Referat Isi
Referat Isi
BAB I
PENDAHULUAN
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
air sampai 4 hari pada suhu 22C dan lebih dari 30 hari pada suhu 0C. Di dalam
tinja unggas dan dalam tubuh unggas sakit dapat hidup lama, tetapi mati pada
pemanasan 60 C selama 30 menit atau 56C selama 3 jam dari pemanasan
80C selama 1 menit. Virus akan mati dengan sinar ultraviolet, deterjen,
disinfektan misalnya formalin, cairan yang mengandung iodin dan alkohol
70%. (Sudoyo, 2006)
Menurut Pakar virologi Fakultas Kedokteran Hewan (FKH) UGM
Jogjakarta Prof Widya Asmara, mengatakan untuk mengatasi penyebaran virus
yang meluas, langkah yang dapat dilakukan peternak adalah menjaga kebersihan
kandang itik. Selain itu kandang itik juga harus cukup terkena sinar matahari pagi.
Acara tersebut cukup ampuh untuk membunuh bakteri/penyakit pada kandang.
Lakukan penjemuran burung secara rutin dan konsisten. Burung wajib
dijemur minimal 15 menit setiap pagi. Waktu penjemuran burung terbaik mulai
jam 07.00-10.00, kehangatan pagi dan sinar ultraviolet dari penjemuran tersebut
sangat membantu tubuh burung untuk mengekstrak Pro Vitamin D3 yang ada di
tubuh burung menjadi Vitamin D3. Sinar ultraviolet, Alpha, Gamma, Beta, Theta
dan lainnya sangat diperlukan tubuh burung untuk membentuk dan memproduksi
hormon-hormon vital.
Salah satu ciri yang penting dari virus influenza adalah kemampuannya
untuk mengubah antigen permukaannya (H dan N) baik secara cepat/ mendadak
maupun lambat (bertahun-tahun). Peristiwa terjadinya perubahan besar dari
struktur antigen permukaan yang terjadi secara singkat disebut antigenic shift.
Bila perubahan antigen permukaan yang terjadi hanya sedikit, disebut antigenic
drift. Antigenic shift hanya terjadi pada virus influenza A sedangkan antigenic
drift terjadi pada virus influenza B, sedangkan viras influenza C relatif stabil.
Teori yang mendasari terjadinya antigenic shift adalah adanya penyusunan
kembali dari gen-gen pada H dan N diantara human dan avian influenza viruses
melalui perantara host ketiga. Satu hal yang perlu diperhatikan bahwa adanya
proses amigenic shift akan memungkinkan terbentuknya virus baru yang lebih
ganas, sehingga keadaan ini dapat menyebabkan terjadinya infeksi sistemik yang
berat karena sistem imun host baik seluler maupun humoral belum sempat
terbentuk. (Sudoyo, 2006)
5
Hingga Agustus 2005, sudah jutaan ternak mati akibat avian influenza.
Sudah terjadi ribuan kontak antar petugas peternak dengan unggas yang
terkena wabah. Ternyata kasus avian influenza pada manusia yang
terkonfirmasi hanya sedikit di atas seratus. Dengan demikian walau terbukti
adanya penularan dari unggas ke manusia, proses ini tidak terjadi dengan
mudah. Terlebih lagi penularan antar manusia, kemungkinan terjadinya lebih
kecil lagi. (Sudoyo, 2006)
Table . Distribusi Kasus Flu Burung Menurut Kelompok Umur (MENKES, 2012)
7
Tabel. Dstrbusi Kasus Flu Burung Menurut PaparanFaktor Resiko ( DEPKES RI,
2012)
III. Patogenesis
berikatan dengan alpha 2,6 sialiloligosakarida yang berasal dari membran sel di
mana didapatkan residu asam sialat yang dapat berikatan dengan residu galaktosa
melalui ikatan 2,6 linkage. Virus AI dapat berikatan dengan membran sel mukosa
melalui ikatan yang berbeda yaitu ikatan 2,3 linkage. Adanya perbedaan pada
reseptor yang terdapat pada membran mukosa diduga sebagai penyebab mengapa
virus AI tidak dapat mengadakan replikasi secara efisien pada manusia.
Mukoprotein yang mengandung reseptor ini akan mengikat virus sehingga
perlekatan virus dengan sel epitel saluran napas dapat dicegah. Tetapi virus
yang mengandung protein neuraminidase pada permukaannya dapat memecah
ikatan tersebut. Virus selanjutnya akan melekat pada epitel permukaan saluran
napas untuk kemudian bereplikasi di dalam sel tersebut. Replikasi virus terjadi
selama 4-6 jam sehingga dalam waktu singkat viras dapat menyebar ke sel-sel
didekatnya. Masa inkubasi virus 18 jam sampai 4 hari, lokasi utama dari infeksi
yaitu pada sel-sel kolumnar yang bersilia. Sel-sel yang terinfeksi akan membengkak
dan intinya mengkerut dan kemudian mengalami piknosis. Bersamaan dengan
terjadinya disintegrasi dan hilangnya silia selanjutnya akan terbentuk badan
inklusi. (Sudoyo, 2006)
avian influenza, pasien sudah meninggal. Mortalitas penyakit ini hingga laporan
terakhir sekitar 50%. (Sudoyo, 2006)
Diagnostik
Uji Konfirmasi:
kultur dan identifikasi virus H5N1.
uji Real Time Nested PCR (Polymerase Chain Reaction) untuk H5.
uji Serologi :
- imunofluorescence (IFA) test: ditemukan antigen positif dengan
menggunakan antibodi monoklonal Influeasa A H5N1.
- uji netralisasi: Didapakan kenaikan titer antibody spesifik influenza
11
Pameriksaan Lain
DEFINISI KASUS
Departemen Kesehatan RI membuat kriteria diagnosis flu burung sebagai berikut:
napas, e).pneumonia dan diikuti satu atau lebih keadaan di bawah ini: 1), pernah
kontak dengan unggas (ayam, itik, burung) sakit/mati mendadak ysag belum
diketahui penyebabnya dan prodek mentahnya dalam 7 hari terakhir sebelum timbul
gejala di atas; 2), pernah tinggal di daerah yang terdapat kematian unggas yang
fidak biasa dalam 14 hari terakhir sebelum timbul gejala di atas; 3). pemah kontak
dengan. penderita AI konfirmasi dalam 7 hari terakhir sebelum timbul gejala di
atas; 4). pernah kontak dengan spesimen AI H5N1 dalam 7 hari terakhir sebelum
timbul gejala di atas (bekerja di laboratorium untuk AI); 5), ditemukan lekopenia
3000/l atau mm ; 6). ditemukan adanya titer antibodi terhadap H5 dengan
pemeriksaan HI test menggunakan eritrosit kuda atau tes ELISA untuk influeusa
A tanpa subtipe. (Sudoyo, 2006)
Kamatian akibaf Acute Respiratory Distress Syndrome (ARDS) yang di
tandai dengan satu atau lebih keadaan di bawah ini: (Sudoyo, 2006)
Lekopenia atau limfopenia (Relatif/Diff.count) dengan atau tanpa
trombositopenia (trombosit < 150.000)
Foto toraks menggambarkan pneumonia atipikal atau infiltrat di kedua sisi
paru yang makin meluas pada serial.
Kelompok yang perlu diwaspadai dan berisiko tinggi terinfeksi flu burung
adalah: (Sudoyo, 2006)
Pekerja peternakan/pemrosesan unggas (termasuk dokter hewan/ insinyur
Perternakan).
Pekerja laboratorium yang memproses sampel pasien/ unggas terjangkit.
Pengunjung perternakan/pemrosesan unggas (1 minggu terakhir).
Pernah kontak dengan unggas (ayam, itik, burung) sakit / mati mendadak yang
belum diketahui penyebabnya dan atau babi serta produk mentahnya dalam 7
hari terakhir..
Pemah kontak dengan penderita AI konfirmasi dalam 7 hari terakhir.
Kriteria Rawat
Suspek flu burung dengan gejala klinis berat yaitu: 1) sesak napas dengan
frekuensi napas > 30 kali/menit, 2). Nadi> 100 kali/menit ada gangguan
kesadaran, 3). Kondisi umum lemah.
Suspek dengan leukopeni.
Suspek dengan gambaran radiologi pneumoni.
Kasus probable dan confirm. (Sudoyo, 2006)
VII. Penatalaksanaan
Anda harus mencurigai Flu Burung bila anda melihat kematian yang tinggi dan
cepat pada ternak unggas anda
o Tanda-tanda klinis sangat bervariasi, dan dipengaruhi oleh faktor lain seperti
jenis virus yang menginfeksinya, jenis unggas yang terinfeksi, umur unggas,
penyakit-penyakit lain yang ada pada saat itu, dan lingkungannya.
o Penyakit-penyakit muncul tiba-tiba pada sekelompok ternak, dan banyak
unggas yang mati:
Bisa dengan sangat cepat tanpa menunjukkan tanda-tanda sakit.
Atau dengan hanya menunjukkan sedikit depresi, tidak nafsu
makan, bulu rontok dan suhu badan tinggi.
o Unggas lainnya menunjukkan kondisi yang lemah dan jalannya sempoyongan.
15
Unggas yang sakit seringkali duduk atau berdiri dalam keadaan setengah tidur
atau mengantuk dengan kepala menyentuh tanah.
o Beberapa hewan, khususnya unggas yang masih muda memperlihatkan tanda-
tanda sakit pada syaraf.
o Ayam betina yang mulai bertelur, cangkang telurnya tipis, dan kemudian
segera berhenti bertelur.
o Jengger dan pial berwarna merah kehitaman sampai biru dan bengkak, dan
dapat juga disertai pendarahan yang kental diujung-ujungnya.
o Diare banyak dan seringkali muncul, dan unggas merasa haus luar biasa.
o Nafas cepat dan sulit.
o Pendarahan bisa terjadi pada daerah kulit yang tidak ditumbuhi bulu,
khususnya tulang kering pada kaki.
o Laju kematian bervariasi, dari 50% sampai 100%: sedikitnya setengah dari
ternak unggas mati.
o Pada ayam kalkun, penyakitnya mirip dengan yang menyerang pada ayam
petelur, tetapi berlangsung 2 atau 3 hari lebih lama. Kadang-kadang kelopak
mata dan rongga hidung bengkak.
o Pada itik dan angsa peliharaan, tanda-tanda depresi, sedikit makan dan diare
yang terjadi, mirip dengan yang terjadi pada ayam petelur, walaupun
seringkali dikaitkan dengan pembengkakan sinus/rongga hidung.
o Itik yang terinfeksi Flu Burung dan mengeluarkan kotoran yang mengandung
virus bisa tidak menunjukkan tanda-tanda klinis atau luka. (Buku Petunjuk
bagi Paramedik Veteriner, 2005.)
Patologi:
o Pada unggas yang mati dengan sangat cepat akibat dari penyakit ini, hanya
sedikit luka saja dapat terlihat:
Dehidrasi, penyumbatan organ-organ dalam dan otot.
o Pada unggas yang tidak mati secara cepat:
Pendarahan pada seluruh tubuh, khususnya di pangkal
tenggorokan, trakea dan disekitar hati, dll.
o Keluarnya cairan di bawah kulit yang sangat banyak, khususnya disekitar
16
Diagnosa Laboratorium:
Flu burung sulit dibedakan dari penyakit lainnya tanpa tes laboratorium,
tetapi para Paramedik Veteriner tidak boleh menunggu hasil dari laboratorium
untuk melakukan beberapa tindakan pengendalian [dijelaskan lebih lanjut pada
Buku Petunjuk ini]. Tehnik mengumpulkan specimen tidak dijelaskan di dalam
Buku Petunjuk ini. Hanya para dokter hewan yang pernah mendapat pelatihan
yang memadai mengenai tehnik pengambilan spesimen yang bisa melakukan
pengumpulan spesimen. Mereka mengambil sampel secara normal dari hewan
yang sakit tetapi juga dari hewan yang sehat. Mereka harus mengambil sampel
sedikitnya 6 ekor hewan per peternakan.
Perlakuan
17
Apa yang harus dilakukan untuk melindungi peternakan pada saat tidak
terjadi wabah penyakit di wilayah propinsi atau di tanah air?
Pada Flu Burung, hampir tidak pernah tidak menimbulkan resiko dari
Avian Influenza walaupun penyakit dinyatakan nol. Walaupun anda belum
mendengar laporan mewabahnya penyakit tersebut di provinsi atau di
tanah air, tetap saja ada resiko penjangkitan penyakit. Resiko ini mulai dari
rendah sampai sedang.
Ketika anda mendengar kabar Flu Burung mewabah di provinsi tetangga,
hal ini bukan berarti bahwa peternakan yang dekat peternakan milik anda
maupun peternakan anda belum terinfeksi. Ternak unggas dan manusia
mungkin saja telah menempuh perjalanan dari daerah terinfeksi penyakit
ke areal peternakan anda sebelum penyakit ditemukan dan dilaporkan
mewabah. (Buku Petunjuk bagi Paramedik Veteriner, 2005.)
Veteriner, 2005.)
Gambar 3: Itik dipelihara di dalam areal yang dilengkapi dengan kolam dan
berpagar.
20
Gambar 5 : Penanganan usaha ternak yang Buruk dan Salah (kiri) dan yang Baik
dan Benar (kanan).
Apa yang harus dilakukan untuk melindungi suatu usaha peternakan bila
dilaporkan terjadi wabah di tanah air atau di provinsi anda?
Bila anda mendengar Flu Burung dilaporkan sedang mewabah di tanah air
atau di provinsi anda, ada kemungkinan bahwa penyakit tersebut sudah
sangat dekat dengan areal peternakan anda. Ternak dan manusia bisa jadi
telah berpindah dari daerah terjangkit ke daerah anda, sebelum penyakit
tersebut diketahui keberadaannya dan wabah berjangkit.
22
Gambar 8 : Tiga jenis tempat yang terlindung (halaman yang berpagar; kandang
ternak; ternak dipelihara di kolong rumah yang diberi jaring ikan)
o Kompos siap dipakai bila temperatur sudah menurun, bila warnanya berubah
menjadi coklat kehitam-hitaman dan tercium bau humus. (Buku Petunjuk
bagi Paramedik Veteriner, 2005.)
Apa yang harus dilakukan bila terjadi tingkat kematian yang tinggi
pada usaha peternakan?
Pada produksi ternak, kematian beberapa unggas dapat dikatakan sebagai
masalah yang biasa. Ternak mati karena beberapa alasan, termasuk
penyakit. Beberapa penyakit tidak begitu berbahaya karena hanya
berpengaruh terhadap sebagian kecil hewan saja.
Flu burung berbeda: akibatnya sangat parah. Artinya kalau anda temukan
kematian ternak yang tinggi, anda harus berfikir bahwa hal itu hampir
pasti diakibatkan oleh Flu Burung
mati 3 ekor, tanpa gejala, dan di hari kedua mati lagi 3 ekor, ayam dan
hari ketiga mati lagi 4 ekor .
Bila anda mempunyai kecurigaan (penyebab) kematian di suatu
peternakan:
Hanya laboratorium yang bisa mengkonfirmasi bahwa itu Flu
Burung atau bukan.
Walaupun belum diperoleh kepastian hasil laboratorium, namun
peternak dan paramedik veteriner harus bertindak sebelumnya.
Jika menunggu hasil dari laboratorium, maka keadan akan sulit
dikendalikan.
Bila anda mengamati kematian yang mencurigakan pada ternak unggas
anda, peternak dan paramedik veteriner harus bekerja bahu membahu.
Tujuan-tujuannya adalah:
o Menghilangkan virus dari peternakan yang terinfeksi sesegera mungkin.
o Mencegah kontaminasi kepada peternakan lain.
o Mencegah infeksi kepada manusia.
o Melaporkan segera kepada Kepala Desa dan Pemuka Dusun/Kampung serta
Dinas Peternakan Kabupaten
o Menulis informasi mengenai kejadian tersebut. (Buku Petunjuk bagi
Paramedik Veteriner, 2005.)
Apa yang harus dilakukan terhadap unggas yang mati dan benda-benda lain
yang terkontaminasi?
o Jangan pernah membuang unggas mati ke sungai.
o Jangan pernah memakannya.
o Unggas yang mati harus segera dimasukkan ke dalam kantong.
29
Gambar 12 : Menempatkan
unggas yang mati ke dalam
kantong (tindakan yang baik dan
benar)
Membakar
Masukkan semua burung dan objekobjek lain yang dicurigai sebagai
30
sumber penyakit ke dalam tong, siram dengan bensin, dan kemudian bakar.
Mengubur
Gali lubang [jauh dari sumur, kolam, hewan], tebarkan kapur pada dasar
lubang, di seluruh permukaan pinggiran lubang; masukkan semua unggas dan
benda-benda lain kedalam lubang; tutup dengan kapur; tutup dengan tanah.
tersebut kan terus menerus memproduksi virus dan kemungkinan besar akan
mati). (Buku Petunjuk bagi Paramedik Veteriner, 2005.)
o Pemusnahan: pada produksi unggas skala kecil, bisa jadi tidak ada metode
lain yang tersedia dalam pengafkiran selain dengan menggunakan tangan dan
pisau (pemenggalan). Disini penting diperhatikan bahwa orang yang
melakukan itu dalam kondisi sehat dan melindungi dirinya (dengan masker,
kaca mata, sarung tangan, sepatu bot, dll) sejak dari awal pengafkiran sampai
selesai membersihkan areal dan peralatan yang digunakan. Darah dan limbah
lainnya harus dikumpulkan dan dimusnahkan (lihat atas). Pemusnahan harus
dilakukan jauh dari sumber air (kolam, sumur). Pemusnahan harus dilakukan
secepat mungkin untuk menghindari penyebaran bulu-bulu yang
terkontaminasi pada lingkungan sekitarnya, dan untuk mengurangi
penderitaan ternak akibat rasa sakit sebelum mati. (Buku Petunjuk bagi
Paramedik Veteriner, 2005.)
pernah kontak dengan ternak yang terinfeksi atau yang telah digunakan selama
pengamatan, pemusnahan dan penghancuran hewan.
o Kantong plastik, pakan ternak, keranjang kayu/beton, dll dapat mudah dibakar.
Pupuk dapat dibuat kompos atau dikubur.
o Bangunan kandang baik yang dibuat dari batu bata maupun kayu harus:
DICUCI => DIsikat => DISEMPROT dengan anti hama.
o Tanah tempat hewan ternak bekeliaran harus dibersihkan (dengan sapu)
kemudian disemprot dengan anti hama.
o Kapur merupakan bahan anti hama termurah dan harus digunakan di tanah dan
di kandang. (Buku Petunjuk bagi Paramedik Veteriner, 2005.)
Hal-hal lainnya
o Jangan mengunjungi peternakan lain; anda bisa membawa virus kesana.
o Jangan meminjamkan peralatan anda (misalnya, sepeda, rak telur) kepada
orang lain.
o Jangan menjual atau memberikan hewan apapun, telur, pupuk kandang
o Bila peternak dan anggota keluarga meninggalkan peternakan, mereka harus
mencuci dan menyikat sepatu/sandalnya dan roda sepeda motor/seperda, dan
menyemprotnya dengan anti hama. (Buku Petunjuk bagi Paramedik Veteriner,
2005.)
Setiap kali anda harus menyentuh hewan atau produknya (daging, telur),
anda harus mencuci tangan dengan sabun setelah itu.
Kita tidak boleh makan darah mentah.
Paramedik veteriner, pedagang perantara, penjual di pasar, orang yang
membeli unggas hidup di pasar, orang yang menyiapkan makanan di
rumah atau restoran, dll. harus melindungi diri mereka ketika kontak
dengan hewan ternak. Mereka setidaknya harus menggunakan masker dan
jika perlu sarung tangan, kaca mata, dll. Mereka harus sering mencuci
tangan dengan sabun. Mereka harus mencuci pakaian, sepatu, dan sandal
sedikitnya sekali dalam sehari .
Pada area yang terinfeksi, setiap ada kontak dengan hewan ternak atau
produk ternak harus dihindari.
Orang yang harus melakukan kontak dengan ternak tersebut harus: para
peternak, paramedik veteriner, dan dokter hewan, dan mereka harus
menggunakan pelindung.
Saran-saran harus dicari dari perawat atau dokter setempat.
Ketika anda atau anggota keluarga anda, yang telah melakukan kontak
dengan hewan, khususnya burung yang sakit, kemudian menderita demam
tinggi atau mengalami masalah pernafasan, harus sesegera mungkin
dibawa ke PUSKESMAS dan memberitahu dokter bahwa yang
bersangkutan bekerja di peternakan. (Buku Petunjuk bagi Paramedik
Veteriner, 2005.)
35
I. Etiologi
II. Patogenesis
SARS secara klinis lebih banyak melibatkan saluran napas bagian bawah,
dibandingkan dengan saluran napas bagian atas. Pada saluran napas bawah, sel-
sel asinus adalah sasaran yang lebih banyak terkena daripada trakea ataupun
bronkus. Menurut hasil pemeriksaan post mortem yang dilakukan, diketahui
bahwa SARS memiliki 2 fase di dalam patogenesisnya. Fase awal terjadi selama 10
hari pertama penyakit, pada fase ini terjadi proses akut yang mengakibatkan
diffuse alveolar damage (DAD) yang eksudatif. Fase ini dicirikan dengan adanya
infiltrasi dari campuran sel-sel inflamasi serta edema dan pembentukan membran
hialin. Membran hialin terbentuk dari endapan protein plasma serta debris nukleus
dan sitoplasma sel-sel epitel paru (pneumosit) yang rusak. Dengan adanya
nekrosis sei-sel epitel paru maka barrier antara sirkulasi darah dan jalan udara
menjadi hilang sehingga cairan yang berasal dari pembuluh darah kapiler paru
menjadi bebas untuk masuk ke dalam ruang alveolus. Namun demikian,
karena keterbatasan jumlah pasien SARS yang meninggal untuk diautopsi, maka
masih belum dapat dibuktikan apakah kerusakan sel epitel paru tersebut
disebabkan oleh efek toksik virus secara langsung atau sebagai akibat dari
respon imun tubuh. Pada tahap eksudatif ini, RNA dan antigen virus dapat
diidentifikasi dari makrofag alveolar dan sel epitel paru dengan menggunakan
mikroskop elektron. Fase selanjutnya dimulai tepat setelah 10 hari perjalanan
penyakit dan ditandai dengan perubahan pada DAD eksudatif menjadi DAD
yang terorganisir. Pada periode ini, terdapat metaplasia sel epitel skuamosa
38
bronkial, bertambahnya ragam sel dan fibrosis pada dinding dan lumen alveolus.
Pada fase ini tampak dominasi pneumosit tipe 2 dengan pembesaran nukleus, serta
nukleoli yang eosinofilik. Selanjutnya, seringkali ditemukan sel raksasa dengan
banyak nukleus {multinucleated giant cells) di dalam rongga alveoli. Seperti
infeksi CoV lainnya, maka sel raksasa tersebut awalnya diduga sebagai akibat
langsung dari CoV SARS. Tetapi setelah dilakukan pemeriksaan
imunoperoksidase dan hibridisasi in situ, didapatkan bahwa CoV SARS justru
berada di dalam jumlah yang rendah. Maka disimpulkan, bahwa pada fase ini
berbagai proses patologis yang terjadi tidak diakibatkan langsung oleh karena
replikasi virus yang terus menerus, melainkan karena beratnya kerusakan sel epitel
paru yang terjadi pada tahap DAD eksudatif dan diperberat dengan penggunaan
ventilator.(Sudoyo, 2008)
tidur. Hal ini mungkin berkaitan dengan munculnya hipotensi pada pasien-pasien
tersebut. Banyak pasien mengalami batuk-batuk kering saat fase awal penyakit.
Nyeri tenggorok dan sekresi lendir hidung yang berlebih (coryza) jarang
ditemukan pada minggu ke-2. Pada fase ini suara nafas akan terdengar jernih pada
saat auskultasi. Tergantung dari waktu kedatangan, 80% pasien SARS
menunjukkan gambaran radiologis foto dada yang normal pada saat kunjungan
pertama. Namun hal ini tentunya tidak dapat digunakan untuk mengeksklusi
diagnosis SARS dan foto radiologis ulangan perlu dilakukan.(Sudoyo, 2008)
SARS tetap mengalami keadaan limfopenik sampai dengan minggu kelima sakit.
(Sudoyo, 2008)
Leukositosis, yang terutama disebabkan oleh neutrofilia, juga
sering ditemukan pada pasien SARS. Neutrofilia kemungkinan berhubungan
dengan terapi kortikosteroid, namun pada pemeriksaan darah perifer beberapa
pasien lainnya, neutrofilia sudah didapatkan saat kedatangan pertama. Tatalaksana
sepsis hams dilakukan segera pada pasien-pasien SARS dengan neutrofilia dan
pemberian antibiotika spektrum luas secara empiris harus dipertimbangkan.
Kerusakan jaringan paru yang luas juga diduga sebagai penyebab lain dari
neutrofilia. Pasien-pasien yang datang sudah dengan keadaan neutrofilia
memiliki keluaran klinis yang lebih buruk. Trombositopenia didapatkan pada
lebih dari 50% kasus-kasus SARS. Tidak seperti demam berdarah, diatesis
hemoragik oleh karena rendahnya kadar trombosit sangat jarang terjadi. Kadar
trombosit akan kembali meningkat pada fase pemulihan. Trombositopenia ini
dapat disebabkan oleh mekanisme imunologis atau sebagai efek langsung virus
pada megakariosit. Kadang-kadang trombositopenia muncul sebagai akibat
dari DIC. Dari tampilan klinis, petekie dan ekimosis dapat ditemukan. (Sudoyo,
2008)
Namun, nampaknya peningkatan enzim hati ini merupakan respon terhadap infeksi
CoV SARS pada tubuh manusia dan bukan diakibatkan oleh infeksi CoV yang
spesifik di hepar (hepatitis). (Sudoyo, 2008)
sudah terkena pneumonia yang progresif. Pasien usia lanjut memiliki masa
inkubasi yang lebih lama sekitar 14-21 hari. Lebih lamanya rentang waktu inkubasi,
disebabkan oleh kesulitan dalam mendeteksi gejala sewaktu onset karena gejala
yang muncul tidak khas. Selain itu, pasien-pasien usia lanjut seringkali
memiliki berbagai macam permasalahan infeksi yang muncul bersamaan
sehingga semakin mengacaukan gejala SARS sendiri. Hal ini menimbulkan
berbagai kesulitan dalam diagnostik, penelusuran riwayat kontak, pencegahan
transmisi virus, dan pengendalian infeksi baik di rumah sakit maupun komunitas.
Oleh karena berbagai permasalahan tersebut, maka diagnosis SARS pada pasien
usia lanjut dan pasien imunokompromais sangat membutuhkan kewaspadaan dan
ketelitian tenaga medis terhadap kemungkinan SARS dan riwayat kontak, disertai
dengan pengetahuan yang baik mengenai permasalahan infeksi pada geriatri
dan imunokompromais. Selain itu mutlak diperlukan pengetahuan
menyeluruh mengenai korelasi usia dengan berbagai perubahan yang terjadi
pada fisik dan kemampuan fungsi tubuh, serta pengetahuan terkini yang terus
berkembang mengenai SARS. (Sudoyo, 2008)
Penggunaan apron
Alas kaki yang dapat didekontaminasi
Pada waktu merawat dan mengobati penderita SARS sedapat
mungkin digunakan peralatan dan bahan-bahan sekali pakai (disposable)
dan setelah dipakai bahan atau peralatan tersebut dibuang sebagaimana
mestinya.
Apabila peralatan yang telah digunakan akan dipakai lagi,
hendaknya disterilkan terlebih dahulu sesuai dengan petunjuk dari pabrik
pembuatnya. Alat-alat tersebut hendaknya dibersihkan dengan
disinfektan yang mempunyai efek antiviral.
Hindari pemindahan penderita SARS dari ruang isolasi ketempat
lain. Kalau penderita SARS ini karena sesuatu dan lain hal harus
dipindahkan ketempat lain penderita harus diberi cungkup muka (face
mask).
Visite dibatasi seminimal mungkin dan petugas harus
menggunakan pakaian pelindung (PPE = Personal Preventive
Equipment) dengan supervisi yang ketat. Mencuci tangan mutlak harus
dilakukan sebelum dan sesudah kontak dengan penderita, sesudah
melakukan kegiatan yang memungkinkan terjadi kontaminasi, sesudah
melepaskan sarung tangan. Oleh karena itu harus tersedia fasilitas air
bersih yang mengalir dalam jumlah yang memadai. Untuk disinfeksi
cukup digunakan alkohol apabila tidak ada riwayat kontak dengan
bahan-bahan organik yang infeksius.
Perhatian khusus harus diberikan kepada petugas apabila
melakukan tindakan-tindakan seperti pada pemberian fisioterapi thorax,
pada tindakan bronkoskopi atau gastroskopi, nebulizer dan tindakan-
tindakan lain pada saluran pernafasan serta tindakan yang menempatkan
petugas kesehatan kontak sangat dekat dengan penderita dan dengan
sekret infeksius, sehingga kemungkinan tertular sangat besar.
Seluruh instrumen tajam harus ditangani dengan tepat dan ketat.
Linen penderita harus dikemas ditempat oleh petugas, ditempatkan
didalam kantong khusus (biohazard bags) sebelum dikirim ke
46
laundry/binatu.
3) Pelacakan terhadap kontak (contact persons)
Kontak secara epidemiologis adalah mereka yang merawat dan
atau tinggal dengan atau mereka yang kontak dengan sekret saluran
nafas, cairan tubuh atau tinja penderita suspect atau probable SARS.
Pelacakan kontak harus dilakukan secara sistematis. Periode
waktu seseorang dianggap sebagai kontak harus disepakati terlebih
dahulu. Kesepakatan ini menyangkut berapa harikah sebelum timbul
gejala seseorang dianggap sebagai kontak apabila mereka terpajan
dengan penderita suspect atau probable SARS.
V. Implikasi Bencana
Flu babi atau swine flu adalah penyakit yang disebabkan oleh virus HlNl
dan menyerang pada binatang babi. Flu babi merupakan penyakit zoonosis,
yaitu dapat menular dari hewan ke manusia. Gejala yang umum dapat
menyerang manusia yaitu demam lebih dari 38C, disertai dengan batuk, pilek,
nyeri otot, nyeri tenggorokan dan memiliki riwayat pernah kontak dengan
binatang tersebut dalam tujuh hari terakhir. Virus HlNl dapat menvebabkan
terjadinya pnuemonia sehngga dapat terjadi respiratory distress yang
merupakan suatu keadaan gagal nafas yang ditunjukan oleh keadaan klinis
50
II.Epidemiologi
Flu babi merupakan virus pertama kali yang berhubungan dengan
influenza pada manusia yang menyebabkan flu pandemik pada sekitar tahun
1918, dimana saat itu ditemukan babi sakit atau menderita flu dan kemudian
saat yang bersamaan manusia juga mengalaminya. Identifikasi virus influenza
yang menyebabkan penyakit pada babi baru diketemukan 10 tahun kemudian
yaitu tahun 1930, dan hampir selama 60 tahun virus flu babi di kenal dengan
strain H1N1. Kemudian pada tahun 1997 dan 2002, strain baru dengan tiga
subtipe dan lima genotipe baru yang menyebabkan influenza pada babi di
Amerika Utara. Saat ini flu babi merebak di beberapa negara, lalu masuk ke
Indonesia. (CDC, 2009)
51
Penyebaran flu babi diawali dari Mexico City dan dikhawatirkan banyak
pihak akan menjadi pandemik ke seluruh dunia. Saat ini saja, sudah sejumlah
negara diduga sudah tercemar flu babi, antara lain Amerika Serikat, Kanada,
Perancis, Israel, Australia dan New Zealand. Hingga bulan April 2009, di
Mexico dilaporkan sudah 150 orang tewas, 400 orang dirawat di rumali sakit
serta 1.600 lainnya diduga terjangkit virus Flu Babi. Penyebaran flu babi
berasal dari hewan ternak babi yang terinfeksi virus H1N1, sehingga sejumlah
negara sudah menghentikan impor babi terutama yang berasal dari Meksiko.
(CDC, 2009)
Dahulu CDC menerima laporan hanya satu sampai dengan dua kasus flu
babi setiap satu sampai dengan dua tahun. Tetapi sejak Desember 2005 sampai
dengan Februari 2009, 12 kasus telah dilaporkan. Bahkan dalam bulan April
2009 dilaporkan telah terjadi kejadian luar biasa (out break). (CDC, 2009)
III. Etiologi
Virus swine flu sesungguhnya secara normal tidak menginfeksi manusia.
Namun secara sporadis dilaporkan adanya infeksi virus ini pada manusia
seperti yang teriadi di United State dan Mexico. Seringnya orang yang terkena
adalah orang-orang yang bekerja pada peternakan atau industri yang
behubungan dengan babi. Juga dilaporkan adanya penyebaran antar manusia.
(Bouvier, 2008)
52
Penyebab flu babi adalah virus influenza Type A subtype H1N1 dan
familia Orthomyxoviridae. Flu atau Influenza ada 2 Type yaitu :
1. Type A : menular pada unggas (ayarn, itik dan burung) dan Babi 2
2. Type B dan Type C : menular pada manusia.
V. Patogenesis
Transmisi virus influenza lewat partikel udara dan lokalisasinya pada
traktus respiratorius. Penularan bergantung pada ukuran partikel (droplet) yang
membawa virus tersebut masuk ke dalam saluran napas. Pada dosis infeksius,
10 virus/droplet, maka 50% orang-orang yang terserang dosis ini akan
menderita influenza. Virus akan melekat pada epitel sel di hidung dan bronkus.
Setelah virus berhasil menerobos masuk kedalam sel, dalam beberapa jam
sudah mengalami replikasi. Partikel-partikel virus baru ini kemudian akan
menggabungkan diri dekat permukaan sel dan langsung dapat meninggalkan
sel untuk pindah sel lain. Virus influenza dapat mengakibatkan demam tetapi
tidak sehebat efek pirogen lipopoli-sakarida kuan Gram negatif. (Bouvier,
2008)
Masa inkubasi dari penyakit ini yakni satu hingga empat hari (rata-rata
dua hari). Pada orang dewasa, sudah mulai terinfeksi sejak satu hari sebelum
timbulnya gejala influenza hingga lima hari setelah mulainya penyakit ini.
Anak-anak dapat menyebarkan virus ini sampai lebih dari sepuluh hari dan
54
anak-anak yang lebih kecil dapat menyebarkan virus influenza kira-kira enam
hari sebelum tampak gejala pertama penyakit ini. Para penderita
imunocompromise dapat menebarkan virus ini hingga berminggu-minggu dan
bahkan berbulan-bulan. (Bouvier, 2008)
Patogenesis dari infeksi virus influenza babi dan kuda mirip dengan
manusia. Infeksi terjadi melalui saluran pernapasan melalui butir air yang
keluar pada waktu batuk dan bersin. Virus melekat pada silia sel epitel hidung,
trakea dan bronkus, atau dapat dimasukkan secara langsung ke dalam alveoli.
Dalam waktu dua jam antigen virus dapat ditemukan dalam sel tersebut. Virus
menyebar ke seluruh saluran pernapasan dalam waktu satu sampai dengan tiga
hari. Viremia sementara dapat ditemukan pada influenza kuda tetap dampaknya
jarang terjadi. Nekrosis sel epitel timbul bersamaan dengan tanda klinis
terparah, demam dan pneumonia. Infeksi virus influenza menurunkan daya
tahan terhadap infeksi bakteri sekunder yang dapat menyebabkan
bronkopneumonia. (Bouvier, 2008)
55
1. Pemeriksaan Laboratorium
58
3. Pemeriksaan Mikrobiologi
Semua virus influenza bereplikasi dengan sempurna pada telur ayam
bertunas berembrio umur 10 hari, melalui inokulasi lewat amnion atau
alantois dan diinkubasi pada 35 sampai dengan 37C selama tiga sampai
dengan empat hari. Replikasi virus dapat diketahui melalui adanya aktivitas
hemaglutinasi dalam zalir amnion atau alantois yang diambil untuk tujuan
tersebut. Sistem biakan sel yang digunakan untuk riset meliputi fibroblast
embrio ayam dan sel lestari ginjal anjing Madin-Darby (Madin-Darby
canine kidney cell line-MDCK). Bahan terbaik untuk pengisolasian virus
dari babi dan kuda adalah lendir hidung yang diambil pada saat infeksi dini,
59
IX. Penatalaksanaan
X. Pengobatan
Obat-obatan antivirus digunakan untuk mencegah virus bereproduksi.
60
BAB III
KESIMPULAN
A. KESIMPULAN
B. SARAN
62
DAFTAR PUSTAKA