2007
METODA GEOLOGI LAPANGAN
PENDAHULUAN
1. Peta Geologi : Peta Geologi adalah suatu peta tematik yang menggambarkan
kondisi geologi suatu daerah. Peta tersebut merupakan hasil dari proses
pemetaan geologi. Pemetaan geologi adalah suatu kerja lapangan yang
memanfaatkan metode geologi lapangan untuk menghasilkan Peta Geologi
dari daerah tersebut.
2. Tujuan Umum Pemetaan Geologi :
a. Memberikan gambaran tentang Gejala dan Proses Geologi yang
ada/terjadi di daerah yang dipetakan pada saat pemetaan.
b. Memberikan tafsiran tentang Kondisi dan Proses Geologi apa saja
yang pernah terjadi di daerah yang dipetakan sepanjang waktu geologi
terhitung sejak terbentuknya batuan yang tertua di daerah pemetaan
sampai saat pemetaan berlangsung.
c. Memberikan evaluasi tentang Potensi Geologi yang bersifat positip
dan negatip yang ada atau mungkin ada.
3. Macam Peta Geologi : Berdasarkan atas tujuannya: tujuan ilmiah umum
untuk explorasi bahan galian untuk eksplorasi air tanah untuk explorasi
hidrokarbon untuk pengembangan wilayah.
a. Berdasarkan skalanya :
Skala kecil 1 : 250.000, 1 : 100.000
Skala sedang 1 :50.000
Skala besar 1 : 25.000
Skala detail 1: 10.000, 1 : 5000
b. Berdasarkan peta dasar yang digunakan :
Peta dasar peta topografi berkontur : geomorfologi ditampilkan.
Peta dasar peta planimetri : geomorfologi tidak dipentingkan.
c. Berdasarkan cara penggambarannya :
Penggambaran dengan warna.
Penggambaran dengan tanda.
4. Kelengkapan baku suatu Peta Geologi
Suatu Peta Geologi dibuat dengan berbagai variasi, sesuai dengan kondisi
medan, tujuan utama pemetaan serta ketentuan umum pemetaan yang berlaku
di instansi dimana pemeta bekerja. Walaupun variasi itu besar, namun dalam
suatu peta geologi ada komponen-komponen utama yang bersifat universil.
Komponen tersebut adalah :
a. Judul Peta
Judul Peta mencakup :
Nama daerah.
Skala peta, sebaiknya skala angka maupun skala grafis.
Nama penyusun Instansi penerbit.
Tahun penerbitan peta tersebut. Untuk peta yang tidak diterbitkan,
dicantumkan tahun dimana laporan pernetaan tersebut dianggap
selesai.
b. Penyebaran Satuan-Satuan Peta :
Umumnya adalah Satuan Batuan, baik resmi (Formasi, Anggauta)
maupun tak resmi (Satuan A, Satuan B).
Setiap Satuan diberi tanda atau warna atau kombinasi tanda dan warna
khusus, biasanya berkait dengan batuan penyusun utamanya.
Dua satuan yang berdekatan berbatasan yang dinyatakan dengan garis
batas, baik berupa batas tegas (garis menerus) maupun batas
diperkirakan (garis putus-putus).
c. Penyebaran unsur geologi yang berupa bidang :
Unsur geologi yang berupa bidang (batas Satuan Batuan, aliran lava,
sisipan batubara) yang mempunyai kedudukan mendatar (horisontal)
atau kemiringan yang kecil (kurang dari 9 ) pola penyebarannya akan
sejajar mengikuti garis kontur.
Unsur yang mempunyai kemiringan antara 10 hingga 79 , pada
daerah lembah penyebarannya akan membentuk huruf V dengan arah
meruncing mengikuti arah kemiringan perlapisan tersebut.
Unsur geologi yang berupa bidang (batas Satuan Batuan, dike, sesar,
urat kuarsa) yang mempunyai kedudukan tegak (vertikal) atau
kemiringan yang besar (lebih besar dari 80 ) pola penyebarannya akan
merupakan garis lurus, memotong garis kontur.
d. Penyebaran tanda-tanda struktur.
Tanda struktur disini dapat berupa :
Tanda jurus & kerniringan : perlapisan batuan sedimen, foliasi (pada
batuan metamorf).
Tanda jurus & kemiringan kekar dan sesar.
Tanda sesar, baik sesar turun, sesar naik, sesar sesar mendatar. Tanda
tersebut dapat bersifat sesar pasti (garis menerus), sesar diperkirakan
(garis putus-putus) maupun sesar tertimbun air atau sedimen muda
(titik-titik).
Tanda perlipatan antiklin dan sinklin, perlu disertakan arah
penunjamannya.
e. Legenda atau Keterangan
Legenda atau keterangan biasanya ditaruh disamping atau di bawah peta
geologi. Pada Legenda diberikan :
Penjelasan tentang warna atau tanda yang dipakai pada Peta Geologi.
Urutan stratigrafi dari satuan yang ada di peta disusun secara
superposisi.
Hubungan antar satuan, ditunjukkan terutama mana yang merupakan
hubungan tidak selaras.
Di bawah Legenda warna atau tanda diberikan Legenda tentang simbul
struktur maupun simbul gejala geologi lain yang ada di Peta Geologi.
f. Indeks lokasi daerah pemetaan :
Indeks geografis/administratif.
Indeks terhadap lembar peta yang berdampingan (adjoining sheets).
g. Beberapa profil :
Dibuat memotong Satuan Peta dan struktur terbanyak.
Arahnya sedapat mungkin tegak lurus jurus perlapisan atau sumbu
lipatan.
Sebaiknya lurus, kalau harus berbelok, sudut pembelokannya tidak
lebih dari 30.
5. Prinsip dasar Pemetaan Geologi :
a. Pengamatan, pengukuran dan perekaman unsur geologi secara teliti,
menyeluruh dan tepat.
b. Hasil pengamatan sejumlah titik dalam suatu lintasan dirangkai menjadi
peta geologi lintasan.
c. Sejumlah peta lintasan dihubungkan menjadi peta geologi areal.
PERALATAN PEMETAAN GEOLOGI
Kedua cara pengukuran jurus dan kemiringan yang telah diuraikan di atas
berlaku untuk kompas empat kuadran maupun kompas azimut
PETA TOPOGRAFl DAN KEGUNAANNYA DALAM PEMETAAN
GEOLOGI
b. Data tentang faktor atau masalah geologi yang ada di daerah tersebut
Setelah peta geologi yang pernah dibuat telah ditemukan, perlu ditelaah
apa yang ada di daerah tersebut. Misalnya dari pemeta terdahulu
disebutkan bahwa di daerah tersebut terdiri dari 5 Formasi batuan, masing-
masing breksi vulkanis, lempung hitam, batupasir, napal dan batugamping,
maka pemeta berkewajiban untuk mencari informasi yang terperinci
tentang breksi vulkanis dan batuan yang lain. Misalnya saja dalam breksi
vulkanis disebutkan adanya breksi autoklastik maka perlu dicari uraian
dalam buku-buku petrologi dan volkanologri tentang breksi autoklastik.
Misalnya batupasirnya merupakan distal turbidite, maka perlu dicari
informasi umum tentang apa itu turbidit dan apa yang dimaksud dengan
distal turbidite beserta ciri-cirinya. Selanjutnya misalnya batugampingnya
sebagian berupa batugamping terumbu, maka perlu dlikumpulkan
informasi tentang terumbu itu apa, apa bagian-bagiannya, apa penyusun
utamanya, apa cirri-cirinya dan bagaimana cara mengenalinya di lapangan.
g. Apa potensinya:
Potensi positip:
Bagian yang segar dan setengah lapuk dari breksi autoklastik di utara
Gejayan berpotensi untuk ditambang sebagai sumber batupecah.
c. Tempat dimana dijumpai struktur yang cukup jeias, misalnya sesar, kekar,
lipatan dan sebagainya.
d. Tempat dimana dijumpai singkapan batuan yang jelas, walau tidak ada
kontak, perubahan morfologi maupun struktur.
Pada tebing timur jalan desa antara Desa Jimbung ke arah desa
Talunombo, 35 m di selatan jembatan S.Krendetan, N 123 E dari
puncak G. Seto dan N 47 E dari G. Munding.
2. Pencatatan Pengukuran data lapangan.
Pada pekerjaan lapangan pernetaan geologi, salah satu hal yang penting
dari proses pengumpulan data adalah pembuatan catatan lapangan. Catatan
lapangan ini nantiya akan menjadi sumber informasi serta sumber inspirasi utama
setelah pemeta kembali ke pangkalan kerja atau ke kantor dan mulai memilih,
memproses serta menafsirkan apa yang diamati dan diperoleh di lapangan. Oleh
karena itu pembuatan catatan yang lengkap, menyeluruh, tepat serta terorganisir
dengan baik merupakan suatu keharusan. Suatu catatan yang ala kadarnya, tidak
lengkap atau sulit dibaca akan menjadi tidak berguna sama sekali, bahkan
menimbulkan frustrasi manakala pemeta mulai melupakan bagaimana
kenampakan singkapan yang diamati dan dicatat tadi. Maksud yang
sesungguhnya dari pembuatan catatan lapangan yang baik adalah agar dalam
penelaahan data lapangan yang penting (critical field data), pemeta tidak
sekedar mengandalkan ingatannya saja.
Macam-macam informasi geologi yang umumnya perlu dicatat antara lain :
a. Lokasi yang tepat dari singkapan yang diamati, sehingga dengan catatan
tersebut lokasi akan mudah ditemukan di peta topografi yang menjadi dasar
kerja lapangan.
b. Kondisi geomorfologi tempat pencatatan serta daerah sekitarnya.
c. Keadaan umum dari batuan yang terdapat di tempat tersebut menyangkut
tentang macam batuan, tingkat homogenitas (masif, berselang-seling,
bersisipan, bergradasi dsb), kedudukan batuan, tingkat pelapukan,
warra (segar / lapuk), tekstur, kemas, komposisi, struktur, dan aspek
petrologi utama lainnya, termasuk kemungkinan adanya kecenderungan
perubahan vertikal maupun lateral.
d. Demensi singkapan secara parsial maupun total.
e. Kemungkinan adanya indikasi proses diagenesa, alterasi, mineralisasi,
dan atau metamorfisme pada sebagian atau seluruh batuan yang
tersingkap, intensitas maupun ekstensitas setiap proses yang ada.
f. Macam dan kedudukan dari indikator arus purba ( arah foreset, flute
cast, sumbu alur, punggungan gelembur dsb).
g. Macam, kedudukan, intensitas serta ekstensitas unsur struktur ( kekar,
foliasi, lineasi, belahan, slickenside dsb).
h. Sketsa singkapan atau bagian singkapan yang penting, denah lapangan,
sayatan, kolom dan skema atau diagram lain yang bersifat tabulatif,
disertai dengan perbandingan atau skala yang memadai.
i. Lokasi serta obyek dari foto, contoh batuan, contoh fosil, contoh soil,
contoh air dan contoh lain yang relevan dengan penelitian yang diambil
di lapangan.
j. Data lain yang relevan untuk penyempurnaan studi lapangan tersebut.
Semua hasil observasi data, bahkan termasuk data yang
membingungkan ataupun yang merupakan anomali, tetap harus dicatat
secara teliti dan menyeluruh. Seringkali, di kemudian hari, data-data yang
aneh inilah yang justru dapat membantu mernperbaiki dan meningkatkan
penafsiran.
Beberapa petunjuk membuat catatan yang baik :
a. Biasakan untuk memulai pada halaman baru pada notes setiap
pergantian hari. Pergantian halaman tersebut juga perlu dilakukan kalau
terjadi perubahan tugas pekerjaan, walaupun pada hari yang sama.
Untuk setiap pergantian tersebut berikan catatan pendek tentang tanggal
dan judul kerja yang harus dilakttkan (mis.: 19/07/1998, Pemetaan
penyebaran intrusi dasit di lereng timur G. Kebo, sekitar desa
Pandanan, .Iiwo Barat). Apabila pemetaan dilakukan di musim hujan,
keadaan cuaca pada awal kerja di pagi hari serta perubahan cuaca yang
terjadi pada jam-jam tertentu perlu dicatat dengan baik.
b. Tempat utama dimana dilakukan pengamatan (Stasiun Pengamatan - STA)
perlu dicatat secara menyeluruh dan lengkap. Catatan harus sedemikian
rupa sehingga hanya dengan membaca uraian dari STA tersebut, lokasinya
akan mudah ditentukan secara tepat di peta yang menjadi dasar kerja
lapangan.
c. Dalam melakukan pencatatan, gunakan pensil atau tinta (ballpoint) yang
tahan air, sehingga kalau kena air hujan tidak menjadi luntur.
d. Buat catatan secara rapi, ikuti prinsip ABC (Accurate, Brief, Clear).
e. Buat sketsa secara sederhana, jelas dan skematik. Sketsa harus dapat
dianggap lebih menyerupai diagram daripada suatu lukisan. Sketsa yang
dibuat harus, memiliki skala dan sedapat mungkin menunjukkan
kedudukan dari struktur (misalnya arah bidang perlapisan) atau gejala lain
yang ditunjukkan, serta arah yang dihadapi pada waktu membuat sketsa
tersebut.
PEMETAAN LINTASAN
1. Pemetaan Lintasan
Yang dimaksud dengan pemetaan lintasan adalah proses
pengamatan yang dilakukan pada sejumlah titik dan antar titik sepanjang
suatu lintasan, sehingga hasilnya akan menunjukkan kondisi geologi
sepanjang lintasan tersebut. Kondisi geologi tersebut nampak pada peta
geologi sepanjang lintasan yang berupa :
a. Macam satuan batuan yang ada dan kedudukannya sepanjang lintasan.
b. Penyebaran satuan tersebut sepanjang lintasan.
c. Lokasi, macam dan arah kontak antar satuan pada lintasan.
d. Macam dan lokasi unsur struktur geologi yang terdapat sepanjang
lintasan.
e. Macam dan lokasi potensi geologi yang ada pada lintasan.
a. Batuan atau Satuan Batuan apa yang ada di jalur lintasan tersebut.
Batuan apa saja yang ada dan dapat dikelompokkan menjadi berapa
Satuan Batuan.
b. Bagaimana macam dan jenis kontak antar Satuan Batuan dan di titik
mana pada lintasan kontak tersebut ditemukan serta, ke arah mana
larinya kontak tersebut keluar dari lintasan.
Macam kontak:
Kontak tegas : ditandai dengan garis kontak yang tegas
(menyambung).
Kontak diperkirakan : ditandai dengan garis kontak yang terputus-
putus.
Kontak tersembunyi / tertimbun ditandai dengan garis kontak
berupa titik-titik.
Jenis kontak :
Kontak selaras
Kontak tak selaras
Kontak intnisi
Kontak sesar
Lintasan yang dibuat dalam satu hari kerja yang berawal dari satu
titik (base camp), melingkar dan sore harinya diakhiri di titik yang
lain (Flying camp).
Lintasan yang dibuat dalam satu hari kerja yang berawal dari satu
titik (base camp), berakhir di titik yang cukup jauh atau sulit
ditempuh, clan kernbali melewati lintasan yang sama kernbali ke
base camp tanpa melakukan pengarnatan lagi.
f. L i n t a s a n S a m p i n g (Side Traverse) : lintasan yang merupakan
penyimpangan dari Lintasan Umum baik tertutup atau terbuka, yang
dilakukan di titik-titik yang mempunyai interes dengan jalan samping
baik. Lintasan menyamping tersebut bisa berupa lintasan terbuka maupun
tertutup. Setelah melakukan pengamatan ke samping kernudian kembali
lagi ke titik awal penyimpangan dan kemudian kembali mengikuti
Lintasan Utama.
Blyth, F. G. H., 1976, Geological Maps and their Interpretation, 2nd. Ed. ;
Edward Arnold, London, 48 p.
Compton, R R, 1985, Geology in the Field; John Wiley & Sons, New York,
398 p.
Fry, N., 1984, The Field Description of Metamorphic Rocks ; Geol. Soc.
London Handbook Series, The Open University Press, Milton Keynes &
Hallstead Press, John Wiley & Sons, New York, 110 p.
McClay, K., 1987, The Mapping of Geological Structures ; Geol. Soc. London
Handbook Series, The Open University Press, Milton Keynes &
Hallstead Press, John Wiley & Sons, New York, 161 p.
Roberts, J. L., 1984, Introduction to Geological Maps and Structures ;
Pergamon Press, London, 332 p.
Thorpe, R. and Brown, G., 1985, The Field Description o . f Igneous Rocks ;
Geol. Soc. London Handbook Series, The Open University Press, Milton
Keynes & Hallstead Press, John Wiley & Sons, New York, 154 p.
Tucker, M. E., 1982, The Field Description of Sedimentary Rocks ; Geol. Soc.
London Handbook Series, The Open University Press, Milton Keynes &
Hallstead Press, John Wiley & Sons, New York, 112 p.