Laporan Kasus-Ppok
Laporan Kasus-Ppok
STATUS PASIEN
I. IDENTITAS PASIEN
Nama : Tn. IS
Umur : 85 tahun
Jenis kelamin : Laki Laki
Alamat : Sumpiuh, Banyumas
Agama : Islam
Pekerjaan : Buruh
No CM : 245231
Tanggal Masuk : 07 November 2013
II. ANAMNESIS
Dilakukan anamnesis pada tanggal 07 November 2013
A. Keluhan utama : sesak napas sejak 2 hari SMRS
B. Keluhan tambahan : Batuk berdahak, demam, mual (+), muntah (-)
C. Riwayat Penyakit Sekarang
Pasien datang ke IGD RSWK dengan keluhan sesak napas sejak 2
hari SMRS. Sesak napas sudah dikeluhkan pasien sejak 1 bulan yang lalu
dan dirasakan hilang timbul dan sesak merasa memberat sejak 2 hari
SMRS. Pasien mengaku perlu usaha bernafas yang lebih untuk bernafas.
Pasien mengeluhkan demam dan batuk berdahak berwarna hijau sejak 2
minggu SMRS yang dirasakan hilang timbul. Akhir-akhir ini batuk dirasa
semakin memberat, batuk timbul pada saat siang maupun malam. Pasien
mengeluhkan mual sejak 1 hari SMRS tanpa disertai muntah.
Pasien mempunyai riwayat kebiasaan merokok dan minum kopi.
Kebiasaan merokok ini sudah dimulai sejak usia 20 tahun setiap harinya
merokok 10 batang. Pasien mengatakan tidak pernah minum obat rutin
selama 6 bulan yang berwarna merah dan yang membuat warna
kencingnya menjadi merah. Pasien juga mengaku tidak punya riwayat
1
sesak yang dirasakan sejak kecil dan riwayat asma dalam keluarga tidak
ada. Pasien juga mengaku nafsu makan masih baik, BAB dan BAK tidak
ada keluhan
2
Venektasi : Tidak ada
2. Mata : Konjungtiva pucat (-/-), sclera ikterik (-/-).
3. Hidung : Secret (-), darah (-), deviasi
septum (-)
4. Mulut : Bibir tidak sianosis, faring
tidak hiperemis, tonsil T1-T1 tidak hiperemis
5. Leher : KGB tidak teraba, kelenjr
tiroid tidak membesar, JVP 5+0 cmH2O
6. Thorax
Cor : Inspeksi : Ictus cordis tak tampak.
Palpasi : Ictus cordis tidak teraba, tidak kuat angkat
Perkusi : Batas pinggang jantung ICS III parasternal kiri
Batas kiri jantung : ICS V midklavikularis kiri
Batas kanan jantung : ICS V midstrenalis kanan
Auskultasi : BJ I-II reguler, murmur(-), gallop (-)
Pulmo : Inspeksi : Dinding dada simetris. retraksi interkostal (-),
tidak ada gerakan napas yang tertinggal
Palpasi : Vokal fremitus paru kanan = kiri normal
Perkusi : Hipersonor pada kedua lapang paru
Auskultasi : Suara dasar : Vesikuler +/+
Suara tambahan : Ronkhi basah kasar (+/+),
wheezing (+/ +)
7. Pemeriksaan Abdomen
Inspeksi : Datar, benjolan (-), venektasi (-), pulsasi
epigastrium (-)
Auskultasi : Bising Usus (+) normal
Palpasi : Supel, nyeri tekan epigastrium (-), undulasi (-)
Hepar tidak teraba
Lien tidak teraba
Perkusi : Tympani, pekak beralih (-), undulasi (-), nyeri
ketok kostovertebre (-/-)
3
8. Pemeriksaan Extremitas
Superior : Edema (-/-)
Inferior : Edema (-/-)
V. RESUME
Pasien datang ke IGD RSWK dengan keluhan sesak napas sejak 2
hari SMRS. Sesak napas sudah dikeluhkan pasien sejak 1 bulan yang lalu
dan dirasakan hilang timbul dan sesak merasa memberat sejak 2 hari
SMRS. Pasien mengaku perlu usaha bernafas yang lebih untuk bernafas.
Pasien mengeluhkan demam dan batuk berdahak berwarna hijau sejak 2
minggun SMRS yang dirasakan hilang timbul. Akhir-akhir ini batuk dirasa
4
semakin memberat, batuk timbul pada saat siang maupun malam. Pasien
mengeluhkan mual sejak 1 hari SMRS tanpa disertai muntah.
Pasien mempunyai riwayat kebiasaan merokok dan minum kopi.
Kebiasaan merokok ini sudah dimulai sejak usia 20 tahun setiap harinya
merokok 10 batang.
Pada pemeriksaan fisik tanda tanda vital TD: 130/80 Nadi
100x/menit RR: 28x/menit S: 37,6C dan pada pemeriksaan paru
didapatkan suara napas vesikuler +/+, Ronki Basah Kasar +/+ dan
wheezing +/+, pemeriksaan lain dalam batas normal. Pada pemeriksaan
laboratorium juga dalam batas normal. Pada pemeriksaan foto thoraks
terdapat gambaran bronkitis
IX. PENATALAKSANAAN
Non Farmakologis :
- Bed rest
- Posisi duduk
Farmakologis :
- IVFD RL 20 tpm
- Oksigen 1-3 Liter/menit
5
- Dumin supp 5mg
- Inj. Ceftriaxon 1 gr iv
X. PROGNOSIS
Quo ad vitam : dubia ad bonam
Quo ad functionam : dubia ad bonam
Quo d sanationam : dubia
XI. FOLLOW UP
31 Mei 2013
S : sesak napas (+), batuk berdahak (+), mual (+), muntah (-)
O :KU/Kesadaran : Tampak sakit sedang/compos mentis
TTV : TD : 110/70 mmHg RR: 26x/menit
Nadi: 84x/menit S: 37C
Mata : CA -/- SI -/-
Mulut : mukosa lembab, sianosis (-)
Leher : tidak teraba KGB, JVP normal
Thorax
Cor : BJ I-II regular, gallop (-), Murmur (-)
Pulmo :simetris sttis-dinamis, retraksi (-), vesikuer +/+, Rhonki +/
+, Wheezing +/+
Abdomen : Supel, Datar, BU(+) normal, hepatomegaly (-),
splenomegali (-), Nyeri tekan (-)
Ekstremitas : akral hangat, edema (-), sianosis (-)\
A : PPOK
P : - IVFD KAEN 3B + aminofilin drip 1 amp 20 tpm
- Inj. Ceftimax 2x1 amp
- Inj. Ranitidin 2x1 amp
- Inj. Dexametason 2x1 amp
- Nebulizer Ventolin 3x1
- Fartolin syr 2x1
6
09 November 2013
S : sesak napas (+), mual (+), Muntah
O :KU/Kesadaran : Tampak sakit sedang/compos mentis
TTV : TD : 130/90 mmHg RR: 25x/menit
Nadi: 80x/menit S: 36,5C
Mata : CA -/- SI -/-
Mulut : mukosa lembab, sianosis (-)
Leher : tidak teraba KGB, JVP normal
Thorax
Cor : BJ I-II regular, gallop (-), Murmur (-)
Pulmo : simetris sttis-dinamis, retraksi (-), vesikuer +/+, Rhonki +/
+, Wheezing +/+
Abdomen : Supel, Datar, BU(+) normal, hepatomegaly (-),
splenomegali (-), Nyeri tekan (-)
Ekstremitas : akral hangat, edema (-), sianosis (-)
Foto Rontgen tanggal 09 November 2013:
7
- Inj. Ceftimax 2x1 amp
- Inj. Ranitidin 2x1 amp
- Inj. Dexametason 2x1 amp
- Nebulizer Ventolin 3x1
- Fartolin syr 2x1
10 November 2013
S : sesak napas (+) berkurang, batuk berdahak (+), mual (+), muntah (-)
O :KU/Kesadaran : Tampak sakit sedang/compos mentis
TTV : TD : 120/70 mmHg RR: 24x/menit
Nadi: 84x/menit S: 37C
Mata : CA -/- SI -/-
Mulut : mukosa lembab, sianosis (-)
Leher : tidak teraba KGB, JVP normal
Thorax
Cor : BJ I-II regular, gallop (-), Murmur (-)
Pulmo :simetris sttis-dinamis, retraksi (-), vesikuer +/+, Rhonki +/
+, Wheezing -/-
Abdomen : Supel, Datar, BU(+) normal, hepatomegaly (-),
splenomegali (-), Nyeri tekan (-)
Ekstremitas : akral hangat, edema (-), sianosis (-)\
A : PPOK
P : - IVFD KAEN 3B + aminofilin drip 1 amp 20 tpm
- Inj. Ceftimax 2x1 amp
- Inj. Ranitidin 2x1 amp
- Inj. Dexametason 2x1 amp
- Nebulizer Ventolin 3x1
- Fartolin syr 2x1
Pasien dipulangkan dan diedukasi kontrol rawat jalan ke poli paru secara rutin.
8
BAB II
TINJUAN PUSTAKA
I. Definisi
Penyakit Paru Obstruktif kronik (PPOK) adalah penyakit paru yang dapat
dicegah dan diobati, ditandai oleh hambatan aliran udara di saluran nafas yang
tidak sepenuhnya reversibel, bersifat progresif dan berhubungan dengan respons
inflamasi paru terhadap partikel atau gas yang beracun/berbahaya, disertai efek
ekstraparu yang berkontribusi terhadap berat penyakit.1,2
Bronkitis kronik dan emfisema tidak dimasukkan definisi PPOK karena,
emfisema merupakan diagnosis patologik dan bronkitis kronik merupakan
diagnosis klinis. Selain itu keduanya tidak selalu mencerminkan hambatan aliran
udara dalam saluran napas.1,3
Gejala klinis PPOK: batuk, produksi sputum, sesak napas yang bertambah
pada saat aktivitas. Faktor risiko, asap rokok merupakan penyebab terpenting,
jauh lebih penting dari faktor penyebab lainnya. Penyebab faktor genetik adalah
kekurangan enzim alfa-1 antitipsin.1,2
Termasuk dalam faktor risiko:
1. Asap rokok
a. Perokok aktif
b. Perokok pasif
2. Polusi udara
a. Polusi di dalam ruangan
Asap rokok
Asap kompor
b. Polusi di luar ruangan
Gas buangan kendaraan bermotor
Debu jalanan
c. Polusi tempat kerja (bahan kimia, zat iritasi, gas beracun)
3. Infeksi saluran nafas bawah be\\rulang
4. Sosio ekonomi
9
II. Patogenesis
Faktor penjamu
Inflamasi paru
Antioksidan Antiprotease
Mekanisme perbaikan
Patologi PPOK
10
III. Diagnosis PPOK
Pemeriksaan fisik *
11
Corakan bronkovaskular Bullae
meningkat Jantung Pendulum
12
Klasifikasi PPOK.
Diagnosis Banding
1. PPOK
a. Onset usia pertengahan
b. Gejala progresif lambat
c. Riwayat merokok (lama dan jumlah rokok)
d. Sesak saat aktifitas
e. Hambatan aliran udara ireversibel
13
2. Pada Asma
a. Onset usia dini
b. Gejala bervariasi dari hari ke hari
c. Gejala pada waktu malam/dini hari lebih menonjol
d. Dapat diketemukan alergi, rhinitis dan eksim
e. Riwayat asma dalam keluarga
f. Hambatan aliran udaranya reversibel
3. Pada Gagal Jantung Kongestif
a. Riwayat hipertensi
b. Rankhi basah halus di basal paru
c. Gambaran foto torak tampak pembesaran jantung dan oedema
d. Pemeriksaan faal paru restriktif, bukan obstruktif
4. Pada Tuberkulosis
a. Onset semua usia
b. Gambaran foto torak infiltrat
c. Konfirmasi pemeriksaan mikrobiologi (BTA)
5. Pada Sindrom Obstruksi Pasca TB (SOPT)
a. Riwayat terapi TB adekuat
b. Gambaran foto torak fibrosis dan kalsifikasi minimal
c. Pemeriksaan faal paru menunjukkan obstruktif yang tidak reversibel
14
1. Mengurangi gejala
2. Mencegah progresivitas penyakit
3. Meningkatkan toleransi latihan
4. Meningkatkan kualitas hidup penderita
5. Mencegah dan mengobati komplikasi
6. Mencegah dan mengobati eksaserbasi berulang
7. Menurunkan angka kematian
Berdasarkan dari tujuan penatalaksanaan PPOK maka program berhenti
merokok juga menjadi perhatian utama, karena asap rokok merupakan penyebab
terpenting bagi timbulnya PPOK.1,4
Untuk mencapai tujuan tersebut dapat dilakukan melalui 4 komponen
program tatalaksana :
15
dapat mendahului terjadinya keterbatasan aliran nafas. Meski PPOK didefinisikan
atas dasar keterbatasan aliran nafas, pada prakteknya keputusan untuk
mendapatkan pertolongan medis umumnya ditentukan dari dampak suatu gejala
terhadap kualitas hidup pasien. Untuk itu monitor penting yang harus dilakukan
adalah memperhatikan gejala klinis dan fungsi paru penderita.1,5
16
3. Penatalaksanaan Menurut Derajat PPOK
Penanganan PPOK yang stabil secara menyeluruh harus bersifat
individu terutama pada perbaikan gejala dan kualitas hidup.1
DERAJAT I DERAJAT II DERAJAT III DERAJAT IV
VEP1/KVP < 70% VEP1/KVP < 70% VEP1/KVP < 70% VEP1/KVP < 70%
VEP1 80% 50 % < VEP1< 30 % < VEP1< VEP1< 30%
prediksi 80% prediksi 50% prediksi prediksi
17
Karakteristik:
VEP1/KVP < 70%
VEP1 80% prediksi
Dengan atau tanpa gejala.
Rekomendasi pengobatan:
Bronkodilator kerja singkat (SABA, Antikolinergik kerja cepat,
Xantin) bila perlu
Derajat II : PPOK Sedang
Karakteristik:
VEP1/KVP < 70%
50 % < VEP1< 80% prediksi
Dengan atau tanpa gejala
Rekomendasi pengobatan:
1. Pengobatan reguler dengan bronkodilator:
a. Antikolinergik kerja lama sebagai terapi pemeliharaan
b. LABA
c. Simptomatik
2. Rehabilitasi (edukasi, nutrisi, rehabilitasi respirasi)
Derajat III : PPOK Berat
Karakteristik:
VEP1/KVP < 70%
30 % < VEP1< 50% prediksi
Dengan atau tanpa gejala
Rekomendasi pengobatan:
1. Pengobatan reguler dengan 1 atau lebih bronkodilator:
a. Antikolinergik kerja lama sebagai terapi pemeliharaan
b. LABA
c. Simptomatik
d. Kortikosteroid inhalasi bila memberikan respons klinis atau
eksaserbasi berulang
2. Rehabilitasi (edukasi, nutrisi, rehabilitasi respirasi)
18
Derajat IV : PPOK Sangat Berat
Karakteristik:
VEP1/KVP < 70%
VEP1< 30% prediksi atau gagal napas atau gagal jantung kanan
Rekomendasi pengobatan:
1. Pengobatan reguler dengan 1 atau lebih bronkodilator:
a. Antikolinergik kerja lama sebagai terapi pemeliharaan
b. LABA
c. Simptomatik
d. Kortikosteroid inhalasi bila memberikan respons klinis atau
eksaserbasi berulang
2. Rehabilitasi (edukasi, nutrisi, rehabilitasi respirasi)
3. Terapi oksigen jangka panjang bila gagal napas
4. Ventilasi mekanis noninvasif
5. Pertimbangkan terapi pembedahan.
Bronkodilator
Kombinasi agonis B2, antikolinergik dan atau teofilin memperbaiki fungsi
paru dan kualitas hidup. Pengobatan dini dengan bronkodilator antikolinergik
kerja lama pada PPOK derajat II/sedang dapat memperlambat laju penurunan
fungsi paru.1,6
Glukokortikosteroid
Glukokortikosteroid inhalasi tidak mencegah laju penurunan fungsi
paru.Glukokortikoid dapat menurunkan frekuensi eksaserbasi pada derajat III
dan IV.1,5
19
Pada eksaserbasi memberikan perbaikan,sedang pada penggunaan jangka
panjang masih diperdebatkan.1
Antioksidan (N-asetilsistein)
Antioksidan dapat mengurangi frekuensi eksaserbasi bila digunakan bersama
kortikosteroid inhalasi
Rehabilitasi medis
Menurunkan gejala dan memperbaiki kualitas hidup. Disarankan mulai pada
derajat II.1
Terapi oksigen
Pemberian terapi oksigen jangka panjang lebih dari 15 jam per hari pada
pasien dengan gagal napas dapat meningkatkan harapan hidup serta
memberika keuntungan pada hemodinamik, karakteristik hematologi
kapasitas latihan, ventilasi, dan status mental. Indikasi pemberian terapi
oksigen jangka panjang pada PPOK derajat IV.1
Pembedahan
Bulektomi dapat menurunkan sesak dan memperbaiki fungsi paru.1
20
4. Tatalaksana PPOK Stabil
Tatalaksana PPOK stabil
Dipertimbangkan mukolitik
21
5. Tatalaksana PPOK eksaserbasi
Akut eksaserbasi adalah suatu kejadian yang terjadi secara alamiah, dalam
perjalanan penyakit PPOK hal itu ditandai dengan perubahan dispnea, batuk, dan
atau produksi sputum yang jauh dari normal.5,7
Gejala eksaserbasi akut :
Batuk makin sering / hebat
Produksi sputum bertambah banyak
Sputum berubah warna
Sesak napas bertambah
Keterbatasan aktifitas bertambah
Terdapat gagal napas akut pada gagal napas kronik
Penurunan kesadaran
Penatalaksanaan eksaserbasi akut dapat dilakukan di:
1. Poliklinik rawat jalan
2. Unit gawat darurat
3. Ruang rawat
4. Ruang ICU
Prinsip penatalaksanaan eksaserbasi PPOK
1. Optimalisasi penggunaan obat-obatan
a. Bronkodilator
Agonis beta-2 kerja cepat kombinasi dengan antikolinergik
perinhalasi (nebuliser)
Xantin intravena (bolus dan drip)
b. Kortikosteroid sistemik
c. Antibiotik
Golongan Makrolid baru (Azitromisin, Roksitromisin,
Klaritromisin)
Golongan Kuinolon respirasi
Sefalosporin generasi III / IV
22
d. Mukolitik
e. Ekspektoran
2. Terapi oksigen
3. Terapi nutrisi
4. Rehabilitasi fisik dan respirasi
5. Evaluasi progresifiti penyakit
6. Edukasi
23
Ke dokter Lanjutkan tatalaksana, kurangi jika
Perburukan tanda/gejala
24
Nilai berat gejala (kesadaran, frekuensi napas, pemeriksaan fisis)
Analisis gas darah
Foto toraks
Terapi oksigen
Bronkodilator
*inhalasi/ nebuliser
-agonis b2
-antikolinergik
Antibiotik
Kortikosteroid sistemik
Diuretik bila ada retensi cairan
25