Gangguan pada kelenjar keringat ekrin bisa terjadi karena banyak faktor,
termasuk disfungsi pusat termoregulasi di pusat sistem autonom otak, perubahan
pada spinal simpatis preganglionik, ganglionik, atau pada neuron/akson
postganglionik atau pada muskarinik (M3) sinaps kolinergik pada kelenjar
keringat. Kelainan bentuk kelenjar keringat ekrin karena kumparan sekretori dan
sel-sel saluran keringat bisa menyebabkan gangguan yang mengakibatkan
sumbatan, menghambat aliran keringat ke permukaan kulit.
Gambar 82-3
Gambar 82-2
TABEL 82-1
Klasifikasi Gangguan Berkeringat Kelenjar Ekrin
1.Hiperhidrosis fokal primer 3.Penyebab sekunder Lesi saraf perifer
(esensial) hiperhidrosis generalisata menyebabkan anhidrosis
Neuropati autonom dan
Palmoplantar, axilla, Berhubungan dengan sensoris herediter tipe
kraniofacial, gangguan sistem saraf pusat I,II, IV (insensitivitas
hiperhidrosis generalisata Hipotermia episodik terhadap nyeri
dengan hiperhidrosis kongenital dengan
2.Penyebab sekunder (sindrom hines-bannick anhidrosis)
hiperhidrosis lokal atau shapiro) Guillain Barre
Epilepsi diensefalik post syndrome (polineuropati
Karena infark serebri
trauma atau post demielinasi inflamasi
Infark operkular
hemoragik akut)
Stroke batang otak
Fatal familial insomnia Neuropati autonom
dan penyakit parkinson diabetikum
Berhubungan dengan
Amiloidosis
cedera medulla spinalis Berhubungan dengan Neuropati lepromatous
Disrefleksia autonom
demam dan infeksi kronik Lambert-Eaton
Post trauma
Tuberkulosis, malaria, myasthenic syndrome
syringomyelia
brucellosis, endokarditis Neuropati alkoholik
Hipotensi ortostatik
Fabry disease
yang terpicu Berhubungan dengan Neuropati serabut kecil
penyakit sistemik dan idiopatik
Berhubungan dengan
metabolik Eritromelalgia
gangguan sistem saraf Hipertiroidisme, diabetes Simpatektomi dan lesi
pusat lainnya
mellitus, hipoglikemia, bedah lainnya
Malformasi Chiari tipe I
hiperkortisolisme, Sindrom harlequin
& II
akromegali
Mielopati karena infark,
Anhidrosis akibat toksin
syringomyelia, tumor Berhubungan dengan dan agen farmakologi
Sindrom berkeringat keganasan Botulisme
yang diinduksi dingin Leukemia, limfoma, Ganglionik bloker,
Hiperhidrosis olfaktori feokromositoma, penyakit antikolinergik, karbonik
Castleman, karsinoid, anhidrase inhibitor
Berhubungan dengan
kanker sel renal Opioid
gangguan sistem saraf
perifer Imbas obat Hiperpireksia dan heat
Neuropati motorik Sindrom neuroleptik stroke
perifer dengan disfungsi malignan
autonom Serotonin sindrom, dan 6. Anhidrosis berhubungan
Hiperhidrosis fokal atau obat-obat yang lain dengan gangguan kulit
dermatomal karena lesi dan kelenjar keringat
saraf spinal Sindrom toksik
Hiperhidrosis segmental Alkohol, opioid Anhidrosis akibat agen
kompensasi (post withdrawal, delirium fisik yang merusak kulit
simpatektomi, sindrom tremens Trauma, terbakar,
Ross, kegagalan tekanan, pembentukan
autonom murni) Berhubungan dengan skar, terapi radiasi
gangguan sistem saraf pusat
Berkeringat gustatori dan perifer Anhidrosis akibat
Fisiologis Disautonomia familial kongenital dan penyakit
Idiopatik (Riley-Day), Morvan kulit didapat
Post herpetik fibrillary chorea Fabry dan penyakit
Post cedera saraf (pasca metabolik kongenital
bedah, neuropati 4. Gangguan yang lainnya
autonom diabetik, pasca menyebabkan hipohidrosis Displasia ektodermal
infeksi, invasi tumor) dan anhidrosis kongenital
Iktiosis
Berkeringat lakrimal Gangguan autonom primer Hidraadentis ekrin
dengan anhidrosis didapat neutrofilik
Harlequin syndrome Anhidrosis segmental Sindrom Sjorgen
terisolasi progresif Sklerosis sistemik
Idiopatik, hiperhidrosis
Kegagalan sudomotor (skleroderma)
lokal murni idiopatik Inkontinensia pigmenti
Hiperhidrosis Anhidrosis idiopatik Vitiligo segmental
sirkumskripta unilateral kronik Sindrom Bazex-dupre-
idiopatik Sindrom Ross christol
Hiperhidrosis lokal post Kegagalan autonom
menopause murni Gangguan pada duktus
Neuropati autonom kelenjar keringat
Berhubungan dengan
autoimun Miliaria
gangguan kulit lokal
Palmoplantar pustulosis
Blue rubber bleb nevus 5. Anhidrosis sekunder Psoriasis
syndrome berhubungan dengan Lichen planus
Hamartoma gangguan neurologis Dermatitis atopik
angiomatosa ekrin -lihat
tufted angioma Lesi sistem saraf pusat Gangguan dengan
Tumor glomus (stroke, tumor, infeksi, kelainan komposisi
Burning Feet Syndrome infiltrasi, trauma, dll) keringat
Pachydermoperiostosis Lesi hipotalamus Dermatitis atopik
Granulosis rubra nasi Lesi batang otak ( berkurangnya jumlah
Myxedema pretibia Lesi corda spinalis dermicidin)
POEMS (polineuropati, Kista fibrosis
organomegali, Penyakit degeneratif
(meningkatnya
endokrinopati, M Atrofi sistem multipel,
konsentrasi klorida)
protein, Skin changes) penyakit Lewy-body
syndrome difus, kegagalan autonom
penyakit parkinson
HIPERHIDROSIS FOKAL PRIMER (ESENSIAL)
TERAPI
Kasus hiperhidrosis yang lebih parah pada telapak tangan tidak merespon
pada pengobatan konservatif dan mempunyai termoregulasi yang normal dan hasil
tes keringat emosional kuantitatif yang abnormal baru-baru ini diobati dengan
endoskopik thoracic simpatektomi atau simpatotomi. Ini merupakan prosedur
dengan invasif yang minimal di tangan ahli bedah yang berpengalaman dan
mengurangi keringat untuk jangka panjang (lihat gambar 82-4.1 pada edisi online)
namun berisiko timbulnya hiperhidrosis kompensasi pada segmen tubuh dibawah
tempat yang diobati (lihat gambar 82-4.2 pada edisi online). Studi terbaru
menggunakan teknik reversibel kliping, merupakan prosedur selektif untuk
gangguan sudomotor simpatik dan menunjukkan level yang lebih tinggi dari
blokade ganglion simpatik yang dihubungkan dengan peningkatan risiko dari
hiperhidrosis kompensasi yang berat.
Infark Cerebri
Tabel 82-1
Terapi untuk Menilai Hiperhidrosis
Tipe
Terapi Formulasi Rute Pemberian dan Dosis
Hiperhidrosis
Kraniofasial, Glikopirolat 0,5-2% vanicream base atau Topikal, 1-2 kali sehari. Tablet
gustatori Clonidine losion roll on; 1-2 mg tablet dimulai dari 1 mg bid;
0,1 mg tablet, 0,1-0,3 ditingkatkan sampai 2 mg 3-4
mg/hari, transdermal patch kali/hari prn.
Neoplasma Intratorakal
BERKERINGAT GUSTATORI
Berkeringat lokal pada bibir, kening, kulit kepala dan hidung ketika makan
makanan panas dan pedas terjadi secara fisiologis pada banyak orang melalui
refleks trigeminovaskular. Hiperhidrosis gustatorik patologi bersifat asimetri,
intens dan menimbulkan sepetak kecil keringat pada tubuh dan ekstremitas.
Penyebabnya adalah kelainan regenerasi dari serabut parasimpatis fasialis yang
rusak dan tidak rusak, yang dikhususkan untuk kelenjar ludah, untuk menyuplai
kelenjar keringat fasialis yang mengalami denervasi simpatis. Dengan demikian,
rangsangan gustatori yang sebelumnya menyebabkan sekresi parotis, kelenjar
ludah, atau sekresi lambung sekarang menyebabkan berkeringat pada distribusi
saraf simpatis yang rusak. Yang paling banyak terjadi adalah sindroma Frey,
dimana berkeringat terjadi pada distribusi saraf auriculotemporal setelah cedera,
abses atau operasi pada bagian parotis. Berkeringat gustatori mungkin menyertai
simpatektomi torakal dan servikal, herpes zoster fasialis, atau cedera korda
timpani dan dilaporkan terjadi pada nyeri kepala cluster, neuropati diabetik,
ensefalitis, syringomyelia dan invasi tumor pada trunkus simpatis servikal.
Distribusi pasti dapat digambarkan dengan serbuk indikator pada wajah, leher dan
tubuh bagian atas ketika subjek mengunyah dan kemudian difoto. Terapi dengan
skopolamin topikal, klonidin, glikopirolat, aluminium klorida atau injeksi BTX
mungkin efektif. Terapi yang jarang adalah neuroktomi bagian intrakranial dari
saraf glosofaringeal atau timpani.
BERKERINGAT LAKRIMAL
HARLEQUIN SYNDROME
Wanita tua lebih banyak daripada pria, biasanya merasa terganggu oleh
gejala-gejala pada siang hari, hiperhidrosis paroksisimal utamanya mengenai
kepala, leher dan tubuh bagian atas. Hot flashes (kepala dan leher panas dan
kemerahan) tidak umum dijumpai, namun sering dialami wanita 1-2 dekade
sebelumnya. Berkeringat sebelum menopause adalah hal yang normal, berbeda
dengan sindrom dari hiperhidrosis esensial kraniofasial. Normalnya, berkeringat
karena proses termoregulasi pada seluruh tubuh mengatur hiperhidrosis
kompensata. Terapi penggantian hormon biasanya tidak efektif. Perubahan pada
rentang suhu di set point hipotalamus untuk berkeringat dicurigai terjadi dalam
banyak kasus. Pengobatan simptomatik dengan klonidin, glikopirolat (0,5-2,0%
topikal) mungkin efektif. Entah sindrom ini hanyalah versi sederhana Penuaan
dari hot flashes tipikal atau hiperhidrosis fokal primer idiopatik onset lambat yang
masih harus dilihat kembali.
Hiperhidrosis lokal dilaporkan terjadi pada kulit pada blue rubber bleb
nevus, pada kulit perilesional dari tumor glomus (kemungkinan karena
peningkatan temperatur lokal dan atau nyeria) dan pada sindroma POEMS
(polyneuropathy, organomegaly, endocrinopathy, M protein dan skin changes),
penyakit Gopalan (sindroma burning feet), pakidermo-periostosis dan miksedema
pretibial yang sangat nyeri. Hiperhidrosis juga sering dihubungkan dengan
hamartoma angiomatosa ekrin, suatu kondisi proliferatif nevoid yang
menunjukkan peningkatan jumlah dari kelenjar ekrin dan saluran vaskuler yang
terdilatasi pada dermis bagian dalam dan jaringan subkutaneus pada evaluasi
histologis dari jaringan yang mengalami lesi. Hamartoma biasanya terlokalisir
pada ekstremitas dan umumnya muncuk secara soliter, kadang-kadang nyeri, ungu
kebiruan, nodul yang tumbuh lambat saat lahir atau masa kanak-kanak, namun
harus diperhatikan pada dewasa.
Kelainan resesif otonom ini disebabkan karena mutasi gen IKAP, yang
terletak pada kromosom 9. FD ditandai dengan disregulasi otonom yang menonjol
dengan hipotensi ortostatik episodik, hipertensi arterial, berkeringat profus,
bercak/bisul pada kulit, tangan yang bengkak dan kebiasaan yang abnormal. FD
bermanifestasi hanya pada anak-anak keturunan Yahudi Ashkenazi. Temuan utama
adalah berkurangnya refleks tendon dalam, tidak adanya air mata yang meluap,
tidak adanya papila fungiformis pada lidah dan respon terbakar pada akson setelah
injeksi histamin intradermal. Test thermal dan vibratori menunjukkan gangguan
yang menonjol dari persepsi suhu dan nyeri juga getar. Denervasi parasimpatis
dari pupil dapat juga terjadi.
(See Fig.82-1) Biopsi kulit dari lesi kulit pada pasien dengan CIA dapat
menunjukan infiltrasi periekrin oleh limfosit kecil yang mungkin menyebabkan
anhidrosis (biopsi kulit, menahan respon berkeringat memperlihatkan kelenjar-
kelenjar keringat berfungsi). Demonstrasi langsung dari proses imunopatologi
baik selular maupun humoral telah memberikan pandangan baru terhadap
patofisiologi dan pengobatan CIA. Target antigen dari limfosit CD3+ belum jelas,
tetapi mungkin reseptor M3 Ach. Kortikosteroid oral, methrotexate parenteral, dan
krim pimecrolimus topikal tidak menyebakan anhidrosis. Pemeriksaan biopsi kulit
dengan elektron dan laser scanning confocal fluorescence microscopy69 untuk
melihat perubahan kerusakan ultrastruktur dari unit neuroglandular dan
menentukan penanda permukaan sel pada infiltrasi limfosit merupakan metode
antara sekarang dan yang diajukan untuk memahami neurobiologi dari penyakit
ini maupun lainnya, seperti penyakit Fabry dan neuropati pada serabut kecil
secara umum.
Sindrom Ross