Anda di halaman 1dari 15

HEMOROID

A. Pengertian
Hemoroid adalah pelebaran varices satu segmen atau lebih vena-vena
hemoroidalis (Mansjoer, 2000). Hemoroid atau wasir (ambeien) merupakan vena
varikosa pada kanalis ani. Hemoroid timbul akibat kongesti vena yang disebabkan oleh
gangguan aliran balik dari vena hemoroidalis. Hemoroid sering dijumpai dan terjadi pada
sekitar 35% penduduk berusia lebih dari 25 tahun. Walaupun keadaan ini tidak
mengancam jiwa, namun dapat menimbulkan perasaan yang sangat tidak nyaman (Price
dan Wilson,2006).
Penyakit hemoroid sering menyerang usia diatas 50 tahun. Hemoroid seringkali
dihubungkan dengan konstipasi kronis dan kehamilan. Terkadang dihubungkan dengan
diare, sering mengejan, pembesaran prostat, fibroid uteri, dan tumor rectum. Komplikasi
dapat menyebabkan nyeri hebat, gatal dan perdarahan rectal (Chandrasoma, 2006; Price
dan Wilson,2006).
Hemoroidektomi adalah eksisi yang hanya dilakukan pada jaringan yang benar-
benar berlebihan untuk penderita yang mengalami keluhan menahun dan pada penderita
hemoroid derajat III dan IV (Sjamsuhidayat dan Jong, 2000).

B. Etiologi
1. Faktor predisposisi adalah herediter, anatomi, makanan, psikis dan sanitasi, sedangkan
sebagai faktor presipitasi adalah faktor mekanis (kelainan sirkulasi parsial dan
peningkatan tekanan intra abdominal), fisiologis dan radang umumnya faktor etiologi
tersebut tidak berdiri sendiri tetapi saling berkaitan. Menurut Tambayong (2000) faktor
predisposisi dapat diakibatkan dari kondisi hemoroid. Hemoroid berdarah mungkin
akibat dari hipertensi portal kantong-kantong vena yang melebar menonjol ke dalam
saluran anus dan rectum terjadi trombosis, ulserasi, dan perdarahan, sehingga nyeri
mengganggu. Darah segar sering tampak sewaktu defekasi atau mengejan. Menurut
Smeltzer dan Bare (2002) hemoroid sangat umum terjadi pada usia 50-an, 50%
individu mengalami berbagai tipe hemoroid berdasarkan vena yang melebar,
mengawali atau memperberat adanya hemoroid.
2. Faktor penyebab terjadinya hemoroid adalah sebagai berikut:
1) Mengejan pada waktu defekasi.
2) Konstipasi yang menahun tanpa pengobatan.
3) Pembesaran prostat.
4) Keturunan atau hereditas.
5) Kelemahan dinding structural dari dinding pembuluh darah.
6) Peningkatan tekanan intra abdomen (seperti: Kehamilan, berdiri dan duduk terlalu
lama dan konstipasi).

C. Anatomi Fisiologi Organ dan Terkait


Bagian utama usus besar yang terakhir dinamakan rectum dan terbentang dari
colon sigmoid sampai anus, colon sigmoid mulai setinggi krista iliaka dan berbentuk
lekukan huruf S. Lekukan bagian bawah membelok ke kiri waktu colon sigmoid bersatu
dengan rectum. Satu inci dari rectum dinamakan kanalis ani dan dilindungi oleh sfingter
eksternus dan internus. Panjang rectum dan kanalis ani sekitar 15 cm.
Usus besar secara klinis dibagi menjadi belahan kanan dan belahan kiri sesuai
dengan suplai darah yang diterimanya. Arteri mesentrika superior memperdarahi belahan
bagian kanan yaitu sekum, colon asendens dan dua pertiga proksimal colon tranversum,
dan arteria mesentrika inferior memperdarahi belahan kiri yaitu sepertiga distal colon
transversum, colon desendens, sigmoid dan bagian proksimal rectum. Suplai darah
tambahan untuk rectum adalah melalui arteria sakralis media dan arteria hemoroidalis
inferior dan media yang dicabangkan dari arteria iliaka interna dan aorta abdominalis.
Alir balik vena dari colon dan rectum superior melalui vena mesentrika superior
dan inferior dan vena hemoroidalis superior, yaitu bagian dari sistem portal yang
mengalirkan darah ke hati. Vena hemoroidalis media dan inferior mengalirkan darah ke
vena iliaka dan merupakan bagian dari sirkulasi sistematik. Terdapat anastomosis antara
vena hemoroidalis superior, media dan inferior, sehingga peningkatan tekanan portal
dapat mengakibatkan aliran darah balik ke dalam vena-vena ini.
Terdapat dua jenis peristaltik propulsif: (1)kontraksi lamban dan tidak teratur,
berasal dari segmen proksimal dan bergerak ke depan, menyumbat beberapa haustra; (2)
peristaltik massa, merupakan kontraksi yang melibatkan segmen colon. Gerakan
peristaltik ini menggerakkan massa feces ke depan, akhirnya merangsang defekasi.
Kejadian ini timbul dua sampai tiga kali sehari dan dirangsang oleh reflek gastrokolik
setelah makan pertama masuk pada hari itu. Propulasi feces ke rectum mengakibatkan
distensi dinding rectum dan merangsang reflek defekasi. Defekasi dikendalikan oleh
sfingter ani eksterna dan interna. Sfingter interna dikendalikan oleh sistem saraf otonom,
dan sfingter eksterna berada di bawah kontrol volunter. Reflek defekasi terintegrasi pada
segmen sakralis kedua dan keempat dari medula spinalis. Serabut-serabut parasimpatis
mencapai rectum melalui saraf splangnikus panggul dan bertanggung jawab atas
kontraksi rectum dan relaksasi sfingter interna. Pada waktu rectum yang mengalami
distensi berkontraksi, otot levator ani berelaksasi, sehingga menyebabkan sudut dan
anulus anorektal menghilang. Otot-otot sfingter interna dan eksterna berelaksasi pada
waktu anus tertarik atas melebihi tinggi massa feces. Defekasi dipercepat dengan adanya
peningkatan tekanan intra-abdomen yang terjadi akibat kontraksi volunter. Otot-otot dada
dengan glotis ditutup, dan kontraksi secara terus menerus dari otot-otot abdomen
(manuver atau peregangan valsava). Defekasi dapat dihambat oleh kontraksi volunter
otot-otot sfingter eksterna dan levator ani. Dinding rectum secara bertahap akan relaks,
dan keinginan untuk berdefekasi menghilang.

D. Concept Map
Kehamilan, Pe relative venous return
obesitas didaerah perianal (yg disebut
dgn efek tourniquet)
Konstipasi dan
mengedan
dalam jangka Aliran balik
vena Tekanan perifer me -
yg lama
Duduk pelebaran vena anus
terganggu
terlalu lama (hemoroid)
Kondisi
penuaan Peradangan pd
Sering angkat Prolaps vena pleksus
beban berat haemoroidha hemoroidalis
lis
HT portal (sirosis
hepatis) Membesar
di spinkter Vena
dan luar menegang
Operasi rektum Rupture
Pre operasi perdarahan
(hemoroidek vena
tomi)
cemas Resiko Mengedan
kekurangan saat BAB
volume cairan
nyeri
E. Tanda dan Gejala
1. Tanda
a) Perdarahan
Umumnya merupakan tanda pertama hemoroid interna trauma oleh feces yang keras.
Darah yang keluar berwarna merah segar dan tidak bercampur dengan feces.
Walaupun berasal dari vena, darah yang keluar berwarna merah segar karena kaya
akan zat asam, jumlahnya bervariasi.
b) Nyeri
Nyeri yang hebat jarang sekali ada hubungannya dengan hemoroid interna dan hanya
timbul pada hemoroid eksterna yang mengalami thrombosisdan radang.
2. Gejala
a) Anemia dapat terjadi karena perdarahan hemoroid yang berulang.
b) Jika hemoroid bertambah besar dapat terjadi prolap awalnya dapat tereduksi
spontan. Pada tahap lanjut pasien harus memasukkan sendiri setelah defekasi dan
akhirnya sampai pada suatu keadaan dimana tidak dapat dimasukkan.
c) Keluarnya mucus dan terdapatnya feces pada pakaian dalam merupakan ciri
hemoroid yang mengalami prolap menetap.
d) Rasa gatal karena iritasi perianal dikenal sehingga pruritis anus rangsangan
mucus.

F. Pemeriksaan Penunjang
1. Pemeriksaan Colok Dubur
Pada pemeriksaan colok dubur, hemoroid interna stadium awal tidak dapat diraba
sebab tekanan vena di dalamnya tidak terlalu tinggi dan biasanya tidak nyeri.
Hemoroid dapat diraba apabila sangat besar. Apabila hemoroid sering prolaps,
selaput lendir akan menebal. Trombosis dan fibrosis pada perabaan terasa padat
dengan dasar yang lebar. Pemeriksaan colok dubur ini untuk menyingkirkan
kemungkinan karsinoma rektum.
2. Pemeriksaan Anoskopi
Dengan cara ini dapat dilihat hemoroid internus yang tidak menonjol keluar.
Anoskop dimasukkan untuk mengamati keempat kuadran. Penderita dalam posisi
litotomi. Anoskop dan penyumbatnya dimasukkan dalam anus sedalam mungkin,
penyumbat diangkat dan penderita disuruh bernafas panjang. Hemoroid interna
terlihat sebagai struktur vaskuler yang menonjol ke dalam lumen. Apabila penderita
diminta mengejan sedikit maka ukuran hemoroid akan membesar dan penonjolan
atau prolaps akan lebih nyata. Banyaknya benjolan, derajatnya, letak ,besarnya dan
keadaan lain dalam anus seperti polip, fissura ani dan tumor ganas harus
diperhatikan.
3. Pemeriksaan proktosigmoidoskopi
Proktosigmoidoskopi perlu dikerjakan untuk memastikan keluhan bukan disebabkan
oleh proses radang atau proses keganasan di tingkat tinggi, karena hemoroid
merupakan keadaan fisiologik saja atau tanda yang menyertai. Faeces harus diperiksa
terhadap adanya darah samar.

G. Komplikasi
Komplikasi penyakit ini adalah perdarahan hebat, abses, fistula para anal, dan inkarserasi.
Untuk hemoroid eksterna, pengobatannya selalu operatif. Tergantung keadaan, dapat
dilakukan eksisi atau insisi thrombus serta pengeluaran thrombus. Komplikasi jangka
panjang adalah striktur ani karena eksisi yang berlebihan.

H. Penatalaksanaan Medis dan Keperawatan


1. Penatalaksanaan Medis
Penatalaksanaan medis hemoroid terdiri dari penatalaksanaan nonfarmakologis,
farmakologis, dan tindakan minimal invasive. Penatalaksanaan medis hemoroid
ditujukan untuk hemoroid interna derajat I sampai dengan III atau semua derajat
hemoroid yang ada kontraindikasi operasi atau pasien menolak operasi. Sedangkan
penatalaksanaan bedah ditujukan untuk hemoroid interna derajat IV dan eksterna,
atau semua derajat hemoroid yang tidak respon terhadap pengobatan medis.
a. Penatalaksanaan Medis Non Farmakologis.
Penatalaksanaan ini berupa perbaikan pola hidup, perbaikan pola makan dan
minum, perbaiki pola/cara defekasi. Memperbaiki defekasi merupakan
pengobatan yang selalu harus ada dalam setiap bentuk dan derajat hemoroid.
Perbaikan defekasi disebut bowel management program (BMP) yang terdiri dari
diet, cairan, serat tambahan, pelicin feses, dan perubahan perilaku buang air.
Untuk memperbaiki defekasi dianjurkan menggunakan posisi jongkok (squatting)
sewaktu defekasi. Pada posisi jongkok, sudut anorektal pada orang menjadi lurus
kebawah sehingga hanya diperlukan usaha yang lebih ringan untuk mendorong
tinja kebawah atau keluar rectum. Mengedan dan konstipasi akan meningkatkan
tekanan vena hemoroid, dan akan memperparah timbulnya hemoroid, dengan
posisi jongkok ini tidak diperlukan mengedan lebih banyak.
b. Penatalaksanaan medis farmakologis
1) Obat memperbaiki defekasi : suplemen serat komersial yang banyak dipakai
antara lain psyllium atau ishpagula husk (misal Vegeta, Mulax, Metamucil,
Mucofalk) yang berasal dari kulit Plantago ovata yang dikeringkan dan
digiling menjadi bubuk, yang bekrja membesarkan volume tinja dan
meningkatkan peristaltic. Kemudian obat laksan atau pencahar antara lain,
natrium dioktil sulfosuksinat (R/laxadine), dulcolax, dan microlax yang
merangsang sekresi mukosa usus halus dan meningkatkan penetrasi cairan
kedalam tinja. Dosis 300 mg/hari.
2) Obat simtomatik. Untuk menghilangkan atau mengurangi keluhan rasa gatal,
nyeri atau karena kerusakan kulit didaerah anus.
3) Obat menghentikan perdarahan : perdarahan menandakan adanya luka pada
dinding anus atau pecahnya vena hemoroid yang dindingnya tipis.
4) Obat penyembuh dan pencegah serangan hemoroid.
c. Penatalaksanaan Minimal Invasive
Penatalaksanaan hemoroid ini dilakukan apabila pengobatan non farmakologis,
farmakologis tidak berhasil. Penatalaksanaan ini antara lain tindakan skleroterapi
hemoroid, ligasi hemoroid, pengobatan hemoroid dengan terapi laser.
2. Penatalaksanaan Keperawatan
Bersamaan dengan program BMP diatas, biasanya juga dilakukan tindakan
kebersihan local dengan cara merendam anus dalam air selama 10-15 menit, 2-4 kali
sehari. Dengan perendaman ini maka eksudat yang lengket atau sisa tinja yang
lengket dapat dibersihkan. Eksudat atau sisa tinja yang lengket dapat menimbulkan
iritasi dan ras gatal bila dibiarkan.
I. Pengkajian Keperawatan
1. Data Sosial
Data social yag perlu dikaji pada klien antara lain : nama, umur, jenis kelamin,
pendidikan, pekerjaan, agama, penanggung jawab, alamat dan lain-lain
2. Riwayat kesehatan
Dalam melakukan pengkajian riwayat kesehata, hal-hal yang perlu ditanyakan antara
lain:
a. Keluhan utama, yaitu nyeri saat defikasi dan saat duduk, apakah perdarahan ataudarah
tersebut terpisah/menetes pada saat defikasi, terdapat perubahan defikasi karena pasien
merasa nyeri. Mengkaji keadaan umum klien terutama tingkat kenyamanan sangat
penting untuk menentukan intervensi yang tepat.
b. Riwayat penyakit sekarang, yaitu meliputi kapan munculnya gejala, lamanya nyeri,
seberapa besar tinggkat nyeri yang dirasakan, dan tindakan pertolongan yang telah
dilakukan. Selain itu, perlu dikaji apa factor yang menjadi pencetus terjadinya nyeri/
ketidak nyamanan, apakah karena kehmilan, pasisi berdiri yang lama, heriditer, dan
sanitasi. Perawat juga harus mengetahui pengaru yang dirasakan oleh klien pada kebisaan
sehari-hari akibat dari hemoroid yang dideritanya. Pengkajian sangat penting untuk
mengetahui kemungkinan perubahan yang akan terjadi. Selain itu pola kebisaan klien
sehari-hari juga perlu diketahui untuk mengetahui perubahan pola sehubungan dengan
hemoroid. Pola yang mungkin akan mengalami perubahan antara lain:
Pola tidur
Pola aktivitas dan latihan
Pola defikasi
c. Riwayat peyakit sebelumnya
Pengkajian ini menanyakan riwayat penyakit yang pernah diderita kilen baik yang
berhubungan dengan hemoroid atau penyakit lain yang pernah dialaminya. Riwayat alergi
dan riwayat penyakit keturunan juga dikaji untuk mengetahui adanya kemungkinan factor
predisposisi.
3. Pemeriksaan fisik
Pada dasarnya pemeriksaan fisik lakukan dilakukan dari ujung rambut sampai kaki.
Namun pemeriksaan yang prhatian spesifik antara lain :
a. Segera nilai tanda vital, terutama ada tidaknya renjatan atau hipotensi postural, meliputi
: tekanan darah, nadi, suhu, respirasi.
b. Pemeriksaan rectal/ dubur perlu dilakukan untuk menilai sifat darah yang keluar dan
ada tidaknya kelainan.
c. Pemeriksaan fisis abdomen untuk menilai ada tidaknya rasa nyeri tekan.

J. Diagnosa Keperawatan

1) Kerusakan integritas jaringan berhubungan dengan perubahan sirkulasi (gangguan


aliran darah vena).

2) Nyeri akut berhubungan dengan agen cedera biologis.

3) Konstipasi berhubungan dengan hemoroid.

4) Resiko kekurangan volume cairan berhubungan dengan kehilangan cairan aktif

K. Intervensi Keperawatan
1. Kerusakan integritas jaringan berhubungan dengan perubahan sirkulasi (gangguan
aliran darah vena).

NOC :

Jaringan terbebas dari lesi

NIC :

a) Intervensi utama

Hemorrhage Control (Kontrol perdarahan) : pengurangan atau pengeluaran dari aliran


dan hilangnya darah yang berlebihan.

- Identifikasi perdarahan

- Monitor jumlah kehilangan perdarahan

- Gunakan/terapkan tekanan secara manual pada daerah perdarahan

- Ukur jumlah Hb/Hct sebelum dan sesudah perdarahan sesuai indikasi

- Evaluasi respon psikologi pasien terhadap perdarahan

- Memonitor tanda dan gejala perdarahan yang menetap


Infection Protection (perlindungan infeksi) : Mencegah dan deteksi dini dari pasien
dengan resiko infeksi

- Monitor secara sistemik dan melokalisasi tanda dan gejala dari infeksi

- Monitor daerah yang mudah terinfeksi

- Pertahankan teknik aseptic untuk pasien dengan resiko infeksi

- Amati adanya kemerahan pada kulit dan membrane mukosa

- Ajarkan pada pasien dan keluraga tanda dan gejala dari infeksi dari infeksi dan segera
melaporkan pada tenaga medis

- Ajarkan pada pasien dan keluarga tetang cara menghindari infeksi

b) Intervensi yang disarankan

Nutrision management (management nutrisi) : Bantuan dengan/ menyediakan


masukan diit seimbang dari makanan dan cairan

Rectal prolaps management : mencegah dan atau mengurangi rectal prolaps

c) Intervensi pilihan

Medication management : fasilitasi dari keamanan dan keefektifan penggunaan dari


penulisan resep obat dan perhitungan dosis obat

Vital sign monitoring : Mengumpulkan dan menganalisis data cardiovascular,


respirasi dan temperatur tubuh untuk mencegah dan menentukan komplikasi.

2. Nyeri akut berhubungan dengan agen cedera biologis.

NOC :

Klien mampu mencapai comfort level (tingkat kenyamanan) dengan kriteria melaporkan
nyeri berkurang
NIC :
a) Intervensi utama :
Pain management (Menejemen nyeri) : mengurangi/menghilangkan nyeri ke tingkat
kenyamanan yang mampu diterima pasien
- Laksanakan penelitian yang luas mengenai nyeri yang meliputi lokasi, karakteristik,
frekuensi, kualitas, intensitas, kerasnya nyeri tersebut dan factor presipitasi
- Observasi tanda non verbal dari rasa nyeri/ tak nyaman , khususnya yang tidak dapat
diungkapakan dengan komunikasi efektif
- Pastikan pasien mendapatkan analgesic yang tepat
- Gunakan komunikasi terapetik agar pasien mengakui pengalaman nyeri dan respon
pasien terhadap nyeri tersebut.
- Pertimbangkan penagruh budaya terhadap respon nyeri
- Menentukan pengaruh antara ekspresi nyeri dengan kualitas hidup (tidur, nafsu makan,
aktifitas, kognitif, suasana hati, jabatan/posisi pada pekerjaan serta tugas dan tanggung
jawaab.
- Bantu pasien dan keluarga untuk memberikan dukungan
- Gunakan metode pemeriksaan/penialain perkembangan yang tepat bertujuan untuk
memenuhi monitoring dari perubahan nyer dan membantu mengidentifikasi factor
presipitasi yang actual dan potensial
- Tentukan frekuensi yang dibutuhkan pembinaan penilaian dari kenyamanan pasien dan
monitoring rencana implemantasi
- Berikan informasi tetang nyeri kepada pasien seperti penyebab nyeri, berapa lama nyeri
akan hilang dan bagaimana cara mngatasi nyeri
- Control/ kendalikan factor lingkungan yang dapat mempengaruhi respon
ketidaknyamanan pasien.
- Kurangi/hilangkan factor presipitasi yang dapat menimbulkan respon nyeri
- Anjurkan klien untuk monitoring perlakuan nyeri dan untuk intervensi yang tepat
- Kolaborasi dengan tenaga medis yang lain untuk memilih tindakan non farmakologi
sebagai pertolongan terhadap nyeri
- Pastikan pasien telah menerima pertolongan nyeri yang optimal dengan analgesic yang
tepat
- Gunakan tindakan mengontrol nyeri sebelum nyeri menjadi lebih hebat
- Anjurkan agar pasien tidur atau istirahat yang cukup untuk memudahkan pertolongan
terhadap nyeri
- Anjurkan pasien untuk membicarakan pengalaman nyerinya secepat mungkin
- Berikan informasi yang akurat untuk pengetahuan bagi keluarga
b) Intervensi yang disarankan
Rectal prolaps management : mencegah dan atau mengurangi rectal prolaps

3. Konstipasi berhubungan dengan hemoroid.

NOC :
Klien dapat Buang Air Besar dengan baik (Bowel Elimination) dengan kriteria pola
eliminasi normal, tidak terdapat darah dalam feses.

NIC :

Rectal prolaps management : mencegah dan atau mengurangi rectal prolaps

- Identifikasi riwayat pasien mengenai prolaps rectal

- Anjurkan untuk menghindari ketegangan saat BAB, pengangkatan dan latihan berdiri

- Intruksikan pasien untuk mengatur fungsi perut dengan diet, gerakan badan dan
pengobatan yang tepat

- Bantu pasien untuk mengidentifikasi aktifitas khusus yang memicu terjadinya prolaps
rectal di masa lalu.

- Monitor inkontinensia usus

- Monitor status prolaps rectal

- Posisikan pasien dalam keadaan sims ketika prolaps rectal

- Basahi prolaps rectal dengan air atau menambahkan garam kemudian di lap untuk
mencegah kekeringan

- Anjurkan pasien untuk mengingat posisi berbaring ke samping untuk mempermudah


kembalinya prolaps rectal

- Periksa daerah rectal 10 menit setelah pengembalian secara manual untuk memastikan
bahwa prolaps kembali ke posisi yang benar

- Identifikasi frekuensi kejadian prolaps rectal

- Beritahukan dokter jika ada perubahan frekuensi kejadian atau ketidakmampuan untuk
mengurangi pengembalian prolaps secara manual, secepat mungkin

- Bantu dalam menyiapkan preoperatif, secepat mungkin. Bantu untuk menjelaskan test
dan mengurangi kecemasan pasien yang akan menjalani pembedahan.

Medication prescribing,menentukan untuk peresepan obat sesuai dengan masalah


kesehatan
- Evaluasi tanda dan gejala dari masalah kesehatan

- Kaji riwayat kesehatan dahulu dan penggunaan obat

- Identifikasi alergi yang diketahui

- Kaji kemampuan pasien dan keluarga untuk pemberian obat

- Identifikasi obat-obatan yang diindikasikan untuk masalah-masalah yang sedang


terjadi

- Tuliskan resep, gunakan nama generic obat, sertakan dosis dan petunjuk untuk
pemberian.

- Ajari pasien dan atau anggota keluarga tetang metode pemberian obat.

- Ajari pasien dan atau anggota keluarga tetang hasil yang diharapkan dan efek dari
pengobatan.

- Instruksikan pada pasien dan keluarga tentang bagaimana mempersiapkan obat


menurut resep.

- Monitor efek terapetik dan efek merugikan dari pengobatan.

Nutrision management (management nutrisi) : Bantuan dengan/ menyediakan masukan


diit seimbang dari makanan dan cairan.

- Menanyakan apakah pasien alergi terhadap suatu makanan.

- Menetapkan pilihan makanan pada pasien.

- Kolaborasi dengan ahli gizi, jumlah kebutuhan, kalori dan tipe nutrisi yang dibutuhkan
sesuai ketetapan.

- Memastikan bahwa diit termasuk makanan yang mengandung tinggi serat untuk
mencegah konstipasi.

- Menyediakan informasi yang tepat tentang kebutuhan nutrisi dan menganjurkan


persiapan makanan yang sehat dan teknik penyajian.

4. Resiko kekurangan volume cairan berhubungan dengan kehilangan cairan aktif


NOC :
Fluid balance
Hydration
Nutritional status : food and fluid intake

NIC :

Fluid management :
- Monitor status hidrasi
- Monitor vital sign
- Kolaborasikan pemberian cairan IV
- Dorong masukan oral
Hypovolemia management :
- Monitor tingkat Hb dan hematokrit
- Monitor respon pasien terhadap penambahan cairan
- Monitor status cairan termasuk intake dan output cairan

DAFTAR PUSTAKA

Price Sylvia A., Wilson Lorraine M.;( 2005 );Patofisiologi Konsep Klinis Proses-Proses
Penyakit; jilid 1; edisi 8; alih bahasa; Peter Anugerah, Jakarta, EGC.

Sudoro, Aru. Dkk. 2007. Buku Ajar Ilmu Penyakit Dalam. Jakarta : EGC

Aplikasi Asuhan Keperawatan Berdasarkan Diagnosa Medis & NANDA NIC-NOC, 2013

http://apreliavero.blogspot.com/2012/09/laporan-pendahuluan-hemoroid_30.html

http://ners-asfi-ilmupengetahuan.blogspot.com/2012/01/askep-hemoroid.html
STASE KEPERAWATAN MEDIKAL BEDAH (KMB)

LAPORAN PENDAHULUAN

EFUSI PLEURA
Disusun oleh :

Nama : Marleni Rovana

NIM : 13160055

PROGRAM PENDIDIKAN PROFESI NERS

FAKULTAS ILMU KESEHATAN

UNIVERSITAS RESPATI YOGYAKARTA

2013

Anda mungkin juga menyukai