Ileus Obstruksi
Ileus Obstruksi
PENDAHULUAN
I. IDENTITAS
Nama : Tn. B
Usia : 35 tahun
Alamat : Parit Mayor
Agama : Islam
Pekerjaan : Buruh Bangunan
Pendidikan : SMP
Status : Menikah
Masuk RS : Senin, 12 Desember 2016 pukul 20.10 WIB
II. ANAMNESIS
Keluhan utama :
- Nyeri perut
Riwayat penyakit sekarang :
- Pasien datang dengan keluhan nyeri perut, keluhan dialami sejak 2 hari
yang lalu SMRS. Nyeri dirasakan terus menerus pada seluruh perut dan
seperti melilit. Pasien juga mengeluhkan muntah yang dialami sejak 2
hari lalu sampai saat ini sebanyak 10x. Muntah setelah diberi makan
dan berisi makanan. Pasien juga mengeluh susah BAB walau sudah makan
makanan berserat. Keluhan ini dialami sudah 6 bulan terakhir buang air
besarnya sedikit-sedikit, keras, dan berwarna hitam seperti kotoran
kambing. Pasien mengaku sudah 2 hari tidak BAB dan susah kentut sejak
1 minggu yang lalu, mudah lelah bila bekerja, nafsu makan berkurang,
dan lemas, BAK biasa.
Riwayat penyakit dahulu :
- Riwayat keluhan serupa disangkal
- Riwayat HT, DM, dan Hepatitis disangkal.
Riwayat keluarga : Tidak ada anggota keluarga yang pernah
mengalami keluhan serupa dengan pasien.
Riwayat pengobatan : Mengkonsumsi obat tradisional (+)
Riwayat kebiasaan/sosial : Merokok (+), alkohol (-)
V. DIAGNOSIS KERJA
Ileus obstruktif e/c susp.
VI. PEMERIKSAAN PENUNJANG
Lab DL tanggal 12/12/2016
Foto BNO
VII.PLANING
Puasa
Dekompresi: Pasang NGT
IVFD RL: D 10% : Renosan = 2 : 1 : 1, 28 TPM
Inj. Ranitidin 2 x 1 amp /iv
FOLLOW UP
14/12/2014 S: nyeri tempat operasi, nyeri uluhati, lemas IVFD RL: D 10% : Renosan = 2 : 1 : 1 24
O : TD : 120/80 mmHg
tpm
Mata : konj. Anemis +/+
Abdomen : bising usus (+) normal Inj. Ceftriaxone 2 x 1 gr/iv
Luka bersih, nanah (-)
Drips Metronidazole 3 x 500 mg Drips
A : Ileus obstruksi e.c. tumor ginekologis post laparotomi
Drips Cetapain 3 x 1000 gr
explorasi + sigmoidestomi post op. H+1
Inj. Tramadol 3 x1 amp/iv
Inj. Ranitidine 2 x 1 amp/iv
15/12/2014 S: nyeri tempat operasi, nyeri uluhati, lemas IVFD RL: D 10% : Renosan = 2 : 1 : 1 24
O : TD : 120/80 mmHg
tpm
Mata : konj. Anemis +/+
Abdomen : bising usus (+) normal Inj. Novalgin 3x 1 amp
Luka bersih, nanah (-)
Inj. Ranitidine 2 x 1 amp/iv
A : Ileus obstruksi e.c. tumor ginekologis post laparotomi
Inj. Ceftriaxone 2 x 1 gr
explorasi + sigmoidestomi post op. H+2
Inj. Ondancentron 2 x 1 amp
Inj. Tramadol 3 x1 amp
Drips Metronidazole 2 x 1000 mg
16/12/2014 S: nyeri tempat operasi, nyeri uluhati, lemas. Puasa
O : TD : 120/80 mmHg
NGT Terpasang
Mata : konj. Anemis +/+
Abdomen : bising usus (+) normal IVFD RL: D 10% : Renosan = 2 : 1 : 1 24
Luka bersih, nanah (-)
tpm
A : Ileus obstruksi e.c. tumor ginekologis post laparotomi
explorasi + sigmoidestomi post op. H+3 Inj. Ranitidine 2 x 1 amp/iv
Inj. Ceftriaxone 2 x 1 gr
Inj. Ketorolac 3 x 30 mg/ iv
Drips Cetapain 2 x 1 gr
Drips Metronidazole 2 x 1000 mg
17/12/2014 S : nyeri tempat operasi, kembung, mual, sulit tidur, lemas. Diet lunak (NGT Terpasang)
O : TD : 120/80 mmHg
IVFD RL: D 10% : Renosan = 2 : 1 : 1 24
Mata : konj. Anemis -/-
Abdomen : bising usus (+) normal tpm
Luka bersih, nanah (-)
Inj. Ranitidine 2 x 1 amp/iv
A : Ileus obstruksi e.c. tumor ginekologis post laparotomi
Inj. Ceftriaxone 2 x 1 gr
explorasi + sigmoidestomi post op. H+4
Inj. Ondancentron 2 x 1 amp
Inj. Ketorolac 3 x 30 mg/ iv
Drips Cetapain 2 x 1 gr
Drips Metronidazole 2 x 1000 mg
18/12/2014 S : nyeri tempat operasi, lemas, lapar, sulit tidur, lemas. Diet lunak (NGT Terpasang)
O : TD : 120/80 mmHg
IVFD RL: D 10% : Renosan = 2 : 1 : 1 24
Mata : konj. Anemis -/-
Abdomen : bising usus (+) normal tpm
Luka kering, bersih, nanah (-)
Inj. Ranitidine 2 x 1 amp/iv
A : Ileus obstruksi e.c. tumor ginekologis post laparotomi
Inj. Ceftriaxone 2 x 1 gr
explorasi + sigmoidestomi post op. H+5
Inj. Ketorolac 3 x 30 mg/ iv
19/12/2014 S : nyeri tempat operasi, lemas, lapar, lemas. Diet lunak (NGT Terpasang)
O : TD : 120/80 mmHg
IVFD RL: D 10% : Renosan = 2 : 1 : 1 24
Mata : konj. Anemis -/-
Abdomen : bising usus (+) normal tpm
Luka mongering, bersih, nanah (-)
Inj. Ranitidine 2 x 1 amp/iv
A : Ileus obstruksi e.c. tumor ginekologis post laparotomi
Inj. Ceftriaxone 2 x 1 gr
explorasi + sigmoidestomi post op. H+6
Inj. Ketorolac 3 x 30 mg/ iv
20/12/2014 S : nyeri tempat operasi, lemas, lapar, lemas. Diet lunak (NGT Terpasang)
O : TD : 120/80 mmHg
IVFD RL: D 10% : Renosan = 2 : 1 : 1 24
Mata : konj. Anemis -/-
Abdomen : bising usus (+) normal tpm
Luka kering, bersih, nanah (-)
Inj. Ranitidine 2 x 1 amp/iv
A : Ileus obstruksi e.c. tumor ginekologis post laparotomi
Inj. Ceftriaxone 2 x 1 gr
explorasi + sigmoidestomi post op. H+7
Inj. Ketorolac 3 x 30 mg/ iv
*Laporan operasi
1. Dalam stadium anastesi, antisepsis lapangan operasi
2. Insisi median perdalam lapis demi lapis sampai peritoneum
3. Explorasi lanjut semua usus distended
4. Lakukan ilriotomi dekompresi
5. Tajuk tumor mengarah infeksi secum proximal
6. Lakukan sigmoidektomi
7. Control perdarahan cuci
8. luka operasi tutup lapis demi lapis
9. operasi selesai
BAB III
DISKUSI
Pada teori gejala klinis yang ditemukan akibat obstruksi usus dapat bersifat
sistemik dan serangan yang bersifat kolik. Gejala yang dialami juga menentukan
tipe ileus obstruksi seperti sederhana atau strangulasi. Gambaran klinik yang
bersifat sistemik meliputi dehidrasi berat, hipovolemia, syok, oliguria, gangguan
keseimbangan elektrolit, perut gembung, kelebihan cairan usus, kelebihan gas
dalam usus. Gambaran klinik serangan kolik meliputi nyeri perut berkala, distensi
berat, mual / muntah, gelisah / menggeliat, bunyi usus nada tinggi, obstipasi, tidak
ada flatus.3
Pada pasien ditemukan keluhan yang serupa dengan keluhan diatas yaitu
berupa keluhan nyeri perut terus menerus selama 1 minggu dirasakan pada
seluruh perut, perut membesar. Muntah, susah BAB, mudah lelah bila bekerja,
nafsu makan berkurang, mudah haus, lemas dan juga jarang kentut.Pada kasus ini
tanda-tanda strangulasi jelas ditemukan sehingga pasien segera dilakukan operasi
cito.
Pasien pada kasus ini datang dengan keluhan mual muntah, nyeri perut,
distensi abdomen dan tidak bisa flatus serta BAB. Keluhan dirasakan sejak 3 hari
dan memburuk hingga pasien datang ke RS. Keluhan tersebut merupakan tanda
kardinal dari kondisi ileus obstruktif. Menurut Jackson & Raiji (2011) hampir
15% pasien yang datang ke instalasi gawat darurat dengan keluhan akut abdomen
merupakan kasus ileus obstruktif. Penegakan diagnosis yang baik dengan
anamnesis, pemeriksaan fisik dan penunjang harus dilakukan dengan segera
karena kasus ileus obstruktif merupakan salah satu kondisi akut abdomen. Kasus
ini merupakan salah satu kasus yang biasanya memerlukan intervensi bedah
emergensi karena bila tidak segera ditangani dapat mengakibatkan komplikasi
seperti iskemia, perforasi serta gangguan hemodinamika dan elektrolit, hingga
menyebabkan kematian.
Pemeriksaan awal pada pasien dengan gejala kardinal ileus obstruktif
meliputi pemeriksaan foto polos abdomen posisi erect dan left lateral decubitus.
Pada posisi tersebut keberadaan udara bebas dalam peritoneum dapat terlihat
diatas proyeksi hepar. Pemeriksaan rontgen abdomen hampir 60% akurat dalam
menegakkan diagnosis ileus obstruktif. Namun foto polos abdomen dapat pula
memperlihatkan kondisi normal pada kondisi awal obstruksi atau pada obstruksi
segmen duodenal dan jejunal. Pada hasil rontgen abdomen 3 posisi pasien ini
menunjukkan adanya dilatasi beberapa loops proyeksi usus halus, serta terdapat
gambaran batas udara cairan yang tersususn step ladder atau pola tangga pada
posisi erect. Gambaran ini sangat mengarah pada kondisi ileus obstruktif mekanik.
Sesuai penelitian Thompson et.al (2007) yang berkesimpulan bahwa adanya
gambaran lebih dari 2 batas udara air, dengan ukuran lebih dari 2,5 cm, dan
adanya batas udara air dengan ukuran selisih 5 mm pada satu segmen usus yang
terdilatasi pada foto rontgen abdomen merupakan tanda yang signifikan untuk
ileus obstruksi. Tindakan pembedahan direkomendasikan pada pasien yang tidak
membaik dalam 48 jam setelah dilakukan perawatan konservatif (Fevang et.al,
2007). Sedangkan pada kasus ini, kurang dari 24 jam setelah diagnosis ileus
obstruktif ditegakkan, segera direncakan tindakan pembedahan laparotomi
eksplorasi sebagai tindakan definitif. Durante pembedahan, ditemukan adanya
volvulus pada segmen ileocaecal junction yang merupakan penyebab terjadinya
obstruksi. Kemudian didapatkan usus yang kolaps pada bagian distal dari lokasi
volvulus. Hal tersebut sesuai dengan gambaran radiologis abdomen yang mana
hanya tampak dilatasi pada proyeksi sentral atau usus halus, yaitu proksimal dari
lokasi volvulus. Sedangkan gambaran dilatasi proyeksi colon cenderung tidak
tampak.
Perbedaan antara obstruksi sederhana dan strangulasi tidak dapat diketahui
secara pasti. Namun ada pendapat yang mengatakan strangulasi memiliki nyeri
yang terus menerus dibandingkan obstruksi sederhana yaitunyeri intermiten. 4
Selain itu dikatakan pula pada strangulasi keadaan akan memburuk dalam waktu
singkat beupa syok, oliguria dan gangguan elektrolit. Selanjutnya ditemukan
meteorisme dan kelebihan cairan di usus, hiperperistaltis berkala berupa kolik
yang disertai mual muntah. Kolik terlihat sebagai gerakan usus atau kejang usus
dan pada waktu auskultasi hiperperistaltis kedengaran jelas sebagai bunyi nada
tinggi. Strangulasi akibat adanya gannguan peredaran darah sehingga dapat terjadi
iskemia, nekrosis atau ganggren, sehingga perlu segera dilakukan operasi.3
Beberapa etiologi yang dapat menyebabkan ileus obstruksi antara lain3,4 :
1. Adhesi
Ileus karena adesi umumnya tidak disertai dengan strangulasi. Adhesi umumnya
berasal dari rangsangan peritoneum akibat peritonitis setempat atau umum, atau
pasca operasi. Adesi dalam bentuk perlengketan mungkin tunggal maupun
multiple, mungkin setempat maupun luas. Sering juga ditemukan bentuk pita.
Pada operasi perlengketan dilepas dan pita dipotong agar pasase usus pulih
kembali
2. Hernia inkarserata
Obstruksi pada hernia inkarserata pada anak dapat dikelola secara konservatif
dengan posisi tidur trendelenburg.
3. Askariasis
Kebanyakan cacing askariasis hidup di usus halus bagian Yeyenum. Obstruksi
bisa terjadi dimana-mana di ileum terminal, tempat lumen paling sempit. Cacing
menyebabkan kontraksi lokal di dinding usus yang disertai dengan reaksi radang
setempat yang tampak dipermukaan peritoneum.
4. Invaginasi
Invaginasi biasanya pada anak-anak umur 2-12 bulan dan lebih banyak pada anak
laki-laki. Sering terdapat rhinitis atau infeksi saluran pernapasan mendahului
serangan invaginasi. Invaginasi berupa intususepsi ileosekal naik ke kolon
asendens dan mungkin keluar hingga ke rectum. Invaginasi dapat menyebabkan
nekrosis iskemik pada bagianusus yang masuk dengan komplikasi perforasi dan
peritonitis.
5. Volvulus
Volvulus di usus halus jarang ditemtaukan. Pita kongenital atau adhesi biasanya
dikambing hitamkan. Tetapi operasi sering tidak ditemukan.
6. Keganasan
Sebagian dari tumor jinak ditemukan di ileum sisanya di duodenum dan yeyenum.
Polip adenomatosa menduduki tempat nomor satu. Disusul oleh lipoma, leioma
dan hemangioma. Tumor jinak yang sering memberi gejala yaitu leioma.
Gejala pada tumor usus jarang terlihat kecuali bila disertai penyulit. Tumor usus
halus dapat menimbulkan komplikasi perdarahan dan obstruksi. Perdarahan
massif jarang terjadi. Obstruksi dapat disebabkan oleh tumornya sendiri atau
secara tidak langsung oleh invaginasi. Biasanya tumor pada ujung invaginatum.
Pada tumor ganas gambaran klinis serupa dengan tumor jinak. keluhan samar
dapat berupa nyyeri perut dan penurunan berat badan. Agak jarang terdapat
obstruksi dan perdarahan atau perforasi. Jenis yang sering ditemukan ialah
limfoma ganas, karsinoid dan adenokarsinoma.
Sindrom klinis yang luar biasa seperti sindrom Peutz-Jeghers ditandai polip
multiple dan kelaianan pigmen kulit, dan sindrom Gardner yaitu sindrom Peutz-
Jeghers disertasi osteoma, jarang ditemukan. diagnosis ditegakan setelah
laparotomy.
Perubahan patofisiologi utama pada ileus obstruktif akan terlihat gambaran
lumen usus yang tersumbat secara progresif akan teregang oleh cairan dan gas
(70% dari gas yang ditelan) akibat peningkatan tekanan intralumen, yang
menurunkan pengaliran air dan natrium dari lumen ke darah. Oleh karena sekitar 8
liter cairan diekskresikan ke dalam saluran cerna setiap hari, tidak adanya absorpsi
dapat mengakibatkan penimbunan intralumen dengan cepat. Muntah dan
penyedotan usus setelah pengobatan dimulai merupakan sumber kehilangan utama
cairan dan elektrolit. Pengaruh atas kehilangan ini adalah penciutan ruang cairan
ekstrasel yang mengakibatkan syokhipotensi, pengurangan curah jantung,
penurunan perfusi jaringan dan asidosis metabolik. Peregangan usus yang terus
menerus mengakibatkan penurunan absorpsi cairan dan peningkatan sekresi cairan
ke dalam usus. Efek lokal peregangan usus adalah iskemia akibat distensi dan
peningkatan permeabilitas akibat nekrosis, disertai absorpsi toksin-toksin bakteri
ke dalam rongga peritoneum dan sirkulasi sistemik untuk menyebabkan
bakteriemia.
Segera setelah timbulnya ileus obstruktif pada ileus obstruktif sederhana,
distensi timbul tepat di proksimal dan menyebabkan muntah refleks. Setelah
mereda, peristaltik melawan obstruksi dalam usaha mendorong isi usus
melewatinya yang menyebabkan nyeri episodik kram dengan masa relatif tanpa
nyeri di antara episode. Gelombang peristaltik lebih sering timbul setiap 3 sampai
5 menit di dalam jejunum dan setiap 10 menit di didalam ileum. Aktivitas
peristaltik mendorong udara dan cairan melalui gelung usus, yang menyebabkan
gambaran auskultasi khas terdengar dalam ileus obstruktif. Dengan berlanjutnya
obstruksi, maka aktivitas peristaltik menjadi lebih jarang dan akhirnya tidak
ada.3,4,6
Jika ileus obstruktif kontinu dan tidak diterapi, maka kemudian timbul
muntah dan mulainya tergantung atas tingkat obstruksi. Ileus obstruktif usus halus
menyebabkan muntahnya lebih dini dengan distensi usus relatif sedikit, disertai
kehilangan air, natrium, klorida dan kalium, kehilangan asam lambung dengan
konsentrasi ion hidrogennya yang tinggi menyebabkan alkalosis metabolik.
Berbeda pada ileus obstruktif usus besar, muntah bisa muncul lebih lambat (jika
ada). Bila timbul, biasanya kehilangan isotonik dengan plasma. Kehilangan cairan
ekstrasel tersebut menyebabkan penurunan volume intravascular,
hemokonsentrasi dan oliguria atau anuria. Jika terapi tidak diberikan dalam
perjalanan klinik, maka dapat timbul azotemia, penurunan curah jantung,
hipotensi dan syok. 3,4,6
Pada ileus obstruktif strangulata yang melibatkan terancamnya sirkulasi
pada usus mencakup volvulus, pita lekat, hernia dan distensi. Disamping cairan
dan gas yang mendistensi lumen dalam ileus obstruksi sederhana, dengan
strangulasi ada juga gerakan darah dan plasma ke dalam lumen dan dinding usus.
Plasma bisa juga dieksudasi dari sisi serosa dinding usus ke dalam cavitas
peritonealis. Mukosa usus yang normalnya bertindak sebagai sawar (penghambat)
bagi penyerapan bakteri dan produk toksiknya, merupakan bagian dinding usus
yang paling sensitif terhadap perubahan dalam aliran darah. Dengan strangulasi
yang memanjang maka timbul iskemik dan sawar rusak. Bakteri (bersama dengan
endotoksin dan eksotoksin) bisa masuk melalui dinding usus ke dalam cavitas
peritonealis.3,4,6
Disamping itu, kehilangan darah dan plasma maupun air ke dalam lumen
usus cepat menimbulkan syok. Jika kejadian ini tidak dinilai dini, maka dapat
menyebabkan kematian.
Ileus obstruktif gelung tertutup timbul bila jalan masuk dan jalan keluar
suatu gelung usus tersumbat. Jenis ileus obstruktif ini lebih bahaya dibandingkan
ileus obstruksi yang lainnya, karena ia berlanjut ke strangulasi dengan cepat
sebelum terbukti tanda klinis dan gejala ileus obstruktif. Penyebab ileus obstruktif
gelung tertutup mencakup pita lekat melintasi suatu gelung usus, volvulus atau
distensi sederhana. Pada keadaan terakhir ini, sekresi ke dalam gelung tertutup
dapat menyebabkan peningkatan cepat tekanan intalumen, yang menyebabkan
obstruksi aliran keluar ke vena. 3,4,6
Ileus obstruktif kolon biasanya kurang akut (kecuali bagi volvulus)
dibandingkan ileus obstruksi usus halus. Karena kolon bukan organ pensekresi
cairan dan hanya menerima sekitar 500 ml cairan tiap hari melalui valva
ileocaecalis, maka tidak timbul penumpukan cairan yang cepat. Sehingga
dehidrasi cepat bukan suatu bagian sindroma yang berhubungan dengan ileus
obstruksi kolon. Bahaya paling mendesak karena obstruksi itu karena distensi.
Jika valva ileocaecalis inkompeten maka kolon terdistensi dapat didekompresi ke
dalam usus halus. Tetapi jika valva ini kompeten, maka kolon terobstruksi
membentuk gelung tertutup dan distensi kontinu menyebabkan ruptura pada
tempat berdiameter terlebar, biasanya di sekum. Hal didasarkan atas hukum
Laplace, yang mendefinisikan tegangan di dalam dinding organ tubular pada
tekanan tertentu apapun berhubungan langsung dengan diameter tabung itu.
Sehingga karena diameter kolon melebar di dalam sekum, maka area ini yang
biasanya pecah pertama.3,4,6
Selain itu untuk menegakan diagnosis ileus obstruksi juga dilakukan
pemeriksaan fisik berupa inspeksi, auskultasi, palpasi dan perkusi. Sesuai teori
ditemukan kelaianan yang ditemukan berupa:
1. Inspeksi
Perut distensi, dapat ditemukan darm kontur dan darm steifung. Benjolan pada
regio inguinal, femoral dan skrotum menunjukkan suatu hernia inkarserata. Pada
Intussusepsi dapat terlihat massa abdomen berbentuk sosis. Adanya adhesi dapat
dicurigai bila ada bekas luka operasi sebelumnya.5,6
2. Perkusi ditemukanHipertimpani3,4
3. Auskultasi
Hiperperistaltik, bising usus bernada tinggi, borborhygmi. Pada fase lanjut bising
usus dan peristaltik melemah sampai hilang.5,6
4. Palpasi
Kadang teraba massa seperti pada tumor (pada colok dubur teraba massa di
rektum atau terdapat darah dan lendir), invaginasi atau hernia. Adanya darah pada
pemeriksaan colok dubur dapat menyokong strangulasi atau neoplasma. Pada
volvulus teraba massa yang nyeri dan bertambah besar. Bila didapatkan feses yang
mengeras kemungkinan adanya skibala, bila feses negatif maka obstruksi usus
diduga letaknya lebih tinggi. Ampula rekti yang kolaps juga harus dicurigai
adanya obstruksi. Bila ditemukan nyeri tekan lokal atau general pada pemeriksaan
palpasi dinding abdomen maka pikirkan adanya peritonitis.5,6
Pada pasien ini ditemukan kelainan pada regio abdomen. Pada inspeksi ditemukan
darm kontur dan darm steifung,Ditensi (+). Auskultasi : bising usus (+)
meningkat, borborigmy (+) dan palpasi, nyeri tekan (+) di seluruh regio abdomen.
Perkusi : hipertimpani (+) di seluruh kuadran abdomen.
Untuk mengetahui secara pasti letak obstruksi dapat dilakukan pemeriksaan
penunjang yaitu foto polos abdomen atau CT scan abdomen.
Pada foto polos pasien dengan obstruksi yang komplit akan tampak terjadi dilatasi
dari usus bagian proksimal sampai ke tempat obstruksi dalam 35 jam Usus yang
diameternya lebih dari 3 cm sering dikaitkan dengan obstruksi.Usus bagian
proksimal yang terdistensi oleh gas dan cairan, akan tampak berdilatasi oleh
timbunan udara intraluminer. Sebaliknya, pada usus bagian distal dari obstruksi
tidak tampak bayangan gas, atau bila sumbatannya terjadi belum lama maka
tampak bayangan gas yang sangat sedikit di bagian distal obstruksi. Pada daerah
rektum tidak tampak bayangan gas atau udara.1,6
Pada foto posisi tegak akan tampak bayangan air fluid level yang banyak
dibeberapa tempat (multiple fluid levels) yang tampak terdistribusi dalam susunan
tangga (step ladder appearance), sedangkan usus sebelah distal dari obstruksi
akan tampak kosong. Jumlah loop dari usus halus yang berdilatasi secara umum
menunjukkan tingkat obstruksi. Bila jumlah loop sedikit berarti obstruksi usus
halus letaknya tinggi, sedangkan bila jumlah loop lebih banyak maka obstruksi
usus halus letaknya rendah. Semakin distal letak obstruksi, jumlah air fluid level
akan semakin banyak, dengan tinggi yang berbeda-beda sehingga berbentuk step
ladder appearance.1,6
Jarak valvula conniventes satu sama lain yang normal adalah 14 mm. Jarak ini
akan melebar pada keadaan distensi usus halus. Akibat distensi usus halus, maka
valvula conniventes agak teregang dan bersama-sama dengan valvula conniventes
dari loop yang bertetangga, akan tampak di foto sebagai gambaran sirip ikan yang
disebut herringbone appearance.6
Bayangan udara di dalam kolon biasanya terletak lebih ke perifer dan biasanya
berbentuk huruf U terbalik. Obstruksi kolon ditandai dengan dilatasi proksimal
kolon sampai ke tempat obstruksi, dengan dekompresi dari kolon bagian distal.
Kolon bagian proksimal sampai letak obstruksi akan lebih banyak berisi cairan
daripada feses. Usus halus bagian proksimal mungkin berdilatasi, mungkin juga
tidak.5
Untuk mengetahui ada tidaknya strangulasi usus, beberapa gambaran klinik dapat
membantu:
Rasa nyeri abdomen yang hebat, bersifat menetap, makin lamamakin hebat, pada
pemeriksaan abdomendidapatkan ascites, terdapatnya abdominal tenderness,
adanya tanda-tanda yang bersifat umum, demam, dehidrasiberat, takikardia,
hipotensi atau shock.5
Namun dari semua gejala klinik di atas, kita mempunyai pedoman Essential of
Diagnosis yaitu:6