Anda di halaman 1dari 17

BAB I

PENDAHULAN

A. Latar Belakang

Pembangunan kesehatan pada hakekatnya adalah upaya yang dilaksanakan oleh


semua komponen Bangsa Indonesia yang bertujuan untuk meningkatkan kesadaran,
kemauan, dan kemampuan hidup sehat bagi setiap orang agar terwujud derajat kesehatan
masyarakat yang setinggi-tingginya, sebagai investasi bagi pembangunan sumber daya
manusia yang produktif secara sosial dan ekonomis. Keberhasilan pembangunan kesehatan
sangat ditentukan oleh kesinambungan antar upaya program dan sektor, serta
kesinambuangan dengan upaya-upaya yang telah dilaksanakan oleh periode sebelumnya.

Undang-undang Nomor 25 Tahun 2004, tentang sistem perencanaan pembangunan


nasional (SPPN) mengamanatkan bahwa setiap kementrian perlu menyusun rencana strategis
(Renstra) yang mengacu pada rencana pembangunan jangka menengah nasional (RPJMN).
Dengan telah ditetapkannya RPJMN 2015-2019. Maka Kementrian Kesehatan menyusun
Renstra Tahun 2015-2019. Renstra Kementrian Kesehatan merupakan dokumen perencanaan
yang bersifat indikatif memuat program-program pembangunan kesehatan yang akan
dilaksankan oelh kementrian kesehatan dan menjadi acuan dalam penyusunan perencanaan
tahunan. Penyusunan Renstra Kementrian Kesehatan dilaksanakan melalui pendekatan :
teknokratik, politik, partisipatif, atas-bawah,dan bawah-atas.

Pembangunan kesehatan pada periode 2015-2019 adalah Program Indonesia Sehat


dengan sasaran meningkatkan derajat kesehatan dan status gizi masyarakat melalui upaya
kesehatan dan pemberdayaan masyarakat yang didukung dengan perlindungan finansial dan
pemeratan pelayanan kesehatan. Sasaran pokok RPJMN 2015-2-2019 adalah : (1)
meningkatnya status kesehatan dan gizi ibu dan anak; (2) meningkatnya pengendalian
penyakit; (3) meningkatnya akses dan mutu pelayanan kesehatan dasar dan rujukan terutama
di daerah terpencil, tertinggal, dan perbatasan; (4) meningkatnya cakupan pelayanan
kesehatan universal melalui Kartu Indonesia Sehat dan kualitas pengeolaan SJSN Kesehatan;
(5) terpenuhinya kebutuhan tenaga kesehatan, obat, dan vaksin; serta (6) meningkatkan
responsivitas sstem kesehatan.

1
Program Indonesia sehat dilaksanakan dengan 3 pilar utama yaitu : paradigam sehat,
penguatan pelayanan kesehatan dan jaminan kesehatan nasional : 1) pilar paradigma sehat
dilakukan dengan strategi pengaruhusutamaan kesehatan dalam pembangunan, penguatan
promotif preventif dan pemberdayaan masyarakat; 2) penguatan pelayanan kesehatan
dilakukan dengan strategi peningkatan akses pelayanan kesehatan, optimalisasi sistem
rujukan dan peningkatan mutu pelayanan kesehatan, mengguankan pendekatan continuun of
care dan intervensi berbaris resiko kesehatan; 3) sementara itu jaminan kesehatan nasional
dilakukan dengan startegi perluasan sasaran dan benefit serta kendali mutu dan kendali biaya.

B. Rumusan masalah
a. Apa visi dari kementerian kesehatan?
b. Apa misi dari kementerian kesehatan?
c. Apa tujuan dan sasaran kementerian kesehatan?
d. Apa saja upaya pokok pembangunan kesehatan?
e. Apa yang dimaksud rencana strategis kesehatan?
f. Apa saja arah kebijakan dan strategi pembangunan kesehatan?
g. Apa yang dimaksud standar pelayanan minimal?

C. Tujuan
a. Untuk mengetahui visi dari kementerian kesehatan
b. Untuk mengetahui misi dari kementerian kesehatan
c. Untuk mengetahui tujuan dan sasaran kementerian kesehatan
d. Untuk mengetahui upaya pokok pembangunan kesehatan
e. Untuk mengetahui pengertian rencana strategis kesehatan
f. Untuk mengetahui arah kebijakan dan strategi pembangunan kesehatan
g. Untuk mengetahui pengertia dari standar pelayanan minimal

BAB II

PEMBAHASAN

2
Visi, Misi, Tujuan dan Sasaran Strategis Kemenkes

Visi, misi dan tujuan pembangunan kesehatan terdapat dalam Rencana Pembangunan
Jangka Panjang Bidang Kesehatan (RPJP-K) 2005-2025. Adapun sasaran strategis Kemenkes
yang berlaku saat ini merupakan penjabaran dari Rencana Pembangunan Jangka Menengah
bidang Kesehatan (RPJM-K) ke-dua (2010-2014) yang disusun setiap 5 tahun sekali.

Rencana Pembangunan Jangka Panjang Bidang Kesehatan (RPJP-K) adalah rencana


pembangunan nasional di bidang kesehatan, yang merupakan penjabaran dari Rencana
Pembangunan Jangka Panjang Nasional (RPJPN) Tahun 2005-2025, dalam bentuk dasar, visi,
misi, arah dan kebutuhan sumber daya pembangunan nasional di bidang kesehatan untuk
masa 20 tahun ke depan, yang mencakup kurun waktu sejak tahun 2005 sampai dengan tahun
2025.

Rencana Pembangunan Jangka Panjang Nasional (RPJPN) merupakan penjabaran dari


dibentuknya Pemerintahan Negara Indonesia yang tercantum dalam Pembukaan Undang-
Undang Dasar (UUD) 1945, yaitu untuk: 1) melindungi segenap bangsa Indonesia dan
seluruh tumpah darah Indonesia; 2) memajukan kesejahteraan umum; 3) mencerdaskan
kehidupan bangsa; dan 4) ikut menciptakan ketertiban dunia berdasarkan kemerdekaan,
perdamaian abadi, dan keadilan sosial.

A. Visi

Keadaan masyarakat Indonesia di masa depan atau visi yang ingin dicapai melalui
pembangunan kesehatan dirumuskan sebagai: Indonesia Sehat 2025. Dalam Indonesia
Sehat 2025, lingkungan strategis pembangunan kesehatan yang diharapkan adalah lingkungan
yang kondusif bagi terwujudnya keadaan sehat jasmani, rohani maupun sosial, yaitu
lingkungan yang bebas dari kerawanan sosial budaya dan polusi, tersedianya air minum dan
sarana sanitasi lingkungan yang memadai, perumahan dan pemukiman yang sehat,
perencanaan kawasan yang berwawasan kesehatan, serta terwujudnya kehidupan masyarakat
yang memiliki solidaritas sosial dengan memelihara nilai-nilai budaya bangsa.

Perilaku masyarakat yang diharapkan dalam Indonesia Sehat 2025 adalah perilaku
yang bersifat proaktif untuk memelihara dan meningkatkan kesehatan; mencegah risiko
terjadinya penyakit; melindungi diri dari ancaman penyakit dan masalah kesehatan lainnya;
sadar hukum; serta berpartisipasi aktif dalam gerakan kesehatan masyarakat, termasuk
menyelenggarakan masyarakat sehat dan aman (safe community).

3
Dalam Indonesia Sehat 2025 diharapkan masyarakat memiliki kemampuan
menjangkau pelayanan kesehatan yang bermutu dan juga memperoleh jaminan kesehatan,
yaitu masyarakat mendapatkan perlindungan dalam memenuhi kebutuhan dasar
kesehatannya. Pelayanan kesehatan bermutu yang dimaksud adalah pelayanan kesehatan
termasuk pelayanan kesehatan dalam keadaan darurat dan bencana, pelayanan kesehatan
yang memenuhi kebutuhan masyarakat serta diselenggarakan sesuai dengan standar dan etika
profesi.

Diharapkan dengan terwujudnya lingkungan dan perilaku hidup sehat, serta


meningkatnya kemampuan masyarakat dalam memperoleh pelayanan kesehatan yang
bermutu, maka akan dapat dicapai derajat kesehatan individu, keluarga dan masyarakat yang
setinggi-tingginya.

B. Misi

Dengan berlandaskan pada dasar Pembangunan Kesehatan, dan untuk mewujudkan


Visi Indonesia Sehat 2025, ditetapkan 4 (empat) misi Pembangunan Kesehatan, yaitu:

1. Menggerakkan Pembangunan Nasional Berwawasan Kesehatan

Keberhasilan pembangunan kesehatan tidak semata-mata ditentukan oleh hasil kerja


keras sektor kesehatan, tetapi sangat dipengaruhi pula oleh hasil kerja serta kontribusi positif
berbagai sektor pembangunan lainnya. Untuk optimalisasi hasil kerja serta kontribusi positif
tersebut, harus dapat diupayakan masuknya wawasan kesehatan sebagai asas pokok program
pembangunan nasional. Kesehatan sebagai salah satu unsur dari kesejahteraan rakyat juga
mengandung arti terlindunginya dan terlepasnya masyarakat dari segala macam gangguan
yang mempengaruhi derajat kesehatan masyarakat.

Untuk dapat terlaksananya pembangunan nasional yang berkontribusi positif terhadap


kesehatan seperti dimaksud di atas, maka seluruh unsur atau subsistem dari Sistem Kesehatan
Nasional berperan sebagai penggerak utama pembangunan nasional berwawasan kesehatan.

2. Mendorong Kemandirian Masyarakat untuk Hidup Sehat

Kesadaran, kemauan dan kemampuan setiap individu, keluarga dan masyarakat untuk
menjaga kesehatan, memilih, dan mendapatkan pelayanan kesehatan yang bermutu, sangat

4
menentukan keberhasilan pembangunan kesehatan. Penyelenggaraan pemberdayaan
masyarakat meliputi: a) penggerakan masyarakat; masyarakat paling bawah mempunyai
peluang yang sebesar-besarnya untuk terlibat aktif dalam proses pembangunan kesehatan, b)
organisasi kemasyarakatan; diupayakan agar peran organisasi masyarakat lokal makin
berfungsi dalam pembangunan kesehatan, c) advokasi; masyarakat memperjuangkan
kepentingannya di bidang kesehatan, d) kemitraan; dalam pemberdayaan masyarakat penting
untuk meningkatkan kemitraan dan partisipasi lintas sektor, swasta, dunia usaha dan
pemangku kepentingan, e) sumberdaya; diperlukan sumberdaya memadai seperti SDM,
sistem informasi dan dana.

3. Memelihara dan Meningkatkan Upaya Kesehatan yang Bermutu, Merata, dan


Terjangkau

Pembangunan kesehatan diselenggarakan guna menjamin tersedianya upaya


kesehatan, baik upaya kesehatan masyarakat maupun upaya kesehatan perorangan yang
bermutu, merata, dan terjangkau oleh masyarakat. Upaya kesehatan diselenggarakan dengan
pengutamaan pada upaya pencegahan (preventif), dan peningkatan kesehatan (promotif) bagi
segenap warga negara Indonesia, tanpa mengabaikan upaya penyembuhan penyakit (kuratif),
dan pemulihan kesehatan (rehabilitatif). Agar dapat memelihara dan meningkatkan kesehatan,
diperlukan pula upaya peningkatan lingkungan yang sehat. Upaya kesehatan tersebut
diselenggarakan dengan kemitraan antara pemerintah, dan masyarakat termasuk swasta.

Untuk masa mendatang, apabila sistem jaminan kesehatan sosial telah berkembang,
penyelenggaraan upaya kesehatan perorangan primer akan diserahkan kepada masyarakat dan
swasta dengan menerapkan konsep dokter keluarga. Di daerah yang sangat terpencil, masih
diperlukan upaya kesehatan perorangan oleh Puskesmas.

4. Meningkatkan dan Mendayagunakan Sumber Daya Kesehatan

Dalam penyelenggaraan pembangunan kesehatan, sumber daya kesehatan perlu


ditingkatkan dan didayagunakan, yang meliputi sumber daya manusia kesehatan, pembiayaan
kesehatan, serta sediaan farmasi dan alat kesehatan. Sumber daya kesehatan meliputi pula
penguasaan ilmu pengetahuan dan teknologi kesehatan/kedokteran, serta data dan informasi
yang makin penting peranannya. Tenaga kesehatan yang bermutu harus tersedia secara
mencukupi, terdistribusi secara adil, serta termanfaat-kan secara berhasil-guna dan berdaya-
guna.

5
Pembiayaan kesehatan yang bersumber dari masyarakat, swasta, dan pemerintah
harus tersedia dalam jumlah yang mencukupi, teralokasi secara adil, dan termanfaatkan
secara berhasil-guna serta berdaya-guna. Jaminan kesehatan yang diselenggarakan secara
nasional dengan prinsip asuransi sosial dan prinsip ekuitas, bertujuan untuk menjamin agar
peserta memperoleh manfaat pemeliharaan kesehatan dan perlindungan dalam memenuhi
kebutuhan dasar kesehatan.

Sediaan farmasi, alat kesehatan yang aman, bermutu, dan bermanfaat harus tersedia
secara merata serta terjangkau oleh seluruh lapisan masyarakat, makanan dan minuman yang
aman, bermutu serta dengan pengawasan yang baik. Upaya dalam meningkatkan ketersediaan
tersebut, dilakukan dengan upaya peningkatan manajemen, pengembangan serta penggunaan
teknologi di bidang sediaan farmasi, alat kesehatan dan makanan minuman. bebas dari
kerawanan sosial budaya dan polusi, tersedianya air minum dan sarana sanitasi lingkungan
yang memadai, perumahan dan pemukiman yang sehat, perencanaan kawasan yang
berwawasan kesehatan, serta terwujudnya kehidupan masyarakat yang memiliki solidaritas
sosial dengan memelihara nilai-nilai budaya bangsa.

C. Tujuan dan Sasaran

Tujuan pembangunan kesehatan menuju Indonesia Sehat 2025 adalah meningkatnya


kesadaran, kemauan, dan kemampuan hidup sehat bagi setiap orang agar peningkatan
derajat kesehatan masyarakat yang setinggi-tingginya dapat terwujud, melalui
terciptanya masyarakat, bangsa dan negara Indonesia yang ditandai oleh penduduknya
yang hidup dengan perilaku dan dalam lingkungan sehat, memiliki kemampuan untuk
menjangkau pelayanan kesehatan yang bermutu, secara adil dan merata, serta memiliki
derajat kesehatan yang setinggi-tingginya di seluruh wilayah Republik Indonesia.

Sasaran pembangunan kesehatan yang akan dicapai pada tahun 2025 adalah
meningkatnya derajat kesehatan masyarakat, yang ditunjukkan oleh indikator dampak
yaitu:

1. Meningkatnya Umur Harapan Hidup (UHH) dari 69 tahun pada tahun 2005 menjadi
73,7 tahun pada tahun 2025.

2. Menurunnya Angka Kematian Bayi dari 32,3 per 1.000 kelahiran hidup pada tahun
2005 menjadi 15,5 per 1.000 kelahiran hidup pada tahun 2025.

6
3. Menurunnya Angka Kematian Ibu dari 262 per 100.000 kelahiran hidup pada tahun
2005 menjadi 74 per 100.000 kelahiran hidup pada tahun 2025.

4. Menurunnya prevalensi gizi kurang pada balita dari 26% pada tahun 2005 menjadi
9,5% pada tahun 2025.

D. Upaya Pokok Pembangunan Kesehatan


1. RPJM-K ke-1 (2005-2009)

Pembangunan kesehatan diarahkan untuk meningkatkan akses dan mutu pelayanan


kesehatan.

2. RPJM-K ke-2 (2010-2014)

Akses masyarakat terhadap pelayanan kesehatan yang berkualitas telah lebih


berkembang dan meningkat.

3. RPJM-K ke-3 (2015-2019)

Akses masyarakat terhadap pelayanan kesehatan yang berkualitas telah mulai mantap.

4. RPJM-K ke-4 (2020-2025)

Akses masyarakat terhadap pelayanan kesehatan yang berkualitas telah mantap.

E. Rencana Strategis Kesehatan

Rencana Strategis Kesehatan adalah Rencana Strategis Kementerian Kesehatan 2010-


2014 (RENSTRAKesehatan) yang merupakan acuan bagi kementerian kesehatan dalam
menyelenggarakan Program Pembangunan Kesehatan, yang juga merupakan acuan
bagi penyelenggara pembangunan kesehatan pada Dinas Kesehatan Propinsi dan Dinas
Kesehatan Kabupaten /Kota, termasuk seluruh pejabatnya baik struktural maupun
fungsional, bahkan lebih luas lagi semua stakeholder dalam pembangunan kesehatan.

RENSTRA Kesehatan ini adalah Standar Nasional (berlaku Umum secara Nasional),
pada semua Dinas Kesehatan Propinsi dan Kabupaten harus menjabarkan kembali
Rencana Strategis Kementerian Kesehatan ini menjadi Rencana Strategis Dinas
Kesehatan Propinsi dan kemudian dijabrakan kembali menjadi Rencana Strategis Dinas

7
Kesehatan Kabupaten maupun kota, yang disesuaikan atau diturunkan sesuai dengan
kebutuhan dan situasi serta kondisi setempatnya.

RENSTRA ini merupakan penjabaran dari sistem Perencanaan Pembangunan


Nasional (UU no.25 th.2004). Renstra Kementerian Kesehatan merupakan dokumen
perencanaan yang bersifat indikatif dan memuat berbagai program pembangunan
kesehatan yang akan dilaksanakan langsung oleh Kementerian Kesehatan untuk kurun
waktu tahun 2010-2014, dengan penekanan pada pencapaian sasaran Prioritas Nasional,
Standar Pelayanan Minimal (SPM), dan Millenium Development Goals (MDGs).
Masalah kesehatan begitu berat, kompleks dan tak terduga perlu perhatian pada dinamika
kependudukan, epidemiologi penyakit, ekologi dan lingkungan, kemajuan iptek,
kemitraan, globalisasi dan demokratisasi, kerja sama lintas sektoral dan mendorong
partisipasi masyarakat. Pembangunan kesehatan diarahkan guna mewujudkan Visi
Kementerian Kesehatan.

F. Arah Kebijakan dan Strategi Pembangunan Kesehatan selama tahun 2010-2014

Pertama ; menguraikan arah kebijakan dan strategi nasional, dan Kedua : menguraikan
arah kebijakan dan strategi Kementerian Kesehatan dengan program-program, secara
garis besarnya terdiri dari dua program yaitu program generik dan program tehnis.

Program generik meliputi :

1. Program dukungan manajemen dan pelaksanaan tugas teknis lainnya

2. Program peningkatan sarana dan prasarana aparatur kementerian kesehatan

3. Program peningkatan pengawasan dan akuntabilitas aparatur kementerian kesehatan

4. Progran penelitian dan pengembangan kesehatan

Program teknis meliputi :

1. Program bina gizi dan kesehatan ibu dan anak

2. Program Pembinaan upaya kesehatan

8
3. Program Pengendalian penyakit dan penyehatan lingkungan

4. Program kefarmasian dan alat kesehatan

5. Program pengembangan dan pemberdayaan sumber daya manusia kesehatan.

Visi Kementerian Kesehatan sekaligus juga sebagai visi pembangunan kesehatan


selama 5 tahun kedepan (2010-2014) adalah Masyarakat Sehat yang Mandiri dan
Berkeadilan. Visi ini merupakan operasionalisasi dari pengertian kesehatan,
sebagaimana yang terdapat dalam UU Kesehatan No. 36 Tahun 2009, yaitukesehatan
adalah keadaan sehat fisik, jasmani (mental) dan spritual serta sosial, yang
memungkinkan setiap induvidu dapat hidup secara produktif secara sosial dan
ekonomis.

Misi: untuk mencapai visi Masyarakat Sehat yang Mandiri dan Berkeadilan ditempuh
melalui misi sebagai berikut:

1. Pertama : Meningkatkan derajat kesehatan masyarakat, melalui pemberdayaan


masyarakat, termasuk swasta dan masyarakat madani.

2. Kedua : Melindungi kesehatan masyarakat dengan menjamin tersedianya upaya


kesehatan yang paripurna, merata, bermutu, dan berkeadilan.

3. Ketiga : Menjamin ketersediaan dan pemerataan sumberdaya kesehatan.

4. Keempat : Menciptakan tata kelola pemerintahan yang baik.

Sementara itu tujuannya (tujuan kementerian kesehatan) termasuk juga tujuan dari
pembangunan kesehatan yaitu: terselenggaranya pembangunan kesehatan secara
berhasil-guna dan berdaya-guna dalam rangka mencapai derajat kesehatan
masyarakat yang setinggi-tingginya.

Guna mewujudkan visi dan misi rencana strategis pembangunan kesehatan, Kementerian
Kesehatan menganut dan menjunjung tinggi nilai-nilai yaitu:

1. Pertama : PRO RAKYAT. Dalam penyelenggaraan pembangunan kesehatan,


Kementerian Kesehatan selalu mendahulukan kepentingan rakyat dan haruslah
menghasilkan yang terbaik untuk rakyat. Diperolehnya derajat kesehatan yang setinggi-

9
tingginya bagi setiap orang adalah salah satu hak asasi manusia tanpa membedakan suku,
golongan, agama, dan status sosial ekonomi.

2. Kedua : INKLUSIF. Semua program pembangunan kesehatan harus melibatkan


semua pihak, karena pembangunan kesehatan tidak mungkin hanya dilaksanakan
oleh Kementerian Kesehatan saja. Dengan demikian, seluruh komponen masyarakat
harus berpartisipasi aktif, yang meliputi lintas sektor, organisasi profesi, organisasi
masyarakat pengusaha, masyarakat madani dan masyarakat akar rumput.

3. Ketiga : RESPONSIF. Program kesehatan haruslah sesuai dengan kebutuhan dan


keinginan rakyat, serta tanggap dalam mengatasi permasalahan di daerah, situasi kondisi
setempat, social budaya dan kondisi geografis. Faktor-faktor ini menjadi dasar dalam
mengatasi permasalahan kesehatan yang berbeda-beda, sehingga diperlukan penanganan
yang berbeda pula.

4. Keempat : EFEKTIF. Program kesehatan harus mencapai hasil yang signifikan


sesuai target yang telah ditetapkan, dan bersifat efisien.

5. Kelima : BERSIH. Penyelenggaraan pembangunan kesehatan harus bebas dari


korupsi, kolusi dan nepotisme (KKN), transparan, dan akuntabel.

Sasaran strategis dalam pembangunan kesehatan tahun 2010- 2014, dibuat sebanyak 8
strategis yaitu:

Pertama : Meningkatnya status kesehatan dan gizi masyarakat, dengan :

1. Meningkatnya umur harapan hidup dari 70,7 tahun menjadi 72 tahun;

2. Menurunnya angka kematian ibu melahirkan dari 228 menjadi 118 per 100.000
kelahiran hidup;

3. Menurunnya angka kematian bayi dari 34 menjadi 24 per 1.000 kelahiran hidup;

4. Menurunnya angka kematian neonatal dari 19 menjadi 15 per 1.000 kelahiran hidup;

5. Menurunnya prevalensi anak balita yang pendek (stunting) dari 36,8 persen menjadi
kurang dari 32 persen;

10
6. Persentase ibu bersalin yang ditolong oleh tenaga kesehatan terlatih (cakupan PN)
sebesar 90%;

7. Persentase Puskesmas rawat inap yang mampu PONED sebesar 100%;

8. Persentase RS Kab/Kota yang melaksanakan PONEK sebesar 100%;

9. Cakupan kunjungan neonatal lengkap (KN lengkap) sebesar 90%.

Kedua : Menurunnya angka kesakitan akibat penyakit menular, dengan:

1. Menurunnya prevalensi Tuberculosis dari 235 menjadi 224 per 100.000 penduduk;

2. Menurunnya kasus malaria (Annual Paracite Index-API) dari 2 menjadi 1 per 1.000
penduduk;

3. Terkendalinya prevalensi HIV pada populasi dewasa dari 0,2 menjadi dibawah 0,5%;

4. Meningkatnya cakupan imunisasi dasar lengkap bayi usia 0-11 bulan dari 80%
menjadi 90%;

5. Persentase Desa yang mencapai UCI dari 80% menjadi100%;

6. Angka kesakitan DBD dari 55 menjadi 51 per 100.000 penduduk.

Perlu ingatkan target-target indikatif pada tingkat kabupaten /kota dengan konstanta
100.000 sebaiknya tidak langsung digunakan tetapi dikonversi dulu ke dalam nilai
absolutnya, misalnya saja sering terjadi perdebatan angka kematian ibu per 100.000
kelahiran hidup, harus dikonversikan dengan jumlah kelahiran hidup absolut yang ada
dalam kabupaten tertentu.

Ketiga : Menurunnya disparitas status kesehatan dan status gizi antar wilayah dan
antar tingkat sosial ekonomi serta gender, dengan menurunnya disparitas separuh dari
tahun 2009.

11
Keempat : Meningkatnya penyediaan anggaran publik untuk kesehatan dalam rangka
mengurangi risiko finansial akibat gangguan kesehatan bagi seluruh penduduk,
terutama penduduk miskin.

Kelima : Meningkatnya Perilaku Hidup Bersih dan Sehat (PHBS) pada tingkat rumah
tangga dari 50 persen menjadi 70 persen.

Keenam : Terpenuhinya kebutuhan tenaga kesehatan strategis di Daerah Tertinggal,


Terpencil, Perbatasan dan Kepulauan (DTPK).

Ketujuh : Seluruh provinsi melaksanakan program pengendalian penyakit tidak


menular.

Kedelapan : Seluruh Kabupaten/Kota melaksanakan Standar Pelayanan


Minimal (SPM).

G. Standar Pelayanan Minimal

Secara ringkas PP No.65 Tahun 2005 memberikan rujukan bahwa Standar Pelayanan
Minimal (SPM) adalah ketentuan mengenai jenis dan mutu pelayanan dasar yang
merupakan urusan wajib daerah yang berhak diperoleh setiap warga Negara secara
minimal, terutama yang berkaitan dengan pelayanan dasar, baik Daerah Provinsi maupun
Daerah Kabupaten/Kota.

Standar Pelayanan Minimal bidang Kesehatan selanjutnya disebut SPM Kesehatan


adalah tolok ukur kinerja pelayanan kesehatan yang diselenggarakan Daerah
Kabupaten/Kota. Proses penyusunan SPM Bidang Kesehatan sampai
ditetapkannya Permenkes Nomor 741/MENKES/PER/VI/2008 tanggal 29 Juli 2008
tentang Standar Pelayanan Minimal Bidang Kesehatan di Kabupaten/ Kota telah melalui
suatu rangkaian kegiatan yang panjang dengan melibatkan berbagai pihak, yaitu:

1. Unit Utama terkait di Depkes, UPT Pusat, dan UPT Daerah.

12
2. Lintas sektor terkait (Departemen Dalam Negeri, Badan Perencanaan Nasional,
Departemen Keuangan, Kementerian Pendayagunaan Aparatur Negara)

3. Dinas Kesehatan Provinsi/ Kabupaten/ Kota, Rumah Sakit Daerah Provinsi/


Kabupaten/ Kota dan Puskesmas

4. ADINKES dan ARSADA

5. Lintas sektor terkait di daerah (Gubernur, Bupati, Walikota, DPRD Provinsi/


Kabupaten/ Kota, Pemda Provinsi/ Kabupaten/ Kota, Bappeda Provinsi/ Kabupaten/
Kota dan Dinas terkait lainnya di Provinsi/ Kabupaten/ Kota)

6. Organisasi profesi kesehatan di tingkat Pusat/Provinsi/ Kabupaten/ Kota

7. Para pakar Perguruan Tinggi .

8. Para Expert/ Donor Agency.

9. Para konsultan Luar Negeri dan Konsultan Domestik.

10. WHO, World Bank, ADB, USAID, AusAID, GTZ, HSP dll

Dalam penerapannya SPM kesehatan harus menjamin akses masyarakat untuk


mendapatkan pelayanan dasar dari Pemerintah Daerah sesuai dengan ukuran-ukuran
yang ditetapkan oleh Pemerintah. Oleh karena itu, baik dalam perencanaan maupun
penganggaran, wajib diperhatikan prinsip-prinsip SPM kesehatan yaitu sederhana,
konkrit, mudah diukur, terbuka, terjangkau dan dapat dipertanggungjawabkan serta
mempunyai batas pencapaian yang dapat diselenggarakan secara bertahap.
Kementerian Kesehatan telah sepakat menambahkan kriteria SPM kesehatan yaitu :

1. Merupakan pelayanan yang langsung dirasakan masyarakat, sehingga hal-hal yang


berkaitan dengan manajemen dianggap sebagai faktor pendukung dalam
melaksanakan urusan wajib (perencanaan, pembiayaan, pengorganisasian,
perizinan,sumberdaya, sistem dsb), tidak dimasukkan dalam SPM (kecuali critical
support function).

13
2. Merupakan prioritas tinggi bagi Pemerintah Daerah karena melindungi hak-hak
konstitusional perorangan dan masyarakat, untuk melindungi kepentingan nasional dan
memenuhi komitmen nasional dan global serta merupakan penyebab utama
kematian/kesakitan.

3. Berorientasi pada output yang langsung dirasakan masyarakat.

4. Dilaksanakan secara terus menerus (sustainable), terukur (measurable) dan dapat


dikerjakan (feasible).

Dalam pelaksanaan SPM kesehatan untuk jangka waktu tertentu ditetapkan target
pelayanan yang akan dicapai (minimum service target), yang merupakan
spesifikasi peningkatan kinerja pelayanan yang harus dicapai dengan tetap berpedoman
pada standar teknis yang ditetapkan guna mencapai status kesehatan yang diharapkan.
Dalam Urusan Wajib dan SPM, nilai indikator yang dicantumkan merupakan nilai
minimal nasional sebagaimana komitmen global dan komitmen nasional. Indikator
SPM kesehatan berdasar Permenkes Nomor 741/MENKES/PER/VII/2008 adalah:

1. Cakupan kunjungan ibu hamil K4

2. Cakupan komplikasi kebidanan yang ditangani

3. Cakupan pertolongan persalinan oleh tenaga kesehatan yang memiliki kompetensi


kebidanan.

4. Cakupan pelayanan nifas

5. Cakupan neonatus dengan komplikasi yang ditangani

6. Cakupan kunjungan bayi

7. Cakupan desa/kelurahan Universal Child Immunization (UCI)

8. Cakupan pelayanan anak balita

9. Cakupan pemberian makanan pendamping ASI pada anak usia 6-24 bulan keluarga
miskin

14
10. Cakupan balita gizi buruk mendapat perawatan

11. Cakupan penjaringan kesehatan siswa SD dan setingkat

12. Cakupan peserta KB aktif

13. Cakupan Penemuan dan Penanganan Penderita Penyakit

a. Acute Flaccid Paralysis (AFP) rate per 100.000 penduduk <15 tahun
b. Penemuan penderita Pneumonia balita

c. Penemuan pasien baru TB BTA positif


d. Penderita DBD yang ditangani
e. Penemuan penderita Diare

14. Cakupan Pelayanan Kesehatan Dasar Pasien Masyarakat Miskin

15. Cakupan Pelayanan Kesehatan Rujukan Pasien Masyarakat Miskin

16. Cakupan Pelayanan Gawat Darurat level 1 yang harus diberikan Sarana Kesehatan
(Rumah Sakit) di Kabupaten/Kota

17. Cakupan Desa/Kelurahan mengalami KLB yang dilakukan penyelidikan


epidemiologi <24 jam

18. Cakupan Desa Siaga Aktif

SPM mempunyai peranan yang penting dalam penyelenggaraan pemerintahan


daerah, baik bagi pemerintah daerah sebagai perangkat yang memberikan pelayanan
kepada masyarakat maupun bagi masyarakat yang mendapatkan pelayanan. Bagi
pemerintah daerah, SPM dapat dijadikan sebagai tolok ukur dalam penentuan
biaya yang diperlukan untuk menyediakan pelayanan yang diperlukan oleh
masyarakat, SPM akan menjadi acuan untuk menilai kualitas suatu pelayanan
publik yang disediakan oleh pemerintah daerah. SPM kesehatan dapat digunakan
untuk menentukan tolok ukur kinerja pelayanan kesehatan yang diselenggarakan
daerah dalam rangka pertanggungjawaban Perangkat Daerah untuk mencapai visi,
misi, tujuan dan sasaran pembangunan bidang kesehatan.

15
BAB III

PENUTUP

A. Kesimpulan

Dari pembahsan diatas, dapat ditarik kesimpulan bahwa visi ini diharapkan dengan
terwujudnya lingkungan dan perilaku hidup sehat, serta meningkatnya kemampuan
masyarakat dalam memperoleh pelayanan kesehatan yang bermutu, maka akan dapat dicapai
derajat kesehatan individu, keluarga dan masyarakat yang setinggi-tingginya dan misinya
yaitu, menggerakkan pembangunan Nasional berwawasan kesehatan, mendorong
kemandirian masyarakat untuk hidup sehat, memelihara dan meningkatkan upaya kesehatan
yang bermutu merata dan terjangkau, serta meningkatkan dan mendayagnakan sumber daya
kesehatan. Tujuan pembangunan kesehatan untuk meningkatnya kesadaran, kemauan, dan
kemampuan hidup sehat bagi setiap orang agar peningkatan derajat kesehatan masyarakat
yang setinggi-tingginya dapat terwujud dan upaya pembangunan pokok sasaran kepada
pelayan kesehatan masyarakat dan rencana strategisnya bertujuan untuk pembangunan
kesehatan.

B. Saran

Dari kesimpulan diatas, saya harapkan agar mahasiswa mengerti visi, misi, tujuan,
strategi kementerian kesehatan agar mampu diterapkan atau diaplikasikan di masyarakat serta
mahasiswa harus mempelajarinya karena ini akan menjadi acuan buat kedepannya sebagai
perawat yang profesional.

16
Referensi :

Depkes RI. 2009. Rencana Pembangunan Jangka Panjang Bidang Kesehatan 2005 2025.
Jakarta: Depkes RI.http://www.depkes.go.id.

Kementrian Kesehatan RI. 2010. Rencana Strategis Kementrian Kesehatan tahun 2010
2014. Jakarta: Kementrian Kesehatan RI. http://www.depkes.go.id.

Biro Hukum dan Organisasi Setjen Depkes RI. 2008. Standar Pelayanan Minimal Bidang
Kesehatan di Kabupaten atau Kota, Peraturan Menteri Kesehatan RI Nomor
741/Menkes/Per/VII/2008.

Biro Hukum dan Organisasi Setjen Depkes RI. 2008. Petunjuk Teknis Standar Pelayanan
Minimal Bidang Kesehatan di Kabupaten atau Kota, Peraturan Menteri Kesehatan RI Nomor
828/Menkes/SK/IX/2008

http://www.depkes.go.id/resources/download/info-publik/Renstra-2015.pdf

17

Anda mungkin juga menyukai