LP Efusi Pleura
LP Efusi Pleura
A. Pengertian
Efusi pleura adalah suatu keadaan dimana terdapat penumpukan cairan dalam
pleura berupa eksudat atau transudat yang diakibatkan terjadinya ketidakseimbangan
antara produksi dan absorbsi di kapiler dan pleura viseralis (Mutaqqin, 2008)
Efusi pleural adalah penumpukan cairan di dalam ruang pleural, proses penyakit
primer jarang terjadi namun biasanya terjadi sekunder akibat penyakit lain. Efusi dapat
berupa cairan jernih, yang mungkin merupakan transudat, eksudat, atau dapat berupa
darah atau pus (Diane, 2007).
Efusi pleural adalah pengumpulan cairan dalam ruang pleura yang terletak
diantara permukaan visceral dan parietal, proses penyakit primer jarang terjadi tetapi
biasanya merupakan penyakit sekunder terhadap penyakit lain. Secara normal, ruang
pleural mengandung sejumlah kecil cairan (5 sampai 15ml) berfungsi sebagai pelumas
yang memungkinkan permukaan pleural bergerak tanpa adanya friksi (Smeltzer, 2006).
Efusi pleura adalah istilah yang digunakan bagi penimbunan cairan dalam rongga
pleura (Sylvia, 2006).
Efusi pleura merupakan salah satu kelainan yang menganggu system pernafasan.
Efusi pleura bukanlah diagnosis dari suatu penyakit, melainkan hanya merupakan gejala
atau komplikasi dari suatu penyakit. Efusi pleura adalah suatu keadaan dimana terdapat
cairan berlebihan di rongga pleura, jika kondisi ini dibiarkan akan membahayakan jiwa
penderitanya
B. Etiologi
Berdasarkan jenis cairan yang terbentuk, cairan pleura dibagi lagi menjadi transudat,
eksudat dan hemoragi :
1. Transudat dapat disebabkan oleh kegagalan jantung kongestif (gagal jantung kiri),
sindrom nefrotik, acites (oleh karena sirosis hepatis), sindrom vena kava superior,
tumor, dan sindrom Meigs.
2. Eksudat disebabkan oleh infeksi, TB, pneumonia, tumor, infark paru, radiasi, dan
penyakit kolagen.
3. Efusi hemoragi dapat disebabkan oleh adanya tumor, trauma, infark paru, dan
tuberkulosis.
C. Anatomi Fisiologi
Pleura adalah suatu lapisan ganda jaringan tipis yang terdiri dari; sel-sel mesotelial,
jaringan ikat, pembuluhpembuluh darah kapiler, dan pembuluhpembuluh getah bening.
Seluruh jaringan tersebut memisahkan paruparu dari dinding dada dan
mediastinum.Pleura terdiri dari 2 lapisan yang berbeda yakni pleura viseralis dan pleura
parietalis. Kedua lapisan pleura ini bersatu pada hilus paru. Dalam beberapa hal terdapat
perbedaan antara kedua pleura ini yakni:
1. Pleura viseralis, bagian permukaan luarnya terdiri dari selapis sel mesotelial yang
tipis (tebalnya tidak lebih dari 30 um). Diantara celahcelah sel ini terdapat
beberapa sel limfosit. Dibawah selsel mesotellial ini terdapat endopleura yang
berisi fibrosit dan histiosit. Seterusnya dibawah ini (dinamakan lapisan tengah)
terdapat jaringan kolagen dan seratserat elastik. Pada lapisan terbawah terdapat
jaringan interstitial subpleura yang sangat banyak mengandung pembuluh darah
kapiler dari Arteri pulmonalis dan Arteri brakialis serta pembuluh getah bening.
Keseluruhan jaringan pleura viseral ini menempel dengan kuat pada jaringan
parenkim paru.
2. Pleura parietalis, disini lapisan jaringan lebih tebal dan terdiri juga dari sel-sel
mesotelial dan jaringan ikat (jaringan kolagen dan seratserat elastik). Dalam
jaringan ikat ini terdapat pembuluh kapiler dari arteri interkostalis dan arteri
mammaria interna, pembuluh getah bening dan banyak reseptor saraf - saraf
sensoris yang peka terhadap rasa sakit dan perbedaan temperatur. Sistem
persyarafan ini berasal dari nervus interkostalis dinding dada dan alirannya sesuai
dengan dermatom dada. Keseluruhan jaringan pleura parietalis ini menempel
dengan mudah, tapi juga mudah dilepaskan dari dinding dada diatasnya.
D. Concept Map
E. Tanda dan Gejala
1. Adanya timbunan cairan mengakibatkan perasaan sakit karena pergesekan, setelah
cairan cukup banyak rasa sakit hilang. Bila cairan banyak, penderita akan sesak
napas.
2. Adanya gejala-gejala penyakit penyebab seperti demam, menggigil, dan nyeri dada
pleuritis (pneumonia), panas tinggi (kokus), subfebril (tuberkulosisi), banyak
keringat, batuk, banyak riak.
3. Deviasi trachea menjauhi tempat yang sakit dapat terjadi jika terjadi penumpukan
cairan pleural yang signifikan.
4. Pemeriksaan fisik dalam keadaan berbaring dan duduk akan berlainan, karena cairan
akan berpindah tempat. Bagian yang sakit akan kurang bergerak dalam pernapasan,
fremitus melemah (raba dan vocal), pada perkusi didapati daerah pekak, dalam
keadaan duduk permukaan cairan membentuk garis melengkung (garis Ellis
Damoiseu).
5. Didapati segitiga Garland, yaitu daerah yang pada perkusi redup timpani dibagian
atas garis Ellis Domiseu. Segitiga Grocco-Rochfusz, yaitu daerah pekak karena cairan
mendorong mediastinum kesisi lain, pada auskultasi daerah ini didapati vesikuler
melemah dengan ronki.
6. Pada permulaan dan akhir penyakit terdengar krepitasi pleura.
F. Pemeriksaan Penunjang
1. Sinar Tembus Dada
Yang dapat terlihat dalam foto efusi pleura adalah terdorongnya mediastinum pada
sisi yang berlawanan dengan cairan. Akan tetapi, bila terdapat atelektasis pada sisi
yang bersamaan dengan cairan, mediastinum akan tetap pada tempatnya.
2. Torakosintesis
Aspirasi cairan pleura berguna sebagai sarana untuk diagnostik maupun terapeutik.
Torakosentesis sebaiknya dilakukan pada posisi duduk. Lokasi aspirasi adalah pada
bagian bawah paru disela iga ke-9 garis aksila posterior dengan memakai jarum
abbocath nomor 14 atau 16. Pengeluaran cairan sebaiknya tidak lebih dari 1000-
1.500 cc pada setiap kali aspirasi. Jika aspirasi dilakukan sekaligus dalam jumlah
banyak, maka akan menimbulkan syok pleural ( hipotensi ) atau edema paru. Edema
paru terjadi karena paru-paru terlalu cepat mengembang.
3. Biopsi Pleura
Pemeriksaan histologis satu atau beberapa contoh jaringan pleura dapat menunjukkan
50-75% diagnosis kasus pleuritis tuberkulosis dan tumor pleura. Bila hasil biopsi
pertama tidak memuaskan dapat dilakukan biopsi ulangan. Komplikasi biopsi adalah
pneumotorak, hemotorak, penyebaran infeksi atau tumor pada dinding dada.
4. Pendekatan pada Efusi yang tidak terdiagnosis
Pemeriksaan penunjang lainnya:
Bronkoskopi: pada kasus-kasus neoplasma, korpus alienum, abses paru.
Scanning isotop: pada kasus-kasus dengan emboli paru.
Totakoskopi ( fiber-optik pleuroscopy ) : pada kasus dengan neoplasma atau TBC.
2 Bekuan - -/+
12 Bakteri - -/+
G. Komplikasi
1. Fibrotoraks
Efusi pleura yang berupa eksudat yang tidak ditangani dengan drainase yang baik
akan terjadi perlekatan fibrosa antara pleura parietalis dan pleura viseralis. Keadaan
ini disebut dengan fibrotoraks. Jika fibrotoraks meluas dapat menimbulkan hambatan
mekanis yang berat pada jaringan-jaringan yang berada dibawahnya. Pembedahan
pengupasan(dekortikasi) perlu dilakukan untuk memisahkan membrane-membran
pleura tersebut.
2. Atalektasis
Atalektasis adalah pengembangan paru yang tidak sempurna yang disebabkan oleh
penekanan akibat efusi pleura.
3. Fibrosis paru
Fibrosis paru merupakan keadaan patologis dimana terdapat jaringan ikat paru dalam
jumlah yang berlebihan. Fibrosis timbul akibat cara perbaikan jaringan sebagai
kelanjutan suatu proses penyakit paru yang menimbulkan peradangan. Pada efusi
pleura, atalektasis yang berkepanjangan dapat menyebabkan penggantian jaringan
paru yang terserang dengan jaringan fibrosis.
4. Kolaps Paru
Pada efusi pleura, atalektasis tekanan yang diakibatkan oleh tekanan ektrinsik pada
sebagian / semua bagian paru akan mendorong udara keluar dan mengakibatkan
kolaps paru.
I. Pengkajian Keperawatan
Pada umumnya tidak bergejala. Makin banyak cairan yang tertimbun makin cepat dan
jelas timbulnya keluhan karena menyebabkan sesak, disertai demam sub febris pada
kondisi tuberkulosis.
1. Kebutuhan istrahat dan aktifitas
Klien mengeluh lemah, napas pendek dengan usaha sekuat-kuatnya, kesulitan tidur,
demam pada sore atau malam hari disertai keringat banyak.
Ditemukan adanya tachicardia, tachypnea/dyspnea dengan usaha bernapas se-
kuat-kuatnya, perubahan kesadaran (pada tahap lanjut), kelemahan otot , nyeri dan
stiffness (kekakuan).
2. Kebutuhan integritas pribadi
Klien mengungkapkan faktor-faktor stress yang panjang, dan kebutuhan akan
pertolongan dan harapan.
Dapat ditemukan perilaku denial (terutama pada tahap awal) dan kecemasan.
3. Kebutuhan Kenyamanan/ Nyeri
Klien melaporkan adanya nyeri dada karena batuk.
Dapat ditemukan perilaku melindungi bagian yang nyeri, distraksi, dan kurang
istrahat/kelelahan.
4. Kebutuhan Respirasi
Klien melaporkan batuk, baik produktif maupun non produktif, napas pendek, nyeri
dada.
Dapat ditemukan peningkatan respiratory rate karena penyakit lanjut dan fibrosis paru
(parenkim) dan pleura, serta ekspansi dada yang asimetris, fremitus vokal menurun,
pekak pada perkusi suara nafas menurun atau tidak terdengan pada sisi yang
mengalami efusi pleura. Bunyi nafas tubular disertai pectoriloguy yang lembut dapat
ditemukan pada bagian paru yang terjadi lesi. Crackles dapat ditemukan di apex paru
pada ekspirasi pendek setelah batuk.
Karakteristik sputum : hijau/purulen, mucoid kuning atau bercak darah.
Dapat pula ditemukan deviasi trakea.
5. Kebutuhan Keamanan
Klien mengungkapkan keadaaan imunosupresi misalnya kanker, AIDS , demam sub
febris.
Dapat ditemukan keadaan demam akut sub febris.
6. Kebutuhan Interaksi sosial
Klien mengungkapkan perasaan terisolasi karena penyakit yang diderita, perubahan
pola peran.
Pemeriksaan Fisik
K. Intervensi Keperawatan
DAFTAR PUSTAKA
Mutaqqin, Arif, 2008. Asuhan Keperawatan Klien dengan Gangguan Sistem Pernafasan.
Jakarta : Salemba Medika
Aplikasi Asuhan Keperawatan Berdasarkan Diagnosa Medis & NANDA NIC-NOC, 2013
http://dhewi-hany.blogspot.com/2012/05/lp-efusi-pleura.html
http://rofiqahmad.wordpress.com/2008/12/22/asuhan-keperawatan-pada-klien-dengan-
efusi-pleura/
http://nursecharisma.blogspot.com/2011/02/asuhan-keperawatan-pada-klien-
dengan_16.html