Anda di halaman 1dari 9

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Malaria adalah suatu penyakit yang disebabkan protozoa, genus

plasmodium dan hidup intra sel, yang dapat bersifat akut atau kronik. Transmisi

berlangsung di lebih dari 100 negara di benua Afrika, Asia Oceania, Amerika

Latin, Kepulauan Karibia dan Turki. Kira-kira 1,6 miliard penduduk daerah ini

berada selalu dalam resiko terkena malaria. Tiap tahun ada 100 juta kasus dan

meninggal 1 juta didaerah Sahara Afrika. Sebagian yang meninggal adalah bayi

dan anak-anak. Dinegara-negara maju seperti Eropa, Amerika serikat, Kanada,

Jepang, Australia dan lain-lain, malaria telah dapat diberantas. Terdapat 4 jenis

spesies parasit yang berbeda, yaitu Plasmodium falsiparum, P.Vivax, P. Ovale dan

P. Malariae. Hanya Plasmodium Falcifarum yang dapat menyebabkan malaria

berat, selain itu juga dapat disebabkan oleh P. Vivax dan P. Knowlesi. Malaria

berat terutama malaria serebral ysng merupakan komplikasi terberat yang sering

menyebabkan kematian.1 Prevalensi malaria berdasarkan hasil riskesdas tahun

2010 adalah 0,6 %. Dimana propinsi dengan API di atas rata-rata nasional adalah

NTB, Maluku, Maluku Utara, Kalimantan Tengah, Babel, Kepri, Bengkulu,

Jambi, Sulawesi Tengah, Gorontalo dan Aceh. Tingkat prevalensi tertinggi

ditemukan diwilayah timur Indonesia, yaitu Papua Barat (10,6%), Papua (10,1),

dan NTT (4,4%).2

1.2. Tujuan

1
Mengetahui tentang Malaria Berat

BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Definisi Malaria Berat

Malaria berat adalah penyakit malaria akibat infeksi Plasmodium

falsiparum aseksual dengan satu atau lebih komplikasi sebagai berikut(WHO

2006)1,3

1. Malaria serebral

Koma tidak bisa dibangunkan, derajat penurunan kesadaran dilakukan

penilaian GCS (Glasgow Coma Skale), <7 atau dengan keadaan klinis

soporous, atau lebih dari 30 menit setelah serangan kejang yang tidak

disebabkan oleh penyakit lain. Sebagian penderita terjadi gangguan kesadaran

lebih ringan seperti apatis, somnolen, delirium dan perubahan tingkah laku

(penderita tidak mau bicara). Penurunan kesadaran menetap > 30 menit tidak

panas atau hipoglikemi. 1,3

2. Anemia berat (Hb < 5 g/dl atau hematokit < 15%) pada hitung parasit

>10.000/L, bila anemianya hipokromik/mikrositik dengan

mengenyampingkan adanya anemia defisiensi besi, talasemia/hemoglobinopati

lainya.1,3

3. Gagal ginjal akut (urin <400 ml/ 24 jam pada orang dewasa atau < 12 ml/kg BB

pada anak setelah dilakukan rehidrasi dan kreatinin >3 mg). 1,3

2
4. Edema paru non-kardiogenik/ARDS (Adult Respitatory Distress Syndrome). 1,3

5. Hipoglikemi: gula darah <40 mg/dl. Hal ini disebabkan karena kebutuhan

metabolik dari parasit telah menghabiskan cadangan glikogen dalam hati dan

pemberian terapi Kina karena dapat menyebabkan hiperinsulinemia. 1

6. Gagal sirkulasi atau Syok (Malaria Algid), tekanan sistolik <70 mmHg (anak 1-

5 tahun <50 mmHg) dan berkurangnya perfusi kejaringan disertai keringat

dingin atau perbedaan tamperatur kulit-mukosa >10C, penurunan elastisitas

kulit, pucat, pernapasan dangkal, nadi cepat. Hipotensi biasanya berespon

dengan pemberian NaCl 0,9% dan obat inotropik.1

7. Perdarahan spontan dari hidung, gusi, traktus disgestivus atau disertai kelainan

laboratorik adanya gangguan koagulasi intravaskuler. 1,3

8. Kejang berulang lebih dari 2x/24 jam.3

9. Asidemia atau asidosis pH <7.25, plasma bikarbonat <15 mmol/L, kadar laktat

vena 5mmol/l, klinis pernapasan dalam/respiratory distres, pernapasan

kusmaul.1,3

10. Makroskopik hemoglobinuri (black water fever) oleh karena infeksi pada

malaria akut (bukan karena obat anti malaria pada kekurangan G-6-PD,

bisanya disebabkan karena pemberian primakuin). 1,3

11. Diagnosa post-mortem dengan ditemukannya parasit yang padat pada

pembuluh kapiler pada jaringan otak.1

Pada kriteria WHO 2006 telah dimasukkan ke dalam kriteria malaria berat

ialah malaria dengan klinis jaundice/ikterik dan juga malaria dengan

hiperlaktemia.1

3
Beberapa keadaan lain yang juga digolongkan sebagai malaria berat sesuai

dengan gambaran klinik daerah setempat ialah:1,3

1. Gangguan kesadaran ringan (GCS <15) di Indonesia sering dalam keadaan

delirium dan somnolen

2. Kelemahan otot (tak bisa duduk/berjalan) tanpa kelainan neurologik

3. Hiperparasitema >5% pada daerah hipoendemik atau daerah tak stabil

malaria

4. Ikterik (bilirubin >3 mg%)

5. Hiperpireksia (temperatul rektal >400C) pada orang dewasa /anak

2.2 Etiologi

Malaria berat biasanya disebabkan oleh Plasmodium Falcifarum.1,2,3

2.3 Patogenesis

Setelah sporozoit dilepas sewaktu nyamuk anopheles menggigit manusia

selanjutnya akan masuk ke dalam sel hati (hepatosit) dan kemudian terjadi

skizogoni ekstra ertrositer. Skizon hati yang matang selanjutnya akan pecah

(ruptur) dan selanjutnya merozoit akan menginvasi sel eritrosit dan terjadi

skizogoni intra eritrositer, menyebabkan eritrosit yang mengandung parasit (EP)

mengalami perubahan struktur dan biomolekular sel untuk mempertahankan

kehidupan parasit. Perubahan tersebut meliputi mekanisme transport membran sel,

penurunan deformabilitas, perubahan reologi, pembentukan knob, ekspresi

neoantigen dipermukaan sel, sitoaderen, rosseting dan sekuestrasi. Skizon yang

matang akan pecah, melepaskan toksin malaria yang akan menstimulasi sistem

4
RES dengan dilepaskannya sitokin proinflamasi seperti TNF- dan sitokin lainnya

dan mengubah aliran darahlokal dan endotelium vaskular, mengubah biokimia

sistemik, menyebabkan anemia, hipoksia jaringan dan organ. Perhatian utama

dalam patogenesis malaria berat adalahsekuestrasi eritrosit yang berisi parasit

stadium matang kedalam mikrovaskuler organ-organ vital. Faktor lain seperti

induksi sitokin TNF- dan sitokin-sitokin lainnya oleh toksin parasit malaria dan

produksi nitrik oksid (NO) juga diduga mempunyai peran penting dalam

patogenesis malaria berat. 1

2.4 Gejala Klinis

Manifestasi malaria berat bervariasi, dari kelainan kesadaran sampai

gangguan organ-organ tertentu dan gangguan metabolisme. Manifestasi ini dapat

berbeda menurut umur (anak/dewasa), pada daerah tertentu berdasarkan

endemisitas setempat .1,3

5
2.5 Diagnosis

Diagnosis malaria dapat ditegakkan seperti diagnosis penyakit lainnya

berdasarkan anamnesis, pemeriksaan fisik dan laboratorium.2

1. Anamnesis

Keluhan utama pada malaria adalah demam, menggigil, berkeringat dan

dapat disertai sakit kepala, mual, muntah, diare, mialgia. Pada anamnesis juga

perluditanyakan riwayat berkunjung dan bermalam 1-4 minggu yang lalu ke

6
daerah endemik malaria, riwayat tinggal didaerah endemik malaria dan riwayat

sakit malaria.

2. Pemeriksaan Fisik

Demam (pengukuran dengan termometer 37,5oC)


Konjunctiva atau telapak tangan pucat
Splenomegali
Hepatomegali
Manifestasi malaria berat dapat berupa : penurunan kesadaran, demam

tinggi, konjunctiva anemis, tepalak tangan pucat dan ikterik.

3. Pemeriksaan Laboratorium

Pemeriksaan dengan mikroskop


Pemeriksaan dengan tes diagnostik cepat (Rapid Diagnostic Test)
Pemeriksaan dengan Polymerase Chain Reaction (PCR) dan Sequensing

DNA
Selain pemeriksaan diatas, pada malaria berat pemeriksaan penunjang yang

perlu dilakukan :
1. Pengukuran hemoglobin dan hematokrit
2. Hitung jumlah leukosit, trombosit
3. Kimia darah lain (gula darah, serum bilirubin, SGOT, SGPT, alkali

fosfatase, albumin/globulin, ureum, kreatinin, natrium dan kalium,

analisis gas darah)


4. Urinalisis

2.6 Penatalaksanaan

Pada setiap malaria berat maka tindakan penanganan dan pengobatan yang

perlu dilakukan adalah :1,3

1. Tindakan umum/suportif
2. Pengobatan simptomatik

7
3. Pemberian Obat Anti Malaria (OAM)
4. Pengobatan Komplikasi
2.5.1 Obat Anti Malaria

BAB III
KESIMPULAN DAN SARAN

3.1 Kesimpulan

1. Malaria berat (WHO 2006), merupakan infeksi Plasmodium falsiparum

stadium aseksual dengan satu atau lebih komplikasi berupa : malaria

8
cerebral, anemia berat, gagal ginjal akut, edema paru, hipoglikemi,

syokperdarahan, kejang, asidosis dan makroskopis hemoglobinuria


2. Penyebab Malaria Berat sering karena infeksi plasmodium falsiparum, tapi

plasmodium vivax juga dapat menyebabkan malaria berat


3. Patogenesis malaria berat masih belum jelas, diduga adanya sitoaderen dan

sekuestrasi eritrosit yang berisi parasit dalam mikrovaskular organ vital.


4. Sejak tahun 2006 WHO merekomendasikan pemakaian derivat Artesunate

untuk terapi malaria berat.

3.2 Saran

Malaria Berat merupakan keadaan yang emergensi. Untuk itu diperlukan

diagnosis yang tepat dan terapi yang tepat untuk mengurangi mortalitas akibat

penyakit ini.

Anda mungkin juga menyukai