Massa kayu secang sebelum ekstrak = 59,98 g


Data Penimbangan Hasil Ekstrak
pH ekstrak kayu secang = 4 Massa Alat + 48,0608
Volume Kayu Secang = 43,9mL Zat g
Massa Alat 11,8618 g
Massa Zat 36,1990 g

D. DOKUMENTASI

Gambar 2.1 Rendaman kayu secang Gambar 2.2


penyaringan ampas kayu secang

Gambar 2.3 hasil penyaringan


ampas kayu secang Gambar 2.4 Proses destilasi

17
BAB IV
PENUTUP
A. KESIM
PULAN
Kayu secang merupakan bagian dari potongan atau irisan dari
pohon polong polongan yang dapat dimanfaatkan sebagai pewarna
alami. Warna yang dihasilkan dari kayu secang adalah warna merah. Kayu
secang selain bermanfaat sebagai pewarna alami juga dapat untuk
membuat minuman seperti wedang secang. Dari segi khasiat bagi
kesehatan, kayu secang juga bermanfaat sebagai obat batuk, obat
mencret, menyembuhkan luka, membersihkan darah, menghentikan dan
mencegah terjadinya pendarahan, memiliki senyawa anti bakteri dan anti
koagulasi, pengobatan pada batuk darah bagi penderita TBC, mengobati
muntah darah, dan mengobati sifilis, malaria, tetanus dan pembengkakan
atau tumor.

1
DAFTAR PUSTAKA
http://www.psychologymania.com/2012/08/zat-pewarna-
makanan.html
http://www.kerjanya.net/faq/10929-manfaat-kayu-secang.html
http://www.cara-obat.com/2013/10/manfaat-dan-khasiat-secang-
untuk-kesehatan.html
https://id.wikipedia.org/wiki/Secang
https://id.wikipedia.org/wiki/Bahan_pewarna
http://manfaat.co.id/16-manfaat-kayu-secang-dan-kandungan-
zatnya

Anda mungkin juga menyukai