Anda di halaman 1dari 62

tehnik gawat darurat

Tengerang, Penanganan gawat darurat merupakan hal yang sangat penting karena
menentukan keselamatan pasien itu sendiri. Karenanya dalam penanganan gawat
darurat diterapkan prinsip ABC.

"Semua penyebab kematian berujung pada masalah ABC, karenanya bisa ditolong
pula dengan tindakan ABC. Jika cepat dikerjakan dengan tepat, besar kemungkinan
korban dapat terhindar dari kematian," ujar dr Yudi Cahyono, SpBS dalam acara
seminar Up Date Emergency Respon di Eka Hospital BSD, Tangerang, Sabtu
(15/1/2011).

dr Yudi menuturkan prinsip penanganan gawat darurat dengan ABC ini adalah:

A untuk airway (jalur napas)


Sangan penting untuk melihat apakah pasien mengalami gangguan dengan jalur
napasnya atau tidak (misalnya napas terengah-engah), jika ada gangguan maka
harus segera dibebaskan. Hal yang harus diperhatikan adalah tulang leher harus
tetap lurus agar tidak mengganggu jalur napas. Jika pasien datang dengan luka
parah di wajahnya maka harus segera ditangani karena biasanya gumpalan darah
atau muntah bisa menghalangi jalur napas.

B untuk breath (pernapasan)


Periksa pernapasannya apakah mengalami gangguan atau tidak, jika pasien sulit
bernapas segera berikan napas bantuan. Karena pernapasan yang terganggu akan
membuat oksigen tidak bisa masuk ke dalam darah.

C untuk circulation (sirkulasi)


Jika seseorang mengalami luka perdarahan yang parah harus segera dihentikan
agar tidak mengganggu sirkulasi darah di tubuh. Kalau darah banyak yang keluar
akan membuat transportasi oksigen terhambat yang bisa membuat kerja jantung
semakin berat atau capek.

Sel saraf otak membutuhkan sirkulasi darah yang baik untuk membawa oksigen.
Jika sirkulasi darah terganggu atau berhenti selama 3-4 menit maka sel saraf otak
akan mengalami kerusakan meskipun bisa diperbaiki. Namun jika kekurangan
oksigen (tidak dilakukan tindakan apapun) selama 6-9 menit bisa menyebabkan
kerusakan otak yang permanen atau irreversible.

"Hal ini karena orang tidak bisa bertahan kalau tidak napas selama 3 menit dan
prinsip ABC ini paling banyak dilakukan untuk pasien trauma," ujar dr Budi M
Silitonga, SpBS dari Eka Hospital.

dr Yudi menuturkan jika ada pasien datang dengan perdarahan di otak dan satu lagi
perdarahan parah di wajah, maka yang harus menjadi prioritas terlebih dahulu
adalah pasien dengan luka parah di wajah karena biasanya mengalami gangguan
pada jalur napasnya. Kecuali jika tenaga medisnya mencukupi untuk menangani
semuanya sekaligus.

"Selain ABC, pasien gawat darurat juga diperiksa disability-nya apakah terlihat
adanya tanda-tanda defisit yang menurun atau tidak lalu dilanjutkan dengan
memeriksa kondisi pasien secara menyeluruh mulai dari ujung rambut sampai
ujung kaki dan setiap lubang yang ada," ungkapnya.

Karenanya untuk pertolongan pertama jangan dilihat dari seberapa parah luka yang
dialami, tapi lihatlah apakah ada gangguan pada jalur napas, pernapasan dan juga
sirkulasinya. Jika ada gangguan pada salah satu bagian tersebut segeralah berikan
pertolongan untuk menghindari kematian.
(ver/ir)

gaya kepemimpinan
Kepemimpinan kharismatik (charismatic leadership): Kharisma diartikan keadaan
atau bakat yang dihubungkan dengan kemampuan yang luar biasa dalam hal
kepemimpinan seseorang untuk membangkitkan pemujaan dan rasa kagum dari
masyarakat terhadap dirinya atau atribut kepemimpinan yang didasarkan atas
kualitas kepribadian individu.
Gaya Kepemimpinan Otokratis, yaitu gaya kepemimpinan yang menggunakan
kekuatan jabatan dan kekuatan pribadi secara otoriter, melakukan sendiri semua
perencanaan tujuan dan pembuatan keputusan dan memotivasi bawahan dengan
cara paksaan, sanjungan, kesalahan dan penghargaan untuk mencapai tujuan yang
telah ditetapkan.
Kepemimpinan otoriter merupakan gaya kepemimpinan yang paling tua dikenal
manusia. Oleh karena itu gaya kepemimpinan ini menempatkan kekuasaan di
tangan satu orang atau sekelompok kecil orang yang di antara mereka tetap ada
seorang yang paling berkuasa. Pemimpin bertindak sebagai penguasa
tunggal.Orang-orang yang dipimpin yang jumlahnya lebih banyak, merupakan
pihak yang dikuasai, yang disebut bawahan atau anak buah.Kedudukan bawahan
semata-mata sebagai pelaksana keputusan, perintah, dan bahkan kehendak
pimpinan.Pemimpin memandang dirinya lebih, dalam segala hal dibandingkan
dengan bawahannya.Kemampuan bawahan selalu dipandang rendah, sehingga
dianggap tidak mampu berbuat sesuatu tanpa perintah.Perintah pemimpin sebagai
atasan tidak boleh dibantah, karena dipandang sebagai satu-satunya yang paling
benar.Pemimpin sebagai penguasa merupakan penentu nasib bawahannya. Oleh
karena itu tidak ada pilihan lain, selain harus tunduk dan patuh di bawah kekuasaan
sang pemimpin. Kekuasaan pimpinan digunakan untuk menekan bawahan, dengan
mempergunakan sanksi atau hukuman sebagai alat utama.Pemimpin menilai
kesuksesannya dari segi timbulnya rasa takut dan kepatuhan yang bersifat kaku.

Selengkapnya : http://www.kompasiana.com/noviani_juandi/gaya-kepemimpinan-
otoriter_55286517f17e6153478b4588

METODE PENUGASAN KEPERAWATAN


1. Metode fungsional.
Yaitu pengorganisasian tugas pelayanan keperawatan yang didasarkan kepada
pembagian tugas menurut jenis pekerjaan yang dilakukan.
Metode ini dibagi menjadi beberapa bagian dan tenaga ditugaskan pada bagian
tersebut secara umum, sbb :
a. Kepala Ruangan, tugasnya :Merencanakan pekeriaan, menentukan kebutuhan
perawatan pasein, membuat penugasan, melakulan supervisi, menerima instruksi
dokter.
b. Perawat staf :- Melakukan askep langsung pada pasien
- Membantu supervisi askep yang diberikan oleh pembantu tenaga keperawatan
c. Perawat Pelaksana :.
Melaksanakan askep langsung pada pasien dengan askep sedang, pasein dalam
masa pemulihan kesehatan dan pasein dengan penyakit kronik dan membantu
tindakan sederhana (ADL).
d. Pembantu Perawat :
Membantu pasien dengan melaksanakan perawatan mandiri untuk mandi,
menbenahi tempat tidur, dan membagikan alat tenun bersih.
e. Tenaga Admionistrasi ruangan
Menjawab telpon, menyampaikan pesan, memberi informasi, mengerjakan
pekerjaan administrasi ruangan, mencatat pasien masuk dan pulang, membuat
duplikat rostertena ruangan, membuat permintaan lab untuk obat-
obatan/persediaan yang diperlukan atas instruksi kepala ruangan.
v Kerugian metode fungsional:
- Pasien mendapat banyak perawat.
- Kebutuhan pasien secara individu sering terabaikan
- Pelayanan pasien secara individu sering terabaikan.
- Pelayanan terputus-putus
- Kepuasan kerja keseluruhan sulit dicapai
v Kelebihan dari metode fungsional :- Sederhana
- Efisien.
- Perawat terampil untuk tugas atau pekerjaan tertentu.
- Mudah memperoleh kepuasan kerja bagi perawat setelah selesai tugas.
- Kekurangan tenaga ahli dapat diganti dengan tenaga yang kurang berpengalaman
untuk satu tugas yang sederhana.
- Memudahkan kepala ruangan untuk mengawasi staff atau peserta didik yang
praktek untuk ketrampilan tertentu.
v Contoh metode fungsional
-Perawat A tugas menyutik, perawat B tugasnya mengukur suhu badan klien.
Seorang perawat dapat melakukan dua jenis tugas atau lebih untuk semua klien
yang ada di unit tersebut. Kepala ruangan bertanggung jawab dalam pembagian
tugas tersebut dan menerima laporan tentang semua klien serta menjawab semua
pertanyaan tentang klien
2. Metode penugasaa pasien/metode kasus
Yaitu pengorganisasian pelayanan atau asuhan keperawatan untuk satu atau
beberapa klien oleh satu orang perawat pada saat bertugas atau jaga selama periode
waktu tertentu sampai klien pulang. Kepala ruangan bertanggung jawab dalam
pembagian tugas dan menerima semua laporan tentang pelayanan keperawatan
klien.
v Dalam metode ini staf perawat ditugaskan oleh kepala ruangan untuk memberi
asuhan langsung kepada pasien yang ditugaskan contohnya di ruang isolasi dan
ICU.
v Kekurangan metode kasus :
- Kemampuan tenga perawat pelaksana dan siswa perawat yang terbatas sehingga
tidak mampu memberikan asuhan secara menyeluruh
- Membutuhkan banyak tenaga.
- Beban kerja tinggi terutama jika jumlah klien banyak sehingga tugas rutin yang
sederhana terlewatkan.
- Pendelegasian perawatan klien hanya sebagian selama perawat penaggung jawab
klien bertugas.
v Kelebihan metode kasus:- Kebutuhan pasien terpenuhi.
- Pasien merasa puas.
- Masalah pasien dapat dipahami oleh perawat.
- Kepuasan tugas secara keseluruhan dapat dicapai.
3. Metode penugasan tim
Yaitu pengorganisasian pelayanan keperawatan oleh sekelompok perawat.
Kelompok ini dipimpin oleh perawat yang berijazah dan berpengalaman serta
memiliki pengetahuan dalam bidangnya.
Pembagian tugas di dalam kelompok dilakukan oleh pemimpin kelompok, selain
itu pemimpin kelompok bertanggung jawab dalam mengarahkan anggota
tim.sebelum tugas dan menerima laporan kemajuan pelayanan keperawatan klien
serta membantu anggota tim dalam menyelesaikan tugas apabila mengalami
kesulitan. Selanjutnya pemimpin tim yang melaporkan kepada kepala ruangan
tentang kemajuan pelayanan atau asuhan keperawatan klien.
Metode ini menggunkan tim yang terdiri dari anggota yang berbeda-beda dalam
memberikan askep terhadap sekelompok pasien.
v Ketenagaan dari tim ini terdiri dari :- Ketua tim
- Pelakaana perawatan
- Pembantu perawatan
Adapun tujuan dari perawatan tim adalah : memberikan asuhan yang lebih baik
dengan menggunakan tenaga yang tersedia.
v Kelebihan metode tim:
- Saling memberi pengalaman antar sesama tim.
- Pasien dilayani secara komfrehesif
- Terciptanya kaderisasi kepemimpinan
- Tercipta kerja sama yang baik .
- Memberi kepuasan anggota tim dalam hubungan interpersonal
- Memungkinkan menyatukan anggota tim yang berbeda-beda dengan aman dan
efektif.
v Kekurangan metode tim:
-Tim yang satu tidak mengetahui mengenai pasien yang bukan menjadi tanggung
jawabnya.
- Rapat tim memerlukan waktu sehingga pada situasi sibuk rapat tim ditiadakan
atau trburu-buru sehingga dapat mengakibatkan kimunikasi dan koordinasi antar
anggota tim terganggu sehingga kelanncaran tugas terhambat.
-Perawat yang belum terampil dan belum berpengalaman selalu tergantung atau
berlindung kepada anggota tim yang mampu atau ketua tim.
- Akontabilitas dalam tim kabur.
4. Metode Perawatan Primer
Yaitu pemberian askep yang ditandai dengan keterikatan kuat dan terus menerus
antara pasien dan perawat yang ditugaskan untuk merencanakan, melakukan dan
mengkoordinasikan askep selama pasien dirawat.
v Tugas perawat primer adalah :
- Menerima pasien
- Mengkaji kebutuhan
- Membuat tujuan, rencana, pelaksanaan dan evaluasi.
- Mengkoordinasi pelayanan
- Menerima dan menyesuaikan rencana
- menyiapkan penyuluhan pulang
v Konsep dasar :
1. Ada tanggung jawab dan tanggung gugat
2. Ada otonomi
3. Ada keterlibatan pasien dan keluarganya
v Ketenagaan :1. Setiap perawat primer adalah perawat bed. side.
2. Beban kasus pasien maksimal 6 pasien untuk 1 perawat
3. Penugasan ditentukan oleh kepala bangsal.
4. Perawat profesional sebagai primer d.an perawat non profesional sebagai
asisten.
v Kepala bangsal :
1. Sebagai konsultan dan pengendali mtu perawat primer
2. Orientasi dan merencanaka karyawan baru.
3. Menyusun jadwal dinas
4. Memberi penugasan pada perawat asisten.
v Kelebihan dari metode perawat primer:
- Mendorong kemandirian perawat.
- Ada keterikatan pasien dan perawat selama dirawat
- Berkomunikasi langsung dengan Dokter
- Perawatan adalah perawatan komfrehensif
- Model praktek keperawatan profesional dapat dilakukan atau diterapkan.
- Memberikan kepuasan kerja bagi perawat
- Memberikan kepuasan bagi klien dan keluarga menerima asuhan keperawatan.
v Kelemahan dari metode perawat primer:- Perlu kualitas dan
- kuantitas tenaga perawat,
- Hanya dapat dilakukan oleh perawat profesional.
- Biaya relatif lebih tinggi dibandingkan metode lain.
5. Metode Modul (Distrik)
Yaitu metode gabungan antara Metode penugasan tim dengan Metode perawatan
primer. Metode ini menugaskan sekelompok perawat merawat pasien dari datang
sampai pulang.
v Keuntungan dan Kerugian
Sama dengan gabungan antara metode tim dan metode perawat primer.
Semua metode diatas dapat digunakan sesuai dengan situasi dan kondisi ruangan.
Jumlah staf yang ada harus berimbang sesuai dengan yang telah dibahas
pembicaraan yang sebelumnya.

KOMUNIKASI TERAPEUTIK
A.FASE ORIENTASI
a).Salam Terapeutik
P: Selamat pagi bu !
K: Selamat pagi
P: Perkenalkan nama saya Hasna. Pagi ini saya akan merawat ibu dari pukul
07.00 14.00. Kalau saya boleh tahu, nama ibu siapa ?
K: Nama saya Rina
b). Evaluasi / Validasi
P: Bagaimana tidurnya semalam bu ?
K: Oh, tidur saya semalam cukup nyenyak
P: Oh ya, ibu sudah mandi pagi ini ?
K: Belum
c). kontrak
P: Baiklah bu, karena pagi ini ibu belum mandi, saya akan memandikan ibu pagi
ini agar ibu merasa segar dan ibu cepat sembuh. Kita melakukannya disini saja
bu,tidak lama ko, kira-kira 20 menit.Bagaimana bu, apakah ibu bersedia ?
K: Ya, saya bersedia.
P:Baiklah saya akan siapkan alat-alatnya dulu.

B. Fase Kerja
1. Menyiapkan alat-alat di sebelah kanan pasien.
2. Memberitahu dan menjelaskan tindakan yang akan dilakukan.
3. Memasang sampiran (menutup jendela, pintu, gorden), selimut dan bantal-bantal
dipindahkan dari tempat tidur (bila bantal masih dibutuhkan dipakai seperlunya).
4. Mengatur posisi pasien senyaman mungkin.
5. Mencuci tangan.
6. Memasang selimut mandi, lipatan bagian atas dipegang olehpasien, lipatan
bagian bawah ditarik bersama-sama dengan seprei atas dan selimut kearah kaki.
7. Memberitahu pada pasien bahwa pakaian atas harus dibuka kemudian menutup
dengan selimut mandi /kain penutup (berdiri di sisikanan atau kiri pasien).
8. membasuh muka:
- perlak dan handuk kecil dibentangkan di bawah kepala
- membersihkan muka, telinga, dan leher dengan waslap yang telah dibasahi air.
Tanyakan apakah pasienmau memakai sabun atau tidak.
- mengeringkan muka dengan handuk
- menggulung perlak dan handuk.
9. membasuh lengan:
- menurunkan selimut mandi, mengangkat atau mempersilahkan pasien
mengangkat kedua tangan ke atas.
- meletakkan handuk di atas dada dan melebarkan ke samping kanan dan kiri
sehingga kedua tangan dapat diletakkan di atas handuk
- membasahi tangan dengan waslap dan member sabun dimulai (dengan tangan
yang jauh dari perawat) dan membilas sampai bersih,kemudian
mengeringkandengan handuk (air kotor segera diganti).
Melakukan hal yang sama pada tangan yang dekat dengan perawat.
10. membasuh dada dan perut:
- menurunkan kain penutup sampai perut bagian bawah. Kedua tangan
dikeataskan, mengangkat handuk dan membentangkan pada sisi pasien
- membasahi dan member sabun pada ketiak, dada dan perut kemudian membilas
sampai bersih dan mengeringkan dengan handuk
- lakukan pada sisi klien yang terjauh kemudian pada sisi yang dekat.
11. Membasuh punggung:
- mengatur posisi pasien miring ke kiri
- membentangkan handuk di bawah punggung sampai bokong
-membasahi punggung sampai bokong , menyabun, membilas dan mengeringkan
dengan handuk
- mengatur posisi pasien terlentang dan memakai pakaian atas dengan rapi
(sebelumnya pasien menghendaki talk atau tidak).
12. Membasuh kaki:
- mengeluarkan kaki yang terjauh dari selimut mandi dan membentangkan handuk
di bawahnya dan menekuk lutut
- membasahi kaki,member sabun dan membilas kemudian mengeringkan dengan
handuk
- melakukan hal yang sama pada kaki yang satunya.
13. Membasuh daerah lipatan paha:
- membentangkan handuk di bawah bokong dan bagian bawah perut. Selimut
bawah dibuka
- membasahi lipatan paha dan genetalia kemudian menyabun, membilas dengan air
bersih dan mengeringkan dengan handuk. Untuk daerah genetalia sebaiknya
menggunakan sabun khusus.
14. Menggunakan kembali pakaian pasien bawah dan mengangkat selimut mandi.
15. Memasang selimut pasien kembali dan bantal-bantal diatur, tempat tidur
danpasien dirapikan kembali.
16. Membereskan alat.
17. Mencuci tangan.
C. Fase Terminasi
1. Evaluasi terhadap tindakan yang dilakukan
Subjektif: Bagaimana bu perasaan ibu setelah dimandikan pagi ini ? Apa yang
ibu rasakan ?
Objektif: Klien tampak segar,rambut dan pakaian tampak rapi.
Observasi respon klien selanjutnya.
2. Rencana tindak lanjut
P: Baiklah bu, karena saya sudah selesai memandikan ibu, saya kembali ke
ruangan dulu, untuk nanti sore atau besok pagi apabila ibu ingin mandi, ibu
bisamelakukannya seperti yang saya lakukan tadi, minta bantuan keluarga ibu,
apakah ibu mengerti ?
K: Ya, terima kasih saya sudah mengerti.
3. Kontrak yang akan datang
P: Silahkan ibu beristirahat kembali, nanti saya akan dating lagi sekitar pukul
10.00 untuk memberikan suntikan melalui selang infus ibu, sebagai obat rutin yang
harus dimasukkan, tidak lama bu kira-kira 5 menit dan kita melakukannya di sini
saja. Apakah ibu bersedia ?
K: Ya,saya bersedia.
P: Baiklah bu, apabila ibu memerlukan bantuan saya panggil saya di ruang
perawat ! Selamat pagi bu.
K: Selamat pagi.

KETERANGAN:
P: PERAWAT
K: KLIEN/PASIEN
Perencanan Pulang (Discharge Planning)
Posted by Sanco Irianto A, S.Kep.Ns | Posted in Materi | Posted on 2/22/2010

A. Pengertian
Discharge Planning (Perencanaan Pulang) merupakan komponen sistem perawatan
berkelanjutan, pelayanan yang diperlukan klien secara berkelanjutan dan bantuan
untuk perawatan berlanjut pada klien dan membantu keluarga menemukan jalan
pemecahan masalah dengan baik, pada saat tepat dan sumber yang tepat dengan
harga yang terjangkau (Doenges & Moorhouse: 94-95).

B. Tujuan
Tujuan utama adalah membantu klien dan keluarga untuk mencapai tingkat
kesehatan yang optimal. Discharge planning yang efektif juga menjamin perawatan
yang berkelanjutan di saat keadaan yang penuh dengan stress.

Rencana pulang yang dimulai pada saat pasien masuk rumah sakit dan secara
periodik diperbaiki mencapai tahap akhir dan segera dilaksanakan, Periksa apakah
pasien/orang terdekat telah mendapat instruksi tertulis atau instruksi verbal tentang
penanganan, obat-obatan dan aktivitas yang boleh dilakukan di rumah. Tanda dan
gejala yang menunjukkan perlunya kontak yang terus-menerus dengan pelayanan
kesehatan perlu ditinjau.

C. Manfaat
1. Menurunkan jumlah kekambuhan, penurunan kembali di rumah sakit, dan
kunjungan ke ruangan kedaruratan yang tidak perlu kecuali untuk beberapa
diagnosa.
2. Membantu klien untuk memahami kebutuhan setelah perawatan dan biaya
pengobatan.
3. Bahan pendokumentasian keperawatan.

D. Hal-hal yang perlu diperhatikan


Meskipun pasien telah dipulangkan, penting bagi pasien dan keluarga mengetahui
apa yang telah dilaksanakan dan bagaimana mereka dapat meneruskan untuk
meningkatkan status kesehatan pasien. Selain itu, ringkasan pulang tersebut dapat
disampaikan oleh perawat praktisi/perawat home care dan mungkin dikirim ke
dokter primer/dokter yang terlibat untuk dimasukkan dalam catatan institusi untuk
meningkatkan kesinambungan perawatan dengan kerja yang kontinu ke arah tujuan
dan pemantauan kebutuhan yang berubah (Doenges & Moorhouse: 126).
Discharge Planning harus disesuaikan dengan:
1. Kebutuhan klien, tersedianya tim kesehatan
2. Dimulai sejak awal masuk rumah sakit.
3. Disusun oleh tim.
E. Tahap-tahap Discharge Planning
1. Pengkajian
Pengkajian mencakup pengumpulan dan pengorganisasian data tentang klien.
Ketika melakukan pengkajian kepada klien, keluarga merupakan bagian dari unit
perawatan. Klien dan keluarga harus aktif dilibatkan dalam proses discharge agar
transisi dari rumah sakit ke rumah dapat efektif.
Elemen penting dari pengkajian discharge planning adalah:
a. Data Kesehatan
b. Data Pribadi
c. Pemberi Perawatan
d. Lingkungan
e. Keuangan dan Pelayanan yang dapat mendukung

2. Diagnosa
Diagnosa keperawatan didasarkan pada pengkajian discharge planning,
dikembangkan untuk mengetahui kebutuhan klien dan keluarga. Keluarga sebagai
unit perawatan memberi dampak terhadap anggota keluarga yang membutuhkan
perawatan. Adalah penting untuk menentukan apakah masalah tersebut aktual atau
potensial.

3. Perencanaaan: Hasil yang diharapkan


Menurut Luverne & Barbara, 1988, perencanaan pemulangan pasien membutuhkan
identifikasi kebutuhan spesifik klien. Kelompok perawat berfokus pada kebutuhan
rencana pengajaran yang baik untuk persiapan pulang klien, yang disingkat dengan
METHOD, yaitu:
a. Medication (obat)
Pasien sebaiknya mengetahui obat yang harus dilanjutkan setelah pulang.
b. Environment (Lingkungan)
Lingkungan tempat klien akan pulang dari rumah sakit sebaiknya aman. Pasien
juga sebaiknya memiliki fasilitas pelayanan yang dibutuhkan untuk kontinuitas
perawatannya.
c. Treatrment (pengobatan)
Perawat harus memastikan bahwa pengobatan dapat berlanjut setelah klien pulang,
yang dilakukan oleh klien atau anggota keluarga. Jika hal ini tidak memungkinkan,
perencanaan harus dibuat sehingga seseorang dapat berkunjung ke rumah untuk
memberikan keterampilan perawatan.
d. Health Teaching (Pengajaran Kesehatan)
Klien yang akan pulang sebaiknya diberitahu bagaimana mempertahankan
kesehatan. Termasuk tanda dan gejala yang mengindikasikan kebutuhan pearwatan
kesehatan tambahan.
e. Outpatient referral
Klien sebaiknya mengenal pelayanan dari rumah sakit atau agen komunitas lain
yang dapat meningkatan perawatan yang kontinu.
f. Diet
Klien sebaiknya diberitahu tentang pembatasan pada dietnya. Ia sebaiknya mampu
memilih diet yang sesuai untuk dirinya.
4. Implementasi
Implementasi adalah pelaksanaan rencana pengajaran dan referral. Seluruh
pengajaran yang diberikan harus didokumentasikan pada catatan perawat dan
ringkasan pulang (Discharge summary). Instruksi tertulis diberikan kepada klien.
Demonstrasi ulang menjadi harus memuaskan. Klien dan pemberi perawatan harus
memiliki keterbukaan dan melakukannya dengan alat yang akan digunakan di
rumah.
Penyerahan home care dibuat sebelum klien pulang. Informasi tentang klien dan
perawatannya diberikan kepada agen tersebut. Seperti informasi tentang jenis
pembedahan, pengobatan (termasuk kebutuhan terapi cairan IV di rumah), status
fisik dan mental klien, factor social yang penting (misalnya kurangnya pemberi
perawatan, atau tidak ada pemberi perawatan) dan kebutuhan yang diharapkan oleh
klien. Transportasi harus tersedia pada saat ini

5. Evaluasi
Evaluasi terhadap discharge planning adalah penting dalam membuat kerja proses
discharge planning. Perencanaan dan penyerahan harus diteliti dengan cermat
untuk menjamin kualitas dan pelayanan yang sesuai. Evaluasi berjalan terus-
menerus dan membutuhkan revisi dan juga perubahan.
Evaluasi lanjut dari proses pemulangan biasanya dilakukan seminggu setelah klien
berada di rumah. Ini dapat dilakukan melalui telepon, kuisioner atau kunjungan
rumah (home visit).
Keberhasilan program rencana pemulangan tergantung pada enam variabel:
a. Derajat penyakit
b. Hasil yang diharapkan dari perawatan
c. Durasi perawatan yang dibutuhkan
d. Jenis-jenis pelayanan yang diperlukan
e. Komplikasi tambahan
f. Ketersediaan sumber-sumber

Reaksi:

Comments (0)
Perbedaan Antara nyeri Akut Dan Kronis

Setelah sebelumnya saya membahas tentang definisi penyakit akut, pada


kesempatan kali ini saya akan membahas tentang perbedaan antara akut dan kronis.

Sebagian masyarakat awam tidak sedikit yang salah kaprah dan sering mengartikan
sama antara akut dan kronis. Padahal apabila ditinjau lebih jauh lagi kedua kata ini
sangat jauh dalam segi arti maupun maknanya.

Akut, istilah yang digunakan untuk menggambarkan suatu kondisi atau penyakit
yang terjadi tiba-tiba, dalam waktu singkat, dan biasanya menunjukkan gangguan
yang serius. Untuk menggambarkan tingkat nyeri (rasa sakit), istilah akut
digunakan untuk menggambarkan rasa sakit yang hebat dan tajam. Demikian juga
untuk perdarahan akut, menandakan perdarahan yang terjadi cepat dan tiba-tiba
dan biasanya merupakan kondisi yang serius yang memerlukan pertolongan medis
segera.

Kronis,istilah yang digunakan untuk menjelaskan suatu kondisi atau penyakit yang
terjadi dalam periode lama, berulang, terjadi perlahan-lahan dan makin serius.
Berbeda dengan akut, kondisi kronik adalah proses yang terjadi secara perlahan,
makin lama makin parah atau menjadi berbahaya. Sebagai contoh, suatu penyakit
mungkin ditandai gejala yang ringan sehingga si penderita membiarkan saja tanpa
diobati. Seiring dengan waktu, penyakitnya makin parah dan berpotensi
membahayakan.

Jadi bisa dibilang kalau kedua istilah itu digunakan untuk membedakan waktu
terserangnya penyakit. Kronis digunakan untuk sakit yang sudah cukup lama/
menahun, sementara akut digunakan untuk sakit yang datangnya secara tiba-tiba.

- See more at: http://penyakitakut.com/perbedaan-antara-akut-dan-


kronis/#sthash.FvL4Gs7d.dpuf

DIAGNOSA KEPERAWATAN BERSIHAN JALAN NAFAS TIDAK EFEKTIF


DAN POLA NAFAS TIDAK EFEKTIF
DIAGNOSA KEPERAWATAN
BERSIHAN JALAN NAFAS TIDAK EFEKTIF
DAN POLA NAFAS TIDAK EFEKTIF

Disusun Oleh:
Dewi Maryatul Qivia
DIII KEPERAWATAN
STIKES MUHAMMADIYAH GOMBONG
2011
I. Bersihan jalan napas tidak efektif

PENGERTIAN :
Bersihan jalan nafas tidak efektif adalah Ketidakmampuan untuk membersihkan
sekresi atau obstruksi saluran pernapasan guna mempertahankan jalan napas yang
bersih
Bersihan jalan napas tidak efektif adalah ketidakmampuan membersihkan sekresi
atau obstruksi dari saluran pernafasan untuk menjaga bersihan jalan napas (Nanda,
2005)
Bersihan jalan nafas tidak efektif berhubungan dengan:
1) infeksi
2) disfungsi neuromuscular
3) hyperplasia dinding bronkus
4) alergi jalan nafas
5) asma
6) trauma
7) Obstruksi jalan nafas
8) spasme jalan nafas
9) sekresi tertahan
10) penumpukan sekret
11) adanya benda asing di jalan nafas
12) adanya jalan nafas buatan
13) sekresi bronkus
14) adanya eksudat di alveolus.
DO: Dispnea
DS:
1) Penurunan suara nafas
2) Orthopneu
3) Cyanosis
4) Kelainan suara nafas (rales/ wheezing)
5) Kesulitan berbicara
6) Produksi sputum
7) Gelisah
8) Perubahan frekuensi dan irama nafas
Tujuan: setelah dilakukan tindakan keperawatan diharapkan masalah bersihan jalan
nafas tidak efektif teratasi, dengan
Kriteria hasil: mendemonstrasikan batuk efektif, dan suara nafas bersih, tidak ada
sianosis dan dispnea.
Menunjukan jalan nafas yang paten.
Intervensi:
1) Posisikan pasien untuk memaksimalkan ventilasi misal: semifowler.
2) Lakukan fisioterapi dada jika perlu
3) Keluarkan sekret dengan batuk atau suction
4) Auskultasi suara nafas dan catat adanya suara nafas tambahan misal ronkhi.
5) Observasi hasil pemeriksaan AGD
6) Anjurkan untuk minum air hangat
7) Bantu klien untuk melakukan latihan batuk efektif bila memungkinkan Lakukan
fifioterapi dada sesuai indikasi : Postural drainase, perkusi dan vibrasi
8) Motivasi dan berikan minum sesuai dengan kebutuhan cairan (40-50 cc/kg
BB/24 jam)
9) PENDIDIKAN KESEHATAN : Jelaskan penggunaanperalatan pendukung
dengan benar (oksigen, pengisapan, spirometer, inhaler, dan intermitten pressure
breathing/IPPB)
10) Instruksikan pada klien dan keluarga kepada rencana perawatan di rumah
(pengobatan, hidrasi, nebulisasi, peralatan, drainase postural, tanda dan gejala
komplikasi, sumber-sumber di komunitas)
11) TINDAKAN KOLABORASI : Berikan oksigen lembab sesuai program
- Berikan terapi sesuai program

II. Pola napas tidak efektif

PENGERTIAN :
Pola napas tidak efektif adalah Inspirasi dan/ atau ekspirasi yang tidak member
ventilasi yang adekuat
Pola nafas tidak efektif adalah kondisi dimana pola inhalasi dan ekshalasi pasien
tidak mampu karena adanya gangguan fungsi paru (Tarwoto,2003).
Pola nafas tidak efektif adalah keadaan dimana seseorang individu mengalami
kehilangan ventilasi yang aktual atau potensial yang berhubungan dengan
perubahan pola nafas (Carpenito, 2001).
Pola napas tidak efektif berhubungan dengan:
1. hiperventilasi
2. hipoventilasi
3. Kelelahan/ penurunan energy
4. kelemahan musculoskeletal
5. kelelahan otot pernafasan
6. nyeri
7. kecemasan
8. disfungsi neuromuskuler
9. obesitas
10. injuri tulang belakang.
DS: Dyspnea, Nafas pendek
DO:
1) Penurunan tekanan inspirasi / ekspirasi
2) Penurunan pertukaran udara per menit
3) Menggunakan otot pernafasan tambahan
4) Orthopnea
5) Tahap ekspirasi berlangsung sangat lama
6) Penurunan kapasitas vital
7) Respirasi: < 11-24 x/ menit.
Tujuan: setelah dilakukan tindakan keperawatan diharapkan pasien menunjukan
keefektifan pola nafas , dengan
Kriteria hasil:
1. Suara nafas bersih
2. Tidak ada siaonsis, dispnea
3. Menunjukan jalan nafas yang paten (tidak merasa tercekik, irama nafas,
frekuensi pernafasan dalam rentang normal, tidak ada suara nafas abnormal).
4. TTV dalam rentang normal
Intervensi:
1. Monitor vital sign
2. Posisikan pasien untuk memaksimalkan ventilasi
3. Lakukan fisioterapi dada jika perlu
4. Keluarkan sekret dengan batuk atau suction
5. Auskultasi suara nafas dan catat adanya suara nafas tambahan
6. Pertahankan jalan nafas yang paten
7. Observasi adanya tanda-tanda hipoventilasi
8. PENDIDIKAN KESEHATAN : Ajarkan pada klien dan keluarga teknik relaksasi
untuk meningkatkan pola napas efektif
Ajarkan cara batuk efektif Diskusikan mengenai rencana perawatan di rumah
9. TINDAKAN KOLABORASI :
Seting ventilator dan sesuaikan pola ventilator dengan kondisi klien
Observasi konsintrasi O2 (Fi O2) yang diberikan
Anjurkan napas dalam melalui abdomen selama periode distress pernapasan Catat
tekanan dan monitor gelombang tekanan jalan napas
Jamin kelembapan dan temperature udara inspirasi dan cek secara berkala
Set dan cek alarm ventilator

III. 10 Macam penyakit yang dapat muncul masalah keperawatan bersihan jalan
nafas tidak efektif dan pola nafas tidak efektif
1. Asma
2. Tuberkolusis
3. PPOM ( Pneumonia, Atelektasis, Pneumotoraks)
4. ISPA
5. Bronkitis Kronis
6. Empiema
7. Efusi pleura
8. Bronkiektasis
9. Flu Burung
10. Ca Paru

Hipotensi (tekanan darah rendah) adalah suatu keadaan dimana tekanan darah
lebih rendah dari 90/60 mmHg atau tekanan darah cukup rendah sehingga
menyebabkan gejala-gejala seperti pusing dan pingsan.
Hipertensi adalah meningkatnya tekanan darah sistolik lebih besar dari 140
mmHg dan atau diastolik lebih besar dari 90 mmHg pada dua kali pengukuran
dengan selang waktu 5 menit dalam keadaan cukup istirahat (tenang).
Hipertermia adalah peningkatan suhu inti tubuh manusia yang biasanya terjadi
karena infeksi. Hipertermia juga dapat didefinisikan sebagai suhu tubuh yang
terlalu panas atau tinggi. Umumnya, manusia akan mengeluarkan keringat untuk
menurunkan suhu tubuh.
Basil Tahan Asam (BTA) menentukan adanya mikobacterium tuberculosis,
yang setelah dilakukan pewarnaan bakteri ini tidak mengalami perubahan
warna oleh alcohol asam.

PEMERIKSAAN DARAH RUTIN HEMOGLOBIN (CARA SAHLI)


1. Prinsip
Hemoglobin darah diubah menjadi asam hematin dengan pertolongan
larutan HCL, lalu kadar dari asam hematin ini diukur dengan
membandingkan warna yang terjadi dengan warna standard memakaimata
biasa.
2. Tujuan
Menetapkan kadar hemoglobin dalam darah

Badak Jawa Blog

HOME
INFO ISLAM
INFO KESEHATAN
KAMPUS
LIRIK LAGU
FACEBOOK
TWITTER
Fp AROMA

Welcome To Badak Jawa Blog


SABTU, 30 NOVEMBER 2013

PEMERIKSAAN LED (LAJU ENDAP DARAH)


PEMBAHASAN II

PEMERIKSAAN LED( LAJU ENDAP DARAH )


1. Definisi
Laju Endap Darah (LED) atau dalam bahasa inggrisnya Erythrocyte
Sedimentation Rate (ESR) merupakan salah satu pemeriksaan rutin untuk darah.
Proses pemeriksaan sedimentasi (pengendapan) darah ini diukur dengan
memasukkan darah kita ke dalam tabung khusus selama satu jam. Makin banyak
sel darah merah yang mengendap maka makin tinggi Laju Endap Darah (LED)-
nya. Tinggi ringannya nilai pada Laju Endap Darah (LED) memang sangat
dipengaruhi oleh keadaan tubuh kita, terutama saat terjadi radang. Namun ternyata
orang yang anemia, dalam kehamilan dan para lansiapun memiliki nilai Laju
Endap Darah (LED) yang tinggi. Jadi orang normal pun bisa memiliki Laju Endap
Darah (LED) tinggi, dan sebaliknya bila Laju Endap Darah (LED) normalpun
belum tentu tidak ada masalah. Jadi pemeriksaan Laju Endap Darah (LED) masih
termasuk pemeriksaan penunjang, yang mendukung pemeriksaan fisik dan
anamnesis dari sang dokter.

2. Tahap LED Berlangsung


a. Fase pengendapan lambat I
Beberapa menit setelah percobaan dimulai, sel darah merah dalam keadaan
melayang, sulit mengendap ( 1-30/menit )
b. Fase pengendapan cepat
Terjadi setelah darah saling berikatan membentuk rauleaux permukaan relatife
kecil , masa menjadi lebih berat ( 30-60 menit )
c. Fase pengendapan lambat II
Terjadi setelah sel darah mengendap, menampak di dasar tabung ( 60-120 menit )

3. Standar Laju Endap Darah


Proses pengendapan darah terjadi dalam 3 tahap yaitu tahap pembentukan rouleaux
sel darah merah berkumpul membentuk kolom, tahap pengendapan dan tahap
pemadatan. Di laboratorium cara untuk memeriksa Laju Endap Darah (LED) yang
sering dipakai adalah cara Wintrobe dan cara Westergren. Pada cara Wintrobe nilai
rujukan untuk wanita 0-20 mm/jam dan untuk pria 0-10 mm/jam, sedang pada cara
Westergren nilai rujukan untuk wanita 0-15 mm/jam dan untuk
pria 0-10 mm/jam.

4. Faktor yang Mempengaruhi LED


a. Faktor eritrosit
1) Jumlah eritrosit untuk darah yang kurang dari normal
2) Ukuran eritrosit yang lebih besar dari normal dan eritrosit yang mudah
beraglutinasi akan menyebabkan laju endap darah cepat.
b. Faktor Plasma
LED mencerminkan protein plasma yang akan meningkat ketika seseorang
mengalami infeksi akut atau kronis
c. Faktor Teknik
Tabung tidak boleh miring, apabila terjadi kemiringan akan terjadi kesalahan 30%
dan tidak boleh banyak getaran
d. Faktor suhu
Suhu terbaik adalah 200C
e. Faktor fiskositas

5. Variasi Laju Endap Darah


Pada orang yang lebih tua nilai Laju Endap Darah juga lebih tinggi. Dewasa
(Metode Westergren):
Pria < 50 tahun = kurang dari 15 mm/jam
Pria > 50 tahun = kurang dari 20 mm/jam
Wanita < 50 tahun = kurang dari 20 mm/jam
Wanita > 50 tahun = kurang dari 30 mm/jam

Anak-anak (Metode Westergren):


Baru lahir = 0 2 mm/jam
Baru lahir sampai masa puber = 3 13 mm/jam

Dalam keadaan normal nilai LED jarang melebihi 10 mm per jam. LED ditentukan
dengan mengukur tinggi cairan plasma yang kelihatan jernih berada di atas sel
darah merah yang mengendap pada akhir 1 jam ( 60 menit ). Nilai LED meningkat
pada keadaan seperti kehamilan ( 35 mm/jam ), menstruasi, TBC paru-paru ( 65
mm/jam ) dan pada keadaan infeksi terutama yang disertai dengan kerusakan
jaringan. Metode yang dianjurkan oleh ICSH ( International Comunitet for
Standardization in Hematology ) adalah cara westergren.

Hasil Laju Endap Darah/LED/ ESR yang tinggi juga dapat terjadi karena :
Anemia
Kanker seperti lymphoma atau multiple myeloma
Kehamilan
Penyakit Thyroid
Diabetes
Penyakit jantung

6. Prinsip Kerja
( Darah vena + 1 bagian natrium sitrat 3,2 % . Homogenisasi sampel sebelum
diperiksa. Sampel darah yang telah diencerkan tersebut kemudian dimasukkan ke
dalam tabung Westergreen sampai tanda/skala 0. Tabung diletakkan pada rak
dengan posisi tegak lurus, jauhkan dari getaran maupun sinar matahari langsung.
Biarkan tepat 1 jam dan catatlah berapa mm penurunan eritrosit. Nilai Rujukan
Metode Westergreen : Pria : 0 - 15 mm/jam Wanita : 0 - 20 mm/jam

7. Alat dan Bahan


Alat : Tabung Westergren, Rak Westergren, Penghisap, Pencatat waktu, Pipet
berskala, Spuit 5cc, Botol kecil
Bahan : Darah vena diambil 1,6 ml dan dicampur dengan Na Sitrat 3,8%
sebanyak 0,4 ml.

8. Cara Kerja
1. Isi tabung westergren dengan darah yang telah diberi Na sitrat 3,8% sampai
garis tanda 0 pipet harus kering dan bersih.
2. Letakkan tabung pada rak westergren dan perhatikan supaya posisinya betul-
betul tegak lurus pada suhu kamar, jauhkan dari cahaya matahari & getaran.
3. Setelah satu jam, baca hasilnya dengan satuan mm/jam

Hasil normal :
a. Pria : 0 - 15 mm/jam
b. Wanita : 0 - 20 mm/jam

Terapi untuk penderita Laju Endap Darah / LED / ESR tinggi :


1. Menjadi vegetarian hanya makan sayuran saja
2. Kurangi penggunaan minyak dan lemak.
Biasanya dalam 2 sampai 3 bulan LED sudah normal kembali.

9. Kesimpulan
Berdasarkan hasil praktikum yang dilakukan dapat disimpulkan bahwa laju endap
darah yang dianalisis menggunakan westergen memiliki kadar 25 mm/jam dan
pemeriksaan LED yang dilakukan menunjukan bahwa laju endap darah tersebut
normal.

Apa sih Bilirubin, SGOT dan SGPT itu?

JANUARY 27, 2012 / SONOFMOUNTMALANG

Belakangan saya akrab sekali dengan istilah Bilirubin, SGOT dan SGPT. Binatang
apalagi sih itu?

Mari kita korek-korek info soal ketiga jenis binatang ini.

Bilirubin adalah produk utama dari penguraian sel darah merah yang tua. Bilirubin
disaring dari darah oleh hati, dan dikeluarkan pada cairan empedu. Sebagaimana
hati menjadi semakin rusak, bilirubin total akan meningkat. Sebagian dari bilirubin
total termetabolisme, dan bagian ini disebut sebagai bilirubin langsung. Bila bagian
ini meningkat, penyebab biasanya di luar hati. Bila bilirubin langsung adalah
rendah sementara bilirubin total tinggi, hal ini menunjukkan kerusakan pada hati
atau pada saluran cairan empedu dalam hati.
Bilirubin mengandung bahan pewarna, yang memberi warna pada kotoran. Bila
tingkatnya sangat tinggi, kulit dan mata dapat menjadi kuning, yang
mengakibatkan gejala ikterus. (Data diambil dari spiritia)

Note: Lihat gambar di bawah. Gambar ini diambil dari hasil Test Lab saya sendiri.
Perhatikan tingkat kerusakan fungsi hati saya. Nilai kerusakan dan nilai normal.
Kata dokter sih ini lumayan parah. Wak waaaww!

Ternyata, kita tidak boleh menyepelekan fungsi organ tubuh sekecil apa pun di
dalam diri kita. Satu saja dari mereka mengalami masalah, efeknya terasa ke
seluruh tubuh. Salah satu caranya adalah, mungkin ya dengan menyelerasakan
semua anggota tubuh atau organ tubuh dan memberlakukannya dengan adil.
Jangan egois. Cuma gara-gara mulut pengen makanan lezat, kita mengabaikan
organ tubuh di bagian perut. Hmmm! Baiklah. Mulai sekarang, perhatikan
kepentingan semua organ tubuh supaya tidak ada yang mengalami masalah satu
sama lain.

Bagaimana dengan binatang SGPT (Serum Glutamik Piruvik Transaminase)


dan SGOT(Serum Glutamik Oksaloasetik Transaminase)?

Ini penjelasan singkatnya.

SGPT (juga dikenal sebagai ALT) dan SGOT (AST) adalah enzim yang dipakai
oleh hati dalam pekerjaannya. Biasanya enzim ini ditahan dalam hati, tetapi bila
hati menjadi rusak karena hepatitis, semakin banyak enzim ini dapat masuk ke
aliran darah. Tingkat enzim ini dalam darah dapat diukur, dan tingkatnya
menunjukkan tingkat kerusakan pada hati.
Biasanya, beratnya kerusakan digambarkan dengan berapa kali di atas normal.
Contohnya, bila SGPT Anda 80, berarti SGPT Anda sedikit di atas dau kali (2x)
normal. Kalau 120, berarti 3x atas normal. Biasanya, tingkat SGPT/SGOT
dianggap masalah bila 3x atau lebih di atas normal, tetapi juga harus dilihat gejala
lain. Kalau SGPT agak tinggi (tergantung keadaan; bisa 5x atau lebih), tetapi tidak
ada gejala lain, dokter biasa hanya akan memantau lebih berhati-hati.

SGPT dan SGOT Anda hanya sedikit di atas normal, jadi kemungkinan Anda tidak
harus khawatir. Tetapi sebaiknya Anda membahas dengan dokter. (Data diambil
dari spiritia)

Note: Perhatikan hasil test lab berikut. Ini adalah hasil test lab SGPT dan SGOT
saya. Bandingkan nilai kerusakan dan nilai normalnya. Ini sih bukan 5 kali lipat
lagi ya. Berlipat-lipat. Wajar saja jika level SGPT dan SGOT mencapai setinggi ini
membuat saya berpikir, Wah! Saya merasa sudah di ambang kematian nih.
Saatnya insaf:d! Itu saking lemas dan tidak berdayanya. Kalau saja saat itu saya
sedang di angkot dan ada komplotan yang ingin merkosa saya, maka mereka
dengan leluasa merkosa saya tanpa ada perlawanan sedikit pun. #Eaaaaa!

Dan kabar buruknya, setelah 10 hari bedrest, hasil lab menunjukkan tingkat SPGT
masih 300. Itu artinya masih berlipat-lipat ketidaknormalannya. Dokter
bilang,Wah! Masih tinggi nih. Bilirubinnya masih 1,9 nih. Waks! Terus berapa
lama normalnya, dok? Dengan enteng dia jawab, ya sebulanlah minimal. Dengan
catatan nggak ada lembur sampai malem ya. Kalau masih lembur-lembur ya makin
lama normalnya.KOWAWAWAWAWAWA! (.)(.)
Lalu, langkah apa yang harus kita lakukan supaya hati kita tetap segar, sehat dan
berfungsi dengan baik? Berikut adalah langkah-langkah yang saya dapatkan dari
berbagai sumber. Sering-seringlah mengganti sarung bantal. Jangan menahan
buang air kecil. Ini salah satu kebiasaan kita, KFC, BK, Mekdi dan makanan Siap
Saji / Junk Food lainnya. Kalau bisa hindari, kalau nggak bisa ya kurangi. Jangan
makan kalau nggak lapar. Ini susah nih. Kita seringnya lapar mata ketimbang lapar
perut. Wakwaaaaw!

Selanjutnya, kebiasaan membungkus makanan panas ke dalam plastik. Kalau


perlu, hindari semua yang berbau plastik deh. Jangan menggoreng makanan
dengan sisa minyak untuk menggoreng (jelantah). Nah, dengan kata lain, kurangi
gorengan abang-abangan! Jajan di tempat yang tidak bersih. Inilah kebiasaan yang
sulit dihilangkan. Jajan makanan yang banyak bahan pengawetnya. Wah! Semua
jajanan beginian mah mengandung bahan pengawet, pemanis buatan dan bahan
kimia lainnya. Minum air putih yang sehat. Kunyah makan sampai halus dan
nggak perlu buru-buru. Hindari konsumsi gula dalam jumlah yang leboy. Kasih
perhatian ke usus dengan memberikannya makanan yang segar dan HARAM
hukumnya memakan makanan yang dipanaskan berulang-ulang. Jangan makan
kalau lagi stress. Hindari sembelit.

Wah! Banyak banget ya hal-hal yang harus dihindari supaya hati tetap suci, bersih,
sehat, segar dan berfungsi dengan baik. Beberapa hal sepertinya ada yang sulit
dihindari. Ya minimal dikurangilahyah. Kita harus tetap sehat supaya bisa
menjalankan kehidupan dengan normal. Karena sakit itu tidaklah enak dan buang-
buang duit!

Semoga sehat selalu ya untuk kita semua! Ayo, mulai sekarang,


HIDUP SEHATLAH sodarah-sodarah!
Gile ye. Tulisannya jadi serius begini. Hadehhh!

Tingkatan nyeri & Skala otot.

26 NOVEMBER 2014 | ORCHIDANENHY

TINGKATAN NYERI
SKALA INTENSITAS NYERI DAN TIPE NYERI

SKALA KETERANGAN
10 Sangat dan tidak dapat dikontrol oleh klien.
9, 8, 7 Sangat nyeri tetapi masih dapat dikontrol oleh klien dengan aktifitas yang
bisa dilakukan.
6 Nyeri seperti terbakar atau ditusuk-tusuk
5 Nyeri seperti tertekan atau bergerak.
4 Nyeri seperti kram atau kaku.
3 Nyeri seperti perih atau mules.
2 Nyeri seperti meliiti atau terpukul.
1 Nyeri seperti gatal,tersetrum atau nyut-nyutan
0 Tidak ada nyeri.

TipeNyeri
SKALA KETERANGAN
10 Tipe nyeri sangat berat.
7-9 Tipe nyeri berat.
4-6 Tipe nyeri sedang.
1-3 Tipe nyeri ringan.
(Sumber: Sadurandari Fundamental Of Nursing, Sudiharto,
AsuhanKeperawatanpadaPasienNyeri, 1996 ; 23).

DAFTAR NILAI KEKUATAN OTOT

Kekuatan otot dinilai dengan angka 0 (nol) sampai 5 (lima) :


SKALA KETERANGAN
0..Otot sama sekali tidak mampu bergerak, tampak berkontraksi,
bilalengan/ tungaki dilepaskan, akan jatuh 100% pasif.
1..Tampak kontraksi atau ada sedikit gerakan dan ada tahanan sewaktu
jatuh.
2..Mampu menahan tegak yang berarti mampu menahan gaya gravitasi
(saja), tapi dengan sentuhan akan jatuh.
3.Mampu menahan tegak walaupun sedikit didorong tetapi tidak mampu
melawan tekan/ dorongan dari pemeriksa.
4Kekuatan kurang dibandingkan sisi lain.
5Kekuatan utuh.

Tetraplegia yaitu kelemahan pada keempat anggota gerak tubuh. Gangguan ini
biasanya disebabkan oleh cedera tulang belakang, terutama di daerah vetebra
kelima dan ketujuh. Kecelakaan mobil dan kecelakaan olahraga adalah penyebab
umum. Tanda dan gejala umumnya adalah hilangnya kekuatan pada kedua lengan
dan kaki sebelah kiri dan kanan.
Pemeriksaan diagnosis meliputi pemeriksaan fisik dan neurologis lengkap dengan
gambar radiografi dari kepala, dada, dan perut untuk menyingkirkan cedera yang
mendasarinya. Spinal x-ray dan skor CT dan MRI biasanya dilakukan untuk
mengevaluasi sejauh mana cedera.

Berikut ini penjelasan tentang skala kekuatan otot untuk mengetahui tingkat
kelemahan :
0 (tidak ada) : tidak ada kontraktilitas.
1 (sedikit) : ada sedikit kontraktilitas tanpa adanya gerakan sendi.
2 (buruk) : rentang gerak komplit dengan batasan gravitas.
3 (sedang) : rentang gerak komplit terhadap gravitas.
4 (baik) : rentang gerak komplit terhadap gravitas dengan beberapa resistensi.
5 (normal) : rentang gerak komplit terhadap gravita dengan beberapa resistensi
penuh.

Bagikan ini:

1. Luas Luka Bakar


Luas luka bakar dapat ditentukan dengan cara Role of nine yaitu dengan tubuh
dianggap 9 % yang terjadi antara
a. Kepala dan leher :9%
b. Dada dan perut : 18 %
c. Punggung hingga pantat : 18 %
d. Anggota gerak atas masing-masing :9%
e. Anggota gerak bawah masing-masing : 18 %
f. Perineum :9%
2. Derajat Luka Bakar
Untuk derajat luka bakar dibagi menjadi 4, yaitu :
a. Grade I
1) Jaringan yang rusak hanya epidermis.
2) Klinis ada nyeri, warna kemerahan, kulit kering.
3) Tes jarum ada hiperalgesia.
4) Lama sembuh + 7 hari.
5) Hasil kulit menjadi normal.
b. Grade II
Grade II a
1) Jaringan yang rusak sebagian dermis, folikel, rambut, dan kelenjar keringat
utuh.
2) Rasa nyeri warna merah pada lesi.
3) Adanya cairan pada bula.
4) Waktu sembuh + 7 - 14 hari.
Grade II b
1) Jaringan yang rusak sampai dermis, hanya kelenjar keringan yang utuh.
2) Eritema, kadang ada sikatrik.
3) Waktu sembuh + 14 21 hari.
c. Grade III
1) Jaringan yang rusak seluruh epidermis dan dermis.
2) Kulit kering, kaku, terlihat gosong.
3) Terasa nyeri karena ujung saraf rusak.
4) Waktu sembuh lebih dari 21 hari.
d. Grade IV
Luka bakar yang mengenai otot bahkan tulang.
3. Pengelolaan Luka Bakar
a. Luka bakar ringan
1) Luka bakar grade I dan II luasnya kurang 15 % pada orang dewasa.
2) Luka bakar grade I dan II luasnya kurang 10 % pada anak
3) Luka bakar grade III luasnya kurang 2 %
b. Luka bakar sedang
1) Luka bakar grade II luasnya 15 25 % pada orang dewasa
2) Luka bakar grade II luasnya 10 20 % pada anak
3) Luka bakar grade II luasnya kurang 10 %
c. Luka bakar berat
1) Luka bakar grade II luasnya lebih dari 25 % pada orang dewasa
2) Luka bakar grade II luasnya lebih dari 20 % pada anak
3) Luka bakar grade III luasnya lebih dari 10 %
4) Luka bakar grade IV mengenai tangan, wajah, mata, telinga, kulit, genetalia serta
persendian ketiak, semua penderita dengan inhalasi luka bakar dengan konplikasi
berat dan menderita DM.
Beratnya luka bakar tergantung kepada jumlah jaringan yang terkena dan
kedalaman luka
1. Luka bakar derajat I
Merupakan luka bakar yang paling ringan. Kulit yang terbakar menjadi merah,
nyeri, sangat sensitif terhadap sentuhan dan lembab atau membengkak.Jika
ditekan, daerah yang terbakar akan memutih; belum terbentuk lepuhan.
2. Luka bakar derajat II
Menyebabkan kerusakan yang lebih dalam. Kulit melepuh, dasarnya tampak merah
atau keputihan dan terisi oleh cairan kental yang jernih. Jika disentuh warnanya
berubah menjadi putih dan terasa nyeri
3. Luka bakar derajat III
Menyebabkan kerusakan yang paling dalam. Permukaannya bisa berwarna putih
dan lembut atau berwarna hitam, hangus dan kasar. Kerusakan sel darah merah
pada daerah yang terbakar bisa menyebabkan luka bakar berwarna merah
terang. Kadang daerah yang terbakar melepuh dan rambut/bulu di tempat tersebut
mudah dicabut dari akarnya.Jika disentuh, tidak timbul rasa nyeri karena ujung
saraf pada kulit telah mengalami kerusakan.
Cedera inhalasi biasanya timbul dalam 24 sampai 48 jam pertama pasca
luka bakar
1. Keracunan karbon monoksida
Karakteristik tanda fisik tidak ada dan warna kulit merah bertanda cheery hampir
tidak pernah terlihat pada pasien luka bakar. Manifestasi Susunan Syaraf Pusat
dari sakit kepala sampai koma hingga kematian.
2. Distress pernafasan
Penurunan oksigenasi arterial akibat rendahnya perfusi jaringan dan syok.
Penyebab distress adalah edema laring atau spasme dan akumulasi lendir.Adapun
tanda-tanda distress pernafasan yaitu serak, ngiler dan ketidakmampuan menangani
sekresi.
3. Cidera pulmonal
Inhalasi produk-produk terbakar tidak sempurna mengakibatkan pneumonitis
kimiawi.Pohon pulmonal menjadi teriritasi dan edematosa pada 24 jam pertama.
Edema pulmonal terjadi sampai 7 hari setelah cedera. Pasien irasional atau tidak
sadar tergantung tingkat hipoksia. Tanda-tanda cedera pulmonal adalah pernafasan
cepat dan sulit, krakles, stridor dan batuk pendek.
Isolasi sosial adalah kondisi ketika individu atau kelompok mengalami
atau merasakan kebutuhan atau keinginan untuk lebih terlibat dalam aktivitas
bersama orang lain tetapi tidak mampu mewujudkannya. Isolasi sosial merupakan
kondisi yang subjektif seluruh kesimpulan yang dibuat berkaitan dengan perasaan
sunyi yang dirasakan individu harus divalidasi karena penyebabnya bisa
bermacam-macam dan cara individu menunjukannya beragam (Carpenito,
2009:1045). Isolasi sosial adalah keadaan dimana seorang individu mengalami
penurunan atau bahkan sama sekali tidak mampu berinteraksi dengan orang lain
disekitarnya (Damaiyanti, 2008:75).
Isolasi sosial juga merupakan kesepian yang dialami oleh individu dan
dirasakan saat didorong oleh keberadaan orang lain dan sebagai pernyataan negatif
atau mengancam. Isolasi sosial adalah keadaan dimana seseorang individu
mengalami penurunan atau bahkan sama sekali tidak mampu berinteraksi dengan
orang lain di sekitarnya. Pasien mungkin merasa ditolak, tidak diterima, kesepian,
dan tidak mampu membina hubungan yang berarti dengan orang lain (Nanda-I,
2012:75)
Isolasi sosial merupakan upaya klien untuk menghindari interaksi dengan
orang lain, menghindari hubungan dengan orang lain maupun komunikasi dengan
orang lain (Keliat, 1998 dalam Trimelia, 2011:3). Isolasi sosial adalah suatu
gangguan hubungan interpersonal yang terjadi akibat adanya kepribadian yang
tidak fleksibel yang menimbulkan perilaku maladaptif dan menggangu fungsi
seseorang dalam hubungan sosial (Depkes RI, 2000). Isolasi sosial merupakan
upaya menghindari komunikasi dengan orang lain karena merasa kehilangan
hubungan akrab dan tidak mempunyai kesempatan untuk berbagi rasa, pikiran, dan
kegagalan. Pasien mengalami kesulitan dalam berhubungan secara spontan dengan
orang lain yang dimanifestasikan dengan mengisolasi diri, tidak ada perhatian dan
tidak sanggup berbagi pengalaman (Yosep, 2007:14).
Isolasi sosial adalah keadaan dimana seorang individu mengalami
penurunan atau bahkan sama sekali tidak mampu berinteraksi dengan orang lain
disekitarnya. Pasien mungkin merasa ditolak, tidak diterima, kesepian dan tidak
mampu membina hubungan yang berarti dengan orang lain (Trimelia, 2011:3).

LAPORAN PENDAHULUAN
GANGGUAN KONSEP DIRI : HARGA DIRI RENDAH
A.Pengertian
Harga diri rendah adalah perasaan tidak berharga, tidak berarti dan rendah diri
yang berkepanjangan akibat evaluasi yang negatif terhadap diri sendiri dan
kemampuan diri. Adanya perasaan hilang percaya diri , merasa gagal karena karena
tidak mampu mencapai keinginansesuai ideal diri (keliat. 2001). Menurut Schult &
videbeck (1998) gangguan harga diri rendah adalah penilaian negatif seseorang
terhadap diri dan kemampuan, yang diekspresikan secara langsung maupun tidak
langsung.

PROSES FIKIR ORG JIWA

1. Flight of Ideas/ lompat gagasan/ pikiran melayang : pikiran yang sangat


cepat, verbalisasi berlanjut atau permainan kata yang menghasilkan
perpindahan yang konstan dari satu ide ke ide lainnya, sehingga suatu
idea yang belum selesai diceritakan sudah disusul oleh idea yang lain. Ide
biasanya berhubungan dan dalam bentuk yang tidak parah, pendengar
mungkin dapat mengikuti jalan pikirnya. Misal : seorang pasien pernah
bercerita, Waktu saya datang ke rumah sakit kakak saya baru mendapat
rebewes, lalu untung saya pakai kemeja biru, hingga pak dokter
menanyakan bila sudah makan.

2. Asosiasi longgar : gangguan arus pikir dengan ide-ide yang berpindah


dari satu subyek ke subyek lain yang tidak berhubungan sama sekali,
dalam bentuk yang lebih parah disebut inkoherensia.
Misal : Saya yang menjalankan mobil kita harus membikin tenaga nuklir
dan harus minum es krim.

3. Inkoherensi : pikiran yang secara umum tidak dapat kita mengerti,


pikiran atau kata keluar bersama-sama tanpa hubungan yang logis atau
tata bahasa tertentu hasil disorganisasi pikir.
Misal : Seorang penulis pernah menerima surat antara lain sebagai
berikut, Saya minta dijanji, tidur, lahir, dengan pakaian lengkap untuk
anak saya satu atau lebih menurut pengadilan Allah dengan suami
jodohnya yang menyinggung segala percobaan.

4. Neologisme : membentuk kata-kata baru yang tidak dipahami oleh


umum,
Misalnya Saya radiltu semua partimun

5. Bloking : jalan pikiran tiba-tiba berhenti atau berhenti di tengah


sebuah kalimat. Pasien tidak dapat menerangkan kenapa ia berhenti.

6. Ekolali : Dorongan kuat yg tidak terkendalikan dari penderita


gangguan jiwa untuk meniru ucapan atau perbuatan yang dilakukan
orang lain;

7. Miskin isi pembicaraan (alogia) : adalah tidak mau bicara atau


minimal; misal. Membisu beberapa hari.

8. Circumstansial : pembicaraan yang tidak langsung sehingga lambat


mencapai point yang diharapkan, tetapi seringkali akhirnya mencapai
point atau tujuan yang diharapkan, sering diakibatkan keterpakuan yang
berlebihan pada detail dan petunjuk-petunjuk / menuju secara tidak
langsung kepada idea pokok dengan menambahakan banyak hal yang
remeh-remeh, yang menjemukan, dan yang tidak relevant

9. Konkritisasi : sangat buruk kemampuan berpikir abstraknya.


Misal : disuruh mengartikan peribahasa ada udang dibalik batu. Pasien
jawabnya : Udangnya ndak kelihatan, sembunyi dok.

Read more: http://dokunimus.blogspot.co.id/2012/09/macam-gangguan-


proses-pikir.html#ixzz4L08ouTCd

B. GANGGUAN BERPIKIR 1. Proses Pikir Sirkumstansial : Pembicaraan yang


berbelit-belit tapi sampai pada tujuan pembicaraan. Tangensial : Pembicaraan yang
berbelit-belit tapi tidak sampai tujuan. Asosiasi Longgar : Pembicaraan tidak ada
hubungan antara satu kalimat dengan kalimat lainnya, dan klien tidak
menyadarinya. Flight of Ideas : Pembicaraan yang meloncat dari satu topic ke topic
lainnya,masih ada hubungan yang tidak logis dan tidak sampai pada tujuan.
Bloking : Pembicaraaan terhenti tiba-tiba tanpa gangguan eksternal kemudian
dilanjutkan kembali. Perseverasi : Pembicaraan yang diulang berkali-kali.
Inkoherensi : Gangguan dalam bentuk bicara, sehingga satu kalimatpun sulit
ditangkap maknanya. Neologisme : Bentuk kata baru yang sulit dipahami
maknanya. Irrelevansi : Isi pikiran/jawaban tidak sesuai dengan pertanyaan.
Verbigerasi : Pengulangan kata tanpa tujuan. 2.Bentuk Pikir Dereistik : Titik berat
pada tidak adanya sangkut paut terjadi antara proses mental individu dan
pengalaman yang sedang terjadi. Otistik : Hidup dalam alam pikiran sendiri. Non
Realistik : Sama sekali tidak berdasar pada kenyataan. 3. Isi Pikir Obsesi : Pikiran
yang selalu muncul walaupun klien berusaha menghilangkannya. Phobia :
Ketakutan yang patologis/tidak logis terhadap objek/situasi tertentu. Hipokondria :
Keyakinan terhadap adanya gangguan organ dalam tubuh yang sebenarnya tidak
ada. Depersonalisasi : Perasaan klien yang asing terhadap diri sendiri, orang atau
lingkungan. Ide yang terkait : Keyakinan klien terhadap kejadian yang terjadi,
lingkungan yang bermakna dan terkait pada irinya. Pikiran Magis : Keyakinan
klien tentang kemampuannya melakukan hal-hal yang mustahil/diluar
kemampuannya. Logoria : Banyak bicara, kata-kata yang dikeluarkan bertubi-tubi,
mungkin koheren dan inkoheren. Kecepatan Bicara : Mengutarakan pikiran
mungkin cepat/lambat sekali. Preokupasi : Pikiran terpaku pada sebuah ide saja,
yang berhubungan dengan keadaan yang bernada emosional yang kuat Pikiran
tidak : Pikiran eksentrik, tidak cocok dengan banyak hal terutama dalam
Memadai(inadekuat) pergaulan dan pekerjaan. Pikiran bunuh diri : Mulai dari
kadang memikirkan sampai terus menerus memikirkan bagaimana cara bunuh diri
Kegembiraan Luar : Timbul mengambang pada orang normal selama fase
permulaan narkose. Fantasi : Isi pikir tentang kejadian/keadaan yang
diharapkan/diinginkan, tetapi dikenal sebagai tidak nyata. Pikiran hubungan :
Pembicaraan orang lain dihubungkan dengan dirinya, misalnya teman pakai baju
merah dianggap marah pada dirinya. Pikiran Isolasi : Rasa terisolasi, tersekat,
terpencil, rasa ditolak social. Pikiran rendah diri : Merendahkan, menyalahkan
dirinya. Waham : Agama : Keyakinan klien terhadap suatu agama secara
berlebihan dan diucapkan secara berulang tetapi tidak sesuai dengan kenyataan.
Somatik : Klien mempunyai keyakinan tentang tubuhnya dan dikatakan secara
berulang yang tidak sesuai engan kenyataan. Kebesaran : Klien mempunyai
keyakinan yang berlebihan terhadap kemampuannya yang disampaikan secara
berulang yang tidak sesuai kenyataan. Curiga : Klien mempunyai keyakinan bahwa
ada seseorang atau sekelompok yang berusaha merugikan atau mencederai dirinya
yang disampaikan secara berulang dan tidak sesuai kenyataan. Nihilstik :
Klienyakin bahwa dirinya sudah tidak ada didunia/meninggal yang dinyatakan
secara berulang yang tidak sesuai kenyataan. Waham yang Bizar : Sisip Pikir :
Klien yakin ada ide pikiran orang lain yang disisipkan didalam pikiran yang
disampaikan secara berulang dan tidak sesuai kenyataan. Siar Pikir : Klien yakin
bahwa orang lain tahu apa yang dia pikirkan walaupun dia tidak menyatakan
kepada orang tersebut yang dinyatakan secara berulang dan tidak sesuai kenyataan.
Kontrol Pikir : Klien yakin pikirannya dikontrol oleh kekuatan dari luar. C.
TINGKAT KESADARAN 1. Kesadaran Menurun Apatis : Mulai mengantuk, acuh
terhadap rangsangan, perlu rangsang lebih kuat untuk menarik perhatian.
Somnolen : Sudah mengantuk dan rangsang lebih keras lagi untuk menarik
perhatian Sopor : Hanya berespon engan rangsang yang keras, ingatan, orientasi,
pertimbangan hilang. Koma/subkoma :tidak berespon terhadap rangsang nyeri
sama sekali. 2. Kesadaran Meninggi Adalah keadaan denganrespon meninggi
terhadap rangsangan. 3. Hipnosa Adalah kesadaran sengaja dirubah
menurun/menyempit, hanya terima rangsang dari sumber tertentu melalui sugesti,
akhirnya timbul amnesia. 4. Disosiasi Trans : Kesadaran tanpa reaksi yang jelas
terhadap lingkungan, biasanya mulai mendadak, bengong, melamun missal kuda
kepang, upacara adat. Senjakala Histerik : Kehilangan ingatan atas dasar
psikologik, terjadi pada waktu tertentu dan biasanya selektif. Fugue : Periode
penurunan kesadaran dengan pelarian secara fisik dari keadaan yang banyak
menimbulkan stress, tetapi mempertahankan kebiasaan/keterampilan. Serangan
Histerik : Penampilan emosional yang jelas dengan unsure tarik perhatian dan
kelihatannya tidak ada kontak dengan lingkungan. 5. Kesadaran Berubah
Kesadaran berubah : Tidak normal, tidak menurun, bukan disosiasi, tapi
kemampuan mengadakan hubungan dan pembatasan dengan dunia luar dan dirinya
sendiri sudah terganggu pada taraf tidak sesuai dengan kenyataan. Gangguan
perhatian : Tidak mampu memusatkan perhatian pada satu hal, lamanya pusat
perhatian berkurang, daya konsentrasi terganggu. 6. Gangguan Ingatan Amnesia :
Tidak mampu mengingat pengalaman, sebagian atau total, secara
retrograde/anterograde. Paramnesia : Ingatan yang keliru karena distorsi
pemanggilan kembali: Dejavu : seperti pernah melihat/mengalami sesuatu padahal
tidak. Jamaisvu : seperti belum pernah melihat/mengalami sesuatu, sebenarnya
sudah. Fausse reconnaissance : pengenalan kembali yang keliru, merasa benar
padahal keliru. Konfabulasi : Secara tidak sadar mengisi lubang-lubang dalam
ingatannya dengan cerita yang tidak sesuai dengan kenyataan akan tetapi
dipercayai. Hipermnesia : penahanan dalam ingatan dan pemanggilan kembali
yang berlebihan. Sedasi : mengatakan merasa melayang-layang antara sadar/tidak.
Stupor : gangguan motorik seperti kekakuan, gerakan-gerakan yang diulang,
anggota tubuh klien dpt dikatakan dalam sikap canggung dan dipertahankan klien,
tetapi mengerti semua yang terjadi dilingkungan. Today Deal $50 Off :
https://goo.gl/efW8Ef Today Deal $50 Off : https://goo.gl/efW8Ef Today Deal $50
Off : https://goo.gl/efW8Ef

Today Deal $50 Off : https://goo.gl/efW8Ef


2.1 Definisi
Foto rontgen adalah alat yang menggunakan sinar sebagai cara untuk
mampu menembus bagian tubuh manusia, sehingga dapat dimanfaatkan untuk
memotret bagian-bagian dalam tubuh.
Pada prinsipnya sinar yang menembus tubuh ini perlu dipindahkan ke format
film agar bisa dilihat hasilnya. Seiring dengan kemajuan teknologi, kini foto
rontgen juga sudah bisa diproses secara digital tanpa film. Sementara hasilnya bisa
disimpan dalam bentuk CD atau bahkan dikirim ke berbagai belahan dunia
menggunakan teknologi e-mail.

2.2 Tujuan
1. Mendapatkan gambaran dan mengetahui kelainan anatomis tubuh.
2. Dapat mempertanggung jawabkan dalam memberikan perawatan.
3 Membantu menegakkan diagnosa.

CT Scan menggabungkan serangkaian pemindaian X-ray yang diambil dari


berbagai sudut yang berbeda. Kemudian komputer akan memproses sehingga
menghasilkan gambar tulang dan jaringan lunak di dalam tubuh.
Membantu Proses Diagnosis
CT scan adalah mesin pemindai berbentuk lingkaran yang besar, cukup untuk
dimasuki orang dewasa dengan posisi berbaring. Alat ini dapat digunakan untuk
mendiagnosis dan memonitor beragam kondisi kesehatan. Kemungkinan dokter
akan merekomendasikanCT scan untuk dilakukan pada saat-saat tertentu, seperti:
Melakukan diagnosis kelainan otot dan tulang, seperti tumor atau retak pada
tulang.
Menentukan lokasi tumor, infeksi, atau bekuan darah.
Memandu prosedur medis ketika melakukan operasi, biopsi, atau terapi
radiasi.
Mendeteksi dan memonitor kondisi dan penyakit tertentu, seperti kanker,
sakit jantung, nodul pada paru-paru, dan massa pada hati.
Mencari tahu cedera atau pendarahan internal.
Penggunaan CT scan kini juga makin banyak digunakan sebagai pemindaian
penyakit atau sebagai langkah preventif. Misalnya CT scan pada usus besar bagi
pasien yang memiliki risiko tinggi terkena kanker usus besar atau pemindaian
jantung secara lengkap pada pasien dengan risiko tinggi penyakit jantung.
Bagian Tubuh yang Dipindai
Selama pemeriksaan dengan CT scan, Anda akan diminta untuk berbaring di atas
sebuah tempat tidur yang dapat bergerak masuk dan keluar secara otomatis.
Petugas bagian radiologi atau radiografer yang membantu pemeriksaan akan
menempatkan posisi Anda dengan tepat hingga bagian tubuh yang diperiksa dapat
terpindai dengan jelas.

Beberapa bagian tubuh berikut sering diperiksa menggunakan CT scan untuk


mengetahui kondisi-kondisi khusus, seperti:

Kepala. CT scan biasanya digunakan di bagian kepala untuk mendeteksi


jaringan yang mati akibat stroke, tumor, jaringan yang mengeras akibat tumpukan
kalsium, pendarahan, dan trauma pada tulang.
Paru-paru. Pemindaian dapat dimanfaatkan untuk mendeteksi adanya
perubahan akut atau kronis pada bagian dalam paru-paru. CT scan yang dapat
dilakukan dari berbagai sudut dapat lebih akurat dibandingkan pemindaian X-
ray dua dimensi.
Jantung. Dengan kemampuan rotasi per detik yang dikombinasikan dengan
potongan gambar dengan resolusi dan kecepatan tinggi, CT scan mampu
memberikan hasil pencitraan arteri koroner yang baik.
Rongga perut dan panggul. Pemindaian dengan CT scan merupakan
metode sensitif yang dapat digunakan untuk mendiagnosis penyakit pada organ-
organ di rongga perut. Dokter sering memanfaatkan untuk menentukan tingkat
kanker dan perkembangannya. Juga dapat dilakukan untuk memeriksa penyebab
sakit perut akut.
Tulang. CT scan sering digunakan untuk memindai kondisi patah tulang
kompleks, terutama di sekitar sendi, karena kemampuannya untuk merekonstruksi
lokasi dari berbagai sudut. Patah tulang, cedera ligamen, dan dislokasi dapat
ditemukan dengan mudah.
Mempertimbangkan Faktor Risiko
Selama proses CT scan, Anda akan terpapar oleh tingkat radiasi yang lebih tinggi
dibandingkan pemindaian X-ray biasa. Radiasi ini kemungkinan akan sedikit
meningkatkan risiko kanker. Meski demikian, CT scan memiliki lebih banyak
manfaat dibandingkan dengan tingkat risiko yang tergolong kecil.
Dokter akan menggunakan tingkat radiasi serendah mungkin. Mesin dan teknik
terbaru dapat membuat radiasi yang Anda peroleh makin sedikit. Konsultasikan
kepada dokter mengenai manfaat dan risiko yang ada sebelum melakukan CT scan.

Paparan radiasi dari CT scan sebaiknya dijauhi oleh ibu hamil. Pertimbangkan
kembali jika Anda memiliki kemungkinan hamil pada saat akan melakukan CT
scan.Kemungkinan dokter akan menyarankan jenis pemindaian lain,
seperti ultrasound ataumagnetic resonance imaging (MRI) guna menghindari
risiko pada janin.

Selain itu, anak-anak juga memiliki risiko yang lebih besar terhadap paparan
radiasi dibandingkan orang dewasa. CT scan hanya dapat dilakukan jika memang
sangat diperlukan pasien anak-anak.

Langkah-langkah Persiapan
Sebelum menjalani proses CT scan, Anda akan ditanyai mengenai kondisi
kesehatan pada saat ini, konsumsi obat tertentu, dan kemungkinan memiliki alergi.
Berikut ini langkah-langkah yang perlu diketahui sebelum menjalani CT scan.
Saat akan menjalani CT scan, Anda akan diminta untuk mengganti baju
dengan pakaian khusus yang disediakan pihak rumah sakit. Anda juga akan
diminta untuk melepas semua perhiasan sebab logam dapat mengganggu proses
pemindaian.
Jika CT scan dilakukan pada bagian kepala, sebelumnya Anda sudah
diinformasikan untuk melepaskan gigi palsu. Selain itu, alat bantu dengar dan jepit
rambut juga harus dilepaskan.
Bicarakan terlebih dahulu pada radiografer jika Anda merasa tegang atau
memilikifobia berada di ruang tertutup sebab hal itu dapat menghalangi proses CT
scan.Petugas tersebut kemungkinan dapat membantu Anda untuk merasa lebih
tenang. Jika diperlukan, Anda bisa bicarakan dengan ahli medis untuk
mengonsumsi obat penenang.
Untuk CT scan pada bagian otak atau perut, kemungkinan Anda akan
diberikan cairan kontras sebelumnya. Cairan tersebut berisi pewarna aman yang
akan membantu memperjelas gambar. Tergantung bagian tubuh mana yang akan
dilakukan CT scan, cairan kontras dalam diberikan dalam bentuk minuman atau
disuntikkan ke dalam aliran darah. Cairan itu kemudian akan dikeluarkan tubuh
melalui urin.
Meski jarang terjadi, cairan kontras dapat mengakibatkan reaksi alergi pada
sebagian orang. Konsultasikan terlebih dahulu kepada radiografer jika memiliki
reaksi alergi terhadap iodin atau cairan kontras sebelumnya.
Sementara proses CT scan sedang dilakukan, Anda harus berbaring dan tidak
diperbolehkan bergerak. Atur napas seperti normal untuk mendapatkan kualitas
gambar yang diperoleh. Cincin besar yang berada pada mesin CT scan akan
berputar mengelilingi tubuh Anda. Tiap kali berputar akan menghasilkan gambar
pindai yang baru. Tempat Anda berbaring akan bergerak sedikit tiap kali cincin
tersebut selesai berputar.

Radiografer akan menjalankan mesin CT scan dari ruang sebelah, terpisah dari
ruang pemeriksaan. Sementara itu, Anda dapat mendengar instruksi dan berbicara
dengan petugas tersebut melalui interkom.

Usai menjalani proses CT scan, tidak berarti hasilnya akan langsung tersedia.
Komputer akan memproses seluruh informasi yang kemudian akan dianalisis oleh
seorang dokter spesialis radiologi. Laporan hasil tes kemudian akan dikirimkan
kepada dokter Anda.

Risiko radiasi dari CT scan memang ada namun kecil. Dokter hanya akan
menyarankanCT scan ketika kondisi Anda benar-benar memerlukannya.
Hindari CT scan jika Anda memiliki kemungkinan tengah mengandung. Minta
saran alternatif terbaik dari dokter.

USG(Ultrasonography)

A. Pengertian

USG itu adalah kepanjangan dari Ultrasonography yang artinya adalah alat yang
prinsip dasarnya menggunakan gelombang suara frekuensi tinggi yang tidak dapat
didengar oleh telinga kita. Dengan alat USG ini sekarang pemeriksaan organ-organ
tubuh dapat dilakukan dengan aman (tidak ada Efek radiasi). Jadi kesimpulannya
apabila pemeriksaan kehamilan seminggu sekali menggunakan alat USG ini sama
sekali tidak ada efeknya negatifnya kepada bayi yang dikandung.

B. Manfaat

Ultransonografi atau USG memiliki banyak manfaat. Alat yang menggunakan


gelombang suara ini digunakan dalam dunia kedokteran kandungan sejak 1961.
Tidak ada efek samping berarti dari USG asal tidak digunakan terus menerus
selama berjam-jam. Beberapa hal yang bisa diketahui dari penggunaan USG antara
lain adalah :

1.Konfirmasi kehamilan : Di usia kehamilan lima setengah minggu, embrio dapat


dilihat

lewat USG. Di usia 7 minggu, detak jantung janin dapat diketahui

2.Usia kehamilan : ukuran tubuh fetus biasanya digunakan untukj mengukur usia

kehamilan. Ukuran ini bisa diketahui lewat pemantauan dengan USG > Tanggal

persalinan pun dapat diperkirakan dengan mudah.

3.Pertumbuhan dan perkembangan janin

4.Ancaman keguguran : jika terjadi pendarahan vagina awal, USG dapat menilai

kesehatan dari tetus. Detak jantung janin jelas berarti prospek yang baik untuk

melanjutkan kehamilan

5.Plasenta bermasalah : USG dapat menilai kondisi plasenta dan menilai adanya
masalah

seperti plasenta previa (plasenta menutup jalan lahir)

6.Hamil ganda/kembar : jumlah fetus dapat dipastikan lewat USG. Karena itu, bila
ada bayi kembar, orangtua dapat mengetahuinya sejak awal.
7.Ukuran cairan ketuban : lewat USG, cairan ketuban bisa diukur. Jumlah cairan
ketuban yang berlebih maupun kurang dapat mempengaruhi kondisi janin.
Mengecek lewat USG sangat bermanfaat untuk keperluan ini.

8.Kelainan posisi janin : kelainan posisi atau letak janin seperti sungsang dan
melintang juga bisa dipantau lewat alat canggih ini

9.Jenis kelamin bayi : bagi banyak orang, hal ini merupakan abgian terpenting
dalam proses kontrol kehamilan.

* Pada kehamilan trimester I:

Menduga usia kehamilan dengan mencocokkan ukuran bayi.

Menentukan kondisi bayi jika ada kemungkinan adanya kelainan atau cacat

bawaan.

Meyakinkan adanya kehamilan.

Menentukan penyebab perdarahan atau bercak darah dini pada kehamilan muda,

misalnya kehamilan ektopik.

Mencari lokasi alat KB yang terpasang saat hamil, misalnya IUD.

Menentukan lokasi janin, di dalam kandungan atau di luar rahim.

Menentukan kondisi janin jika tidak ada denyut jantung atau pergerakan janin.

Mendiagnosa adanya janin kembar bila rahimnya terlalu besar.

Mendeteksi berbagai hal yang mengganggu kehamilan, misalnya adanya kista,

mioma,

*Pada kehamilan trimester II & III:

Untuk menilai jumlah air ketuban. Yaitu bila pertumbuhan rahim terlalu cepat
disebabkan oleh berlebihnya cairan amnion atau bukan.

Menentukan kondisi plasenta, karena rusaknya plasenta akan menyebabkan

terhambatnya perkembangan janin.

Menentukan ukuran janin bila diduga akan terjadi kelahiran prematur. Jadi,

lebih ke arah pertumbuhan janinnya normal atau tidak.

Memeriksa kondisi janin lewat pengamatan aktivitasnya, gerak nafas, banyaknya

cairan amnion, dsb.

Menentukan letak janin (sungsang atau tidak) atau terlilit tali pusar sebelum
persalinan.

Untuk melihat adanya tumor di panggul atau tidak.

Untuk menilai kesejahteraan janin (bagaimana aliran darah ke otaknya, dsb).

Dengan demikian, jika hasilnya menunjukkan hasil yang tidak normal, maka kita
dapat bertindak lebih cepat untuk menyelamatkan janin. Karena gangguan aliran
darah pada janin dapat mengakibatkan pertumbuhan janin terhambat dan pada
keadaan yang sudah berat dapat mengakibatkan kematian.

C. Dampak Penggunaan Mesin USG

Sejumlah wanita berpendapat, pemeriksaan USG yang terlampau sering dapat


menyebabkan kerusakan janin dalam kandungan. Akhirnya, ketika menjalani
kehamilan, mereka hanya bersedia sekali atau dua kali menjalani pemeriksaan
USG.

Sebenarnya, anggapan tersebut keliru. Menurut sejumlah studi eksperimental pada


manusia dan hewan yang dilakukan di manca negara, tak pernah ditemukan efek
negatif akibat penggunaan USG. Sementara, dalam situs Ikatan Dokter Anak
Indonesia (IDAI), disebutkan bahwa USG baru berakibat negatif jika telah
dilakukan sebanyak 400 kali.
USG memang tak berbahaya buat janin. Sebab, USG tak mengeluarkan radiasi
gelombang suara yang bisa berpengaruh buruk pada otak si jabang bayi. Hal ini
berbeda dengan penggunaan sinar rontgen.

Dampak yang timbul dari penggunaan USG hanya efek panas yang tak berbahaya
bagi ibu maupun bayinya. Pada kepentingan tertentu, misalnya kehamilan resiko
tinggi, seharusnya sang ibu semakin sering menjalani pemeriksaan USG.
Tujuannya, agar cepat terdeteksi jika ada perkembangan yang tak dikehendaki.

Misalnya, pada kasus bayi kembar, jika tanpa USG, Bagaimana kita tahu, kalau
bayi yang satu dapat makan, sementara yang satu lagi tidak. Memang tidak bisa
dideteksi, kecuali kita punya kemampuan supranatural.

Butuh bantuan untuk mencari perawatan medis di luar negeri?


Hubungi kami di: 1500 389

Bahasa (ID)
MASUKBUAT AKUN
gan penyedia layanan kesehatan berkualitas terbesar di Asia dengan jaminan harga terbaik
Apa itu EEG: Gambaran Umum, Keuntungan, dan Hasil yang Diharapkan

Pengertian dan Gambaran Umum

Elektroensefalogram (EEG) adalah salah satu tes yang dilakukan untuk mengukur
aktivitas kelistrikan dari otak untuk mendeteksi adanya kelainan dari otak.
Tindakan ini menggunakan sensor khusus yaitu elektroda yang dipasang di kepala
dan dihubungkan melalui kabel menuju komputer. EEG akan merekam aktivitas
elektrik dari otak, yang direpresentasikan dalam bentuk garis gelombang.

Siapa yang memerlukan tes ini dan apa hasil yang diharapkan?

Pemeriksaan EEG umum dilakukan dengan indikasi sebagai berikut:

Epilepsi
Demensia

Norkolepsi

Abnormalitas sistem saraf

Abnormalitas pada otak atau tulang belakang

Kelainan mental

Pasien yang menunjukkan adanya kelainan pada otak diindikasikan untuk


melakukan tes EEG untuk diagnosa lebih lanjut. Bagaimanapun, EEG juga dipakai
untuk memeriksa hal-hal lain selain keperluan diagnosis. EEG dapat menentukan
seberapa besar kemungkinan pasien yang sedang dalam status koma dapat kembali
sadar, juga memonitor aktivitas dari jantung di bawah pengaruh anastesi.

Hasil dari tes Electroencephalogram dapat diperoleh pada hari yang sama, atau
selambat lambatnya satu hari setelahnya. Penentuan diagnosis abnormal atau
normal ditentukan oleh pola dari gelombang elektrik otak. Terdapat beberapa tipe
gelombang elektrik otak yang dapat dihasilkan dari tes EEG, di antaranya adalah:

Gelombang alpha gelombang alpha memiliki frekuensi sebesar 8 sampai


12 siklus per detik. Gelombang ini hanya terjadi ketika dalam keadaan sadar
sepenuhnya ataupun dengan saat mata tertutup.

Gelombang beta gelombang beta memiliki frekuensi sebesar 13 sampai


30 siklus, dan terjadi ketika dalam keadaan sadar.

Gelombang delta gelombang delta terjadi ketika tidur. Gelombang ini juta
umum ditemukan pada anak kecil.

Gelombang theta Seperti gelombang delta, gelombang theta terjadi dalam


fase tidur, dan memiliki 4 sampai 7 siklus per detik

Aktivitas normal otak memiliki gelombang alpha atau beta ketika tidur dan
memiliki pola aktivitas otak yang sama antar kedua belah otak. Otak tidak
seharusnya mengalami sebuah ledakan aktivitas atau sesuatu yang dapat
memperlambat aktivitas kelistrikan otak. Saat tes dilakukan, pasien akan
dirangsang dengan cahaya untuk mengetahui respon dari otak, ketika otak
merespon dalam level normal maka aktivitas kelistrikan otak dapat dikatakan
dalam kondisi baik.

Sebaliknya, aktivitas kelistrikan otak dikatakan tidak normal ketika kedua belah
otak memiliki pola gelombang yang berbeda atau menunjukan adanya aktivitas
kelistrikan yang tajam. Ketika gelombang delta dan theta ditemukan saat pasien
dalam kondisi sadar, maka hal ini dianggap sebagai sesuatu yang tidak biasa.
Sebuah lonjakan tajam dari gelombang aktivitas otak harus menjadi perhatian
dokter karena dapat menunjukan adanya gejala tumor otak, epilepsi, infeksi
atau stroke. Sebaliknya, ketika tidak ada gelombang otak yang terdeteksi, maka
pasien dapat diindikasikan dalam keadaan koma.

Selain mendeteksi keberadaan suatu kelainan, EEG juga menentukan abnormalitas


dalam aktivitas otak. hal ini sangat penting untuk menetukan tipe dari epilepsi atau
kejang yang dialami pasien. Namun, ketika EEG dipasang pada pasien epileps,
sela-sela waktu pasien kejang dapat menunjukan hasil rekaman yang normal.

Bagaimana tindakan ini bekerja?

Ketika pasien disarankan untuk melaksanakan tes EEG, beberapa persiapan


penting untuk dilakukan sehari sebelum tes berlangsung. Pasien harus menghindari
konsumsi dari zat sedatif, obat penenang, obat-obatan yang berefeksamping
mengantuk, kopi, teh, soda, dan cokelat. Kepala juga harus dipastikan dalam
kondisi bersih, karena dalam tindakan ini akan ditempelkan piringan metal pada
kulit kepala. Hindari penggunaan minyak, kondisioner, krim, atau spray rambut
sebelum pergi ke rumah sakit. Beberapa dokter juga menyarankan untuk
mengurangi lama tidur beberpa jam sebelum melakukan tes karena nantinya pasien
akan diminta untuk tidur selama proses tes berlangsung.

EEG biasa dilakukan di rumah sakit di bawah pengawasan dari petugas EEG.
Pasien berbaring dan tindakan dimulai dengan menempelken piringan metal atau
elektroda pada beberapa titik di kepala pasien. Piringan metal ini dilekatkan
menggunakan pasta yang lengket, ataupun jarum. Terkadang, beberapa elektroda
yang ditempelkan pada kepala digantikan dengan sebuah penutup kepala yang
dimana terdapat elektroda elektroda yang telah terpasang. Elektroda ini akan
dihubungkan dengan komputer, di mana aktivitas elektrik dari otak dapat terekam.
Ketika tindakan sedang berlangsung pasien akan diminta untuk diam berbaring dan
tidak tidak diperbolehkan untuk berbicara. Petugas EEG akan mengamati dari
jendela dan meminta pasien unutk melakukan beberapa hal yang diperlukan untuk
keperluan diagnosis, seperti:

Bernapas dalam dan cepat selama 20 menit

Melihat pancaran cahaya

Tidur (jika pasien sulit untuk tidur, obat penenang dapat diberikan)

Tes biasa dilakukan selama 1 sampai 2 jam. Namun, ketika tes dilakukan
diperlukan untuk mengamati masalah yang berhubungan dengan tidur, maka tes
dilakukan selama pasien tertidur.

Tes EEG tidak menimbulkan sakit kepada pasien. Namun, ketika tes ini
menggunakan jarum sebagai pengganti pasta lengket, sensasi tusukan dapat
dirasakan pasien selama jarum dipasang. Ketika menggunakan pasta, pasta
mungkin tertinggal di rambut pasien yang digunakan untuk menempelkan
elektroda pada kulit kepala.

Komplikasi dan Risiko

Pemeriksaan EEG merupakan tes yang aman dengan risiko komplikasi yang sangat
kecil karena jumlah arus listrik yang dialirkan tidak akan mencapai keseluruhan
tubuh. Satu-satunya kemungkinan komplikasi yang mempengaruhi pasien dengan
gangguan kejang, seperti pancaran cahaya yang merupakan bagian dari tes dapat
memicu serangan kejang. Dengan demikian, petugas EEG melakukan beberapa tes
sebagai tindakan pencegahan ketika melakukan tes pada pasien dengan epilepsi
atau gangguan kejang lainnya.
Lumbal Fungsi / Lumbal Pungsi

5:46 PM

1. Pengertian Prosedure Lumbal Fungsi


Adalah suatu cara pengambilan cairan cerebrospinal melalui pungsi pada daerah
lumbal

2. Tujuan Tindakan Lumbal Fungsi


Mengambil cauran cerebrospinaluntuk kepentingan pemeriksaan/diagnostik
maupun kepentingan therapi

3. Indikasi dari Tindakan Lumbal Pungsi

a. Untuk diagnostik

- kecurigaan meningitis
- Kecurigaan perdarahan sub arachnoid
- Pemberian media kontras pada pemeriksaan myelografi
- Evaluasi hasil pengobatan

b. Untuk Therapi

- Pemberian obat anti neoplastik atau anti mikroba intra tekal


- Pemberian anesthesi spinal
- Mengurangi atau menurunkan tekanan CSF

4. Persiapan Tindakan Lumbal Pungsi

a. Persiapan pasien
- Memberi penyuluhan kepada pasien dan keluarga tentang lumbal pungsi
meliputi tujuan, prosedur, posisi, lama tindakan, sensasi-sensasi yang akan dialami
dan hal-hal yang mungkin terjadi berikut upaya yang diperlukan untuk mengurangi
hal-hal tersebut
- Meminta izin dari pasien/keluarga dengan menadatangani formulir kesediaan
dilakukan tindakan lumbal pungsi.
- Meyakinkan klien tentang tindakan yang akan dilakukan

b. Persiapan Alat

- Bak streil berisi jarum lumbal, spuit dan jarum, sarung tangan, kassa dan lidi
kapas, botol kecil (bila akan dilakukan pemeriksaan bakteriologis), dan duk
bolong.
- Tabung reaksi tiga buah
- Bengkok
- Pengalas
- Desinfektan (jodium dan alkohol) pada tempatnya
- Plester dan gunting
- Manometer
- Lidokain/Xilocain
- Masker. Gaun, tutup kepala

5. Prosedur Pelaksanaan Tindakan Lumbal Pungsi

a. Posisi pasien lateral recumbent dengan bagian punggung di pinggir tempat


tidur. Lutut pada posisi fleksi menempel pada abdomen, leher fleksi
kedepan dagunya menepel pada dada (posisi knee chest)

b. Pilih lokasi pungsi. Tiap celah interspinosus vertebral dibawah L2 dapat


digunakan pada orang dewasa, meskipun dianjurkan L4-L5 atau L5-S1
(Krista iliaca berada dibidang prosessus spinosus L4). Beri tanda pada celah
interspinosus yang telah ditentukan.

c. Dokter mengenakan masker, tutup kepala, pakai sarung tangan dan gaun steril.
d. Desinfeksi kulit degan larutan desinfektans dan bentuk lapangan steril dengan duk
penutup.
e. Anesthesi kulit dengan Lidokain atau Xylokain, infiltrasi jaringan lebih dapam
hingga ligamen longitudinal dan periosteum
f. Tusukkan jarum spinal dengan stilet didalamnya kedalam jaringan subkutis.
Jarum harus memasuki rongga interspinosus tegak lurus terhadap aksis panjang
vertebra.
g. Tusukkan jarum kedalam rongga subarachnoid dengan perlahan-lahan, sampai
terasa lepas. Ini pertanda ligamentum flavum telah ditembus. Lepaskan stilet untuk
memeriksa aliran cairan serebrospinal. Bila tidak ada aliran cairan CSF putar
jarumnya karena ujung jarum mungkin tersumbat. Bila cairan tetap tidak keluar.
Masukkan lagi stiletnya dan tusukka jarum lebih dalam. Cabut stiletnya pada
interval sekitar 2 mm dan periksa untuk aliran cairan CSF. Ulangi cara ini sampai
keluar cairan.
h. Bila akan mengetahui tekananCSF, hubungkan jarum lumbal dengan manometer
pemantau tekanan, normalnya 60 180 mmHg dengan posisi pasien berrbaring
lateral recumbent. Sebelum mengukur tekanan, tungkai dan kepala pasien harus
diluruskan. Bantu pasien meluruskan kakinya perlahan-lahan.
i. Anjurkan pasien untuk bernafas secara normal, hindarkan mengedan.
j. Untuk mengetahui apakah rongga subarahnoid tersumbat atau tidak, petugas
dapat melakukan test queckenstedt dengan cara mengoklusi salah satu vena
jugularis selama I\10 detik. Bila terdapat obstruksi medulla spinalis maka tekanan
tersebut tidak naik tetapi apabila tidak terdapat obstruksi pada medulla spinalis
maka setelah 10 menit vena jugularis ditekan, tekanan tersebut akan naik dan turun
dalam waktu 30 detik.
k. Tampung cairan CSF untuk pemeriksaan. Masukkan cairan tesbut dalam 3 tabung
steril dan yang sudah berisi reagen, setiap tabung diisi 1 ml cairan CSF. Cairan ini
digunakan untuk pemeriksaan hitung jenis dan hitung sel, biakan dan pewarnaan
gram, protein dan glukosa. Untuk pemeriksaan none-apelt prinsipnya adalah
globulin mengendap dalam waktu 0,5 jam pada larutan asam sulfat. Cara
pemeriksaanya adalah kedalam tabung reaksi masukkan reagen 0,7 ml dengan
menggunakan pipet, kemudian masukkan cairan CSF 0,5 . diamkan selama 2 3
menit perhatikan apakah terbentuk endapan putih.
Cara penilainnya adalah sebagai berikut:
( -) Cincin putih tidak dijumpai
( + ) Cincin putih sangat tipis dilihat dengan latar belakang hitam dan bila dikocok tetap
putih
( ++ ) Cincin putih sangat jelas dan bila dikocok cairan menjadi
opolecement (berkabut) ( +++ ) Cincin putih jelas dan bila dikocok cairan
menjadi keruh
( ++++ ) Cincin putih sangat jelas dan bila dikocok cairan menjadi sangat keruh

Untuk test pandi bertujuan untuk mengetahui apakah ada peningkatan globulin dan
albumin, prinsipnya adalah protein mengendap pada larutan jenuh fenol dalam air.
cAranya adalah isilah tabung gelas arloji dengan 1 cc cairan reagen pandi
kemudian teteskan 1 tetes cairan CSF, perhatikan reaksi yang terjadi apakah ada
kekeruhan.
l. Bila lumbal pungsi digunakan untuk mengeluarkan cairan liquor pada pasien
dengan hydrocepalus berat maka maksimal cairan dikeluarkan adalah 100 cc.
m. Setelah semua tindakan selesai, manometer dilepaskan masukan kembali stilet
jarum lumbal kemudian lepaskan jarumnya. Pasang balutan pada bekas tusukan.

6. Setelah Prosedur
a. Klien tidur terletang tanpa bantal selama 2 4 jam
b. Observasi tempat pungsi terhadap kemungkinan pengeluaran cairan CSF
c. Bila timbul sakit kepala, lakukan kompres es pada kepala, anjurkan tekhnik
relaksasi, bila perlu pemberian analgetik dan tidur sampai sakit kepala hilang.

7. Komplikasi
a. Herniasi Tonsiler
b. Meningitis dan empiema epidural atau sub dural
c. Sakit pinggang
d. Infeksi
e. Kista epidermoid intraspinal
f. Kerusakan diskus intervertebralis
Pengertian dan Contoh Promotif, Preventif, Kuratif, Rehabilitatif

Dalam dunia kedokteran atau kesehatan, dikenal pelayanan kesehatan Bidang


Promotif, Preventif , Kuratif, Rehabilitatif.
Jika anda mencari artikel tentang apa itu istilah Promotif, Preventif, Kuratif dan
Rehabilitatif anda dapat membaca uraian itu dibawah ini.
Pengertian Pelayanan kesehatan promotif adalah suatu kegiatan dan/atau
serangkaian kegiatan pelayanan kesehatan yang lebih mengutamakan kegiatan
yang bersifat promosi kesehatan.
Contoh Promotif adalah penyuluhan kesehatan gigi dan mulut.
Pengertian Pelayanan kesehatan preventif adalah suatu kegiatan pencegahan
terhadap suatu masalah kesehatan/penyakit.
Contoh Preventif adalah pengolesan fluor pada gigi.
Pengertian Pelayanan kesehatan kuratif adalah suatu kegiatan dan/atau
serangkaian kegiatan pengobatan yang ditujukan untuk penyembuhan penyakit,
pengurangan penderitaan akibat penyakit, pengendalian penyakit, atau
pengendalian kecacatan agar kualitas penderita dapat terjaga seoptimal mungkin.
Contoh Kuratif adalah penambalan gigi.
Pengertian Pelayanan kesehatan rehabilitatif adalah kegiatan dan/atau
serangkaian kegiatan untuk mengembalikan bekas penderita ke dalam masyarakat
sehingga dapat berfungsi lagi sebagai anggota masyarakat yang berguna untuk
dirinya dan masyarakat semaksimal mungkin sesuai dengan kemampuannya.
Contoh Rehabilitatif adalah pembuatan atau pemasangan gigi palsu.
Selain pelayanan bidang kedokteran diatas, ada lagi pelayanan kesehatan yang
dilaksanakan oleh masyarakat umum, pelayanan kesehatan ini disebut dengan
pelayanan kesehatan tradisional.
Pengertian Pelayanan kesehatan tradisional adalah pengobatan dan/atau
perawatan dengan cara dan obat yang mengacu pada pengalaman dan keterampilan
turun temurun secara empiris yang dapat dipertanggungjawabkan dan diterapkan
sesuai dengan norma yang berlaku di masyarakat.
Contoh Pelayanan Tradisional adalah pengobatan alternatif menggunakan obat
herbal, bekam, akupuntur dan lain-lain.
Demikianlah tentang pelayanan kesehatan bidang Promotif, Preventif, Kuratif
dan Rehabilitatif, semoga bermanfaat.
Menghitung Angka Kelahiran dan Angka Kematian

agnas setiawan
Kelahiran dan kematian penduduk merupakan suatu hal alami yang terjadi dalam
kehidupan. Tingkat pertumbuhan kelahiran da kematian dipengaruhi oleh berbagai
faktor.
Dalam ilmu kependudukan, untuk menghitung angka kelahiran kasar dan kematian
kasar dapat digunakan rumus berikut.

Grafik Demografi Semarang


Angka kelahiran kasar (Crude Birth Rate)/ CBR
Angka kelahiran kasar menunjukkan jumlah kelahiran per 1000 penduduk tiap
tahun. Rumus CBR adalah
CBR = B x 1000
P

Keterangan:
B = jumlah kelahiran dalam tahun tertentu
P = total penduduk pada pertengahan tahun
1000 = angka konstanta

Contoh soal:
Berdsarakan sensus 2010 di Jabar terdapat jumlah penduduk 25 juta jiwa dan
banyaknya bayi yang lahir hidup dalam setahun adalah 500.000 jiwa. Berapakah
CBR Jabar?
CBR = 500.000 x 1000
25.000.000
= 20 bayi tiap 1000 wanita

Angka kematian kasar (Crude Death Rate)/ CDR


Angka kematian kasar adalah angka yang menunjukkan jumlah kematian per 1000
penduduk setiap tahun. Rumus CDR adalah
CBR = D x 1000
P

Keterangan:
B = jumlah kematian dalam tahun tertentu
P = total penduduk pada pertengahan tahun
1000 = angka konstanta
Contoh soal:
Berdsarakan sensus 2010 di Jateng terdapat jumlah penduduk 20 juta jiwa dan
banyaknya bayi yang lahir hidup dalam setahun adalah 500.000 jiwa. Berapakah
CDR Jateng?

CBR = 500.000 x 1000


20.000.000
= 25 bayi tiap 1000 penduduk

Anda mungkin juga menyukai