Anda di halaman 1dari 5

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Penyakit degeneratif akhir-akhir ini telah menjadi pembicaraan hangat,
tidak hanya di kalangan tenaga kesehatan, melainkan di berbagai kalangan
masyarakat. Pesatnya perkembangan penyakit ini telah mendorong
masyarakat luas ingin memahami mengenai penyebab, akibat, dan cara
pengendalian penyakit tersebut. Pada dasarnya, penyakit degeneratif
merupakan istilah medis untuk menjelaskan mengenai suatu penyakit yang
muncul akibat proses kemunduran fungsi sel tubuh, yaitu dari keadaan
normal menjadi lebih buruk. Berdasarkan hasil penelitian modern yang telah
dilakukan sebelumnya, diketahui bahwa munculnya penyakit degeneratif
memiliki korelasi yang cukup kuat dengan bertambahnya proses penuaan
usia seseorang. Akan tetapi, faktor keturunan pun berperan cukup besar
dalam munculnya penyakit ini (Alan & Emery 1994).

Menurut World Health Organization (WHO), hingga akhir tahun 2005


penyakit degeneratif telah menyebabkan kematian hampir 17 juta orang di
seluruh dunia. Jumlah tersebut menempatkan penyakit degeneratif menjadi
penyakit pembunuh manusia terbesar di dunia. Di Indonesia, penyakit
degeneratif saat ini banyak terjadi di kalangan masyarakat perkotaan. Kasus
penyakit degeneratif di Indonesia berdasarkan Survei Kesehatan Rumah
Tangga (SKRT), dari tahun ke tahun semakin meningkat. Survei yang
dilakukan oleh SKRT pada periode 1992 sampai tahun 2001, menyebutkan
bahwa kurang lebih 30% kematian pasien di rumah sakit-rumah sakit,
disebabkan oleh penyakit tidak menular (penyakit degeneratif). Penyebab
utama penyakit degeneratif pada dasarnya adalah adanya perubahan gaya
hidup masyarakat akibat urbanisasi dan modernisasi. Perubahan gaya hidup
tersebut dapat terlihat dari pola makan yang tidak sehat pada masyarakat
perkotaan. Penyakit yang termasuk dalam kelompok penyakit degeneratif
antara lain hipertensi, diabetes mellitus, stroke, jantung koroner,
kardiovaskular, obesitas, dislipidemia dan sebagainya (Japardi 2002).

Diabetes Mellitus (DM) merupakan penyakit metabolik yang


berlangsung kronik dan penderita diabetes tidak bisa memproduksi insulin
dalam jumlah yang cukup atau tubuh tidak mampu menggunakan insulin
secara efektif sehingga terjadi kelebihan gula didalam darah (Atun, 2010).
Berdasarkan Diabetes Atlas 6th Edition (2013) dalam Gatot (2014),
Indonesia menduduki peringkat ketiga jumlah penderita diabetes terbanyak
di kawasan Asia setelah China dan India. Diperkirakan 5,6 persen penduduk
Indonesia atau sekitar 8,5 juta orang menderita diabetes. Jumlah tersebut
diperkirakan meningkat 14 juta orang atau sekitar 6,7 persen di tahun 2035.

Sejauh ini obat-obatan diabetes mellitus sebagian besar masih impor dari
luar negeri. Oleh karena itu cenderung harganya mahal, sehingga akan
memberatkan masyarakat, terutama bagi kalangan masyarakat bawah.
Selain faktor tersebut, pengobatan diabetes mellitus pada umumnya
membutuhkan jangka waktu yang lama, sehingga faktor keamanan
penggunaan obat jangka panjang menjadi perhatian utama untuk pemilihan
obat (Sukamdar 2006). Oleh karena itu, pemanfaatan tanaman obat secara
maksimal sebagai bahan baku obat antidiabetes merupakan salah satu solusi
yang sedang mulai dikembangkan di Indonesia. Tanaman obat memiliki
kelebihan dalam pengobatan diabetes, karena tanaman obat pada umumnya
memiliki fungsi selain mengobati diabetes, juga dapat mengobati penyakit
penyerta atau penyakit komplikasi (Iskandar 2007).

Indonesia merupakan negara kepulauan yang kaya akan berbagai macam


bahan pangan indigenous, salah satunya adalah rambusa. Tanaman ini
sendiri adalah tanaman Passiflora foetida L. yaitu sejenis buah markisa
yang mungil. Selama ini daun rambusa belum dimanfaatkan secara optimal,
mengingat daun rambusa merupakan bagian tanaman yang bukan untuk
dimakan.
Berdasarkan data penelitian BPPT (2005) dan hasil penelitian
M.A.Siriwardhene, M.A.Abeksekera, U.G.Chandrika, A.K.E. Goonetilleke
(2013) yang dilakukan di luar negeri (Sri Lanka) daun rambusa
mengandung saponin, tanin, phlobatanin, steroid, terpenoid. Daun rambusa
juga mengandung flavonoid yang berfungsi sebagai zat penurun kadar gula
didalam darah. Oleh karena kandungan zat antioksidan yang cukup tinggi
seperti saponin dan flavonoid serta kandungan metabolit sekunder lainnya,
membuat daun rambusa berpotensi untuk digunakan sebagai obat diabetes
mellius. Secara tradisional pun sebagian masyarakat telah memanfaatkan
daun rambusa sebagai obat penurun kadar gula didalam darah dan pencegah
penyakit komplikasi lainnya.

Kondisi sosial masyarakat Indonesia saat ini yang serba instan, membuat
munculnya suatu sikap kecenderungan untuk serba cepat. Didukung dengan
tingkat mobilitas dan aktivitas masyarakat modern yang sangat tinggi,
masyarakat Indonesia khususnya yang berada di daerah perkotaan dalam hal
pengobatan suatu penyakit juga menginginkan obat yang dapat
menyembuhkan serba cepat. Masyarakat modern akan cenderung mencari
makanan yang serba praktis, namun berkhasiat dalam menjaga kesehatan
dan kebugaran tubuh. Artinya, mereka mencari makanan yang membuat
tubuh sehat dan mampu mengusir efek negatif penyakit-penyakit yang
mungkin akan ditimbulkannya. Oleh karena itu, diperlukan suatu inovasi
alternatif, kreatif, dan aplikatif yang dapat menjawab tantangan untuk
mengolah bahan pangan lokal menjadi produk pangan fungsional yang
mudah dikonsumsi, alami, praktis, namun bermanfaat bagi kesehatan
(terutama bagi penderita diabetes mellitus). Inovasi yang saat ini akan
dicoba adalah pemanfaatan daun rambusa sebagai bahan pangan lokal
sebagai salah satu produk pangan fungsional yang dapat berkhasiat bagi
penderita diabetes mellitus. Walaupun penyakit degeneratif tidak dapat
disembuhkan, akan tetapi penyakit ini dapat dikendalikan prosesnya.
Inovasi ini dirasakan cocok untuk menjawab permasalahan angka prevalensi
diabetes mellitus yang masih cukup tinggi di Indonesia, dikaitkan dengan
gaya hidup masyarakat modern yang ingin serba instan.

Produk pangan fungsional yang digagas dalam karya tulis ilmiah ini
adalah mengenai sirup herbal berbasis daun rambusa sebagai bahan
dasarnya. Alasan dipilih inovasi tersebut, dikarenakan minuman merupakan
salah satu pangan yang dibutuhkan dan disukai oleh berbagai kalangan,
serta praktis untuk dikonsumsi.

1.2 Rumusan Masalah


Rumusan masalah karya tulis ilmiah ini adalah:
1. Apa manfaat dari buah rambusa ?
2. Apa kandungan kimia yang bermanfaat didalam buah rambusa ?
3. Bagaimana pemanfaatan buah rambusa dalam pembuatan sirup buah
rambusa ?

1.3 Tujuan
Berdasarkan uraian pada latar belakang dan rumusan masalah, tujuan
penulisan karya tulis ilmiah ini adalah:

1. Menambah wawasan masyarakat tentang manfaat buah rambusa.


2. Mengetahui manfaat buah rambusa bagi kehidupan sehari-hari.
3. Mengkaji dan menganalisis lebih lanjut mengenai permasalahan
degeneratif yang terjadi di Indonesia, khususnya penyakit Diabetes
Mellitus dan komplikasinya.
4. Menawarkan rancangan produk inovasi baru berbahan pangan lokal
yang dapat dijadikan sebagai pangan fungsional bagi penderita Diabetes
Mellitus.
1.4 Manfaat
Adapun manfaat penulisan karya tulis ilmiah ini adalah:
1. Memberikan informasi pada masyarakat bahwa daun rambusa
bermanfaat.
2. Membuka peluang lapangan pekerjaan dibidang obat tradisional.
3. Inovasi produk pangan fungsional ini dapat dijadikan sebagai salah satu
solusi alternatif untuk mencegah atau mengendalikan penyakit diabetes
mellitus bagi masyarakat Indonesia.
DAFTAR PUSTAKA

Alan, Emery EH. 1994. Diagnositic criteria for neuromuscular disorders. p. 48-
52, 62-69. Netherlands: ENMC.

Atun M. 2010. Diabetes Mellitus. Kreasi wacana. Jakarta. Hal: 1, 5-6, 11-13.

[BPPT] Badan Pengkajian dan Pengembangan Teknologi. 2005. Tanaman Obat


Indonesia. Jakarta: IPTEKnet BPPT.

Gatot. (2014, November 10). Indonesia Peringkat 3 Besar Pengidap Diabetes di


Asia. http://Radarpena.com Diakses 2 Februari 2017.

Iskandar Y. 2007. Tanaman obat yang berkhasiat sebagai antihipertensi. [karya


ilmiah]. Fakultas Farmasi Universitas Padjajaran Bandung.

Japardi I. 2002. Penyakit degeneratif pada medula spinalis. Sumatera: USU


digital library, Fakultas Kedokteran, Universitas Sumatera Utara.

Siriwardhene, M.A., Abeysekera, M.A., Chandrika, U.G., Goonetilleke, A.K.E.


2013. Antihyperglicemic effect and phytochemical screening of aqueous
extract of passiflora foetida (Linn.) on normal wistar rat model. Academic
journals volume 7(45), 2892-289.

Sukamdar EY. 2006. Alam Sumber Kesehatan Manfaat dan Kegunaan. Jakarta
Balai Pustaka.

Anda mungkin juga menyukai