Anda di halaman 1dari 20

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Penyakit pernapasan kronik, seperti asma, Penyakit Paru Obstruktif
Kronik (PPOK), hipertensi pulmonal, dan penyakit paru kerja, merupakan
kondisi yang memberikan beban yang berat kepada semua penderita. Sekitar
17.4% dari seluruh kematian di dunia adalah akibat dari penyakit pernapasan
kronik (WHO, 2002).
Asma, yang merupakan salah satu penyakit pernapasan kronik, adalah
gangguan inflamasi kronik saluran napas yang melibatkan banyak sel dan
elemennya (GINA, 2009). Inflamasi kronik menyebabkan peningkatan
hiperresponsivitas saluran napas yang menimbulkan gejala episodik berulang
berupa mengi, sasak napas, dada terasa berat, batuk terutama malam hari dan
atau dini hari. Gejala episodik tersebut berhubungan dengan obstruksi saluran
napas yang luas, dan bersifat reversibel dengan atau tanpa pengobatan (Surjanto,
2008).
Di seluruh dunia, asma merupakan penyakit yang menjadi masalah
publik dan sering dijumpai di masyarakat dan berjumlah sekitar 300 juta orang
penderita. Sejalan dengan populasi dunia yang terus bertambah, diprediksikan
populasi penderita asma akan bertambah menjadi 400 juta orang (WHO, 2010;
GINA, 2009; GINA, 2003; Chan, 2008).
Prevalensi asma yang meningkat dari waktu ke waktu menyerang negara
maju maupun negara sedang berkembang (Supriyatno, 2005). Namun 80%
kematian yang disebabkan oleh asma terjadi pada negara yang berpendapatan
rendah dan sedang kebawah. (WHO, 2010). Peningkatan prevalensi tersebut
berhubungan dengan, yang pada kebanyakan negara, penyakit asma sering tidak
terdiagnosa atau jika terdiagnosa, penderita asma tidak memiliki akses terhadap
pengobatan dasar, akses kesehatan, dan kurangnya tingkat pendidikan penderita
(GINA, 2003; ENHIS, 2007).

BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

I. Definisi Asma

Asma merupakan penyakit saluran respiratori dengan dasar inflamasi


kronik yang mengakibatkan obstruksi dan hiperreaktivitas saluran respiratori
dengan derajat bervariasi. Manifestasi klinis asma dapat berupa batuk, wheezing,
sesak nafas, dada tertekan yang timbul secara kronik dan atau berulang,
reversibel, cenderung memberat pada malam atau dini hari, dan biasanya timbul
jika ada pencetus.

II. Klasifikasi Asma

Dalam pedoman ini, klasifikasi berdasarkan umur dibedakan menjadi :


asma anak dan asma balita.

Asma bayi baduta (bawah dua tahun)


Asma balita (bawah lima tahun)
Asma usia sekolah (5-11 tahun)
Asma remaja (12-17 tahun)

Kriteria penentuan derajat asma:

Derajat asma Uraian kekerapan gejala asma


Intermiten Episode gejala asma <6x/tahun atau jarak antar gejala 6
minggu
Persisten ringan Episode gejala asma >1x/bulan, <1x/minggu
Persisten sedang Episode gejala asma >1x/minggu, namun tidak setiap hari
Persisten berat Episode gejala asma terjadi hampir tiap hari

III. Penegakan Diagnosa

1. Penegakan diagnosa asma pada balita

Kriteria asma anak balita dapat ditegakkan berdasarkan :

Pola gejala (wheezing, batuk, sesak nafas, gejala malam hari sampai
terbangun)
Adanya faktor resiko untuk berkembang asma
Respons terhadap terapi pengendali
Gejala (batuk,
wheezing, sulit Gejala (batuk, wheezing,
Gejala (batuk, sulit bernafas) >10 hari
bernafas)
wheezing, sulit selama IRA
bernafas). >10 harin selama IRA
>3 episode/tahun, atau
=10 hari, 2-3 >3 episode/tahun, atau
episode berat dan/atau episode berat dan/atau
episode/tahun
perburukan malam hari perburukan malam hari
Tidak ada gejala
Di antara episode anak
diantara episode Diantara episode anak batuk,
mungkin batuk, wheezing atau sulit bernafas
Riwayat alergi wheezing atau sulit
pada keluarga (-) saat bermain atau tertawa
bernafas
Riwayat alergi pada keluarga
Riwayat alergi pada (+)
Mungkin Bukan keluarga (-)
ASMA
Sangat Mungkin ASMA
Mungkin ASMA

Tidak ada pemeriksaan spesifik untuk diagnosis asma pada anak balita, tetapi
beberapa uji berikut mungkin membantu :
Uji terapi
Apabila gejala berkurang selama pengobatan dan memberat pada saat
pengobatan dihentikan, maka diagnosis asma menjadi lebih kuat
Uji untuk atopi
Jika tidak ada alergi belum tentu anak tidak menderita asma untuk anak
usia balita.
Foto thoraks
(lebih berperan untuk menyingkirkan diagnosa banding)

Penegakan diagnosa asma pada anak


Batuk/wheezing/sesak nafas/dada tertekan/ produksi sputum
Patut diduga asma jika :

Timbul kronik/berulang
Gejala berfluktuasi intensitasnya seiring waktu
YA Gejala memberat pada malam atau dini hari TIDAK
Timbul bila ada pencetus
ADA (-)ADA
Spirometri / Peak Flow Meter Fikirkan diagnosa lain
(PFM) Pertimbangkan pemeriksaan
Reverbilitas >12% Berikan agonis berikut:
tidak tidak
atau Variabilitas selama 3-4 hari Uji tuberkulin
>13% Rontgen toraks
Pemeriksaan refluks
Ct Scan dada
YA Ulang Spirometri / Peak Flow
Meter (Hasil sesuai asma)

YA
YA
Tatalaksana sesuai
ASMA Respon (+)
TIDAK diagnosa lain

YA Tambah steroid
sistemik 3-5 hari

Tidak
Tentukan derajat
penyakit dan
Respon (+)
serangan

1. Anamnesis

Gejala Karakteristik
Wheezing, batuk, sesak nafas, dada Biasanya lebih dari 1 gejala
tertekan, produksi sputum respiratori
Gejala berfluktuasi intensitasnya
seiring waktu
Gejala memberat pada malam
atau dini hari
Gejala timbul bila ada pencetus

2. Pemeriksaan fisik
Dapat terdengar wheezing, baik terdengar langsung maupun dengan
menggunakan stetoskop

3. Pemeriksaan penunjang
Uji fungsi paru, uji cukit kulit, uji inflamasi saluran respiratori, uji
provokasi bronkus.

Konfirmasi adanya limitasi aliran udara ekspirasi


Gambaran obstruksi saluran FEV1 rendah (<80% nilai prediksi)
FEV1/FVC <90%
respiratori
Uji reversibilitas (pasca Peningkatan FEV1 >12%
bronkodilator)
Variabilitas Perbedaan PEFR harian >13%
Uji provokasi Penurunan FEV1 >20%, atau PEFR >15%

IV. Tata Laksana Asma

Alur Tata Laksana Serangan Asma Pada Anak Balita di tempat Pelayanan
Primer

Tata Laksana Awal

Anak dengan eksaserbasi akut atau subakut atau episode wheezing akut

Nilai kondisi anak


Pertimbangkan diagnosa lain, Faktor resiko untuk rawat inap

Ringan / Sedang Berat/Mengancam nyawa

Sesak nafas, agitasi Segera


HR : 200x/i (0-3 tahun) atau 180x/i (4-5 tahun)
SpO2 = 92% PICU

Mulai Terapi sambil menunggu berikan:

Salbutamol 100ug 2 puff -Salbutamol 100ug, 6 semprot ulang tiap


Ulang setiap 20 menit dalam 1 jam 20 menit bila perlu, oksigen.
pertama bila perlu -Prednison 2 mg/kgbb/hari
Kontrol oksigen -Pertimbangkan 160 mg ipatropium bromida
Target saturasi 96% ulang tiap 20 menit bila perlu

Pantau ketat 1-2 jam


Memburuk

Lanjutkan terapi bila perlu


Memburuk/gagal respon setelah

Rencana Follow Up/Pulang pemberian 10 semprot salbutamol 3-4 jam

Kunjungan Follow Up

Alur tata laksana serangan asma pada anak di fasyankes dan rumah sakit
Pasien dengan serangan asma

Nilai derajat serangan asma


Cari riwayat asma resiko tinggi

Ringan-sedang Berat Ancaman henti nafas


Bicara dalam kalimat Bicara dalam kata Mengantuk / letargi
Lebih senang duduk daripada Duduk bertopang lengan Suara nafas tak
berbaring Gelisah
Tidak gelisah
terdengar
Frekuensi nafas & nadi
Frekuensi nafas & nadi meningkat
meningkat Retraksi jelas
Retraksi
Mulai terapiminimal
awal SpO2 < 90%
SpO2 :90-95%
Berikan oksigen 1-2L/menit jika SpO
PEF2 <94% MEMBURUK
>50 % prediksi atau
PEF >50Agonis 2 kerja
% prediksi pendek
atau terbaik SEGERA
terbaikUntuk nebulisasi ketiga pertimbangkan kombinasi 2-agonis
Kerja pendek dan ipratropium bromida Rujuk ke RS
Pada saat serangan : steroid sistemik
(prednison/prednisolon) : 1-2 mg/kgBB/hari, max 40 mg Sambil menunggu lakukan :
Peroral (bila tidak memungkinkan ,IV) selama 3-5 hari Nebulisasi Agonis 2 kerja
pendek dan ipatropium bro
mida
Steroid sistemik
Lanjutkan terpai dengan Agonis 2 kerja pendek jika
Oksigen 2L/menit
diperlukan
Penilaian sebelum dipulangkan
NILAI RESPON TERAPI
Gejala DALAM 1MEMBAIK
: Membaik JAM BERIKUTNYA (lebih cepat) MEMBURU
SpO2 > 94%
PEF membaik dan 60-80% nilai prediksi terbaik SIAPKAN UNTUK RAWAT
JALAN
FOLLOW UP *
Pasien dengan serangan asma berat atau ancamanhenti
Obat pereda
nafas dan
yang pengendali
dirujuk ke RS
Steroid oral
Penilaian awal : Kunjungan ulang ke RS 3-5 hari
ABC
Apakah ada : Mengantuk, letargi, suara paru tak terdengar
Tidak ya

Berat Ancaman henti nafas

Bicara dalam kata SIAPKAN PERAWATAN ICU


Duduk bertopang lengan
Inhalasi 2 agonis kerja
Gelisah
pendek
Frekuensi nafas & nadi
Oksigen
meningkat
Siapkan intubasi jika perlu
Retraksi jelas
SpO2 < 90%
Mulai
PEFterapi:
>50 % prediksi atau
terbaik
Inhalasi 2 agonis kerja pendek +
ipatropium bromida
Steroid
Oksigen
JikaBerikan aminofilin
memburuk, kelolaIV
dengan sebagai
SERANGAN ASMA DENGAN ANCAMAN
HENTI NAFAS dan pertimbangkan rawat
ICU
Nilai kondisi klinis secara berkala

FEV1 atau PEF 60-80% dan FEV1 atau PEF < 60% dan tidak
terdapat perbaikan gejala terdapat perbaikan gejala
Tata laksana asma jangka panjang
SEDANG BERAT

Pertimbangkan rawat jalan Lanjutkan tata laksana & evaluasi


berkala
ASMA

Nonmedikamentosa
1. Program Komunikasi, informasi, dan
Medikamentosa
edukasi (KIE)
1. Obat pereda (Reliever)
2. Rencana aksi asma (RAA)
2. Obat pengendali (Controller)
3. Kartu aksi asma (KAA)
4. penghindaran pencetus

Tahapan terapi pengendali asma anak balita

Jenjang 4 (ICS dosis menengah atau (ICS dosis rendah + LTRA) +


ASMA SABA/Pereda (Bila perlu)

Sangat Mungkin Jenjang 3 (ICS dosis rendah atau (LTRA) + SABA/Pereda (Bila
ASMA perlu)
Jenjang 2 (tidak perlu obat pengendali) + SABA/Pereda
Mungkin ASMA
Mungkin bukan Tidak perlu obat pengendali asma
ASMA

Jenjang Pengendalian Asma Pada Anak

Jenjang 4 (ICS dosis menengah +LABA Atau (ICS dosis tinggi


+LTRA) atau (ICS dosis tinggi +LTRA/ ICS dosis tinggi + teofilin
lepas lambat)
Persisten Berat

Jenjang 3 (ICS dosis rendah +LABA Atau ICS dosis menengah Atau
Persisten Sedang ICS dosis rendah +LTRA atau ICS dosis rendah + teofilin lepas lambat)

Jenjang 2 (ICS dosis rendah Atau LTRA + SABA)


Persisten ringan

Jenjang 1 (Tidak perlu obat pengendali + SABA)


Intermiten

Keterangan Gambar: ICS (Inhaled Corticosteroids, steroid inhalasi); LTRA


(Leukotriene Receptor Antagonist); SABA(Short Acting Beta Agonist); LABA
(Long Acting Beta Agonist)

BAB III
LAPORAN KASUS
IDENTITAS PASIEN
Nama : Rasydan Askari Toma

Umur : 6 tahun

Alamat : Jl. Jerma I No. 1c

Masuk : 8 Juni 2016

Rumah sakit : RSU Haji Medan Sumatera Utara

No Rekam Medik : 171104/1A4

Anamnesis : Alloanamnesis

RIWAYAT PENYAKIT

Keluhan utama: sesak napas

Anamnesis:

Sesak napas dialami sejak tadi pagi disertai batuk. Mulai muncul setelah makanan
berminyak, sambal dan es. Dalam 1 minggu terakhir, sesak napas dirasakan 4 kali
dalam seminggu. Pasien masih bisa tidur tanpa meninggikan bantal. Demam ada
sejak 2 hari dan naik turun sejak tadi pagi, mual ada, muntah ada, hidung
tersumbat ada, pilek ada, batuk berulang terus menerus, pembesaran KGB di leher
sebelah kanan ada. BAK dan BAB normal.

Riwayat penyakit sebelumnya:

Pasien pernah di opname saat berusia 3 tahun akibat sesak napas.

Pasien memiliki riwayat alergi, seperti alergi es dan cuaca dingin, dan
makanan yang merangsang seperti cabai dan berminyak.

Riwayat Keluarga

Ayahnya sering mengalami bersin pada pagi hari. Kakeknya menderita


asma.

Riwayat Persalinan

PBL : 50 cm BBL : 3,94 kg


Riwayat Imunisasi

Lengkap

Riwayat Asi

2 bulan

PEMERIKSAAN FISIK

Status present

Keadaan umum : Tampak sakit, sesak dan tertidur

Kesadaran : Somnolen

Status Gizi : BB : 30 kg ,TB : 115 cm

BB/TB : 142% (Obesitas)

BB/U : 142% (Obesitas)

TB/U : 100% (Normal)

LLA : 24 cm

LK : 56 cm

Tanda Vital

Tensi : 120/70 mmhg

Nadi : 140x/menit, cepat dan reguler

Pernafasan : 24x/menit

Suhu : 39,1C

Kepala:

Mata: anemis(-), ikterus(-), sianosis(-), pupil isokor (+/+), RC(+/+), Mata


Cekung (-), air mata (+), Konj.Hiperemis (-)

Hidung: Bentuk (dbn), conca hipertropi (-), conca hiperemis (-), sekret (-),
pus(-), epistaksis(-), polip(-)

Telinga: Bentuk(dbn), sekret(-), pus(-), membran tympani(-),


corp.alienum(-)
Mulut: dbn

Leher : pembesaran KGB sebelah kanan (+)

Thoraks:

I: Simetris kanan dan kiri, bentuk normochest, pengunaan otot-otot bantu


pernapasan / retraksi (+)

Pal: Vokal Fremitus ki=ka

Per: Sonor kanan dan kiri

Aus: Wheezing (+)

Abdomen:

I: dbn

Pal: Soepel (+)

Per: Timpani

Aus: Bunyi peristaltik (+) kesan normal

Genetalia: -

Ekstremitas:

Superior: Inferior:

Akral hangat (+) Akral hangat (+)

CRT: <2 CRT: <2

Edema (-) Edema: (-)

DIAGNOSIS BANDING

Asma Bronkial
ISPA

DIAGNOSA SEMENTARA

Asma bronkial

PENATALAKSANAAN AWAL
IVFD RL 20gtt/i makro
Paracetamol 4x1/2 Tablet
Ondansetron 4 mg/ 12 jam
Ambroxol 3x1 cth
O2 2 ltr/menit

RENCANA PEMERIKSAAN

Laboratorium Darah Rutin


Foto Thorax

FOLLOW UP

TANGGAL PERJALANAN PENYAKIT INSTRUKSI DOKTER


Hari PERAWATAN HARI-1 (IGD) PCT 4mg x tab
I(08/06/2016)
S: Demam(+) naik turun, Ondansetron 4mg/12 jam
diserati batuk, sesak (+),
muntah (+), lemas (+) Ambroxol 3x1 cth

O : TD: -

HR : 120x/i

RR : 32x/i

T :38.00c

A : Asma bronchial + febris +


dyspepsia + pneumonia

P: IVFD RL 20gtt/i

Hari PERAWATAN HARI-2


II(09/06/2016 IVFD Kaen 3B 15 gtt
) S: Batuk berulang (+), sesak makro
napas pilek (+), demam 2 hari. Nebulizer+ Nacl 0,9% 1,5
TD: 110/80
O : TD : 110/80 mmHg cc/8jam
N : 104x/i
HR : 104x/menit Paracetamol tab 4x3/4 tab
P : 28x/i PC
RR : 28x/menit
S:37.90c Cetrizin 2x5ml PC
T : 37,9C
Rhinos syrup 3x1,6 ml PC
Pukul 10.00
Prednison 3x2 tab PC
T: 39C
Pemeriksaan:
RR : 32x/menit
Laboratorium darah rutin
HR : 120x/menit
Foto Thorax
A : Asma bronchial
O2 ctr/menit
ISPA
Pukul 10.00 : Injeksi
Ondansetron 4 g/12 jam
EDUKASI

Edukasi pasca perawatan di rumah sakit. Memberitahu individu dan keluarga


untuk:

1. Menghindari faktor resiko terjadinya sesak nafas.


2. Melakukan pola hidup sehat seperti mengurangi konsumsi makanan atau
minuman dingin.

RESUME

Seorang laki-laki berusia 6 tahun masuk rumah sakit dengan keluhan


Sesak napas. Dialami sejak 2 hari yang lalu disertai batuk Mulai muncul
setelah makan gorengan dan sambal. Pasien ada riwayat asma sebelumnya
dan mengaku sering diberikan deksametason oleh ibunya apabila sesak
muncul. Sesak napas timbul apabila terpapar dengan suasana dingin,
makan sambal gorengan dan minum es. Dalam 6 bulan terakhir, sesak
napas dirasakan 4x dalam seminggu. Sesak terasa berkurang dalam posisi
tidur. Pasien masih bisa tidur tanpa meninggikan bantal. Demam ada,
nyeri dada tidak ada, mual ada ,muntah ada, tidak ada jantung berdebar.
Batuk lama dan berulang seringkali os rasakan. Saat ibunya dianamnesis,
pasien tertidur dan tampak sesak. BAB dan BAK normal.

Hasil dari pemeriksaan fisik pasien tampak sakit berat dan sesak, gizi
berlebih atau obesitas, dan tanda vital Tensi 110/80 mmHg, nadi
104x/menit cepat dan reguler (normal), pernafasan 28x/menit (normal) ,
suhu 37,1C. Pada pemeriksaan thorak adanya ekspirasi memanjang dan
mengi pada kedua lapangan paru.

Hasil lab 06/12/11

Hb: 13.4 g/dl (11-12.5), H.Eritrosit: 4.9 (4.5-6.5)

Leukosit: 8700 (5000-15000) Ht: 42.3% (32-42)

H trombosit: 201000 (150000-450000)

MCV: 86 (80-96) MCH: 27.1 (27-31) MCHC: 31.6 (30-34)

Eosinofil: 1 (1-3) Basofil: 0 (0-1) N.stab: 0 (2-6)


N.seg: 79 (53-75) Limfosit: 13 (20-45) Monosit: 6 (4-8)

CRP: +18 (negative)

Foto Thorax (11/06/2016)


Sinus costofrenicus normal diafragma normal, jantung besar dan bentuk :
dbn, paru: corakan bronchovascular kasar di paracardia dan parahilear,
kesan: bronchitis

*PASIEN PINDAH KE PICU

BAB III

PEMBAHASAN

1. Anamnesis
RIWAYAT PENYAKIT

Keluhan utama: sesak napas

Anamnesis:

Sesak napas dialami sejak tadi pagi disertai batuk. Mulai muncul setelah makanan
berminyak, sambal dan es. Dalam 1 minggu terakhir, sesak napas dirasakan 4 kali
dalam seminggu. Pasien masih bisa tidur tanpa meninggikan bantal. Demam ada
sejak 2 hari dan naik turun sejak tadi pagi, mual ada, muntah ada, hidung
tersumbat ada, pilek ada, batuk berulang terus menerus, pembesaran KGB di leher
sebelah kanan ada. BAK dan BAB normal.

PEMBAHASAN: OS kemungkinan didiagnosa Asma dikarenakan berdasarkan


teori bahwa gejala asma antara lain, sesak nafas, batuk, reversibel, cenderung
memberat pada malam atau dini hari, dan biasanya timbul jika ada pencetus.
Derajat asma OS yaitu persisten sedang dikarenakan sesak dirasakan
4x/seminggu.

Riwayat penyakit sebelumnya:

Pasien pernah di opname saat berusia 3 tahun akibat sesak napas.

Pasien memiliki riwayat alergi, seperti alergi es dan cuaca dingin, dan
makanan yang merangsang seperti cabai dan berminyak.

PEMBAHASAN: Berdasarkan teori mengatakan bahwa asma memiliki pencetus.


OS memiliki pencetus yaitu makanan berminyak dan cuaca dingin

PEMERIKSAAN FISIK

Kepala:

Mata: anemis (-), icterus (-), sianosis (-), pupil isokor (+/+), Reflek
cahaya (+) , Mata Cekung (+), air mata (dbn) , Konj.Hiperemis (-).

Hidung: Bentuk dalam batas normal, conca hipertropi (-), conca


hiperemis (-), sekret (+), pus (-), epistaksis(-), polip(-)

Telinga: Bentuk(dbn), sekret(-), pus(-), membran tympani(-),


corp.alienum(-)

Mulut: dbn

Leher : pembesaran KGB sebelah kanan (+)


Thoraks:

I: Simetris kanan dan kiri, bentuk normochest, pengunaan otot-otot bantu


pernapasan / retraksi (+)

Pal: Vokal Fremitus ki=ka

Per: Sonor kanan dan kiri

Aus: Wheezing (+)

Abdomen:

I: dbn

Pal: Soepel (+)

Per: Timpani

Aus: Bunyi peristaltik (+) kesan normal

Genetalia: Tidak dilakukan pemeriksaan

Ekstremitas:

Superior: Inferior:

Akral hangat (+) Akral hangat (+)

CRT: <2 CRT: <2

Edema (-) Edema: (-)

PEMBAHASAN: berdasarkan teori mengatakan bahwa pada pemeriksaan fisik


thorak yang dilakukan secara auskultasi didapatkan suara napas tambahan yaitu
wheezing dan pasien didapati suara pernapasan tersebut.

DIAGNOSIS BANDING

Asma Bronkial
ISPA

PEMBAHASAN: Pada kasus ini terdapat bahwa pasien mengalami pilek dan batuk
berulang, yang gejalanya menyerupai gejala ISPA sehingga pasien tersebut diduga
menderita ISPA. Adapun penyakit lain yang menyerupai asma yaitu sebagai berikut
rhinitis, rhinosinusitis, infeksi respiratori berulang, bronkhitis, respirasi berulang,
Defisiensi imun, Tuberkulosis.

DIAGNOSA SEMENTARA

Asma bronkial

PEMBAHASAN : Dari hasil anamnesis dan pemeriksaan fisik diatas diduga pasien
ini menderita asma karena timbulnya gejala kronik atau berulang dan timbulnya
apabila ada pencetus. Hal ini sesuai dengan alur diagnosis asma yang menyatakan
bahwa seseorang patut diduga asma bila timbulnya gejala kronik atau berulang,
gejala berfluktuasi seiring waktu, gejala memberat pada malam hari atau dini hari
tibul bila ada pencetus.

PENATALAKSANAAN AWAL

IVFD RL 20gtt/i makro


Paracetamol 4x1/2 Tablet
Ondansetron 4 mg/ 12 jam
Ambroxol 3x1 cth
O2 2 ltr/menit

PEMBAHASAN: pada kasus ini diberikan PCT dikarenakan OS demam dengan

dosis 10mg/kgBB selama 3-4x/hari dengan sediaan tablet 500mg. Ondansetron

diberikan karena OS mengalami muntah dengan dosis 4 mg/12 jam injeksi.

Ambroxol diberikan karena os mengalami batuk dengan dosis 5ml sendok

sebanyak 3 kali dalam sehari dengan sediaan 150mg. Pemberian ambroxol telah

sesuai dengan ketentuan pemberian obat. O2 diberikan pada pasien yang

memenuhi kreiteria gejala dan klinis serangan asma berat dan harus rawat inap.

Pasien ini mengalami gejala dan klinis yang memenuhi kriteria serangan asma

berat, sehingga pasien ini diberikan O2 2 ltr/menit pada terapi awal dan

pemberiannya sudah sesuai dengan ketentuan yang berlaku.


RENCANA PEMERIKSAAN

Laboratorium Darah Rutin


Foto Thorax

PEMBAHASAN : Pemeriksaan Laboratorium darah rutin dilakukan untuk


melihat untuk melihat adanya infeksi. CRP untuk melihat infeksi luas diduga
sepsis.
Pemeriksaan foto thorak tidak rutin dilakukan pada pasiem dengan serangan
aasma. Pada pasien ini dilakukan karena dipertimbangkan pada serangan asma
berat atau jika dicurigai terjadi komplikasi misalnya pneumothorak atau kondisi
lain seperti pneumoniaatau inhalasi benda asing yang menyertai atau ada ancaman
henti napas yang tidak membaik dengan terapi.

DAFTAR PUSTAKA

Pedoman Nasional Asma anak. 2015 Edisi kedua. Ikatan Dokter Anak Indonesia.

Anda mungkin juga menyukai