Anda di halaman 1dari 12

DAFTAR ISI

Halaman Judul i
Kata Pengantar ii
Dartar Isi iii

BAB I PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
1.2 Rumusan Masalah
1.3 Tujuan Penulisan
1.4 Pembatasan Masalah
BAB II PEMBAHASAN
2.1 Sejarah berdirinya Dinasti Ayyubiyah
2.1.1 Pendiri Dinasti Ayyubiyah
2.1.2 Nama-nama Kepala Negara Ayyubiyah
2.2 Perjuangan Shalahuddin Menjadi Sultan
2.2.1 Priode pertama berjuang di Mesir
2.2.2 Priode kedua menghadapi Syira
2.2.3 Priode ketiga berjuang di Palestina
2.3 Perkembangan kebudayaan Islam pada Masa Dinasti Ayyubiyah
2.3.1 Bidang Arsitektur dan Pendidikan
2.3.2 Bidang Filsafat dan Keilmuan
2.3.3 Bidang perdagangan
2.3.4 Bidang Militer
BAB III PENUTUP
3.1 Kesimpulan
3.2 Saran
DAFTAR PUSTAKA
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Beralihnya tampuk kekuasaan dari dinasti Fathimiyyah ke tangan dinasti
Ayyubiyyah mengakhiri berkembang luasnya paham syiah di Mesir. Shalahuddin
membawa pembaharuan bagi mesir dan merupakan angin segar bagi para
penganut Ahli Sunnah wal Jamaah.
Perkembangan Dinasti Ayyubiyyah tidak terlepas dari peran besar Shalahudin
sendiri. Shalahudin mempunyai dua tugas utama sebagai khalifah Ayyubiyyah.
Pertama, sebagai seorang negarawan yang berhasil mendirikan dinasti Ayyubiyah.
Kedua, sebagai panglima perang salib yang telah berhasil mengalahkan tentara
salib.
Untuk tugas pertama, beliau telah banyak mengadakan pembangunan,
membangun administrasi negara, ekonomi, perdagangan, memajukan ilmu
pengetahuan, membangun madrasah dan sekolah, mengembangkan dalam bidang
kegamaan mazhab Ahli Sunnah wal Jamaah. Dan untuk tugas kedua beliau telah
membangun persatuan bangsa Arab di bawah naungan Abbasiyah di Baghdad
untuk menghadapi agresi tentara salib, membangun benteng pertahanan militer
yang terkenal dengan benteng Solahudin.

B. Rumusan Masalah
1. Bagaimanakah sejarah berdirinya dinasti Al-Ayyubiyah?
2. Apa saja perkembangan kebudayaan/peradaban Islam pada masa dinasti Al-
Ayyubiyah?
3. Siapa saja tokoh ilmuwan muslim dalam kemajuan kebudayaan/peradaban Islam
pada masa dinasti Al Ayyubiyah?
4. Apakah ibrah perkembangan kebudayaan/peradaban Islam pada masa dinasti Al-
Ayyubiyah untuk masa kini dan yang akan datang?
5. Seperti apakah caranya meneladani sikap keperwiraan Shalahuddin al-Ayyubi?
BAB II
PERKEMBANGAN ISLAM PADA MASA DINASTI AL AYYUBIYAH

A. Sejarah Berdirinya Dinasti Al-Ayyubiyah


Pendiri Dinasti Ayyubiyah (567 648 H / 1171 1250 M) adalah Shalahudin
Yusuf al-Ayyubi putra dari Najamuddin bin Ayyub lahir di Takriet 532 H/1137 M
meninggal 589 H/ 1193 M dimasyurkan oleh bangsa Eropa dengan nama Saladin
pahlawan perang salib dari keluarga Ayyubiyah suku kurdi. Dinasti ini berdiri di
atas sisa-sisa Dinasti Fatimiyah di Mesir yang bercorak Syii dan ia ingin
mengembalikannya ke faham sunni-Ahlu Sunnah wal Jamaah. Pada masa
Nuruddin Zanki (gubernur Suriah dari bani Abbasiyah), Shalahuddin diangkat
sebagai panglim tentara di Balbek, kehidupannya penuh dengan perjuangan dan
peperangan karena ditugaskan untuk menghadapi tentara salib dalam merebut
kembali Baitul Maqdis (kota Yerussalem) yang sudah dikuasai selama 92 tahun
(perhitungan tahun hijriyah) atau selama 88 tahun (perhitungan tahun masehi)
oleh tentara salib.
Di saat Mesir mengalami krisis di segala bidang maka orang-orang Nasrani
memproklamirkan perang Salib melawan Islam, yang mana Mesir adalah salah
satu Negara Islam yang diintai oleh Tentara Salib. Shalahudin al-Ayyubi seorang
panglima tentara Islam tidak menghendaki Mesir jatuh ke tangan tentara Salib,
maka dengan sigapnya Shalahudin mengadakan serangan ke Mesir untuk segera
mengambil alih Mesir dari kekuasaan Fatimiyah yang jelas tidak akan mampu
mempertahankan diri dari serangan Tentara Salib. Menyadari kelemahannya
Dinasti Fatimiyah tidak banyak memberikan perlawanan, mereka lebih rela
kekuasaannya diserahkan kepada Shalahudin dari pada diperbudak tentara salib
yang kafir. Maka sejak saat itu selesailah kekuasaan Dinasti Fatimiyah di Mesir,
berpindah tangan ke Shalahudin al-Ayyubi. Shalahuddin al Ayyubi yang telah
menguasai Halb dan Maushil, menjadikan pasukan salib terkepung di Baitul
Maqdis oleh pasukan Shalahuddin al Ayyubi. Di utara oleh pasukan Shalahuddin
al Ayyubi di Suriah, dari selatan oleh pasukan di Mesir, dan dari timur pasukan di
Yordania. Jadi berdirilah negara Ayyubiyah dengan kepala pemerintahan
Shalahuddin al Ayyubi yang wilayahnya mencakup Mesir, Suriah, sebagian
wilayah Irak dan Yaman.
.
B. Perkembangan Kebudayaan/Peradaban Islam pada Masa Dinasti Al-
Ayyubiyah
Shalahudin panglima perang Muslim yang berhasil merebut Kota Yerusalem
pada Perang Salib itu tak hanya dikenal di dunia Islam, tetapi juga peradaban
Barat. Sosoknya begitu mempesona. Ia adalah pemimpin yang dihormati kawan
dan dikagumi lawan. Di era keemasannya, dinasti ini menguasai wilayah Mesir,
Damaskus, Aleppo, Diyarbakr, serta Yaman. Masa dinasti ini pula perkembangan
wakaf sangat menggembirakan, wakaf tidak hanya terbatas pada benda tidak
bergerak, tapi juga benda bergerak semisal wakaf tunai. Tahun 1178 M/572 H,
dalam rangka menyejahterakan ulama dan kepentingan misi mazhab Sunni,
Salahuddin Al-Ayyubi menetapkan kebijakan bahwa orang Kristen yang datang
dari Iskandar untuk berdagang wajib membayar bea cukai. Tidak ada penjelasan,
orang Kristen yang datang dari Iskandar itu membayar bea cukai dalam bentuk
barang atau uang, namun lazimnya bea cukai dibayar dengan menggunakan uang.
Uang hasil pembayaran bea cukai itu dikumpulkan dan diwakafkan kepada para
fuqaha dan para keturunannya.
Sebagaimana dinasti-dinasti sebelumnya, Dinasti Ayyubiyah pun mencapai
kemajuan yang gemilang dan mempunyai beberapa peninggalan bersejarah.
Kemajuan-kemajuan itu mencakup berbagai bidang, diantaranya adalah :
1. Bidang Arsitektur dan Pendidikan
Penguasa Ayyubiyah telah berhasil menjadikan Damaskus sebagai kota
pendidikan. Ini ditandai dengan dibangunnya Madrasah alShauhiyyah tahun
1239 M sebagai pusat pengajaran empat madzhab hukum dalam sebuah lembaga
Madrasah. Dibangunnya Dar al Hadist al-Kamillah juga dibangun (1222 M) untuk
mengajarkan pokok-pokok hukum yang secara umum terdapat diberbagai
madzhab hukum sunni. Sedangkan dalam bidang arsitek dapat dilihat pada
monumen Bangsa Arab, bangunan masjid di Beirut yang mirip gereja, serta
istana-istana yang dibangun menyerupai gereja. Shalahuddin juga membangun
benteng setelah menyadari bahwa ancaman pasukan salib akan terus menghantui,
maka tugas utama dia adalah mengamankan Kairo dan sekitarnya (Fustat).
Penasihat militernya saat itu mengatakan bahwa Kairo dan Fustat masing-masing
membutuhkan benteng pertahanan, tapi Shalahuddin memiliki ide brilian, bahwa
dia akan membangun benteng strategis yang melindungi secara total kotanya.
Selanjutnya, dia memerintahkan untuk membangun benteng kokoh dan besar
diatas bukit Muqattam yang melindungi dua kota sekaligus Kairo dan Fustat.
Proyek besar Citadel dimulai pada 1176 M dibawah Amir Bahauddin
Qaraqush. Shalahuddin juga membangun dinding yang memagari Kairo sebagai
kota residen bani Fatimiyyah, sekaligus juga memagari benteng kebesarannya
serta Qatai-al Fustat yang saat itu merupakan pusat ekonomi Kairo terbesar.
Selain itu, juga berdiri masjid agung di Sulaiman yang dimulai pembangunannya
sejak dinasti Umayyah pada 717 M, masjid agung Aleppo hingga kini masih
menjadi salah satu karya besar arsitektur di dunia muslim. Di masjid agung
Aleppo terdapat makam Nabi Zakaria dan di Damaskus terdapat makam Nabi
Yahya. Bentuk dan konstruksi masjid agung Damaskus dari dulu hingga kini
masih terjaga, sementara masjid Aleppo sudah banyak mengalami perubahan dari
bentuk aslinya karena sempat diguncang gempa bumi dan dihancurkan oleh
serangan Bizantium dan tentara Mongol. Meski tak lagi mewarisi struktur masjid
peninggalan bani umayyah, namun masjid agung Aleppo sangat dikenal sebagai
masterpiece dalam dunia islam, karena mewarisi sentuhan beragam dinasti islam
yang pernah Berjaya.
2. Bidang Filsafat dan Keilmuan
Bukti konkritnya adalah Adelasd of Bath yang telah diterjemahkan, karya-
karya orang Arab tentang astronomi dan geometri, penerjemahan bidang
kedokteran. Di bidang kedokteran ini telah didirikan sebuah rumah sakit bagi
orang yang cacat pikiran.
3. Bidang Industri
Kemajuan di bidang ini dibuktikan dengan dibuatnya kincir oleh seorang
Syiria yang lebih canggih dibanding buatan orang Barat. Terdapat pabrik karpet,
pabrik kain dan pabrik gelas.
4. Bidang Perdagangan
Bidang ini membawa pengaruh bagi Eropa dan negaranegara yang dikuasai
Ayyubiyah. Di Eropa terdapat perdagangan agriculture dan industri. Hal ini
menimbulkan perdagangan internasional melalui jalur laut, sejak saat itu Dunia
ekonomi dan perdagangan sudah menggunakan sistem kredit, bank, termasuk
Letter of Credit (LC), bahkan ketika itu sudah ada uang yang terbuat dari emas.
5. Bidang Militer
Selain memiliki alat-alat perang seperti kuda, pedang, panah, dan sebagainya,
ia juga memiliki burung elang sebagai kepala burung-burung dalam peperangan.
Disamping itu, adanya perang Salib telah membawa dampak positif, keuntungan
di bidang industri, perdagangan, dan intelektual, misalnya dengan adanya irigasi.

C. Tokoh Ilmuwan Muslim dan Perannya dalam Kemajuan


Kebudayaan/Peradaban Islam pada Masa Dinasti Al Ayyubiyah
Pada masa dinasti Ayyubiyah, Shalahuddin al Ayyubi beserta keluarga dan
pendiri-pendiri dinasti sangat memperhatikan kelangsungan berbagai bidang
termasuk bidang pendidikan dan pengetahuan. Sehingga bermunculan tokoh-
tokoh ilmuwan yang sangat berpengaruh pada perkembangan kebudayaan atau
peradaban Islam, mereka di antaranya adalah:
1. Abdul Latif al Bagdadi dan Al - Hufi, ahli ilmu mantiq dan bayan (bahasa)
2. Syekh Abul Qasim al Manfalubi, ahli Fiqih
3. Syamsudin Khalikan, ahli sejarah
4. Abu Abdullah al Qudai, ahli Fiqih, Hadits dan Sejarah
5. Abu Abdullah Muhammad bin Barakat, ahli nahwu
6. Hasan bin Khatir al Farisi, ahli Fiqih dan Tafsir
7. Maimoonides, ahli ilmu astronomi, ilmu ke-Tuhanan, tabib, dan terutama sebagai
ahli filsafat.
8. Ibn al Baytar (1246 M), dokter hewan dan medikal. Beberapa karyanya yang
sampai saat ini masih terkenal di wilayah Eropa tentang buku ramuan obat Islam
Management Of The Drug Store
9. Sejumlah penulis, sastarawan, dan ilmuwan termuka, seperti Abu Firas Al
Hamadani dan Thayib al Mutanabbi.

D. Ibrah Perkembangan Kebudayaan/Peradaban Islam pada Masa Dinasti Al-


Ayyubiyah untuk Masa Kini dan Yang Akan Datang
Shalahuddin al Ayyubi sangat berusaha keras dalam menghadapi perang salib,
dan dalam membentengi umat Islam dari kristenisasi. Misalnya memberi sumber
untuk pembangunan masjid, pembuatan sekolah gratis kepada siswa muslim yang
tidak mampu, dan pemberian sandang pangan bekas namun masih layak pakai.
Sikap seorang negarawan yang tegas dan berani sepertinya patut dicontoh apalagi
pada saat sekarang ini yang lebih mementingkan kepentingan pribadi daripada
kepentingan bersama. Seperti sikap tegas Shalahuddin yang langsung mencopot
jabatan para amir yang lemah di mana keberadaan mereka justru mengganggu
gerakan jihad yang mulai digelar olehnya, para aparatur yang melakukan korupsi,
dan yang bersekongkol dengan penjahat dan perampok. Rasa yang sangat
mengutamakan pendidikan dan pengetahuan juga penting untuk dilanjutkan pada
setiap generasi. Karena ilmu dan pendidikan merupakan modal utama untuk
menjaga dan mempertahankan kebudayaan atau peradaban Islam. Ilmu juga
mendapat tempat yang sama pentingnya dengan agama, yaitu untuk mengetahui
ajaran-ajaran agama dan hukum-hukum Islam.
Melihat perjuangan yang sangat heroik dari Shalahuddin al Ayyubi, hendaklah
kita berusaha dengan tekad dan kuat dalam mensyiarkan agama Islam agar upaya
kristenisasi tidak akan berkembang lagi, dan Islam juga tetap konsisten di zaman
yang sudah modern sekarang. Sebaliknya, kehidupan umat manusia saat ini justru
hawa nafsu lebih mendonasi ketimbang moral dan akal. Peran dalam bentuk non
fisik inilah apalagi di tengah perkembangan globalisasi saat ini, yang terkadang
memperlemah semangat keimanan umat Islam. Maka dari itu, sebagai langkah
awal yang sederhana peringatan maulid Nabi Muhammad SAW menjadi sangat
penting.
E. Meneladani Sikap Keperwiraan Shalahuddin al-Ayyubi
Shalahudin al Ayyubi adalah seorang muslim yang tahu akan agamanya dan
kosekuen dengannya. Ia tahu hak tanah airnya kemudian mempertahankannya. Ia
tahu hak-hak saudaranya kaum Muslimin kemudian menunaikan hak-hak tersebut
dengan sebaik-baiknya. Shalahudin al Ayyubi juga merupakan panglima perang
Muslim yang dihormati kawan dan dikagumi lawan karena akhlaknya dan
tindakannya yang tangguh tetapi tetap mengakui hak asasi manusia dalam setiap
peperangan yang dilakukannya. Sikap keperwiraan Shalahudin al Ayyubi lainnya
yang baik dicontoh adalah:
1. Membela agama dan rakyat
2. Memadamkan pemberontakan
3. Menghadapi tentara salib
4. Mempertahankan agama dan negara
Beliau juga sosok yang memiliki toleransi tinggi terhadap umat beragama, seperti
contohnya:
1. Ketika beliau menguasai Iskandariyah, ia tetap mengunjungi orang-orang kristen
2. Ketika perdamaian dengan tentara salib tercapai, beliau masih mengizinkan
orang-orang kristen berziarah ke Baitul Maqdis.

Biografi Salahudin Al-Ayubi (1138 - 1193 M)

Dunia mengenalnya sebagai salah satu tokoh pemimpin terbesar. Dialah juga
merupakan salah satu tokoh terbesar dalam Perang Salib. Namanya dikenal luas
takkala ia dapat menaklukkan kerajaan Jerusalem yang ketika itu dipimpin oleh
Guy The Lusignan Raja Jerusalem. Pasukan Shalahuddin dikenal sebagai pasukan
yang pemberani dibawah pimpinannya. Berikut biografi dan profil lengkapnya.
Bernama lengkap Salahuddin Al-Ayubi yang dikenal didunia barat sebagai
Saladin terlahir dari keluarga Kurdish di kota Tikrit (140km barat laut kota
Baghdad) dekat sungai Tigris pada tahun 1137M. Masa kecilnya selama sepuluh
tahun dihabiskan belajar di Damaskus di lingkungan anggota dinasti Zangid yang
memerintah Syria, yaitu Nur Ad-Din atau Nuruddin Zangi.
Profil Kehidupan Salahuddin Al Ayyubi
Salahudin Al-Ayubi atau tepatnya Sholahuddin Yusuf bin Ayyub, Salah Ad-Din
Ibn Ayyub atau Saladin/salahadin (menurut lafal orang Barat) adalah salah satu
pahlawan besar dalam tharikh (sejarah) Islam. Satu konsep dan budaya dari
pahlawan perang ini adalah perayaan hari lahir Nabi Muhammad SAW yang kita
kenal dengan sebutan maulud atau maulid, berasal dari kata milad yang artinya
tahun, bermakna seperti pada istilah ulang tahun. Berbagai perayaan ulang tahun
di kalangan/organisasi muslim sering disebut sebagai milad atau miladiyah,
meskipun maksudnya adalah ulang tahun menurut penanggalan kalender Masehi.

Selain belajar Islam, Shalahuddin pun mendapat pelajaran kemiliteran dari


pamannya Asaddin Shirkuh, seorang panglima perang Turki Seljuk. Kekhalifahan.
Bersama dengan pamannya Shalahuddin menguasai Mesir, dan mendeposisikan
sultan terakhir dari kekhalifahan Fatimid (turunan dari Fatimah Az-Zahra, putri
Nabi Muhammad SAW).

Dinobatkannya Shalahuddin menjadi sultan Mesir membuat kejanggalan bagi


anaknya Nuruddin, Shalih Ismail. Hingga setelah tahun 1174 Nuruddin meninggal
dunia, Shalih Ismail bersengketa soal garis keturunan terhadap hak kekhalifahan
di Mesir. Akhirnya Shalih Ismail dan Shalahuddin berperang dan Damaskus
berhasil dikuasai Sholahuddin. Shalih Ismail terpaksa menyingkir dan terus
melawan kekuatan dinasti baru hingga terbunuh pada tahun 1181. Shalahuddin
memimpin Syria sekaligus Mesir serta mengembalikan Islam di Mesir kembali
kepada jalan Ahlus Sunnah wal Jamaah.
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
1. Shalahudin Yusuf al-Ayyubi adalah Pendiri Dinasti Ayyubiyah (567 648 H /
1171 1250 M) yang berdiri di atas sisa-sisa Dinasti Fatimiyah di Mesir yang
bercorak Syii dan ia ingin mengembalikannya ke faham sunni Ahlu Sunnah wal
Jamaah. Shalahudin mengadakan serangan ke Mesir untuk segera mengambil alih
Mesir dari kekuasaan Fatimiyah yang jelas tidak akan mampu mempertahankan
diri dari serangan Tentara Salib.
2. Dinasti Ayyubiyah mencapai kemajuan yang gemilang mencakup di berbagai
bidang, yaitu: bidang arsitektur dan pendidikan, bidang filsafat dan keilmuan,
bidang industri, perdagangan, dan militer.
3. Shalahudin al-Ayyubi sangat memperhatikan pendidikan dan pengetahuan.
Sehingga bermunculan tokoh-tokoh ilmuwan dari berbagai disiplin ilmu seperti
ilmu Fiqih, kedokteran, filsafat, bahasa, sejarah, dan lain-lain.
4. Sikap tegas Shalahuddin yang langsung mencopot jabatan para amir yang lemah
di mana keberadaan mereka justru mengganggu gerakan jihad yang mulai digelar
olehnya, para aparatur yang melakukan korupsi, dan yang bersekongkol dengan
penjahat dan perampok.
5. Shalahudin al Ayyubi adalah seorang muslim yang tahu akan agamanya dan
kosekuen dengannya, tahu hak-hak saudaranya kaum Muslimin kemudian
menunaikannya, dan hak tanah airnya kemudian mempertahankannya.

B. Saran
Demikianlah makalah yang telah saya susun tentunya dalam hal ini masih
banyak kekurangan, saya harap makalah ini dapat menambah wawasan. Oleh
karena itu, kritik dan saran yang konstruktif sangat kami harapkan untuk
perbaikan makalah yang selanjutnya.
DAFTAR PUSTAKA
Mubarok, Jaih. 2004. Sejarah Peradaban Islam. Bandung: Pustaka Bani Kuraisy.
Sayyid, Al-Wakil. 1998. Wajah Dunia Islam. Jakarta: Pustaka Al-Kautsar.
Yatim, Badri. 2003. Sejarah Peradaban Islam. Jakarta : PT Raja Grafindo
Persada.

Anda mungkin juga menyukai