Anda di halaman 1dari 8

EFEK HORMONAL PADA OVULASI DAN PEMIJAHAN IKAN

LAPORAN PRAKTIKUM FISIOLOGI HEWAN II

KEMENTERIAN PENDIDIKAN NASIONAL


UNIVERSITAS JENDERAL SOEDIRMAN
FAKULTAS BIOLOGI
PURWOKERTO
2011
HASIL DAN PEMBAHASAN

A. Hasil
Tabel Pengamatan teknik Hipofisasi pada ikan nilem (Osteochillus hasselti)
Waktu Keterangan
21.00 Penyuntikan ekstrak kelenjar hipofisa pada ikan resipien

08.00 Pengamatan pemijahan ikan

Hasil Ikan tidak memijah

B. Pembahasan

Percobaan ini menggunakan ikan Mas sebagai ikan donor dan ikan Nilem
sebagi ikan resipien. Ikan donor adalah ikan yang diambil kelenjar hipofisanya
yang masih dalam satu jenis atau satu family dengan ikan resipien, sedangkan
ikan resipien adalah ikan yang akan diinjeksi atau disuntik (Sumantadinata, 1981).
Hasil percobaan yang dilakukan menyatakan bahwa pada ikan resipien yang
dilakukan penyuntikan, tidak melakukan pemijahan setelah diamati selama 10
jam. Hal tersebut tidak sesuai dengan pernyataan Soekamsipoetro (1987), dengan
melakukan tekhnik hipofisasi pada ikan nilem, pemijahan akan terjadi pada
rentang waktu 6-14 jam setelah masa penyuntikan. Induk-induk ikan yang benar-
benar matang kelamin akan memijah secara alami dalam waktu kurang dari 24
jam setelah ikan diletakkan dalam bak pemijah. Hormon yang berperan menurut
Pickford (1957), adalah gonadotropin yaitu Leuteinizing Hormone (LH) dan
Folicle Stimulating Hormone (FSH). Hormon gonadotropin tersebut dihasilkan
oleh kelenjar adenohipofisa yang akan merangsang proses pemasakan ovulasi
yang pada akhirnya merangsang induk betina untuk memijah.
Metode hipofisasi adalah usaha untuk memproduksi benih dari induk
yang tidak mau memijah secara alami tetapi memiliki nilai jual tinggi dengan
kelenjar hipofisasi dari ikan donor yang menghasilkan hormon yang merangsang
pemijahan seperti gonadotropin (Susanto, 1996). Pemijahan sistem hipofisasi
ialah merangsang pemijahan induk ikan dengan menyuntikkan kelenjar hipofisa.
Menurut Sumantadinata (1981), terdapat 3 cara penyuntikan hipofisasi yaitu intra
muscular, intra cranial, dan intra perineal.
Mekanisme kerja hormonal hiposis diawali oleh adanya faktor lingkungan
yang berupa stimulasi atau rangsangan yang dapat ditangkap oleh indera ikan
(misalnya kulit). Informasi yang diterima dari indera ikan akan diteruskan ke
hipotalamus melalui sel syaraf, sehingga hipotalamus akan terangsang untuk
memproduksi hormon gonadotropin serta FSH dan LH. Hormon ini akan
mempengaruhi testis dan ovarium untuk memproduksi estrogen dan progesteron
untuk menghasilkan sperma dan sel telur. Hipofisis mensekresi sejumlah hormon
yang mengatur kelenjar endokrin lain (hormon trofik) atau secara langsung
mempengaruhi metabolisme. Fungsi yang paling khas dari dari hipofisis anterior
adalah mengeluarkan hormon-hormon yang mempengaruhi aktivitas-aktivitas
kelenjar endokrin lain, terutama menyangkut reproduksi (Hardjamulia, 1980).
Ikan yang sedang matang kelamin biasanya mempunyai ciri-ciri fisiologis
dari tingkah lakunya, yaitu gelisah, saling berkumpul, bergerombol dan berkejar-
kejaran, diikuti juga dengan sering berlompatan diatas air dengan akhirnya terjadi
proses pemijahan pada ikan. Ciri-ciri yang lebih spesifik pada ikan jantan yang
telah matang kelamin adalah sirip dada kasar, kulit perut lembek dan tipis, dan
mengeluarkan cairan putih bila ditekan bagian perutnya (Hardjamulia, 1980).
Menurut Gordon (1982), ciri-ciri betina yang sudah masak kelamin diantaranya
perut mengembung, lubang genital kemerahan, perut lembek. Sedang pada ikan
jantan yang telah masak kelamin adalah bila perut distripping akan keluar cairan
putih seperti susu (milt).
Faktor-faktor yang mempengaruhi pemijahan diantaranya adalah tingkat
kematangan gonad, stress, dosis kelenjar hipofisa dan makanan. Ikan yang akan
digunakan haruslah yang telah benar-benar matang kelamin, hal ini penting karena
hanya ikan yang telah matang kelaminlah volume kelenjar hipofisa mencapai
puncaknya. Jika yang digunakan belum matang kelamin maka ikan tersebut tidak
dapat memijah ataupun volume kelenjar hipofisanya masih sedikit. Stress yang
dialami oleh ikan dapat disebabkan karena adanya sisik yang terkelupas, lamanya
waktu penyuntikan, kualitas airnya tidak sesuai dengan habitat ikan. Pemberian
dosis yang kurang tepat dapat mempengaruhi kecepatan ikan dalam memijah, hal
ini berarti agar ikan tersebut memijah dalam waktu yang relatif cepat diperlukan
dosis yang tepat sesuai dengan kebutuhan. Makanan yang diberikan pada ikan
haruslah yang mencukupi dalam hal kebutuhan nutrisinya, hal ini karena ikan
yang memijah memerlukan pasokan nutrisi yang cukup banyak untuk mensuplai
telurnya (Bagnara, 1988).
Menurut Itishom (2008), telur ikan biasanya akan berkembang normal
jika kondisi bak penetasan meliputi oksigen, suhu, dan pH terpenuhi. Sering
terjadi beberapa telur mati setelah periode singkat dari perkembangan, yaitu fase
morula atau sebelum penutupan blastopor. Kekurangan oksigen merupakan alasan
penyebab kematian telur. Suhu juga membunuh telur, biasanya pada fase
perkembangan embrio. Pada awalnya telur-telur tampak sehat dan berkembang
baik. Lama kelamaan telur-telur itu ada yang berwarna putih dan kusam.Telur
yang dibuahi dan tidak dibuahi pada awalnya tidak dapat dibedakan dari telur
yang dibuahi. Telur yang sehat akan berkembang menjadi transparan atau jernih.
Sumantadinata (1981) menyatakan bahwa ikan donor sebaiknya
menggunakan ikan yang masak kelamin, karena kelenjar hipofisanya mengandung
gonadtropin dalam jumlah maksimal, sedangkan ikan yang baru memijah
mengandung gonadtropin dalam jumlah maksimal, sedangkan ikan yang baru
memijah mengandung gonadotropin dalam jumlah sedikit atau bahkan tidak ada.
Peningkatan dosis kelenjar hipofisa mempercepat masa laten pemijahan ikan. Hal
ini diduga berhubungan dengan meningkatnya konsentrasi 17 , 20
dihidroksiprogesteron, 17 , 20 dihidroksiprogesteron yang merangsang inti
bermigrasi dari tengah ke tepi sel telur dan menyebabkan terjadinya GVBD.
Meningkatnya plasma progesteron seperti 17 , 20 dihidroksiprogesteron
berhubungan dengan meningkatnya plasma gonadotropin. (Muhammad et al.,
2003).
Kelenjar hipofisa ikan terletak di bawah otak sebelah depan. Kelenjar ini
menempel pada infudibulum dengan satu tangkai yang pendek, agak panjang atau
pipih bergantung pada jenis ikan. Suatu lekukan tulang pada lantai otak yang
disebut sella tursica melindungi khusus kelenjar ini. Tulang tengkorak harus
dibuka sehingga otak dapat diangkat untuk mengambil kelenjar ini. Butir kelenjar
hipofisa akan tertinggal di dalam sella tursica. Kelenjar hipofisa terdiri dari dua
bagian utama yaitu neurohypofisa dan adenohypofisa. Peranan kelenjar hipofisa
sangat vital terhadap kehidupan karena dari kelenjar inilah dihasilkan berbagai
macam hormon yang berperan dalam pertumbuhan dan perkembangbiakan.
Hormon yang sangat penting sehubungan dengan pemijahan dan pembiakan ikan
adalah gonadotropin. Perkembangan telur mencapai ovulasi (akhir pematangan)
diatur oleh hormone gonadotropin, yang dibentuk dan disimpan dalam kelenjar
pituitari atau hipofisa, seperti FSH (Follicle Stimulating Hormone) dan LH
(Luteinizing Hormone) kontinyu diproduksi dan dikeluarkan ke dalam aliran
darah. Sedangkan organ target gonadotropin dan steroid adalah ovulasi.
Gonadotropin ada 2 jenis, yaitu GtH I dan GtH II. Gonadotropin I merangsang
produk stestosteron pada lapisan teka yang diaromatase oleh sel granulosa
menjadi estradiol 17 . Estradiol 17 merangsang hati untuk mensintesis dan
mensekresikan vitelogenin yang selanjutnya dibawa ke dalam aliran darah menuju
oosit. Penyerapan vitelogeninini (vitellogenesis) menyebabkan ukuran oosit
bertambah besar. Selanjutnya gonadotropin II merangsang 17, 20 -DHP oleh 20
-dihidroksisteroid dehidrogenase (20 -HSDH) di dalam sel-sel granulosa.
Steroid ini menyebabkan kematangan oosit akhir gonad. Gonadotropin yang
sudah dilepaskan akan mencapai gonad dan merangsang proses preovulasi dan
akhir (More et al., 2010).

KESIMPULAN DAN SARAN


A. Kesimpulan

Kesimpulan yang dapat diambil dari hasil praktikum osmoregulasi adalah


sebagai berikut:
1. Ikan mas merupakan ikan donor sedangkan ikan nilem merupakan ikan
resipien.
2. Hasil yang diperoleh menunjukkan bahwa ikan yang telah disuntik dengan
kelenjar hipofisa tidak mengalami pemijahan.
3. Faktor-faktor yang mempengaruhi keberhasilan yaitu suhu, lingkungan,
kematangan gonad, teknik penyuntikan, keadaan fisiologis ikan, cahaya dan
arus air serta sifat fisik dan kimia.

B. Saran

Berdasarkan praktikum yang telah dilaksanakan, maka saran yang dapat


diberikan adalah sebagai berikut:
1. Sebaiknya ikan resipien yang digunakan adalah ikan yang sudah matang
gonad.
2. Faktor-faktor yang mempengaruhi pemijahan sebaiknya diperhatikan untuk
menunjang pemijahan ikan.

DAFTAR REFERENSI

Bagnara, T. 1988. Endokrinologi Umum. Airlangga University Press, Surabaya.


Gordon, M. S. 1982. Animal Physiology Princile. Mc Millan Publishing
Company, New York.

Hardjamulia. 1980. Pembenihan dan Teknik Hipofisasi. BBAT, Sukabumi.


Itishom, R. 2008. Pengaruh sGnRHa + Domperidion dengan Dosis Pemberian
yang Berbeda Terhadap Ovulasi Ikan Mas Strain (Cyprinus carpio L.)
Punten. Berkala Ilmiah Perikanan Vol. 3 No. 1, April 2008.

More, P. R., Bhandare, R. Y., Shinde, S. E., Pathan, T. S., and Sonawane, D. L.
2010. Comparative Study of Synthetic Hormones Ovaprim and Carp
Pituitary Extract Used in Induced Breeding of Indian Major Carps. Libyan
Agriculture Research Center Journal Internation 1 (5): 288-295.

Muhammad, H. Sunusi dan I. Ambas. 2003. Pengaruh Donor dan Dosis Kelenjar
Hipofisa terhadap Ovulasi dan Daya Tetas Telur Ikan Betok (Anabas
testudineus Bloch). J. Sains dan Teknologi. Vol. 3. N0. 3 Hal: 87-94.

Pickford, A. 1957. General Zoology Calude. The Mac Millan Publishing


Company, New York.

Soekamsipoetro, S. 1987. Budidaya Ikan Nilem. Dinas Perikanan UNBAD,


Purwokerto.

Sumantadinata, K. 1981. Pengembangbiakan Ikan-Ikan Peliharaan di Indonesia.


Sastra Budaya, Bogor.

Susanto, H. 1996. Budidaya Kodok Unggul. Swadaya, Jakarta.

Anda mungkin juga menyukai