Abstrak
Biomassa sekam padi adalah salah satu limbah pertanian yang dapat dijadikan energi alternatif karena jumlahnya yang sangat
melimpah. Penggunaan biomassa sekam padi ini dapat meningkatkan nilai guna dari sekam padi. Penelitian ini dilakukan
menggunakan reaktor gasifikasi downdraft dua saluran udara masuk berdiameter masing-masing 5,08 cm dengan
menvariasikan suplai udara masuk untuk mengetahui efisiensi thermal dari proses gasifikasi. Variasi suplai udara masuk ke
dalam reaktor gasifikasi ialah 0,8 m/s, 1,0 m/s, 1,2 m/s, dan 1,4 m/s. Hasil penelitian didapatkan nilai kalor bawah dan
efisiensi paling besar pada suplai udara masuk 1,2 m/s. Besarnya nilai kalor bawah adalah 5046,7072 kJ dan efisiensi
thermalnya adalah 63,8%. Pada suplai udara 1,2 m/s tmemiliki nilai AFR yang optimal. Jika nilai AFR semakin menjauh dari
nilai AFR yang optimal, akan menurunkan komposisi flammable gas, nilai kalor bawah, dan efisiensi thermalnya.
Kata kunci: sekam padi, efisiensi termal, downdraft gasification, dua saluran udara masuk.
Abstract
A rice husk biomass is one of raw material to be converted into alternative energy because it is very abundant. The use of a
rice husk biomass can increase the value of a rice husk. This research committed using gasifier downdraft two channels
incoming air each in diameter 5,08 cm with varying the air supply to know thermal efficiency of gasification process. The
variation of air supply into gasifier is 0,8 m/s, 1,0 m/s, 1,2 m/s, and 1,4 m/s. Research result obtained the highest lower
heating value (LHV) and the highest efficiency on air supply 1,2 m/s. The Value of LHV is 5046,7072 kJ and the thermal
efficiency of gasification process is 63,8 %. On air supply 1,2 m/s have the optimally AFR value. If AFR value getting away
from the optimally AFR value, will decrease composition of flammable gas, value of LHV, and the thermal efficiency of it.
Keywords: Rice husk, thermal efficiency, downdraft gasification, two channels incoming air.
gasifikasi dengan dua saluran masuk menghasilkan gas yang terjadi pada zona oksidasi yang berada di bawahnya
lebih baik dan efisiensi yang lebih besar. Efisiensi yang sehingga terjadi kenaikan tekanan parsial uap air sekam padi
dihasilkan meningkat dari 60,8% menjadi 69,2%. dan dapat menurunkan kelembaban relatif udara [3].
Kandungan tar yang dihasikan pada single-stage reactor
sebesar 3600 mg/Nm3 sedangkan kandungan tar pada two-
stage reactor sebesar 92 mg/Nm3. Kandungan tar yang
dihasilkan pada two-stage reactor 40 kali lebih rendah
dibanding dengan single-stage reactor [4].
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh
variasi AFR ke dalam gasifier terhadap komposisi syn-gas,
nilai kalor bawah dan efisiensi thermal proses gasifikasi.
Metode Penelitian
Gambar 1 menunjukkan reaktor gasifikasi tipe downdraft. Gambar 3. Distribusi temperatur pada T4
Untuk mengetahui distribusi temperatur dalam reaktor
gasifikasi, maka dipasang 2 termokopel dalam reaktor. Pada Gambar 3 menunjukkan temperatur T4 berada pada
Penelitian dilakukan pada sekam padi 5 kg. Pengambilan range 30-650oC. Pada menit awal temperatur tidak
data komposisi syn-gas dilakukan dengan cara memasukkan mengalami perubahan yang signifikan dan cenderung sama
gas ke dalam balon pada saat gas memiliki kandungan dengan temperatur pada T3. Hal ini disebabkan karena
flammable gas yang tinggi dibuktikan ketika dipantik sekam padi belum terbakar sempurna dan panas yang ada
dengan korek api, syn-gas dapat menyala dengan stabil. terkonsentrasi untuk proses drying.
Pengambilan gas tersebut dilakukan sampai api tidak Pada suplai 0,8 m/s temperatur cenderung stabil hingga
menyala dengan stabil. Syn-gas yang telah ditampung di menit ke-24 dan meningkat secara signifikan pada menit ke-
dalam balon akan di uji kandungan CO, CH4, CO2, dan H2 25 hingga mencapai puncak pada menit ke-28 dengan
menggunakan gas chromatography . Mengulangi langkah temperatur 361,9oC. Pada suplai udara 1,0 m/s temperatur
penelitian dengan variasi AFR 1; 1,3; 1,5 dan 1,8. meningkat secara signifikan pada menit ke-21 dan mencapai
puncak pada menit ke-27 dengan temperatur 445 oC. Untuk
Hasil Dan Pembahasan suplai udara 1,2 m/s temperatur meningkat pada menit ke-20
dan mencapai puncak pada menit ke-24 dengan temperatur
A. Distribusi Temperatur Reaktor pada T3 595,2oC. Sedangkan pada suplai udara 1,4 m/s
Pada Gambar 2 yang menunjukkan grafik distribusi temperaturnya meningkat pada menit ke-15 dan mencapai
temperatur T3 yang berkisar pada range 30-150oC. Hal ini puncak pada menit ke-20 dengan temperatur 641,4oC.
menunjukkan bahwa posisi T3 terletak pada daerah drying. Temperatur T4 merupakan indikator untuk proses pirolisis.
Temperatur pada daerah drying berkisar antara 100o-300o Menurut Putri (2011) proses pirolisis dimulai pada
C . Daerah drying adalah proses pengeringan sekam padi temperatur santara 300oC900oC. Setelah itu temperatur
dari kandungan air yang terkandung di dalamnya. Proses cenderung turun kembali hingga menit ke-45. Hal ini
drying dihasilkan dengan adanya perpindahan panas yang dikarenakan panas yang tinggi pada zona pirolisis telah di
distribusikan pada zona drying sehingga sekam padi kering terbakar cenderung turun pada AFR tersebut. Kemudian
yang sudah berkurang kadar airnya mengalami pemecahan kandungan flammable gas mulai menurun pada AFR 1,8.
volatile matter dan menguap bersama dengan komponen
lainnya.
Pada suplai udara 0,8 m/s kandungan gas dapat menyala
selama 10 menit yaitu pada menit ke-31 hingga menit ke-41.
Pada suplai udara 1,0 m/s kandungan gas dapat menyala
selama 13 menit yaitu pada menit ke-29 hingga menit ke-42.
Pada suplai udara 1,2 m/s kandungan gas dapat menyala
selama 18 menit yaitu pada menit ke-25 hingga menit ke-43.
Pada suplai udara 1,4 m/s kandungan gas dapat menyala
selama 10 menit yaitu pada menit ke-21 hingga menit ke-31.
Kondisi ini menunjukkan produksi flammable gas (H2, CO
dan CH4) mulai dominan dibanding gas CO2. Dan ketika gas
hasil dari proses gasifikasi sudah tidak dapat menyala
menunjukkan bahwa kandungan flammable gas (H2, CO dan
CH4) telah menurun dan lebih didominasi oleh gas CO2
hingga proses gasifikasi selesai. Dari keempat variasi suplai
udara terlihat perbedaan lama waktu syn-gas dapat menyala.
Perbedaan ini disebabkan oleh kecepatan suplai udara yang
diberikan. Pada suplai udara 0,8 m/s proses pembentukan
flammable gas sangat lama untuk mencapai dominan dan
syn-gas hanya dapat menyala selama 10 menit. Sedangkan
pada suplai udara 1,4 m/s proses pembentukan flammable
gas sangat cepat sehingga syn-gas dapat menyala pada menit
Gambar 4. Grafik komposisi syn-gas terhadap AFR pada gasifikasi
ke-21. Namun syn-gas pada suplai udara 1,4 hanya dapat
dengan 2 saluran udara masuk
menyala selama 10 menit. Sedangkan pada suplai udara 1,2
m/s kandungan flammable lebih dominan pada menit ke-25
Proses gasifikasi membutuhkan AFR kurang dari 1,5.
dan syn-gas dapat menyala selama 18 menit. Kondisi ini
Untuk AFR pada proses pembakaran adalah 6,5. Sedangkan
menunjukkan bahwa semakin besar suplai udara yang
pada proses pirolisis cenderung tidak membutuhkan udara
diberikan maka kandungan flammable gas akan semakin
atau AFR yang digunakan mendekati 0. Namun AFR yang
sedikit dan syn-gas lebih didominasi oleh gas CO2.
ideal untuk proses gasifikasi adalah antara 1,25-1,5 [2].
Sehingga untuk AFR di atas 1,5 akan menyebabkan turunnya
C. Analisa Komposisi Syn-gas komposisi syn-gas karena besarnya suplai udara yang
Proses gasifikasi akan menghasilkan gas yang terdiri dari diberikan sehingga mengakibatkan komposisi flammable gas
15-25% CO, 15-25% H2, 1-3% CH4 sebagai gas yang bisa berkurang dan kandungan N2 semakin meningkat.
terbakar, dan 10-15% CO2 dan 40-50% N2 sebagai gas yang
tidak bisa terbakar [3]. Pada Gambar 4 menunjukkan bahwa D. Analisa Nilai Kalor
kandungan gas didominasi oleh gas nitrogen (N 2) yang Gambar 5. Grafik nilai kalor terhadap AFR
paling tinggi. Untuk gas yang bisa terbakar (H2, CO dan
CH4) komposisinya lebih rendah daripada gas yang tidak
bisa terbakar (CO2) sehingga menyebabkan nilai kalor yang
dihasilkan juga rendah. Namun jika kandungan gas yang bisa
terbakar dijumlahkan maka hasilnya akan lebih tinggi
dibanding gas CO2. Oleh sebab itu syn-gas hasil gasifikasi
menyala ketika dipantik dengan korek api.
Dari Gambar 4 yang menunjukkan grafik komposisi syn-
gas pada AFR 1,0; 1,3; 1,5 dan 1,7 terlihat bahwa komposisi
terbaik dihasilkan pada AFR 1,5. Hal ini ditunjukkan dengan
tingginya komposisi gas yang dihasilkan dibanding dengan
variasi AFR yang lain. Namun grafik komposisi flammable
gas (H2, CO, dan CH4) berada di bawah grafik gas yang
tidak dapat terbakar (CO2 dan N2). Seiring dengan Pada Gambar 5 nilai kalor atau LHV syn-gas yang
meningkatnya AFR, kandungan flammable gas juga semakin tertinggi terdapat pada AFR 1,5 karena pada AFR tersebut
meningkat hingga mencapai titik puncak pada AFR 1,5, syn-gas memiliki kandungan flammable gas paling tinggi
sedangkan kandungan N2 sebagai gas yang tidak dapat yang ditunjukkan pada Gambar 4. Banyaknya kandungan