Anda di halaman 1dari 41

LAPORAN KASUS

G2P1A0 hamil 39 minggu dengan


Ketuban Pecah Dini

Diajukan untuk Memenuhi Tugas Kepaniteraan Klinik dan Melengkapi Salah Satu Syarat
Menempuh Program Pendidikan Profesi Dokter
Bagian Ilmu Kebidanan dan Kandungan
RST Tingkat II dr. Soedjono Magelang

Pembimbing :
Kolonel CKM dr. Rahmat Saptono, Sp.OG

Disusun oleh :
Khaleda Fatmawati
30101206648

KEPANITERAAN KLINIK BAGIAN KEBIDANAN DAN KANDUNGAN


FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS ISLAM SULTAN AGUNG
RST Tingkat II dr. SOEDJONO MAGELANG
2017
HALAMAN PENGESAHAN

Nama : Khaleda Fatmawati


NIM : 30101206648
Fakultas : Kedokteran
Universitas : Universitas Islam Sultan Agung ( UNISSULA )
Tingkat : Program Pendidikan Profesi Dokter
Bagian : Ilmu Kandungan dan Kebidanan
Judul : G2P1A0 hamil 39 minggu dengan
Ketuban Pecah Dini

Magelang, Januari 2017


Mengetahui dan Menyetujui
Pembimbing Kepaniteraan Klinik
Bagian Ilmu Bedah RST Tingkat II dr.Soedjono Magelang

Pembimbing

Kolonel Ckm dr. Rahmat Saptono, Sp. OG


KATA PENGANTAR

Puji syukur kehadirat Allah SWT, karena dengan rahmat dan karunia-Nya penulis
dapat menyelesaikan penulisan laporan kasus dengan judul G2P1A0 hamil 39 minggu dengan
Ketuban Pecah Dini. Laporan kasus ini ditulis untuk menambah pengetahuan dan wawasan
mengenai Ketuban Pecah Dini (KPD) dan merupakan salah satu syarat dalam mengikuti
Kepaniteraan Klinik di Bagian Ilmu Kebidanan dan Kandungan Fakultas Kedokteran
Universitas Islam Sultan Agung Semarang.
Pada kesempatan ini penulis ingin mengucapkan terimakasih kepada
dosen pembimbing, Kolonel CKM dr. Rahmat Saptono, Sp. OG. yang telah meluangkan waktu
untuk membimbing dan memberikan pengarahan dalam penyusunan laporan kasus ini dari
awal hingga selesai. Penulis menyadari sepenuhnya bahwa laporan kasus ini masih jauh dari
kesempurnaan. Oleh karena itu penulis sangat mengharapkan kritikan yang membangun dan
saran demi perbaikan dimasa yang akan datang. Semoga laporan kasus ini dapat berguna
bagi kita semua.

Magelang, Januari 2017

Penulis
BAB I
LAPORAN KASUS

A. IDENTITAS
Nama penderita : Ny. I
Umur : 32 tahun
Jenis kelamin : Perempuan
No CM : 147466
Agama : Islam
Pekerjaan : Ibu Rumah Tangga
Pendidikan : SD
Status : Menikah
Nama Suami : Tn. A
Tanggal Masuk : 16 Januari 2017
Ruang : VK
Alamat: Seworan, RT 004 RW 003, Kec. Grabag
Jaminan Kesehatan : KIS

B. ANAMNESA
Anamnesa dilakukan secara autoanamnesis pada tanggal 16 Januari 2017 jam 13.00
WIB
1. Keluhan Utama :
Pasien mengeluh rembes keluar air banyak dan jernih dari jalan lahir
2. Riwayat Kehamilan Sekarang :
Pasien G2P1A0 usia 32 tahun hamil 39 minggu 4 hari datang dengan keluhan
rembes keluar air banyak dan jernih dari jalan lahir sejak pukul 01.00 WIB dan masih
merembes hingga saat ini. Cairan yang keluar berwarna bening dan tidak berbau.
Pasien menggunakan pembalut malam sebanyak 5 buah untuk menampung rembesan
sejak pukul 01.00 hingga saat ini (pukul 13.00). Rembesan cairan dirasakan semakin
banyak keluar saat bergerak dan hilang saat tidak melakukan aktivitas. Lendir darah
(-), kenceng-kenceng (-), gerakan janin (+) dan demam (-).
Keluhan adanya lendir darah, kenceng-kenceng dan demam disangkal oleh
pasien. Pasien masih merasakan adanya gerakan janin.
3. Riwayat Kehamilan :
HPHT : 15 04 - 2016
HPL : 22 01 2017
Usia kehamilan : 39 minggu lebih 4 hari
4. Riwayat ANC
Rutin memeriksa kehamilan di bidan sesuai jadwal kontrol dari bidan.
5. Riwayat Obstetri
G2P1Ao
G1 : laki-laki, aterm, keadaan baik, 3300 gram, cara persalinan spontan di dukun,
umur sekarang 12 tahun.
G2 : hamil sekarang
6. Riwayat Menstruasi
- Menarche : 13 tahun
- Siklus mestruasi : teratur , 28 hari
- Lama menstruasi : 7 hari
- Dismenorrhea : (-)
7. Riwayat Penyakit Dahulu
- Riwayat hipertensi disangkal.
- Riwayat penyakit jantung disangkal.
- Riwayat penyakit paru disangkal.
- Riwayat DM disangkal.
8. Riwayat Perkawinan
Pasien menikah yang pertama kali dengan suami yang sekarang.
Usia pernikahan 13 tahun.
9. Riwayat Sosial Ekonomi
Kesan ekonomi cukup, untuk biaya kesehatan ditanggung KIS.
9. Riwayat KB
Menggunakan suntik KB selama 7 tahun tepat setelah kelahiran anak pertama.
11. Riwayat Gizi
Selama kehamilan pasien tidak ada gangguan nafsu makan, kecuali trimester
pertama. Pasien makan teratur 3 kali sehari.
12. Riwayat Penyakit Keluarga
- Riwayat hipertensi disangkal.
- Riwayat penyakit jantung disangkal.
- Riwayat penyakit paru disangkal.
- Riwayat DM disangkal.

C. PEMERIKSAAN FISIK
A. Status Present :
Keadaan umum : baik
Kesadaran : compos mentis
Vital sign : Tensi :120/80 mmHg
Nadi : 75x/menit
RR : 20x/menit
Suhu : 36,8 C.
TB : 150 cm
BB : 65 kg
B. Status Internus :
- Kepala : Mesocephale
- Mata : Conjungtiva anemis (-/-), sclera ikterik (-/-)
- Hidung : Discharge (-), nafas cuping hidung (-)
- Telinga: Discharge (-), bentuk normal
- Mulut : Bibir sianosis (-), bibir kering (-)
- Tenggorokan : Faring hiperemis (-), pembesaran tonsil (-)
- Leher : Simetris, pembesaran kelenjar limfe (-)
- Kulit : Turgor baik, ptekiae (-)
- Mamae : Simetris, tegang (+/+), hiperpigmentasi (+/+), puting menonjol (+/
+)
- Paru :
o Inspeksi : Hemithorax dekstra dan sinistra simetris
o Palpasi : Stemfremitus dekstra dan sinistra sama, nyeri tekan (-)
o Perkusi : Sonor seluruh lapang paru
o Auskultasi : Suara dasar vesikuler, suara tambahan (-)
- Jantung :
o Inspeksi : Ictus cordis tidak tampak
o Palpasi : Ictus cordis tidak teraba
o Perkusi : Redup, batas-batas jantung tidak dapat ditentukan karena
terhalang oleh pembesaran pada mamae
o Auskultasi : suara jantung I dan II murni, regular, suara tambahan (-)
- Abdomen :
o Inspeksi : perut cembung, striae gravidarum (+).
o Palpasi : nyeri tekan (-)
o Perkusi : timpani (+)
o Auskultasi : lihat di status obstetri
- Ekstremitas :
Superior Inferior
Oedem -/- -/-
Varises -/- -/-
Reflek fisiologis +/+ +/+
Reflek patologis -/- -/-
C. Status Obstetri :
HPHT : 15 04 - 2016
HPL : 22 01 2017
Usia kehamilan : 39 minggu lebih 4 hari
Abdomen
o Inspeksi : Perut tampak membesar, striae gravidarum (+), linea nigra
(+), bekas operasi (-)
o Auskultasi : Bising usus (+)
o Palpasi :
Leopold I : TFU 3 jari di bawah processus xiphoideus,
didapatkan massa bulat, lunak.
Leopold II : Teraba tahanan memanjang sebelah kanan dan
bagian-bagian kecil pada sebelah kiri.
Leopold III : Teraba massa bulat, besar, keras
Leopold IV : Pendindingan telapak tangan pada bagian bawah janin
didapatkan bentuk konvergen.
o Auskultasi : DJJ 135x/menit.
o TFU : 29 cm
TBJ = (29-12) x 155 = 2550 gram
o His : 1x dalam 10 menit dengan satu kali kontraksi selama 30 detik
Genitalia :
Eksterna : air ketuban (+), lendir darah (-), darah segar (-), vulva oedem (-), pus
(-), ulkus (-).
Interna (VT) :
o Dinding vagina : dbn
o Portio : tebal lunak
o Pembukaan : 0 cm
o Efficement : 100 %
o KK : (-)
o Presentasi : kepala
o Penurunan : masih tinggi (belum terdapat penurunan hodge I)
o AK : (+)
o Handscoon : lendir (-), lendir darah (-)

D. PEMERIKSAAN PENUNJANG
A. Pemeriksaan Laboratorium Darah :
Hb : 11,5 g/dl (L)
Hematokrit : 33,2 % (L)
Lekosit : 14,1 ribu/ul
Granulosit : 12,4 ribu/ul
Lain-lain : Golongan darah O, Rhesus (+)
B. Pemeriksaan serologis : HbsAg (-), HIV (non reaktif)

E. RESUME
Pasien G2P1A0 usia 32 tahun hamil 39 minggu 4 hari datang dengan keluhan rembes
keluar air banyak dan jernih dari jalan lahir sejak pukul 01.00 WIB dan masih merembes
hingga saat ini. Cairan yang keluar berwarna bening dan tidak berbau. Keluhan adanya
lendir darah, kenceng-kenceng dan demam disangkal oleh pasien. Pasien masih merasakan
adanya gerakan janin.
Riwayat Kehamilan
HPHT : 15 04 - 2016
HPL : 22 01 2017
Usia kehamilan : 39 minggu lebih 4 hari
Status Present : Keadaan umum baik
Status Internus : Mamae simetris, tegang (+/+), hiperpigmentasi (+/+), putting
menonjol (+/+).
Status Obstetri
Inspeksi : Perut cembung, striae gravidarum (+)
Palpasi : TFU 29 cm, janin tunggal, hidup intrauterin, presentasi kepala, puka,
belum masuk PAP, his belum teratur masih jarang.
DJJ : 135x/menit
TBJ : (29-12) x 150 = 2550 gram
Genitalia
Eksterna : Air ketuban (-), lendir darah (-), darah segar (-), vulva oedem (-),
pus (-), ulkus (-).
Interna : VT pembukaan 0 cm , portio tebal lunak, efficement 100%, KK
(-), presentasi kepala (belum terdapat penurunan hodge I), AK (+), saat
mengeluarkan handscoon terdapat air ketuban, lendir (-), lendir darah (-).
Pemeriksaan Laboratorium
A. Pemeriksaan Laboratorium Darah :
Hb : 11,5 g/dl (L)
Hematokrit : 33,2 % (L)
Lekosit : 14,1 ribu/ul
Granulosit : 12,4 ribu/ul
Lain-lain : Golongan darah O, Rhesus (+)
B. Pemeriksaan serologis : HbsAg (-), HIV (non reaktif)
F. DIAGNOSA
Pasien G2P1A0 usia 32 tahun hamil 39 minggu 4 hari, janin tunggal, hidup intra
uterin, letak kepala, situs membujur punggung kanan, belum inpartu dengan ketuban
pecah dini 10 jam.

G. SIKAP
1. Pasien Rawat inap
2. Tirah baring
3. Pengawasan : KU, vital sign, Hb, PPV, His, DJJ.
4. Pemberian antibiotik cefotaxim 2x1 gram
5. Pemberian induksi misoprostol supp 25 mcg/6jam
6. infuse RL 20 tpm

H. PROGNOSA
Kehamilan : ad bonam
Persalinan : dubia ad bonam

I. EDUKASI
1. Memberitahu kondisi pasien kepada keluarga
2. Memberitahu pasien untuk istirahat total dan persiapan persalinan pervaginam

J. TERAPI
1. Pemberian IV cefotaxim 2x1 gram
2. Infuse RL 20 tpm

K. FOLLOW UP
Tanggal/jam Subektif Objektif Assesment Terapi
16-01-2017/ Keluar KU : baik, Kes : Ny. I G2P1A0 - Observasi KU +
11.00 rembesan CM uk 39 minggu TTV + DJJ
TD= 120/80 - Infus RL
air ketuban 4 hari dengan
- Injeksi
mmHg, KPD 10 jam
RR= 20 x/menit, cefotaxim/12 jam
Nadi= 75 - Induksi
misoprostol 25 mcg
x/menit,
Suhu= 36,8oC supp pervaginam tiap 6
DJJ = jam
135x/menit, his (-),
VT : pembukaan
0 cm, portio tebal
lunak, kepala masih
tinggi
16-01-2017/ Keluar KU : baik, Kes : Ny. I G2P1A0 - Observasi KU +
12.00 rembesan CM uk 39 minggu TTV + DJJ
- Infus RL
air ketuban TD= 120/80 4 hari dengan - Injeksi
mmHg, KPD 11 jam cefotaxim/12 jam
RR= 20 x/menit, - Induksi
Nadi= 75 misoprostol 25 mcg
x/menit, supp pervaginam tiap 6
Suhu= 36,8oC
jam
DJJ =
138x/menit, his (-)
16-01-2017/ Keluar KU : baik, Kes : Ny. I G2P1A0 - Observasi KU +
13.00 rembesan CM uk 39 minggu TTV + DJJ
TD= 110/80 - Infus RL
air ketuban 4 hari dengan
- Injeksi
mmHg, KPD 12 jam
RR= 18 x/menit, cefotaxim/12 jam
Nadi= 75 - Induksi
misoprostol 25 mcg
x/menit,
Suhu= 36,8oC supp pervaginam tiap 6
DJJ = jam
135x/menit, his (-)
16-01-2017/ Ketuban KU : baik, Kes : CM Ny. I G2P1A0 - Observasi KU +
14.00 masih TD = 130/70 uk 39 minggu TTV
mmHg, - Observasi His +
rembes 4 hari dengan
RR = 18 x/menit DJJ
sedikit, KPD 13 jam
Nadi = 81 x/menit, - Infus RL
kenceng- Suhu = 36,7oC - Injeksi
kenceng (-) His : (-) cefotaxim/12 jam
DJJ : 140 x/menit - Induksi
misoprostol 25 mcg
supp pervaginam tiap 6
jam
16-01-2017/ Ketuban KU : baik, Kes : CM Ny. I G2P1A0 - Observasi KU +
15.00 masih TD= 110/80 mmHg, uk 39 minggu TTV
RR = 22 x/menit - Observasi His +
rembes 4 hari dengan
Nadi = 81 x/menit,
DJJ
sedikit, Suhu = 36,5oC KPD 14 jam
- Observasi
kenceng- His (-)
DJJ : 140 x/menit pengeluaran cairan
kenceng (-)
vagina
- Infus RL
- Injeksi
cefotaxim/12 jam
- Induksi
misoprostol 25 mcg
supp pervaginam tiap 6
jam
16-01-2017/ Ketuban KU : baik, Kes : Ny. I G2P1A0 - Observasi KU +
16.00 masih CM uk 39 minggu TTV
TD= 110/70 - Observasi His +
rembes 4 hari dengan
mmHg, DJJ
sedikit, KPD 15 jam
RR = 22 x/menit - Observasi
kenceng-
Nadi = 85 pengeluaran cairan
kenceng (-)
x/menit, vagina
Suhu = 36,8oC - Infus RL
His (-) - Injeksi
DJJ : 140 cefotaxim/12 jam
x/menit - Induksi
misoprostol 25 mcg
supp pervaginam tiap 6
jam
16-01-2017/ Ketuban KU : baik, Kes : Ny. I G2P1A0 - Observasi KU +
17.00 masih CM uk 39 minggu TTV
TD= 110/80 - Observasi His +
rembes 4 hari dengan
mmHg, DJJ
sedikit, KPD 16 jam
RR= 20 x/menit, - Observasi
kenceng- inpartu kala I
Nadi= 81 pengeluaran cairan
kenceng (+) fase laten
x/menit, vagina
Suhu= 36,8oC - Infus RL
Abdomen : - Injeksi
supel, NT (-), BU (+), cefotaxim/12 jam
- Induksi
his (-), DJJ : 138
misoprostol 25 mcg
x/menit
VT : pembukaan supp pervaginam tiap 6

1 cm, portio tebal jam

lunak, kepala masih


tinggi
16-01-2017/ Ketuban KU : baik, Kes : Ny. I G2P1A0 - Monitor KU +
18.00 masih CM uk 39 minggu TTV
TD= 110/70 - Monitor DJJ,
rembes 4 hari dengan
mmHg, kemajuan
sedikit, KPD 17 jam
RR= 20 x/menit persalinan
kenceng- inpartu kala I
Nadi= 82
kenceng (+) fase laten
x/menit,
Suhu= 36,6oC
DJJ:140 x/menit
16-01-2017/ Ketuban KU : baik, Kes : Ny. I G2P1A0 - Monitor KU +
19.00 masih CM uk 39 minggu TTV
TD= 110/70 - Monitor DJJ,
rembes 4 hari dengan
mmHg, kemajuan
sedikit, KPD 18 jam
RR= 20 x/menit persalinan
kenceng- inpartu kala I
Nadi= 80
kenceng (+) fase laten
x/menit,
Suhu= 36,7oC
DJJ:140 x/menit
16-01-2017/ Ketuban KU : baik, Kes : Ny. I G2P1A0 - Monitor KU +
20.00 masih CM uk 39 minggu TTV
TD= 110/70 - Monitor DJJ,
rembes 4 hari dengan
mmHg, kemajuan persalinan
sedikit, KPD 19 jam
RR= 20 x/menit
kenceng- inpartu kala I
Nadi= 80
kenceng (+) fase laten
x/menit,
mulai sering Suhu= 36,7oC
dan teratur DJJ:140 x/menit
16-01-2017/ Ketuban KU : baik, Kes : Ny. I G2P1A0 - Monitor KU +
21.00 masih CM uk 39 minggu TTV
TD= 110/70 - Monitor DJJ,
rembes 4 hari dengan
mmHg, observasi kemajuan
sedikit, KPD 20 jam
RR= 20 x/menit persalinan
kenceng- inpartu kala I
Nadi= 80
kenceng (+) fase aktif
x/menit,
mulai sering Suhu= 36,7oC
dan teratur DJJ : 135
x/menit
VT : pembukaan
4 cm, portio menipis
lunak, kepala turun
hodge I, KK (+)
16-01-2017/ Ketuban KU : baik, Kes : Ny. I G2P1A0 - Monitor
22.00 masih CM uk 39 minggu KU+TTV
TD= 110/70 - Observasi
rembes 4 hari dengan
mmHg, kemajuan persalinan
sedikit, KPD 21 jam
RR= 21 x/menit
kenceng- inpartu kala I
Nadi= 80
kenceng fase aktif
x/menit,
mulai sering Suhu= 36,5oC
dan teratur Abdomen : His
(+) jarang, DJJ : 140
x/menit
15-11-2016/ Air ketuban KU : baik, Kes : Ny. I G2P1A0 - Monitor
23.00 ngepyok, CM uk 39 minggu KU+TTV
TD= 120/70 - Persiapan
keluar 4 hari dengan
mmHg, pertolongan persalinan
lendir darah KPD 22 jam
RR= 20 x/menit - Pimpin
dari jalan inpartu kala II
Nadi= 80 mengejan
lahir, - Persiapan
x/menit,
kenceng- Suhu= 36,7oC pertolongan bayi
kenceng DJJ : 130 - Pertolongan

semakin x/menit kelahiran bayi


VT : pembukaan - Penanganan
kuat
lengkap, efficement bayi baru lahir

100%, portio lunak,


presentasi kepala, POD
ubun-ubun kecil, KK
(-).
16-01-2017/ Pasien KU : Lemas, Ny. I P2A0 - Observasi
23.10 merasa Kes : CM Keterangan: KU+TTV
TD= 110/70 - Observasi TFU,
ingin - Telah lahir
kontraksi uterus,
mengejan mmHg, spontan kandung kemih
RR= 24 x/menit dengan
- Observasi
Nadi= 82 perdarahan
induksi
x/menit,
Suhu= 36,5oC misoprostol

Abdomen: kontraksi bayi

uterus baik keras, TFU perempuan,

= 2 jari dibawah BB = 2750

umbilicus gr, PB = 48
Perdarahan +/- cm, LK = 34
100 cc cm, LD = 32
cm, AS =
7/8/9, anus
(+), imun (-),
cacat (-),
placenta lahir
manual,
perineum
utuh,
perdarahan
100 cc.
17-01-2017/ Tidak ada KU : lemas, Kes Ny. I P2A0 - Observasi KU +
00.10 keluhan : CM observasi 2 TTV
TD = 115/80 - Observasi
jam post
mmHg, perdarahan
partum
RR = 21 x/menit
Nadi= 80
x/menit,
Suhu = 36,5oC
Abdomen:
kontraksi uterus baik
keras, TFU = 2 jari
dibawah umbilicus,
kandung kemih tidak
penuh
Genital :
perdarahan sudah
berhenti
17-01-2017/ Pusing (-), KU : baik, Kes : Ny. I P2A0 post - Observasi KU
07.00 mual (-), CM partum H I +TTV
T = 115/80 - Observasi
muntah (-),
mmHg, perdarahan
perdarahan
RR = 23 x/menit - Motivasi
yang keluar
Nadi = 80 hygene
dari vagina
x/menit,
berwarna Suhu = 36,5oC
merah tidak Mata : CA (-/-)
Abdomen : TFU
banyak.
= 2 jari dibawah
umbilicus, kontraksi
uterus baik
Genital: PPV
minimal (lokia rubra)
18-01-2017/ Perdarahan KU : baik, Kes : Ny. I P2A0 post - Observasi KU +
07.00 yang keluar CM partum H II TTV
TD= 110/80 - Boleh pulang
dari vagina
berwarna mmHg,
RR= 20 x/menit
merah tidak
Nadi= 82
banyak,
x/menit,
BAK baik, Suhu= 36,5oC
BAB baik. Abdomen : TFU
= 2 jari dibawah
umbilicus, kontraksi
uterus baik
Genital : PPV
minimal.

K. DIAGNOSA AKHIR
Pasien P2A0 usia 32 tahun post partum spontan dengan induksi misoprostol a/i ketuban
pecah dini 22 jam.

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Definisi
Ketuban Pecah Dini (KPD) adalah keadaan pecahnya selaput ketuban sebelum
waktu persalinan. Bila Ketuban Pecah Dini terjadi sebelum usia kehamilan 37 minggu
disebut Ketuban Pecah Dini pada kehamilan prematur. Ketuban pecah dini dapat terjadi
dikarenakan berbagai penyebab dan pada berbagai usia kehamilan. Akibat dari ketuban
pecah dini sangat berpengaruh pada janin, dikarenakan fungsi cairan ketuban sebagai
tempat bergerak, perlindungan terhadap benturan dan infeksi serta menunjang
pertumbuhan janin selama masa kehamilan, jika terjadi kekurangan atau infeksi cairan
ketuban maka janin akan mengalami gangguan dan infeksi, akibat paling buruk janin
dapat meninggal. Keadaan ini dapat membahayakan keselamatan ibu, sehingga
diperlukan penanganan yang tepat dan pemantauan keadaan ibu dan janin yang
mengalami ketuban pecah dini.1-4
2.2 Epidemiologi
Insiden ketuban pecah dini adalah 5-10% dari persalianan, dan 1% dari seluruh
kehamilan. Mencapai 70% dari kasus ketuban pecah dini terjadi pada kehamilan aterm,
namun pada beberapa center penelitian lebih dari 50% terjadi saat kehamilan preterm.
Pada kehamilan aterm, onset terjadinya persalinan dalam 24 jam setelah ketuban
pecah pada 80-90% pasien. Pada periode laten lebih dari 24 jam pada 57-83%, atau
lebih dari 72 jam pada 15-26% pasien, dan dalam 7 hari atau lebih pada 19-41% pasien.
Pada 8-10% kehamilan aterm terjadi KPD. Naiknya insidensi ketuban pecah dini
sebanding dengan angka faktor resiko seperti kurang gizi saat masa kehamilan,
konsumsi alkohol, dan keadaan kandungan seperti hidroamnion.1,7,8

2.3 Etiologi
Sebab-sebab terjadinya ketuban pecah dini, dapat dijabarkan sebagai berikut.:
Faktor umum : Infeksi STD.
Faktor sosial: perokok, peminum, keadaan sosial ekonomi rendah.
Faktor keturunan: Kelainan genetik.
Faktor rendahnya vitamin C dan ion Cu dalam serum.
Faktor obstetrik, antara lain:
a. Overdistensi uterus:
o Kehamilan kembar
o Hidramnion
b. Faktor obstetrik:
o Serviks inkompeten.
o Serviks konisasi/menjadi pendek.
o Terdapat sefalopelvik disproporsi: Kepala janin belum masuk PAP.
o Kelainan letak janin, sehingga ketuban bagian terendah langsung menerima
tekanan intrauteri yang dominan.
o Pendular abdomen.
o Grandemultipara.
o Tidak diketahui sebabnya.1
Beberapa penyebab lainnya antara lain secara umum adalah menurunnya kuat
tekanan dari ketuban, defek lokal dari membran, menurunnya kandungan kolagen cairan
amnion dan perubahan struktur kolagen, apoptosis, degenerasi kolagen, dan renggangan
membran.1-3
Bukti substansial menunjukan bahwa infeksi subklinik yang dapat menyebabkan
ketuban pecah dini. Beberapa bakteri yang menghasilkan enzim seperti protease,
fosfolipase, dan kolagenase dapat melemahkan membran amnion.1-3
Selain itu hal-hal seperti gizi yang kurang baik, hidroamnion, dan riwayat keturunan
yang pernah mengalami KPD juga dapat meningkatkan resiko dan menjadi penyebab
terjadinya KPD.1-3

2.4 Manifestasi Klinis


Gejala adalah kunci untuk mendiagnosis, pasien biasanya melaporkan adanya cairan
yang keluar tiba-tiba dari kelamin dan terus menerus mengalir. Gejala tambahan dapat
melibatkan warna dan konsistensi cairan dan adanya flek dari vernix atau meconium,
berkurannya ukuran uterus, dan meningkatnya prominan fetus saat palpasi.4
Diikuti dengan gejala di atas biasanya KPD dapat disusul dengan masuknya ibu
dalam proses inpartu yang ditandai dengan adanya kontraksi teratur yang semakin sering
dan hebat dirasakan ibu. Namun tidak pada seluruh kasus KPD hal ini terjadi, namun
biasanya terjadi pada KPD dengan usia kehamilan 37 minggu atau lebih.1-3
Gejala klinis lainnya adalah gejala dari infeksi atau korioamnionitis seperti adanya
demam yang menyertai.1-4

2.5 Patofisiologi
Ketuban pecah dalam persalinan secara umum disebabkan oleh kontraksi uterus dan
peregangan berulang. Selaput ketuban pecah karena pada daerah tertentu terjadi
perubahan biokimia yang menyebabkan selaput ketuban inferior rapuh, bukan karena
seluruh selaput ketuban rapuh.2
Terdapat keseimbangan antara sintesis dan degradasi ekstraselular matriks.
Perubahan struktur, jumlah sel, dan katabolisme kolagen menyebabkan aktivitas
kolagen berubah dan menyebabkan selaput ketuban pecah. Faktor risiko untuk
terjadinya KPD adalah:2
-
berkurangnya asam askorbik sebagai komponen kolagen;
- kekurangan tembaga dan asam askorbik yang berakibat penumbuhan struktur normal
karena antara lain merokok.2
- Degradasi kolagen dimediasi oleh matriks metaloproteinase (MMP) yang dihambat
oleh inhibitor jaringan spesifik dan inhibitor protease.1-3
Mendekati waktu persalinan, keseimbangan antara MMP dan TIMP-1 mengarah pada
degradasi proteolitik dari matriks ekstraselular dan membran janin. Aktivitas degrasi
proteolitik ini meningkat menjelang persalinan. Pada penyakit periodontitis
di mana terdapat peningkatan MMP, cenderung terjadi Ketuban Pecah Dini.1
Selaput ketuban sangat kuat pada kehamilan muda. Pada trimester ketiga selaput
ketuban mudah pecah. Melemahnya kekuatan selaput ketuban ada hubungannya dengan
pembesaran uterus, kontraksi rahim, dan gerakan janin. Pada trimester terakhir, terjadi
perubahan biokimia pada selaput ketuban. Pecahnya ketuban pada kehamilan aterm
merupakan hal fisiologis. Ketuban Pecah Dini pada kehamilan prematur disebabkan
oleh adanya faktor-faktor eksternal, misalnya infeksi yang menjalar dari vagina.
Ketuban Pecah Dini prematur sering terjadi pada polihidramnion, inkompeten serviks,
solusio plasenta.1-3

2.6 Anamnesis
Pencatatan identitas penderita secara lengkap. Pada anamnesis umum kehamilan
perlu ditanyakan usia kehamilan atau menghitung kehamilan dengan menanyakan hari
pertama dari haid terakhir, riwayat pernikahan ibu, riwayat penyakit yang sedang
diderita ibu seperti preeklamsia, maupun keadaan janin dalam pemeriksaan kandungan
sebelumnya seperti adanya kondisi hidroamnion pada janin, atau solusio plasenta. Selain
itu ditanyakan tentang riwayat penyakit dahulu, khususnya penyakit kronis seperti
hipertensi, diabetes, atau kelainan jantung.5-6
Keluhan tambahan seperti adanya nyeri pinggang, atau nyeri perut untuk melihat
adakah indikasi inpartu pada ibu pasca terjadinya KPD. Pasien ditanyakan sudah berapa
lama ibu tersebut mengalami ketuban pecah dini, dikarenakan pada umumnya 24 jam
setelah terjadi KPD ibu akan merasakan tanda-tanda inpartu sebagai akibat dari
rangsangan kontraksi uterus. Perlu ditanyakan juga apa warna, konsistensi, dan bau dari
cairan yang keluar, sehingga dapat dibedakan dengan kemungkinan inkontinensia urin
pada ibu hamil maupun untuk membedakan dengan darah dan sekret vagina. Tanyakan
pula apakah ibu masih merasakan pergerakan bayi atau tidak, sebagai indikasi
kehidupan bayi, apakah frekuensinya bertambah banyak atau tidak mengindikasikan
bayi sedang dalam stres atau tidak dikarenakan kondisi oligoamnion pasca KPD.
Tanyakan pula apakah saat bayi bergerak ibu terasa kesakitan sebagai kemungkinan dari
berkurangnya cairan amnion akibat KPD.3,5,6
Keluhan lainnya yang perlu ditanyakan adanya apakah terdapat demam untuk
indikasi adanya infeksi. Bagaimana riwayat kehamilan sebelum ini, apakah pernah
mengalami masalah seperti ini atau masalah lainnya seperti preeklamsia maupun
hidroamnion dan sebagainya sehingga dapat diperkirakan apakah telah terjadi pada janin
atau tidak karena jika telah lama terjadi atau berulang kemungkian infeksi dan efek dari
KPD pada ibu dan janin akan lebih berbahaya bagi keselamatan keduanya. Pelajari pola
makan dan kualitas gizinya. Apakah ia merokok atau minum minuman beralkohol?
Bagaimana penghasilan dan ruang lingkup sosialnya?1-6

2.7 Pemeriksaan Fisik


Pemeriksaan tanda-tanda vital seperti tekanan darah, frekuensi napas, frekuensi nadi
dan suhu tubuh. Suhu dan keadaan umum dapat menunjukan indikasi adanya infeksi
atau tidak, tanda-tanda infeksi adalah bila suhu ibu lebih dari 38 C serta air ketuban
keruh dan berbau. Lakukan pula pemeriksaan pada janinnya dengan memeriksa denyut
jantungnya dengan menggunakan doppler atau stetoskop bidan untuk melihat tanda
bahaya atau kehidupan janin, untuk hasil yang lebih akurat lakukan pemeriksaan dengan
USG. Hal yang penting untuk diperhatikan juga adalah, melihat adanya kontraksi pada
ibu, jika terdapat kontraksi teratur maka perlu dipertimbangkan unutk melakukan
terminasi kehamilan.1-8
Sehubungan dengan terjadinya kontraksi perlu juga dilakukan pemeriksaan fisik
kehamilan seperti Leopold untuk menilai keadaan atau posisi janin, terutama menilai
tinggi fundus uteri dan dilihat apakah sesuai dengan usia kehamilannya. Pemeriksaan ini
juga perlu dilakukan apabila dipertimbangkan untuk melakukan terminasi kehamilan
atau kontraksi teratur menunjukan akan terjadi proses inpartu dalam 24 jam. Sehingga
dapat nilai posisi janin, apakah telah berada pada posisi yang tepat untuk persalinan
pada kehamilan aterm.1-5
Pada pasien yang menunjukan tanda inpartu seperti nyeri kontraksi yang teratur
maka, perlu dilakukan pemeriksaan pada serviks pasien dengan teknik pemeriksaan
bimanual untuk menilai konsistensi lunaknya serviks guna melakukan proses persalinan
dan menilai bukaan yang terjadi. Namun pada pasien tanpa tanda inpartu hal ini
dikontraiindikasikan karena diduga dapat membantu penyebaran infeksi pasca pecahnya
ketuban.
1. Pemeriksaan abdomen
Atur tubuh ibu hamil dalam posisi setengah duduk dengan kedua lutut
ditekuk. Lakukan inspeksi untuk menemukan setiap sikatriks atau stria, bentuk serta
kontur abdomen dan tinggi fundus uteri. Gambaran stria yang berwarna keunguan
dan linea nigra merupakan keadaan yang normal pada kehamilan. Bentuk dan
kontur abdomen dapat menunjukkan ukuran kehamilan. Lakukan palpasi abdomen
untuk menemukan organ atau massa pada kehamilan yang diharapkan.5
Gerakan janin. Biasanya gerakan janin (yang sering pula disebut dengan
istilah goyang janin) dapat dirasakan oleh pemeriksa pada kehamilan sesudah 24
minggu (dan oleh ibu;pada usia kehamilan 18-20 minggu).5
Kontraktilitas uterus. Uterus berkontraksi tidak teratur sesudah kehamilan 12
minggu dan kontraksi uterus ini sering kali terjadi sebagai respons terhadap palpasi
selama trimester ketiga. Kemudian, pemeriksa akan merasakan abdomen yang
tegang atau kencang dan mengalami kesulitan untuk meraba bagian tubuh janin.
Jika tangan pemeriksa dibiarkan berada pada daerah fundus uteri, jari-jarinya akan
merasakan relaksasi otot rahim.5
Lakukan pengukuran tinggi fundus uteri dengan pita pengukur jika usia
kehamilan lebih dari 20 minggu. Dengan memegang pita dan mengikuti garis
tengah abdomen, lakukan pengukuran dari puncak simfisis.pubis hingga puncak
fundus uteri. Sesudah usia kehamilan 20 minggu, pengukuran yang dilakukan dalam
satuan sentimeter secara kasar harus sama dengan usia kehamilan dalam minggu.
Untuk memperkirakan tinggi janin antara 12 dan 20 minggu.5
Lakukan auskultasi detak jantung janin (DJJ) dengan memperhatikan
frekuensi, lokasi, dan iramanya. Gunakan alat dopton, dengan alat ini, DJJ dapat
didengar sesudah usia kehamilan 12 minggu, atau fetoskop, dengan alat ini, DJJ
dapat didengar sesudah usia kehamilan 18 minggu.5
Gambar 2.1 Alat pemeriksaan detak jantung janin.5

Biasanya frekuensi DJJ berkisar sekitar 160-an pada awal kehamilan, dan
kemudian akan melambat hingga sekitar 120-an sampai 140-an pada saat kehamilan
mendekati aterm. Sesudah 32-34 minggu, DJJ harus meningkat bersamaan dengan
gerakan janin.5
Lokasi DJJ pada kehamilan 12-18 minggu yang bisa terdengar berada di garis
tengah abdomen bawah. Sesudah usia 28 minggu, DJJ terdengar paling jelas pada
bagian punggung atau dada janin. Kemudian lokasi DJJ bergantung pada posisi
tubuh janin tersebut. Palpasi kepala dan punggung janin akan membantu dalam
mengenali daerah tempat mendengarkan DJJ. Jika kepala janin berada di bawah
dengan punggung janin yang terletak pada sisi kiri abdomen ibu, DJJ terdengar
paling jelas pada kuadran kiri bawah abdomen. Jika kepala janin berada di bawah
prosesus sifoideus (presentasi bokong) dengan punggung janin yang terdapat pada
sisi kanan, DJJ akan terdengar pada kuadran kanan atas abdomen.5
Sesudah kehamilan 24 minggu, auskultasi lebih dari satu DJJ dengan
frekuensi yang bervariasi pada lokasi yang berbeda menunjukkan kehamilan lebih
dari satu janin.5
Irama jantung menjadi unsur yang penting pada pemeriksaan kehamilan
dalam trimester ketiga. Perkirakan adanya variasi sebesar 10-15 denyutan per menit
selama rentang waktu 1-2 menit.5
2. Pemeriksaan generalis
Pemeriksaan pada pasien secara menyeluruh diperlukan juga, pemeriksaan
pada kehamilan juga meliputi:
- Pemeriksaan kepala dan leher.
Berdiri dengan posisi menghadap pasien yang sedang duduk dan lakukan
pengamatan terhadap kepala serta lehernya yang meliputi bagian-bagian berikut
ini:5
- Wajah.
Gambaran kloasma gravidarum (the mask of pregnancy) merupakan keadaan
yang normal. Gambaran ini terdiri atas bercak kecokelatan yang tidak teratur di
sekeliling mata dan melintasi pangkal hidung.
- Rambut
Meliputi tekstur, kelembapan, dan distribusinya. Rambut yang kering,
berminyak, dan kadang-kadang sedikit rontok dengan distribusi yang
menyeluruh dapat ditemukan.
- Mata
Perhatikan warna konjungtiva.
- Hidung,
Meliputi membran mukosa dan septum nasi. Kongesti nasalis sering dijumpai
selama kehamilan.
- Kelenjar tiroid.
Lakukan inspeksi dan palpasi pada kelenjar tersebut. Pembesaran asimetrik atau
besaran yang simetris diperkirakan terjadi selama kehamilan.5
- Toraks dan Paru
Lakukan inspeksi toraks untuk menentukan pola pernapasan pasien. Meskipun
para wanita dengan kehamilan yang lanjut kadang-kadang mengeluhkan
kesulitan bernapas, biasanya mereka tidak mempunyai tanda-tanda fisik yang
abnormal.5
- Jantung
Lakukan palpasi iktus kordis. Pada kehamilan yang lanjut, letak iktus kordis
mungkin sedikit lebih tinggi daripada lokasi normal dan keadaan ini terjadi
karena dekstrorotasi jantung akibat letak diafragma yang lebih tinggi.
Lakukan auskultasi jantung, bising seperti tiupan halus (soft-blowing
murmur) sering terdengar selama masa kehamilan, menggambarkan adanya
peningkatan aliran darah pada pembuluh darah yang normal.5
- Payudara
Lakukan inspeksi payudara dan puting untuk memeriksa kesimetrisan dan
warnanya. Corakan pembuluh darah vena dapat terlihat lebih nyata, puting serta
areola mammae berwarna lebih gelap, dan kelenjar Montgomery tampak
menonjol. Lakukan palpasiuntuk menemukan massa. Selama kehamilan,
payudara terasa Massa yang patologik mungkin rasa nyeri ketika disentuh dan
bersifat noduler (berbenjol-benjol).5
- Pemeriksaan Leopold
Dilakukan untuk menilai keadaan janin, apabila janin lebih terasa jelas maka
perlu dicurigai adanya oligoamnion pasca KPD. Hal ini dapat dikonfirmasi
dengan pemeriksaan USG. Pemeriksaan ini juga penting dilakukan apabila
pasien menunjukan adanya tanda inpartu sehingga dapat menentukan posisi janin
untuk melakukan persalianan pada kehamilan aterm. Manuver ini merupakan
teknik tambahan yang penting pada palpasi abdomen yang gravid dengan usia
kehamilan mulai dari 28 minggu. Manuver tersebut membantu kita dalam
menentukan letak janin terhadap punggung ibu (letak membujur atau melintang),
bagian janin manakah yang merupakan bagian terendah janin (presenting part)
pada pintu atas panggul (kepala atau bokong), tempat punggung janin berada,
berapa jauh presenting part sudah turun ke dalam rongga panggul ibu, dan juga
untuk memperkirakan berat badan janin. Informasi ini diperlukan untuk menilai
apakah pertumbuhan janin cukup memadai dan bagaimana probabilitas
keberhasilan kelahiran bayi per vaginam.1-5
o Manuver Pertama (Polus Superior). Berdiri di samping pasien dan
menghadap ke arah kepala pasien. Pertahankan jari-jari tangan Anda agar
saling merapat, lakukan palpasi secara hati-hati dengan menggunakan ujung
jari-jari tersebut untuk menentukan bagian janin yang berada dalam polus
superior fundus uteri.5
o Manuver Kedua (Kedua Sisi Abdomen Ibu). Tempatkan satu tangan Anda
pada setiap sisi perut ibu dengan tujuan untuk memegang tubuh janin di
antara kedua tangan tersebut. Gunakan salah satu tangan untuk menahan
uterus sementara tangan lain melakukan palpasi tubuh janin.5
o Manuver Ketiga (Polus Inferior). Putar tubuh Anda hingga menghadap ke
arah kaki pasien. Dengan menggunakan permukaan palmaris jari-jari kedua
tangan yang rata, dan pada awal palpasi, dengan ujung-ujung jari kedua
tangan yang saling menyentuh, lakukan palpasi pada daerah tepat di atas
simfisis pubis. Perhatikan apakah kedua tangan saling memencar (divergen)
ketika melakukan penekanan ke bawah ataukah tetap menyatu. Keadaan ini
akan menunjukkan apakah bagian terendah janin baik kepala maupun bokong,
sudah turun ke dalam pintu atas panggul.5
Jika bagian terendah sudah turun, lakukan palpasi untuk menentukan tekstur
lakukan palpasi untuk menentukan tekstur dan kekenyalannya. Jika tidak, gerakkan
kedua tangan secara perlahan ke atas pada abdomen bawah dan pegang bagian
terendah di antara kedua tangan tersebut.5

Gambar 2.2 Pemeriksaan Leopold, manufer pertama (kiri), manufer ketiga (kanan).5
- Pemeriksaan dengan speculum
Langkah penting yang akurat dalam menentukan diagnosis adalah dengan
pemeriksaan spekulum steril. Ada 3 temuan yang dapat digunakan sebagai
konfirmasi diagnosis ketuban pecah dini:1-4,8
o Pooling : pengumpulan cairan pada fornix posterior
o Tes nitrazin : menggunakan swab steril untuk mengumpulan cairan dari fornix
posterior dan mengujinya dengan kertas nitrazin (phenaphthazine). Jika cairan
tersebut merupakan cairan amnion maka kertas nitrazin akan berubah menjadi
biru, yang menunjukan pH alkalis (7.0-7.25).
Gambar 2.3 Alat tes nitrazin.8

o Ferning: cairan dari fornix posterior diletakan pada slide dan keringkan pada
udara kering. Cairan amnion akan berubah menjadi bentuk bekuan dari
kristalisasi.1-4,8

Gambar 2.4 Cairan ketuban pada tes ferning.8

Pada tes Nitrazin dengan pH alkalis dapat juga disebabkan infeksi vagina atau
terdapatnya darah atau semen pada sampel. Mukus servikal dapat menyebabkan
ferning namun biasanya hanya berbentuk titik-titik kecil. Saat pemeriksaan
spekulum, serviks pasien harus diinspeksi untuk memperkirakan derajat dilatasi
atau adanya prolaps plasenta atau tali pusar janin. 1-4,8
Pemeriksaan dengan menggunakan spekulum juga penting digunakan untuk
menilai tonjolan forniks. Pemeriksaan pada vagina secara inspeksi diperlukan
untuk melihat adanya bukaan atau tidak. Penting untuk menilai masa latensi
yaitu jarak waktu dari ketuban pecah sampai munculnya tanda-tanda inpartu
pada pasien, umumnya kontraksi pembukaan inpartu muncul 24 jam setelah
ketuban pecah, pada sebagian besar kasus ketuban pecah dini dengan usia
kehamilan lebih dari 37 minggu. 1-4,8
Pemeriksaan dalam dilakukan untuk menentukan penipisan dan dilatasi
serviks. Pemeriksaan vagina juga mengindentifikasikan bagian presentasi janin
dan menyingkirkan kemungkinan prolaps tali pusat. Periksa dalam harus
dihindari kecuali jika pasien jelas berada dalam masa persalinan atau telah ada
keputusan untuk melahirkan.9
2.8 Pemeriksaan Penunjang
Ultrasonografi (USG) untuk melihat keadaan janin dan keadaan kandungannya.
Hal-hal yang diperhatikan saat USG antara lain adalah: 1-4,8
- Amnioticfluid index (AFI) untuk menilai apakah terjadi oligoamnion pasca KPD
- Aktivitas janin
- Pengukuran BB janin
- Detak jantung janin
- Kelainan kongenital atau deformitas
- Posisi janin. 1-4,8
Pemeriksaan laboratorium tes darah lengkap, untuk melihat apakah ada
kemungkinan terjadinya infeksi. Leukosit darah > 15.000/mm3. Janin mengalami
takikardia, mungkin mengalami infeksi intrauterin. Selain itu perlu dilakukan adanya
kultur cairan ketuban apabila dicurigai terjadinya infeksi. Jika memungkinkan pada
cairan amnion dilakukan juga periksaan alfafetoprotein untuk melihat apakah ada
kelainan deformitas pada janin.1-4,8

2.9 Diagnosis
Berdasarkan gejala dan keluhan klinis yang dialami pasien yang sedang dalam
keadaan hamil dan mengeluarkan banyak cairan dari daerah genital secara tiba-tiba dan
terus menerus, maka pasien mengalami keadaan yang disebut ketuban pecah dini atau
KPD.1-4,7,8
Diagnosis ketuban pecah dini didasarkan atas riwayat pengeluaran cairan dalam
jumlah besar secara mendadak atau sedikit demi sedikit pervaginam. 1
Untuk menegakkan diagnosis dapat diambil pemeriksaan inspekulo untuk
pengambilan cairan pada forniks posterior:
-
Pemeriksaan lakmus yang akan berubah menjadi birusifat basa.
-
Fern tes cairan amnion.
Kemungkinan infeksi dengan memeriksa:
-
Beta streptokokus
-
Clamydiettrachomatis
-
Neisseriagonorrheae
Pemeriksaan USG untuk mencari:
-
Amnioticfluid index (AFI)
-
Aktivitas janin
-
Pengukuran BB janin
-
Detak jantung janin
-
Kelainan kongenital atau deformitas
Membuktikan kebenaran ketuban pecah dengan jalan:
- Aspirasi air ketuban untuk dilakukan:
- Kultur cairan amnion
- Pemeriksaan interleukin 6 Alfa fetoprotein
- Seluruhnya digunakan untuk membuktikan adanya kemungkinan infeksi intrauterin.
- Penyuntikan indigo karmin ke dalam amnion serta melihat dikeluarkannya
pervaginal.1

2.10 Differential Diagnosis


Diagnosis pembanding ketuban pecah dini dapat segera dihilangkan dengan pada
awal pasien datang harus segera dilakukan pemeriksaan identifikasi cairan yang keluar
dari kelamin pasien, untuk memastikan dan membedakan apakah cairan tersebut adalah
cairan ketuban, air kemih atau darah. Jika dapat dipastikan cairan tersebut adalah cairan
ketuban maka tindakan penanganan dilakukan yang sesuai dengan keadaan tersebut.1-4

2.11 Penatalaksanaan
Pastikan diagnosis. Tentukan umur kehamilan. Evaluasi ada tidaknya infeksi
maternal ataupun infeksi janin. Apakah dalam keadaan inpartu, terdapat kegawatan
janin.2
Riwayat keluarnya air ketuban berupa cairan jernih keluar dari vagina yang kadang-
kadang disertai tanda-tanda lain dari persalinan.1-4,7,8
Diagnosis KPD prematur dengan inspekulo dilihat adanya cairan ketuban keluar
dari kavum uteri. Pemeriksaan pH vagina perempuan hamil sekitar 4,5; bila ada cairan
ketuban pHnya sekitar 7,1 7,3. Antiseptik yang alkalin akan menaikkan pH vagina.1-4
Dengan pemeriksaan ultrasound adanya KPD dapat dikonfirmasikan dengan adanya
oligohidramnion. Bila air ketuban normal agaknya ketuban pecah dapat diragukan.1-4,8
Penderita dengan kemungkinan KPD harus masuk rumah sakit untuk djperiksa lebih
lanjut. Jika pada perawatan air ketuban berhenti keluar, pasien dapat pulang untuk rawat
jalan. Bila terdapat persalinan dalam kala aktif, korioamnionitis, gawat janin, persalinan
diterminasi. Bila KPD pada kehamilan prematur, diperlukan penatalaksanaan yang
komprehensif. Secara umum penatalaksanaan pasien KPD yang tidak dalam persalinan
serta tidak ada infeksi dan gawat janin,penatalaksanaannya bergantung pada usia
kehamilan.1-4,7,8
Dalam menghadapi ketuban pecah dini harus dipertimbangkan beberapa hal sebagai
berikut:1-4
- Fase laten:1,4
Lamanya waktu sejak ketuban pecah sampai terjadi proses persalinan. Semakin
panjang fase laten semakin besar kemungkinan terjadinya infeksi. Mata rantai infeksi
merupakan asendens infeksi, antara lain:
o Korioamnionitis:
Abdomen terasa tegang. Pemeriksaan laboratorium terjadi leukositosis. Kultur
cairan amnion positif.
o Desiduitis: Infeksi yang terjadi pada lapisan desidua.1
Perkiraan BB janin dapat ditentukan dengan pemeriksaan USG yang mempunyai
program untuk mengukur BB janin. Semakin kecil BB janin, semakin besar
kemungkinan kematian dan kesakitan sehingga tindakan terminasi memerlukan
pertimbangan keluarga.1
Presentasi janin intrauteri. Presentasi janin merupakan penunjuk untuk melakukan
terminasi kehamilan. Pada letak lintang atau bokong, harus dilakukan dengan jalan
seksio sesarea.1
Pertimbangan komplikasi dan risiko yang akan dihadapi janin dan maternal
terhadap tindakan terminasi yang akan dilakukan.
Usia kehamilan. Makin muda kehamilan, antarterminasi kehamilan banyak
diperlukan waktu untuk mempertahankan sehingga janin lebih matur. Semakin lama
menunggu, kemungkinan infeksi akan semakin besar dan membahayakan janin serta
situasi maternal.1
Demikianlah pertimbangan yang dilakukan dalam menghadapi kehamilan dengan
ketuban pecah dini sehingga dapat tercapai tujuan well born baby dan well health
mother atau setidak-tidaknya well health mother, terpaksa bayi harus dikorbankan.1,4
Konservatif
Tatalaksana konservatif, antara lain:1,2,4
- Tirah baring untuk mengurangi keluarnya air ketuban sehingga masa kehamilan
dapat diperpanjang.
- Tirah baring dapat dikombinasikan dengan pemberian antibiotik sehingga dapat
menghindari infeksi.
Antibiotik.1,2,4
Rawat di rumah sakit, berikan antibiotik (ampisilin 4 x 500 mg atau eritromisin bila
tidak tahan ampisilin dan metronidazol 2 x 500 mg selama 7 hari).
o Jika umur kehamilan < 32- 34 minggu,
dirawat selama air ketuban masih keluar, atau sampai air ketuban tidak lagi
keluar.
o Jika usia kehamilan 32 37 minggu, belum inpartu, tidak ada infeksi, tes busa
negatif
beri deksametason, observasi tanda-tanda infeksi, dan kesejahteraan janin.
Terminasi pada kehamilan 37 minggu.
o Jika usia kehamilan 32 37 minggu, sudah inpartu, tidak ada infeksi,
berikan tokolitik (salbutamol), deksametason, dan induksi sesudah 24 jam.
o Jika usia kehamilan 32 37 minggu, ada infeksi,
beri antibiotik dan lakukan induksi, nilai tanda-tanda infeksi (suhu, leukosit,
tanda-tanda infeksi intrauterin).
o Pada usia kehamilan 32-37 minggu
berikan steroid untuk memacu kematangan paru janin, dan bila memungkinkan
periksa kadar lesitin dan spingomielin tiap minggu.
Dosis betametason 12 mg sehari dosis tunggal selama 2 hari, deksametason I.M. 5
mg setiap 6 jam sebanyak 4 kali.2
- Fase Aktif
Kehamilan > 37 minggu, induksi dengan oksitosin. Bila gagal seksio sesarea.
Dapat pula diberikan misoprostol 25ug 50 ug intravaginal tiap 6 jam maksimal 4
kali. Bila ada tanda-tanda infeksi berikan antibiotik dosis tinggi dan persalinan
diakhiri. Bila skor pelvik < 5, lakukan pematangan serviks, kemudian induksi. Jika
tidak berhasil, akhiri persalinan dengan seksio sesarea. Bila skor pelvik > 5, induksi
persalinan.2
Tindakan yang dilakukan adalah:2,3,7,8
o Dilakukan tindakan untuk memperpanjang usia kehamilan dengan memberi
kombinasi antara:
Kortikosteroid untuk mematangkan paru.
Tokolitik untuk mengurangi atau menghambat kontraksi otot uterus.
Antibiotik untuk mengurangi peranan infeksi sebagai pemicu terjadinya
proses persalinan.
Tindakan tatalaksana aktif juga tidak terlalu banyak dapat meningkatkan
maturitas janin dan paru. Dalam keadaan terpaksa harus dilakukan terminasi
kehamilan untuk menyelamatkan bayi atau maternal.
Dalam upaya menunda proses persalinan dikemukakan lima kriteria sikap
sebagai berikut.
o Usia kehamilan kurang dari 26 minggu:
Sulit mempertahankan kehamilan sampai aterm atau sampai usia kehamilan
sekitar 34 minggu. Bahaya infeksi dan keadaan oligohidramnion akan
menimbulkan masalah pada janin. Bayi dengan usia kehamilan kurang dari 26
minggu, sulit untuk hidup dan beradaptasi di luar kandungan.
o Usia kehamilan 26-31 minggu:
Persoalan tentang sikap dan komplikasi persalinan masih sama seperti pada usia
kehamilan kurang dari 26 minggu. Pada rumah sakit yang sudah maju mungkin
terdapat unit perawatan intensif neonatus untuk perawatan janin. Pertolongan
persalinan dengan BB janin kurang dari 2.000 g dianjurkan dengan seksio
sesarea.
o Usia kehamilan antara 31 33 minggu:
Dianjurkan untuk melakukan amniosentesis untuk menentukan maturitas paru.
Perhatikan tanda infeksi intrauteri. Umumnya BB janin sudah sekitar 2.000 g
sehingga sudah sangat mungkin tertolong.
o Usia kehamilan 3436 minggu:
BB janin sudah cukup baik sehingga langsung dapat dilakukan terapi induksi
atau seksio sesarea.
o Usia kehamilan di atas 36 minggu:
Sudah dianggap aterm sehingga seharusnya dapat hidup di luar kandungan dan
selamat. 2,3,7,8
Tatalaksana agresif
Tindakan agresif dilakukan jika ada indikasi vital sehingga tidak dapat ditunda
karena mengancam kehidupan janin atau maternal. Indikasi vital yang dimaksudkan,
yaitu:1,4,8
Infeksi intrauteri
Solusio plasenta
Gawat janin
Prolaps tali pusat
Evaluasi detak jantung janin dengan KTG menunjukkan hasil gawat janin atau
redup. BB janin cukup viabel untuk dapat beradaptasi di luar kandungan.1,4,8
Seperti dikemukakan sebelumnya bahwa pemilihan sikap di antara tiga pilihan,
akan mengalami kesulitan jika berada pada pemilihan ketuban pecah dini dengan
janin yang prematur. Keadaan janin yang prematur akan menghadapi berbagai
kendala umum akibat ketidakmampuannya beradaptasi terhadap kehidupan di luar
kandungan. Ketidakmampuan untuk hidup di luar kandungan tersebut semata-mata
akibat organ vital yang belum siap untuk menghadapi situasi yang sangat berbeda
dengan keadaan intrauteri sehingga menimbulkan morbiditas dan mortalitas yang
tinggi.1,4,8
Pada pasien yang telah stabil keadaanya, cairan ketuban telah berhenti mengalir,
dan tidak terjadi kegawatan serta infeksi, pasien dapat diobservasi ketat dan dapat
pulang ke rumah, namun pasien wajib diedukasi tentang hal yang serupa dapat terjadi
lagi. Pasien dianjurkan mengukur suhu badannya 3-4 kali sehari untuk melihat
adanya gejala infeksi, dan pasca KPD pasien dianjurkan memeriksakan keadaanya 2
hari sekali untuk dipantau keadaanya hingga kondisi pasien benar-benar stabil dan
tidak terjadi efek atau komplikasi dari KPD.1,4,7,8
Pasca
ketuban
pecah dini
pada
kehamilan
prematur.8

Gambar 2.5 Tatalaksana pada ketuban pecah dini kahamilan prematur.1


Gambar 2.6 Tatalaksana ketuban pecah dini pada kehamilan aterm.1

2.12 Komplikasi
Persalinan Prematur
Setelah ketuban pecah biasanya segera disusul oleh persalinan. Periode laten
tergantung umur kehamilan. Pada kehamilan aterm 90% terjadi di dalam 24 jam setelah
ketuban pecah. Pada kehamilan antara 28-34 minggu 50% persalinan dalam 24 jam. Pada
kehamilan kurang dari 26 minggu persalinan terjadi dalam 1 minggu.9
Infeksi
Risiko infeksi ibu dan anak meningkat pada ketuban pecah dini. Pada ibu terjadi
korioamnionitis. Pada bayi dapat terjadi septikemia, pneumonia, omfalitis. Umumnya terjadi
korioamnionitis sebelum janin terinfeksi. Pada ketuban pecah dini prematur, infeksi lebih
sering daripada aterm. Secara umum, insiden infeksi sekunder pada ketuban pecah dini
meningkat sebanding dengan lamanya periode laten.9
Hipoksia dan Asfiksia
Dengan pecahnya ketuban terjadi oligohidramnion yang menekan tali pusat hingga
terjadi asfiksia atau hipoksia. Terdapat hubungan antara terjadinya gawat janin dan derajat
oligohidramnion, semakin sedikit air ketuban, janin semakin gawat.9
Sindroma deformitas janin
Ketuban pecah dini yang terjadi terlalu dini menyebabkan pertumbuhan janin
terhambat, kelainan disebabkan kompresi muka dan anggota badan janin, serta hipoplasia
pulmonal.9

Gambar 2.7 Infeksi intrauterin progresif

2.13 Pencegahan
Pencegahan yang dapat dilakukan pasien adalah dengan meminimalkan faktor
resiko yang telah disebutkan di atas, seperti tidak merokok, mengkonsumsi makanan
dengan gizi yang baik dan sesuai, dan memeriksakan kandungan secara teratur
sehingga predisposisi kandungan untuk mengalami ketuban pecah dini dapat ditangani
dengan baik dikarenakan diketahui secara pasti pemicunya sehingga pasien dapat lebih
berhati-hati dan cepat tanggap bila KPD terjadi maka komplikasi yang membahayakan
bagi ibu dan janin dapat dihindari.1,7,8

2.14 Prognosis
Prognosis tergantung pada usia kandungan, keadaan ibu dan bayi serta adanya
infeksi atau tidak. Pada usia kehamilan lebih muda, midtrimester (13-26 minggu)
memiliki prognosis yang buruk. Kelangsungan hidup bervariasi dengan usia kehamilan
saat diagnosis (dari 12% ketika terdiagnosa pada 16-19 minggu, sebanyak 60% bila
didiagnosis pada 25-26 minggu). Pada kehamilan dengan infeksi prognosis memburuk,
sehingga bila bayi selamat dan dilahirkan memerlukan penanganan yang intensif.
Apabila KPD terjadi setelah usia masuk ke dalam aterm maka prognosis lebih baik
terutama bila tidak terdapatnya infeksi, sehingga terkadang pada aterm sering
digunakan induksi untuk membantu persalinan.1,8

BAB III
PEMBAHASAN
Pasien Ny. I usia 32 tahun datang ke RST dr. Soedjono Magelang 16 Januari 2017
pukul 11.00 WIB dengan keluhan utama rembes keluar air banyak dan jernih dari jalan lahir
sejak pukul 01.00 WIB dan masih merembes hingga saat ini. Setelah melakukan anamnesis,
pemeriksaan fisik dan pemeriksaan penunjang maka didapatkan diagnosis G 2P1A0 usia
kehamilan 39 minggu 4 hari dengan ketuban pecah dini 10 jam.
Diagnosis KPD didasarkan pada anamnesis, pemeriksaan fisik, dan pemeriksaan
laboratorium. Diagnosis KPD yang tepat sangat penting untuk menentukan penanganan
selanjutnya. Oleh karena itu, usaha untuk menegakkan diagnosis KPD harus dilakukan
dengan cepat dan tepat.
Pada kasus, berdasarkan anamnesis didapatkan keluhan yang sesuai dengan teori
,yaitu pasien mengeluhkan keluar air-air dari jalan lahir sejak 10 jam SMRS. Air-air
tersebut banyak dan jernih. Lendir darah (-), kenceng-kenceng belum teratur, Pasien rutin
periksa kehamilan di bidan, namun dan sudah pernah melakukan pemeriksaan dengan USG
di dokter Sp.OG.
Berdasarkan teori, diagnosis KPD 90% dapat ditegakkan melalui anamnesis. Dari
anamnesis didapatkan pasien merasa masih merembes atau mengeluarkan cairan yang
banyak secara tiba-tiba dari jalan lahir. Cairan berbau khas dan jernih. His belum teratur atau
belum ada serta belum ada pengeluaran lendir darah.
Teori Kasus
Mengeluarkan cairan banyak tiba -tiba Keluhan ngepyok dan keluar air-air
dari jalan lahir dan terus menerus banyak dan jernih dari jalan lahir sejak
mengalir. jam 10.00 WIB dan sekarang masih
Warna dan konsistensi cairan merembes
diperhatikan. Keluar air-air banyak dan jernih.
Disusul dengan masuknya ibu dalam Lendir darah (-), kenceng-kenceng (-),
proses inpartu gerakan janin (+), dan demam (-).
Gejala infeksi atau korioamnionitis Suhu pasien normal yaitu 36,8o C
seperti adanya demam yang menyertai.

Pada kasus, pasien ini hanya dilakukan pemeriksaan dalam pada saat pertama kali
datang untuk menentukan ada tidaknya pembukaan. Pada saat di lakukan pemeriksaan dalam
pada pasien ini belum dapat mengevaluasi ketuban karena pembukaan portio masih 0 cm,
dengan konsistensi tebal lunak, kulit ketuban (-).
Pemeriksaan dalam vagina dibatasi seminimal mungkin dan hanya dilakukan kalau
KPD yang sudah dalam persalinan atau yang dilakukan induksi persalinan dan pada pasien
dengan KPD akan ditemukan selaput ketubannya negatif. Pemeriksaan dalam pada saat
pasien datang pertama kali adalah penting untuk menilai apakah sudah ada pembukaan
sehingga pasien berada dalam kondisi inpartu.
Teori Kasus
Pemeriksaan dalam dilakukan : Pemeriksaan dalam dilakukan :
Seminimal mungkin untuk mencegah Saat pertama kali datang.
Untuk memantau kemajuan
infeksi.
KPD sudah dalam persalinan. persalinan.
KPD yang dilakukan induksi persalinan. Selaput ketuban negatif
Selaput ketuban negatif.

Berdasarkan pemeriksaan tersebut dan penunjang, yaitu laboratorium bahwa leukosit


pasien dalam batas normal (14.100/ul) dan kesimpulannya bahwa air ketuban tidak
menunjukkan adanya proses infeksi. Dan DJJ dari masuk RS sampai persalinan dbn. Pada
teori, pemeriksaan laboratorium tes darah lengkap, untuk melihat apakah ada kemungkinan
terjadinya infeksi. Leukosit darah > 15.000/mm3. Janin mengalami takikardia, mungkin
mengalami infeksi intrauterin.
Pada kasus ini, keluar air ketuban dari jalan lahir atau dalam hal ini pecahnya ketuban
dicurigai terjadi 10 jam sebelum masuk rumah sakit, belum terdapat tanda-tanda inpartu
pada pemeriksaan dalam. Kebanyakan penulis sepakat mengambil 2 faktor yang harus
dipertimbangkan dalam mengambil sikap atau tindakan terhadap pasien KPD, yaitu umur
kehamilan dan ada tidaknya tanda-tanda infeksi pada ibu. Pemberian antibiotik profilaksis
dapat menurunkan infeksi pada ibu. Waktu pemberian antibiotik hendaknya diberikan segera
setelah diagnosis KPD ditegakkan. Beberapa penulis menyarankan bersikap aktif (induksi
persalinan) segera diberikan atau ditunggu sampai 6-8 jam dengan alasan pasien akan
menjadi inpartu dengan sendirinya. Induksi dilakukan dengan memperhatikan Bishop score,
jika > 5 induksi dapat dilakukan, sebaliknya jika < 5, dilakukan pematangan serviks, jika
tidak berhasil akhiri persalinan dengan seksio sesarea.
Teori Kasus
Jika usia kehamilan 32 37 minggu, Pasien diberikan injeksi antibiotik
sudah inpartu, tidak ada infeksi, berikan Cefotaxime/12 jam
Pasien diberikan induksi misoprostol supp
tokolitik (salbutamol), deksametason, 25 mcg/6jam
dan induksi sesudah 24 jam.
Pada usia kehamilan 32-37 minggu
berikan steroid untuk memacu
kematangan paru janin, dan bila
memungkinkan periksa kadar lesitin dan
spingomielin tiap minggu.
Usia kehamilan 3436 minggu: BB
janin sudah cukup baik sehingga
langsung dapat dilakukan terapi induksi
atau seksio sesarea..

Berdasarkan anamnesis, pemeriksaan fisik, dan pemeriksaan penunjang yang telah


dilakukan, pasien pada kasus ini didiagnosis sebagai KPD. Kasus yang ditemukan sudah
sesuai dengan teori yang ada. Penatalaksanaan KPD pada pasien ini pada umumnya tepat,
walaupun ada beberapa perlakuan yang sebaiknya dilaksanakan tidak dilakukan, seperti
pemeriksaan inspekulo untuk pengambilan cairan pada forniks posterior untuk dilakukan
pemeriksaan lakmus yang akan berubah menjadi biru (sifat basa) dan fern tes cairan amnion.

BAB IV
DAFTAR PUSTAKA

1. Manuaba IBG. Penghantar kuliah obstetri. Jakarta: Penerbit EGC;2007.h.456-60.


2. Prawirohardjo S. Ilmu kebidanan. Jakarta: Bina Pustaka Sarwono
Prawirohardjo;2011.h.677-81.
3. Current diagnosis and treatment obstetrics and gynecology. In editor: Edmoson K,
Sydor AM. United Stated of America: McGraw-Hill;2007.p.279-81.
4. Norwitz ER, Schorge JO. At a glance obstetri dan ginekologi. Edisi 2. Jakarta:
Penerbit Erlangga;2008.h.118-9.
5. Bickley, Lynn S. Buku ajar pemeriksaan fisik dan riwayat kesehatan Bates. Edisi 8.
Jakarta: Penerbit EGC;2009.h.421-35.
6. Gleadle J. At a glance. Anamnesis dan pemeriksaan fisik dalam: ketuban pecah
dini.Edisi 2. Jakarta: Penerbit Erlangga.h.121-22.
7. Danforths obstrics and gynecology.In editor:Gibbs RS. 10th edition. United Stated
of America: Lippincott Williams and Wilkins (China);2003.p.186-96.
8. The Medscape Journal of Medicine. Premature rupture of membrane. 13 Juni 2011.
Diunduh dari emedicine.medscape.com, 20 November 2016.
9. Soewarto, S. Ketuban Pecah Dini. Dalam: Winkjosastro H., Saifuddin A.B., dan
Rachimhadhi T. (Editor). Ilmu Kebidanan. Jakarta : Yayasan Bina Pustaka Sarwono
Prawirohardjo.2009. Hal. 677-680.

Anda mungkin juga menyukai