PENDAHULAN
A. Latar Belakang
1
Program Indonesia sehat dilaksanakan dengan 3 pilar utama yaitu : paradigam sehat,
penguatan pelayanan kesehatan dan jaminan kesehatan nasional : 1) pilar paradigma sehat
dilakukan dengan strategi pengaruhusutamaan kesehatan dalam pembangunan, penguatan
promotif preventif dan pemberdayaan masyarakat; 2) penguatan pelayanan kesehatan
dilakukan dengan strategi peningkatan akses pelayanan kesehatan, optimalisasi sistem
rujukan dan peningkatan mutu pelayanan kesehatan, mengguankan pendekatan continuun of
care dan intervensi berbaris resiko kesehatan; 3) sementara itu jaminan kesehatan nasional
dilakukan dengan startegi perluasan sasaran dan benefit serta kendali mutu dan kendali biaya.
B. Rumusan masalah
a. Apa visi dari kementerian kesehatan?
b. Apa misi dari kementerian kesehatan?
c. Apa tujuan dan sasaran kementerian kesehatan?
d. Apa saja upaya pokok pembangunan kesehatan?
e. Apa yang dimaksud rencana strategis kesehatan?
f. Apa saja arah kebijakan dan strategi pembangunan kesehatan?
g. Apa yang dimaksud standar pelayanan minimal?
C. Tujuan
a. Untuk mengetahui visi dari kementerian kesehatan
b. Untuk mengetahui misi dari kementerian kesehatan
c. Untuk mengetahui tujuan dan sasaran kementerian kesehatan
d. Untuk mengetahui upaya pokok pembangunan kesehatan
e. Untuk mengetahui pengertian rencana strategis kesehatan
f. Untuk mengetahui arah kebijakan dan strategi pembangunan kesehatan
g. Untuk mengetahui pengertia dari standar pelayanan minimal
BAB II
PEMBAHASAN
2
Visi, Misi, Tujuan dan Sasaran Strategis Kemenkes
Visi, misi dan tujuan pembangunan kesehatan terdapat dalam Rencana Pembangunan
Jangka Panjang Bidang Kesehatan (RPJP-K) 2005-2025. Adapun sasaran strategis Kemenkes
yang berlaku saat ini merupakan penjabaran dari Rencana Pembangunan Jangka Menengah
bidang Kesehatan (RPJM-K) ke-dua (2010-2014) yang disusun setiap 5 tahun sekali.
A. Visi
Keadaan masyarakat Indonesia di masa depan atau visi yang ingin dicapai melalui
pembangunan kesehatan dirumuskan sebagai: Indonesia Sehat 2025. Dalam Indonesia
Sehat 2025, lingkungan strategis pembangunan kesehatan yang diharapkan adalah lingkungan
yang kondusif bagi terwujudnya keadaan sehat jasmani, rohani maupun sosial, yaitu
lingkungan yang bebas dari kerawanan sosial budaya dan polusi, tersedianya air minum dan
sarana sanitasi lingkungan yang memadai, perumahan dan pemukiman yang sehat,
perencanaan kawasan yang berwawasan kesehatan, serta terwujudnya kehidupan masyarakat
yang memiliki solidaritas sosial dengan memelihara nilai-nilai budaya bangsa.
Perilaku masyarakat yang diharapkan dalam Indonesia Sehat 2025 adalah perilaku
yang bersifat proaktif untuk memelihara dan meningkatkan kesehatan; mencegah risiko
terjadinya penyakit; melindungi diri dari ancaman penyakit dan masalah kesehatan lainnya;
sadar hukum; serta berpartisipasi aktif dalam gerakan kesehatan masyarakat, termasuk
menyelenggarakan masyarakat sehat dan aman (safe community).
3
Dalam Indonesia Sehat 2025 diharapkan masyarakat memiliki kemampuan
menjangkau pelayanan kesehatan yang bermutu dan juga memperoleh jaminan kesehatan,
yaitu masyarakat mendapatkan perlindungan dalam memenuhi kebutuhan dasar
kesehatannya. Pelayanan kesehatan bermutu yang dimaksud adalah pelayanan kesehatan
termasuk pelayanan kesehatan dalam keadaan darurat dan bencana, pelayanan kesehatan
yang memenuhi kebutuhan masyarakat serta diselenggarakan sesuai dengan standar dan etika
profesi.
B. Misi
Kesadaran, kemauan dan kemampuan setiap individu, keluarga dan masyarakat untuk
menjaga kesehatan, memilih, dan mendapatkan pelayanan kesehatan yang bermutu, sangat
4
menentukan keberhasilan pembangunan kesehatan. Penyelenggaraan pemberdayaan
masyarakat meliputi: a) penggerakan masyarakat; masyarakat paling bawah mempunyai
peluang yang sebesar-besarnya untuk terlibat aktif dalam proses pembangunan kesehatan, b)
organisasi kemasyarakatan; diupayakan agar peran organisasi masyarakat lokal makin
berfungsi dalam pembangunan kesehatan, c) advokasi; masyarakat memperjuangkan
kepentingannya di bidang kesehatan, d) kemitraan; dalam pemberdayaan masyarakat penting
untuk meningkatkan kemitraan dan partisipasi lintas sektor, swasta, dunia usaha dan
pemangku kepentingan, e) sumberdaya; diperlukan sumberdaya memadai seperti SDM,
sistem informasi dan dana.
Untuk masa mendatang, apabila sistem jaminan kesehatan sosial telah berkembang,
penyelenggaraan upaya kesehatan perorangan primer akan diserahkan kepada masyarakat dan
swasta dengan menerapkan konsep dokter keluarga. Di daerah yang sangat terpencil, masih
diperlukan upaya kesehatan perorangan oleh Puskesmas.
5
Pembiayaan kesehatan yang bersumber dari masyarakat, swasta, dan pemerintah
harus tersedia dalam jumlah yang mencukupi, teralokasi secara adil, dan termanfaatkan
secara berhasil-guna serta berdaya-guna. Jaminan kesehatan yang diselenggarakan secara
nasional dengan prinsip asuransi sosial dan prinsip ekuitas, bertujuan untuk menjamin agar
peserta memperoleh manfaat pemeliharaan kesehatan dan perlindungan dalam memenuhi
kebutuhan dasar kesehatan.
Sediaan farmasi, alat kesehatan yang aman, bermutu, dan bermanfaat harus tersedia
secara merata serta terjangkau oleh seluruh lapisan masyarakat, makanan dan minuman yang
aman, bermutu serta dengan pengawasan yang baik. Upaya dalam meningkatkan ketersediaan
tersebut, dilakukan dengan upaya peningkatan manajemen, pengembangan serta penggunaan
teknologi di bidang sediaan farmasi, alat kesehatan dan makanan minuman. bebas dari
kerawanan sosial budaya dan polusi, tersedianya air minum dan sarana sanitasi lingkungan
yang memadai, perumahan dan pemukiman yang sehat, perencanaan kawasan yang
berwawasan kesehatan, serta terwujudnya kehidupan masyarakat yang memiliki solidaritas
sosial dengan memelihara nilai-nilai budaya bangsa.
Sasaran pembangunan kesehatan yang akan dicapai pada tahun 2025 adalah
meningkatnya derajat kesehatan masyarakat, yang ditunjukkan oleh indikator dampak
yaitu:
1. Meningkatnya Umur Harapan Hidup (UHH) dari 69 tahun pada tahun 2005 menjadi
73,7 tahun pada tahun 2025.
2. Menurunnya Angka Kematian Bayi dari 32,3 per 1.000 kelahiran hidup pada tahun
2005 menjadi 15,5 per 1.000 kelahiran hidup pada tahun 2025.
6
3. Menurunnya Angka Kematian Ibu dari 262 per 100.000 kelahiran hidup pada tahun
2005 menjadi 74 per 100.000 kelahiran hidup pada tahun 2025.
4. Menurunnya prevalensi gizi kurang pada balita dari 26% pada tahun 2005 menjadi
9,5% pada tahun 2025.
Akses masyarakat terhadap pelayanan kesehatan yang berkualitas telah mulai mantap.
RENSTRA Kesehatan ini adalah Standar Nasional (berlaku Umum secara Nasional),
pada semua Dinas Kesehatan Propinsi dan Kabupaten harus menjabarkan kembali
Rencana Strategis Kementerian Kesehatan ini menjadi Rencana Strategis Dinas
Kesehatan Propinsi dan kemudian dijabrakan kembali menjadi Rencana Strategis Dinas
7
Kesehatan Kabupaten maupun kota, yang disesuaikan atau diturunkan sesuai dengan
kebutuhan dan situasi serta kondisi setempatnya.
Pertama ; menguraikan arah kebijakan dan strategi nasional, dan Kedua : menguraikan
arah kebijakan dan strategi Kementerian Kesehatan dengan program-program, secara
garis besarnya terdiri dari dua program yaitu program generik dan program tehnis.
8
3. Program Pengendalian penyakit dan penyehatan lingkungan
Misi: untuk mencapai visi Masyarakat Sehat yang Mandiri dan Berkeadilan ditempuh
melalui misi sebagai berikut:
Sementara itu tujuannya (tujuan kementerian kesehatan) termasuk juga tujuan dari
pembangunan kesehatan yaitu: terselenggaranya pembangunan kesehatan secara
berhasil-guna dan berdaya-guna dalam rangka mencapai derajat kesehatan
masyarakat yang setinggi-tingginya.
Guna mewujudkan visi dan misi rencana strategis pembangunan kesehatan, Kementerian
Kesehatan menganut dan menjunjung tinggi nilai-nilai yaitu:
9
tingginya bagi setiap orang adalah salah satu hak asasi manusia tanpa membedakan suku,
golongan, agama, dan status sosial ekonomi.
Sasaran strategis dalam pembangunan kesehatan tahun 2010- 2014, dibuat sebanyak 8
strategis yaitu:
2. Menurunnya angka kematian ibu melahirkan dari 228 menjadi 118 per 100.000
kelahiran hidup;
3. Menurunnya angka kematian bayi dari 34 menjadi 24 per 1.000 kelahiran hidup;
4. Menurunnya angka kematian neonatal dari 19 menjadi 15 per 1.000 kelahiran hidup;
5. Menurunnya prevalensi anak balita yang pendek (stunting) dari 36,8 persen menjadi
kurang dari 32 persen;
10
6. Persentase ibu bersalin yang ditolong oleh tenaga kesehatan terlatih (cakupan PN)
sebesar 90%;
1. Menurunnya prevalensi Tuberculosis dari 235 menjadi 224 per 100.000 penduduk;
2. Menurunnya kasus malaria (Annual Paracite Index-API) dari 2 menjadi 1 per 1.000
penduduk;
3. Terkendalinya prevalensi HIV pada populasi dewasa dari 0,2 menjadi dibawah 0,5%;
4. Meningkatnya cakupan imunisasi dasar lengkap bayi usia 0-11 bulan dari 80%
menjadi 90%;
Perlu ingatkan target-target indikatif pada tingkat kabupaten /kota dengan konstanta
100.000 sebaiknya tidak langsung digunakan tetapi dikonversi dulu ke dalam nilai
absolutnya, misalnya saja sering terjadi perdebatan angka kematian ibu per 100.000
kelahiran hidup, harus dikonversikan dengan jumlah kelahiran hidup absolut yang ada
dalam kabupaten tertentu.
Ketiga : Menurunnya disparitas status kesehatan dan status gizi antar wilayah dan
antar tingkat sosial ekonomi serta gender, dengan menurunnya disparitas separuh dari
tahun 2009.
11
Keempat : Meningkatnya penyediaan anggaran publik untuk kesehatan dalam rangka
mengurangi risiko finansial akibat gangguan kesehatan bagi seluruh penduduk,
terutama penduduk miskin.
Kelima : Meningkatnya Perilaku Hidup Bersih dan Sehat (PHBS) pada tingkat rumah
tangga dari 50 persen menjadi 70 persen.
Secara ringkas PP No.65 Tahun 2005 memberikan rujukan bahwa Standar Pelayanan
Minimal (SPM) adalah ketentuan mengenai jenis dan mutu pelayanan dasar yang
merupakan urusan wajib daerah yang berhak diperoleh setiap warga Negara secara
minimal, terutama yang berkaitan dengan pelayanan dasar, baik Daerah Provinsi maupun
Daerah Kabupaten/Kota.
12
2. Lintas sektor terkait (Departemen Dalam Negeri, Badan Perencanaan Nasional,
Departemen Keuangan, Kementerian Pendayagunaan Aparatur Negara)
10. WHO, World Bank, ADB, USAID, AusAID, GTZ, HSP dll
13
2. Merupakan prioritas tinggi bagi Pemerintah Daerah karena melindungi hak-hak
konstitusional perorangan dan masyarakat, untuk melindungi kepentingan nasional dan
memenuhi komitmen nasional dan global serta merupakan penyebab utama
kematian/kesakitan.
Dalam pelaksanaan SPM kesehatan untuk jangka waktu tertentu ditetapkan target
pelayanan yang akan dicapai (minimum service target), yang merupakan
spesifikasi peningkatan kinerja pelayanan yang harus dicapai dengan tetap berpedoman
pada standar teknis yang ditetapkan guna mencapai status kesehatan yang diharapkan.
Dalam Urusan Wajib dan SPM, nilai indikator yang dicantumkan merupakan nilai
minimal nasional sebagaimana komitmen global dan komitmen nasional. Indikator
SPM kesehatan berdasar Permenkes Nomor 741/MENKES/PER/VII/2008 adalah:
9. Cakupan pemberian makanan pendamping ASI pada anak usia 6-24 bulan keluarga
miskin
14
10. Cakupan balita gizi buruk mendapat perawatan
a. Acute Flaccid Paralysis (AFP) rate per 100.000 penduduk <15 tahun
b. Penemuan penderita Pneumonia balita
16. Cakupan Pelayanan Gawat Darurat level 1 yang harus diberikan Sarana Kesehatan
(Rumah Sakit) di Kabupaten/Kota
15
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
Dari pembahsan diatas, dapat ditarik kesimpulan bahwa visi ini diharapkan dengan
terwujudnya lingkungan dan perilaku hidup sehat, serta meningkatnya kemampuan
masyarakat dalam memperoleh pelayanan kesehatan yang bermutu, maka akan dapat dicapai
derajat kesehatan individu, keluarga dan masyarakat yang setinggi-tingginya dan misinya
yaitu, menggerakkan pembangunan Nasional berwawasan kesehatan, mendorong
kemandirian masyarakat untuk hidup sehat, memelihara dan meningkatkan upaya kesehatan
yang bermutu merata dan terjangkau, serta meningkatkan dan mendayagnakan sumber daya
kesehatan. Tujuan pembangunan kesehatan untuk meningkatnya kesadaran, kemauan, dan
kemampuan hidup sehat bagi setiap orang agar peningkatan derajat kesehatan masyarakat
yang setinggi-tingginya dapat terwujud dan upaya pembangunan pokok sasaran kepada
pelayan kesehatan masyarakat dan rencana strategisnya bertujuan untuk pembangunan
kesehatan.
B. Saran
Dari kesimpulan diatas, saya harapkan agar mahasiswa mengerti visi, misi, tujuan,
strategi kementerian kesehatan agar mampu diterapkan atau diaplikasikan di masyarakat serta
mahasiswa harus mempelajarinya karena ini akan menjadi acuan buat kedepannya sebagai
perawat yang profesional.
16
Referensi :
Depkes RI. 2009. Rencana Pembangunan Jangka Panjang Bidang Kesehatan 2005 2025.
Jakarta: Depkes RI.http://www.depkes.go.id.
Kementrian Kesehatan RI. 2010. Rencana Strategis Kementrian Kesehatan tahun 2010
2014. Jakarta: Kementrian Kesehatan RI. http://www.depkes.go.id.
Biro Hukum dan Organisasi Setjen Depkes RI. 2008. Standar Pelayanan Minimal Bidang
Kesehatan di Kabupaten atau Kota, Peraturan Menteri Kesehatan RI Nomor
741/Menkes/Per/VII/2008.
Biro Hukum dan Organisasi Setjen Depkes RI. 2008. Petunjuk Teknis Standar Pelayanan
Minimal Bidang Kesehatan di Kabupaten atau Kota, Peraturan Menteri Kesehatan RI Nomor
828/Menkes/SK/IX/2008
http://www.depkes.go.id/resources/download/info-publik/Renstra-2015.pdf
17