PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Penyakit pernapasan kronik, seperti asma, Penyakit Paru Obstruktif
Kronik (PPOK), hipertensi pulmonal, dan penyakit paru kerja, merupakan
kondisi yang memberikan beban yang berat kepada semua penderita. Sekitar
17.4% dari seluruh kematian di dunia adalah akibat dari penyakit pernapasan
kronik (WHO, 2002).
Asma, yang merupakan salah satu penyakit pernapasan kronik, adalah
gangguan inflamasi kronik saluran napas yang melibatkan banyak sel dan
elemennya (GINA, 2009). Inflamasi kronik menyebabkan peningkatan
hiperresponsivitas saluran napas yang menimbulkan gejala episodik berulang
berupa mengi, sasak napas, dada terasa berat, batuk terutama malam hari dan
atau dini hari. Gejala episodik tersebut berhubungan dengan obstruksi saluran
napas yang luas, dan bersifat reversibel dengan atau tanpa pengobatan (Surjanto,
2008).
Di seluruh dunia, asma merupakan penyakit yang menjadi masalah
publik dan sering dijumpai di masyarakat dan berjumlah sekitar 300 juta orang
penderita. Sejalan dengan populasi dunia yang terus bertambah, diprediksikan
populasi penderita asma akan bertambah menjadi 400 juta orang (WHO, 2010;
GINA, 2009; GINA, 2003; Chan, 2008).
Prevalensi asma yang meningkat dari waktu ke waktu menyerang negara
maju maupun negara sedang berkembang (Supriyatno, 2005). Namun 80%
kematian yang disebabkan oleh asma terjadi pada negara yang berpendapatan
rendah dan sedang kebawah. (WHO, 2010). Peningkatan prevalensi tersebut
berhubungan dengan, yang pada kebanyakan negara, penyakit asma sering tidak
terdiagnosa atau jika terdiagnosa, penderita asma tidak memiliki akses terhadap
pengobatan dasar, akses kesehatan, dan kurangnya tingkat pendidikan penderita
(GINA, 2003; ENHIS, 2007).
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
I. Definisi Asma
Pola gejala (wheezing, batuk, sesak nafas, gejala malam hari sampai
terbangun)
Adanya faktor resiko untuk berkembang asma
Respons terhadap terapi pengendali
Gejala (batuk,
wheezing, sulit Gejala (batuk, wheezing,
Gejala (batuk, sulit bernafas) >10 hari
bernafas)
wheezing, sulit selama IRA
bernafas). >10 harin selama IRA
>3 episode/tahun, atau
=10 hari, 2-3 >3 episode/tahun, atau
episode berat dan/atau episode berat dan/atau
episode/tahun
perburukan malam hari perburukan malam hari
Tidak ada gejala
Di antara episode anak
diantara episode Diantara episode anak batuk,
mungkin batuk, wheezing atau sulit bernafas
Riwayat alergi wheezing atau sulit
pada keluarga (-) saat bermain atau tertawa
bernafas
Riwayat alergi pada keluarga
Riwayat alergi pada (+)
Mungkin Bukan keluarga (-)
ASMA
Sangat Mungkin ASMA
Mungkin ASMA
Tidak ada pemeriksaan spesifik untuk diagnosis asma pada anak balita, tetapi
beberapa uji berikut mungkin membantu :
Uji terapi
Apabila gejala berkurang selama pengobatan dan memberat pada saat
pengobatan dihentikan, maka diagnosis asma menjadi lebih kuat
Uji untuk atopi
Jika tidak ada alergi belum tentu anak tidak menderita asma untuk anak
usia balita.
Foto thoraks
(lebih berperan untuk menyingkirkan diagnosa banding)
Timbul kronik/berulang
Gejala berfluktuasi intensitasnya seiring waktu
YA Gejala memberat pada malam atau dini hari TIDAK
Timbul bila ada pencetus
ADA (-)ADA
Spirometri / Peak Flow Meter Fikirkan diagnosa lain
(PFM) Pertimbangkan pemeriksaan
Reverbilitas >12% Berikan agonis berikut:
tidak tidak
atau Variabilitas selama 3-4 hari Uji tuberkulin
>13% Rontgen toraks
Pemeriksaan refluks
Ct Scan dada
YA Ulang Spirometri / Peak Flow
Meter (Hasil sesuai asma)
YA
YA
Tatalaksana sesuai
ASMA Respon (+)
TIDAK diagnosa lain
YA Tambah steroid
sistemik 3-5 hari
Tidak
Tentukan derajat
penyakit dan
Respon (+)
serangan
1. Anamnesis
Gejala Karakteristik
Wheezing, batuk, sesak nafas, dada Biasanya lebih dari 1 gejala
tertekan, produksi sputum respiratori
Gejala berfluktuasi intensitasnya
seiring waktu
Gejala memberat pada malam
atau dini hari
Gejala timbul bila ada pencetus
2. Pemeriksaan fisik
Dapat terdengar wheezing, baik terdengar langsung maupun dengan
menggunakan stetoskop
3. Pemeriksaan penunjang
Uji fungsi paru, uji cukit kulit, uji inflamasi saluran respiratori, uji
provokasi bronkus.
Alur Tata Laksana Serangan Asma Pada Anak Balita di tempat Pelayanan
Primer
Anak dengan eksaserbasi akut atau subakut atau episode wheezing akut
Kunjungan Follow Up
Alur tata laksana serangan asma pada anak di fasyankes dan rumah sakit
Pasien dengan serangan asma
FEV1 atau PEF 60-80% dan FEV1 atau PEF < 60% dan tidak
terdapat perbaikan gejala terdapat perbaikan gejala
Tata laksana asma jangka panjang
SEDANG BERAT
Nonmedikamentosa
1. Program Komunikasi, informasi, dan
Medikamentosa
edukasi (KIE)
1. Obat pereda (Reliever)
2. Rencana aksi asma (RAA)
2. Obat pengendali (Controller)
3. Kartu aksi asma (KAA)
4. penghindaran pencetus
Sangat Mungkin Jenjang 3 (ICS dosis rendah atau (LTRA) + SABA/Pereda (Bila
ASMA perlu)
Jenjang 2 (tidak perlu obat pengendali) + SABA/Pereda
Mungkin ASMA
Mungkin bukan Tidak perlu obat pengendali asma
ASMA
Jenjang 3 (ICS dosis rendah +LABA Atau ICS dosis menengah Atau
Persisten Sedang ICS dosis rendah +LTRA atau ICS dosis rendah + teofilin lepas lambat)
BAB III
LAPORAN KASUS
IDENTITAS PASIEN
Nama : Rasydan Askari Toma
Umur : 6 tahun
Anamnesis : Alloanamnesis
RIWAYAT PENYAKIT
Anamnesis:
Sesak napas dialami sejak tadi pagi disertai batuk. Mulai muncul setelah makanan
berminyak, sambal dan es. Dalam 1 minggu terakhir, sesak napas dirasakan 4 kali
dalam seminggu. Pasien masih bisa tidur tanpa meninggikan bantal. Demam ada
sejak 2 hari dan naik turun sejak tadi pagi, mual ada, muntah ada, hidung
tersumbat ada, pilek ada, batuk berulang terus menerus, pembesaran KGB di leher
sebelah kanan ada. BAK dan BAB normal.
Pasien memiliki riwayat alergi, seperti alergi es dan cuaca dingin, dan
makanan yang merangsang seperti cabai dan berminyak.
Riwayat Keluarga
Riwayat Persalinan
Lengkap
Riwayat Asi
2 bulan
PEMERIKSAAN FISIK
Status present
Kesadaran : Somnolen
LLA : 24 cm
LK : 56 cm
Tanda Vital
Pernafasan : 24x/menit
Suhu : 39,1C
Kepala:
Hidung: Bentuk (dbn), conca hipertropi (-), conca hiperemis (-), sekret (-),
pus(-), epistaksis(-), polip(-)
Thoraks:
Abdomen:
I: dbn
Per: Timpani
Genetalia: -
Ekstremitas:
Superior: Inferior:
DIAGNOSIS BANDING
Asma Bronkial
ISPA
DIAGNOSA SEMENTARA
Asma bronkial
PENATALAKSANAAN AWAL
IVFD RL 20gtt/i makro
Paracetamol 4x1/2 Tablet
Ondansetron 4 mg/ 12 jam
Ambroxol 3x1 cth
O2 2 ltr/menit
RENCANA PEMERIKSAAN
FOLLOW UP
O : TD: -
HR : 120x/i
RR : 32x/i
T :38.00c
P: IVFD RL 20gtt/i
RESUME
Hasil dari pemeriksaan fisik pasien tampak sakit berat dan sesak, gizi
berlebih atau obesitas, dan tanda vital Tensi 110/80 mmHg, nadi
104x/menit cepat dan reguler (normal), pernafasan 28x/menit (normal) ,
suhu 37,1C. Pada pemeriksaan thorak adanya ekspirasi memanjang dan
mengi pada kedua lapangan paru.
BAB III
PEMBAHASAN
1. Anamnesis
RIWAYAT PENYAKIT
Anamnesis:
Sesak napas dialami sejak tadi pagi disertai batuk. Mulai muncul setelah makanan
berminyak, sambal dan es. Dalam 1 minggu terakhir, sesak napas dirasakan 4 kali
dalam seminggu. Pasien masih bisa tidur tanpa meninggikan bantal. Demam ada
sejak 2 hari dan naik turun sejak tadi pagi, mual ada, muntah ada, hidung
tersumbat ada, pilek ada, batuk berulang terus menerus, pembesaran KGB di leher
sebelah kanan ada. BAK dan BAB normal.
Pasien memiliki riwayat alergi, seperti alergi es dan cuaca dingin, dan
makanan yang merangsang seperti cabai dan berminyak.
PEMERIKSAAN FISIK
Kepala:
Mata: anemis (-), icterus (-), sianosis (-), pupil isokor (+/+), Reflek
cahaya (+) , Mata Cekung (+), air mata (dbn) , Konj.Hiperemis (-).
Mulut: dbn
Abdomen:
I: dbn
Per: Timpani
Ekstremitas:
Superior: Inferior:
DIAGNOSIS BANDING
Asma Bronkial
ISPA
PEMBAHASAN: Pada kasus ini terdapat bahwa pasien mengalami pilek dan batuk
berulang, yang gejalanya menyerupai gejala ISPA sehingga pasien tersebut diduga
menderita ISPA. Adapun penyakit lain yang menyerupai asma yaitu sebagai berikut
rhinitis, rhinosinusitis, infeksi respiratori berulang, bronkhitis, respirasi berulang,
Defisiensi imun, Tuberkulosis.
DIAGNOSA SEMENTARA
Asma bronkial
PEMBAHASAN : Dari hasil anamnesis dan pemeriksaan fisik diatas diduga pasien
ini menderita asma karena timbulnya gejala kronik atau berulang dan timbulnya
apabila ada pencetus. Hal ini sesuai dengan alur diagnosis asma yang menyatakan
bahwa seseorang patut diduga asma bila timbulnya gejala kronik atau berulang,
gejala berfluktuasi seiring waktu, gejala memberat pada malam hari atau dini hari
tibul bila ada pencetus.
PENATALAKSANAAN AWAL
sebanyak 3 kali dalam sehari dengan sediaan 150mg. Pemberian ambroxol telah
memenuhi kreiteria gejala dan klinis serangan asma berat dan harus rawat inap.
Pasien ini mengalami gejala dan klinis yang memenuhi kriteria serangan asma
berat, sehingga pasien ini diberikan O2 2 ltr/menit pada terapi awal dan
DAFTAR PUSTAKA
Pedoman Nasional Asma anak. 2015 Edisi kedua. Ikatan Dokter Anak Indonesia.