FRAKTUR COSTAE
Fraktur pada iga merupakan trauma yang sering terjadi pada dinding
thoraks. Trauma tajam jarang menyebabkan fraktur iga karena luas trauma
yang sempit sehingga gaya trauma dapat melalui sela iga. Fraktur iga sering
terjadi pada iga 4-10, menyebabkan kerusakan intra thoraks dan intra
abdomen
2. Pneumothorax
Pneumothoraks adalah udara yang terperangkap dalam rongga pleural
akibat robeknya pleura visceral. Hal ini menyebabkan peningkatan tekanan
negative intrapleural. cenderung terjadi bila patahan terjadi pada tulang
costae di bagian tengah. Pneumotoraks dibagi menjadi simple
pneumotoraks, tension pneumotoraks, dan open pneumotoraks.
Open pneumothorax terjadi karena luka terbuka yang cukup besar pada
toraks sehingga udara dapat keluar dan masuk rongga intra toraks dengan
mudah. Tekanan intra toraks akan sama dengan tekanan udara luar. Dikenal
juga sebagai sucking-wound.
3. Hematothorax
Terakumulasinya darah pada rongga toraks akibat trauma tumpul atau
tembus pada toraks. Manifestasi klinis yang ditemukan pada hematotoraks
sesuai dengan besarnya perdarahan atau jumlah darah yang terakumulasi.
Rongga hemithoraks dapat menampung 3 L cairan sehingga dapat terjadi
syok hipovolemik berat
a. Ekstrapleural
Pendarahan berasal dari arteri intercostal dan internal mamari dapat
menyebabkan pendarahan dalam jumlah yang signifikan.
b. Intrapleural
Pendarahan berasal dari arteri major atau, aorta, brachioccephalic dan
cabangnya dan arteri pulmonalis, superior vena kava, vena brakiocephalic,
inferior vena kava, vein azygos.
5. Frail chest
Frail chest adalah area thoraks yang melayang terjadi jika terjadi fraktur
costae multipel (>3) anterior dan posterior. Kondisi frail chest menyebabkan
adanya dan memiliki garis fraktur lebih atau sama dengan 2 pada tiap
iganya. Akibatnya terbentuk area melayang yang akanbergerak melawan
gerakan mekanik pernafasan dinding thoraks. Area tersebut akan bergerak
masuk pada inspirasi dan bergerak keluar saat ekspirasi. Dapat
menyebabkan cedera paru dan jantung. Komplikasi frail chest adalah v/q
mismatch, kontusio paru.
6. Pulmonary contusion
Dijumpai pada kasus trauma tumpul thoraks dan dapat juga terjadi pada
trauma tajam dengan mekanisme pendarahan dan edema parenkim
konsolidasi . adanya kontusio atau cedera jaringan yang menyebabkan
edema dan reaksi inflamasi sehingga terjadinya lung compliance yang
menurun, v/q mismatch, usaha nafas meningkat. Analisa gas darah
menunjukkan
7. Ruptur Diafragma
Ruptur diafragma pada trauma toraks biasanya disebabkan oleh trauma
tumpul pada daerah toraks inferior atau abdomen atas. Trauma tumpul di
daerah toraks inferior akan mengakibatkan peningkatan tekanan intra
abdominal yang diteruskan ke diafragma. Ruptur terjadi bila diafragma tidak
dapat menahan tekanan tersebut. Dapat pula terjadi ruptur diafragma akibat
trauma tembus pada daerah toraks inferior. Pada keadaan ini trauma tembus
juga akan melukai organ-organ intratoraks atau intraabdominal
Ruptur diafragma umumnya terjadi di puncak atau kubah diafragma.
Kejadian ruptur diafragma sebelah kiri lebih sering daripada diafragma
kanan. Pada ruptur diafragma akan terjadi herniasi organ viseral abdomen ke
toraks dan dapat terjadi ruptur ke intra perikardial.
8. Trauma Jantung
Kecurigaan terjadinya suatu trauma jantung dapat dinilai apabila dijumpai:
Trauma tumpul di daerah anterior, Fraktur pada sternum, Trauma tembus
atau tajam pada area prekordial yaitu parasternal kanan, sela iga II kiri, garis
mid-klavikula kiri, arkus kosta kiri
9. Chylothorax
Chylothorax adalah akumulasi cairan limphe yang berlebihan di dalam
rongga pleura karena kebocoran dari duktus torasikus atau cabang-cabang
utamanya. Obstruksi atau laserasi duktus torasikus yang paling sering
disebabkan oleh keganasan, trauma, tuberkulosa dan trombosis vena
Hemothorak adalah adanya darah dalam rongga pleura. Sumber darah bisa
berasal dari dinding dada, parenkim paru, jantung, atau pembuluh darah.
Hemothorak biasanya adalah konsekuensi dari trauma tumpul atau tajam.
*Extrapleural Injury
Trauma pada jaringan dinding dada yang menembus membran pleura bisa
menjadi penyebab pendarahan ke rongga pleura. Pendarahan yang persisten
biasanya berasal trauma dinding dada yang mengenai arteri intercostalis
dan arteri mammaria interna (arteri thoracica interna)
*Intrapleural Injury
Luka tumpul atau tusuk yang mengenai bagian dalam struktur dada bisa
menyebabkan hemothorax. Pendarahan yang banyak bisa disebabkan oleh
aorta, brachiocephalic trunk, arteri pulmonalis dan cabangnya, vena cava
superior, vena braciocephalica, vena cava inferior, vena azigos, vena
pulmonalis.
Sumber: http://emedicine.medscape.com/article/2047916-overview#a4
Pada suatu kasus yang sama, luka lecet geser dapat ditemukan berbeda
arah. Hal ini bergantung dari seberapa besar gaya dorong yang terjadi akibat
benturan. Kemungkinan yang dapat terjadi diantaranya adalah korban
terguling-guling di atas aspal atau tanah setelah benturan terjadi. Selain itu,
bisa juga terjadi karena benturan dari 2 arah yang berbeda sehingga luka
lecet geser yang ditemukan pada korban memiliki arah yang berbeda - beda.
Referensi
Ropper AH, Samuels MA, Klein JP. Adams and Victors Principles of Neurology.
10th ed. New York: McGraw-Hill; 2014
- Pejalan kaki
timbul akibat benturan pertama, benturan kedua dan luka sekunder (akibat
benturan dengan obyek lain seperti jalan, atau kaki-lima).
Benturan pertama: benturan pejalan kaki dengan kendaraan penabrak
dapat motor ataupun mobil.
Benturan sekunder: benturan antara pejalan kaki dengan kendaraan
maupun permukaan jalan.
Luka sekunder: luka akibat terpelanting setelah benturan kedua terjadi.
Korban dewasa umumnya tertabrak dari belakang atau samping sehingga
umumnya luka hebat terjadi ditungkai bawah,dapat sampai terjadi fraktur
tertutup maupun terbuka. Korban yang tergeletak dijalan dapat terlindas dan
menimbulkan trauma berupa jejas ban atau tyre marks. Bila kendaraan
yang menabrak termasuk kendaraan berat maka dapat terjadi crush
injuries atau compression injuries dimana tubuh seluruhnya hancur dan
sukar dikenali. Bila bagian bawah kendaraan penabrak sangat rendah,tubuh
korban dapat terseret dan terputar sehingga terjadi pengelupasan kulit dan
otot yang hebat, yang dikenal sebagai rolling injuries. Pada daerah lipatan
kulit bila terlindas maka kulit akan teregang sehingga menimbulkan kelainan
yang disebut striae like tears dimana sebenarnya daerah yang terlindas
bukan dilipatan kulit tersebut melainkan didaerah yang berdekatan. Faktor-
faktor yang menyebabkan kecelakaan menimpa pejalan kaki termasuk
diantaranya adalah pada kondisi cuaca yang buruk, penerangan pada jalan
dan pada kendaraan yang tidak adekuat, dan pada korban yang menyebrang
jalan sembarangan.Titik gravitasi pada orang dewasa adalah pada region
abdomen, apabila tertabrak pada sama atau lebih tinggi dari area tersebut
korban akan terpental searah laju kendaraan, sedangkan apaila lebih rendah
korban akan terpental keatas.
- Penumpang belakang:
Jika tidak bersabuk pengaman akan terlempar kedepan, menghantam bagian
belakang dari tempat duduk depan, penumpang depan dan kaca depan.
Referensi : http://dokumen.tips/documents/referat-forensik-kll.html
Jawaban:
Jarak dari Nambo ke RSUD Serang adalah 13km, dan memerlukan waktu
30-45 menit untuk mengantar korban dari TKP. Secara teori, lebam mayat
mulai muncul kira-kira 20-30 menit setelah kematian, baru kemudian
menetap setelah 8-12 jam setelah kematian, sedangkan kaku mayat baru
muncul kira-kira 2 jam setelah kematian, menjadi lengkap setelah 12 jam,
dipertahankan selama 12 jam dan kemudian akan menghilang.
Pada tubuh korban, sudah timbul lebam mayat pada daerah leher dan
punggung atas yang menghilang dengan penekanan, namun belum terdapat
kaku mayat. Keadaan korban cocok dengan perkiraan waktu kematian ketika
memperhitungkan jarak yang harus ditempuh dari Nambo menuju RSUD
Serang dr. Dradjat Prawiranegara, yaitu lebih dari 30 menit dan kurang dari 2
jam yang lalu.
7. Identifikasi umur.
OSTEOLOGI
Pemeriksaan dari os pubis, sakroiliac joint, cranium, artritis pada spinal dan
pemeriksaan mikroskopis dari tulang dan gigi.
Tiap bagian memiliki peran yang berbeda dalam menentukan perkiraan usia.
Range usia meliputi usia perinatal, neonatus, bayi dan anak kecil, usia
kanak-kanak lanjut, usia remaja, dewasa muda dan dewasa tua.
Pemeriksaan terhadap penutupan sutura pada tulang-tulang atap tengkorak
hanya dipakai dalam lingkup dekade (umur 20-30-40 tahun) atau mid dekade
(umur 25-35-45) saja.
b. Pemeriksaan gigi
Identifikasi umur dapat juga dilakukan melalui metode pemeriksaan gigi.
Jenis-jenis metode yang digunakan, yaitu:
3) Metode Gustafson
Penentuan umur berdasarkan tabel Gustaffson dan Koch pada
umumnya bermanfaat selama gigi masih dalam masa pertumbuhan.
Karena setelah masa pertumbuhan gigi tetap selesai, maka
pertumbuhan dan perkembangan gigi tidak banyak lagi memberikan
bantuan untuk menentukan umur karena kondisinya dapat dikatakan
menetap. Untuk memperkirakan umur seseorang setelah masa itu,
digunakan 6 metode dari Gustaffson:
4) Neonatal and Von Ebner Lines
Garis-garis incremental Von Ebner dan Neonatal, dapat dilihat pada gigi
yang telah disiapkan dalam bentuk sediaan asahan dengan
ketebalan 30-40 mikron. Pada gigi susu dan Molar 1 (yaitu gigi-gigi yang ada
pada waktu kelahiran), akan ditemukan neonatal line berupa garis demarkasi
yang memisahkan bagian dalam email (yang terbentuk
sebelum kelahiran) dengan bagian luar enamel (yang terbentuk setelah
lahir). Selanjutnya juga akan ditemukan garis-garis incremental Von
Ebner yang merupakan transisi antara periode pertumbuhan cepat dan
pertumbuhan lambat yang berselang-seling.
Jarak rata-rata antara garis ini adalah 4 mikron yang merupakan
kecepatan deposisi dentin dalam 24 jam. Apabila pembentukan gigi
belum selesai, perhitungan garis Von Ebner dari neonatal line dapat
membantu penentuan umur.
c. Pemeriksaan radiologi (osifikasi tulang)
DAFTAR PUSTAKA
- DR. dr. Adriyan Boer, Sm.HK. Osteologi Umum. 10th ed. Padang: Percetakan
Angkasa Raya.
- S. Keiser Nielsen. Person Identification by Means of the Teeth. Bristol: John
Wright & Sons Ltd, 1980.
- Josef Glinka SVD. Antopometri & Antroskopi.3rd ed. Surabaya:1990.
- Dr. Amri Amir, DSF. Kapita Selekta Kedokteran Forensik. 1st ed. Medan: USU
Press, 2000.
- Idris AM,Dr. Pedoman Ilmu Kedokteran Forensik. Edisi pertama. Jakarta:
Binarupa Aksara.1997.
- Forensic Anthropology. http://www.journals.uchicago.edu
- Stimson, P. G, Mertz, C. A, 1997. Forensic Dentistry, CNC Press Boca Raton,
New York
- Clark, D. H, 1992, Practical Forensic Odontology, Butterworth-Heinemann
Ltd, Melksham, Great Britain.
NARASUMBER
Intan MF, Satyarahardja F, Lita M, Sigiro RM, Yunitawati I. Identifikasi Umur
dan Pembusukan [karya tulis ilmiah]. Bagian Ilmu Kedokteran Forensik dan
Medikolegal Rumah Sakit Hasan Sadikin. Bandung, Universitas Kristen
Maranatha; 2011.
Luka pada pejalan kaki dapat timbul sebagai akibat benturan pertama,
benturan kedua dan luka sekunder (akibat benturan dengan obyek lain).
Luka pada pengendara sepeda hampir sama dengan pejalan kaki, tetapi
luka-luka sekundernya lebih parah. Letak benturan pada tubuh biasanya
rendah.
Luka pada para penumpang kendaraan roda tiga atau lebih, yang penting
adalah menentukan posisi korban dalam kendaraan pada saat terjadinya
kecelakaan dan menentukan pengemudinya.
Luka pada pengemudi biasanya mengalami luka pada pergelangan tangan
karena menahan kemudi , tulang femur dan pelvis mungkin patah akibat
menginjak pedal dengan kuat.
Benturan bagian dada dengan kemudi juga mungkin menyebabkan sternum
dan iga-iga patah terutama jika pengemudi tidak menggunakan sabuk
pengaman.
Luka pada pengendara motor bila ditabrak kendaraan lain, maka dijumpai
luka benturan pertama, benturan kedua, dan luka-luka sekunder yang lebih
parah dibandingkan dengan pengendara sepeda. Pemakaian helm
dimaksudkan untuk meredam benturan pada kepala sehingga memperkecil
kemungkinan cedera.
Luka benturan pertama dan benturan kedua serta luka sekunder dapat
berbentuk:
Memar
Luka lecet gores
Luka lecet tekan
Luka lecet geser
Luka robek
Tergantung dari penyebab trauma.
Sumber : BUKU UI
Penelitian dari Indian Journal Of Community Medicine perihal tentang INJURY
PATTERN AMONG ROAD TRAFFIC ACCIDENT CASES : A STUDY FROM SOUTH
INDIA, menyatakan:
Dari total 254 pengedara yang terlibat kecelakaan lalu lintas. Pengendara
motor roda dua merupakan yang terbanyak dibandingkan dengan
pengendara lain. Jumlah pengendara motor roda dua sebanyak 31.1%
dibandingkan dengan bus dan pengendara motor roda empat yang hanya
5.1% dan 3.5%.
Penyebaran luka yang umum pada korban kecelakaan lalu lintas
Anggota gerak tubuh dan wajah merupakan lokasi paling sering yang
terkena atau terpapar luka-luka luar. Anggota gerak tubuh (63.1%) dan
wajah (17.5%) merupakan lokasi paling sering terkena abrasi (lecet gores)
dan laserasi (lecer terbuka) sering terjadi pada daerah wajah (29.7%), kepala
(28.2%) dan anggota gerak tubuh (38.9%). Multiple superficial injuries sering
terjadi pada daerah anggota gerak tubuh bawah (36.8%) dan wajah (33.3%),
dan crush injuries sering terjadi pada anggota gerak tubuh bawah (70.6%).
Untuk luka dalam, daerah yang paling sering terjadi luka dalam adalah
daerah kepala dengan persentase 34.1% diikuti oleh anggota gerak tubuh
bagian bawah (13.7%) dan wajah (10.7%).
Cedera kepala umum terjadi diantara pengendara sepeda, pejalan kaki dan
pengendara motor roda dua. Proporsi terbesar terjadi pada pengendara
sepeda sebanyak 22.9% kasus cedera kepala dan diikuti oleh 22.6% diantara
pejalan kaki dan pengendara motor roda dua.
Dibandingkan dengan pejalan kaki , pengendara sepeda dan pengendara
bermotor roda dua memiliki proporsi signifikan lebih tinggi dari cedera
kepala ( critical ratio = masing-masing 3,1 dan 2,8 ) . Sebanyak 221 fraktur
dicatat di antara para korban . daerah yang paling umum terjadi fraktur
adalah anggota gerak tubuh bawah ( 43,4 % ) , diikuti oleh anggota tubuh
bagian atas ( 19,0 % ) dan tulang wajah ( 10,9 % ) . iga ( 7,7 % ) , klavikula
( 6,8 % ) , tengkorak ( 5,4 % ) , pelvis ( 3,6 % ) , tulang belikat ( 2,3 % ) dan
tulang belakang ( 0,9 % ).
Sumber:
Dr. Idries, Abdul Munim, Pedoman Ilmu Kedokteran Forensik, Tangerang:
Binarupa Aksara, 2005. Print.