Anda di halaman 1dari 4

BAB I

PENDAHULUAN

Filsafat dan ilmu yang dikenal saat ini berasal dari zaman Yunani kuno. Tokoh
pertama yang dikenal sebagai bapak filsafat ialah Thales. Thales mengembangkan
filsafat alam kosmologi yang mempertanyakan asal mula, sifat dasar dan struktur
komposisi dari alam semesta. Ia juga berusaha mengembangkan astronomi dan fisika.
Karena itu, ia juga dikenal sebagai ahli matematika Yunani pertama dan dikatakan sebagai
bapak dari penalaran induktif. Pada tahap berikutnya munculah Pythagoras. Menurut
Pythagoras, kearifan yang sesungguhnya hanya dimiliki oleh Tuhan. Ia hanyalah
seorang pecinta kearifan. Dengan demikian, filsafat bagi Pythagoras berarti cinta akan
kearifan. Pythagoras juga dikenal sebagai seorang ahli matematika. Tokoh berikutnya adalah
Plato. Plato mengembangkan sebuah filsafat yang dinamakan sebagai filsafat spekulatif.
Ilmu geometri dikatakan Plato sebagai pengetahuan rasional berdasarkan akal murni menjadi
kunci ke arah pengetahuan dan kebenaran a itu sebagai logika. Menapaki perkembangan
filsafat dan ilmu tadi, maka kita dapat menemukan bahwa sesungguhnya dari zaman Yunani
kuno pengetahuan tidak hanya mencakup dua bidang yaitu filsafat dan ilmu, tapi empat
bidang yaitu filsafat, ilmu, matematika dan logika.

Pada zaman Renaissance sejak abad XIV sampai abad XVI terjadi perkembangan
baru. Banyak tokoh pembaharu seperti Galileo, Francis Bacon, Rene Descartes dan Issac
Newton memperkenalkan metode matematik dan metode eksperimental untuk
mempelajari alam. Dengan adanya metode-metode itu, maka sejak abad XVII filsafat alam
sesungguhnya bukan lagi pengetahuan filsafat tetapi menjadi ilmu alam. Dalam
perkembangan selanjutnya, sektar abad XVIII sampai abad XX banyak ilmu lain pun mulai
memisahkan diri dari filsafat, seperti fisika, biologi, psikologi, sosiologi, antropologi, ilmu
ekonomi, logika formal, linguistik, teori tanda. Pada pertangahan abad XX muncul pula
ilmu-ilmu yang merupakan perpaduan dari berbagai unsur ilmu seperti ilmu perilaku yang
merupakan gabungan dari psikologi, sosiologi dan antropologi, anatomi sosial manusia yang
mamadukan anatomi, ilmu fosil, antropologi ragawi. Pemisahan diri beragam ilmu dari
filsafat dikarenakan perbedaan yang sangat mencolok antara keduanya. Filsafat kebanyakan
masih bercorak spekulatif, sedangkan ilmu-ilmu modern telah menerapkan metode-metode
empiris, eksperimental dan induktif.

1
Filsafat dapat dikatakan sebagai pandangan hidup yang diyakini dapat dijadikan
sebagai arah kehidupan. Filsafat ilmu yang lahir pada abad 11-18 sebagai the philosophy
of science, objek materialnya adalah ilmu pengetahuan dan objek forrnalnya adalah
hakikat atau apa itu ilmu pengetahuan. Filsafat ilmu, dalam ruang lingkup makro, rnenjadi dasar
dari filsafat-filsafat lain, rnisalnya: filsafat kedokteran, filsafat hukurn, filsafat akuntansi, dan filsafat
ilmu membahas empat bidang, yaitu:

1. Ontologi, yang mernbabas hakikat ilmu pengetahuan.


2. Epistemologi sebagai sumber, sarana, tata cara, dan tolok ukur pengetahuan
ilmiah. Epistemologi merupakan tata cara memperoleh pengetahuan.
3. Aksiologi yaitu tata nilai yang seharusnya ditaati ketika mengembangkan dan
menerapkan ilmu pengetahuan.
4. Strategi pengembangan ilmu pengetahuan.

Sepanjang sejarah manusia, berbagai persoalan duniawi telah banyak menyita energi
setiap orang, baik seorang ilmuwan, filsuf dan sebagainya, persoalan diantaranya adalah
tentang ilmu pengetahuan. Ilmu pengetahuan dapat menuntun manusia dari peradaban yang
masih primitif menuju ke peradaban yang lebih modern seperti saat ini. Hal ini dibuktikan
bahwa pada zaman dahulu manusia belum mampu membedakan antara ilmu dengan
pengetahuan, dimana pada zaman itu, apa yang diketahui oleh manusia dianggap bahwa itu
adalah sebuah ilmu, atau dengan kata lain manusia saat itu tidak mampu membedakan antara
pengetahuan dengan ilmu, semuanya menyatu dalam kesatuan yang batas-batasnya kabur dan
mengambang. Kondisi diatas, mengalami perubahan secara fundamental pada saat
pertengahan abad ke 17 dengan muncul dan berkembangnya abad penalaran dengan
berkembangnya abad penalaran maka konsep dasar berubah dari kesamaan kepada
perbedaan. Mulailah terdapat pembedaan jelas antara berbagai pengetahuan, yang
mengakibatkan timbulnya spesialisasi pekerjaan dan konsekuensinya mengubah struktur
kemasyarakatan. Pohon pengetahuan mulai dibeda-bedakan paling tidak berdasarkan apa
yang diketahui, bagaimana cara mengetahui dan untuk apa pengetahuan itu dipergunakan
(Suriasumantri, 2001).

Sejalan dengan berkembangnya ilmu pengetahuan, banyak aliran-aliran filsafat yang


bermunculan, salah satunya adalah aliran ilmu akuntansi, dimana aliran ini mendasarkan
pengembangan pengetahuan pada aspek pemikiran yang bersifat materil dalam arti bahwa
2
obyek dapat dilihat dan dapat dibuktikan secara empiris dan yang dibatasi oleh akal.
Perkembangan ilmu pengetahuan sampai saat ini, tidak bisa dipungkiri merupakan salah satu
produk dari para filsuf dan ilmuwan yang beraliran positifistik, yang banyak memberikan
kontribusi terhadap peradaban manusia. Akan tetapi di satu sisi, tidak bisa disangkal bahwa
dengan pemikiran aliran positifistik banyak juga memberikan kemudaratan dalam peradaban
manusia, dimana pengembangan ilmu pengetahuan disegala bidang, yang melandaskan
konsep kecerdasan pikiran (Intellectual Quotient), telah melahirkan manusia-manusia yang
menghalalkan segala cara untuk memenuhi materi dengan menggunakan ilmu
pengetahuannya yang tidak lain berdasarkan kecerdasan pikirannya. Melihat fenomena yang
terjadi sekarang di dunia modern ini, para ilmuwan aliran positif tidak sedikit melahirkan
teknologi-teknologi yang canggih, yang bisa saja suatu waktu akan menghancurkan
keseimbangan peradaban manusia itu sendiri. Hal ini merupakan salah satu pendorong
munculnya konsep-konsep baru keilmuan diberbagai bidang yang mencoba untuk
menyatukan ilmu pengetahuan yang berdasarkan rasional (kecerdasan pikiran) dengan
kecerdasan emosional, dan kecerdasan spiritual, hal ini terbukti banyak literatur-literatur yang
dihasilkan oleh pemikir-pemikir atau cendekiawan-cendekiawan muslim khususnya di
Indonesia seperti, akuntansi syariah, perbankan syariah, dan lain-lain.

Saat ini, banyak kejadian yang berpengaruh besar terhadap akun keuangan dan
pelaporan. Peristiwa-peristiwa tersebut bermula pada booming pasar saham pada era
1990-an dan kehancurannya pada tahun 2000-an. Kehancuran tersebut karena terbukanya
pelanggaran dari pelaporan keuangan yang dilakukan oleh perusahaan-perusahaan besar,
Salah satunya adalah adanya kasus Enron Corp yang memanipulasi laporan keuangannya
melalui pernbentukan Special Purpose Entities. SPE tersebut didanai oleh Enron
(dianggap sebagai piutang), dan melakukan pinjaman dengan saham Enron. Enron juga
menerima imbalan dari manajemen dan jasa lain yang diberikan kepada SPE serta
pendapatan investasi. Dengan menerapkan akuntansi nilai wajar (value), SPE mengalami
peningkatan nilai saham, dan Enron memasuki share dari SPE tersebut sebagai
pendapatannya. Akibatnya, Enron . mampu meningkatkan nilai sahamnya dalarn laba yang
dilaporkan. Persetujuan auditornya, SPE tidak mengonsolidasi laporan keuangan dengan
laporan keuangan Enron. Akan tetapi, pada akhir tahun Enron mengumumkan akan
melakukan konsolidasi. Akibatnya, nilai utang yang sangat tinggi dan penurunan
shareholders' equity yang sangat tajam. Investor kehilangan kepercayaannya dan Enron
mengalami kebangkrutan pada Desernber 2001.

3
Kecurangan besar lain yang terungkap adalah kecurangan WordCorn Inc
melalui kasus overstate-nya, laba yang timbul kapitalisasi perbaikan jaringan dan biaya lain
yang seharusnya dibebankan sebagai biaya dalarn laporan rugi laba. Perusahaan ini pada
akhirnya mengalami kebangkrutan pada tahun 2002 dan merugikan banyak pihak. Kasus-
kasus di atas selain rnengakibatkan kerugian materi juga mengakibatkan jatuhnya pamor
akuntansi dan profesi yang terkait. Dampak peristiwa ini tidak hanya melanda Amerika, tetapi
merambah ke seluruh dunia.

Akuntansi sebagai cabang ilmu harus didampingi oleh filsafat ilmu dalam
pengembangannya agar tidak terjadi pergeseran hakikatnya. Pemahaman atas tinjauan
ontologi, epistemologi, dan aksiologi terhadap akuntansi sangat penting bagi akuntan dan
badan regulator, karena akuntansi merupakan suatu disiplin ilmu yang tidak bebas nilai tetapi
penuh dengan muatan-muatan nilai sosial tempat tumbuh dan dikembangkannya akuntansi.
Aksiologi yang merupakan tinjauan teori filsafat ilmu yang membahas nilai suatu ilmu
pengetahuan sebagai dasar pertimbangan dalam melakukan perkembangan ilmu akuntansi,
karena dapat membantu untuk menginterpretasikan fenomena akuntansi dan tata nilai yang
mendampingi akuntansi agar menjaga kualitas akuntansi dan kepercayaan masyarakat
terhadap profesi akuntansi atau bahkan perusahaan. Selain itu filsafat ilmu dengan teori
nilainya dapat memberikan petunjuk bagi badan regulator terkait pemahaman yang tepat
mengenai hal-hal yang dapat digunakan untuk menyusun suatu standar yang efektif sehingga
berbagai penyimpangan yang terjadi dan dapat merugikan masyarakat dapat dicegah atau
dikurangi. Berdasarkan penjelasan diatas dalam makalah ini akan menjelaskan dan
menggambarkan bagaimana upaya untuk mengembalikan serta meningkatkan nilai dan martabat
ilmu akuntansi. Filsafat ilmu sebagai bagian dari filsafat lahir sebagai jawaban untuk menjelaskan
bahwa temuan-ternuan pada cabang ilmu memberikan implikasi pada kehidupan manusia. Filsafat
ilmu diharapkan dapat mengembalikan akuntansi pada kakikatnya serta berkembang sesuai harapan,
dan tata nilai hakiki yang sebenarnya. Paper ini akan disusun dengan beberapa pembahasan, yakni:
membahas akuntansi dari sisi ontologi (hakikat) dan beberapa penyimpangan dari hakikatnya,
tinjauan dari sisi epistemologi atau cara-cara untuk mengembalikan akun pada hakikatnya,
menguraikan akuntansi dari sisi aksiologi tata nilai yang harus dilestarikan, nilai etika sebagai
pendamping ilmu akuntansi dalam prakteknya dan diakhiri kesimpulan sebagai bab penutup.

Anda mungkin juga menyukai