5597 - Disfungsi Tiroid Pada Kehamilan
5597 - Disfungsi Tiroid Pada Kehamilan
Disusun Oleh
(1108011024)
Pembimbing :
HALAMAN PENGESAHAN
Telaah jurnal ini disusun dan dilaporkan dalam rangka memenuhi salah satu
persyaratan yang diperlukan untuk mengikuti ujian komprehensif di Bagian Ilmu
Kebidanan dan Kandungan RSUD. Prof. Dr. W. Z. Johannes Kupang.
Pembimbing Klinik
Ditetapkan di : Kupang
Terjemahan Jurnal
DISFUNGSI TIROID PADA KEHAMILAN
PENDAHULUAN
Kondisi tiroid maternal merupakan suatu prediktor penting luaran (outcome)
kehamilan. Baik hipertiroidisme maupun hipotiroidisme telah terbukti memiliki
dampak buruk terhadap kehamilan. Prevalensi disfungsi tiroid memliki rentang yang
luas di dunia. Di AS yang mana dianggap merupakan negara berlimpah yodium, 2%-
Terdapat kekurangan data pada besaran dan perbedaan bentuk dari disfungsi
tiroid pada wanita hamil di Sri Langka. Beberapa penelitian telah melihat prevalensi
kekurangan yodium dan penyakit autoimun tiroid yang mana merupakan dua
penyebab utama hipotiroidisme pada kehamilan. Pada suatu penelitian cross
sectional, representasi wanita hamil di Sri Langka berdasarkan sampel memiliki, nilai
median tingkat yodium urin 113.7 g/l, yang mana jauh dibawah rekomendasi WHO
yakni antara 150 dan 249 g/l, sehingga mengindikasikan status kekurangan yodium
pada wanita Hamil di Sri Langka6. Suatu penelitian yang meneliti prevalensi
autoantibodi tiroid pada wanita sekolah di Sri Langka satu decade lalu menemukan
prevalensi autoantibodi tiroglobulin (TgAb) mengalami peningkatan secara nyata
pada 14.3% untuk usia 11 tahun dan 69.7% untuk usia 16 tahun7. Autoantibodi tiroid
diketahui berhubungan dengan disfungsi tiroid, terutama hipotiroidisme. Pengamatan
ini meningkatkan kemungkinan dari suatu prevalensi yang tinggi dari disfungsi tiroid
pada wanita hamil di Sri Langka, yang membutuhkan konfirmasi melalui penelitian.
Nilai rujukan untuk serum thyroid stimulating hormone (TSH) dan free
thyroxine (FT4) berbeda selama kehamilan, mencerminkan perubahan fisiologis yang
diterangkan diatas. Nilai rujukan TSH lebih rendah dari pada diluar kehamilan,
sedang FT4 lebih tinggi pada trimester pertama akibat efek stimulasi dari serum beta
hCG pada reseptor TSH. Sampai nilai rujukan tersedia untuk wanita Sri Langka, nilai
rujukan berikut yang tertera pada kotak 1 dapat digunakan sebagai yang normal untuk
wanita hamil kami. Gejala-gejala disfungsi tiroid secara umum kurang jelas dan tidak
spesifik, dan dapat dengan mudah melekat pada perubahan fisiologi yang terjadi
dalam kehamilan. Penampakan klinis dari hipertiroidisme dapat tidak jelas karena
gejala takikardia, berkringat, dyspnea, dan kegelisahan terlihat pada kehamilan
normal. Nyeri badan umum, arthralgia, konstipasi, dan mengantuk berlebih yang juga
merupakan ciri hipotiroidisme dapat dengan mudah melekat pada perubahan
hormonal dalam kehamilan. Dengan demikian suatu indeks kecurigaan yang tinggi
diperlukan untuk tepat waktu identifikasi dan tepat penanganan. Palpitasi yang mana
sering terjadi dan menyusahkan, keringat yang berlebih, peningkatan frekuensi
peristaltik usus, tremor halus pada tangan yang diulurkan, takikardia dan refleks dari
deep tendon yang berlebih memberi gambaran tirotoksikosis. Ketidaknyamanan pada
arthralgia dan myalgia, terutama myopati proksimal, harus diperiksakan dengan baik
kecepatan nadi untuk bradikardia dan relaksasi yang lambat pada refleks ankle jerks
yang mana sangat mungkin akibat hipotiroidisme.
Serum TSH dari semua wanita hamil harus dinilai pada saat ANC bila
ditemukan salah satu dari tanda-tanda yang terdaftar dalam Kotak 2. Bila TSH
abnormal (tinggi atau rendah) T4 bebas (free T4) harus diperiksa.
Tujuan dari pengobatan harus untuk pemeliharaan TSH dalam rentang nilai
rujukan normal yang spesifik sesuai trimester. Serum TSH saja cukup untuk
pemantauan kondisi tiroid maternal dan harus dinilai setiap 4 minggu selama
kehamilan.
Dosis inisial untuk Propylthiouracil adalah 100 - 300 mg perhari yang dibagi
dalam beberapa dosis dan untuk Carbimazole 10 15 mg perhari dibagi dalam
beberapa dosis. Obat-obatan antitiroid tidak dapat mengontrol kejadian tirotoksikosis
Takikardia pada janin yang tampak saat ultrasonografi (>170 x/m, yang
menetap selama lebih dari 10 menit), perumbuhan janin terhambat, goiter janin,
percepatan maturase tulang, tanda-tanda gagal jantung kongesti, dan hydrops janin,
dapat mengindikasikan kejadian hipertiroidisme17.
Gambaran klinis dari PPTD ialah fase tirotoksik yang mana terjadi sekitar 1-4
bulan menjelang melahirkan, diikuti dengan suatu kondisi hipotiroid sekitar 4-8 bulan
dan akhirnya kondisi eutiroidisme. Fase hipertiroid yang diikuti dengan kembalinya
ke normal dan suatu fase hipotiroid sendiri juga diidentifikasi. Meskipun
abnormalitas klinis dan biokimia sebagian besar terjadi sementara waktu, 20-30%
wanita sisanya terjadi hipotiroid secara permanen pada satu tahun postpartum yang
mana penelitian lanjutan jangka panjang menunjukkan bahwa hampir 50% dari
mereka yang fungsi tiroidnya telah kembali setelah episode PPTD menjadi hipotiroid
pada tujuh tahun kemudian23. PPTD yang mana merupakan kondisi yang dapat
disembuhkan menyebabkan morbiditas yang signifikan pada ibu baru tapi seringkali
tidak terdeteksi karena gejala yang dianggap merupakan akibat dari depresi atau
kegelisahan maternal yang diketahui terjadi setelah kelahiran anak.
Bila,
Bergejala
Eutiroid
TSH>10 IU/mL
Menyusui
Mengusahakan kehamilan
Disfungsi tiroid menimbulkan dampak mayor bagi ibu, janin, neonatus dan
anak. Disamping bukti beban penyakit yang signifikan, saat ini tidak terdapat
program skrining yang tepat untuk mendeteksi disfungsi tiroid dalam kehamilan dan
periode postpartum di Sri Langka. Satu alasan besar dibaliknya ialah kurangnya
kesadaran akan dampat serius dan bentuk-bentuk dari disfungsi tiroid pada wanita
hamil di Sri Langka karena kurangnya data, sehingga hal ini harus segera
ditindaklanjuti.