RONDE KEPERAWATAN
PRAKTIK PROFESI MANAJEMEN KEPERAWATAN
PROGRAM PENDIDIKAN PROFESI NERS
DI RUANG PALEM I RSU Dr. SOETOMO SURABAYA
PERIODE 15 Oktober 17 November 2012
OLEH :
OLEH :
KELOMPOK 3
1
BAB 1
PENDAHULUAN
2
Berdasarkan pertimbangan tersebut maka kami mahasiswa Fakultas
Keperawatan Universitas Airlangga program B angkatan tahun 2010 akan
mengadakan kegiatan ronde keperawatan di Ruang Palem I selama Praktik Profesi
Manajemen Keperawatan.
1.2 Tujuan
1.2.1 Tujuan Umum
Mahasiswa mampu menyelesaikan masalah pasien melalui pendekatan berpikir
kritis.
1.2.2 Tujuan khusus
Setelah dilaksanakan ronde keperawatan, mahasiswa mampu:
1). Menumbuhkan cara berpikir kritis dan sistematis
2). Meningkatkan kemampuan validasi data klien
3). Meningkatkan kemampuan menentukan diagnosis keperawatan.
4). Meningkatkan kemampuan untuk memodifikasi rencana keperawatan
5). Menumbuhkan pemikiran tentang tindakan keperawatan yang berorientasi pada
masalah klien.
6). Meningkatkan kemampuan justifikasi.
7). Meningkatkan kemampuan dalam menilai hasil kerja
1.3 Manfaat
1. Bagi Pasien
1). Membantu menyelesaikan masalah pasien sehingga mempercepat
masa penyembuhan.
2). Mendapat perawatan secara profesional dan efektif kepada pasien
3). Memenuhi kebutuhan pasien
2. Bagi Perawat
1). Meningkatkan kemampuan kognitif, afektif dan psikomotor perawat.
2). Meningkatkan kerjasama antar tim kesehatan.
3). Menciptakan komunitas keperawatan profesional.
3. Bagi rumah sakit
1). Meningkatkan mutu pelayanan di rumah sakit.
2). Menurunkan lama hari perawatan pasien.
3
BAB 2
TINJAUAN PUSTAKA
4
Alur Pelaksanaan Ronde Keperawatan
TAHAP PRA PP
2 RONDE
Penetapan Pasien
Pasien
Persiapan Pasien :
Informed
Concent
Hasil
7 TAHAP
Validasi data
RONDE DI
8 BED KLIEN
Diskusi PP,
Konselor, KARU,
Dokter,
9 TAHAP PASCA
10 RONDE Lanjutan
diskusi di
Nurse
Simpulan dan
rekomendasi
solusi masalah
Aplikasi Hasil
analisis
dan diskusi
Masalah
teratasi
5
2.1.6 Evaluasi
1. Evaluasi Struktur :
a. Ronde keperawatan dilaksanakan di Ruang Palem I RSU Dr. Soetomo
Surabaya, persyaratan administratif sudah lengkap (Informed consent,
alat, dan lainnya)
b. Peserta ronde keperawatan hadir ditempat pelaksanaan ronde
keperawatan
c. Persiapan dilakukan sebelumnya.
TAHAP PRAProses :
2. Evaluasi PP
RONDE
a. Peserta mengikuti kegiatan dari awal hingga akhir.
Membuat janjii
b. Seluruh peserta berperan
PROPOSAL aktif dalam
PENETAPAN PASIENkegiatan rondedengan
sesuai peran
dokter,
yang telah ditentukan ahlii gizi, rehab
medik,
3. Evaluasi Hasil : PERSIAPAN PASIEN : farmasi,&Peraw
INFORMED CONCENT at
a. Klien puas dengan hasil kegiatan.
HASIL PENGKAJIAN/
b. Masalah klien dapat teratasi.
INTERVENSI Primer lain
c. Perawat dapat :
1) Menumbuhkan cara berfikir yang kritis.
APA YANG MENJADI MASALAH
TAHAP2)RONDE
Menumbuhkan pemikiran tentang
CROSS tindakan
CEK DATA YANGkeperawatan
ADA yang
PENYAJIAN MASALAH APA YANG MENYEBABKAN MASALAH
berorientasi pada masalah pasien.
TERSEBUT
BAGAIMANA PENDEKATAN (PROSES,
3) Meningkatkan cara berfikir yang sistematis
SAK, SOP)
4) Meningkatkan kemampuan validitas data pasien.
5) Meningkatkan kemampuan menentukan diagnosa keperawatan.
6) Meningkatkan kemampuan justifikasi
7) Meningkatkan kemampuan menilai hasil kerja.
TAHAP RONDE VALIDASI DATA
8) Meningkatkan kemampuan memodifikasi rencana asuhan
keperawatan
Kesimpulan dan
Rekomendasi
masalah
DI NURSE
STATION 6
DI BED PASIEN
1. Pengertian
Tumor mediastinum adalah tumor yang terdapat di dalam mediastinum
yaitu rongga yang berada di antara paru kanan dan kiri. Mediastinum berisi
jantung, pembuluh darah arteri, pembuluh darah vena, trakea, kelenjar timus, syaraf,
jaringan ikat, kelenjar getah bening dan salurannya.
3. DIAGNOSIS
7
Secara umum diagnosis tumor mediastinum ditegakkan sebagai
berikut:
A. Gambaran Klinis
1. Anamnesis
2. Pemeriksaan Fisik
8
dengan lokasi, ukuran dan keterbatasan organ lain,
misalnya telah terjadi penekanan ke organ sekitarnya.
Kemungkinan tumor mediastinum dapat dipikirkan
atau dikaitkan dengan beberapa keadaan klinis lain,
misalnya:
- miastenia gravis
mungkin menandakan
timoma
- limfadenopati
mungkin menandakan
limfoma
B.
Prosedu
r
Radiolo
gi
1. Foto toraks
Dari foto toraks PA/ lateral sudah dapat ditentukan
lokasi tumor, anterior, medial atau posterior, tetapi
pada kasus dengan ukuran tumor yang besar sulit
ditentukan lokasi yang pasti.
2. Tomografi
9
dengan cara mencari apakah telah terjadi invasi atau
belum. Perkembangan alat bantu ini mempermudah
pelaksanaan pengambilan bahan untuk pemeriksaan
sitologi. Untuk menentukan luas radiasi beberapa
jenis tumor mediastinum sebaiknya dilakukan CT-Scan
toraks dan CT- Scan abdomen.
4. Flouroskopi
Prosedur ini dilakukan untuk melihat
kemungkinan aneurisma aorta.
5. Ekokardiografi
Pemeriksaan ini berguna untuk mendeteksi pulsasi
pada tumor yang diduga aneurisma.
6. Angiografi
Teknik ini lebih sensitif untuk mendeteksi aneurisma
dibandingkan flouroskopi dan ekokardiogram.
7. Esofagografi
Pemeriksaan ini dianjurkan bila ada dugaan
invasi atau penekanan ke esofagus.
8. USG, MRI dan Kedokteran Nuklir
Meski jarang dilakukan, pemeriksaan-pemeriksaan
terkadang harus dilakukan untuk beberapa kasus
tumor mediastinum.
C. Prosedur Endoskopi
1. Bronkoskopi harus dilakukan bila ada indikasi operasi.
Tindakan bronkoskopi dapat memberikan informasi
tentang pendorongan atau penekanan tumor terhadap
saluran napas dan lokasinya. Di samping itu melalui
bronkoskopi juga dapat dilihat apakah telah terjadi
invasi tumor ke saluran napas. Bronkoskopi sering
dapat membedakan tumor mediastinum dari kanker
paru primer.
10
tumor yang berlokasi di mediastinum anterior.
3. Esofagoskopi
4. Torakoskopi diagnostik
11
atas hasil belum didapat.
- biopsi eksisional pada massa tumor yang
besar
- torakoskopi diagnostic
E. Pemeriksaan Laboratorium
Hasil pemeriksaan laboratorium rutin sering tidak
memberikan informasi yang berkaitan dengan tumor.
LED kadang meningkatkan pada limfoma dan TB
mediastinum.
F. Tindakan Bedah
Torakotomi eksplorasi untuk diagnostik bila semua
upaya diagnostik tidak berhasil memberikan diagnosis
histologis.
G. Pemeriksaan Lain
EMG adalah pemeriksaan penunjang untuk tumor
mediastinum jenis timoma atau tumor- tumor lainnya.
Kegunaan pemeriksaan ini adalah mencari
kemungkinan miestenia gravis atau myesthenic
reaction.
12
KLASIFIKASI TUMOR MEDIASTINUM
III. PENATALAKSANAAN
Penatalaksanaan untuk tumor mediastinum yang jinak
adalah pembedahan sedangkan untuk tumor ganas,
tindakan berdasarkan jenis sel kanker. Tumor mediastinum
jenis limfoma Hodgkin's maupun non Hondgkin's diobati
sesuai dengan protokol untuk limfoma dengan
memperhatikan masalah respirasi selama dan setelah
13
pengobatan.
Tu
14
mo
r
Tin
us
1.
Klasifik
asi
histolog
is
a. Timoma (klasifikasi Muller Hermelink)
Tipe medular
Tipe campuran
Tipe kortikal predominan
Tipe kortikal
Karsinoma timik
Derajat rendah (Low grade)
Derajat tinggi (High grade)
b. Karsinoma timik dan Oat Cell Carcinoma
2. Staging
berdasarkan sistem
Masanoka
Stage 1 : Makroskopik berkapsul, secara Mikroskopik tidak
tampak invasi ke kapsul
3.
Penatalaksa
naan
Timoma
15
Stage 1 : Extended
thymo thymecthomy (ETT)
saja
16
dengan tipe histologik yang dominan.
17
- Ganas (malignant)
2. Penatalaksanaan seminoma
Seminoma adalah tumor yang sensitif terhadap radiasi dan
kemoterapi. Tidak ada indikasi bedah untuk tumor jenis ini.
Kemoterapi diberikan setelah radiasi selesai tetapi respons
terapi akan lebih baik dengan cara kombinasi radio-
kemoterapi. Bila ada kegawatan napas, radiasi diberikan
secara cito, dilanjutkan dengan kemoterapi sisplatin based.
18
1. Teratoma matur pada orang tua tidak selalu
berarti jinak
2. Teratoma immatur pada anak-anak tidak selalu
ganas
3. Teratoma matur pada anak-anak sudah pasti
jinak
4. Teratoma imatur pada orang tua sudah pasti ganas
C. Tumor Neurogenik
1. Klasifikasi Histologik
Berasal dari saraf tepi (peripheral nerves)
Neurofibroma
Neurilemoma (Schwannoma)
Neurosarkoma
19
Berasal dari ganglion simpatik (symphatetic ganglia)
Ganglioneuroma
Ganglioneuroblastoma
Neuroblastoma
Berasal dari jaringan paraganglionik
Fakreomasitoma
Kemodektoma (paraganglioma)
Penatalaksanaan untuk semua tumor neurogenik adalah
pembedahan, kecuali neuroblastoma. Tumor ini radisensitif
sehingga pemberian kombinasi radio kemoterapi akan memberikan
hasil yang baik. Pada neurilemona (Schwannoma), mungkin perlu
diberikan kemoterapi adjuvan, untuk mencegah rekurensi.Tumor
jenis ini jarang ditemukan sehingga penatalaksanaannya sangat
spesifik.
20
2.2. Etiologi
Jenis Efusi Pleura ada 2, yaitu:
a) Efusi pleura transudativa, biasanya disebabkan oleh suatu kelainan pada
tekanan normal di dalam paru-paru. Contohnya: Gagal Jantung Kongestif.
b) Efusi pleura eksudativa terjadi akibat peradangan pada pleura, yang
seringkali disebabkan oleh penyakit paru-paru. Contohnya: Ca Paru, TBC,
reaksi obat.
Penyebab lain:
1. Pleuritis: bakteri pathogenic
2. Pleuritis Tuberculosis.
3. Kelainan Intra Abdominal: sirosis, abses ginjal dan abses hati.
4. Gangguan sirkulasi : Decomp Cordis, emboli pulmonal, hipoalbuminemia
5. Neoplasma: Mesolioma, Ca Bronchus.
6. Trauma: rupture esophagus, luka tusuk pada dada.
7. Gangguan abdomen: Pankreatitis, acites, abses.
8. LSE, Uremia, Sindrom Nefrotik.
Faktor Predisposisi :
Faktor predisposisi terjadinya effusi pleura dengan berbagai penyebab belum
diketahui secara pasti, hanya kadang-kadang dilaporkan adanya predisposisi
familial (Price and Wilson, 2005).
Faktor Pencetus :
Faktor pencetus terjadinya efusi pleura dapat terjadi akibat peningkatan
tekanan vena pulmonalis dan juga pada kondisi hipoproteinemia.
2.4. Penatalaksanaan
21
Pada efusi yang terinfeksi perlu segera dikeluarkan dengan memakai pipa
intubasi melalui selang iga. Bila cairan pusnya kental sehingga sulit keluar atau
bila empiemanya multiokuler, perlu tindakan operatif. Mungkin sebelumnya dapat
dibantu dengan irigasi cairan garam fisiologis atau larutan antiseptik. Pengobatan
secara sistemik hendaknya segera dilakukan, tetapi terapi ini tidak berarti bila
tidak diiringi pengeluaran cairan yang adequate.
Untuk mencegah terjadinya lagi efusi pleura setelah aspirasi dapat dilakukan
pleurodesis yakni melengketkan pleura viseralis dan pleura parietalis. Zat-zat yang
dipakai adalah tetrasiklin, Bleomicin, Corynecbaterium parvum dll.
1. Pengeluaran efusi yang terinfeksi memakai pipa intubasi melalui sela iga.
2. Irigasi cairan garam fisiologis atau larutan antiseptik (Betadine).
3. Pleurodesis (penyatuan parietalis dan viseralis): untuk mencegah terjadinya
lagi efusi pleura setelah aspirasi.
4. Torakosentesis: untuk membuang cairan, mendapatkan spesimen (analisis),
menghilangkan dispnea.
Indikasinya:
- Mehilangkan sesak yang ditimbulkan
- Bila terapi spesifik pada primernya tidak efektif
- Bila terjadi reakumulasi cairan
5. Water seal drainage (WSD)
Drainase cairan (Water Seal Drainage) jika efusi menimbulkan gejala subyektif
seperti nyeri, dispnea, dll. Cairan efusi sebanyak 1-1,2 liter perlu dikeluarkan
segera untuk mencegah meningkatnya edema paru, jika jumlah cairan efusi lebih
banyak maka pengeluaran cairan berikutya baru dapat dilakukan 1 jam kemudian.
6. Antibiotika jika terdapat empiema.
7. Operatif.
2.5. Komplikasi
a) Pneumotoraks (karena udara masuk melalui jarum).
b) Hemotoraks (Trauma pada pembuluh darah intercostalis).
c) Emboli udara (Laserasi yang cukup dalam menyebabkan udara dari alveoli
masuk ke vena pulmonalis).
d) Atalektasis (Ekspansi paru menurun, terjadi akumulasi cairan).
e) Fibrosis Paru.
f) Kolaps Paru.
22
BAB III
KEGIATAN RONDE KEPERAWATAN
Pembimbing :
1. Dr. Nursalam, M.Nurs (Hons)
2. Eka Misbahatul,S.Kep.,Ns.,M.Kep
3. Sjenie F. Areros , SST
1
3.3 Materi :
Paparan asuhan keperawatan Tn I dengan diagnosa medis Tumor
Mediastinum + Efusi Pleura Bil Hipoalbumin di Ruang Palem I RSU Dr
Soetomo Surabaya.
3.4 Metode
1. Ronde Keperawatan
2. Diskusi dan tanya jawab
3.5 Media
1. Dokumentasi klien (status)
2. Informed consent
3. Sarana diskusi :
a. LCD
b. Alat tulis : kertas dan bollpoin
3.6 Mekanisme kegiatan
KEGIATAN
TAHAP KEGIATAN TEMPAT PELAKSANA WAKTU
KLIEN
Pra Pra Ronde Ruang PP 1, PA1 - Dua hari
Ronde a) Menetapkan kasus dan Palem II sebelum
topik pelaksan
b) Menentukan tim ronde. aan
c) Mencari sumber dan ronde
literatur.
d) Membuat proposal
e) Mempersiapkan klien
f) Informed consent
kepada keluarga
2
Ronde Ronde
I. Pembukaan: Nurse Kepala Mendengarkan 5 Menit
a) Salam pembukaan Station Ruangan
b) Memperkenalkan
klien dan tim ronde
c) Menjelaskan tujuan
kegiatan ronde
d) Mempersilahkan PP1
menyampaikan
kasusnya
3
Pasca Pasca Ronde
Ronde a) Menyimpulkan hasil Nurse Karu - 10 menit
diskusi dan Station
merekomendasikan solusi Tim ronde
yang dilakukan dalam
mengatasi masalah.
b) Reward dan Salam Karu
penutup
4
RESUME KEPERAWATAN
Data Umum
Nama Pasien : Tn I
Usia : 45 tahun
No RM : 12.18.15.25
Alamat : Bluru permai AL-18 Sidoarjo
Tgl MRS :
5
B3 : GCS = 456, kesadaran composmentis, pupil isokor, tidak ada gangguan
penciuman, penglihatan, dan pendengaran. Terdapat keluhan nyeri pada dada
kanan pada area pemasangan WSD suction
B4 : BAK spontan, tidak terdapat pembesaran kandung kemih.
B5 : Mulut bersih, mukosa lembab, abdomen supel, nafsu makan baik, peristaltik
usus 16x/menit nilai laboratorium albumin 3.0 g/dl, Hemoglobin 13,5 mg/dl.
B6 :Kemampuan pergerakan sendi bebas, kekuatan otot tidak terdapat kelainan
ekstremitas, pada integumen terdapat luka insersi pada pemasangan WSD,
kondisi luka terdapat kemerahan dan sedikit merembes cairan dari sebelah
luar selang WSD, pada luka terasa nyeri dengan skala 6.
Endokrin :
Sistem endokrin tidak terdapat hiperglikemia, hipoglikemia, pembesaran
kelenjar tiroid maupun pembesaran kelenjar getah bening.
Pengkajian Psikososial :
Ekspresi klien terhadap penyakitnya klien terlihat agak murung. Klien
kooperatif ketika diajak berkomunikasi.
Personal Hygiene dan kebiasaan :
Klien mandi sehari 2x. Klien berganti pakaian setiap hari.
Daftar Masalah Keperawatan :
1. Pola nafas tidak efektif
2. Bersihan jalan nafas tidak efektif
3. Gangguan rasa nyaman nyeri
4. Ketidakseimbangan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh
6
Riwayat pemberian terapi
TERAPI
O2 nasal 4
lpm
PZ:Kalbamin PZ :
= evelip/24 PZ PZ: PZ : D5
jam 1000 kalbam kalbam :kalbam
cc in 1:1 in 2:1 in :
1:2:1
Lasix
Dexa
Codein 6x1
KSR
curcuma
Posisi fowler
Pragesol -
- - -
drip
Antrain drip - - - -
transfusi
Albumin
- - -
20% 100 cc
(s/d alb > 3)
Rawat luka
WSD
Continues
suction WSD
7
TANGGAL
HEMATOLO 8/5/1 10/05/ 14/-
NILAI NORMAL
GI 2
12 5/12
Hemoglobin L 13-18 / P 12- 8,5 10,7
16 gr/dl
Hematokrit L 45-52 / P 37- 25
47%
LED L 0-15 / P 0-20
mm/jam
Lekosit 4,8-10,8 x 103 14,4
/Ul
Hitung jenis
Eosinofil 1-4%
Basofil 0-2%
Stab 3-5%
Segment 54-62%
Limfosit 25-35% 11,6
Monosit 3-7%
Platelet 150-450x103 597
Eritrosit L 4,7-6,1 / P 2,9
4,2-5,4
x106 /uL
MCV L 80-94 / P 81- 86,3
99 fL
MCH 27-31 pg 29,3
MCHC 30-34 g/dL 34,0
Hapusan
Darah
Anisopoikilos +
itosis
Hipokrom +
Kesimpulan : anemia hipokrom inisopoikilositosis
Faal Hati
Bilirubin 0,10-0,40 0,41
direk mg/dl
Bilirubin s/d 1,10 mg/dl 0,7
total
Alkali 40-190 anak
Fosfatase s/d 720 u/L
SGOT 2-19 u/L 30
SGPT 3-17 u/L 24
Albumin 3,5-5 g/dl 2,25 2,1 1,6
Globulin 2,6-3,6 g/dl
Total Protein 6,28-8,7 g/dl 6,92
Faal Ginjal
BUN 10-20 mg/dl 7,4
Creatinin 0,6-1,5 mg/dl 0,48
Glukosa 102
Acak
8
Elektrolit
Natrium 133 155 132,
mEq/L 3
Kalium 3,6 5,1 3,09
mEq/L
Chlorida 97 113 99,8
mEq/L
URINE LENGKAP
Bilirubin Negative negatif
Sediment
Eri 0 3 pLp 0-2
Leko <5 pLp 2-5
Epith 5 15 pLp Sedikit
Torak Negative
Kristal Negati
f
CAIRAN PLEURA ACITES
Ket :
() : Terapi diberikan
( -) : Terapi tidak diberikan
9
BAB 5
PELAKSANAAN KEGIATAN
1
5.6 Persiapan
Persiapan ronde keperawatan dilakukan oleh kelompok pada minggu keempat.
Persiapan kasus dilakukan 2 hari sebelum pelaksanaan, dengan uraian sebagai
berikut:
a. Menyusun proposal kegiatan ronde keperawatan dengan menetapkan pasien
yang akan dilakukan ronde keperawatan.
b. Penanggung jawab kegiatan menyusun resume kasus ronde keperawatan
c. Menyiapkan resume keperawatan pasien selama dirawat
d. Konsultasi pada pembimbing akademik, pembimbing ruangan mengenai
resume kasus ronde keperawatan.
e. Meminta informed concent ronde keperawatan sesuai jenis kasus.
5.7 Pelaksanaan
Topik : Ronde Keperawatan
Sasaran :Pasien dan keluarga pasien Tn I dengan diagnosa medis
Tumor Mediastinum + Efusi Pleura Bil Hipoalbumin di
Ruang Palem I RSU Dr Soetomo Surabaya.
2
Selama pelaksanaan role play, semua kegiatan berjalan sesuai dengan alur yang
sudah direncanakan, waktu pelaksanaan tepat sesuai jadwal, undangan yang datang
juga sudah sesuai yang diharapkan yaitu ada pembimbing klinik, pembimbing
akademik dan juga supervisor, Ruangan sangat mendukung dilakukannya ronde
keperawatan, karena sampai saat ini belum bisa dilakukan ronde keperawatan di
ruangan. Dukungan diberikan dalam bentuk pemberian fasilitas kepada mahasiswa
untuk melakukan praktek ronde keperawatan di ruang Palem I. Selain itu dukungan
juga diperoleh dari tim kesehatan lain seperti dokter PPDS
5.9 Hasil Evaluasi
a. Evaluasi Struktur
Pelaksanaan Role Play Ronde Keperawatan yang dilakukan kelompok,
telah dipersiapkan sebelumnya yang meliputi penetapan kasus ronde
keperawatan, pembuatan proposal kegiatan, informed consent yang telah
disetujui dan ditanda tangani oleh ayah klien, pembagian peran sebagai PP1,
PA1, PP2, PA2, Karu, serta telah menyampaikan undangan, dan proposal
kepada perawat konselor dan dokter yang menangani klien. Pasien yang
diangkat sebagai kasus ronde keperawatan adalah pasien kelolaan yang telah
menjalani perawatan di Ruang Palem I dengan kasus yang unik dan sukar
untuk ditangani. Sebelum pelaksanaan, pasien dan keluarganya telah
diberitahukan dan bersedia untuk menjadi pasien ronde keperawatan.
b. Evaluasi Proses Ronde Keperawatan
No WAKTU KEGIATAN
1 09.15 10.00 WIB Proses pelaksanaan Role Play
2 10.00 10.00 WIB Evaluasi dari pembimbing dan Supervisor
3
2) Selama kegiatan setiap mahasiswa yang berperan bekerja sesuai tugasnya
masing masing.
3) Acara dimulai tepat dengan jadwal yang telah ditentukan, acara
berlangsung selama 60 menit.
4) Kegiatan berjalan lancar dan mahasiswa dapat mencapai tujuan yang
diharapkan meskipun terdapat beberapa kekurangan, antara lain PP1 yang
kurang aktif dalam mengklarifikasi dan kurang keras dalam
menyampaikan presentasi, karu kurang bisa mengontrol fase klarifikasi
sehingga terdapat solusi dari perawat konselor, karu lupa untuk
memperkenalkan tim ronde kepada pasien ketika validasi, dan ketika
memberikan kesimpulan kurang lengkap, belum mengakomodir saran dan
solusi yang diberikan dokter dan perawat konselor. PA1 dan PA2 sama-
sama tidak aktif dalam kegiatan.
4
Daftar Pustaka
Alsagaff, H, et all. (1993), Pengantar Ilmu Penyakit Paru, Airlangga University
Press, Surabaya.
Carpenito, L inda Jual (2000), Diagnosa Keperawatan-Aplikasi pada Praktik Klinis,
Ed.6, EGC, Jakarta
Doenges et al (2000), Rencana Asuhan Keperawatan, Ed.3, EGC, Jakarta
Doengoes, M, et all, (2000), Rencana Asuhan Keperawatan ; Pedoman untuk
Perencanaan dan Pendokumentasian Perawatan Pasien, edisi 3, alih bahasa : I
Made Kariasa dan Ni Made S, EGC, Jakarta.
Engram, B, (1999), Rencana Asuhan Keperawatan Medikal Bedah, alih bahasa
Suharyati S, volume 1, EGC, Jakarta
Lab/UPF Ilmu Penyakit Paru, (1994), Pedoman Diagnosis dan Terapi RSUD Dokter
Soetomo, Surabaya
Phipps, Wilma. et al, (1991), Medical Surgical Nursing : Concepts and Clinical
Practice, 4th edition, Mosby Year Book, Toronto.
Price & Wilson (1995), Patofisologi-Konsep Klinis Proses-Proses Penyakit, Ed.4,
EGC, Jakarta
Soedarsono (2000), Tuberkulosis Paru-Aspek Klinis, Diagnosis dan Terapi, Lab.
Ilmu Penyakit Paru FK Unair/RSUD Dr. Soetomo, Surabaya.
Soeparman & Waspadji (1990), Ilmu Penyakit Dalam, BP FKUI, Jakarta.
Tucker, M et all (1999), Standar Perawatan Pasient,alih bahasa Yasmin Aih, volume
4, edisi V, EGC, Jakarta.
Wilson, S and Thompson, J(1990), Respiratory Disorders, Mosby Year Book,
Toronto.
5
PRAKTIK PROFESI MANAJEMEN KEPERAWATAN
DI RUANG PALEM II RSUD DR. SOETOMO SURABAYA
PROGRAM STUDI ILMU KEPERAWATAN
FAKULTAS KEPERAWATAN UNIVERSITAS AIRLANGGA
SURABAYA
INFORMED CONSENT
Yang bertanda tangan di bawah ini :
Nama : ..
Umur : ..
Alamat : ..
Menyatakan SETUJU/TIDAK SETUJU
Untuk dilakukan ronde keperawatan terhadap diri saya sendiri/ suami/
istri/ orang tua/ anak/ ayah/ ibu/ nenek/ kakek, dengan :
Nama : ..
Umur : ..
Jenis Kelamin : ......................................................
Alamat : ..
Ruang : Palem I (Paru laki) RSUD Dr Soetomo Surabaya.
No. RM. : ..
Dengan ketentuan sebagai berikut :
1) Pasien/keluarga mengisi surat persetujuan untuk kerja sama dalam ronde
keperawatan
2) Pasien dan keluarga telah mendapatkan penjelasan tentang maksud dan tujuan
dilakukan ronde keperawatan
3) Pasien dan keluarga menerima untuk dilakukan ronde keperawatan
4) Pasien dan keluarga memberikan persetujuan untuk dilakukan ronde
keperawatan
Ketentuan ronde keperawatan tersebut diatas telah dijelaskan oleh perawat
dan saya telah mengerti dengan sepenuhnya.
Demikianlah persetujuan ini saya buat dengan sebenar-benarnya untuk
dipergunakan sebagaimana mestinya.
Surabaya, 06 November 2012
Yang membuat pernyataan
Perawat Primer Pasien
Saksi-saksi :
1. .. ()
2. .. (....)
6
DOKUMENTASI RONDE KEPERAWATAN
I. IDENTITAS KLIEN
Nama Klien :
Umur :
Jenis Kelamin :
Ruangan / Bed :
Rekam Medis No. :
Diagnosa Medis :
III. SARAN
.........................................................................................................................
.........................................................................................................................
.........................................................................................................................
.........................................................................................................................
.........................................................................................................................
.........................................................................................................................
......................................................
Surabaya, 08 November 2012
Kepala Ruangan Perawat Primer
( ) ( )
7
LEMBAR PENGESAHAN
Hari : kamis
Tanggal : 08 November 2012
Waktu : 12.00 WIB
Tempat : Ruang Palem I RSU Dr. Soetomo Surabaya