Chapter II PDF
Chapter II PDF
LANDASAN TEORITIS
1. Stroke
1.1. Pengertian
aliran darah melalui sistem suplai arteri otak. Istilah stroke biasanya digunakan
secara spesifik untuk menjelaskan infark serebrum. Istilah yang masih lama dan
yang diakibatkan oleh berhentinya suplai darah ke bagian otak. Yang biasanya
dijumpai dan harus ditangani secara tepat. Stroke merupakan kelainan fungsi otak
darah otak yang bisa terjadi pada siapa saja (Muttaqin, 2008).
Gejala stroke dapat bersifat fisik, psikologis dan perilaku. Gejala fisik
yang paling khas adalah paralisis, kelemahan, hilangnya sensasi diwajah, lengan
atau tungkai disalah satu sisi tubuh, kesulitan berbicara, kesulitan menelan dan
hilangnya sebagian penglihatan disatu sisi. Seorang dikatakan terkena stroke jika
salah satu atau kombinasi apapun dari gejala diatas berlangsung selama 24 jam
1.2.1. Trombosis (bekuan darah didalam pembuluh darah otak dan leher).
1.2.2. Embolisme serebral (bekuan darah atau material lain yang dibawa
secara anatomi otak dibagi atas otak besar yang terdiri dari beberapa lobus, yaitu:
Tanda dan gejala dari stroke dapat berupa defisit lapang pandang seperti
dan Disfagia). Defisit sensori (seperti Parestesia). Defisit Verbal (seperti Afasia
eksprensif: tidak mampu membentuk kata yang dapat dipahami, Afasia reseptif:
tidak mampu memahami kata yang dibicarakan, Afasia global: kombinasi afasia
Ada beberapa klasifikasi dari stroke yaitu: Stroke Hemoragi, stroke ini
oleh pecahnya pembuluh darah otak pada area otak tertentu. Biasanya kejadian
saat melakukan aktifitas atau saat aktif, namun bisa juga terjadi saat istirahat.
Kesadaran klien umumnya menurun. Stroke Nonhemoragi, stroke ini dapat berupa
iskemia atau emboli dan trombosis serebral, biasanya terjadi saat istirahat, bangun
tidur, atau dipagi hari. Tidak terjadi perdarahan namun terjadi iskemia yang
(Muttaqin, 2008).
terjadinya cedera otak akut dengan memulihkan perfusi ke daerah iskemik non
infark, yang kedua membaikkan cedera saraf sedapat munkin, yang ketiga
mencegah cedera neurologik lebih lanjut dengan melindungi sel didaerah iskemik
dari apa yang disebut sebagai strategi Neuroprotektif. Terapinya dapat berupa
intravena, trombolisis intra arteri. Selain itu terapi yang digunakan adalah terapi
arteri rata-rata sehingga perfusi otak dapat meningkat. Pengendalian edema dan
terapi medis umum juga dilakukan, serta terapi bedah untuk mencegah tekanan
pertama setelah stroke adalah: yang pertama terjadi pembengkakan otak diikuti
yang diakibatkan masuknya makanan atau cairan kedalam paru oleh karena
mengalami disfagia. Ketiga, terjadi bekuan darah di arteri jantung dan paru.
Keempat, terjadi infeksi saluran kemih, infeksi dada, dan infeksi kulit akibat
(Smeltzer. 2002).
Setelah stroke iskemik atau perdarahan intraserebrum, sel yang mati dan
hematom itu diganti oleh kista yang mengandung cairan serebrospinalis. Pada
kematian atau cacat. Gejala sisa stroke mencakup komplikasi antara lain: 80%
pasien stroke mengalami penurunan parsial atau total gerakan dan kekuatan
lengan atau tungkai di salah satu sisi tubuh, 30% mengalami masalah
masalah melihat, banyak pasien stroke menderita sakit kepala, tanpa pencegahan
2.1. Definisi
lewatnya makanan melalui mulut, faring, atau esophagus. Gejala ini harus
Namun demikian setelah dimulai gerakan menelan ini dapat diselesaikan dengan
normal. Odinofagia berarti gerakan menelan yang nyeri, acapkali odinofagia dan
suatu gumpalan yang terperangkap dalam tenggorokan. Arah makanan yang keliru
sehingga terjadi regurgitasi nasal dan aspirasi makanan kedalam laring serta paru
Disfagia adalah kesulitan menelan yang dapat pula disertai dengan nyeri
dimana cairan dan makanan padat diteruskan dari mulut kelambung. Mekanisme
ini juga mencegah aspirasi makanan ke dalam paru, regurgitasi kehidung, dan
refluks melalui sfingter esophagus bawah. Oleh sebab itu disfagia menyebabkan
dua masalah yang berbeda yaitu: pertama, seringkali ada penyebab dasar yang
Disfagia sering disebabkan oleh penyakit otot dan neurologis. Penyakit ini
miastenia gravis, distrofi otot, dan poliomyelitis bulbaris. Keadaan ini memicu
peningkatan resiko tersedak minuman atau makanan yang tersangkut dalam trakea
Ada dua jenis dari disfagia yaitu disfagia mekanis dan disfagia motorik.
Tabel 1 dapat menjelaskan dengan lebih jelas tentang perbedaan kedua jenis
disfagia.
reflek
menelan
esophagus
(Harrison, 1999)
Manifestasi klinis dari disfagia dapat dilihat dengan adanya gangguan pada
daripada makanan padat atau setengah padat. Batuk dan regurgitasi nasal
menunjukkan kelemahan otot-otot palatum atau faring bagian atas. Suara serak,
nyeri menelan, dan nyeri telinga merupakan gejala tumor hipofaring. Sedang
2.4. Patofisiologi
menelan tergantung pada ukuran bolus makanan yang ditelan, diameter lumen
esofagus tidak mampu berdilatasi hingga 2,5 cm, gejala disfagia dapat
terjadi tetapi keadaan ini selalu terdapat kalau diameter esofagus tidak bisa
mengembang hingga diatas 1,3 cm. lesi yang melingkar lebih sering
inhibisi deglutisi yang disebabkan oleh penyakit pada otot lurik atau otot
pada kehidupan pasien. Pasien yang mengalami disfagia masalah yang sering
ditemukan adalah kehilangan nafsu makan serta penurunan berat badan yang
diakibatkan oleh asupan nutrisi yang berkurang. Dalam manejemen gizi pada
pasien yang mengalami disfagia harus lebih diperhatikan lagi tentang cara
penyediaan makanan bergizi yang sesuai dengan kebutuhan tubuh pasien agar
3. Nutrisi
kesehatan saja. Penyebab timbulnya masalah gizi adalah multifaktor, oleh karena itu,
2005).
Status nutrisi adalah suatu keadaan tubuh sebagai akibat konsumsi makanan dan
penggunaan zat-zat gizi. Dan dibedakan atas satus gizi buruk, kurang, baik, dan lebih.
Makanan sehari-hari yang dipilih dengan baik akan memberikan semua zat gizi yang
dibutuhkan untuk fungsi normal tubuh. Sebaliknya, bila makanan tidak dipilih dengan
gizi dalam tubuh yaitu: memberi energi, pertumbuhan dan pemeliharaan jaringan tubuh,
Berikut ini ada beberapa istilah yang berhubungan dengan status gizi, antara lain:
a. Nutrition
b. Nutrition Status
absolute satu atau lebih zat gizi. Ada empat bentuk malnutrisi, Yaitu :
4. Imbalance: karena disproporsi zat gizi, misalnya kolesterol terjadi karena tidak
Kurang energi protein (KEP) adalah seseorang yang kurang gizi yang disebabkan
oleh rendahnya konsumsi energi dan protein dalam makanan sehari-hari atau
3.1.1. Antropometri
asupan protein dan energi. Ketidakseimbangan ini terlihat pada pola pertumbuhan
fisik dan proporsi jaringan tubuh seperti lemak, otot dan jumlah air dalam tubuh.
parameter seperti ukuran tunggal dari tubuh manusia antara lain: umur, berat
badan, tinggi badan, lingkar lengan atas, lingkar kepala, lingkar dada, lingkar
Berat badan adalah salah satu parameter yang memberikan gambaran masa
pertumbuhan skeletal. Pada keadaan normal, tinggi badan tumbuh seiring dengan
bertambahnya umur. Pertumbuhan tinggi badan tidak seperti berat badan, relatif
kurang sensitif terhadap kekurangan gizi dalam waktu yang pendek. Pengaruh
defisiensi zat gizi terhadap tinggi badan akan nampak dalam waktu yang relatif
lama.
Berat badan memliki hubungan yang linear dengan tinggi badan. Dalam
tinggi badan dengan kecepatan tertentu. Jellife pada tahun 1966 telah
memperkenalkan indeks ini untuk menilai status gizi. Indeks BB/TB merupakan
indikator yang baik untuk menilai status gizi saat ini, dan merupakan indeks yang
dan lapisan lemak bawah kulit. LLA berkorelasi dengan indeks BB/U maupun
sederhana dan mudah dilakukan oleh tenaga yang bukan professional. Indeks
lingkar lengan atas sulit digunakan untuk melihat pertumbuhan anak. Pada usia 2
sampai 5 tahun perubahannya tidak nampak secara nyata, oleh karena itu lingkar
lengan atas banyak digunakan dengan tujuan screening individu, tetapi dapat juga
kulit (skinfold) dilakukan pada beberapa bagian tubuh, misalnya pada bagian
lengan atas (Trisep dan bisep), lengan bawah (forearm), tulang belikat
Masalah kekurangan dan kelebihan gizi pada orang dewasa (usia 18 tahun
penyakit tertentu, juga dapat mempengaruhi produktifitas kerja. Oleh karena itu,
satu cara adalah dengan mempertahankan berat badan yang ideal atau normal
(Supariasa, 2002).
orang dewasa ditentukan berdasarkan nilai Body Mass Indeks (BMI). Di Indonesia
diartikan sebagai indeks masa tubuh (IMT). IMT merupakan alat yang sederhana
Katagori IMT
Kekurangan berat badan tingkat berat < 17,0
Kurus
Kekurangan berat badan tingkat ringan 17,0 18,5
Normal >18,5 25
Kelebihan berat badan tingkat ringan >25,0 27,0
Gemuk
Kelebihan berat badan tingkat berat >27,0
(Supariasa, 2002).
3.1.2. Klinis
umum dari kekurangan salah satu atau lebih zat gizi. seseorang dengan melakukan
pemeriksaan fisik yaitu tanda (sign), dan gejala (symptom) Atau riwayat penyakit
(Supariasa, 2002).
bagian, yaitu medical history, yaitu catatan mengenai perkembangan penyakit dan
fisik, yaitu semua perubahan yang ada kaitannya dengan kekurangan gizi.
rambut yang kurang bercahaya, kusam, kering, tipis dan jarang, rambut
tersebar secara berlebih apabila disertai anemia, wajah seperti bulan (moon
pengeringan kornea.
d. Bibir. Pada bibir dapat dijumpai adanya angular stomatitis (celahan pada
e. Lidah. Terjadi edema pada lidah, atrofi papilla serta papilla bewarna merah
kekurangan gizi adalah adanya mottled enamel (bintik putih dan kecoklatan
dengan atau tanpa erosi pada enamel), pengikisan dapat terjadi pada tepi
gigi seri dan taring akibat dari mengkonsumsi makanan yang keras yang
bleeding gums (bunga karang keunguan atau merah yang membengkak pada
tepi gusi yang mudah berdarah), dan dapat ditemui infeksi tepi gusi serta
air), Ptechiae (bintik haemorragic kecil pada kulit atau membrane berlendir
yang sulit dilihat pada kulit gelap), dermatosis (lesi kulit yang khas, dimana
berbentuk sendok pada kuku orang dewasa atau karena kurang zat besi.
(Supariasa, 2002).
terjadi keadaan malnutrisi yang lebih parah lagi. Banyak gejala klinis yang kurang
spesifik, maka penentuan kimia faali dapat lebih banyak menolong untuk
yaitu: somatic protein (terdapat di otot skeletal) dan visceral protein (terdapat
didalam organ tubuh seperti hati, ginjal, pancreas, jantung, dll) (Supariasa, 2002).
3.1.4. Biofisik
Penilaian status gizi dengan biofisik termasuk penilaian status gizi secara
langsung, penilaian ini adalah melihat dari kemampuan fungsi jaringan dan
dan energi ekspenditure serta adaptasi sikap. Penilaian secara biofisik dapat
dilakukan melalui tiga cara yaitu uji radiologis, tes fungsi fisik, dan sitologi
(Supariasa, 2002).
berdasarkan jenis data yang diperoleh antara lain: metode kuantitatif, metode
kualitatif, tingkat rumah tangga, tingkat nasional, tingkat individu atau perorangan
(Supariasa, 2002).
Salah satu cara untuk mengetahui gambaran keadaan gizi suatu wilayah
adalah dengan cara menganalisis statistik kesehatan. Beberapa statistik vital yang
tersebut adalah angka kematian pada kelompok umur tertentu (age specific
mortality rate), angka kesakitan dan kematian akibat penyebab tertentu (cause
service statistic) dan penyakit infeksi yang berhubungan dengan gizi (nutritionally
biologi, dan lingkungan budaya. Jadi jumlah makanan dan zat-zat gizi yang
semua faktor yang terlibat dalam kesehatan masyarakat di suatu daerah tertentu.
Faktor ekologi yang berhubungan dengan penyebab malnutrisi dibagi dalam enam