Anda di halaman 1dari 49

LAPORAN KASUS

SEORANG ANAK DENGAN


DEMAM BERDARAH DENGUE DERAJAT II
DAN GIZI BAIK

Diajukan guna memenuhi tugas Kepaniteraan Senior


Di Bagian Ilmu Kesehatan Anak
Fakultas Kedokteran Universitas Diponegoro

Disusun oleh :
Dwi Marliyawati
G6A 001 061

Penguji : dr. J.C.Susanto,Sp.A(K)

Pembimbing : dr. Marini.S.Dewi

FAKULTAS KEDOKTERAN
UNIVERSITAS DIPONEGORO
SEMARANG
2006
HALAMAN PENGESAHAN

Nama Mahasiswa : Dwi Marliyawati


NIM : G6A 001 065
Bagian : Ilmu Kesehatan Anak Fakultas Kedokteran
Universitas Diponegoro Semarang
Judul Kasus : Seorang Anak dengan Demam Berdarah Dengue
Derajat II dan Gizi Baik
Penguji : dr. J.C.Susanto, Sp. A(K)
Pembimbing : dr. Marini.S.Dewi

Semarang, Maret 2006


Pembimbing Penguji

( dr. Marini. S. Dewi ) (dr. J.C.Susanto,Sp.A(K))

ii
KATA PENGANTAR

Puji syukur kehadirat Allah SWT yang telah memberikan berkah dan
rahmat-Nya, sehingga laporan kasus besar ini dapat penulis selesaikan.
Laporan kasus ini disusun untuk memenuhi tugas dan syarat dalam
menempuh kepaniteraan senior di Bagian Ilmu Kesehatan Anak Fakultas
Kedokteran Universitas Diponegoro Semarang.
Pada kesempatan ini penulis menyampaikan terima kasih kepada :

1. dr.J.C.Susanto,Sp.A(K), selaku penguji yang telah bersedia meluangkan


waktu.
2. dr.Marini.S.Dewi, selaku pembimbing yang telah memberikan masukan,
petunjuk serta bantuan dalam penyusunan laporan kasus ini.
3. Keluarga Tn. S sebagai subyek dari laporan kasus ini.
4. Keluargaku yang sangat kucintai atas doa dan motivasi yang telah
diberikan.
5. Teman-teman yang telah memberikan semangat dan bantuan dalam
menyelesaikan laporan ini.
Akhir kata, penulis berharap agar laporan ini dapat bermanfaat.

Semarang, 24 Maret 2006


Penulis

iii
DAFTAR ISI

Halaman judul...................................................................................................... i
Halaman pengesahan........................................................................................... ii
Kata pengantar..................................................................................................... iii
Daftar isi............................................................................................................... iv
BAB I. Pendahuluan.......................................................................................... 1
A. Latar Belakang .............................................................................. 1
B. Tujuan ............................................................................................. 3
C. Manfaat .......................................................................................... 3
BAB II. Penyajian Kasus.................................................................................... 4
A. Identitas penderita........................................................................... 4
B. Anamnesis........................................................................................ 5
C. Pemeriksaan fisik............................................................................ 8
D. Pemeriksaan penunjang ................................................................ 10
E. Diagnosis Sementara ..................................................................... 12
F. Daftar Masalah .............................................................................. 12
G. Initial Plans ..................................................................................... 12
H. Catatan Kemajuan .......................................................................... 13
I. Hasil Kunjungan Rumah ............................................................... 22
J. Bagan Permasalahan ...................................................................... 26
BAB III. Pembahasan Masalah.......................................................................... 27
A. Diagnosis ......................................................................................... 27
B. Pengelolaan ..................................................................................... 37
C. Prognosis ......................................................................................... 42
BAB IV. Ringkasan............................................................................................. 44
Daftar Pustaka...................................................................................................... 45
Lampiran

iv
BAB I
PENDAHULUAN

A. LATAR BELAKANG
Demam Berdarah Dengue (DBD) atau Dengue Hemorrhagic Fever
(DHF) adalah penyakit infeksi akut oleh virus Dengue yang sering mematikan.
Virus Dengue termasuk kelompok Arbovirus yang dapat ditularkan kepada
manusia melalui gigitan nyamuk Aedes aegypti. Nyamuk Aedes albopictus,
Aedes polynesiensis dan beberapa spesies lain dapat juga menularkan virus ini,
namun merupakan vector yang kurang berperan. Jenis nyamuk ini terdapat
hampir diseluruh pelosok Indonesia, kecuali ditempat-tempat ketinggian lebih
dari 1000 meter di atas permukaan air laut. 1,2
Infeksi virus Dengue pada manusia mengakibatkan spektrum
manifestasi klinis yang bervariasi antara penyakit paling ringan, demam
dengue, demam berdarah dengue (DBD) dan demam berdarah dengue disertai
syok (DSS). Gambaran manifestasi klinis yang bervariasi ini memperlihatkan
sebuah fenomena gunung es, DBD dan DSS sebagai kasus yang dirawat di
rumah sakit merupakan puncak gunung es yang kelihatan di atas permukaan
laut, sedangkan kasus dengue ringan (silent dengue infection dan demam
dengue) merupakan dasarnya. 3,4
Beberapa hipotesis berkembang untuk menerangkan patogenesis DBD
yang sampai saat ini masih kontroversial. Teori yang dianut mengenai
patogenesis DBD antara lain teori virulensi virus, infeksi sekunder, antigen
antibodi, teori antibody dependent enhancement , dan sebagainya sehingga
menyebabkan terjadinya peningkatan permeabilitas kapiler, vaskulopati,
trombositopati, koagulopati dan perubahan imunologi humoral dan seluler. 1,2,3
Penyakit ini dapat menyerang semua orang dan dapat mengakibatkan
kematian terutama pada anak, serta sering menimbulkan kejadian luar biasa
atau wabah. Indonesia merupakan daerah endemis penyakit ini. DBD pertama
kali dilaporkan di Surabaya pada tahun 1968. Sejak itu penyakit tersebut sudah
menyebar ke berbagai daerah, sehingga sampai tahun 1980 seluruh propinsi di

1
Indonesia telah terjangkit penyakit. Insidensinya cenderung meningkat dari
tahun ke tahun dengan puncaknya pada bulan Desember sampai Februari, saat
datangnya musim hujan. 2,3 Pada tahun 2000 jumlah kasus DBD sebanyak
33.443 orang (Incidence Rate (IR) = 15,99), tahun 2001 sebanyak 45.904 orng
(IR=21,66), tahun 2002 sebanyak 40.377 (IR=19,24), tahun 2003 sebanyak
50.131 (IR=23,87), tahun 2004 (sampai dengan Maret 2004) jumlah kasus
mencapai 76.015 orang dengan jumlah kematian 389 orang. Menurut laporan
yang dilansir oleh situs Ikatan Dokter Indonesia, sampai tangal 8 Agustus 2005
terdapat 36.500 kasus demam berdarah di 31 propinsi. Kasus tertinggi terjadi
di DKI Jakarta dengan lebih dari 10.000 kasus dimana 57 orang diantaranya
meninggal. 5.6
Meningkatnya jumlah kasus serta bertambahnya wilayah yang
terjangkit disebabkan karena peningkatan distribusi geografis virus dan
intensitas transmisi virus dengue oleh nyamuk Aedes aegypti , kepadatan
penduduk, keadaan daerah pemukiman dibawah standar kesehatan dan
peningkatan transportasi modern yang meningkatkan transmisi virus dengue.
Departemen Kesehatan telah mengupayakan berbagai strategi dalam mengatasi
kasus ini. Pada awalnya digunakan strategi pengasapan, kemudian diperluas
dengan menggunakan bubuk abate (tomophos) pada tempat-tempat
penampungan air. Selain itu disosialisasikan semboyan 3M (menutup,
menguras, mungubur) dalam kampanye kepada masyarakat. 3.5.6
Sebagian besar penderita dapat tertolong, tetapi korban meninggalpun
tidak terhindarkan. Pemastian diagnosa dini penyakit DBD tidaklah mudah
karena gejala awal penyakit ini sangat mirip dengan penyakit infeksi lain.
Oleh karena itu untuk menegakkan diagnosis harus dilakukan monitoring
berkala, baik klinis maupun laboratoris. 1,2,6
Tidak ada perawatan spesifik untuk penanganan DBD. Pengobatan DBD
bersifat simptomatik dan suportif. Tatalaksana didasarkan atas adanya
perubahan fisiologi berupa perembesan plasma dan perdarahan. Pemilihan
jenis cairan dan jumlah yang akan diberikan merupakan kunci keberhasilan
pengobatan. 1,2,3

2
B. TUJUAN
Pada laporan kasus ini disajikan suatu kasus seorang anak dengan
Demam Berdarah Dengue Derajat II dan Gizi Baik yang dirawat di bangsal
C I L II RSUP Dr. Kariadi Semarang. Tujuan laporan ini adalah agar mahasiswa
mampu mengetahui cara menegakkan diagnosis dan melakukan pengelolaan
yang tepat serta mengetahui prognosisnya berdasarkan data yang diperoleh
dari anamnesis, pemeriksaan fisik dan pemeriksaan penunjang pada penderita
dengan Demam Berdarah Dengue Derajat II dan Gizi Baik

C. MANFAAT
Diharapkan laporan ini dapat digunakan sebagai media pembelajaran
untuk menegakkan diagnosis, mengelola penyakit tersebut dengan benar dan
mengetahui prognosisnya.

3
BAB II
PENYAJIAN KASUS

A. IDENTITAS PENDERITA
Nama : An. AN
Umur : 18 bulan
Jenis kelamin : Perempuan
Agama : Islam
Pendidikan : -
Alamat : Kebon Harjo RT 7 RW 3 Tanjung Mas

IDENTITAS ORANG TUA


Nama Ayah : Tn. S
Umur : 35 tahun
Agama : Islam
Pekerjaan : Pedagang
Pendidikan : SMP
Alamat : Kebon Harjo RT 7 RW 3 Tanjung Mas
Nama Ibu : Ny. Y
Umur : 30 tahun
Agama : Islam
Pekerjaan : Pegawai Swasta
Pendidikan : SMP
Alamat : Kebon Harjo RT 7 RW 3 Tanjung Mas
Bangsal : C1L2
No. CM : 5246121
Tanggal Masuk RS : 26 Februari 2006
Tanggal Keluar : 2 Maret 2006

4
B. DATA DASAR
1. Anamnesis
Anamnesis tanggal : Alloanamnesis dengan ibu penderita tanggal 26
Februari 2006, pukul 09.00 di bangsal C 1 L 2
a. Keluhan utama : panas
b. Riwayat penyakit sekarang :
4 hari anak panas tinggi, mendadak, terus menerus, menggigil (-),
kejang (-), batuk (+), pilek (+), bintik bintik merah seperti digigit
nyamuk (-), mimisan (-), gusi berdarah (-), berak seperti petis (-),
muntah (-), mencret (-), buang air kecil lancar, jumlah cukup, warna
kuning jernih, tidak berbuih. Dibawa berobat ke bidan, diberi puyer,
panas turun bila diberi obat.
1 hari yang lalu obat habis, anak masih panas tinggi, terus menerus,
muncul bintik bintik merah seperti digigit nyamuk di leher, kaki dan
tangan. Dibawa berobat ke bidan dan disarankan mondok di rumah
sakit.
Buang air besar tidak ada keluhan, buang air kecil 5 jam yang lalu
warna kuning jernih, jumlah cukup.
b. Riwayat Penyakit Dahulu
3 minggu yang lalu anak menderita campak berobat ke puskesmas
dan diberi obat penurun panas, sembuh.
Pernah menderita batuk, pilek, mencret
c. Riwayat Penyakit Keluarga
Kakak penderita penyakit demama berdarah dan mondok di RSDK
selama 4 hari, seminggu sebelum penderita masuk rumah sakit.
d. Riwayat Sosial Ekonomi
Pendataan sosial ekonomi menurut Balai Pusat Statistik (BPS),
didapatkan skor 10.
Kesan : tidak miskin

5
e. Riwayat Pemeliharaan Prenatal
Pemeriksaan kehamilan dilakukan di bidan, sebanyak lima kali.
Selama hamil ibu telah mendapatkan suntikan TT dua kali. Penyakit
dan trauma selama kehamilan disangkal. Obat obat yang diminum
selama kehamilan adalah vitamin dan tablet tambah darah
f. Riwayat Persalinan dan Kehamilan
Anak perempuan lahir dari ibu G 4 P 4 A0 hamil aterm ( dalam
kandungan selama 9 bulan), lahir secara spontan, di RSDK, ditolong
oleh dokter, anak lahir langsung menangis, berat badan lahir 2800
gram, panjang badan saat lahir 48 cm.
g. Riwayat Kelahiran
No Kehamilan dan kelahiran Umur tanggal lahir
1 , aterm, spontan, bidan, 2800 gram 10 th
2 aterm, spontan, bidan, 3000 gram 8 th
3 , aterm, spontan, bidan, 2900 gram 5 th
aterm, spontan, RSDK, 2800 gram 18 bulan
h. Riwayat Pemeliharaan Postnatal
Pemeliharaan postnatal dilakukan di bidan, anak dalam keadaan
sehat
i. Riwayat Perkembangan dan pertumbuhan
Pertumbuhan :
Berat badan lahir 2800 gram, panjang badan lahir 48 cm, berat
badan sekarang 9400 gram, panjang badan sekarang 78 cm, lingkar
kepala 47 cm (mesosefal).
Perkembangan :
Senyum : 3 bulan
Gigi keluar : 7 bulan
Miring : 3 bulan
Merangkak : 8 bulan
Tengkurap : 4 bulan
Berdiri : 11 bulan
Duduk : 6 bulan
Berjalan : 12 bulan

6
Belum sekolah
Kesan : pertumbuhan sulit dinilai(karena tidak ada KMS)
perkembangan sesuai umur
j. Riwayat Imunisasi
BCG : 1 x (0 bln, scar (+))
DPT : 3 x (2,3,4 bulan)
Polio : 4 x (0,2,3,4 bulan)
Campak : 1 x (9 bulan)
Hepatitis B : 3 x (0,1,6 bulan)
Kesan : imunisasi dasar lengkap sesuai umur, imunisasi
ulangan belum diberukan.
k. Riwayat Pemberian Makanan
Umur 0 4 bulan : anak diberi ASI
Umur 5 8 bulan : anak diberi ASI, dan diberi tambahan susu SGM I,
2-3x sehari pagi, siang, dan malam, @ 2 sendok takar
diseduh 60 cc air, habis. Diberikan bubur susu
2xsehari pagi, sore, @ 2 sendok makan habis.
Diberikan buah pisang atau pepaya 1x sehari, siang
1/2 buah, habis.
Umur 9 12 bulan : Anak diberi ASI , diberi tambahan susu SGM II, 3x
sehari pagi, siang, dan malam, @ 3 sendok takar
diseduh dalam 100cc air, habis. Anak juga diberi nasi
tim dicampur sayur bayam, tempe, tahu, telur, kadang
ayam, ati ayam, daging sapi, 2x sehari, pagi dan sore,
@ 3 sendok makan habis.Tidak ditambahkan minyak
atau margarin. Dan diberikan buah pisang atau pepaya
1x sehari diantara waktu makan @ potong habis.
Umur12bulan-sekarang: Anak tidak diberi ASI sampai usia 1 tahun
(dihentikan karena sudah besar), diberi tambahan susu
Dancow 2x sehari pagi dan malam, @ 1,5 sendok
makan dalam 1 gelas, habis dan makanan seperti

7
anggota keluarga yang lainnya yaitu nasi, sayur
bayam, sup, lauk tahu, tempe, kadang-kadang telur,
daging sapi potong kecil, ayam, ikan, 3x sehari @ 1
piring sedang, habis. Buah pisang atau pepaya
seminggu 2 kali, potong, habis.
Kesan : kualitas makanan kurang dan kuantitas makanan cukup.
l. Riwayat Kontrasepsi Orang Tua
Ibu penderita saat ini ikut KB IUD selama 1 tahun, sikap terhadap KB
yang dipilih adalah yakin dan percaya.
2. Pemeriksaan Fisik
Tanggal 26 Februari 2006 pukul 09.15 WIB di bangsal C1L2
(perawatan I/ panas hari ke-4)
Seorang anak perempuan, umur 18 bulan, berat badan 9,4 kg, panjang
badan 78 cm.
Keadaan Umum : sadar, kurang aktif, perdarahan spontan (+)
Tanda Vital : HR : 130 x/mnt
N : isi dan tegangan cukup
RR : 28 x/mnt, reguler
t : 38,50C (rektal)
Keadaan Tubuh
Kepala : lingkar kepala 47 cm, mesosefal, ubun-ubun besar
sudah menutup
Rambut : warna hitam, tidak mudah dicabut
Kulit : pucat (-), petechiae (+)
Mata : conjungtiva palpebra anemis (-/-), sklera ikterik
(-/-), udema palpebra (-/-)
Hidung : nafas cuping (-), epistaksis (-)
Telinga : discharge (-)
Mulut : sianosis (-), gusi berdarah (-)
Tenggorok : T 1-1 faring hiperemis (-)
Leher : simetris, pembesaran nnll (-)

8
Dada :
Paru : I : simetris, statis, dinamis
Pa : sulit dinilai
Pe : sulit dinilai
Aus : suara dasar vesikuler
Suara tambahan: wheezing -/-, ronkhi -/-, hantaran -/-.

Vesikulr Vesikuler,
Vesikuler, ST (-) ST (-)
ST (-)
Jantung : I : iktus kordis tidak tampak
Pa : sulit dinilai
Pe : sulit dinilai
Aus: BJ I-II normal, bising (-), thrill(-), gallop (-)
Abdomen : I : datar, venektasi (-)
Aus : bising usus (+) N
Pe : timpani, pekak sisi (+) normal, pekak alih (-)
Pa : supel, turgor cepat kembali, nyeri tekan
epigastrium (+)
hepar : - BH, tajam, kenyal, rata
lien : S 0
Ekstremitas : Superior Inferior
Oedema -/- -/-
Sianosis -/- -/-
Akral dingin -/- -/-
Capillary refill <2 <2
Petechiae +/+ +/+
Refleks fisiologis +N/+N +N/+N
Refleks patologis -/- -/-
Gerak +/+ +/+
Tonus N/N N/N
Alat kelamin : perempuan, dalam batas normal

9
3. Pemeriksaan Penunjang
a. Laboratorium darah hari I perawatan (26 Februari 2006)
26/01/2006 26/01/2006 26/01/2006 26/01/2006
06.00 12.00 18.00 24.00
(UGD) Bangsal Bangsal Bangsal
Hb 11,9 12,1 12,6 12,2
Ht 34,7 37,1 39,5 36,3
Eritrosit 3.580.000 3.720.000 4.040.000 3.460.000
MCH 27,80 28,40 27,90 27,70
MCV 83,60 82,40 82,50 82,60
MCHC 33,30 34,50 33,90 33,50
Leukosit 5500 5.600 5.000 5.500
Trombosit 86.000 82.000 75.000 78.000

b. X Foto Thorax (26 Februari 2006)


Pemeriksaan X-Foto Thorax AP dan RLD :
- Cor : CTR tidak dinilai
Bentuk dan letak normal
- Pulmo : Corakan bronkovaskuler normal
Tak tampak kesuraman pada kedua lapangan paru
- Tampak perselubungan homogen pada hemithorak kanan
Pleura Efusi Indek : 14 %
Diafragma kanan setinggi kosta VIII posterior
Sinus kostofrenikus kanan tumpul
Kesan : Efusi Pleura Dekstra
Pemeriksaan Urine : Tanggal 26 Februari 2006 ( hari I perawatan )
Makroskopis : Warna kuning, jernih, tidak berbuih

Pemeriksaan Tinja : Tanggal 26 Februari 2006 ( hari I perawatan )


Makroskopis : Lembek, warna kuning, lendir (-), darah (-)

4. Pemeriksaan antropometri

10
Anak 18 bulan, BB 9,4 kg; PB : 78 cm
9,4 10,8
W AZ 1,16 SD
1,2
78 80,9
H AZ 1,45 SD
3
9,4 10,2
W HZ 0,89 SD
6,9

Kesan : Gizi baik (normal), tinggi normal, berat badan normal


Temperatur = 38,5 0 C

Kebutuhan Cairan Kalori (kkal) Protein (gr)


24 jam 1057,5 cc 940 kkal 37,6
Infus
ZA N 960 182 -
3x lunak 300 1218 45,45
4 x susu 100 cc 400 244 12,4
Total 1660 1644 57,85
% AKG 156,97% 171,70% 153,86%

C. DIAGNOSIS
a. Diagnosa Banding
1. Demam Berdarah Dengue
Derajat II
DD = - Demam Chikungunya
- Demam Dengue
- Demam Berdarah Dengue Derajat II
2. Gizi baik

b. Diagnosis Sementara
1. Demam Berdarah Dengue Derajat II
2. Gizi baik

D. DAFTAR MASALAH
No Masalah aktif Tanggal No Masalah Pasif Tanggal

11
1. Demam Berdarah 26-2-2006
Dengue Derajat II

E. RENCANA PENATALAKSANAAN
1. Assesment : Demam Berdarah Dengue Derajat II
a. Diagnosis : - S : -
- O : Sediaan apus darah tepi, Dengue Blot
b. Terapi :
- Infus 2 A N 7cc/kgbb/jam (16 tetes/menit)
- Parasetamol 3 x cth I
- Vitamin B komplek 3 x 1 tablet
- Vitamin C 3 50 mg
c. Diet : 3 x lunak
4x susu 100 cc
d. Monitoring
Keadaan umum, tanda vital, lingkar perut, tanda perdarahan spontan
baru, diuresis, tanda syok, balans cairan.
e. Edukasi
Menjelaskan kepada orangtua mengenai penyakit yang diderita
oleh anak dan bagaimana cara penularannya.
Menjelaskan kepada orangtua penderita tentang rencana dan
tujuan dilakukan pemeriksaan darah rutin yang dilakukan secara
serial (informed consent).
Menjelaskan kepada orangtua penderita tentang rencana dan
tujuan dilakukan pemeriksaan foto thoraxMenjelaskan
pengobatan yang diberikan (informed consent).
Selama dirawat di bangsal orangtua penderita diberi penjelasan
tentang tanda-tanda syok dan perdarahan spontan, bila ada
tanda-tanda tersebut segera lapor kepada petugas kesehatan yang
ada.
Menjelaskan kepada orangtua mengenai pengobatan yang
diberikan.
Memberikan edukasi tentang 3 M, memberantas sarang nyamuk
di lingkungan rumah.

12
F. CATATAN KEMAJUAN
Tanggal / Hari Pemeriksaan Fisik Pemeriksaan Penunjang Terapi
Perawatan
26/2/2006 Keluhan : panas (+) Hb : 11,9 g% - Infus2AN
pk. 10.00 Kead. Umum : Sadar, kurang aktif, pdrhan spontan (+) Ht : 34,7 % 7cc/kgbb/jam16tetes/menit
(hari I TV : HR : 140 / menit Eri : 3,58 jt/mmk - Parasetamol 3 x cth I
perawatan/hari RR : 30 x / menit MCH : 27,8 pg - Vit. B kompleks 3 x 1 tab
4 panas) T : 38,5 0 C MCV : 83,6 fl - Vit. C 3 x 50 mg
Kepala : mesofal, LK : 47 cm, UUB datar menutup MCHC : 33,3 g/dl - Diet : 3 x lunak
Mata : konj. Anemis (-/-), ikterik (-/-), edema(-) Leu : 5500 / mmk 4 x 100 cc susu
Hidung : nafas cuping (-), epistaksis (-) Trom : 86.000 / mmk
Telinga : discharge (-) Program :
Mulut : gusi berdarah (-) X-foto thoraks : - Evaluasi KU, TV, tanda perdarahan
Tenggorok : T 1-1 , hiperemis (-) - Cor : dbn spontan baru, lingkar perut, diuresis,
Leher : pembesaran nnll (-) - Pulmo : efusi pleura dextra tanda syok
Kulit : petechie(+) wajah dan leher (PEI 14%) - Darah rutin serial 6 jam
Dada : simetris, statis, dinamis, retraksi (-)
a. Jantung : dbn
b. Paru : suara dasar vesikuler
suara tambahan (-)

Abdomen : I : datar, lemas, venektasi (-)


Pa : supel, turgor kembali cepat, nyeri tekan epigastrium (+)
H : - BH, tajam, kenyal, rata
L : So
Pe : timpani, PS (+), PA (-)
Au : BU (+) N
Ekstremitas Sup. Inf
Petekhiae +/+ +/+
Akral dingin -/- -/-
Cap. Refil <2 <2
Ref. Fisiologis +/+ +/+
Ref. Pathologis -/- -/-

Assesment :
Demam Berdarah Dengue Derajat II
Efusi pleura
13.00 Keluhan : panas (+) Hb : 12,1 g% Terapi dan program tetap
KU : Sadar, kurang aktif, tanda pendarahan spontan (+) Ht : 37,1%
TV : HR : 140 x / menit Eri : 4,04 jt/mmk
RR : 30 x / menit MCH : 27,9 pg
T : 38 0 C MCV : 82.5 fl
N : isi dan tegangan cukup MCHC : 33,9 g/dl
PF: tetap Leu : 5500 / mmk
Assesment : Trom : 82.000 / mmk
Demam Berdarah Dengue Derajat II
Efusi pleura

20.00 Keluhan : panas (+) Hb : 12,6 g% Terapi dan program tetap


KU : Sadar, kurang aktif, tanda pendarahan spontan (+) Ht : 39,8%
TV : HR : 140 x / menit Eri : 4,04 jt/mmk
RR : 30 x / menit MCH : 27,9 pg
T : 38 0 C MCV : 82.5 fl
N : isi dan tegangan cukup MCHC : 33,9 g/dl
PF: tetap Leu : 5800 / mmk
Assesment : Trom : 75.000 / mmk
Demam Berdarah Dengue Derajat II
Efusi pleura

24.00 Keluhan : panas (+) Hb : 12,2 g% Terapi dan program tetap


KU : Tidur Ht : 36,3%
TV : HR : 140 x / menit Eri : 3.46 jt/mmk
RR : 30 x / menit MCH : 27.7 pg
T : 38 0 C MCV : 82.6 fl
N : isi dan tegangan cukup MCHC : 33,5 g/dl
Ass : tetap Leu : 5500 / mm3
Assesment : Trom : 78.000 / mm3
Demam Berdarah Dengue Derajat II
Efusi pleura
27/2/2006 Keluhan : panas (+), sulit minum (+) Hb : 11,8 g% - Infus2AN
pk. 07.00 Kead. Umum : Sadar, kurang aktif, pdrhan spontan (+) Ht : 34,1% 5cc/kgbb/jam12tetes/menit
HP II/5 TV : HR : 120 / menit Eri : 3,91 jt/mmk - Parasetamol 3 x cth I
RR : 28 x / menit MCH : 27.8 pg - Vit. B kompleks 3 x 1 tab
T : 39 0 C MCV : 83,6 fl - Vit. C 3 x 50 mg
Kulit : petechie(+) wajah dan leher MCHC : 33,3 g/dl - Diet : 3 x lunak
Abdomen : I : datar, lemas, venektasi (-) Leu : 7900 / mm3 4 x 100 cc susu
Pa : supel, turgor kembali cepat, nyeri tekan Trom : 95000 / mm3
14
epigastrium (+) Program :
Pa : H : - BH, tajam, kenyal, rata - Evaluasi KU, TV, tanda perdarahan
L : So spontan baru, lingkar perut, diuresis,
Pe : timpani, PS (+), PA (-) tanda syok
Au : BU (+) N -Darah rutin serial 6 jam
Ekstremitas Sup. Inf
Petekhiae +/+ +/+
PF lain tetap
Assesment :
Demam Berdarah Dengue Derajat II
Efusi pleura
12.00 Keluhan : panas (-) muntah (-) Hb : 11,7 g% Terapi dan program tetap
KU : Sadar, kurang aktif, pdrhan spontan (+) Ht : 33,8%
TV : HR : 120 x / menit Eri : 3,91 jt/mmk
RR : 30 x / menit MCH : 27.8 pg
T : 37,5 0 C MCV : 83,6 fl
N : isi dan tegangan cukup MCHC : 33,3 g/dl
PF : tetap Leu : 7100 / mm3
Assesment : Trom : 85000 / mm3
Demam Berdarah Dengue Derajat II
Efusi pleura
20.00 Keluhan : panas (-) Hb : 11,5g%
KU : tidur Ht : 31,9% - Infus2AN
TV : HR : 120 x / menit Eri : 3,87 jt/mmk 3cc/kgbb/jam10tetes/menit
RR : 30 x / menit MCH : 28,4 pg
T : 37.5 0 C MCV : 82.5 fl
N : isi dan tegangan cukup MCHC : 34,9 g/dl
PF : tetap Leu : 6600 / mmk
Assesment : Trom : 67.000 / mmk
Demam Berdarah Dengue Derajat II
Efusi pleura

24.00 Keluhan : panas (-) Hb : 11,2 g% Terapi dan program tetap


KU : Tidur Ht : 31,5%
TV : HR : 120 x / menit Eri : 3.82 jt/mmk
RR : 30 x / menit MCH : 27.8 pg
T : 37 0 C MCV : 81.6 fl
N : isi dan tegangan cukup MCHC : 34 g/dl
PF : tetap Leu : 5700 / mm3
Trom : 69000 / mm3
15
Assesment :
Demam Berdarah Dengue Derajat II
Efusi pleura
28/2/2006 Keluhan : panas (-) Hb : 11,1 g% - Infus2AN
pk. 07.00 Kead. Umum : Sadar, kurang aktif, pdrhan spontan baru (-) Ht : 32,4% 3cc/kgbb/jam10tetes/menit
HP III/6 TV : HR : 120 / menit Eri : 3,91 jt/mmk - Parasetamol 3 x cth I
RR : 28 x / menit MCH : 27.8 pg - Vit. B kompleks 3 x 1 tab
T : 37 0 C MCV : 83,6 fl - Vit. C 3 x 50 mg
Kulit : petechie baru (-) MCHC : 33,3 g/dl - Diet : 3 x lunak
Abdomen : I : datar, lemas, venektasi (-) Leu : 7900 / mm3 4 x 100 cc susu
Pa : supel, turgor kembali cepat, nyeri tekan epigastrium (-) Trom : 40.000 / mm3
H : - 1 / 4 BH,tajam, kenyal, rata Program :
L : So - Evaluasi KU, TV, tanda perdarahan
Pe : timpani, PS (+), PA (-) spontan baru, lingkar perut, diuresis,
Au : BU (+) N tanda syok
Ekstremitas Sup. Inf -Darah rutin serial 12 jam
Petekhiae baru -/- -/-
PF lain tetap

Assesment :
Demam Berdarah Dengue Derajat II
Efusi pleura
12.00 Keluhan : panas (-) kemerahan pada ekstremitas(+) Hb : 11,3 g% Terapi dan program tetap
KU : tidur Ht : 32,1%
TV : HR : 120 x / menit Eri : 3,91 jt/mmk
RR : 30 x / menit MCH : 27.8 pg
T : 37 0 C MCV : 83,6 fl
N : isi dan tegangan cukup MCHC : 33,3 g/dl
PF : tetap Leu : 7500 / mm3
Assesment : Trom : 45.000 / mm3
Demam Berdarah Dengue Derajat II
Efusi pleura
20.00 Keluhan : panas (-)kemerahan pada ekstremitas(+) Hb : 10,5g% Terapi dan program tetap
KU : tidur Ht : 30,7%
TV : HR : 120 x / menit Eri : 3,75 jt/mmk
RR : 30 x / menit MCH : 28,1 pg
T : 37.5 0 C MCV : 82.2 fl
N : isi dan tegangan cukup MCHC : 34,2 g/dl
PF : tetap Leu : 7700 / mmk
Trom : 53.000 / mmk
16
Assesment :
Demam Berdarah Dengue Derajat II
Efusi pleura
24.00 Keluhan : panas (-) Hb : 10,7 g% Terapi dan program tetap
KU : Tidur Ht : 31,2%
TV : HR : 120 x / menit Eri : 3.9 jt/mmk
RR : 30 x / menit MCH : 27.5 pg
T : 37,50C MCV : 812,5 fl
N : isi MCHC : 343,3g/dl
PF : tetap Leu : 6800 / mm3
Assesment : Trom : 84000 / mm3
Demam Berdarah Dengue Derajat II
Efusi pleura
1/3/2006 Keluhan : panas (-) Hb : 10,9 g% - Infus aff
pk. 07.00 Kead. Umum : Sadar, cukup aktif, pdrhan spontan baru (-) Ht : 31,2% - Parasetamol 3 x cth I
HP IV/7 TV : HR : 96 / menit Eri : 3,78 jt/mmk - Vit. B kompleks 3 x 1 tab
RR : 28 x / menit MCH : 27.9 pg - Vit. C 3 x 50 mg
T : 37 0 C MCV : 82,7 fl - Diet : 3 x lunak
Abdomen : I : datar, venektasi (-) MCHC : 33,7 g/dl 3 x 200 cc susu
Pa : Nyeri tekan epigastrium (-) Leu : 5200 / mm3
Hepar/lien tak teraba Trom : 123000 / mm3 Program :
Pe : timpani, PS (+), PA (-) - Evaluasi KU, TV
Au : BU (+) N Darah rutin serial 12 jam
Ekstremitas Sup. Inf
Petekhiae baru -/- -/-
PF lain tetap
Assesment :
Demam Berdarah Dengue Derajat II
Efusi pleura
18.00 Keluhan : panas (-) kemerahan pada ekstremitas(+) Hb : 10,9 g% Terapi dan program tetap
KU : sadar, cukup aktif Ht : 30,8%
TV : HR : 120 x / menit Eri : 3,78 jt/mmk
RR : 30 x / menit MCH : 27.9 pg
T : 37 0 C MCV : 82,1 fl
PF : tetap MCHC : 34,4g/dl
Leu : 6100 / mm3
Assesment : Trom : 199000 / mm3
Demam Berdarah Dengue Derajat II
Efusi pleura
17
2/3/2006 Keluhan : panas (-) Hb : 11,3 g% - Parasetamol 3 x cth I
pk. 07.00 Kead. Umum : Sadar, cukup aktif, pdrhan spontan baru (-) Ht : 32,2% - Vit. B kompleks 3 x 1 tab
HP V/8 TV : HR : 96 / menit Eri : 3,95 jt/mmk - Vit. C 3 x 50 mg
RR : 20 x / menit MCH : 28,6 pg - Diet : 3 x lunak
T : 37 0 C MCV : 82,7 fl 3 x 200 cc susu
Abdomen : I : datar, venektasi (-) MCHC : 35,7 g/dl
Nyeri tekan epigastrium (-) Leu : 8000 / mm3 Program :
Pa : Hepar/lien tak teraba Trom : 265000 / mm3 - pulang
Pe : timpani, PS (+), PA (-)
Au : BU (+) N
Ekstremitas Sup. Inf
Petekhiae baru -/- -/-
PF lain tetap
Assesment :
Demam Berdarah Dengue Derajat II
Efusi pleura

18
Pemeriksaan Laboratorium
Anak AN 18 bulan, perempuan, diagnosa : DHF grade II, Efusi pleura, gizi baik

Hari I Hari II Hari III Hari IV Hari V


Perawatan Perawatan Perawatan Perawatan Perawatan
suhu Hb Ht Trombosit 26/02/06 27/02/06 28/02/06 01/03/06 02/03/06
(C) (g/dl) (%) (ribu/mmk) 6 12 18 24 6 12 18 24 6 12 18 24 6 12 18 24 6 12 18 24
15 40 300
40 14,5 39 280
14 38 260
13,5 37 240
39 13 36 220
12,5 35 200
12 34 180
38 11,5 33 160
11 32 140
10,5 31 120
37 10 30 100
9,5 29 80
9 28 60
36 8,5 27 40

19
G.HASIL KUNJUNGAN RUMAH

Kunjungan rumah tanggal 14 Maret 2006 pukul 17.00 WIB.


Keadaan Rumah
Status : rumah milik orang tua
Ukuran : 5mx9m
Halaman rumah : ada
Teras rumah : ada
Dinding rumah : tembok
Lantai rumah : ubin dan semen
Ruangan : 1 ruang tamu ukuran 2 x 6 m, 3 ruang tidur ukuran 2 x 4
m dipisahkan oleh tembok. Dapur ukuran 1x4 m, 1
kamar mandi dan WC di dalam rumah ukuran 2x1 m.
Penghuni : 6 orang
Ventilasi : cukup (lewat pintu dan jendela), setiap kamar tidur dan
ruang tamu
Pencahayaan : cukup, lewat jendela, dan terdapat genting kaca pada
ruang makan.
Kebersihan : kurang
Sumber air minum : air PAM , jumlah air cukup, kualitas cukup, jauh dari
jamban.
Tempat sampah : ada, jumlah 1 dan ada tutupnya, dibuang tiap hari
Tempat penampungan air : ada 1 tempat penampungan air untuk
memasak, tertutup di dalam rumah dan 1 bak mandi dan
drum besar, terbuka, ada jentik nyamuk di luar rumah.
Kamar mandi : 1 bak mandi, terbuka, tidak ada jentik nyamuk
Kebiasaan sehari-hari
Ayah bekerja sebagai pedagang. Ibu bekerja sebagai pegawai swasta
di perusahaan garmen, mengasuh 4 orang anak. Makanan dan minuman
dimasak sebelum dimakan. Makan 3x sehari @ 1 piring sedang dengan
lauk tempe, tahu, kadang-kadang telur, ayam, ikan, daging dan sayur
bayam, sop, kacang panjang, sawi dan lain-lain, habis. Sumber air minum

20
dari PAM. Alat makan dicuci dengan air PAM dan sabun cuci piring. Mandi
dua kali sehari menggunakan air PAM dan sabun. Bak mandi dikuras dua
kali seminggu. Pakaian kotor dicuci dua hari sekali dengan air PAM.
Rumah disapu 2 kali sehari, sampah dibuang di tempat sampah. Jika ada
keluarga yang sakit dibawa ke puskesmas.
Lingkungan
Rumah penderita terletak di Kebonharjo Tanjungmas. Rumah
bersebelahan dengan tetangga, memiliki teras dan ada halaman. Rumah
yang satu dengan yang lain tidak saling berhimpitan. Lingkungan sekitar
rumah berpenduduk cukup padat, keadaan sekitar rumah cukup bersih dan
selokan satu di belakang rumah, ditutup semen plester. Tempat sampah ada
tutupnya dan dibuang tiap hari. Jalan di depan rumah di semen. Pernah
dilakukan fogging satu kali pada bulan Januari.
Rumah penderita memiliki teras dan halaman. Berdinding tembok,
jendela ada di ruang tamu dan di kamar, ventilasi cukup memadai. Dapur,
kamar mandi dan WC berada di dalam rumah. Lantai kamar mandi dan
dapur disemen.Tandon air ada di luar rumah dan terbuka serta di dalam
rumah untuk memasak, tertutup. Penghuni rumah ada 6 orang : ayah, ibu
dan 4 orang anak.
Gambar 1 : Denah rumah

B A
Keterangan :
A. Halaman
D C B. Teras
C. Kamar tidur
D. Ruang tamu
G E. Ruang makan
F E F. Dapur
G. Kamar mandi

C C

21
Pemeriksaan Fisik Saat Kunjungan Rumah, 14 Maret 2006 pukul 17.00
Anak perempuan, 18 bulan, Panjang Badan (PB): 78 cm
a. Keadaan umum : sadar, cukup aktif, pucat(-), perdarahan spontan (-)
b. Tanda vital :
Denyut jantung : 110 x / menit
Nadi : reguler, isi dan tegangan cukup
Laju nafas : 24 / menit
Suhu : 37,2C, axiller
Status Internus :
Kepala : mesosefal, ubun-ubun besar sudah menutup.
Rambut : hitam, tidak mudah dicabut.
Mata : konjungtiva palpebra anemis -/-, sklera ikterik -/-
Kulit : sianosis (-), pucat (-)
Telinga : discharge (-)
Hidung : sekret (-),epistaksis (-)
Mulut : kering (-), gusi berdarah (-), sianosis (-)
Tenggorok : T1-1, faring hiperemis (-)
Leher : simetris, pembesaran kelenjar limfe (-)
Dada :
Paru :
- Inspeksi : simetris statis dinamis, retraksi (-)
- Palpasi : sulit dinilai
- Perkusi : sulit dinilai
- Auskultasi : suara dasar vesikuler, suara tambahan : hantaran (-),
ronkhi (-), wheezing (-).
Jantung :
- Inspeksi : iktus kordis tidak tampak
- Palpasi : sulit dinilai
- Perkusi : sulit dinilai
-Auskultasi : suara jantung I II normal, bising (-), gallop (-)

22
Abdomen :
- Inspeksi : datar, lemas
- Auskultasi : bising usus (+) normal
- Palpasi : nyeri tekan epigastrium (-), hepar dan lien tak teraba
- Perkusi : timpani, pekak sisi (+) N, pekak alih (-)
Ekstremitas :
Superior Inferior
Petekie -/- -/-
Akral dingin -/- -/-
Sianosis -/- -/-
Edema -/- -/-
Capillary refill < 2 < 2
Pucat -/- -/-
Reflex Fisiologis +N/+N +N/+N
Reflex Patologis -/- -/-
Kesan : anak sehat

23
BAGAN MASALAH

Lingkungan Agent/Vektor
Pelayanan
Kesehatan
Sanitasi kurang A.aegypti,
- preventif
Perumahan padat A.albopictus
- promotif
adanya jentik nyamuk Sifat antropofilik
pada tandon multiple-biters
kepadatan vektor

Host
Genetik
Status imunitas
Umur
Nutrisi
Populasi
Mobilitas penduduk

Anak perempuan
usia 18 bulan
BB: 9,4kg,
PB: 78cm

DHF grade II
Demam

Trombositopenia Permeabilitas Perdarahan


Vaskular

Kuratif Asah
Asih
Rehabilitatif Asuh

Tumbuh kembang optimal

24
BAB III
PEMBAHASAN MASALAH

A.DIAGNOSIS
1. DEMAM BERDARAH DENGUE DERAJAT II

a. Etiologi dan Vektor


Demam Berdarah Dengue (DBD) disebabkan oleh virus dengue,
termasuk dalam kelompok B Arthropod borne virus (Arboviruses) yang
sekarang dikenal sebagai genus Flavivirus, famili Flaviviridae dan memiliki 4
jenis serotipe yaitu DEN-1, DEN-2, DEN-3 dan DEN-4 dan serotipe DEN-3
merupakan serotipe yang dominan. Infeksi salah satu serotipe akan
menimbulkan antibodi terhadap serotipe yang bersangkutan, sedangkan
antibodi terhadap serotipe lain kurang, sehingga tidak dapat memberikan
perlindungan yang memadai terhadap serotipe lain. 3,4,8
Terdapat tiga faktor yang memegang peranan pada penularan infeksi
virus dengue, yaitu manusia, virus dan vektor perantara. Virus dengue
ditularkan kepada manusia melalui gigitan nyamuk Aedes aegypti, Aedes
albopticus, Aedes polynesiensis dan beberapa spesies lainnya. Yang paling
berperan dalam penularan penyakit ini adalah Aedes aegypti, yang hidup subur
di daerah tropis dan subtropics. A. aegypti bersifat antropofiik yaitu senang
sekali terhadap manusia dan mempunyai kebiasaan menggigit ulang ( multiple
biters). Di Indonesia ada dua jenis nyamuk Aedes : A. aegypti dengan jarak
terbang 100 meter dan A. albopictus dengan jarak terbang 50 meter. Nyamuk
ini mempunyai warna dasar hitam dengan bintik-bintik putih pada bagian
badan, kaki dan sayapnya. Nyamuk A. aegypti hidup dan berkembang biak
pada tempat-tempat penampungan air bersih yang tidak langsung berhubungan
dengan tanah, seperti bak mandi /WC, air tempayan/ gentong, kaleng, ban
bekas, dll. Untuk A. albopictus lebih senang bertelur di kaleng-kalemh yang
dibuang. Nyamuk jantan menghisap sari bunga untuk keperluan hidupnya,
sedangkan yang betina menghisap darah. Nyamuk betina mencari mangsa pada

25
siang hari. Biasanya aktivitas menggigit dimulai pada pagi sampai petang hari,
terutama pada pukul 07.00, 11.00 dan 17.00. Kemampuan terbang nyamuk
betina rata-rata 40 meter, maksimal 100 meter. Kepadatan nyamuk ini akan
meningkat pada musim hujan, dimana banyak genangan air bersih yang dapat
menjadi tempat perkembangbiakan nyamuk Aedes aegypti .1,3,4
Pada lingkungan penderita ini didapatkan adanya tempat penampungan
air yang dapat menjadi sarang nyamuk Aedes, yaitu bak mandi yang terbuka,
dan tempat penampungan air (tendon) di halaman rumah yang saat
pemeriksaan didapatkan jentik nyamuk serta adanya tumpukan barang-barang
di halaman. Selain itu dari anamnesis diketahui bahwa 1 orang kakak kandung
penderita ada yang menderita demam berdarah dan dirawat juga di RSDk
selama empat hari. Hal-hal tersebut di atas dapat menjadi faktor penyebab
tingginya jumlah vektor yang dapat menularkan virus dengue di lingkungan
tempat tinggal penderita.

b. Patogenesis
Terdapat tiga faktor yang memegang peranan pada penularan infeksi
virus Dengue, yaitu manusia, virus dan vektor perantara. Virus Dengue
ditularkan kepada manusia melalui gigitan nyamuk Aedes aegypti, Aedes
albopictus, Aedes polynesiensis dan beberapa spesies yang lain dapat juga
menularkan virus ini. Nyamuk Aedes tersebut dapat mengandung virus Dengue
pada saat menggigit manusia yang sedang mengalami viremia. Virus kemudian
berkembang biak dalam tubuh nyamuk yang terutama ditemukan pada kelenjar
liurnya dalam waktu 8-10 hari ( extrinsic incubation period ) sebelum dapat
ditularkan kembali kepada manusia pada saat gigitan berikutnya . Pada
manusia, virus memerlukan waktu 4-6 hari (intrinsic incubation period)
sebelum menimbulkan sakit. Penularan dari manusia kepada nyamuk hanya
dapat terjadi bila nyamuk menggigit manusia yang sedang mengalami viremia,
yaitu 2 hari sebelum panas sampai 5 hari setelah demam timbul. 1
Patogenesis DBD dan DSS masih merupakan kontroversi, tapi teori
yang banyak dianut adalah the secondary heterologous infection. Teori ini

26
menyatakan apabila setelah terinfeksi virus dengue pertama kali penderita
kemudian mendapatkan infeksi kedua dengan virus Dengue serotip yang
berbeda maka penderita tersebut akan memiliki resiko lebih tinggi untuk
menderita DBD maupun Sindroma Syok Dengue. Antibodi preinfeksi yang
berasal dari serotipe lain tersebut dikenal sebagai antibody dependent
enhancement (ADE). ADE merupakan antibody non neutralisasi yang dibentuk
pada infeksi primer menyebabkan terbentuknya kompleks imun yang akan
meningkatkan infeksi dan replikasi virus Dengue di dalam sel mononuklear.
Sebagai akibat infeksi sekunder oleh serotipe virus Dengue yang berlainan
pada seorang pasien, respon antibodi anamnestik yang terjadi dalam beberapa
hari mengakibatkan proliferasi dan transformasi dalam sel fagosit
mononuklear menghasilkan titer tinggi antibodi IgG anti Dengue. Akibatnya
terbentuk virus kompleks antigen-antibodi yang selanjutnya akan mengaktivasi
sistem komplemen. Pelepasan anafilatoksin C3a dan C5a akan menyebabkan
peningkatan permeabilitas dinding pembuluh darah dan merembesnya plasma
dari ruang intravaskular ke ruang ekstravaskular. Perembesan plasma ini
terbukti dengan meningkatnya kadar hematokrit, penurunan natrium, dan
terdapatnya cairan dalam rongga serosa (efusi pleura, asites). Keadaan yang
berlanjut akan mengakibatkan syok, dan apabila penanganan tidak adekuat
akan menyebabkan asidosis dan anoksia yang berakhir pada kematian. 1

27
Secondary heterologous dengan infection

Replikasi Virus Anamnestic antibody response

Kompleks Virus antibody

Agregasi trombosit Aktivasi koagulasi Aktivasi komplemen

Plasma
Penghancuran Pengeluaran
Aktivasi faktor Hageman
Trombosit oleh Platelet
RES faktor III

Trombositopenia Koagulapati Sistem kinin Anafilatoksin


konsumtif
Gangguan fungsi
trombosit
Kinin Peningkatan
permeabilitas
Penurunan faktor kapiler
pembekuan
FDP meningkat

Perdarahan masif Syok

28
Secondary heterologous dengue infection

Replikasi virus
Amnestic antibody response

Komplek virus-
antibodi

Aktivasi
komplemen

Anafilatoksin
C3a,C5a

Permeabilitas kapiler
meningkat
Hemokonsentrasi
Hipoproteinemia
> 30 % pada kasus Cairan dalam
syok 24-48 jam Perembesan plasma rongga serosa
(Efusi pleura,
Asites )

Hipovolemi

Syok
Anoksia Asidosis

Meninggal

Gambar 2. Patogenesis terjadinya syok pada infeksi DBD (Suvatte,1977)

29
c. Diagnosis Demam Berdarah Dengue

Diagnosis DBD ditegakkan berdasarkan kriteria diagnosis menurut


WHO tahun 1997 yang terdiri dari kriteria klinis dan laboratoris. Penggunaan
kriteria ini dimaksudkan untuk mengurangi diagnosa yang berlebihan.
Kriteria Klinis :
a. Demam
Demam tinggi mendadak dan terus-menerus selama 2 7 hari.
Umumnya memiliki tipe bifasik. Kadang-kadang suhu tubuh sangat
tinggi sampai 40 C dan dapat terjadi kejang demam.Pada umumnya
ditemukan sindrom trias yaitu demam tinggi,nyeri pada anggota badan
dan timbulnya ruam. Akhir fase demam merupakan fase kritis pada
DBD, oleh karena fase tersebut dapat merupakan awal penyembuhan
tetapi dapat pula sebagai awal fase syok.
b . Tanda-tanda perdarahan
Penyebab perdarahan pada pasien DBD ialah vaskulopati,
trombositopeni dan gangguan fungsi trombosit, serta koagulasi
intravaskular yang menyeluruh. Manifestasi perdarahan paling ringan
yaitu uji torniquet positif pada hari-hari pertama demam. Manifestasi
perdarahan yang paling sering yaitu petekie yang tersebar di
ekstremitas dan dahi atau seluruh tubuh. Perdarahan spontan lainnya
berupa purpura, ekimosis, epistaksis, perdarahan gusi, hematemesis dan
melena.
c. Perbesaran hati (hepatomegali)
Pembesaran hati pada umumnya dapat ditemukan pada
permulaan penyakit, bervariasi dari hanya sekedar dapat diraba (just
palpable) sampai 2-4 cm di bawah lengkung iga kanan. Proses
pembesaran hati, dari tidak teraba menjadi teraba, atau dari just
palpable menjadi lebih besar dari 2-4 cm, dapat meramalkan perjalanan
penyakit DBD. Namun derajat pembesaran hati tidak sejajar dengan
beratnya penyakit, tetapi nyeri tekan di daerah ulu hati, berhubungan
dengan adanya perdarahan.

30
d. Syok , manifestasinya berupa:
- Nadi cepat, lemah, tekanan nadi menurun ( 20 mmHg), tekanan
darah
turun, kulit dingin dan lembab.
- Penderita kelihatan lesu, gelisah dan lambat laun kesadarannya
menurun
menjadi apatis, sopor dan koma,
Kriteria Laboratoris :
a. Trombositopeni (100.000/L atau kurang)
b. Hemokonsentrasi (peningkatan hematokrit 20 % atau lebih
dibandingkan nilai hematokrit pada masa konvalesen).
Dua kriteria klinis pertama ditambah trombositopenia dan
hemokonsentrasi cukup untuk menegakkan diagnosis klinis DBD. Efusi pleura
dan atau hipoalbuminemia dapat memperkuat diagnosis terutama pada pasien
anemi dan atau terjadi perdarahan.
Derajat penyakit DBD menurut WHO tahun 1997 diklasifikasikan
dalam 4 derajat:

1. Derajat I : Demam disertai gejala tidak khas dan satu-satunya


manifestasi perdarahan adalah uji torniquet
2. Derajat II : Seperti derajat I disertai perdarahan spontan di kulit atau
perdarahan lain
3. Derajat III : Didapatkan kegagalan sirkulasi, yaitu nadi cepat dan
lemah, tekanan nadi menurun (20 mmHg atau kurang)
atau
hipotensi, sianosis sekitar mulut, kulit dingin dan lembab
dan anak tampak gelisah
4. Derajat IV : Syok berat (profound shock), nadi tidak teraba dan
tekanan
1,3
darah tidak terukur

31
Patofisiologi infeksi virus dengue 3

Infeksi Virus Dengue

Trombositopeni
Dengan
Hepatomegali
anoreksia
Komplek AgAb
muntah
komplomen
Manifestasi Permeabilitas
perdarahan vaskular naik I

Kebocoran plasma :
Hepokonsentrasi
Dehidrasi Hipoproteinemia II
Afusi pleura
Asites Derajat
Demam dengue

Hipovolemi

DIC Syok III

Perdarahan Anoksia Asidosis IV


saluran cerna

Meninggal

Demam berdarah dengue derajat I II III - IV

Pada kasus ini, penderita laki-laki berusia 10 tahun dengan :


1. Demam tinggi mendadak, terus-menerus, selama 4 hari.
2. Manifestasi perdarahan spontan ditandai dengan adanya petekie pada
wajah, tangan dan kaki.
Hasil laboratorium pada kasus ini :
1. Trombositopenia (Trombosit : 86.000/mm 3 )
2. Pada pasien didapatkan hemokonsentrasi 20% melalui pemeriksaan
hematokrit serial pada hari I perawatan (34,7% menjadi 39,8%)

32
3. Kebocoran plasma diketahui dari hasil pemeriksaan X-foto thorax
dimana didapatkan efusi pleura dextra
Pada kasus ini didapatkan 2 kriteria klinis dan 2 kriteria laboratoris
sehingga penderita didiagnosis dengan Demam Berdarah Dengue. Dengan
adanya perdarahan spontan berupa petekie pada wajah, tangan dan kaki, maka
diklasifikasikan sebagai Demam Berdarah Dengue derajat II.
Diagnosis definitif infeksi virus dengue hanya dapat dilakukan dengan
cara isolasi virus, deteksi antigen virus dan deteksi antibodi spesifik dalam
serum atau jaringan tubuh pasien. Dikenal 5 uji serologis yang biasa dipakai
untuk menentukan adanya infeksi virus dengue, yaitu:
1. Uji hemoglutinasi inhibisi (Haemagglutination Inhibiton test : HI test)
2. Uji komplemen fiksasi (Complement Fixation test : CF test)
3. Uji neutralisasi (Neutralization test : NT test)
4. IgM Elisa dan
5. IgG Elisa
Akhir-akhir ini dapat dilakukan tes PCR (polymerase chain reaction) yang
dapat menampilkan diagnosis serotipe spesifik secara cepat. Cara ini
merupakan cara diagnosis yang sangat sensitif dan spesifik terhadap serotype
tertentu. Pada pasien ini tidak dilakukan pemeriksaan serologis karena alasan
waktu dan biaya, tetapi dilakukan pemeriksaan laboratorium dan X-foto
thorax.
Adanya perembesan plasma dibuktikan dengan adanya peningkatan nilai
hematokrit yang merupakan manifestasi hemokonsentrasi dan hasil x-foto
thorax yang menunjukan adanya efusi pleura. Pasien dengan efusi pleura harus
dipantau karena beresiko jatuh dalam keadaan syok. 1,3 Hasil foto dari pasien
ini menunjukan adanya efusi pleura kanan (PEI=14%), sehingga diperlukan
pemantauan tanda-tanda syok. Ini menunjukkan telah terjadi perembesan
plasma pada rongga pleura,namun secara klinis pada penderita ini tidak
ditemukan adanya sesak.
Manifestasi lain dari kebocoran plasma adalah asites. Untuk memantau
progresifitas asites diperlukan pemantauan terhadap lingkar perut. Dari

33
pemeriksaan fisik berkala pada pasien ini tidak ditemukan tanda fisik yang
mengarah ke kacurigaan terdapatnya asites, sehingga tidak dilakukan
pengukuran terhadap lingkar perut.
Pada pasien Demam Berdarah Dengue terjadi vaskulopati, trombositopeni,
trombositopati dan koagulasi intravaskular yang menyeluruh yang
menyebabkan terjadinya perdarahan. Manifestasi perdarahan yang biasanya
terjadiyaitu perdrahan kulit seperti uji torniquet positif, petekie, ekimosis dan
perdarahan konjungtiva. 1 Petekie merupakan tanda perdarahan yang tersering
ditemukan. Pada penderita ini terdapat petekie pada wajah, tangan dan kaki.
Trombositopenia merupakan kelainan hematologis yang ditemukan pada
sebagian besar kasus DBD. Penurunan jumlah trombosit pada infeksi dengue
melibatkan produksi pada sumsung tulang dan fisiologi trombosit pada darah
tepi. Nilai trombosit mulai turun pada masa demam, sebelum ada peningkatan
hematokrit dan mencapai nilai terendah pada masa syok. Biasanya terjadi pada
hari ke 3-7. 1,3 Pada penderita ini trombositopenia terjadi pada hari 4 panas
(86.000/mmk) namun pada pemeriksaan serial didapatkan nilai yang
cenderung meningkat sampai mencapai 123.000/mmkpada hari ke-7.

1,3,4
d. Diagnosis Banding
1. Demam Chikungunya
Serangan demam pada demam Chikungunya mendadak dengan nyeri
yang sangat pada satu sendi atau lebih. Masa demam lebih pendek, berakhir
dalam 3-10 hari. Pada demam Chikungunya khas ditemukan selaput lendir
mata yang merah, ruam makulopapuler dan nyeri pada sendi. Perbedaan
yang mendasar dari keduanya adalah pada denam Chikungunya tidak
terdapat perdarahan gastrointestinal dan syok, selain itu biasanya seluruh
anggota keluarga dapat terserang. Adanya trombositopenia yang jelas dan
hemokonsentrasi dapat membedakan antara DBD dengan penyakit yang
lain.

34
Pada penderita ini didapatkan trombositopenia dan tidak ditemukan
ruam makulo papular, injeksi konjungtiva dan rasa nyeri sendi, sehingga
diagnosis Demam Chikungunya dapat disingkirkan.
2. Demam Dengue
Pada Demam Dengue dapat disertai dengan perdarahan seperti:
petekie, epistaksis, perdarahan gusi, perdarahan saluran cerna, hematuri
dan menoragi. Demam dengue dengan perdarahan harus dibedakan dengan
Demam Berdarah Dengue. Pada DBD ditemukan adanya kebocoran plasma
yang ditandai dengan hemokonsentrasi, efusi pleura dan asites. Pada
penderita ini terdapat perdarahan spontan dan disertai kebocoran plasma
yang ditandai dengan efusi pleura sehingga diagnosis Demam Dengue
dapat disingkirkan.
3. Morbili
Pada campak dapat dijumpai adanya demam tinggi disertai batuk,
pilek, nyeri menelan, mata merah dan silau bila kena cahaya, enantema
yang patognomonik (bercak koplik). Pada stadium erupsi ditandai
timbulnya ruam mukopapular yang bertahan selama 5-6 hari. Timbulnya
ruam dimulai dari batas rambut di belakang telinga, kemudian menyebar ke
wajah, leher, dan akhirnya ke ekstremitas. Pada morbili didapat hasil
laboratorium leukopeni tanpa trombositopeni dan hemokonsentrasi.

e. Komplikasi
Komplikasi Demam Berdarah Dengue dapat berupa 1,3
1. Ensefalopati
Umumnya terjadi sebagai komplikasi syok yang berkepanjangan dengan
perdarahan, tetapi dapat juga terjadi pada DBD yang tidak disertai syok
Gangguan metabolik seperti hipoksemia, hiponatremia, atau perdarahan dapat
menyebabkan ensefalopati. Pada ensefalopati dengue tampak adanya
penurunan kesadaran dari apatis atau somnolen, dapat disertai kejang. Pada
ensefalopati dapat ditemukan peningkatan kadar transaminase (SGOT/SGPT),

35
studi koagulasi memanjang, kadar gula darah menurun, alkalosis pada analisa
gas darah, dan hiponatremi.
2. Kelainan ginjal.
Pada fase terminal akibat syok yang tidak teratasi dapat terjadi gagal
ginjal akut. Diuresis merupakan parameter yang penting untuk mengetahui
apakah syok sudah teratasi. Diuresis diusahakan >1 ml/kgBB/jam. Pada syok
yang berat seringkali dijumpai acute tubular necrosis, ditandai dengan
penurunan jumlah urin, dan peningkatan kadar ureum dan kreatinin.
3. Udem paru
Udem paru dapat terjadi akibat pemberian cairan berlebih. Pemberian
cairan yang terus berlangsung pada saat terjadi reabsorbsi plasma dari ruang
ekstravaskular, akan mengakibatkan distres pernapasan, disertai sembab pada
kelopak mata, dan adanya gambaran udem paru pada foto dada.

2. GIZI BAIK
Dalam menilai status gizi seseorang dapat ditentukan dengan melakukan anamnesis
untuk menilai riwayat diet yang tepat, Klinis dengan melihat adanya tanda-tanda
malnutrisi, serta penilaian antropometri. Baku antropometri di Indonesia adalah
WHO-NCHS (World Health Organization - National Center for Health Statistics,
USA).9
Indeks antropometri yang umum digunakan dalam menilai status gizi
adalah berat badan menurut umur (BB/U), tinggi badan menurut umur (TB/U),
dan berat badan menurut tinggi badan (BB/TB). Pada tahun 1978, WHO
menganjurkan penggunaan BB/TB, karena menghilangkan faktor umur yang
menurut pengalaman sulit didapat secara benar, khusunya di daerah terpencil
di mana terdapat masalah tentang pencatatan kelahiran anak. Indeks BB/TB
juga menggambarkan keadaan kurang gizi akut waktu sekarang, walaupun
tidak dapat menggambarkan keadaan gizi waktu lampau. 8,9
Tabel 1. Klasifikasi status gizi menurut Standart Z- score

WAZ HAZ WHZ


>+2 SD Berat badan lebih Jangkung Gemuk

36
-2 SD s/d +2 SD Berat badan normal Normal Normal
<-2 s/d -3 SD Berat badan rendah Pendek Kurus
Berat badan sangat Sangat
<-3 SD Sangat kurus
rendah pendek

-
BB/U yang rendah dan PB/U yang normal menunjukkan indikator status
gizi fase akut, sedangkan BB/U yang rendah dan PB/U yang rendah
menunjukkan indikator status gizi fase kronis.
-
WAZ yang rendah dan HAZ yang normal menunjukkan indikator status gizi
fase akut, sedangkan WAZ yang rendah dan HAZ yang rendah menunjukkan
indikator status gizi fase kronis. 9
Pada pasien ini nilai WAZ = -1,16 ; HAZ= -1,45 ; WHZ= -0,89 ;selain itu
dari klinis anak tidak ditemukan tanda-tanda mal nutrisi sehingga didapatkan
kesan gizi baik.

B. PENGELOLAAN DEMAM BERDARAH DENGUE DERAJAT II


Dalam menanggulangi dan mengatasi masalah yang dihadapi penderita
ini dibutuhkan penanganan secara menyeluruh dan komprehensif.

a. Aspek Keperawatan
Pengawasan keadaan umum penderita, tanda vital (tensi, nadi, RR, dan
suhu), tanda-tanda perdarahan seperti melena, epistaksis, nyeri epigastrial, dan
tanda-tanda syok. Dilakukan pemantauan kadar hematokrit dan hemoglobin
untuk memantau hasil pengobatan. Hematokrit, hemohlobin dan trombosit
diperiksa tiap 6 jam sampai keadaan klinis pasien stabil.

b. Aspek Medikamentosa
Pengobatan DBD bersifat suportif, yaitu mengatasi kehilangan cairan
plasma sebagai akibat peningkatan permeabilitas kapiler dan sebagai akibat
perdarahan.

37
Pemilihan cairan untuk penderita DBD derajat II dengan peningkatan
hematokrit, menurut pedoman tatalaksana dari WHO diberikan infus RL/NaCl
0,9 % atau Dekstrosa 5 % dalam RL/NaCl 0,9 % sejumlah 6-7 ml/kgBB/Jam.
Setiap 6 jam dimonitor tanda vital dan kadar hematokrit serta trombosit.
Kemudian di evaluasi 12-24 jam. Jika selama observasi keadaan umum
membaik yaitu anak nampak tenang, tekanan nadi kuat, tekanan darah stabil,
diuresis cukup, dan kadar Ht cenderung turun minimal dalam 2 kali
pemeriksaan berturut-turut, maka tetesan dikurangi menjadi 5 ml/kgBB/jam.
Apabila dalam observasi selanjutnya tanda vital tetap stabil, tetesan dikurangi
DBD II dengan hemokonsentrasi 20 %
1
menjadi 3 ml/kgBB/jam dan akhirnya
Cairancairan
awal dihentikan setelah 24-48 jam.
RL/Na CL 0,9 % atau RLD 5 %
Na Cl 0,9 % : 6 7 ml/kg BB/jam

Monitor TV, Hb, Ht &


trombosit tiap 6 jam

Perbaikan Tak ada Perbaikan


Tidak gelisah Gelisah
Nadi kuat Distress pernafasan
Tekanan darah stabil Frekuensi nadi naik
Diuresis cukup Ht tetap tinggi / naik
(1-2 ml/kgBB/jam) Tek. Nadi < 20 mmHg
Ht turun (2 pemeriksaan) Diuresis kurang/tidak ada

Tetesan Tanda vital Tetesan dinaikkan


Dikurangi Memburuk 10-15 ml/kgBB/jam
5 ml/kgBB/jam Ht (tetesan dinaikkan
bertahap)

Perbaikan Evaluasi 12-24 jam


Perbaikan
3 ml/kg BB/jam
Tanda vital tak stabil
TATALAKSANA KASUS DBD DENGAN HEMOKONSENTRASI 20 %
IVDF stop pada 24
48 jam bila TV/Ht Ht naik Distress Ht
stabil & diuresis pernafasan
cukup

Koloid Transfusi
20-30 ml/kg darah segar
10 ml/kg 38

Perbaikan
Sumber : DHF, diagnosis, treatment, prevention and control, 2 nd , Geneva, WHO, 1999

Saat tiba di RSDK penderita dalam keadaan panas, tampak lemas dan
didapatkan petekie pada wajah, tangan dan kaki dan nyeri tekan epigastrium
pada pemeriksan fisik. Dari hasil laboratorium darah rutin di didapatkan
trombositopenia dan dari pemeriksaan foto thorax di dapatkan adanya
gambaran efusi pleura dextra (PEI=14%), sehingga penderita diberikan infus

39
RL 7 ml/kg BB/jam selama 6 jam, kemudian dievaluasi. Dari hasil evaluasi 6
jam pertama menunjukkan adanya tekanan darah stabil, frekuensi nadi stabil,
diuresis cukup, infus dipertahankan 7 ml/kgBB/jam. Setiap evaluasi jika
keadaan pasien stabil maka cairan dapat diturunkan secara bertahap.

Hari pertama perawatan infus dipertahankan 7ml/kgBB/jam,


Hari ke-2, keadaan klinis membaik, nilai hematokrit turun menjadi 34,1%
dan trombosit meningkat menjadi 95.000/mmk, sehingga tetesan
diturunkan menjadi 5ml/kg BB/jam
Hari ke-3 keadaan klinis anak semakin membaik, tekanan darah stabil,
diuresis cukup, frekuensi pernafasan normal, tidak ada tanda-tanda ke arah
syok, hematokrit 32,4%, sehingga infus diturunkan menjadi 3
ml/kgBB/jam.
Hari ke-4 perawatan, tetesan infus 3ml/kgBB/jam dihabiskan kemudian
infus dilepas.
Selama perawatan, kebutuhan cairan tambahan diperoleh dari air minum
karena anak masih mau makan dan minum. Minum sehari 2-3 gelas belimbing
berupa the manis, susu, dan jus buah. Anak tidak muntah.

Selama perawatan, pasien juga diberi obat penurun panas yaitu


Parasetamol tablet 3x250 mg, diberikan jika anak panas saja. Anak juga diberi
vitamin B complex sebanyak 3x1 tablet dan vitamin C sebanyak 3x 50 mg
sebagai roboransia.

c. Aspek Dietetik
Prinsipnya dietetik peroral pada penderita DBD bukan merupakan
kontra indikasi bahkan sangat dianjurkan terutama untuk mengembalikan
keseimbangan cairan tubuh. Pada penderita ini diberikan diet 3 x lunak, 4 x
100 cc susu. Selain itu juga dianjurkan kepada penderita agar banyak minum
air putih atau sari buah.

Pada hari pertama perawatan asupan cairan diberikan lebih banyak


untuk mencegah terjadinya syok akibat hipovolemik (mempercepat

40
pengembalian keseimbangan cairan). Pada hari perawatan selanjutnya
kebutuhan cairan lewat infus dikurangi dan akhirnya dihentikan. Kemudian
asupan cairan sepenuhnya berasal dari asupan makanan peroral. Demikian pula
dengan kebutuhan kalori dan proteinnya.
Kriteria pasien dipulangkan dari rumah sakit apabila memenuhi semua
keadaan berikut : tampak perbaikan secara klinis, tidak demam selama 24 jam
tanpa antipiretik, hematokrit stabil, jumlah trombosit cenderung naik
>50.000/ul, nafsu makan membaik. Pasien ini dipulangkan pada hari ke-5,
karena telah memenuhi semua kriteria tersebut diatas.

d. Aspek Edukasi

Pada kedua orang tua pasien dijelaskan tentang penyakit DBD serta
cara-cara yang dapat dilakukan dalam rangka pemberantasan dan pencegahan
penyakit tersebut.

a. Penjelasan tentang penyakit DBD meliputi :


Penyebab dari penyakit ini adalah virus dengue yang ditularkan dengan
perantaraan nyamuk Aedes aegypti. Nyamuk tersebut hitam berbintik-bintik
putih di seluruh tubuh dan kaki, berkeliaran pada waktu siang sampai sore
hari yaitu kurang lebih pukul 10.00 sampai pukul 17.00 dan lebih suka pada
tempat genangan air yang bersih. Dijelaskan pula bahwa penyakit tersebut
sangat berbahaya karena dapat mematikan.

b. Perlindungan perorangan untuk mencegah gigitan nyamuk dengan cara :


-
Pemasangan kasa nyamuk, sehingga nyamuk tidak akan masuk ke
rumah.
-
Menggunakan mosquito repellent atau insektisida bentuk spray.
c. Pemberantasan vektor jangka panjang / pemberantasan sarang nyamuk
(PSN)
-
Menutup tempat-tempat penyimpanan air
-
Mengubur barang-barang bekas seperti kaleng, botol atau ban bekas
serta semua barang bekas yang memungkinkan nyamuk bersarang.

41
-
Menguras bak mandi / tempat menampung air.
d. Menggunakan bahan kimia (abate pada tempat penyimpanan air, fogging
dengan malation).

C. PROGNOSIS

Prognosis pada pasien ini untuk kehidupan (quo ad vitam) adalah baik
(ad bonam) oleh karena tidak terjadi dan tidak ada komplikasi yang berat serta
keadaan pasien membaik selama perawatan di RSDK.
Prognosis untuk kesembuhan (quo ad sanam) adalah baik (ad bonam)
yang nampak dari keadaan umum, tanda vital, pemeriksaan berkala dari Hb,
Ht, trombosit menunjukkan perbaikan dan stabil.
Prognosis membaiknya faal tubuh (quo ad fungsionum) adalah baik (ad
bonam) karena tidak ada ancaman adanya sekuele ataupun kecacatan tubuh.
Kriteria memulangkan pasien menurut Pan American Health
Organization: Dengue and Dengue Hemorrhagic Fever: Guidelines for
Prevention and Control.PAHO: Washington, D.C., 1994: 69 adalah :

Tidak demam selama 24 jam tanpa antipiretik.

Tampak perbaikan secara klinis

Hematokrit stabil

3 hari setelah syok teratasi

Jumlah trombosit 50,000/mm 3

Tidak ada distress respirasi akibat efusi pleura atau asites.
Pasien ini diizinkan pulang pada hari ke-5 perawatan (hari ke-8 sakit)
karena pasien sudah bebas demam selama 3x24 jam tanpa antipiretik,
tampak perbaikan secara klinis, hematokrit stabil, dan jumlah trombosit
265.000/mm 3 ( 50,000/mm 3 ), tidak ada distress respirasi. Pasien diminta
kontrol 3 hari setelah pulang.

BAB IV
RINGKASAN

42
Pada tulisan ini telah dilaporkan kasus seorang anak dengan Demam
Berdarah Dengue Derajat II dan gizi baik dengan pembahasan diagnosis,
pengelolaan dan prognosisnya.
Telah dilaporkan seorang anak perempuan, 18 bulan, berat badan 9,4
kg, panjang badan 78 cm, dari anamnesis diperoleh bahwa 4 hari anak panas
tinggi, mendadak, terus-menerus, tanpa sebab yang jelas, anak batuk dan pilek,
kemudian anak dibawa berobat ke bidan, diberi obat penurun panas lalu anak
pulang. Setelah minum obat, panas turun tetapi beberapa jam kemudian panas
lagi. Hari ke-3 panas, timbul bintik-bintik merah seperti digigit nyamuk pada
wajah, tangan dan kaki, tidak mimisan, gusi tidak berdarah, tidak muntah, kaki
dan tangan tidak dingin. Buang air besar dan buang air kecil tidak ada keluhan.
Karena obat habis dan anak masih panas, kemudian anak dibawa ke bidan,
dan disarankan untuk mondok di rumah sakit. Selama dirawat, anak mendapat
infus dan obat yang diminum sehari 3 kali. Kemudian anak dibawa berobat ke
RSDK. Kencing terakhir 5 jam sebelum masuk RSDK, jumlah gelas
belimbing, warna kuning jernih.
Dari pemeriksaan fisik didapatkan suhu 38,5 0 C (rektal), pada kulit
terdapat petechie pada wajah dan ekstremitas, adanya nyeri tekan epigastrium.
Pada pemeriksaan laboratorium didapatkan trombositopeni dan dari
pemeriksaan X-foto thorax menunjukkan adanya efusi pleura dengan PEI 14
%. Diagnosis DBD Derajat II ditegakkan berdasarkan kriteria WHO 1997.
Status gizi perlu diperhatikan karena pada anak-anak merupakan kelompok
rawan gizi. Pada penderita ini berdasarkan kriteria WHO-NCHS termasuk
dalam gizi baik.
Pengelolaan penderita ini telah dilakukan sesuai dengan standar
tatalaksana pengelolaan demam berdarah dengue. Dalam perjalanan
penyakitnya penderita tidak mengalami komplikasi seperti syok, keadaan
umum penderita berangsur-angsur membaik sehingga pada hari ke-4 perawatan
diperbolehkan pulang.
Edukasi yang diberikan pada orang tua penderita berupa pencegahan
dan pemberantasan penyakit untuk mencegah penularan DBD dengan Gerakan
3 M, yakni : Menutup tempat penampungan air, Membersihkan / menguras bak

43
mandi, Mengubur barang-barang bekas, serta membersihkan lingkungan,
karena tidak menutup kemungkinan anak dapat sakit DBD lagi bahkan
derajatnya bisa lebih berat lagi daripada sekarang.

DAFTAR PUSTAKA

44
1. Hadinegoro SRH, Soegijanto S, Wuryadi S, Suroso T. Tatalaksana Demam
Dengue/Demam Berdarah Dengue. Departemen Kesehatan RI, Direktorat
Jenderal Pemberantasan Penyakit Menular dan Penyehatan Lingkungan
Pemukiman 2001:1-42.
2. Sumarno PS. Masalah Demam Berdarah Dengue di Indonesia. Dalam:
Demam Berdarah Dengue. Sri Rezeki H, Hindra Irawan Satari, Penyunting.
Jakarta: Balai Penerbit FKUI.1999: h. 1-12.
3. Sutaryo. Dengue. Yogyakarta: Medika FK UGM, 2004: 43-53, 131-9
4. Soedarmono S, Infeksi Virus Dengue. Dalam :Infeksi dan Penyakit Tropik
Buku Ajar Ilmu Kesehatan Anak Edisi I. Jakarta: Balai Penerbit FK UI
2002: 176-207
5. Kirstina, Isminah, Wulandari L:Demam Berdarah Dengue.
Online:http://Litbang.depkes.go.id/maskes/052004/demamberdarah1.htm.
6. IDI: Pendiagnosa DB Produksi AttoGenix Biosystem. Online:
http://www.idionline.org/iptek-isi.php
7. Mansjoer A, Suprohaita, Wardhani WI, Setiowulan W. Kapita Selekta, vol
2. Ed 3.Jakarta: Media aesculapius, 2000: 419-27.
8. Nelson WE, Behrman, Kleigman, Arvin. Ilmu Kesehatan Anak. 15 th ed.
Jakarta: EGC, 2000: 211-4, 1134-6.
9. Supariasa IDN, Bakri B , Fajar I. Penilaian Status Gizi, Jakarta : Penerbit
Buku Kedokteran EGC, 2002

45

Anda mungkin juga menyukai