Bab Ii
Bab Ii
TINJAUAN TEORITIS
A. DEFINISI
Luka bakar adalah kerusakan pada kulit diakibatkan oleh panas, kimia atau radio
aktif (Wong, 2003).
Luka bakar merupakan kerusakan jaringan yang disebabkan oleh panas cairan,
api, uap, bahan kimia, listrik, radiasi matahari dan gesekan atau friksi (Sjamsuhidayat,
2005).
Jadi luka bakar adalah kerusakan pada kulit yang disebabkan oleh panas, kimia,
elektrik maupun radiasi.
B. ETiologi
Luka bakar banyak disebabkan karena suatu hal, diantaranya adalah
a. Luka bakar suhu tinggi(Thermal Burn): gas, cairan, bahan padat
Luka bakar thermal burn biasanya disebabkan oleh air panas (scald)
,jilatan api ketubuh (flash), kobaran api di tubuh (flam), dan akibat terpapar
atau kontak dengan objek-objek panas lainnya(logam panas, dan lain-lain)
(Moenadjat, 2005).
b. Luka bakar bahan kimia (Chemical Burn)
Luka bakar kimia biasanya disebabkan oleh asam kuat atau alkali yang
biasa digunakan dalam bidang industri militer ataupu bahan pembersih yang
sering digunakan untuk keperluan rumah tangga (Moenadjat, 2005).
c. Luka bakar sengatan listrik (Electrical Burn)
Listrik menyebabkan kerusakan yang dibedakan karena arus, api, dan
ledakan. Aliran listrik menjalar disepanjang bagian tubuh yang memiliki
resistensi paling rendah. Kerusakan terutama pada pembuluh darah, khusunya
tunika intima, sehingga menyebabkan gangguan sirkulasi ke distal. Sering kali
kerusakan berada jauh dari lokasi kontak, baik kontak dengan sumber arus
maupun grown (Moenadjat, 2001).
d. Luka bakar radiasi (Radiasi Injury)
Luka bakar radiasi disebabkan karena terpapar dengan sumber radio
aktif. Tipe injury ini sering disebabkan oleh penggunaan radio aktif untuk
keperluan terapeutik dalam dunia kedokteran dan industri. Akibat terpapar
sinar matahari yang terlalu lama juga dapat menyebabkan luka bakar radiasi
(Moenadjat, 2001).
D. Manifestasi Klinis
Menurut Wong and Whaleys 2003, tanda dan gejala pada luka bakar adalah :
1. Grade I
Kerusakan pada epidermis (kulit bagian luar), kulit kering kemerahan,
nyeri sekali, sembuh dalam 3 - 7 hari dan tidak ada jaringan parut.
2. Grade II
Kerusakan pada epidermis (kulit bagian luar) dan dermis (kulit bagian
dalam), terdapat vesikel (benjolan berupa cairan atau nanah) dan oedem sub
kutan (adanya penimbunan dibawah kulit), luka merah dan basah, mengkilap,
sangat nyeri, sembuh dalam 21 - 28 hari tergantung komplikasi infeksi.
3. Grade III
Kerusakan pada semua lapisan kulit, nyeri tidak ada, luka merah keputih-
putihan (seperti merah yang terdapat serat putih dan merupakan jaringan mati)
atau hitam keabu-abuan (seperti luka yang kering dan gosong juga termasuk
jaringan mati), tampak kering, lapisan yang rusak tidak sembuh sendiri (perlu
skin graf).
E. Patofisiologi
Luka bakar (combustio) pada tubuh dapat terjadi karena konduksi panas langsung
atau radiasi elektromagnetik. Setelah terjadi luka bakar yang parah, dapat mengakibatkan
gangguan hemodinamika, jantung, paru, ginjal serta metabolik akan berkembang lebih
cepat. Dalam beberapa detik saja setelah terjadi jejas yang bersangkutan, isi curah
jantung akan menurun mungkin sebagai akibat dari refleks yang berlebihan serta
pengembalian vena yang menurun. Kontaktibilitas miokardium tidak mengalami
gangguan.
Segera setelah terjadi jejas, permeabilitas seluruhh pembuluh darah meningkat,
sebagai akibatnya air, elektrolit, serta protein akan hilang dari ruang pembuluh darah
masuk ke dalam jarigan interstisial, baik dalam tempat yang luka maupun yang tidak
mengalami luka. Kehilangan ini terjadi secara berlebihan dalam 12 jam pertama setelah
terjadinya luka dan dapat mencapai sepertiga dari volume darah. Selama 4 hari yang
pertama sebanyak 2 pool albumin dalam plasma dapat hilang, dengan demikian
kekurangan albumin serta beberapa macam protein plasma lainnya merupakan masalah
yang sering didapatkan.
Dalam jangka waktu beberapa menit setelah luka bakar besar, pengaliran plasma
dan laju filtrasi glomerulus mengalami penurunan, sehingga timbul oliguria. Sekresi
hormon antideuretika dan aldosteron meningkat. Lebih lanjut lagi mengakibatkan
penurunan pembentukan kemih, penyerapan natrium oleh tubulus dirangsang, ekskresi
kalium diperbesar dan kemih dikonsentrasikan secara maksimal.
Albumin dalam plasma dapat hilang, dengan demikian kekurangan albumin serta
beberapa macam protein plasma lainnya merupakan masalah yang sering didapatkan.
Dalam jangka waktu beberapa menit setelah luka bakar besar, pengaliran plasma dan laju
filtrasi glomerulus mengalami penurunan, sehingga timbul oliguria. Sekresi hormon
antideuretika dan aldosteron meningkat. Lebih lanjut lagi mengakibatkan penurunan
pembentukan kemih, penyerapan natrium oleh tubulus dirangsang, ekskresi kalium
diperbesar dan kemih dikonsentrasikan secara maksimal.
F. WOC
G.
H. Panas
I.
J.
K. Luka bakar
L. Kerusakan
M. jaringan
N. Epidermis,dermis
O.
P. Kerusakan kapiler Post de entry
Mk.ganggu Merangsang Takut
Q. mikoorganis
an saraf ferifer bergerak
R. me
Alaram nyeri Permeabilit Pergerakan Mk.resti
S.
as terbatas infeksi
T. Mk.nyeri
U. meningkat
Mk.gangg
V. Cairan menembus ke intrasel Jaringan uan
W. menembus ke sub
X. Penurunan volume pembulu darah yang Vesikelkutan
pecah dalam
Y. bersirkulasi pembulukeadaan luas
Z. Penuruna cura jantung
Luka terbuka kulit
darah
AA. terkelupas
dehidrasi
AB. Mk. Gangguan perfusi Mk.defisit volume
AC. jaringan cairan
AD.
AE.
AF.
AG.
AH.
AI.
AJ.
AK.
AL. Pemeriksaan Penunjang
AM. Menurut Doenges, 2000, diperlukan pemeriksaan penunjang pada luka bakar yaitu :
1. Laboratorium
AN. Hitung darah lengkap :
a. Hb (Hemoglobin) turun menunjukkan adanya pengeluaran darah yang banyak sedangkan peningkatan lebih
dari 15% mengindikasikan adanya cedera, pada Ht (Hematokrit) yang meningkat menunjukkan adanya
kehilangan cairan sedangkan Ht turun dapat terjadi sehubungan dengan kerusakan yang diakibatkan oleh
panas terhadap pembuluh darah.
b. Leukosit :
AO. Leukositosis dapat terjadi sehubungan dengan adanya infeksi atau inflamasi.
c. GDA (Gas Darah Arteri) :
AP. Untuk mengetahui adanya kecurigaaan cedera inhalasi. Penurunan tekanan oksigen (PaO2) atau
peningkatan tekanan karbondioksida (PaCO2) mungkin terlihat pada retensi karbon monoksida.
d. Elektrolit Serum :
AQ. Kalium dapat meningkat pada awalsehubungan dengan cedera jaringan dan penurunan fungsi
ginjal, natrium pada awal mungkin menurun karena kehilangan cairan, hipertermi dapat terjadi saat
konservasi ginjal dan hipokalemi dapat terjadi bila mulai diuresis.
e. Natrium Urin :
AR. Lebih besar dari 20 mEq/L mengindikasikan kelebihan cairan , kurang dari 10 mEqAL menduga
ketidakadekuatan cairan.
f. Alkali Fosfat :
AS. Peningkatan Alkali Fosfat sehubungan dengan perpindahan cairan interstisial atau gangguan
pompa, natrium.
g. Glukosa Serum :
AT. Peninggian Glukosa Serum menunjukkan respon stress.
h. Albumin Serum :
AU. Untuk mengetahui adanya kehilangan protein pada edema cairan.
i. BUN atau Kreatinin :
AV. Peninggian menunjukkan penurunan perfusi atau fungsi ginjal, tetapi kreatinin dapat meningkat
karena cedera jaringan.
AW.
j. Loop aliran volume :
AX. Memberikan pengkajian non-invasif terhadap efek atau luasnya cedera.
k. EKG :
AY. Untuk mengetahui adanya tanda iskemia miokardial atau distritmia.
AZ.
l. Fotografi luka bakar :
BA. Memberikan catatan untuk penyembuhan luka bakar
BB.
BC. Penatalaksanaan medis
BD. Penatalaksanaan pasien luka bakar sesuai dengan kondisi dan pasien dirawat melibatkan berbagai lingkungan
perawatan dan disiplin ilmu antara lain mencakup penanganan awal (ditempat kejadian), penanganan pertama di unit gawat
darurat, penanganan diruang intensif atau bangsal. Tindakan yang diberikan antara lain adalah terapi cairan, fisioterapi dan
psikiatri. Pasien dengan luka bakar memerlukan obat-obatan topical. Pemberian obat-obatan topical anti microbial bertujuan
tidak untuk mensterilkan luka akan tetapi akan menekan pertumbuhan mikroorganisme dan mengurangi kolonisasi, dengan
memberikan obat-obatan topical secara tepat dan efektif dapat mengurangi terjadinya infeksi luka dan mencegah sepsis yang
sering kali masih menjadi penyebab kematian pasien.
BE.
BF.penatalaksanaan keperawatan
1. Pantau patensi jalan napas pasien; evaluasi nadi apical, karotis dan femoral.
2. Mulai lakukan pemantauan jantung.
3. Periksa tanda-tanda vital dengan teratur menggunakan alat ultrasonografi jika diperlukan.
4. Periksa nadi perifer pada ekstremitas yang mengalami luka bakar setiap jam.
5. Pasang kateter IV dengan diameter besar dan kateter urine indwelling.
6. Pantau masukan cairan dan haluaran serta ukur setiap satu jam.
7. Perhatikan adanya peningkatan serak suara, stridor, frekuensi dan kedalaman pernapasan, atau perubahan mental akibat
hipoksia
8. Kaji suhu tubuh, berat badan, riwayat berat badan sebelum luka bakar dan alergi.
9. Kaji status neurologis: kesadaran; status psikologis, nyeri dan tingkat ansietas serta perilaku.
10. Kaji pemahaman pasien dan keluarga tentang cedera dan pengobatan.
BG.
BH.
BI.
BJ.
BK.
BL.
BM.
BN.
BO.
BP.
BQ.
BR.
BS.
BT.
BU.
BV.
BW.
BX.
BY.
BZ. ASUHAN KEPERAWATAN
A. PENGKAJIAN
1. Pengkajian Primer
CA. Setiap pasien luka bakar harus dianggap sebagai pasien trauma, karenanya harus dicek Airway, breathing dan
circulation-nya terlebih dahulu.
a. Airway
CB. Apabila terdapat kecurigaan adanya trauma inhalasi, maka segera pasang Endotracheal Tube (ET). Tanda-tanda
adanya trauma inhalasi antara lain adalah: terkurung dalam api, luka bakar pada wajah, bulu hidung yang terbakar, dan
sputum yang hitam.
b. Breathing
CC. Eschar yang melingkari dada dapat menghambat pergerakan dada untuk bernapas, segera lakukan escharotomi.
Periksa juga apakah ada trauma-trauma lain yang dapat menghambat pernapasan, misalnya pneumothorax,
hematothorax, dan fraktur costae.
c. Circulation
CD. Luka bakar menimbulkan kerusakan jaringan sehingga menimbulkan edema, pada luka bakar yang luas dapat
terjadi syok hipovolumik karena kebocoran plasma yang luas. Manajemen cairan pada pasien luka bakar, dapat
diberikan dengan Formula Baxter.
11) Pernafasan
CT. Gejala : Cidera inhalasi (terpajan lama)
CU. Tanda : serak, batuk, sianosis, jalan nafas atas stridor bunyi nafas
CV. gemiricik, ronkhi secret dalam jalan nafas
12) Keamanan
CW. Tanda : distruksi jaringan, kulit mungkin coklat dengan tekstur seperti : lepuh, ulkus, nekrosis atau
jaringan parut tebal
B. Diagnose keperawatan
C. Intervensi
D. Impelementasi
E. Evaluasi