Anda di halaman 1dari 18

TUGAS AZAS PERANCANGAN

II

ANALISIS RUANG LUAR GEDUNG JURUSAN ARSITEKTUR DAN PERTAMBANGAN

NAMA : KRISTINA RENATA IJUBELE

NIM : 1406090016

UNIVERSITAS NUSA CENDANA FAKULTAS SAINS DAN TEKNIK

JURUSAN ARSITEKTUR
BAB I

PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang


Ruang pada dasarnya terjadi oleh adanya hubungan antara sebuah obyek dan
manusia yang melihatnya. Hubungan itu mula-mula ditentukan oleh penglihatan, tetapi
bila ditinjau dari pengertian ruang secara arsitektur, maka hubungan tersebut dapat
dipengaruhi oleh penciuman, pendengaran dan perabaan (Ashihara,1974).
Pada hakekatnya, ruang dibagi menjadi dua bagian yang mendasar, yaitu: ruang
luar dan ruang dalam. Masing-masing dari dua bagian tersebut mempunyai elemen-
elemen pencipta arsitektur yang sama, yaitu: lantai, dinding dan atap. Ruang luar
merupakan definisi umum, termasuk di dalamnya ruang terbuka. Ruang terbuka
merupakan bagian ruang luar yang mempunyai batas-batas tertentu juga terdapat fungsi,
maksud dan kehendak manusia (Ashihara,1974). Dan contoh ruang terbuka menurut
Shirvani (1985) adalah landscape, jalan, sidewalk, taman, tempat parkir dan area rekreasi.
Gedung Laboratorium Fakultas Sains dan Teknik merupakan gedung yang
dialihfungsikan menjadi tempat perkuliahan untuk dua jurusan yang terdapat dalam
Universitas Nusa Cendana yaitu jurusan Arsitektur dan Pertambangan. Pada
perkembangannya, karena terdapat dua jurusan mengharuskan adanya kebutuhan-
kebutuhan ruang luar yang merupakan salah satu tempat terjadinya aktivitas - aktivitas
yang mendukung proses perkuliahan.
Keast (1967) berpendapat bahwa efisiensi dari sebuah perancangan kawasan
kampus tidak hanya pada ketersediaan lingkungan fisik di mana aktivitas fomal dari
universitas tersebut terjadi. Kebanyakan dari pembelajaran terjadi di luar dan terpisah dari
perkuliahan formal di mana seseorang itu terdaftar, dan hanya jika perancangan kampus
tersebut memiliki bermacam-macam kualitas yang mana akan menstimulasi rasa
keingintahuan, pertemuan yang bersifat santai dan perbincangan,maka dengan begitu
baru akan menciptakan suasana yang benar-benar menghasilkan pendidikan dalam arti
luas.
Marcus dan Francis (1998) mengusulkan konsep desain "home base", yaitu
bahwa setiap mahasiswa, dosen dan karyawan memiliki pekerjaan atau home base di
sekitar sirkulasi kegiatan kampus sehari-harinya. Untuk mahasiswa, home base biasanya
merupakan departemen utama mahasiswa tersebut. Setiap bangunan dapat dilihat
sebagai sebuah rumah, dan tempat lanskap yang berdekatan sebagai "beranda depan"
dan "halaman depan dan belakang".
Untuk alasan-alasan tersebut, ruang luar menjadi penting. Untuk beberapa orang,
ide dari kegiatan berjemur atau relaksasi pada ruang publik mungkin terlarang, tetapi
beristirahat, bermeditasi, atau melamun di tempat yang akrab yang terasa seperti home
base, disekitar orang-orang yang dikenal, mungkin lebih dapat diterima.
Melihat kepada teori di atas, maka dapat dikatakan bahwa ruang terbuka menjadi
hal yang penting untuk diperhatikan karena merupakan salah satu sarana penunjang
aktivitas di dalam kampus saat ini dan perancangannnya perlu diperhatikan dengan baik.
Oleh karena itu, dibutuhkan suatu penelitian untuk mengetahui bagaimana perancangan
ruang luar dari jurusan arsitektur dan pertambangan Fakultas Sains dan Teknik di
Universitas Nusa Cendana.
1.2. Rumusan Masalah
Adapun permasalahan yang akan dibahas dalam penelitian ini, yaitu :
a. Bagaimana keadaan ruang luar pada jurusan arsitektur dan pertambangan di
Universitas Nusa Cendana ?
b. Bagaimana aktivitas yang terbentuk dalam ruang arsitektur dan pertambangan I
Universitas Nusa Cendana ?
1.3. Tujuan
Adapun tujuan dalam penelitian ini, yaitu :
c. Mengetahui keadaan ruang luar pada jurusan arsitektur dan pertambangan di
Universitas Nusa Cendana .
d. Mengetahui aktivitas yang terbentuk dalam ruang arsitektur dan pertambangan I
Universitas Nusa Cendana .
1.4. Batasan penelitian
a. Objek penelitian lingkungan yang berada di sekitar gedung Arsitektur dan
Pertambangan Universitas Nusa Cendana
b. Kegiatan yang ada pada ruang luar sekitar gedung Arsitektur dan pertambangan
Universitas Nusa Cendana.
BAB II

TINJAUAN UMUM

2.1. Ruang

Ruang mempunyai arti penting bagi kehidupan manusia. Ruang tidak dapat dipisahkan
dari kehidupan manusia baik secara psiklogis emosional maupun dimensional. Ruang adalah
suatu wadah yang tidak nyata akan tetapi dapat dirasakan manusia. Untuk menyatakan bentuk
dunianya, manusia menciptakan ruang tersendiri dengan dasar fungsi dan keindahan yang
disebut ruang arsitektur. Ruang arsitektur menyangkut ruang dalam dan ruang luar. Kajian kali
ini akan membahas mengenai penataan ruang luar. Kajian terhadap ruang luar meliputi
pengertian ruang luar, proses terjadinya ruang luar, elemen ruang luar, perencanaan ruang luar,
enclosure dan hirarki ruang luar.

2.1.1. Pengertian Ruang Luar

Terdapat beberapa pengertian mengenai ruang luar, antara lain :

Ruang yang terjadi dengan membatasi alam hanya pada bidang alas dan dindingnya,
sedangkan pada bidang atapnya, tidak terbatas.

Sebagai lingkungan luar buatan manusia, yang mempunyai arti dan maksud tertentu dan
sebagai bagian dari alam.

Arsitektur tanpa atap, tetapi dibatasi oleh dua bidang, yaitu dinding dan lantai atau ruang yang
terjadi dengan menggunakan dua elemen pembatas. Hal ini menyebabkan lantai dan dinding
menjadi elemen yang penting dalam merencanakan ruang luar.

Ruang luar memiliki fungsi sebagai wadah dari aktivitas di ruang terbuka, sirkulasi antar
bangunan, jalur masuk ke dalam bangunan dan parkir. Ruang luar dipengaruhi terutama oleh
konteks lingkungan alami, lingkungan terbangun serta fungsi bangunan dalam tapak.

2.1.2. Proses Terjadinya Ruang Luar

Terdapat beberapa hal yang menyebabkan terbentuknya ruang luar. Ruang luar terbentuk karena
adanya ruang mati, ruang terbuka dan ruang positif. Berikut adalah penjelasan bagaimana ruang-
ruang tersebut dapat membentuk ruang luar.

1. Ruang mati (death space)


Ruang mati merupakan kebalikan dari ruang hidup. Ruang hidup adalah ruang yang
memiliki bentuk dah hubungan yang benar serta komposisi dan struktur yang
direncanakan dengan baik. Sedangkan ruang mati adalah ruang yang terbentuk dengan
tidak direncanakan, tidak terlingkup dan tidak dapat digunakan dengan baik. (ruang yang
terbentuk tidak dengan disengaja atau ruang yang tersisa).

Gambar Ruang Hidup dan Ruang Mati


Sumber : Tata Ruang Luar (Prabawasari & Suparman, 1999)

2. Ruang terbuka
Ruang terbuka merupakan suatu wadah yang dapat menampung kegiatan masyarakat
baik secara individu maupun kelompok. Bentuk ruang terbuka tergantung pada pola dan
susunan masa bangunan. Terdapat beberapa batasan pola ruang terbuka antara lain :
Bentuk dasar daripada ruang terbuka di luar bangunan
Dapat digunakan oleh publik (setiap orang)
Memberi kesempatan untuk bermacam-macam kegiatan

Gambar Ruang Terbuka


Sumber : Tata Ruang Luar
(Prabawasari & Suparman, 1999)
3. Ruang positif
Ruang positif merupakan ruang terbuka yang diolah dengan peletakan massa bangunan
atau objek pelingkup yang menimbulkan sifat positif.Biasanya terdapat kepentingan
manusia di dalamnya. Sedangkanruang negatif merupakan ruang terbuka yang menyebar
dan tidakberfungsi dengan jelas. Ruang negatif terjadi secara spontan dan pada awalnya
tidak dimaksudkan untuk kegiatan manusia. Setiap ruangyang tidak direncanakan, tidak
dilingkupi atau tidak dimaksudkan untuk kegiatan manusia merupakan ruang negatif.

Gambar Ruang Positif dan Ruang Negatif


Sumber : Tata Ruang Luar (Prabawasari & Suparman, 1999)

2.2.3. Elemen Ruang


Dalam melakukan perancangan dan perencanaan, elemen-elemen desain harus
diperhatikan. Hal ini bertujuan untuk membentuk suatu komposisi yang ideal dalam perancangan
yang diinginkan. Dalam penataan ruang luar, terdapat elemen-elemen perancangan secara
visual yang menonjol untuk mendukung perancangan ruang luar tersebut yang dikategorikan
menjadi 4 bagian, antara lain :
1. Skala
Skala dalam arsitektur menunjukkan perbandingan antara elemen bangunan atau ruang
dengan suatu elemen tertentu dengan ukurannya bagi manusia. Skala ini merupakan
suatu kualitas yang menghubungkan bangunan atau ruang dengan kemampuan manusia
dalam memahami bangunan atau ruang tersebut. Terdapat dua macam skala, yaitu :
a. Skala manusia, yaitu perbandingan ukuran elemen bangunan atau ruang dengan
dimensi tubuh manusia.
b. Skala generik, yaitu perbandingan ukuran elemen bangunan atau ruang terhadap
elemen lain yang berhubungan dengannya atau sekitarnya.

Gambar Skala sebagai Elemen Ruang Luar


Sumber : Tata Ruang Luar (Prabawasari & Suparman, 1999)

Bermacam-macam skala sangat penting untuk dipakai sebagai acuan atau


standar dalam menciptakan ruang baik ruang dalam maupun ruang luar. Diperlukan
perasaan yang tajam untuk merancang ruang luar dengan memilih skala yang tepat,
karena skala ruang luar biasanya sukar dipastikan dan tidak begitu jelas.
Diantara banyak metode yang bisa digunakan untuk merancang ruang luar,
terdapat metode yang sering dipakai yaitu metode 21-24 meter. Metode ini memiliki
perubahan dan pergantian suasana secara kontinyu dalam irama, tekstur dan tinggi
permukaan lantainya pada setiap jarak 21-24 meter, hal ini dikarenakan ruang luar yang
tidak memiliki daya meruang cenderung menjadi tidak jelas atau kabur pada jarak
tersebut. Hal ini bertujuan untuk membuat suasana ruang menjadi lebih hidup.
2. Tekstur
Tekstur merupakan hal penting yang harus diperhatikan dalam merancang ruang
luar. Tekstur erat kaitannya dengan jarak, dimana pengetahuan mengenai tampak suatu
material dan bangunan bila dilihat dari jarak tertentu harus dikuasai oleh arsitek sehingga
ia dapat memilih material mana yang paling cocok untuk memperbaiki kualitas ruang luar.
Fungsi dari tekstur adalah untuk memberikan kesan pada persepsi manusia melalui
penglihatan visual. Pengolahan tekstur yang baik akan menghasilkan kesan dan kualitas
ruang luar yang baik dan menarik pula.
Tekstur merupakan titik kasar tidak beraturan yang dimiliki suatu permukaan.
Titik-titik ini memiliki perbedaan dalam ukuran, warna, bentuk atau sifat dan karakternya,
seperti misalnya ukuran besar kecil, warna terang gelap, bentuk bulat, persegi atau tak
beraturan sama sekali dan lain-lain.
Tekstur menurut bentuknya dapat dibedakan menjadi :
a. Tekstur halus, permukaannya dibedakan oleh elemen-elemen yang halus atau oleh
warna.
b. Tekstur kasar, permukaannya terdiri dari elemen-elemen yang berbeda baik corak,
bentuk maupun warna.

Tekstur pada ruang luar juga erat kaitannya dengan jarak pandang atau jarak
pengalihatan. Tekstur dari suatu bahan akan tidak berperan lagi pada jarak tertentu
sehingga bahan tersebut terlihat polos. Oleh karena itu untuk suatu bidang luas pada
ruang luar, tektur dapat dibedakan atas :

a. Tekstur primer, yaitu tekstur yang terdapat pada bahan, yang hanya dapat dilihat dari
jarak dekat.
b. Tekstur sekunder, yaitu tekstur yang dibuat dalam skala tertentu untuk memberikan
kesan visual yang proporsional dari jarak jauh.

Gambar Tekstur Primer dan Tekstur Sekunder


Sumber : Tata Ruang Luar (Prabawasari & Suparman, 1999)
3. Warna
Menurut teori Prang, secara psikologis warna dapat dibedakan menjadi 3 dimensi yaitu :
a. Hue : Semacam tempramen mengenai panas/dinginnya warna
b. Value : Mengenai gelap terangnya warna
c. Intensity : Mengenai cerah redupnya warna
Selain itu juga terdapat pembagian kelas warna antara lain :
a. Primary, merupakan warna pokok/utama yaitu merah, kuning, biru
b. Binary (Secondary), yaitu warna kedua yang terbentuk melalui perpaduan duan
warna primary, antara lain :
Merah + biru = violet/ungu
Merah + kuning = oranye
Kuning + biru = hijau
c. Warna antara (Intermediary), yaitu percampuran antara warna primary dan binary.
d. Quarternary, yaitu pencampuran dari dua warna tertiary.
e. Tertiary (warna ketiga), merupakan campuran dari dua warna binary.
Selain elemen perancangan secara visual, terdapat pula elemen-elemen lingkungan
yang juga harus diperhatikan dalam melakukan perencanaan dan perancangan ruang luar
atau lansekap. Elemenelemen tersebut antara lain :
1. Pembatas Ruang
Terdapat 3 elemen pembentuk ruang antara lain :
a. Bidang alas atau lantai (the base plane)
Berdasarkan teksturnya, permukaan lantai pada ruang luar dapat dibedakan menjadi 2
(dua) yaitu :
Tekstur keras, seperti : batu, kerikil, pasir, beton, aspal, dan sebagainya.
Tekstur lunak, seperti : rumput, tanah, dan sebagainya.
Selain tekstur, perbedaan ketinggian pada bidang lantai dapat membentuk kesan
dan fungsi ruang yang berbeda tanpa mengganggu hubungan visual antar ruang yang
memiliki perbedaan ketinggian tersebut. Perbedaan ketinggian ini juga dilakukan dalam
upaya mengurangi rasa monoton pada persepsi manusia dan menciptakan kesan ruang
yang lebih manusiawi.
Gambar Bidang Alas dengan Perbedaan Ketinggian
Sumber : Tata Ruang Luar (Prabawasari &
Suparman, 1999)
BAB III

TINJAUAN KHUSUS

3.1. Lokasi

Gambar peta lokasi

Lokasi berada pada fakultas Sains dan Teknik Universitas Nusa Cendana. Ini
awallnya merupakan laboratorium fakultas sains dan teknik namun karena kekurangan
gedung dalam perkembangan dialihfungsikan menjadi tempat perkuliahan bagi
mahasiswa arsitektur dan mahasiswa pertambangan.
3.2. Penerapan asas
Dalam bangunan ini diterapkan asas fungsional yang mengedepankan fungsi dan
peran arsitektur, bagaimana arsitektur itu bertugas dan apa perannya bagi manusia
dan dunia. Bangunan ini dikatakan merupakan penerapan asas fungsional karena
bangunan lebih mementingkan fungsi yaitu sebagai tempat aktivitas perkuliahan bagi
mahasiswa yang ada.

Asas fungsional lebih merujuk kepada bagaimana arsitektur itu dimanfaatkan oleh
manusia, apakah ia menjadi sebuah rumah tinggal, rumah sakit, bank, kantor, sekolah,
dsb. Asas fungsional sendiri meliputi sepuluh prinsip perancangan, yakni principle of
totality, time, value, resources, synthesis, iteration, change, relationships, competence,
dan service.

3.3. Konsep penataan ruang

Sentral perencanaan dari seluruh kawasan adalah gedung arsitektur dan


pertambangan ( laboratorium FST ). Orientasi bangunan ini lebih mengarah ke arah
matahari terbit yaitu arah timur. Untuk mencapai kawasan ini terapat dua pintu masuk
yang berada di wilayah timur dan barat.

3.4. Analisis sirkulasi


Pada lokasi tidak terdapat pemisahan antara sirkulasi kendaraan dan sirkulasi
manusia walaupun terdapat dua jalur masuk yang berada pada sisi timur yang menuju
langsung pada depan pintu masuk bangunan dan jalur masuk pada sisi barat yang menuju
ke belakang bangunan.

sirkulasi yang diterapkan pada kawasan adalah sirkulasi tersamar untuk mencapai
bangunan. Sering terjasi crossing karna tidak terdapat pemisahan antara sirkulasi
kendaraaan dan sirkulasi manusia. Dampak dari hal ini juga mengakibatkan banyak
mahasiswa yang tidak menggunakan kendaraan kepanasan atau kehujanan karena tidak
tersedianya sikulasi yang menggunakan penutup atap ataupun pepohonan untuk mencapai
bangunan.
Jalur masuk barat Jalur masuk timur

Sikulasi ini langsung menuju pada areal parkir baik itu menggunakan pintu masuk
bagian timur maupun bagian barat. Terdapat jalan masuk alternative yang dibuat oleh
mahasiwa sendiri karena tidak terdapat jalur pedestrian.

Jalur masuk alternative yang


dibuat oleh mahasiswa sendiri

3.5. Elemen- elemen ruang luar


3.5.1. Analisis hard material
a. Perkerasan
Pada lokasi ini menggunakan 2 jenis perkerasan yang berada pada ruang luar
yaitu:
- Rabat
Rabat ini merupakan jenis beton yang digunakan dalam sirkulasi jalan
- Beton bertekstur

Beton ini digunakan untuk melapisi jalan untuk sirkulasi. Beton ini dibuat pola
segi enam sehingga lebih menarik.
b. Tempat sampah
Tidak terdapat tempat sampah khusus di dalam kawasan sehingga sampah dari
hasil aktivitas mahasiswa dan seluruh penghuni gedung dibuang ke lahan
kosong di samping bangunan.
3.5.2. Analisis soft material
Vegetasi
Vegetasi yang terdapat dalam lokasi yaitu pohon kersen yang berada mengelilingi
lokasi dan menjadi pembatas ruang luar. vegetasi ini juga berfungsi sebagai peneduh
untuk mahasiswa yang sedang berkumpul atau bersantai di luar gedung karena
ketiaaan gazebo atau tempat bersantai mahasiswa.
Banyak juga vegetasi liar yang berada pada lokasi. Vegetasi ini tidak dirawat dan
ditata dengan baik sehingga terkesan berantakan.
BAB IV

PENUTUP

Kesimpulan

Dari uraian yang telah disampaikan seluruhnya, maka pada bab kesimpulan ini, penulis
mendapatkan beberapa point penting pada penulisan kali ini. Hal tersebut diantaranya adalah :
a. Penataan ruang luar pada dasarnya merupakan pemanfaatan ruang hidup yang ada pada
site, untuk diolah sedemikian rupa, untuk dikembangkan segala potensinya, sehingga
menjadi ruang yang berfungsi dengan baik.
b. Dalam penataan ruang tersebut harus dipertimbangkan segala faktor, baik fisik maupun
non-fisik, agar tercipta sebuah penataan ruang luar yang baik dan benar.
c. Dalam pengolahannya, dibutuhkan beberapa elemen-elemen pendukung yang
difungsikan sebagai penambah kesempurnaan maupun kelengkapan yang ada pada
penataan ruang luar.

Anda mungkin juga menyukai