Anda di halaman 1dari 3

MK.

SOSIOLOGI UMUM
Nama : Taufik Septiyan Maulana Tanggal : 17
Februari 2015
NIM: A44140014 Ruang : CCR 2.15

Praktikum ke 1 Realita Sosial


"Presiden, Tanah Kami Ditanami Perusahaan, lalu Kami
Dipenjara"
Oleh: Firmansyah

Nama Asisten:
1. Amanda Yunita (H34120124)
2. Ratih Septiyanti (H34120137)

Iktisar

Kabar memilukan penderitaan petani kecil di Indonesia


kembali terjadi di Kabupaten Seluma, Bengkulu. Dua orang
petani yakni Tahardin (65 tahun) dan Yasman (32 tahun)
terpaksa harus menghadapi meja hijau akibat konflik agraria
yang terjadi di daerah tersebut. Dalam artikel yang dimuat di
Kompas.com tersebut dipaparkan bahwa Tahardin dan Yasman
adalah buruh petani yang dituduh mencuri kelapa sawit di lahan
milik PTPN VII. Padahal, Tahardin dan Yasman menuturkan
bahwa kelapa sawit yang mereka panen ialah hasil dari lahan
mereka yang telah direbut semena-mena oleh PTPN VII.

Berdasarkan penuturan Tahardian dan Yasman, sekitar lima


tahun yang lalu ratusan petani kelapa sawit di beberapa desa
Kabupaten Seluma menggugat PTPN VII untuk mengembalikan
tanah yang mereka anggap dicaplok perusahaan itu. Namun
setelah gugatan tersebut dilayangkan, keduanya bersama
puluhan petani lainnya ditangkap dan dijebloskan ke penjara
dengan vonis tiga bulan 20 hari. Menurut Tahardin, saat mereka
dipenjara itulah PTPN VII melakukan penggusuran secara
sepihak dengan menebang kelapa sawit milik petani. Selama
empat bulan ditahan, mereka mengaku tak ada satu pun usaha
dari pihak terkait untuk menyelesaikan konflik agraria ini.
Kenyataan ini membuat Tahardin dan Yasman hanya dapat
berpasrah diri karena tidak mengetahui tindakan yang harus
dilakukannya. Beliau mengatakan untuk menyewa pengacara
saja tidak mampu karena tidak ada uang. Belum lagi selama di
penjara, keluarga Yasman jatuh miskin. Sementara istri Tahar
telah uzur dan sakit-sakitan tak ada yang merawat.

Selain Tuhardin dan Yasman, Koko (27 tahun) juga sedang


diadili dengan kasus yang hampir mirip seperti Tuhardin dan
Yasman. Koko diadili oleh majelis hakim yang dipimpin Ketua
Pengadilan Negeri Tais, Seluma, Sunggul Simanjuntak. Kasus
yang dialami Koko persis dengan yang terjadi pada Yasman dan
Taharudin. Koko dituding mencari kelapa sawit oleh PT
Agriandalas. Padahal, tanah itu diklaim milik Koko sendiri.

Menurut Sunggul Simanjutak, beliau dan majelis hakim


lainnya tidak mendalami tumpang tindih lahannya, karena
laporan yang masuk adalah pencurian kelapa sawit, maka tindak
pidananya yang dibedah. Beliau juga mengakui konflik agraria
antara petani dengan perusahaan sangat tinggi di Kabupaten
Seluma. Selama ini, para petani berharap Pemerintah
Kabupaten Seluma mengukur ulang lahan yang diklaim
beberapa perusahaan perkebunan di daerah itu karena mereka
menduga ada luasan perusahaan yang melebihi dari Hak Guna
Usaha (HGU).

Sumber:
http://regional.kompas.com/read/2015/02/11/19531121/.Presiden.Tana
h.Kami.Ditanami.Perusahaan.lalu.Kami.Dipenjara.(diakses 12 Februari
2015)

Analisis

Artikel diatas merupakan salah satu realita sosial yang


terjadi di masyarakat Indonesia. Realita sosial tersebut dapat
dianalisis berdasarkan pembagian umat manusia menjadi sosial
menurut Charon (1980). Pembagian umat manusia meliputi
manusia adalah makhluk tersosialisasi, manusia adalah aktor
sosial, manusia membentuk pola-pola sosial, dan individu
manusia saling tergantung satu sama lain.
Manusia yang berperan sebagai aktor sosial dalam artikel
diatas adalah Tuhardin, Yasman, Koko, dan Sunggul Simanjutak.
Tuhardin, Yasman, dan Koko adalah aktor sosial yang memiliki
ketidakberdayaan apapun menghadapi kesewenag-wenangan
perusahaan PTPN VII yang dianggap telah mencaplok lahan
mereka dan memenjarakan mereka. Ketiganya merupakan aktor
sosial yang menderita akibat proses hukum yang tidak
diketahuinya. Sementara itu, Sunggul Simanjutak adalah aktor
sosial yang berperan mengadili Tuhardin, Yasman, dan Koko
tetapi tidak memiliki daya apapun untuk membantu ketiganya
karena beliau hanya menjalankan prosedur hukum.

Manusia yang membentuk pola-pola sosial dapat terlihat


dalam kasus diatas dimana pola sosial antara perusahaan dan
petani memiliki persaingan dalam perebutan lahan pertanian.
Perusahaan memiliki pola sosial untuk mengelola dan memiliki
hak atas semua lahan yang dimilikinya. Sementara itu, petani
yang merasa juga memiliki hak atas lahan yang katanya
direbut oleh perusahaan tersebut tidak berdaya ketika
dihadapan hukum. Kasus ini membuktikan pola sosial yang
berlawanan antar pihak.
Manusia yang saling tergantung juga terlihat dalam kasus
ini. Tuhardin dan Yasmin yang memiliki keluarga tidak dapat
melakukan kewajibannya bagi anak istri setelah di penjara.
Bahkan, keluarga Yasman dinyatakan bangkrut begitu pula
keluarga Tuhardin yang kian menderita setelah ditinggalnya
akibat kasus tuduhan pencurian kelapa sawit. Hal ini
menunjukkan antar manusia memiliki saling ketergantungan
baik secara fisik, rohani, maupun ekonomi.

Anda mungkin juga menyukai