Anda di halaman 1dari 8

Demam

TINJAUAN PUSTAKA

A. Pengertian Demam
Demam (fever, febris) adalah kenaikan suhu tubuh di atas variasi sirkadian yang
normal sebagai akibat dari perubahan pusat termoregulasi yang terletak dalam
hipotalamus anterior. Suhu tubuh normal dapat dipertahankan, ada perubahan
suhulingkungan, karena adanya kemampuan pada pusat termoregulasi untuk mengatur
keseimbangan antara panas yang diproduksi oleh jaringan, khususnya oleh otot dan
hati, dengan panas yang hilang terjadi peningkatan suhu dalam tubuh. Suhu oral
normal adalah 35,8C-37,3C (96,5- 99,2F). Suhu rektal lebih tinggi sekitar 0,3
0,5C (0,5-1F). (Juliana, 2008)

B. Termoregulasi Saat Demam


Bila demam timbul, maka mekanisme termoregulasinya mempertahankan suhu
badan lebih tinggi dari normal, seolah-olah thermostat disetel ulang ke titik baru
diatas 37C. Kemudian reseptor suhu akan memberikan isyarat bahwa suhu tubuh
sebenarnya berada dibawah set point dan akan mengaktifkan mekanisme peningkatan
suhu sehingga terjadi demam. Suhu tubuh pada manusia adalah hasil akhir dari
produksi panas oleh proses metabolik atau aktivitas obat dan kehilangan panas,
dihantar oleh aliran darah ke struktur subkutan dan kutan, dan disebarkan oleh
keringat. (Guyton, 2008)

C. Organ Termoregulator
Suhu tubuh dikendalikan oleh hipotalamus. Neuron-neuron pada hipotalamus
anterior praoptik dan hipotalamus posterior menerima dua jenis sinyal, satu dari saraf
perifer yang mencerminkan reseptor-reseptor untuk hangat dan dingin dan lainnya
dari temperatur darah yang membasahi daerah ini. Kedua sinyal ini diintegrasikan
oleh pusat termoregulasi hipotalamus untuk mempertahankan temperatur normal.
(Juliana, 2008)
Pirogen merupakan substansi yang menyebabkan demam dan berasal baik dari
eksogen maupun endogen. Pirogen eksogen berasal dari luar hospes, sementara
pirogen endogen diproduksi oleh hospes, pirogen umumnya sebagai reseptor terhadap
stimulan awal yang biasanya timbul oleh karena infeksi atau inflamasi. Pirogen
endogen yang dihasilkan baik secara sistemis atau lokal, berhasil memasuki sirkulasi
dan menyebabkan demam pada tingkat pusat termoregulasi di hipotalamus. (Juliana,
2008)

D. Mekanisme Demam

Demam disebabkan oleh zat toksik yang mempengaruhi pusat pengaturan suhu,
penyakit-penyakit bakteri, tumor otak, atau dehidrasi. Banyak hasil pemecahan
protein dan zat-zat tertentu seperti toksin lipopolisakarida yang disekresi oleh bakteri
yang dapat menyebabkan titik setel termostat hipotalamus meningkat. Zat yang
menyebabkan efek ini dinamakan pirogen. (Guyton, 2008)
Banyak agen yang menghasilkan demam pada manusia yang telah terbukti
merangsang produksi pirogen endogen oleh leukosit-leukosit manusia in vitro.Seluruh
substansi di atas menyebabkan sel-sel fagosit mononuklear-monosit, makrofag
jaringan, atau sel Kupffer-membuat pirogen endogen. (EP= endogenous pyrogen)
adalah suatu protein kecil (berat molekul 20.000) yang mirip interleukin 1, yang
merupakan suatu mediator proses imun antar sel yang penting. Pirogen endogen telah
diisolasi dari netrofil, eosinofil, monosit, sel Kupffer, makrofag alveoli dan sinovium.
Pirogen endogen menginduksi demam melalui pengaruh pada area preoptik di
hipotalamus anterior. (Juliana, 2008)
Pirogen endogen meningkatkan titik patokan termostat hipotalamus selama
demam dengan memicu pengeluaran lokal prostaglandin, yaitu zat perantara kimiawi
lokal yang bekerja langsung di hipotalamus. Hipotalamus kemudian mempertahankan
suhu di titik patokan baru bukan di suhu tubuh yang normal. Menggigil ditimbulkan
agar dengan cepat meningkatkan produksi panas (Sherwood, 2001).

e-Fase Demam

Fase-fase demam terbagi menjadi:

1. Fase Awal (Awitan)

a. Peningkatan denyut jantung

b. Peningkatan laju dan kedalaman pernapasan


c. Menggigil akibat tegangan dan kontraksi otot

d. Kulit pucat dan dingin karena vasokonstriksi

e. Adanya sensasi dingin

f. Dasar kuku mengalami sianosis karena vasokontriksi

g. Rambut kulit berdiri

h. Peningkatan suhu tubuh

2. Fase Demam

a. Menggigil sudah lenyap

b. Tubuh terasa hangat dan panas

c. Merasa tidak panas atau dingin

d. Peningkatan nadi dan laju pernapasan

e. Dehidrasi ringan hingga berat

f. Hilang nafsu makan (demam memanjang)

g. Kelemahan, keletihan, dan nyeri ringan pada otot akibat katabolisme protein.

3. Fase Pemulihan

a. Kulit tampak merah dan hangat

b. Berkeringat

c. Menggigil ringan

d. Kemungkinan mengalami dehidrasi

(Mims, 2001)
F. Tipe dan Jenis Demam
Beberapa tipe demam yang mungkin dijumpai antara lain:
1. Demam septik
Pada tipe demam septik, suhu badan berangsur naik ke tingkat yang tinggi
sekali pada malam hari dan turun kembali ke tingkat di atas normal pada pagi
hari. Sering disertai keluhan menggigil dan berkeringat. Bila demam yang tinggi
tersebut turun ke tingkat yang normal dinamakan juga demam hektik.
2. Demam remiten
Pada tipe demam remiten, suhu badan dapat turun setiap hari tetapi tidak
pernah mencapai suhu badan normal. Perbedaan suhu yang mungkin tercatat
dapat mencapai dua derajat dan tidak sebesar perbedaan suhu yang dicatat pada
demam septik.
3. Demam intermiten
Pada tipe demam intermiten, suhu badan turun ke tingkat yang normal selama
beberapa jam dalam satu hari. Bila demam seperti ini terjadi setiap dua hari sekali
disebut tersiana dan bila terjadi dua hari bebas demam di antara dua serangan
demam disebut kuartana.
4. Demam kontinyu
Pada tipe demam kontinyu variasi suhu sepanjang hari tidak berbeda lebih dari
satu derajat. Pada tingkat demam yang terus menerus tinggi sekali disebut
hiperpireksia.
5. Demam siklik
Pada tipe demam siklik terjadi kenaikan suhu badan selama beberapa hari
yang diikuti oleh periode bebas demam untuk beberapa hari yang kemudian
diikuti oleh kenaikan suhu seperti semula.
(Nelwan, 2007)

Jenis-jenis demam terdiri dari:

1. Demam Fisiologi, demam ini cenderung normal dan sebagai penyesuaian terhadap
fisiologis tubuh, misalnya pada orang yang mengalami dehidrasi dan tingginya
aktivitas tubuh (olahraga). (Sherwood, 2001)
2. Demam Patologis, demam ini tidak lagi dikatakan sebagai demam yang normal.
Demam yang terjadi sebagai tanda dari suatu penyakit. Demam patologis terbagi
lagi menjadi dua sebagai berikut:

a. Demam Infeksi yang suhunya bisa mencapai lebih dari 38C. Penyebabnya
beragam, yakni infeksi virus (flu, cacar, campak, SARS, flu burung, dan lain-
lain), jamur, dan bakteri (tifus, radang tenggorokan, dan lain-lain).

b. Demam Non Infeksi, seperti kanker, tumor, atau adanya penyakit autoimun
seseorang (rematik, lupus, dan lain-lain).
(Samuelson, 2007)

G. Penyebab Demam

Secara umum, penyebab demam adalah adanya infeksi. Akan tetapi, demam
mempunyai daftar penyebab lain yang cukup panjang, termasuk racun, kanker,
penyakit autoimun, dan lain-lain. Berikut sebagian kecil contoh penyebab demam:

a. Adanya infeksi seperti saluran kemih (sering buang air besar atau kecil disertai rasa
pegal), infeksi streptokokus pada tenggorokan, dan abses gigi.

b. Infeksi mononukleosis disertai pegal.

c. Kelelahan karena perubahan suhu lingkungan yang terlalu panas.

(Mims, 2001)

H. Penatalaksanaan

1. Kompres hangat

Kompres dapat menyebabkan vasodilatasi perifer, sehingga panas tubuh dapat


keluar melalui pori-pori kulit, baik dalam bentuk uap maupun keringat. Adanya
pengeluaran panas ini diharapkan suhu tubuh dapat diminimalisir. (Davis dan
Phair, 2004)

2. Terapi Antimikroba
Pasien-pasien yang mempunyai gejala klinis infeksi dapat dimulai dengan terapi
antibiotik. Antibiotik spectrum luas juga diindikasikan pada pasien demam dengan
potensi infeksi serius, sebelum bukti infeksius didokumentasikan.(Tierney, 2002)

3. Pengobatan dengan antipiretik, bekerja dengan cara menghambat produksi


prostaglandin E2 di hipotalamus anterior. Contohnya adalah parasetamol, aspirin
dan obat anti inflamasi non steroid (ibuprofen).(Davis dan Phair, 2004)

BAB III

PEMBAHASAN

Pada scenario 3 blok Premedical Science in Pathological Setting ini akan membahas tentang
demam, terkait mekanisme, penyebab serta penatalaksanaanya. Pada scenario disebutkan
bahwa pada suatu pagi Dea, mahasiswi kedokteran semester satu, mengeluh demam dan
menggigil. Demam merupakan suatu tanda penyakit tertua dan universal yang terjadi tidak
hanya pada mamalia, tetapi juga dialami oleh burung, reptilia, amfibi, dan ikan.

Demam (fever, febris) adalah kenaikan suhu tubuh di atas variasi sirkadian yang
normal sebagai akibat dari perubahan pusat termoregulasi yang terletak dalam hipotalamus
anterior. Suhu tubuh normal dapat dipertahankan, ada perubahan suhulingkungan, karena
adanya kemampuan pada pusat termoregulasi untuk mengatur keseimbangan antara panas
yang diproduksi oleh jaringan, khususnya oleh otot dan hati, dengan panas yang hilang terjadi
peningkatan suhu dalam tubuh. Suhu oral normal adalah 35,8C-37,3C (96,5- 99,2F).
Suhu rektal lebih tinggi sekitar 0,30,5C (0,5-1F).

Penyebab demam bermacam-macam, tetapi secara umum demam disebabkan adanya


infeksi, sedangkan yang lainnya dapat disebabkan oleh racun, kanker, penyakit autoimun, dan
lain-lain. Demam infeksi ini disebabkan masuknya mikroorganisme ke dalam tubuh, seperti
jamur, bakteri,dan virus. Mikroorganisme ini masuk ke dalam tubuh umumnya memiliki
suatu zat toksin yang dikenal dengan pirogen eksogen. Dengan masuknya mikroorganisme
tersebut, tubuh akan berusaha melawan dan mencegahnya dengan sistem imun berupa
leukosit, makrofag, dan limfosit untuk memakannya (fagositosis). Adanya fagositosis ini,
sistem imun akan mengeluarkan zat kimia yang dikenal sebagai pirogen endogen (khususnya
IL-1) yang berfungsi sebagai anti infeksi. Pirogen endogen yang keluar, selanjutnya akan
merangsang sel-sel endotel hipotalamus (sel penyusun hipotalamus) untuk mengeluarkan
substansi asam arakhinodat yang dibantu oleh enzim fosfolipase A2. Asam arakhinodat akan
memicu pengeluaran prostaglandin E2 dengan campur tangan dari enzim siklooksigenase
(COX). Prostglandin selanjutnya akan mempengaruhi kerja dari hipotalamus karena
hipotalamus yang berperan sebagai termostat (pengatur suhu). Hipotalamus yang akan
mengetahui berapa suhu tubuh yang seharusnya dan akan mengirim pesan ke tubuh untuk
menjaga suhu tetap stabil dan senantiasa berada dalam batas normal. Di hipotalamus terdapat
dua pusat pengaturan suhu, yaitu regio anterior diaktifkan oleh rasa hangat, sedangkan regio
posterior diaktifkan oleh rasa dingin. Adanya gangguan pirogen endogen yang mengacaukan
fungsi hipotalamus, menyebabkan hipotalamus akan meningkatkan titik patokan suhu tubuh
di atas normal sekitar di atas 37C.

Demam yang dialami Dea adalah demam yang terus-menerus, tidak mengalami
penurunan meski sudak diberikan penanganan berupa kompres dan obat. Berdasarkan
tinjauan pustaka yang telah kita bahas pada bab sebelumnya demam Dea ini termasuk dalam
tipe demam kontinyu. Dalam penanganan yang telah dilakukan oleh Dea sebenarnya sudah
tepat yaitu dengan kompres serta pemberian obat. Tetapi lebih baiknya kompres dengan air
hangat. Fungsi kompres ini adalah menyebabkan vasodilatasi perifer, sehingga panas tubuh
dapat keluar melalui pori-pori kulit, baik dalam bentuk uap maupun keringat. Adanya
pengeluaran panas ini diharapkan suhu tubuh dapat diminimalisir. Obat yang paling tepat
diberikan yaitu antipiretik, antara lain parasetamol, aspirin, ibufroten dan lain-lain. Tapi pada
kenyataannya demam Dea tidak kunjung reda, hal ini mungkin disebabkan karena
penanganan yang kurang tepat, seperti kompres yang diberikan berupa kompres dingin atau
bias juga karena obat yang diminum tidak berupa obat antipiretik seperti yang dianjurkan
untuk penanganan demam.

Pada saat Dea mengeluh demam dan menggigil, kakak tingkatnya diperiksa suhu tubuhnya
menggunakan thermometer pada axillanya. Pengukuran suhu tubuh pada umumnya dapat
dilakukan pada tiga tempat, yaitu oral, rectal dan axilla. Untuk orang dewasa pada umunya
menggunakan pemeriksaan suhu axilla yang memiliki selisih 0,6 derajat Celcius lebih rendah
daripada suhu oral. Hasil pemeriksaan yang didapat yaitu 39 derajat Celsius. Berdasarkan
hasil tinjuan pustaka, suhu pada derajat ini termasuk dalam derajat demam, yang harus
diberikan penanganan. Namun apabila penanganan yang telah dilakukan seperti yang telah
dilakukan Dea tidak kunjung memberikan penurunan suhu, sebaiknya segera berobat ke
dokter agar diberikan penanganan medis yang tepat sesuai prosedur yang telah ditetapkan.
DAFTAR PUSTAKA

Davis, A.T dan Phair, J.P., 2004. The Biologic and Clinical Basis of Infectious by Shulman,
Phai, Sommer. 4th ed. Yogyakarta: Gadjah Mada University Press.

Guyton & Hall. 2008. Buku Ajar Fisiologi Kedokteran. Jakarta : EGC

Juliana, D. 2008. Uji Efek Antipiretik Infusa Daun Asam Jawa (Tamrindus indica ) pada
Kelinci Putih Jantan Galur New Zealand. Surakarta : FF UMS

Mims, C.A., 2001. The Pathogenesis of Infectious Disease. 4th ed. Jakarta: Salemba Medika.

Price dan Wilson. 2006. Patofisiologi Konsep Klinis Proses-Proses Penyakit. Ed: Ke-6.
Jakarta: EGC.

Samuelson, J. 2007. Buku Ajar Patologi oleh Kumar V., Cotran R.S., Robbins S.L. vol. 1. 7th
ed. Jakarta: EGC.

Sheerwood, L. 2001. Fisiologi Manusia dari Sel ke Sistem Edisi 2. Jakarta : EGC

Nelwan. 2007. Buku Ajar Ilmu Penyakit Dalam. Jakarta : FKUI

Anda mungkin juga menyukai